Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2615-6628

Vol.12 No.1 Desember 2018 p-ISSN: 1411-7176

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR


PERTANIAN DI PROVINSI BALI
I Made Sudarma1, Abd. Rahman As-syakur1
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Universitas Udayana
sudarmaimade@yahoo.com

ABSTRAK

Perubahan iklim merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat


pemanasan global yang berdampak luas terhadap berbagai sendi kehidupan.
Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta
kenaikan suhu udara dan permukaan air laut merupakan dampak serius dari
perubahan iklim yang berpengaruh terhadap sektor pertanian. Untuk Indonesia
ancaman akan perubahan iklim akan memberikan dampak yang serius terhadap
pencapain target pembangunan berkelanjutan. Untuk Provinsi Bali, perubahan
iklim menyebabkan terganggunya suplai air untuk berbagai sektor termasuk
pertanian akibat perubahan curah hujan. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan luas
lahan yang semula sangat sesuai secara agroklimat untuk tanaman padi menurun
sebesar 20% dalam rentang waktu 1990-2009. Perubahan perilaku curah hujan
yang menyebabkan pergeseran musim kemarau dan hujan menyebabkan pola
tanam padi saat ini tidak sesuai lagi seperti pada masa-masa sebelumnya. Dalam
upaya menyikapi perubahan iklim, mitigasi perubahan iklim yang bertujuan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan upaya mitigasi dapat dilakukan
melalui penggunaan varietas rendah emisi, penggunaan pupuk organik, serta
penyesuaian teknik budidaya melalui pengelolaan air dan lahan serta
mensosialisasikan pentingnya asurasni pertanian dalam mengurangi kerugian
petani akibat perubahan iklim sangat perlu diintensifkan.
Kata Kunci: Perubahan Iklim, Pertanian, Mitigasi, Adaptasi

THE IMPACT OF CLIMATE CHANGE ON THE AGRICULTURAL SECTOR IN BALI


PROVINCE

ABSTRACT

Climate change is an unavoidable thing due to global warming which has a


wide impact on various aspect of life. Changes of rainfall patterns, increas of the
frequency of extreme climate and an increase in air and sea levels are serious impacts
of climate change that will affect the agricultural sector. For Indonesia, the threat of
climate change will have a serious impact on achieving sustainable development
targets. For the Bali Province, climate change causes disruption of water supply for

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 88

various sectors, including agriculture sector. This is indicated by the decrease of land
area that was very suitable for paddy rice untill 20% as long in the period 1990-
2009. Due to changes in rainfall by climate change, the current cropping pattern of
rice must also be adjusted. In an effort to address climate change, can be done
through the plant of low emission varieties, use of organic fertilizers, adjusting
cultivation techniques through water and land management and socializing the
importance of agricultural insurance for reducing farmers' risk due to climate
change.
Keywords: Climate change, agriculture, mitigation, adaptation

