Anda di halaman 1dari 69

EFEKTIVITAS KURSUS PRA NIKAH SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN

ANGKA PERCERAIAN DI MASYARAKAT


(Studi di KUA Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna melanjutkan


penelitian pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar

Oleh

ANNA NURAULIAH
105431101317

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal ini dengan judul: Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai
upaya pengurangan angka perceraian di masyarakat (Studi di KUA Kecamatan
Tondong Tallasa)

Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk melanjutkan


penelitian pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada orang tuaku, ayahanda Ansar dan Ibunda
Nurmasia serta saudara saya Nurani Ahyalia yang selalu memberikan semangat
sehingga saya dapat berada pada titik sekarang ini. Ucapan terimakasih juga
kepada Dr. Andi Sugiati, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dra. Jumiati Nur,
M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dengan tulus dan ikhlas dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat
diselesaikan.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah memberikan peluang untuk mengikuti proses

perkuliahan pada program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Erwin Akib, S.Pd., M. Pd., sebagai Dekan; Dr. Baharullah, M.Pd sebagai

wakil dekan I; Andi Adam, S.Pd., M.Pd sebagai wakil dekan II; Dr. H.

ii
Nursalam, M.Si sebagai wakil dekan III; Drs. Samsuriadi P. Salenda, M.Ag

sebagai wakil dekan IV Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan layanan akademik,

administrasi dan kemahasiswaan selama proses pendidikan dan

penyelesaian studi.

3. Dr. Muhajir, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan

bimbingan dan memfasiltasi penulis selama proses perkuliahan.

4. Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP

UNISMUH yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak

ternilai dibangku perkuliahan.

5. Kepada Staf Tata Usaha FKIP UNISMUH, atas segala layanan,

administrasi, dan kemahasiswaan sehingga proses perkuliahan dan

penyusunan proposal ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

6. Saudaraku Suryanita, Fitriani Rusli, Syamsul Fiqhi Adhar, Nurlina

Amiruddin, Rahma Aisyah, Septiany Putri Awalia Sachrul, Lis Majid,

Kurniawati G, ST. Hartina Amin dan semua pihak yang tidak dapat saya

sebut satu persatu terima kasih atas segala bantuan dan doanya.

7. Teman-teman kelas PPKn 17 A yang setia menjadi keluarga, saling memberi

semangat dan motivasi dalam pembuatan proposal ini.

8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak biasa disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak

dan Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk semua bantuannya.

iii
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa

tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh, karena itu,

peneliti menantikan kritik dan saran dari para pembaca agar peneliti dapat

membuat laporan dan karya ilmiah yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga

proposal ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 05 Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ............................................................................ 8


1. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah.............................................. 8
2. Pernikahan ........................................................................... 21
3. Perceraian ............................................................................ 26
B. Penelitian Relevan..................................................................... 32
C. Kerangka Pikir .......................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan................................................ 39


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 40
C. Sumber Data ............................................................................. 40
D. Informan Penelitian ................................................................... 40
E. Instrument Penelitian ................................................................ 42
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
G. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 44
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48

LAMPIRAN ............................................................................................... 50

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ............................................................. 50

Lampiran 2 Pedoman Observasi ............................................................... 56

Lampran 3 Pedoman Dokumentasi ............................................................ 63

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abdul Rahman Ghazali (2003:7) dalam bukunya menjelaskan bahwa

“Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut Bahasa artinya membentuk

suatu keluarga yang terdiri atas suami dan istri, dengan melakukan segala bentuk

aktivitas sebagai suami dan istri di kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Perkawinan

disebut juga “Pernikahan” berasal dari kata Nikah yang menurut Bahasa artinya

mengumpulkan, saling membutuhkan dan sebagai wadah dalam mendapatkan

keturunan demi melanjutkan sebuah generasi. Kata “Nikah” sendiri sering

dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus) juga untuk akad nikahatau sebuah

janji dalam pernikahan.

Pernikahan adalah impian semua manusia disamping sebagai Sunnah dalam

menyempurnakan imam sebagai ummat islam dengan tujuan ingin hidup bersama

dan beribadah bersama. Namun sebagian orang diluar orang-orang yang

menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah wadah dalam melakukan hubungan

bersetubuh atau pengikat semata sehingga banyak dari mereka yang

mempermainkan sebuah pernikahan. Di Indonesia sendiri terkhusus pada mayoritas

agama islam sebuah pernikahan yang sering terjadi adalah pernikahan siri yang

dimana pernikahan ini sah di mata agama namun tidak sah dalam hukum karena

tidak tercatat oleh Negara.

1
2

Pernikahan adalah salah satu nikmat Allah SWT atas Hambanya pada

kehidupan di dunia ini yang dimana apabila kosong dari kesenangan maka terasa

hampa dalam kehidupan. Karena itulah hikmah Allah meluputi seluruh insangnya

memberikan kekelakan dengan sebab-sebab kesenangan. Merenungkan hikmah ini

akan menjadikan manusia berada pada sebuah tujuan yang jelas. Kesenangan bukan

merupakan tujuan sendiri- sendiri melainkan untuk bersama-sama menuju pada

tujuan kemuliaan di sisi Allah SWT (Mahmud Mahdi Al- Istanbuli, 2010 : 21).

Tujuan dalam pernikahan adalah bersama-sama dalam mengejar ridoh dari Allah

SWT, maka dari itu sebuah pernikahan bukanlah hal yang dapat di anggap biasa

saja namun sebuah keputusan yang dimana akan di jalani bersama-sama dengan

pasang hidup kita.

Dalam kenyataannya ada berbagai permasalahan rumah tangga yang terjadi

di masyarakat dengan berbagai permasalahan yang berbeda yang berakibat pada

perceraian. Hal itu karena kuranganya pemahaman tentang bagaimana pernikahan

yang sebenrnya. Pengetahuan tentang pernikahan merupakan cabang ilmu yang

menarik sekaligus penting untuk para calon pengantin. Namun sayang, tidak

banyak orang yang memahami hal-hal seperti ini, sehingga tidak heran apabila

sering kita jumpai pertengkaran atau perselisihan suami istri akibat kurangnya

pengetahuan tentang hakekat pernikahan yang tidak hanya sebagai ilmu tetapi juga

beribadah. “Dari berbagai masalah itu mengantarkan sebuah keluarga kedalam

goncangan dahsyat, sehingga tidak jarang sebuah pernikahan berakhir dengan

perceraian” (Syaikh Mahmud Mahdi al- Istanbuli, 2012:3). Sebelum membangun

rumah tangga seorang calon pengantin harus lebih ekstra dalam menjalani
3

kehidupan setelah pernikahan. Sehingga persiapan di awal menjadi hal yang sangat

penting di perhatikan bukan hanya pada segi fisik tapi juga harus memilki bekal

agar nantinya bisa menjadi sebuah landasan awal seseorang sebelum menjalani

sebuah pernikahan.

Dalam mencari pendamping hidup untuk membangun rumah tangga

seseorang pasti memperhatikan banyak hal-hal yang menjadi tolak ukur seseorang

dalam memilih pasangan hidup. Tujuan sebuah pernikahan adalah hidup bersama-

sama baik di dunia maupun di akhirat kelak. Seorang laki-laki akan mencari wanita

yang baik dan akan menjadi ibu bagi keturunannya nanti begitu pula sebaliknya

wanita akan mencari laki-laki yang dapat membimbingnya menuju pada kebaikan

sesuai firman Allah SWT.

Q.S An-Nur ayat 26 yang berbunyi:

َّ ‫الطيِبَات ُ ِل‬
َُ‫لطيِبِين‬ َّ ‫ُو‬ ِ ‫ُو ْال َخبِيثونَ ُ ِل ْل َخبِيثَا‬
َ ُۖ‫ت‬ َ َ‫ْال َخبِيثَاتُ ُ ِل ْل َخبِيثِين‬

ِ َ‫تُُۚأو َٰلَئِ َكُمبَ َّرءون‬


َ ٌ ‫ُم َّماُيَقولونَ ُُۖلَه ْمُ َم ْغ ِف َرة‬
ُ‫ُو ِر ْز ٌقُ َك ِري ٌم‬ َّ ‫الط ِيبونَ ُ ِل‬
ِ ‫لط ِيبَا‬ َّ ‫َو‬

Artinya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
adalah untuk wanita yang keji ( pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
pula”
Dari arti ayat diatas kita dapat melihat bahwa di dunia ini semua orang di

ciptakan berpasang-pasangan dan memiliki jodohnya masing-masing yang dimana

telah Allah SWT tuliskan takdir seseorang bahkan sebelum dia lahir kedunia ini.

Pasangan kita adalah cerminan dari diri kita sendiri, apabila ingin mendapatkan

pasangan yang baik maka perbaikilah diri kita maka Allah SWT akan memberikan
4

sepan dengan apa yang kita harapkan, dan apa yang diberikan oleh Allah SWT

maka itulah yang terbaik. Maka dari itu hidup di dunia untuk senantiasa selalu taat

dan bersyukur kepada Allah SWT dan menjauhi segala larangnyaa.

Saat ini peningkatan angka perceraian yang terjadi di masyarakat baik pada

setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi awal di

Kecamatan Tondong Tallasa angka perceraian di masyarakat semakin bertambah

meningkat. Ditambah maraknya pernikahan dini dimasyarakat. Selain perselisihan

dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernikahan dini menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan angka perceraian semakin meningkat. Berbagai

permasalahan yang timbul baik dari segi keterbatasan ekonomi atau kesiapan dalam

menjalani kehidupan rumah tangga juga menjadi salah satu pemicu terjadinya

perceraian yang terjadi. Di kabupaten Pangkep sendiri pada tahun 2019 berdasarkan

data pengadilan agama pangkajene menunjukkan bahwa ada 244 kasus perceraian

dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. (Azman Arsyad. 2020: 89). Dari data

yang ada maka upaya pemerintah dengan pengadaan kursus pra nikah di kalangan

masyarakat dapat dijadikan sebagai jalan dalam menekan angka perceraian di

masyarakat dengan pembekalan dan konseling mengenai pernikahan. Berbagai

faktor-faktor yang melandasi pelaksanaan kursus pra nikahn ini tidak lain

didasarkan pada tujuan pelaksanaannya sendiri yaitu untuk menciptakan sebuah

kualitas perkawinan demi mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan

warahmah demi mengurangi perselisihan, perceraian, dan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (KDRT).


