Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PROYEKSI ORTHOGONAL DAN

PERKALIAN SILANG VEKTOR

KELOMPOK 4

NAMA KELOMPOK : 1. AMELIA SYAFITRI (1984202042)


2. NOVI ELIZA (1984202032)

KELAS : 4.B MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU : ENDAH DWI PERMATA, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH PAGARALAM
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


            Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subkhanallahuwata’ala. Sholawat serta salam
kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Sholallahu’alaihi Wassalam, karena
atas hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami sampaikan kepada
pembina Mata Kuliah Pembelajaran Matematika, sebagai tugas pendalaman pembelajaran
Matematika. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen  Matematika yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini.
Selanjutnya kami mohon kepada bapak dosen khususnya dan pembaca pada
umumnya, bila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi bahasa
maupun kontennya,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya makalah yang kami buat.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pagaralam, 05 April 2021

                Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang ............................................................................................................5
1.2   Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3.  Tujuan..........................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Proyeksi Orthogonal.....................................................................................................7
2.2  Perkalian Silang Vektor ...............................................................................................10
2.3 Menentukan Arah Hasil Perkalian Silang Vektor i, j,k .........................................10
2.4  Rumus Umum Perkalian Silang Vektor ......................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1   Kesimpulan..................................................................................................................14
3.2   Saran............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Proyeksi orthogonal adalah proyeksi dua dimensi yang digunakan sebagai gambar
kerja/gambar desain, karena proyeksi ini didapatkan dengan cara memproyeksikan setiap sisi
benda/obyek gambar dari arah tegak lurus bidang yang diproyeksikan, sehingga
menghasilkan bentuk dan ukuran yang sama persis dengan aslinya (tidak ada pemendekan
ukuran dan perubahan bentuk). Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang
proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang
memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak
lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain.
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor. Secara geometris,
sebuah vektor merupakan objek geometri berupa ruas garis berarah. Sebuah vektor
digambarkan sebagai sebuah anak panah yang memiliki ujung dan pangkal. Titik letak vektor
merupakan titik awal letak vektor, sedangkan titik ujung vektor merupakan titik akhir vektor
yang ditandai dengan arah anak panah. Sebuah vektor yang berawal di titik A dan berakhir di
titik B disebut vektor AB dengan panjang vektor sama dengan panjang ruas garis AB.
Panjang ruang garis AB sama dengan jarak titik A ke titik B yang dinyatakan dalam simbol |
AB| (panjang vektor AB).
Pada aturan perkalian silang vektor (vector cross product) menghasilkan sebuah
vektor baru yang tegak lurus dengan vektor yang dioperasikan. Misalnya pada perkalian
silang vektor a dan vektor b menghasilkan vektor c = a × b. Vektor c dari hasil perkalian
tersebut adalah vektor yang tegak lurus dengan vektor a, selain itu vektor c juga tegak lurus
dengan vektor b.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari proyeksi ortogonal ?
2. Apa saja bidang-bidang proyeksi ?
3. Apa saja langkah-langkah untuk mendapatkan bidang proyeksi ?
4. Apa pengertian perkalian silang vektor ?
5. Bagaimana cara menentukan arah hasil perkalian silang vektor i, j, k ?

5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Proyeksi ortogonal
2. Untuk mengetahui apa saja bidang-bidang proyeksi
3. Untuk mengetahui langkah-langkah mendapatkan bidang proyeksi
4. Untuk mengetahui pengertian perkalian silang vektor
5. Untuk mengetahui cara menentukan arah hasil perkalian silang vektor i, j, k

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proyeksi Orthogonal

Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai


sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis - garis yang memproyeksikan benda terhadap
bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya
juga proyektor - proyektor tersebut sejajar satu sama lain.
Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi akan membentuk sebuah ruangan yang
disebut dengan ruang nyata. Bidang - bidang proyeksi tersebut adalah :
1. Bidang mendatar,disebut Bidang Proyeksi 1 (benda dilihat dari arah atas)
2. Bidang tegak,disebut Bidang Proyeksi 2 (benda dilihat dari arah depan)
3. Bidang samping,disebut Bidang Proyeksi 3 (benda dilihat dari arah samping)
Perhatikan gambar berikut ini!

