KELOMPOK 4
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3. Tujuan..........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Proyeksi Orthogonal.....................................................................................................7
2.2 Perkalian Silang Vektor ...............................................................................................10
2.3 Menentukan Arah Hasil Perkalian Silang Vektor i, j,k .........................................10
2.4 Rumus Umum Perkalian Silang Vektor ......................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyeksi orthogonal adalah proyeksi dua dimensi yang digunakan sebagai gambar
kerja/gambar desain, karena proyeksi ini didapatkan dengan cara memproyeksikan setiap sisi
benda/obyek gambar dari arah tegak lurus bidang yang diproyeksikan, sehingga
menghasilkan bentuk dan ukuran yang sama persis dengan aslinya (tidak ada pemendekan
ukuran dan perubahan bentuk). Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang
proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis yang
memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain proyektor tegak
lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain.
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor. Secara geometris,
sebuah vektor merupakan objek geometri berupa ruas garis berarah. Sebuah vektor
digambarkan sebagai sebuah anak panah yang memiliki ujung dan pangkal. Titik letak vektor
merupakan titik awal letak vektor, sedangkan titik ujung vektor merupakan titik akhir vektor
yang ditandai dengan arah anak panah. Sebuah vektor yang berawal di titik A dan berakhir di
titik B disebut vektor AB dengan panjang vektor sama dengan panjang ruas garis AB.
Panjang ruang garis AB sama dengan jarak titik A ke titik B yang dinyatakan dalam simbol |
AB| (panjang vektor AB).
Pada aturan perkalian silang vektor (vector cross product) menghasilkan sebuah
vektor baru yang tegak lurus dengan vektor yang dioperasikan. Misalnya pada perkalian
silang vektor a dan vektor b menghasilkan vektor c = a × b. Vektor c dari hasil perkalian
tersebut adalah vektor yang tegak lurus dengan vektor a, selain itu vektor c juga tegak lurus
dengan vektor b.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari proyeksi ortogonal ?
2. Apa saja bidang-bidang proyeksi ?
3. Apa saja langkah-langkah untuk mendapatkan bidang proyeksi ?
4. Apa pengertian perkalian silang vektor ?
5. Bagaimana cara menentukan arah hasil perkalian silang vektor i, j, k ?
5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Proyeksi ortogonal
2. Untuk mengetahui apa saja bidang-bidang proyeksi
3. Untuk mengetahui langkah-langkah mendapatkan bidang proyeksi
4. Untuk mengetahui pengertian perkalian silang vektor
5. Untuk mengetahui cara menentukan arah hasil perkalian silang vektor i, j, k
6
BAB II
PEMBAHASAN
Selanjutnya, dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa perpotongan tiga bidang proyeksi
tersebut membentuk tiga buah sumbu, masing-masing adalah :
1. Sumbu o-x, sebagai perpotongan bidang P1 dan P2.
2. Sumbu o-y, sebagai perpotongan bidang P1 dan P3.
3. Sumbu o-z, sebagai perpotongan bidang P2 dan P3
Susunan bidang-bidang proyeksi seperti di atas yang membentuk ruang nyata disebut
dengan bidang gambar proyeksi stereometri. Dalam gambar stereometri ini, di samping
7
menampilkan gambar proyeksi 1, 2, dan 3 juga menampilkan gambar ruang objeknya. Dari
bentuk gambar stereometri akan disederhanakan menjadi bentuk gambar proyeksinya saja.
8
9
2.2 Perkalian Silang Vektor (Cross Product: a × b)
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor. Secara geometris,
sebuah vektor merupakan objek geometri berupa ruas garis berarah. Sebuah vektor
digambarkan sebagai sebuah anak panah yang memiliki ujung dan pangkal. Titik letak vektor
merupakan titik awal letak vektor, sedangkan titik ujung vektor merupakan titik akhir vektor
yang ditandai dengan arah anak panah. Sebuah vektor yang berawal di titik A dan berakhir di
titik B disebut vektor AB dengan panjang vektor sama dengan panjang ruas garis AB.
Panjang ruang garis AB sama dengan jarak titik A ke titik B yang dinyatakan dalam simbol |
AB| (panjang vektor AB).
Perkalian vektor dan vektor dapat menghasilkan sebuah skalar atau sebuah vektor
baru. Aturan perkalian vektor dengan vektor yang menghasilkan skalar terdapat pada
bahasan dot product (perkalian titik). Sedangkan, aturan perkalian vektor dengan vektor yang
menghasilkan vektor baru terdapat pada bahasan cross product (perkalian silang). Pada
aturan perkalian silang vektor (vector cross product) menghasilkan sebuah vektor baru yang
tegak lurus dengan vektor yang dioperasikan. Misalnya pada perkalian silang vektor a dan
vektor b menghasilkan vektor c = a × b. Vektor c dari hasil perkalian tersebut adalah vektor
yang tegak lurus dengan vektor a, selain itu vektor c juga tegak lurus dengan vektor b.