5

Untuk mencapai sebuah idealitas sebuah pernikahan maka pemerintah

membuat sebuah peraturan kebijakan dalam meningkatkan kualitas perkawinan di

masyarakat dengan pemberian kursus pra nikah, dimana dalam pelaksanaannya

calon pengantin diberikan pembekalan dan konseling mengenai kehidupan sebelum

dan sesudah pernikahan. Pengadaan kursus pra nikah ini di lakukan sebagai bentuk

kepedulian pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat dari berbagai hal-hal

yang dapat yang memungkinkan terjadinya suatu permasalahan rumah tangga.

Untuk itu pengadaan kursus pra nikah ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam

menekan angka perceraian di masyarakat. Hal ini didasarkan pada dikeluarkannya

peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat Islam. Kementrian Agama

Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra

Nikah. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah ini dilakukan oleh sebuah lembaga

yang dimana berada pada luar instansi pemerintah atau badan pemerintah umum

dalam hal ini yaitu KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan masing-masing.

Namun dalam hal pelaksanaan, kursus pra nikah ini dilaksanakan oleh sebuah

badan keagamaan islam yang telah memenuhi syarat dan pengakuan oleh

Kementrian Agama dan ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh

BP4 (Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yang meripakan

sebuah organisasi islam yang bersifat social keagaamaan dan merupakan mitra

kerja Kementrian Agama.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini di angkat oleh peneliti

untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana efektivitas pelaksanaan kursus pra
6

nikah sebagai upaya dalam mengurangi angka perceraian di masyarakat di KUA

Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

“Bagaimana efektivitas Kursus Pra-Nikah sebagai upaya pengurangan angka

perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui bagaimana efektivitas Kursus Pra-Nikah sebagai upaya

pengurangan angka perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa,

Kabupaten Pangkep”

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian kualitatif dengan

Kursus Pra-Nikah sebagai upaya pengurangan angka perceraian dimasyarakat

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang akan melakukan

penelitian sejenis tentang Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai upaya

pengurangan angka perceraian di masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa,


7

Kabupaten Pangkep.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi peneliti

tentang kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan anagka perceraian di

masyarakat dan segala hal yang terkait dengan pernikahan

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

serta menambah wawasan masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa

tentang Kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka perceraian

dimasyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pelaksanaan Kursus Pra-Nikah

a. Kursus Pra-Nikah

Munurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Kursus berarti Pelajaran

tentang suatu pengetahuan atau keterampilan yang di berikan dalam waktu singkat.

Sedangkan kata Pra Nikah berarti sebelum menikah. Jadi dapat di simpulkan bahwa

Kursus Pra Nikah adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu pengetahuan

atau keterampilan sebelum menikah atau sebelum melaksanakan sebuah

pernikahan.

Berdasarkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman

penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1) Kursus Pra -Nikah

adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan

kesadaran kepada remaja usai nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.

Kursus Pra Nikah sendiri dijadikan sebagai pembekalan awal sebelum

melangsungkan sebuah pernikahan. Seorang calon pengantin diajarkan tentang

bagaiamana itu sebenarnya sebuah pernikahan dalam kehidupan sebagai suami dan

istri pada sebuah keluarga baik dalam pemenuhan hak dan kewajiban dari masing-

masing calon istri dan calon suami. Hal ini diperlukan mengingat ada

8
9

banyak kasus perceraian yang terjadi di masyarakat dengan berbagai macam

permasalahan baik dari segi ekonomi atau bahkan karena ketidaksiapan dalam

menjalani pernikahan itu sendiri.

Dalam sebuah pernikahan Seorang laki-laki akan mencari wanita baik-baik

dari segi akhlak maupun perbuatannya begitupun sebaliknya seorang wanita akan

mencari laki-laki yang yang baik dan dapat membimbing menuju pada kebaikan

dalam suatu rumah tangga. Jika seseorang menikah maka dia telah

menyempurnakan separuh dari agamanya sebagaiamana pada sabda Nabi

Muhammad SAW :

ْ ‫ف‬
ُ‫ُاْلخ َِر‬ ِ ‫ص‬ ِ َّ ‫ُفَُْليَت‬،‫فُال ِدي ِْن‬
ْ ِ‫قُهللاَُفِيُالن‬ َ ‫ص‬ ْ ‫ِإذَاُت َزَ َّو َج‬
ْ ِ‫ُال َعبْدُفَقَدُْ َكم َلُن‬
Artinya: “Jika seorang hamba menikah maka ia telah menyempurnakan
setengah dari agamanaya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah untuk
menyempurnakan setengah yang tersisa” (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman)
Dalam sebuah pernikahan di butuhkan suatu kesiapan dan kematangan bagi

calon pengantin, hal ini sangat penting untuk bagaimana seseorang dalam

menjalankan kehidupan setelah berkeluarga, akan banyak problema kehidupan

berumah tangga yang terjadi. Untuk itu Kursus Pra Nikah sangat di ajurkan untuk

di ikuti oleh setiap calon pengantin baik perempuan atau pun laki-laki sebagai

pendidikan awal seakaligus bekal bagi mereka sebelum pernikahan.

Menikah bukanlah sesuatu yang dapat di sepelekan melainkan sesuatu yang

sakral dan menyangku pada agama seseorang. Jika seorang menikah berarti dia

sudah berjanji bukan hanya di depan orang-orang melainkan juga pada sang

pencipta yaitu Allah SWT. Perkera menikah adalah menyatukan sebuah dua
10

keluarga yang berbeda, maka dari itu di butuhkan sebuah persiapan yang matang

agar kedepannya tercipta sebuah keluarga yang harmonis.

b. Tujuan Kursus Pra-Nikah

Pada Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542

Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus Pra Nikah pada Bab II Pasal

2 Menyebutkan bahwa peraturan tentang kursus Pra Nikah di maksudkan untuk

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang bagaiaman kehidupan rumah

tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah,mawadda, warahmah serta

mengurangi angka perselisishan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dari peraturan yang telah dibuat maka dapat diartikan bahwa pelakasanaan

kursus pra nikah di maksudkan dengan tujuan sebagai awal pembelajaran sebelum

memulai rumah tangga agar nantinya tercipta sebuah keluarga yang sakinah,

mawaddah, warahmah. Hal ini juga di kuatkan dengan maraknya perceraian, hingga

KDRT dalan sebuah rumah tangga sehingga dengan adanya Kursus Pra Nikah ini

di maksudkan sebagai sebuah upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk

mengurangi hal-hal yang sekirannya tidak diharapkan dalam suatu rumah tangga.

Pada sebuah pernikahan seseorang akan mengharapakan sebuah kelurga yang

harmonis dan bahagia bukan sebuah keluarga yang berantakan dengan berbagai

permasalahn yang terjadi sehingga memungkinkan sebuah hal yang berujung pada

sebuah perpisahan.

Dalam lampiran Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor

DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah di

jelaskan bahwa ada 2 tujuan dari Kursus Pra-Nikah yaitu :


11

1. Tujuan Umum

Kursus pra nikah diperadakan dengan tujuan mewujudkan keluarga yang

sakinah, mawaddah, warahmah melalui pemberian bekal pengetahuan,

peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang kehidupan rumah tangga

dan keluarga yang dapat di ikuti oleh peserta kursus pra nikah serta remaja usia

nikah.

2. Tujuan Khusus

a. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah sendiri dilakukan dengan tujuan untuk

menyamakan persepsi badan/lembaga penyelanggaran tentang pelaksanaan

mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan

calon pengantin yang mengikuti kursus pra nikah ini.

b. Kursus pra nikah dilaksanakan dengan tujuan demi terwujudnya pedoman

penyelenggraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin

sebagai pengetahuan awal tentang pembentukan rumah tangga/keluarga demi

terciptanya sebuah keluarga yang sakinah,mawaddah, dan warahmah.

Dari tujuan yang ada dapat disimpulkan bahwa kursus pra nikah sangatlah

penting untuk di ikuti oleh para calon pengantin terkhusus pada mayoritas agama

islam. Membangun sebuah keluarga harus mempunyai kiat-kiat atau pondasi awal

sebelum melangsungkan pernikahan sehingga dapat tercipta rumah tangga yang di

impikan, maka dari itu sehingga kursus pra nikah di buat dengan harapan sebagai

bekal awal yang dapat di ikuti oleh para calon pengantin yang telah cukup umur

atau matang dari segi fisik. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa saat sekarang ini

masih banyak pernikahan dibawah umur yang terjadi di kalangan masyarakat


12

dengan berbagai macam pokok permasalahn yang mengharuskan di laksanakannya

pernikahan dini.

c. Penyelenggaraan kursus Pra Nikah

Proses penyelenggaran Kursus Pra Nikah di dilakukan oleh organisasi

keagamaan Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementerian Agama yang

telah di akui dan sah dalam hukum. Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan

Dirjen Masyarakat Islam Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah:

bahwa penyelenggara kursus pra nikah adalah Badan Penasihatan, Pembinaan, dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan Islam lainnya

sebagai penyelenggara kursus pra nikah yang telah mendapat Akreditasi dari

Kementerian Agama. Akreditasi yang di maksud di sini adalah sebuah pengakuan

dari kementrian agama bagian Direktorat Jendral Masyarakat islam terhadap

oranisasi-organisasi islam yang sekiranya berhak dalam proses pelaksanana kursus

pra nikah untuk calon pengantin.