PENDAHULUAN dapat menjadi ancaman terhadap


keberhasilan pencapaian
Perubahan iklim (climate
pembangunan sosial ekonomi
change) adalah kondisi beberapa
Indonesia.
unsur iklim yang magnitude dan atau
Komunitas internasional
intensitasnya cenderung berubah atau
meyakini bahwa saat ini perubahan
menyimpang dari dinamika dan
iklim telah dan sedang terjadi dan
kondisi rata-rata. Penyebab utama
berdampak luas terhadap kehidupan
perubahan iklim adalah kegiatan
manusia. Salah satu landasan ilmiah
manusia (antropogenik) yang
penting yang membahas isu
berkaitan dengan meningkatnya emisi
perubahan iklim adalah laporan
GRK.Perubahan iklim yang terjadi
penilaian keempat (Fourth Assessment
akibat emisi atau pelepasan gas
Report, AR4), yang diterbitkan oleh
rumah kaca semakin hari makin
Panel antar Pemerintah mengenai
mengancam kehidupan umat manusia
Perubahan Iklim (Intergovernmental
dan keanekaragaman hayati di muka
Panel on Climate Change; IPCC) pada
bumi. Tanda-tanda fenomena ini
tahun 2007. Laporan tersebut
semakin dirasakan, sebagaimana yang
menegaskan peran kontribusi
dialami Indonesia sebagai negara
kegiatan manusia (faktor
kepulauan, yang sangat rentan
antropogenik) dalam meningkatkan
terhadap perubahan iklim karena
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di
telah menyebabkan berbagai bencana,
atmosfer yang mempercepat laju
seperti: banjir, longsor, kemarau
kenaikan temperatur global (global
panjang, angin kencang dan
warming) serta diyakini telah
gelombang air laut tinggi. Ancaman
mengakibatkan perubahan iklim di
bencana bahkan dapat terjadi dalam
berbagai tempat. Laporan IPCC tahun
intensitas yang lebih besar dan secara
2018 kembali menegaskan peran
langsung dirasakan, misalnya pada
kegiatan manusia dimasa lalu dan
masyarakat petani dan nelayan serta
saat ini terhadap peningkatan gas
pada masyarakat yang tinggal di
rumah kaca (GRK) yang menyebabkan
pesisir, pedesaan, maupun perkotaan.
kenaikan temperatur global. Saat ini,
Dampak lebih luasnya tidak saja
laju peningkatan temperatur
merusak lingkungan tetapi juga
permukaan rata-rata global telah
membahayakan kesehatan manusia,
mencapai 1°C di atas masa pra-
mengganggu ketersediaan bahan
industri dan diperkirakan akan
pangan, kegiatan pembangunan
mencapai 1,5 °C antara tahun 2030
ekonomi, pengelolaan sumberdaya
dan 2052, apabila kondisi laju
alam, dan infrastruktur. Hal ini akan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 89

peningkatan GRK masih sama seperti organik terjadi pada kondisi


masa sekarang (IPCC, 2018). kekurangan oksigen, terutama pada
Berdasarkan hasil inventori GRK yang proses fermentasi pencernaan
dilakukan oleh UNFCCC (2006), ruminansia, kotoron ternak, dan
Indonesia berada dalam urutan ke-16 lahan sawah (Mosier 2001). N2O
dari 20 negara penyumbang emisi dihasilkan dari transformasi mikroba
GRK terbesar di dunia, dengan pada tanah dan kotoran ternak dan
Amerika Serikat sebagai penyumbang meningkat apabila ketersediaan
emisi terbesar disusul oleh negara- nitrogen melebihi kebutuhan
negara Eropa Barat dan China. Emisi tanaman, terutama pada kondisi
GRK yang dihasilkan oleh berbagai basah (Smith dan Conen 2004)
negara di dunia diprediksi akan terus Menurut US-EPA (2006), emisi
bertambah pada masa mendatang sektor pertanian Indonesia pada tahun
karena meningkatnya kebutuhan 2005 mencapai 141 juta ton karbon
akan pangan, penggunaan lahan ekuivalen (Mt CO2e). Dibandingkan
marginal, peningkatan konsumsi dengan negara lain seperti Amerika
daging, dan kebijakan perdagangan Serikat yang mencapai 442 Mt CO2e,
internasional yang menyebabkan China 1.171 Mt CO2e, Brasil 598 Mt
peningkatan penggunaan energi CO2e, dan India 442 Mt CO2e pada
untuk transportasi. tahun yang sama, emisi dari sektor
pertanian Indonesia termasuk kecil.
EMISI GRK SEKTOR PERTANIAN
Hasil inventori GRK Indonesia dari
Di tingkat dunia, sektor Second National Communication (UNDP
pertanian menyumbang sekitar 14% Indonesia 2009) menunjukkan
dari total emisi pada tahun 2000. kontribusi emisi sektor pertanian jauh
Sektor pertanian melepaskan emisi lebih rendah, yaitu 51,20 Mt CO2e
GRK ke atmosfer dalam jumlah yang atau hanya 8 % dari total emisi
cukup signifikan, yaitu berupa CO2, Indonesia (436,90 Mt CO2e), tidak
CH4, dan N2O (Paustian et all. 2004). termasuk emisi dari degradasi hutan,
CO2 sebagian besar dilepaskan dari kebakaran gambut, dan dari drainase
proses pembusukan oleh mikroba, lahan gambut.
pembakaran serasah tanaman, dan Perubahan iklim merupakan
dari bahan organik tanah (Janzen hal yang tidak dapat dihindari akibat
2004; Smith 2004). Sumber emisi pemanasan global dan akan
tertinggi sektor pertanian berasal dari berdampak luas terhadap berbagai
penggunaan pupuk, peternakan, aspek kehidupan, termasuk sektor
lahan sawah, limbah ternak, dan pertanian. Hasil analisis global
pembakaran sisa-sisa pertanian (WRI terhadap indeks perubahan iklim,
2005). Emisi dari kegiatan produksi yaitu nilai yang mengukur
padi dan pembakaran biomassa penyimpangan iklim di masa yang
sebagian besar merupakan kontribusi akan datang dengan kondisi yang
dari negara berkembang, yaitu terjadi saat ini, oleh Baettig et al.
masing-masing 97% dan 92%, di mana (2007) adalah sebesar 7 dan 8. Nilai ini
emisi metana (CH4) dari padi memberikan arti bahwa Indonesia
umumnya berasal dari Asia Selatan akan mengalami peningkatan
dan Asia Timur (82%). Metana frekuensi kejadian iklim ekstrim
dihasilkan apabila dekomposisi bahan seperti banjir dan kekeringan pada