Vektor yang tegak lurus dengan vektor a dan vektor b merupakan vektor hasil perkalian
silang antara kedua vektor tersebut.
2.3 Menentukan Arah Hasil Perkalian Silang Vektor i, j, k
Cross product atau hasil kali silang merupakan hasil kali antara dua vektor di ruang
dimensi tiga (R3) yang menghasilkan vektor tegak lurus terhadap kedua vektor yang
dikalikan. Atau dapat juga dikatakan bahwa perkalian silang antara dua vektor akan
menghasilkan vektor baru yang arahnya tegak lurus dengan masing-masing vektor.
Persamaan yang memenuhi pengertian dari perkalian silang vektor adalah |a × b| = |a| · |b|
sinθ (a, b).
10
Dalam perkalian silang vektor, selain perkalian nilai perlu juga untuk memperhatikan
hasil perkalian arah. Vektor dalam dimensi tiga ditunjuk oleh tiga sumbu yaitu sumbu x, y,
dan z. Ketiga sumbu tersebut masing-masing saling tegak lurus satu sama lain. Simbol arah
vektor dalam dimensi tiga umumnya ditulis dengan i (searah sumbu x), j (searah sumbu y),
dan k (searah sumbu z). Sudut yang dibentuk antara vektor satuan i, j, dan k adalah
90o (karena saling tegak lurus).
Berdasarkan persamaan yang berlaku pada perkalian silang vektor dapat diperoleh dua
kesimpulan.
Pertama adalah perkalian silang antara vektor satuan yang sejenis menghasilkan nilai nol
karena sudut yang terbentuk adalah 0o dan nilai sin 0o = 0. Sehingga, perkalian vektor satuan
yang sejenis akan sama dengan nol.
i × i = |i|·|i| · sin 0o= 0
j × j = |j|·|j| · sin 0o = 0
k × k = |i|·|i| · sin 0o = 0
Kedua, perkalian silang antara vektor satuan yang tidak sejenis menghasilkan arah vektor
satuan yang berbeda. Cara menentukan arah vektor satuan i, j, k dapat dilakukan melalui
sebuah lingkaran dengan arah vektor satuan i, j, dan k. Urutan perkalian pada lingkaran yang
11
searah dengan putaran jarum jam menghasilkan nilai arah positif. Sedangkan urutan perkalian
yang berlawanan arah dengan putaran jarum jam menghasilkan nilai arah negatif.
Penggunaan perkalian arah berguna untuk menyelesaikan soal perkalian silang seperti
berikut.
12
Atau, rumus umum perkalian silang vektor a = axi + ayj + azk dan vektor b = bxi
+ byj + bzk juga dapat dinyatakan melalui persamaan umum berikut.
a = axi + ayj + azk
b = bxi + byj + bzk
a × b = (aybz – azby)i + (azbx – axbz)j + (axby – aybx)k
Penggunaan rumus umum tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal seperti berikut.
Soal: Tentukan vektor yang saling tegak lurus dengan vektor a = 3i + j + 2k dan vektor b = –
j + 2k!
Diketahui:
a = 3i + j + 2k
b = –j + 2k
Sehingga,
ax = 3, ay = 1, az = 2
bx = 0, by = –1, bz = 2
Vektor yang tegak lurus dengan vektor a dan vektor b merupakan vektor hasil dari perkalian
silang a × b.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai
sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang
proyeksinya juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Perkalian vektor dan
vektor dapat menghasilkan sebuah skalar atau sebuah vektor baru. Aturan perkalian vektor
dengan vektor yang menghasilkan skalar terdapat pada bahasan dot product (perkalian titik).
Sedangkan, aturan perkalian vektor dengan vektor yang menghasilkan vektor baru terdapat
pada bahasan cross product (perkalian silang).
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurnah. Oleh karena itu, kami mengharapkan dari semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran pembuatan makalah
selanjutnya. Namun, kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.buildingengineeringstudy.com/2019/08/proyeksi-
orthogonal.html#:~:text=Proyeksi%20ortogonal%20adalah%20gambar
%20proyeksi,tersebut%20sejajar%20satu%20sama%20lain.
https://idschool.net/sma/perkalian-silang-vektor-cross-product-a-x-b/
15