BP4 (Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yang di

didirikan pada tahun 1961 merupakan sebuah organisasi perkumpulan islam yang

bersifat social keagamaan sebagai mitra kementrian agama terkait dalam upaya

peningkatan kualitas perkawinan ummat islam yang ada di Indonesia. Dalam

penyelenggaraan kursus pra nikah BP4 sebagai sebuah lembaga yang bertugas

membantu dalam meningkatkan kualitas pernikahan dalam mengembangkan

keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Dalam pelaksanaannya diharapkan

dapat mencegah terjadinya berbagai macam permasalahn rumah tangga seperti


13

perceraian, perselisihan, atau KDRT. Tujuan dari BP4 sendiri adalah memperbaiki

mutu perkawinan dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan

warahmah yang berlandaskan dalam islam sebagai agama dan berasaskan pada

Pancasila sebagai Dasar Negara.

Kamelia Sambas (2019) pada hasil penelitiannya menuliskan bahwa dalam

proses pelaksanaan Kursus Pra Nikah terdapat Visi dan Misi BP4 berdasarkan hasil

Munas BP4 XV tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

a. Visi

Terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah warahmah

Dari pelaksanaan kursus pra nikah ini di harapkan dapat menjadi sebuah

strategi atau agen perubahan demi terwujudnya suatu rumah tangga atau keluarga

yang sakinah, mawaddah, dan warahmah sebagaimana dengan apa yang diharpakan

oleh masing-masing orang dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya.

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas konsuling perkawinan, mediasi, dan advokasi.

Dalam meningkatkan perkawinan pelaksanaan kursus pra nikah ini

dilaksanakan semaksimal mungkin demi melihat efektivitas atau wujud

dari apa yang ingin di capai dari pelaksanaannya.

2. Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui

kegiatan konseling, mediasi, dan advokasi.

Dalam menjalani kehidupan berumah tangga suatu permasalahan rumah

tangga memang tidak dapat di hindari atau terelakkan oleh orang-orang

yang menjalani rumah tangga maka dari itu dari pelaksanaan kursus pra
14

nikah memberikan sebuah layanan berupa konseling, mediasi ataupun

advokasi.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia BP4

dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.

Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia di masyarakat

dibutuhkan demi meningkatkan produktifitas di masyarakat. Maka dari

pada penyelenggaran kursus pra nikah di BP4 diharapkan dapat

meningkatkan kualitas atau kelembagaan islam demi tercapainya sebuah

pernikahan yang ideal.

Dari visi dan misi yang ada di harapkan dengan adanya BP4 sebagai wadah

bagi masyarakat terkhusus pada bidang keagamaan dalam hal ini pernikahan atau

kekeluargaan. Dapat di jadikan sebagai langkah awal dalam menuntaskan berbagai

perkara yang merugikan dengan berbagai latar belakang masalah yang berbeda

demi terciptanya masyarakat yang sejahterah.

Dalam proses penyelenggaraan kursus pra nikah ini dananya bersumber

dari APBN dan APBD yang kemudian dilaksanakan oleh badan/lembaga di luar

instansi pemerintah dalam hal ini KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya

dilakukan oleh badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam yang telah memenuhi

ketentuan yang di tetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah

Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina, dan pengawas. Dalam

proses pelakasanaanya Kementerian Agama menyediakan sarana pembelajaran

dalam bentuk silabus dan modul bagi peserta kursus pra nikah sebagai pembelajaran
15

awal sebelum masuk pada pemberian materi.kursus pra nikah. Dalam

pelaksanaannya kursus pra nikah di buka untuk seluruh masyarakat terkhusus

kepada calon pengantin atau yang sudah berkeluarga dalam hal ini cukup umur

untuk mengikutinya. Penyelengaraan kursus pra nikah ini di harapkan mampu

mengurani angka perceraian di masyarakat hal ini juga sebagai bentuk tanggung

jawab pemerintah dalam menangulangi berbagai masalah social yang terjadi

dimasyarakt dengan harapan dapat membangun dan menjadikan masyarakat lebih

sejahterah.

Dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman

penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah yang kemudian di jelaskan lebih detai pada

lampirannya. Dalam isinya menjelaskan mengenai pedoman penyelengaraan

Kursus Pra Nikah yang di ikuti oleh para calon pengantin yang di adakan oleh

Kementrian Agama Islam yang kemudian di lakasanakan oleh BP4 (Badan

Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan). Pada lampiran Bab V tentang

Penyelenggraan Kursus Pra Nikah terdapat lima unsur di dalamnya yaitu:

1. Sarana Pembelajaran

Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar mengajar

terdiri dari silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk

pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan oleh kementerian agama untuk

dijadikan acuan oleh penyelenggara kursus pra nikah. Hal ini dilakukan untuk
16

mempermudah para narasumber atau pemeteri serta calon pengantin yang

mengikuti kursus pra nikah sehingga dalam pelaksanaannya berjalan lebih

efisien.

2. Materi dan Metode Pembelajaran

Materi kursus pra nikah terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan

kelompok penunjang. Materi ini dapat diberikan dengan metode ceramah,

diskusi, tanyajawab, study kasus (simulasi) dan penugasan yang

pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di

lapangan. Pembagian materi di lakukan agar materi yang diberikan lebih

terarah dan di mengerti oleh para peserta untuk itu dilakukan pembagian

dengan cara pengelompokan dengan materi yang berbeda-beda pula. Selain

pemberian modul, dan silabus pemberian materi secara tatap muka atau

diskusi ini juga penting dalam menujang pemahaman peserta kusus pra nikah.

3. Narasumber/pengajar

Narasumber/pengajar yang membawakan materi pada pelaksanaan kursus pra

nikah terdiri dari:

a. Konsultan keluarga,

b. Tokoh agama,

c. Psikolog, dan

d. Profesional dibidangnya.
17

Dari narasumber yang ada masing-masing telah di percaya dan professional

dalam bidangnnya agar peserta dapat lebih memahami dan mengerti terhadap

materi yang di bawakan.

4. Pembiayaan

Pembiayaan dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini bersumber dari APBN,

APBD, serta sumber pendapatan lain yang halal. APBD (Anggaran

Pendapatan Belanja Negara) sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah) bersama dengan sumber pendapatan lain yang halal dan tidak

mengikat. Dalam pelaksanaannya pembiyayaan kursus pra nikah ini memang

di biayai oleh pemerintah atau negara sebagai bentuk apresiasi dalam upaya

perkembangan masyarakat yang lebih sejahterah.

5. Sertifikat

Dalam pelaksanaan kursus pra nikah serifikat dijadikan sebagai tanda bukti

yang di berikan oleh pihak pelaksanaan sebagai tanda bukti bahwa telah

mengikuti segala rangkaian pelaksanaan kursus pra nikah yang selanjutnya

akan di serahkan pada KUA sebagai salah satu berkas atau syarat nikah untuk

calon pengantin. Sertifikat merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan

oleh lembaga yang berkompeten yang telah diakreditasi oleh Kementerian

Agama.

Dalam proses penyelenggaraan kursus pra nikah ini waktu pelaksanaannya

dilakukan 10 hari setelah pendaftaran di KUA hal ini dilakukan untuk memberikan

banyak waktu dan kesempatan bagi calon pengantin untuk mengikuti segala

rangkaian kegiatan. Dalam proses pelakasanaan kursus pra nikah memilki


18

pembagian waktu tertentu yaitu selama 24 jam pelajaran (JPL) selama 3 (tiga) hari

atau dibuat beberapa kali pertemuan dengan JPL yang sama. Waktunya pelaksanaan

dapat disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki oleh peserta mengingat para

calon peserta yang ada berasal dari kalangan yang berbeda-beda dengan segala

aktivitas dan waktu senggang yang berbeda pula. Kursus pra nikah ini hanya di ikuti

oleh remaja usia nikah atau calon penganti yang telah cukup umur dalam

melangsungkan sebuah pernikahan sesuai atauran yang ada.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kursus Pra Nikah

Berbagai pokok permasalahan dalam rumah tangga sudah menjadi suatu hal

sering kita dengar di masyarakat. Suatu permasalahan yang terjadi menyebabkan

retaknya hubungan rumah tangga akibat tidak adanya saling toleransi dan tingginya

sikap egois masing-masing. Dari berbagi permasalahan yang ada sehingga masing-

masing pihak mengambil suatu jalan akhir yaitu perceraian. Dari berbagai pokok

masalah yang terjadi sehingga pemerintah membuat sebuah kebijakan dengan

tujuan menciptakan masyarakat yang sejahterah terlebih pada menurunkan angka

perceraian dimasyarakat. Seperti pada tujuan pelaksanaan kursus pra nikah yang

dimana di maksudkan untuk sebagai wadah dalam pembekalan bagi calon

pengantin sebelum mealangsungkan pernikahan agar nantinya tercipta suatu rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahma serta mengurangi perselisihan,

perceraian dan KDRT. Berbagai faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan kursus

pra nikah dimasyarakat yaitu:

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah di masyarakat

didasarkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam


19

Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman

penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah dalam isinya termuat berbagai Dasar Hukum

yang melatarbelakanginya yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2019);
2. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahterah ;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
4. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4419);
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;
6. Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak;
7. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
9. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang Gerakan
Keluarga Sakinah;
10. Keputusan Menteri Agama Nomor 480 Tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama;
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400/54/III/Bangda perihal
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
Dari berbagai dasar hukum yang ada juga terdapat beberapa faktor lain yang

mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah yang dimana sesuai dengan tujuan

awal pelaksanaannya yaitu mengurangi perselisihan, perceraian, dan tindak KDRT.