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 90

masa datang. Kondisi ini telah mitigasi dan adaptasi (Surmaini, et all.
dirasakan oleh Indonesia berupa 2011).
kejadian banjir dan kekeringan Untuk Provinsi Bali, emisi GRK
sehingga menyebabkan kerusakan Provinsi Bali berasal dari 3 (tiga)
tanaman padi sawah pada periode bidang yaitu 1) berbasis lahan, 2)
tahun 1989-2007 cukup signifikan. berbasis energi dan 3) pengelolaan
Perubahan pola curah hujan dan limbah, dimana pada tahun 2010
kenaikan suhu udara menyebabkan emisi GRK mencapai sekitar 22,4 juta
produksi pertanian menurun secara ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini
signifikan. Kejadian iklim ekstrem menggambarkan kontribusi per
berupa banjir dan kekeringan bidang untuk tahun 2017 di Provinsi
menyebabkan tanaman yang Bali. Hasil proyeksi Business as Usual
mengalami puso semakin luas. (BAU) Provinsi Bali tahun 2020 tanpa
Peningkatan permukaan air laut intervensi aksi mitigasi, bidang
menyebabkan penciutan lahan sawah berbasis energi menempati porsi
di daerah pesisir dan kerusakan penyumbang emisi GRK terbesar
tanaman akibat salinitas. Dampak sebanyak 86%, sedangkan bidang
perubahan iklim yang demikian besar berbasis lahan dan limbah secara
memerlukan upaya aktif untuk berturut-turut menyumbang 13% dan
mengantisipasinya melalui strategi 1% dari total BAU 2020 di Provinsi
Bali.

Gambar 1. ProfiL Emisi GRK Provinsi Bali


Sumber: BPPIKHL Jawa-Bali –Nusra, Sign Smart (2017)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA semakin meningkatnya intensitas