 Selanjutnya, dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa perpotongan tiga bidang proyeksi
tersebut membentuk tiga buah sumbu, masing-masing adalah :
1. Sumbu o-x, sebagai perpotongan bidang P1 dan P2.
2. Sumbu o-y, sebagai perpotongan bidang P1 dan P3.
3. Sumbu o-z, sebagai perpotongan bidang P2 dan P3
Susunan bidang-bidang proyeksi seperti di atas yang membentuk ruang nyata disebut
dengan bidang gambar proyeksi stereometri. Dalam gambar stereometri ini, di samping

7
menampilkan gambar proyeksi 1, 2, dan 3 juga menampilkan gambar ruang objeknya. Dari
bentuk gambar stereometri akan disederhanakan menjadi bentuk gambar proyeksinya saja.

Untuk mendapatkan bidang-bidang proyeksi yang datar, dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut :
1. Sumbu o-x dan o-z dianggap sebagai engsel, sedangkan sumbu o-y dianggap dapat dibagi
menjadi dua bilah.
2. Bidang P1 diputar ke bawah hingga datar dengan bidang P2.
3. Bidang P3 diputar ke samping hingga datar dengan P3 (perhatikan Gambar. B).

Setelah memahami bagaimana terbentuknya bidang-bidang proyeksi dan sumbu-


sumbu proyeksi, sekarang kita mulai membuat gambar proyeksi itu sendiri. Kita akan
mempelajarinya secara bertahap, dimulai dari proyeksi sebuah titik, kemudian garis, bidang,
baru selanjutnya memproyeksikan suatu benda (benda geometris tiga dimensi).
Contoh-contoh proyeksi ortogonal antara lain :

8
9
2.2 Perkalian Silang Vektor (Cross Product: a × b)
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor. Secara geometris,
sebuah vektor merupakan objek geometri berupa ruas garis berarah. Sebuah vektor
digambarkan sebagai sebuah anak panah yang memiliki ujung dan pangkal. Titik letak vektor
merupakan titik awal letak vektor, sedangkan titik ujung vektor merupakan titik akhir vektor
yang ditandai dengan arah anak panah. Sebuah vektor yang berawal di titik A dan berakhir di
titik B disebut vektor AB dengan panjang vektor sama dengan panjang ruas garis AB.
Panjang ruang garis AB sama dengan jarak titik A ke titik B yang dinyatakan dalam simbol |
AB| (panjang vektor AB).
Perkalian vektor dan vektor dapat menghasilkan sebuah skalar atau sebuah vektor
baru. Aturan perkalian vektor dengan vektor yang menghasilkan skalar terdapat pada
bahasan dot product (perkalian titik). Sedangkan, aturan perkalian vektor dengan vektor yang
menghasilkan vektor baru terdapat pada bahasan cross product (perkalian silang). Pada
aturan perkalian silang vektor (vector cross product) menghasilkan sebuah vektor baru yang
tegak lurus dengan vektor yang dioperasikan. Misalnya pada perkalian silang vektor a dan
vektor b menghasilkan vektor c = a × b. Vektor c dari hasil perkalian tersebut adalah vektor
yang tegak lurus dengan vektor a, selain itu vektor c juga tegak lurus dengan vektor b.

Vektor yang tegak lurus dengan vektor a dan vektor b merupakan vektor hasil perkalian
silang antara kedua vektor tersebut.
2.3 Menentukan Arah Hasil Perkalian Silang Vektor i, j, k
Cross product atau hasil kali silang merupakan hasil kali antara dua vektor di ruang
dimensi tiga (R3) yang menghasilkan vektor tegak lurus terhadap kedua vektor yang
dikalikan. Atau dapat juga dikatakan bahwa perkalian silang antara dua vektor akan
menghasilkan vektor baru yang arahnya tegak lurus dengan masing-masing vektor.
Persamaan yang memenuhi pengertian dari perkalian silang vektor adalah |a × b| = |a| · |b|
sinθ (a, b).

10
Dalam perkalian silang vektor, selain perkalian nilai perlu juga untuk memperhatikan
hasil perkalian arah. Vektor dalam dimensi tiga ditunjuk oleh tiga sumbu yaitu sumbu x, y,
dan z. Ketiga sumbu tersebut masing-masing saling tegak lurus satu sama lain. Simbol arah
vektor dalam dimensi tiga umumnya ditulis dengan i (searah sumbu x), j (searah sumbu y),
dan k (searah sumbu z). Sudut yang dibentuk antara vektor satuan i, j, dan k adalah
90o (karena saling tegak lurus).