Namun pada kenyataannya bukan hanya hal itu saja tapi berbgaia factor lain seperti
20

perekonomian rendah (kemiskinan), orang ketiga dan berbagai permasalahn

lainnya. Untuk itu pelaksanaan kursus pra nikah dilakukan sebgaai upaya dalam

menimalisir angka perceraian dimasyarakat dengan pemerian bekal pengetahuan

dan konseling tentang kehidpan berumah tangga.

Menurut Halimah Dian Nastity & Heru Siswanto (2019: 7) terdapat dua

faktor yang mmepengaruhi pelaksanaan Kursus Pra nikah yaitu

1. Faktor Pendukung

a. Adanya dukungan biaya. Dalam pelaksanaan kursus pra nikah biaya

adalah sebuah hal pokok yang harus ada demi berjalannya sebuah

kegiatan termasuk dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini.

pengadaan biaya untuk pelaksanaan kursus pra nikah ini berasal dari

APBN dan APBD serta adanya dukungan biaya dari Dirjen

Bimbingan serta sumbangan infaq dari para peserta kursus pra

nikah.

b. Waktu yang diberikan dari berbagai narasumber serta para peserta

yang ada mengingat masing-masing memiliki kesibukan sehingga

ketepatan waktu dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini sangalah

dibutuhkan demi tercapainya sebuah pencapaian yang ingin dicapai

dari pelksanaan kursus pra nikah ini.

c. Adanya support. Dalam hal ini sebuah penyemangat baik dari para

peserta atau masyarakat yang terkait pada pelaksanaan ini

diharapkan dapat menjadi dorongan sehingga kursus pra nikah ini

dapat berjalan sesuai pada harapan.


21

d. Diperkuat dengan adanya surat edaran dari Direktur Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/542

Tahun 2013 tentang pedoman penyelanggaraan Kursus Pra-Nikah.

Pengadaan kursus pra nikah ini juga dikuatkan dengan adanya surat

edaran ini sehingga dari pengadaan dan pelaksanaannya dapat

terarah sesuai pada pada tujuannya.

2. Faktor penghambat

a. Minimnya dana. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekurangan dana

menjadi sebuah penghambat dalam pelaksanaan kursus pra nikah.

Mengingat dalam pelaksanaannya tidak dipungut biaya dari para

peserta sehingga suntikan dana hanya berasal pada APBN dan

APBD atau sumbangan lainnya.

b. Kurangnya sarana dan prasarana. Dari terkendalan dana yang ada

tidak heran bila kekurangan sarana dan prasarana menjadi sebuah

faktor penghambat dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini.

c. Waktu pelaksanaan kursus pra nikah yang tidak tepat atau hari jam

kerja calon pengantin. Dalam pelaksanaan waktu merupakan sebuah

hal yang paling sulit untuk para narasumber atau peserta kursus pra

nikah karena bedanya jam kesibukan dari masing-masing sehingga

waktu pelaksanaan yang kerap kali tertunda.

Dari beberapa faktor yang ada sehingga pelaksanaan kursus pra nikah

diharapkan dapat berjalan dengan baik, dan untuk berbagai masalah yang muncul

atau penghambanya supaya bukan menjadi suatu masalah yang serius dalam
22

menyikapinya sehingga penyelenggaraan kursus pranikah dapat terlaksana dengan

semestinya. Saat ini kita ketahui bahwas kursus pra nikah sangat penting dalam

menunjang kualitas sebelum perkawinan. Namun tidak dapat dipungkiri seiring

dengan di edarkannya surat tentang peraturan kursus pra nikah banyak dari

kalangan masyarakat yang menggap hal ini bukan sesuatu yang penting dilakukan

sehingga banyak dari mereka yang mengacuhkannya dan menganggapnya tidak

penting. Bukan hanya pada masyarakat sendiri terkadang kita temui di Kantor

Urusan Agama (KUA) banyak yang tidak melaksanakan atau

mengimplementasikan peraturan yang ada.

2. Pernikahan

a. Pengertian pernikahan

Merujuk pada Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan bahawa

Perkawianan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami isri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Dari isi Undang-Undang

tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi para calon pengantin yang hendak

melangsungkan pernikahan. Sebuah pernikahan adalah hal yang sakral sehingga

dibutuhkan sebuah kesiapan yang matang baik dari segi fisik maupun materil

mengingat bahwa pernikahan adalah sesuatu yang insyaAllah dijalani sekali seumur

hidup. Dalam pasal 7 Ayat 1 UU No. 16 Tahun 2019 dijelaskan usia menikah untuk

laki-laki dan perempuan harus mencapai usia 19 tahun. Syarat ini sejalan dengan

dengan berbagai realita kehidupan keluarga muda sehingga hal ini dilakukan demi
23

menekan resiko gangguan kesehatan, mental, putus sekolah, serta kerusakan rumah

tangga di usia dini.

Menurut Sanjaya U.H dan faqih A.R (2017:12) dalam bukunya mengatakan

“Nikah diartiakan lebih khusus dalam konteks syari’ah yang berarti akad, yaitu

sebuah perjanjian dalam mengikatkan atau mempersatukan pria dan wanita dalam

suatu ikatan perkawinan.” Menikah merupakan suatu hal yang di dambakan oleh

semua orang, menjalin sebuah hubungan dan membentuk suatu keluarga kecil

bersama dengan orang pilihan masing-masing.

Dasar hukum dalam islam berlandaskan pada Al-Quran dan hadis yang

dimana merupan sebuah kitab atau junjuan ummat islam, sebagai sebuah landasan

dalam hidup di dunia ini. “Pernikahan menurut islam adalah suatu perjanjian (akad)

untuk hudup bersama pria dan wanita sebagai seorang suami istri agar mendapat

ketentraman hidup dan kasih sayang” (Hasbin Indra, dkk, 2004: 76).

b. Hukum Nikah

Pernikahan adalah sebuah moment dimana dua orang insan melakukan

sebuah pengikatan janji dengan sebuah pernikahan yang resmi baik dalam agama

dan hukum negara. Menurut Jumhur (dalam Iffah Muzammil. 2019: 4) terdapat 5

hukum nikah bagi masing-masing orang yaitu:

1. Wajib. Dalam hal menikah seseorang dikatan wajib menikah apabila dia

sudah mampu atau mapan dalam menghidupi baik diri ataupun

keluarganya nanti maka dia dia sudah dapat diwajibkan untuk menikah

karena sudah cukup dalam hal materi dan umur.


24

2. Sunnah. Menikah dapat dilaksanakan dengan suatu hukum Sunnah dengan

tujuan untuk menghindari sebuah hubungan yang terlarang, atau

menghibdari sebuah fitnah dan zinah maka menikah dianjurkan untuk

menghindari hal tersebut.

3. Makruh. Hukum makruh di berlakukan apabila mereka masih belum yakin

untuk menikah dalam hal ini belum siap dalam menjalani kehidupan

rumah tangga dengan berbagai fikiran negatif yang difikirkan sedangkan

belum pernah di jalaninnya.

4. Haram. Hukum menikah diharamkan bagi orang-orang yang masih belum

mapan baik dari segi umur atau materilnya.

5. Mubah, berlaku bagi mereka yang tidak ada faktor penghalang maupun

pendorong untuk menikah. Hukum ini berlaku bagi mereka yang tidak

memiliki suatu penghalang dalam menikah baik dari segi umur, mapan,

dan tanggung jawab dalam berumahtangga. Hal ini berlaku bagi laki-laki

maupun perempuan.

Hukum menikah dalam islam adalah Sunnah yang dimana apabila di

laksanakan akan mendapat pahala dan apabila tidak di kerjakan maka tidak apa-

apa. Menikah merarti menyempurnakan iman dan agama kita sebagai ummat islam

sebagaiamana yang telah di riwayatkan. Oleh Sabda Nabi Muhammad SAW:

ُ‫ُوالنِ َكاح‬،
َ ‫ُوالس َِواك‬،
َ ‫طر‬ َ ‫ُا َ ْل َحيَـاء‬: َ‫س ِليْن‬
ُّ ‫ُوالت َّ َع‬، ْ ‫ُم ْنُسـن َِن‬
َ ‫ُالم ْر‬ ُِ ‫أ َ ْربَ ٌع‬
Artinya: Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu,
memakai wewangian, bersiwak, dan menikah (H.R At-Tirmidzi)
25

Dalam sebuah pernikahan seseorang pastinya akan memilih yang terbaik

menurutnya dalam membangun rumah tangga. Dalam islam sendiri seseorang di

anjurkan untuk pandai-pandai dalam memilih pasang hidup di tengah kalangan

orang-orang dengan memandang akhlak dan agamanya. Dalam mencari pasangan

hidup seorang laiki-laki dan perempuan akan mencari pasangan yang sesuai dengan

kriteria yang di inginkan. Namun tidak dapat di pungkiri dalam memilihnya sendiri

ada beberapa anjuran dalam menetapkan pilihan baik bagi perempuan ataupun laki-

laki. Seorang laki-laki juga akan mencari seorang wanita yang akan mendampingi

kehidupan rumah tangganya begitupun sebaliknya seorang wanita juga akan

mencari laki-laki yang dapat membimbing dalam kebaikan dalam mengejar ridoh

Allah SWT hidup di dunia hingga berkumpul kembali di akhirat kelak.