SEKTOR PERTANIAN fenomena cuaca yang ekstrim.
Perubahan iklim merupakan salah
Meningkatnya suhu global
satu ancaman yang sangat serius
diperkirakan akan menyebabkan
terhadap sektor pertanian dan
banyak perubahan di permukaan
potensial mendatangkan masalah
bumi seperti ditunjukkan oleh
baru bagi keberlanjutan
2 produksi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 91

pangan dan sistem produksi pertanian produksi sebesar 10,7% pada kondisi
pada umumnya. Pertanian merupakan El Nino dan sebesar 11,4 % pada
subsektor tanaman pangan dan kondisi La Nina. Padi sawah yang
hortikultura yang paling rentan umumnya diusahakan pada lahan
terhadap perubahan pola curah hujan. basah, mengalami pengaruh
Berdasarkan laporan DNPI (2013) penurunan produksi 2,9% pada saat
sektor pertanian mengalami gangguan El Nino dan sebaliknya terjadi
langsung akibat perubahan iklim. peningkatan produksi 2,4% pada saat
Perubahan iklim mengakibatkan La Nina. Jagung mendapatkan
peningkatan curah hujan di wilayah pengaruh penurunan produksi 7,4%
tertentu dan sekaligus kekeringan di pada saat El Nino dan peningkatan
tempat yang lain (Kusnanto, 2011). produksi 3,9% pada saat La Nina. Ubi
Hal ini berdampak bagi petani yang jalar adalah tanaman yang paling
tidak lagi memprediksi musim tanam toleran terhadap perubahan iklim
secara akurat. Tanaman hortikultura karena memperoleh dampak
umumnya merupakan tanaman peningkatan produksi 2,5% pada
semusim yang relatif sensitif terhadap kondisi El Nino. Terkait dengan
cekaman (kelebihan dan kekurangan) pemahaman petani terhadap
air. Secara teknis, kerentanan perubahan iklim, hasil penelitian
tanaman hortikultura sangat Negara (2016) menunjukkan bahwa
berhubungan dengan sistem pengetahuan petani stroberi tentang
penggunaan lahan, sifat tanah, pola perubahan iklim di Desa Pancasari
tanam, teknologi pengelolaan tanah, terkategori tinggi (skor 3,81) ditinjau
air, tanaman, dan varietas. Oleh sebab dari parameter pengertian perubahan
itu, kerentanan tanaman hortikultura iklim, sumber informasi perubahan
terhadap pola curah hujan akan iklim, bentuk perubahan iklim yang
berimbas pada luas areal tanam, dirasakan, dan dampak perubahan
produktivitas dan kualitas hasil. iklim terhadap perkebunan stroberi.
Kejadian iklim ekstrim, terutama El- Terdapat hubungan positif tingkat
Nino atau La-Nina, antara lain pengetahuan petani tentang
menyebabkan: (a) kegagalan panen, perubahan iklim terhadap adaptasi
penurunan indeks pertanaman (IP) budidaya stroberi di Desa Pancasari.
yang berujung pada penurunan Hasil penelitian Peng et all.
produktivitas dan produksi, (b) (2004), setiap kenaikan suhu minimal
kerusakan sumberdaya lahan 1oC akan menurunkan hasil tanaman
pertanian, (c) peningkatan frekuensi, padi sebesar 10%. Matthews et al.
luas, dan bobot/intensitas (1997) menunjukkan bahwa kenaikan
kekeringan, (d) peningkatan suhu 1oC akan menurunkan produksi
kelembaban, dan (e) peningkatan 5-7%. Penurunan tersebut disebabkan
intensitas gangguan organisme berkurangnya pembentukan sink,
pengganggu tanaman (OPT). lebih pendeknya periode
Penelitian yang dilakukan oleh pertumbuhan, dan meningkatnya
Santoso (2016) di Maluku respirasi (Matthews dan Wassman
menunjukkan bahwa kedelai 2003). Kenaikan permukaan air laut
merupakan komoditas yang paling juga berdampak serius pada sektor
sensitif terhadap perubahan iklim pertanian. Dampak paling nyata
karena memiliki dampak penurunan adalah penciutan lahan pertanian di