Berdasarkan persamaan yang berlaku pada perkalian silang vektor dapat diperoleh dua
kesimpulan.

Pertama adalah perkalian silang antara vektor satuan yang sejenis menghasilkan nilai nol
karena sudut yang terbentuk adalah 0o dan nilai sin 0o = 0. Sehingga, perkalian vektor satuan
yang sejenis akan sama dengan nol.
 i × i = |i|·|i| · sin 0o= 0
 j × j = |j|·|j| · sin 0o = 0
 k × k = |i|·|i| · sin 0o = 0
Kedua, perkalian silang antara vektor satuan yang tidak sejenis menghasilkan arah vektor
satuan yang berbeda. Cara menentukan arah vektor satuan i, j, k dapat dilakukan melalui
sebuah lingkaran dengan arah vektor satuan i, j, dan k. Urutan perkalian pada lingkaran yang

11
searah dengan putaran jarum jam menghasilkan nilai arah positif. Sedangkan urutan perkalian
yang berlawanan arah dengan putaran jarum jam menghasilkan nilai arah negatif.

Penjelasan lebih lanjut diberikan melalui keterangan gambar di bawah.

Penggunaan perkalian arah berguna untuk menyelesaikan soal perkalian silang seperti
berikut.

Soal: Diketahui vektor satuan a = 2i – j dan b = 3i, tentukan perkalian silang vektor


satuan a dan b!

2.4 Rumus Umum Perkalian Silang Vektor


Cara melakukan perkalian silang vektor pada dimensi tiga dapat dicari menggunakan
metode determinan matriks. Sebagai contoh, misalnya vektor c adalah hasil perkalian silang
antara vektor a = axi + ayj + azk dan b = bxi + byj + bzk. Maka rumus umum perkalian silang
vektor untuk vektor c = vektor a × vektor b dapat diperoleh melalui persamaan di bawah.

12
Atau, rumus umum perkalian silang vektor a = axi + ayj + azk dan vektor b = bxi
+ byj + bzk  juga dapat dinyatakan melalui persamaan umum berikut.
a = axi + ayj + azk
b = bxi + byj + bzk
a × b = (aybz – azby)i + (azbx – axbz)j + (axby – aybx)k
Penggunaan rumus umum tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal seperti berikut.
Soal: Tentukan vektor yang saling tegak lurus dengan vektor a = 3i + j + 2k dan vektor b = –
j + 2k!
Diketahui:
 a = 3i + j + 2k
 b = –j + 2k
Sehingga,
 ax = 3, ay = 1, az = 2
 bx = 0, by = –1, bz = 2
Vektor yang tegak lurus dengan vektor a dan vektor b merupakan vektor hasil dari perkalian
silang a × b.

a × b = (aybz – azby)i + (azbx – axbz)j + (axby – aybx)k


a × b = (1 · 2 – 2 · (–1))i + (2 · (0) – 3 · 2)j + (3 · (– 1) – 1 · 0)k
a × b = (2 – (–2))i + (0 – 6)j + (–3 – 0)k
a × b = (2 + 2)i +  (– 6)j + (–3)k
a × b = 4i – 6j –3k
Jadi, vektor yang saling tegak lurus dengan vektor a = 3i + j + 2k dan vektor b = –j + 2k 
adalah a × b = 4i – 6j –3k.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai
sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang
proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Perkalian vektor dan
vektor dapat menghasilkan sebuah skalar atau sebuah vektor baru. Aturan perkalian vektor
dengan vektor yang menghasilkan skalar terdapat pada bahasan dot product (perkalian titik).
Sedangkan, aturan perkalian vektor dengan vektor yang menghasilkan vektor baru terdapat
pada bahasan cross product (perkalian silang).

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurnah. Oleh karena itu, kami mengharapkan dari semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya. Namun, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.buildingengineeringstudy.com/2019/08/proyeksi-
orthogonal.html#:~:text=Proyeksi%20ortogonal%20adalah%20gambar
%20proyeksi,tersebut%20sejajar%20satu%20sama%20lain.

https://idschool.net/sma/perkalian-silang-vektor-cross-product-a-x-b/

15

Anda mungkin juga menyukai