Sabda Rasulullah SAW :

ُ‫ُِالدي ِْن‬ ْ َ‫ُف‬،‫اُو ِل ِد ْينِ َها‬


ِ ‫اظفَ ْرُ ِبذَات‬ َ ‫اُو ِل َج َما ِل َه‬
َ ‫س ِب َه‬
َ ‫اُو ِل َح‬ ْ ‫ت ْن َكح‬
َ ‫ُ ِل َمـا ِل َه‬:ٍ‫ُال َم ْرأَةُأل َ ْر َبع‬
َُ َ‫تُيَد‬
‫اك‬ ْ َ‫ت َ ِرب‬.
Artinya: “Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat
beragama, niscaya engkau beruntung”(H.R Al-Bukhari,)
Wanita memiliki kedudukan yang sangat mulia, penuh dengan kehormatan,

kelembutan dan juga kemuliaan. Maka dalam memilih wanita untuk pasangan

hidup hendaklah terdapat kriteria itu agar terjalin rumah tangga yang harmonis baik

antar suami dan istri ataumpun antar anak. Dalam hal memilih pasangan hidup
26

wanita juga harus memperhatikan berbagai hal-hal dalam memilih laki-laki sebagai

imam dalam keluarga.

Sabda Rasulullah SAW :

ُ‫ُإِالَُّت َ ْفعَلواُتَكنُفِتْنَةٌُفِى‬،‫ُوخلقَهُفَزَ ِوجوه‬ َ ‫إِذَاُأَتَاُك ْمُ َمنُت َ ْر‬


َ ‫ض ْونَ ُدِينَه‬
ٌُ ‫ع ِر‬
‫يض‬ َ َ‫ُوف‬
َ ٌُ ‫ساد‬ َ ‫ض‬ ِ ‫اْأل َ ْر‬
Artinya: “Jika (seorang lelaki) datang (untuk meminang anak perempuan
kamu) dan kamu berpuas hati dengan agamanya serta akhlaknya, nikahkanlah ia
(dengan anak perempuan kamu). Jika hal itu tidak kamu lakukan maka akan terjadi
fitnah di (muka) bumi.” (H.R Abu Hurairah RA)
Seorang laki-laki adalah sebagai pemimpin atau kepala keluarga pada suatu

pernikahan yang memilki kewajiban untuk membimbing dan menafkahi kehidupan

keluarga yang terdiri atas istri dan anak-anaknya dalam kehidupan sehari-harinya.

Laki-laki memiliki sebuah tanggung jawab yang besar dalam keluarga maka dalam

memilih sesorang yang akan di jadikan sebagai imam dalam keluarga hendaklah

yang baik akhlak dan dia yang bisa menafkahimu.

3. Perceraian

a. Pengertian perceraian

Umar Haris Sanjaya & Aunur Rahim Faqih (2017: 103) menuliskan bahwa

“Perceraian adalah putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri dengan

berbagai sebab-sebab terjadinya dimana tidak dapat di selesaiakan sehingga

perceraian menjadi dalan keluarnya”. Suatu pemutusan ikatan pada suatu

pernikahan hendaklah bukan dikarekan suatu perkara yang ringan atau sepele

melaiankan karena sudah merupakan jalan terakhir yaitu perceraian. Berdasarkan


27

Undang-Undang Perkawinan pemutusan hubungan pernikahan terdapat beberapa

sebab yang melatar belakanginnya yaitu:

1. Kematian

2. Perceraian

3. Atau putusan pengadilan

Dalam islam sebuah perceraian memang tidak di larang namun Allah SWT

membenci sebuah perceraian. Bercerai dilakukan sebagai jalan terakhir apabila

suatu permasalan dalam pernikahan itu tidaka dapat di pertahankan lagi. Asmuni,

dkk.(2017: 294) menyatakan bahwa “perceraian adalah putusan ikatan perkawinan

sebab dinyatakan talak oleh suami terhadap istrinya yang perkawinanya

dilangsungkan menurut agama islam, yang dapat juga di sebut sebagai cerai talak”.

Dalam islam talak berarti memutuskan sebuah hubungan antar suami dan istri

dalam suatu pernikahan yang sah menurut agama dan negara. Talak sendiri terbagi

atas talak satu, talak dua dan talak tiga. Pembagian yang ada merupakan suatu

pembeda dengan kondisi yang berbeda pula.

b. Penyebab perceraian

Berbagai macam pokok permasalahan yang terjadi sehingga

melatarbelakangi terjadinya suatu perceraian. Sudirman (2018:18) dalam bukunya

menjelaskan ada beberapa factor penyebab terjadinya perceraian diantaranya:

1. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga

Ketidak harmonisan dalam rumah tangga sering kali di temui dengan

berbagai latar belakang masalah yang menyebabkan suatu ketidak cocokan


28

atau keharmonisan di dalam keluarga itu. Perbedaan pandangan antara

pihak suami dan istri dalam suatu masalah menyebabkan kesalahpahaman

sehingga terjadi suatu perceraian.

2. Krisis moral dan akhlak

Suatu sifat seseorang memang sesuatu yang paling sulit untuk di ubah

sehingga tidak jarang suatu krisis moral dan akhlak dalam suatu

permasalahan rumah tangga. Dalam menjalani kehidupan berumahtangga

suatu kewajiban dan hak sebagai suami dan istri harus terlaksana dengan

tujuan menciptakan suatu keluarga yang harmonis namun hal ini tidak

dapat dijadikan suatu patokan karena pada kenyataannya banyak dari

mereka yang hanya mementikan diri sendiri.

3. Perzinaan

Hal yang dapat menyebabkan suatu perceraian adalah timbulnya

perzinahan baik antara suami ataupun istri yang dilakukan dengan sengaja.

4. Pernikahan tanpa cinta

Pernikahan tanpa cinta kerap kali ditemukan pada suatu perjodohan. Hal

ini kerap menjadi sebuah alasan suatu perceraian karena tidak adanya rasa

saling suka antara satu sama lain dari rentang waktu yang mereka lewati

sehingga jalan perceraian menjadi solusi untuk mencari kebaikan antar

kedua belah pihak.

5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan


29

Berbagai masalah dalam menjalani suatu kehidupan rumah tangga

memang merupakan hal yang sudah biasa atau tidak dapat terhindari.

Perbedaan jalan fikir masing-masing menjadikannya sering menimbulkan

suatu masalah seperti perselisihan atau KDRT (Kekerasan Dalam Rumah

Tangga).

Dari apa tertulis diatas berbagai penyebab terjadinya perceraian juga bisa

dikarenakan oleh :

1. Status social ekonomi ( Kemiskinan)

2. Usia mereka saat menikah (Menikah Muda)

3. Tidak adanya keturunan

4. Perbedaan keyakinan

Berbagai macam pokok permasalahn yang terjadi pada suatu rumah tangga

masing-masing memilki jalan keluarnya, namun dikarenakan sikap egois yang

tinggi sehingga menyebabkan kesalahpahaman itu berkepanjangan sehingga baik

suami ataupun istri mengambil jalan keluar perceraian sebagai suatu solusi terbaik

dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi tanpa memikirkan beberapa akibat-

akit yang mungkin saja akan merugikan bukan hanya untuk keduannya tetapi pada

lingkungan keluarga ataupun sosialnya.

c. Macam-macam perceraian

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975 proses perceraian yang telah mengajukan gugatan

baik itu pihak suami atau istri. Dalam hal perceraian terdapat perbedaan antara
30

penganut Agama islam dan agama diluar islam sehingga dalam proses perceraian

di bedakan menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut:

1. Cerai talak

Cerai berdasarkan talak berarti putusnya suatu ikatan pernikahan akibat

jatuhnya talak yang di berikan oleh suami kepada istri, baik itu talak satu, dua,

ataupun tiga dengan berbagai alasan sehingga jatuhlah talak itu. Menurut

Muhammad Abdul Wahab, Lc (2019: 6) menjelaskan bahwa “talak adalah

renggangnya suatu ikatan perkawinan yang telah lama di jalani namun harus di

akhiri karena berbagai masalah yang timbul sehingga terjadi jatuhnya talak dari

suami kepada istrinya”

Dalam hal cerai talak Sudirman (2018: 14) dalam bukunya menjelaskan beberapa

jenis talak diantaranya adalah:

a. Talak Raj’i

Talak Raj’i berarti jatuhnya talak satu atau dua yang diberikan pihak suami

kepada istri sahnya. Dari jatuhnya talak ini seorang suami dapat meminta

rujuk kembali kepada istrinya dengan syarat belum melewati masa Iddah

nya.

b. Talak bain

Jatuhnya talak bain atau talak tiga dijatuhkan kepada istrinya. Dari jatuhnya

talak ini seorang suami tidak dapat meminta rujuk kecuali masing-masing

telah menikah satu kali baik pada pihak laki-laki atau perempuan itu sendiri.
31

c. Talak sunni

Talak ini dijatuhkan oles suami kepada istrinya yang masih gadis atau belum

menyetubuhinya setelah dari akad dilangsungkan. Hal ini kerap terjadi pada

suatu perjodohan.

d. Talak bid’i

Talak bid’i ini dijatuhkan suami pada istrinya pada saat keadaan sedang

datang bulan atau haid.

e. Talak taklik

Talak taklik atau suatu perceraian dimana dalam pernikahan itu terdapat

sebuah sebab atau syarat di dalamnya sehingga apabila dari syarat itu ada

terlanggar maka jatuhlah talak ini.

Dalam proses perceraian talak tentunya memilki suatu pokok permasalahn

yang berbeda pula sehingga jatuhnya talak itu jelas dengan berbagai alasan di

jatuhkannya. Kata talak tidak dapat di anggap sepele dalam pengucapannya

sehingga jatuhnya talak harus jelas sehingga jatuhnya talak itu sah dan selanjutnya

dapat dilakukan perceraian.