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 92

pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatera signifikan juga diikuti oleh kondisi
Utara, Lampung, Nusa Tenggara musim kemarau yang lebih basah.
Barat, dan Kalimantan), kerusakan Kondisi tersebut menyebabkan
infrastruktur pertanian, dan terganggunya suplai air untuk
peningkatan salinitas yang merusak berbagai sector termasuk pertanian.
tanaman (Las 2007). Lebih lanjut, hasil studi Prasetia dan
Novianti (2011) juga menunjukan
Potensi kehilangan luas lahan
bahwa lahan yang sangat sesuai
sawah akibat naiknya permukaan air
secara agroklimat untuk tanaman
laut berkisar antara 113.000-146.000
padi di Provinsi Bali telah menurun
ha, lahan kering areal tanaman
sebesar 20% antara rentang waktu
pangan 16.600-32.000 ha, dan lahan
1990-1999 dan 2000-2009 (Gambar
kering areal perkebunan 7.000-9.000
2(a) 2(b) dan 2 (c)), dimana yang
ha. Menjelang tahun 2050, tanpa
dominan disebabkan oleh perubahan
upaya adaptasi perubahan iklim
curah hujan. Studi tersebut juga
secara nasional, diperkirakan
mengindikasikan bahwa pada rentang
produksi tanaman pangan strategis
waktu tahun 1970 sampai 2000 curah
akan menurun 20,30-27,10% untuk
hujan saat musim hujan berubah
padi, 13,60% untuk jagung, 12,40%
sebesar 46% dan 54% saat musim
untuk kedelai, dan 7,60% untuk tebu
kemarau. Di wilayah Tabanan selatan
dibandingkan produksi tahun 2006.
yang merupakan salah satu sentra
Potensi penurunan produksi padi
padi bagi Provinsi Bali kesesuaian
tersebut terkait dengan berkurangnya
agroklimatnya menurun dari sangat
lahan sawah di Jawa seluas 113.003-
sesuai menjadi sesuai, sedangkan di
146.473 ha, di Sumatera Utara 1.314-
wilayah Kecamatan Seririt yang
1.345 ha, dan di Sulawesi 13.672-
merupakan salah satu sentra padi
17.069 ha (Handoko et al. 2008).
untuk wilayah utara Bali kesesuaian
Beberapa kajian ilmiah yang
agroklimatnya juga menurun dari
dilakukan di Provinsi Bali dari data
sesuai menjadi sesuai marginal.
observasi lapangan menunjukan
Perubahan kesesuaian tersebut
adanya indikasi perubahan iklim di
menyebabkan meningkatnya tingkat
Provinsi Bali. Hasil studi Badan
kerentanan sektor pertanian,
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
khususnya budidaya padi, terhadap
(BMKG; 2010) menunjukan bahwa
perubahan iklim di Provinsi Bali.
pola curah hujan di Provinsi Bali telah
Penelitian lain yang dilakukan oleh As-
berubah berdasarkan data tahun 1951
syakur et al. (2017) juga
sampai 2010 (50 tahun), dimana pada
mengindikasikan bahwa anomaly
beberapa tempat di Bali awal musim
iklim seperti El Nino juga berdampak
hujan dan kemaraunya lebih maju
terhadap produktivitas pertanian di
atau mundur dibandingkan dengan
Provinsi Bali. Hasil studi mereka
kondisi normalnya. Menurut Takama
memperlihatkan bahwa kejadian El
et al. (2017) variabilitas hujan di Bali
Nino tahun 2015 mengakibatkan
memang sangat tinggi, dimana saat
penurunan curah hujan tahunan yang
curah hujan menurun secara
mencapai 30,39% dan menyebabkan
signifikan akan menyebabkan musim
sebagian besar wilayah
hujan yang kering dan sebaliknya saat
kabupaten/kota di Provinsi Bali
curah hujan meningkat secara
mengalami kekeringan pertanian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 93

(yang terlihat dari nilai indeks (Gambar 3). Kekeringan tersebut


kesehatan tanaman) dengan intensitas berdampak pada penurunan produksi
rendah sampai ekstrim, dimana tanaman pangan dan sayur-sayuran
wilayah pesisir adalah wilayah yang sebesar 8,67% dan 2.94%.
paling luas mengalami kekeringan

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Peta Wilayah Kesesuaian Agroklimat Untuk Tanaman Padi di Provinsi


Bali pada rentang waktu tahun (a) 1990-1999 dan (b) 2000-2009. (c) sebaran areal
lahan sawah berdasarkan hasil analisis data pengideraan jauh MODIS tahun 2008
(Jayanti et al., 2012)

Keterangan: warna hijau tua menunjukan wilayah yang sangat sesuai untuk
tanaman padi (Prasetia dan Novianti, 2011).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 94

Gambar 3. Pola spasial bulanan kelas kekeringan di Provinsi Bali berdasarkan


nilai indeks kesahatan tanaman (vegetation Health index (VHI)) selama tahun
kejadian El Niño 2015 (As-syakur et al., 2017)

Berdasarkan kajian dan sumber daya air, penurunan


proyeksi yang dilakukan oleh produktivitas pertanian, menurunnya
Kementerian Lingkungan Hidup produksi perikanan, serta
Jepang (MOEJ) bekerjasama dengan menurunkan daya tahan tubuh
Bappenas (2018), beberapa sektor manusia.
penting yang menjadi tulang Kajan MOEJ (2018) tersebut
punggung PDRB Provinsi Bali akan mengaskan bahwa sumberdaya air
mengalami dampak yang cukup serius dan ketersediaan air bersih akan
akibat perubahan iklim. Hasil menjadi masalah yang cukup serius di
identifikasi perubahan iklim yang masa yang akan datang. Dengan
terjadi di Provinsi Bali diperkirakan semakin tingginya jumlah hujan saat
kedepannya, yakni tahun 2030 akan musim hujan dan semakin
lebih banyak hujan di musim hujan panjangnya musim kemarau, maka
dan sedikit air di musim kemarau. potensi bencana banjir dan longsor
Musim kemarau akan semakin saat musim hujan dan potensi
panjang yaitu sampai bulan Oktober bencana kekeringan saat musim
dan jumlah hari hujan yang lebat (> 15 kemarau akan semakin meningkat.
mm/hari) juga mengalami Disisi lain, tingginya perbedaan
kencendrungan penurunan. Di sisi jumlah hujan pada kedua musim
lain, kenaikan suhu akibat perubahan menyebabkan tingginya surplus air
iklim diperkirakan konstan yaitu 1 °C pada musim hujan dan defisit air
serta ada peningkatan jumlah hari bersih saat musim kemarau yang
yang bersuhu ekstrem (di atas 36 °C). berdampak pada distribusi air kepada
Kondisi tersebut akan meningkatkan penduduk, wisatawan dan sektor-
potensi kejadian banjir dan sektor lain yang mebutuhkan air. Pada
kekeringan dan berdampak pada sektor pertanian, perubahan iklim
beberapa sektor diantaranya adalah dapat menyebabkan potensi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 95

penurunan kualitas bulir padi. Selain Penurunan kualitas bulir padi


itu, perubahan iklim juga berpotensi disebabkan oleh suhu udara yang
menurunkan produktivitas padi di semakin hangat akibat pemanasan
Bali sebesar 0.54% (rentang waktu global, sementara itu menurunnya
2019-2023) dan memiliki produktivitas padi disebabkan oleh
kencendrungan penurunan yang lebih pergeseran musim yaitu semakin
besar, yaitu menurun 7,95% pada panjangnya musim kemarau.
rentang waktu 2039-2042 (Gambar 5).

Gambar 4. Proyeksi Perubahan Produksi Padi Tahun 2019-2042 Sebagai Dampak


Perubahan Iklim.