2. Cerai Gugat

Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 132 ayat (1) gugatan cerai adalah

sebuah gugatan yang di ajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan Agama

kecuali si istri meninggalkan tempat tinggal bersama tanpa izin suami. Berdasarkan

apa yang di jelaskan terdapat 2 macam cerai gugat yaitu:

a. Khulu’
32

Menurut Jamaluddin dan Nanda Amalia (2016: 95) dalam bukunya

menjelaskan “Khulu’ dalam Bahasa arab berarti menghilangkan atau

meninggalkan. Dalam makna syariat, khulu’ diartikan perpisahan wanita

dengan ganti dan dengan kata-kata khusus.” Khulu’ adalah suatu kesepakan

perceraian antara suami dan istri atas permintaan istri dengan memberikan

sejumlah harta pada suami. Penjelasan tentang khulu’ di jelaskan dalam

firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 229.

b. Fasakh

Secara istilah fasakh berarti membatalkan akad nikah dengan melas atau

memutuskan hubungan yang terjalin sebagai suami dan istri. Sedangkan

dalam arti Bahasa kata Fasakh berarti batal atau rusak. Perceraian fasakh

terjadi dikarenakan sebuah perkawinan itu dilangsungkan tanpa

terpenuhinya rukun atau syarat perkawinan sehingga di lakukan pembatalan

atau pemrombakan oleh hakim. Dan ketikan suatu perkawianan itu hendak

di lanjutkan maka hendak dilakukan sebuah akad nikah yang baru.

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian relevan yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skripsi oleh Lukman Khakim (2014) “ Tentang Peran BP4 terhadap

Efektivitas Kursus Pra Nikah dalam Mengurangi terjadinya Perceraian”

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari pelaksanaan kursus pra nikah yang

diadakan hanya sekita 40% saja yang mengikuti pelaksanaan kursus pra nikah

ini. hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran pada masyarakat setempat.
33

Dari penelitian yang dilakukan oleh Lukman Khakim terdapat persamaan

topik yang dibahas oleh penulis yaitu berkenaan dengan kursus pra nikah dalam

mengurangi angka perceraian. Adapun dari segi perbedaannya pada penelitian

yang dilakukan oleh Lukman Khakim lebih berfokus pada penyelenggaraan

kursus pra nikah ini yaitu BP4 itu sendiri.

2. Nur Alimahmudrikah Rusydi (2017) “ Penerapan Kursus Calon Pengantin

dalam Menanggulangi Perceraian di Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros”

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan maka disimpulkan bawa pada

pelaksanaan kursus pra nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dtudi

kasu dan lainnya. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah dapat dikatakan

kurang efektif terlihat dari angka perceraian yang terjadi dari tahun 2010-2016

cukup tinggi di masyarakatnya.

Dari penelitan yang dilakukan oleh Nur Alimahmudrikah Rusydi terdapat

persamaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama

mengkaji tentang kursus pra nikah dalam hal perceraian dimasyarakat. Dan

untuk perbedaannya terdapat pada peraturan yang dikaji didalamnya masih

menggunakan peraturan lama yaitu Peraturan Direktur Jendral Bimas Islam

Nomor: DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang kursus calon pengantin sedangkan pada

penelitian penulis lebih pada peraturan yang telah di sempurnakan yaitu

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542

Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

3. Pebriana Wulansari (2017) “Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin

sebagai Upaya Pencegahan Perceraian (Studi Badan Penasehat Pembinaan dan


34

Pelestarian Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kedondongan Pesawaran)”

Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bawa kursus pra nikah

dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pra pelaksanaan dan tahap pelaksanaan

dimana dalam pelaksanaannya dapat dikatan efektif. Sedangkan dampak yang

diperoleh dari kursus pra nikah ini adalah adanya kesiapan yang di miliki oleh

para calon pengantin.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Pebriana Wulansari terdapat

persamaan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu pada

topik kajian mengenai bimbingan pra nikah dalam hal perceraian dimasyarakat.

Sedangkan perbedaannya terdapat pada informan penelitian yang dimana pada

penelitian yang dilakukan oleh Pebriana Wulansari hanya terdapat 2 informan

penelitian yaitu pegawai dan honorer dari KUA kecamatan Kadondong

sedangkapan pada penelitian penulis terdapat 4 informan yang akan menjadi

informan pada penelitian ini yang terdiri dari kepala dan staff KUA Kecamatan

Tondong Tallasa, peserta kursus pra nikah, remaja usia nikah dan masyarakat

setempat.

4. Siti Rolatun (2017) “ Bimbingan Pra Nikah untuk mencegah Perceraian bagi

Calon Pengantin di BP4 KUA Kecamatan Japah, Kabupaten Blora” Dari hasil

penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa dari kursus pra nikah

dilakukan dengan efektif dengan dan berdasarkan pada peraturan yang ada

namun tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya terdapat kekurangan atau

kelebihan yang ditemukan.


35

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Rolatun terdapat kesamaan dari

penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pada pelaksanaan bimbingan

atau kursus pra nikah yang dilakukan di BP4 KUA kecamatan setempat.

Sedangkan perbedaannya terdapat pada

5. Viki Rahmat Illahi (2019) “ Peran Badan Penasehat Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan dalam Mengurangi Tingkat Perceraian di Kecamatan

Kunto Darussalan, Kabupaten Rokan Hulu” Dari penelitian yang telah

dilakukan menyimpulkan bahwa pemberian kursus pra nikah dalam

penyelenggaraannya dilakukan oleh BP4 dengan metode penyampain dengan

ceramah atau diskusi atau pemberian sebuah nasehat-nasehat atau konseling

tentang rumah tangga/keluarga.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Viki Rahmat Illahin terdapat

persamaan dari penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu pada pengurangan

tingkat perceraiannya. Sedangkan perbedaannya terdapat pada dimana dalam

penelitian Viki Rahmat Illahi fokus penelitian terdapat pada peran Badan

Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan sedangkan pada penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis berfokus pada efektivitas kursus pra nikah

sebagai upaya dalam mengurangi angka perceraian dimasyarakat.

6. Umu Aminah (2016) “Analisis terhadap Program Kursus Calon Pengantin

(Suscatin) dalam Menekan Angka Perceraian (Studi Kasus di Kecamatan

Ciomas). Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dari pelaksanaan kursus

pra nikah ini efektif terbukti dengan rendahnya angka perceraian pada tahun

2015. Pada penelitian yang dilakukan oleh Umu Aminah terdapat persamaan
36

dari penelitian penulis yaitu pada pegadaan kursus calon pengantin dalam

menekan angka perceraian sedangkan perbedaannya terdapat pada landasan

dari pelaksanaan kursus calon pengantin pada penelitian Umu Aminah yaitu

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji

Departemen Agama RI, pedoman Konselor Keluarga sakinah. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan penulis pada pelaksanaan kursus pra nikah dilandasi

pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor:

DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.

7. Kimelia Sambas (2019) “Pola Bimbingan BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan

dan Pelestarian Perkawinan) dalam Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan

Medan Perjuangan” pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kursus pra nikah

yang dilaksanakan oleh BP4 berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan

turunnya angka perceraian di masyarakat kecamatan medan perjuangan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kimelia Sambas terdapat kesamaan

dengan topik penelitian penulis yaitu pada pencegahan perceraian dalam

masyarakat. Sedangkan perbedaannya adalah pada Kimelia Sambas tidak

menjelaskan mengenai kursus pra nikah tetapi hanya pada pola bimbingan di

BP4 semata.

8. Siti Nadirah Binti Mohd Nazri (2018) “Efektivitas Bimbingan Pra Nikah

dalam mengatasi Peningkatan Perceraian (Kajian di Jabatan Hal Ehwal Agama

Islam Pulau Pinang Malaysia). Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa

pasangan yang mengikuti kursus pra nikah ini di wajibkan untuk mengikuti

serangkaian kegiatan. Dimana dalam pelaksanaan kursus pra nikah ini


37

dilakukan sesuai prosedur pelaksanaan. Namun sayangnya dari pelaksanaan ini

tujuan yang ingin di capai dalam mengurangi angka perceraian masih belum

efektif khususnya pada pulau pinang.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadirah Binti Mohd Nazri

terdapat persamaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu pada

bimbingan pra nikah dalam mengatasi perceraian. Sedangkan perbedaan dari

penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadirah Binti Mohd Nazridan dan penulis

terdapat perbedaan pada penyelenggaraannya mengingat penelitian ini

dilakukan di luar Negara Indonesia maka peraturan yang dibuat serta

penerapannya akan berbeda dan disesuaikan oleh peraturan dinegaranya

sendiri.

C. Kerangka Pikir

Pelaksanaan Kursus Pra Nikah diatur dalam Peraturan Direktural Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam. Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013

Tentang Pedoman Penyelanggaraan Kursus Pra Nikah. Dimana Kursus Pra Nikah

ini merupakan sebuah peraturan yang dibuat pemerintah dalam meningkatkan

sebuah kualitas pernikahan dimana di dalamnya memuat tentang pedoman

penyelenggaraan kursus pra nikah. Dalam pelaksanaannya kursus pra nikah

dilaksanakan oleh BP4 (Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestrarian

Perkawinan) sebagai sebuah lembaga yang resmi dan di akui oleh Kementrian

Agama. Kursus pra nikah ini dilaksanakan dengan beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah terlepas pada dasar hukum di

laksanakannya serta untuk mengurangi perselisihan, perceraian dan KDRT


38

(Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Adapun tujuan pelaksanaan kursus pra nikah

ini untuk meningkatkan kualitas pernikahan dalam mewujudkan

rumahtangga/keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Dari beberapa

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kursus pra nikah serta tujuan dari

pelaksanaan kursus pra nikah yang ada ini maka diharapkan dapat mengurangi

angka perceraian dimasyarakat demi terciptanya masyarakat yang lebih sejahterah

Skema Kerangka Pikir

Peraturan Direktural Jendral Bimbingan Masyarakat


Islam. Kementrian Agama Nomor DJ.II/542 Tahun
2013 Tentang Pedoman Penyelanggaraan Kursus
Pra Nikah

BP4 (Badan Penasehatan,


Pembinaan dan Pelestrarian
Perkawinan)

Pelaksanaan Kursus Pra Nikah

Faktor-faktor yang Tujuan


mempengaruhi Pelaksanaan
pelaksanaan Kursus Kursus Pra Nikah
Pra Nikah

Mengurangi Angka
Perceraian di
Masyarakat
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Farida Nugrahani (2014: 4) dalam bukunya menjelaskan bahwa

“Penelitian kualitatif adalah sebuah jenis penelitian yang bersifat deskriptif tanpa

dengan data yang ada tanpa menggunakan angka atau perhitungan yang ada seperti

pada penelitian kuantitatif. Dimana dalam tujuan penelitian ini dilakukan untuk

memahami suatu topik penelitian dari apa yang terjadi dari sebuah ekspektasi

terhadap realita yang ada dilapangan.”