REKOMENDASI

Perubahan perilaku curah kegagalan panen akibat dampak


hujan yang menyebabkan pergeseran perubahan iklim.
musim kemarau dan hujan Mitigasi perubahan iklim yang
menyebabkan pola tanam padi saat ini bertujuan untuk mengurangi emisi
tidak sesuai lagi seperti pada masa- gas rumah kaca (GRK) dari lahan
masa lalu. Pada kondisi iklim ekstrem pertanian serta juga dari sisi mitigasi
kering, ketersediaan air irigasi menjadi dapat dilakukan melalui penggunaan
terbatas sehingga menyebabkan varietas rendah emisi, penggunaan
produksi menurun karena puso. Pada pupuk organik, serta penyesuaian
musim hujan yang ekstrim basah, teknik budidaya melalui pengelolaan
dimana terjadi genangan banjir juga air dan lahan yang dapat menurunkan
akan menurunkan produksi. Oleh emisi GRK.
karena itu, kebutuhan prediksi curah Perubahan iklim yang terjadi
hujan yang akurat yang disertai perlu disikapi dengan meningkatkan
dengan sosialisasi pergeseran musim konsolidasi dan koordinasi antar
tanam di waktu yang tepat akan stakeholder atas penyebab maupun
sangat dibutuhkan di masa yang akan dampaknya bagi manusia dan
datang untuk meminimalisir lingkungan. Khusus kepada petani,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 96

peranan asuransi pertanian perlu Canziani, J.P. Palutikof, P.J. van der
lebih disosialisasikan lagi dalam Linden, and C.E. Hanson (Eds.).
upaya menghindari kerugian petani Cambridge University Press,
karena kegagalan panen akibat Cambridge.
perubahan iklim baik karena
Janzen, H.H. 2004. Carbon cycling: A
kekeringan maupun serangan hama
Measure of Ecosystem – A Soil Science
penyakit.
Perspective. Agric. Ecosyst. Environ.
DAFTAR PUSTAKA Jayanti, I. A. G. K., Osawa, T.,
As-syakur, A.R., Nuarsa, I.W., dan Adnyana, I. W. S., Tanaka, T., Nuarsa,
Osawa, T. (2017). Impacts of El Nino I. W., & As-syakur, A. R. (2012).
on Agricultural Drought in Bali, Multitemporal MODIS Data to
Indonesia. In Proceedings of the 19th Mapping Rice Field Distribution in Bali
Symposium on Remote Sensing for Province of Indonesia Based on the
Environment, Chiba, Japan, 16 Temporal Dynamic Characteristics of
February 2017. the Rice Plant. Earth Science
Research, 1(1).
Baettig, M.B., M. Wild, and D.M.
Imboden. 2007. A Climate Change Kusnanto, Hari. 2011. Adaptasi
Index: Where Climate Change May Be Terhadap Perubahan Iklim.
Most Prominent in The 21st Century. Yogyakarta: BPFE.

Boer, R. 2007. Fenomena Perubahan Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,


Iklim: Dampak dan Strategi KLH, Republik Indonesia. 2014. Potret
Menghadapinya. Prosiding Seminar Rencana Aksi Daerah Penurunan
Nasional Sumberdaya Lahan dan Emisis Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
Lingkungan Pertanian, Bogor, 7 8 Versi Januari 2014.
November 2007. Balai Besar Litbang Kementerian Perencanaan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Pembangunan Nasional/Bappenas.
DNPI. 2013. Perubahan Iklim dan Republik Indonesia 2014. Rencana
Tantangan Peradaban Bangsa Lima Aksi Nasional Adaptasi Perubahan
Tahun DNPI 2008-2013. Jakarta: Iklim (RAN-API).
DNPI. Las, I. 2007. Menyiasati Fenomena
Handoko, I., Y. Sugiarto, dan Y. Anomali Iklim bagi Pemantapan
Syaukat. 2008. Keterkaitan Produksi Padi Nasional pada Era
Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Revolusi Hijau Lestari. Jurnal Biotek-
Strategis: Telaah kebijakan LIPI. Naskah Orasi Pengukuhan
independen dalam bidang Profesor Riset Badan Litbang
perdagangan dan pembangunan. Pertanian, Bogor, 6 Agustus 2004.
SEAMEO BIOTROP untuk Kemitraan. Matthews, R.B. and R. Wassman.
IPCC. 2007. Climate Change 2007: 2003. Modelling the Impact of Climate
Impacts, Adaptation and Vulnerability. Change and Mmethane Reduction on
Contribution of Working Group II to Rice Production: A review. Eur. J.
the Fourth Assessment Report of the Agron.
Intergoverenmental Panel on Climate
Change (IPCC), M.L. Parry, O.F.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 97

The Ministry of the Environment Lahan Provinsi Bali. Balai


Japan (MOEJ) dan BAPPENAS. 2018. Pengendalian Perubahan Iklim Dan
Kerjasama mengenai Kajian Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Perubahan Iklim untuk Perencanaan BPPIKHL) Wilayah Jawa Bali dan Nusa
Adaptasi Lokal di Republik Indonesia. Tenggara
Disampaikan Dalam Transitional
Santoso, A. Budi. 2016 Pengaruh
Workshop, Agustus 2018. Denpasar.
Perubahan Iklim terhadap Produksi
The University of Tokyo, National Tanaman Pangan di Provinsi Maluku.
Institute for Environmental Studies, Jurnal Penelitian Tanaman Pangan
Ibaraki University, Nippon Koei, Vo. 35 No. 1 2016.
Udayana University, and IPB
Smith, K.A. and F. Conen. 2004.
Supported by
Impact of land management on fluxes
Mosier, A.R. 2001. Exchange of of trace greenhouse gases. Soil Use
gaseous nitrogen compound between Manag. (20): 255 263.
agricultural system and the
Surmaini, E., Rakman, dan R. Boer.
atmosphere. Plant Soil.
2008. Dampak Perubahan Iklim
Negara, Kadek Ryan Surya, 2015. Terhadap Produksi Padi: Studi Kasus
Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Daerah Dengan Tiga Ketinggian
Petani Tentang Perubahan Iklim Berbeda. Prosiding Seminar Nasional
Dengan Adaptasi Budidaya Stroberi Di dan Dialog Sumberdaya Lahan
Desa Pancasari, Kecamatan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pengembangan Sumberdaya Lahan
Thesis. Program Magister Ilmu Pertanian, Bogor.
Lingkungan, Program Pascasarjana
Takama, T., Aldrian, E.,
Universitas Udayana.
Kusumaningtyas, S. D., & Sulistya, W.
Peng, S., J. Huang, J.E. Sheelhy, R.C. (2017). Identified Vulnerability
Laza, R.M. Visperas, X. Zhong, G.S. Contexts for A Paddy Production
Centeno, G.S. Khush, and K.G. Assessment with Climate Change in
Cassman. 2004. Rice yields decline Bali, Indonesia. Climate and
with higher night temperature from Development, 9(2).
global warming. Proc. Natl. Acad. Sci.
UNDP Indonesia. 2009. Indonesian
USA.
National Greenhouse GAS Inventory
Prasetya, R., and Novianti, R. (2011). under the UNFCCC: Enabling
Agroclimate Suitability Map for Paddy activities for the preparation of
in Bali. In sub-joint coordination Indonesia’s Second National
committee meeting of project for Communication to the UNFCCC.
capacity development for climate United Nations Development
change strategies in Indonesia: Programme (UNDP) Indonesia,
subproject 2 – vulnerability Jakarta.
assessment, 16–18 Mar 2011.
US-EPA (United States Environmental
Putra, (2017). Profil Emisi Gas Rumah Protection Agency). 2006. Global
Kaca, Kerentanan Perubahan Iklim Anthropogenic Non-CO2 Greenhouse
dan Kerawanan Kekakaran Hutan dan Gas Emission: 1990 2020. EPA 430-

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07
Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 98

R-06-003, June 2006. Washington WRI. 2005. Navigating the number.


D.C. World Resources Institute (WRI),
Washington, D.C.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p07

Anda mungkin juga menyukai