Penelitian kualititif bersifat deskriptif dimana menggambarkan subjek atau

objek dalam suatu penelitian baik berupa lembaga, orang atau masyarakat yang

didasarkan pada sebuah fakta yang ada sehingga penggunaan analisis dengan

pendekatan studi kasus diguanakan dalam penelitian ini.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk mengkaji

efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka

perceraian di masyarakat (Studi di KUA kecamatan tondong tallasa Kabupaten

Pangkep). Dengan menggunakan metode deskriptif sebagai penggambaran subjek

atau objek pada suatu bentuk penelitian yang disusun berdasarkan fakta yang ada

dilapangan berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian.


40

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di KUA kecematan Tondong Tallasa, Kabupaten

Pangkep. Dengan waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari

bulan April sampai Mei 2021.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri dari 2 yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang

telah ditentukan oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penulis sebagai data

pendukun g dalam suatu penelitian seperti berupa buku, jurnal, dan data

lain yang secara tidak langsung sebagai sebuah referensi dalam suatu

penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pelaksanaan

penelititian sebagai sumber data yang di butuhkan penulis. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik purposive samping dalam menentukan informan

pada penelitian ini. Teknik purposive sampling adalah teknik pengumpulan

data dimana informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung dan

memiliki pemahaman terkait dengan apa yang inin di kaji. Menurut Sugioyono

(2013: 216) bahwa “Purposive sampling adalah tehnik pemilihan informan


41

dengan pertimbangan atau tijian tertentu”. Adapun yang menjadi informan

dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala dan staff di KUA Kacamatan Tondong Tallasa

Dalam pengumpulan data yang menjadi informan penelitian ini adalah

kepala dan para staff di KUA Kacamatan Tondong Tallasa sebagai

informan utama dalam mendapat informasi yang lebih jelas tentang

efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah sebagai upaya pengurangan angka

perceraian dimasyarakat Kecamatan Tondong Talllsa, Kabupaten Pangkep.

2. Pasangan Kursus Pra Nikah

Pasangan kursus pra nikah adalah calon pengantin pria dan wanita yang

mengikuti kursus pra nikah sebelum melangsungkan perkawinan melalui

pembekalan dan konseling mengenai pernikahan.

3. Remaja usia pra nikah

Remaja usia nikah adalah remaja yang telah cukup umur atau dewasa

dengan usia laki-laki muslim sekurang-kurangnya 19 tahun dan perempuan

muslimah 16 tahun.

4. Tokoh masyarakat di Kecamatan Tondong Tallasa

Dari penentuan informan yang telah di tentukan, maka penulis mengambil

8 orang sebagai informan pada penelitian ini dimana pada rinciannya terdiri atas

ketua dan staf KUA Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, 2 pasangan

kursus pra nikah, 2 remaja usia nikah dan 2 masyarakat setempat.


42

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data di lapangan. Instrument penelitian sangat penting di

miliki dalam melakukan suatu penelitian sehingga data yang di peroleh itu lebih

akurat dan relevan berdasarkan pada pokok permasalahan yang sedang dikaji.

Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah sebuah pedoman terperinci yang didalamnya

memuat tentang langkah-langkah yang dilakukan saat observasi dilapangan

mulai dari merumuskan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan

perilaku yang akan diobservasi, prosedur dan teknik perekaman, kriteria

analisis hingga interpretasi.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan dalam melakukan

wawancara yang digunakan untuk bagaiamana dapat memperoleh

informasi dan informan yang berupada daftar pertanyaan sehingga alur

daripada wawancara yang dilakukan dapat terarah dan maksimal.

3. Alat/ bahan dokumentasi

Alat/bahan dokumentasi adalah benda yang dipakai dalam

mempermudah mengerjakan suatu penelitian. Penggunaan alat/ bahan

dokumntasi sangan penting dalam proses pengumpulan data di lapangan.

Dalam melakukan penelitian digunakan Handphone untuk merekam

wawancara, kamera yang berfungsi untuk mendokumentasikan proses


43

wawancara atau hal-hal yang di anggap penting serta alat tulis untuk

mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam proses wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan

metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data dengan meminta

keterangan secara langsung kepada informan mengenai keterangan atau

pendapat yang di ketahuinya mengani suatu pokok permasalahan. Dalam

pengumpulan data dengan metode wawancara sebelumnya peneliti

membuatkan sebuah daftar pertanyaan yang berisi pokok-pokok

permasalahan yang akan dipertanyakan yang kemudian akan menjadi data

pendukung dalam proses penelitian

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara turun ke

lapangan demi memperoleh data secara langsung. Observasi dilakukan di

Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep. Dalam hal ini yang

diobservasi adalah Kepala dan Staff di Kantor Urusan Agama (KUA) serta

Masyarakat Kecamatan Tondong Tallasa. Observasi di lakukan guna

membuktikan dari data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. Hal ini

pennting dilakukan untuk bagaiamana peneliti dapat menilai secara

langsung tentang hal-hal yang dianggap penting.


44

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan informasi atau bukti yang

di ambil saat melakukan penelitian di lokasi. Dokumentasi sangat penting

di lakukan sebagai data penunjang dalam penelitian, adapaun yang

termasuk dalam dokumetasi adalah berupa gambar, dokumen-dokumen

penting serta hal-hal lain yang dapat menunjang proses penelitian.

Dari data yang diperoleh secara keseluruhan kemudian disusun

secara deskriptif kualitatif, dalam proses penyususnanya dengan

menjelaskan, mengurai, dan menggambarkan sesuai dengan data yang ada

sesuai permasalahn mengenai efektivitas pelaksanaan kursus pra nikah

sebagai upaya pengurangan angka perceraian dimasyarakt Kecematan

Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep.

G. Teknik Keabsahan Data

Dari semua data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi maka diperlukan sebuah pengujian keabsahan data untuk melihat

keabsahan maka perlu diteliti kreadibilitasnya. Pengecekan keabsahan data dapat

dilakukan dengan teknik Triangulasi. Menurut Sugiono (2013: 274) dalam

bukunya menjelaskan bahwa triangulasi adalah sebuah proses pengecekan atau

pengujian kreadibulitas yang dilakukan terhadap data yang diperoleh. Triangulasi

terbagi atas triangulasi sumber, triangulasi tekhnik pengumpulan data dan waktu.
45

a. Triangulasi sumber

Pada tahap Tringulasi sumber berarti dilakukan untuk mengkaji

kreadibilitas dari data yang telah diperoleh untuk selanjutnya mengecek

sumber-sumber yang telah di akses dalam memperoleh data tersebut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik diartikan sebagai pengujian kreadibilitas dari data

yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang ada dengan

menggunakan sebuah teknik yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan

untuk menguji keabsahan data lebih efisien.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dimana dalam pengumpulan data waktu juga

mempengaruhi dalam kreadibilitas dari data yang telah diperoleh. Maka

untuk itu dalam proses pengujian kreadibilitas data dari

wawancara,observasi dan dokumentasi maka diperlukan teknik dan

waktu yang berbeda untuk memperoleh data yang lebih valid.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit yang

simple,mendeskripsikan dan menyusunnya agar mudah dipahami oleh diri sendiri

ataupun orang lain.

Dalam peneitian ini teknik analisis data yang diguanakan adalah

menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan data yang telah di


46

peroleh. Menurut Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Chori (2019: 42-46) dalam

bukunya menjelaskan tentang tahap analisis datanya adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia dari

berbagai sumber yang ada mengenai efektivitas kursus pra nikah sebagai

upaya pengurangan angka perceraian dimasyaakat Kecematan Tondong

Tallasa, Kabupaten pangkep yang di dapat melalui penumpulan data dari

wawancara, observasi dan dokumentasi yang disusun secara sistemetis agar

mudah di pahami.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, ataau memilih data-data yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting serta dicari tema dan polanya

untuk selanjutnya di masukkan pada proses penyajian data. Reduksi data

adalah proses penyederhanaan, penggolongan serta memilah data yang

telah diperoleh dari informan melalui hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi di lokasi Kecamatan Tondong Tallasa sehingga

menghasilkan data yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan

kesimpulan.

3. Penyajian Data

Proses penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk yang berbeda-beda hal

ini untuk dilakukan demi mempermudah peneliti dalam menyajikan suatu

data yang mudah dimengerti. Dalam penyajiannya dapat berupa uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian data


47

merupakan proses disaat semua data yang telah diperoleh di susun dengan

mendeskripsikannya yang di susun secara sistematis dari hasil

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang

telah melalui tahap reduksi data sehingga data yang di susun mudah untuk

dipahami.

4. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Verivikasi/Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara yang dapat berubah sejalan dengan berjalannnya waktu dengan

temuan bukti-bukti yang lebih kuat. Penarikan kesimpulan adalah tahap

terakhir dari analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan dari hasil reduksi

data dan penyajian data yang disusun dari hasil penelitin yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazali, 2003. Fiqih Munakat Cet ke-1. Bogor: Kencana

Asmuni, Khori, dan Nispu, 2017. Hukum Kekeluargaan Islam. Medan: Wal Ashri

Azman Arsyad, 2020. Tren Media Sosial terhadap Pengaruh tinnginya Perceraian
di Kabupaten Pangkep. Jurnal Al-Qadau

Darmawati H & Hasyim Hadde, 2020. Efektivitas Penyuluhan BP4 dalam


Menekan Angka Perceraian di Kota Makassar. Harmoni

Farida Nugrahani, 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian


Pendidikan Bahasa. Surakarta

Halimah Dian Nastity & Heru Siswanto. 2019. Penyelenggaraan “Kursus Pra
Nikah” dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah di Badan Penasehat,
Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan. Jurnal PLUS UNESA, 8(2).

Hasbin Indra, Iskandar Ahza, dan Husnani, 2004. Potret Wanita Sholehah.
Jakarta: Penamadani

Iffah Muzammil, 2019. Fiqih Munakahat (Hukum Perkawinan dalam Islam).


Tangerang: Tira Smart

Jamaluddin & Nanda Amalia, 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan.


Lhokseumawe: Unimal Press

Kamelia Sambas, 2019 Pola bimbingan BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan) dalam Mencegah Perceraian di KUA Kecamatan
Medan Perjuangan.Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara

Mahmud Mahdin Al- Istanbul, 2010. Bekal Pengantin. Solo: Aqwam

Moh Ali Wafa, 2018. Hukum Pernikahan di Indonesia (Sebuah Kajian dalam
Hukum Islam dan Hukum Materil). Banda Baru: YASMI

Muhammad Abdul Wahab, Lc, 2019. Jatuhkah Talakku?. Jakarta Selatan: Rumah
Fiqhi Publishing

Sudirman, 2018. Pisah Demi Sakinah (Kajian Kasus Mediasi Perceraian di


Pengadilan Agama. Jember: Pustaka Radja

48
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitiatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Syaikh Mahmud Mahdi Al-Istanbul, 2012. Kado Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press

Umar Haris Sanjaya & Aunur Rahmi Faqih , 2017. Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia. Yogyakarta: Gama Media

Umar Sidiq & Moh. Miftachul Choiri, 2019. Metode Penelitian Kualitatif di
Bidang Pendidikan. Ponogoro: CV Nata Karya

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan

Peraturan Direktural Jendral Agama Nomor. DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang


Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah

Lampiran Peraturan Direktural Jendral Agama Nomor. DJ.II/542 Tahun 2013


Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah

49
LAMPIRAN

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Anna Nurauliah

NIM : 105431101317

Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA

Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep)

Rumusan Masalah Informan Indikator/Sub indikator Item Pertanyaan

“Bagaimana 1. Ketua dan Staf di  Perencanaan kursus pra nikah 1. Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk

Efektivitas Kursus KUA Kacamatan mengikuti kursus pra nikah ini

Pra Nikah dalam Tondong Tallasa, 2. Apakah sebelumnya telah mengikuti

Mengurangi Angka Kabupaten kursus pra nikah?

Perceraian di Pangkep

50
Masyarakat 2. Pasangan Kursus  Pelaksanaan Kursus pra nikah 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu

Kecamatan Tondong pra nikah dengan pelaksanaan kursus pra nikah di

Tallasa, Kabupaten 3. Remaja usia KUA Kecamatan Tondong Tallasa ?

Pangkep ?” nikah 2. Apa arti penting dari pelaksanaan kursus

4. Masyarakat pra nikah bagi pasangan calon

setempat pengantin ataupun remaja usia nikah

yang mengikuti kursus pra nikah ?

1. Apakah calon pengantin yang mendaftar

di KUA ini wajib mengikuti kegiatan

kursus pra nikah ?


 Kegiatan kursus pra nikah
2. Bagaimana langkah-langkah atau proses

pelaksanaan kursus pra nikah yang

51
dilakukan pada KUA Kecamatan

Tondong Tallasa ini?

3. Apakah hanya pasangan calon pengantin

saja yang dapat mengikuti kursus pra

nikah ini?

4. Materi apa saja yang diberikan pada

pelaksanaan kursus pra nikah?

5. Siapa saja yang menjadi narasumber

dalam pelaksanaan kursus pra nikah ?

6. Apakah sarana dan prasarana yang ada

mendukung dalam pelaksanaan kursus

pra nikah ini?

52
7. Apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhi pada keberhasilan

pelaksanaan kursus pra nikah ini?

8. Bagaimana efektivitas dari kursus pra

nikah yang dilaksankan di KUA

Kecamatan Tondong Tallasa ini.

9. Apa saja faktor-faktor yang mendukung

efektivitas pada kursus pra nikah ini?

10. Apakah tanda bukti yang diberikan oleh

pihak pelaksana dari mengikuti kursus

pra nikah ini?

11. Apakah perubahan yang anda rasakan

 Pengurangan angka setelah setelah mendapatkan bimbingan

perceraian kursus pra nikah ini?

53
1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu

tentang berbagai permasalahan rumah

tangga yang timbul di masyarakat?

2. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu

tentang maraknya perceraian di

masyarakat tondong tallasa?

3. Apakah tingkat perceraian di

masyarakat saat ini meningkat ?

4. Apakah kursus pra nikah ini bisa

menjadi solusi dalam mengurangi angka

perceraian dimasyrakat?

54
5. Apakah dari penerapan kursus pra nikah

ini angka perceraian di masyarakat

tondong tallasa berkurang?

6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana agar

suatu pernikahan itu bisa terhindar dari

berbagai permasalahan-permasalahan

rumah tangga sehingga dapat tercipta

keluarga yang sakinah,mawaddah dan

warahmah?

55
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
Nama : Anna Nurauliah

NIM : 105431101317

Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA

Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep)

No Rumusan Masalah Indikator/sub Item pengamatan Y T Keterangan


indicator

1. “Bagaimana Efektivitas  Perencanaan kursus 1. Ada syarat-syarat tertentu

Kursus Pra Nikah dalam pra nikah untuk mengikuti kursus pra

Mengurangi Angka nikah ini

Perceraian di Masyarakat 2. Sebelumnya telah mengikuti

Kecamatan Tondong kursus pra nikah

56
Tallasa Kabupaten  Pelaksanaan Kursus 1. Penilaian Bapak/Ibu terhadap

Pangkep?” pra nikah pelaksanaan kursus pra nikah

di KUA Kecamatan Tondong

Tallasa

2. Ada arti penting dari

pelaksanaan kursus pra nikah

bagi pasangan calon pengantin

ataupun remaja usia nikah

yang mengikuti kursus pra

nikah

1. Calon pengantin yang

 Kegiatan kursus pra mendaftar di KUA ini wajib


nikah

57
mengikuti kegiatan kursus pra

nikah

2. Ada langkah-langkah atau

proses pelaksanaan kursus pra

nikah yang dilakukan pada

KUA Kecamatan Tondong

Tallasa

3. Hanya pasangan calon

pengantin saja yang dapat

mengikuti kursus pra nikah ini

4. Ada atau tidak materi yang

diberikan pada pelaksanaan

kursus pra nikah

58
5. Ada atau tidak yang menjadi

narasumber dalam

pelaksanaan kursus pra nikah

6. Terdapat sarana dan prasarana

yang ada mendukung dalam

pelaksanaan kursus pra nikah

ini

7. Terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi pada

keberhasilan pelaksanaan

kursus pra nikah ini

8. Kursus pra nikah efektif

dilaksanakan di KUA

Kecamatan Tondong Tallasa i

59
9. Terdapat faktor-faktor yang

mendukung efektivitas pada

kursus pra nikah

10. Terdapat tanda bukti yang

diberikan oleh pihak pelaksana

dari mengikuti kursus pra

nikah

11. Terdapat perubahan yang anda

rasakan setelah setelah

mendapatkan bimbingan

kursus pra nikah

60
 Pengurangan 1. Terdapat pandangan

angka Bapak/Ibu tentang berbagai

perceraian permasalahan rumah tangga

yang timbul di masyarakat

2. Terdapat Tanggapan

berbeda dari Bapak/Ibu

tentang maraknya perceraian

di masyarakat tondong tallasa

3. Tingkat perceraian di

masyarakat saat ini meningkat

4. Kursus pra nikah ini bisa

menjadi solusi dalam

mengurangi angka perceraian

dimasyrakat

61
5. Dari penerapan kursus pra

nikah ini angka perceraian di

masyarakat tondong tallasa

berkurang

6. Jika dalam pernikahan itu

tidak terdapat permasalahan-

permasalahan rumah tangga

dapat tercipta keluarga yang

sakinah, mawaddah dan

warahmah

62
Lampiran 3

PEDOMAN DOKUMENTASI
Nama : Anna Nurauliah

NIM : 105431101317

Judul Penelitian : Efektivitas Kursus Pra Nikah sebagai Upaya Pengurangan

Angka Perceraian di Masyarakat (Studi di KUA Kecamatan Tondong Tallasa,

Kabupaten Pangkep)

Dokumen Keterangan

Silabus

Modul

Sertifikat

Data pendaftar calon pengantin

Data peserta kursus pra nikah

Data perceraian

Dokumentasi pelaksanaan kursus pra

nikah

Dokumentasi wawacara

Foto

Jurnal

Buku

63

Anda mungkin juga menyukai