Nim: P05140119006
Kelas: 2A
Persalinan kala III adalah lahirnya bayi dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban setelah bayi lahir.
Lama kala III kurang dari 10 menit pada sebagian besar pelahiran dan < 15 menit pada 90 % pelahiran
(sinclair C., 2003). Perlu diingat bahwa 30% penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
pasca persalinan. Dua pertiga dari perdarahan pasca persalinan disebabkan oleh atonia uteri.
Sebaiknya ibu dan bayi tetap di pantau oleh bidan, sampai dipastikan ibu dan bayi aman. Kebanyakan
ibu merasa tidak nyaman ingin segera melakukan keberihan diri. Terutama jika ibu berada di rumah. Ibu
sebainya dianjurkan untuk megosongkan kandung kemih, sebab kandung kemih yang penuh akan
menghalangi kontraksi uterus. Anjukrkan ibu untuk makan dan minum
Pada saat yang sama bidan harus memeriksa keadaan umum bayi. Sebagian besar ibu ingin menyusui
bayi, memeluknya segera setelah lahir, hal ini sangat berguna untuk merangsang konteraksi uterus.
Selain itu ibu biasa ingin ditemani oleh suaminya atau keluarganya. Oleh karena itu bidan harus
mengizinkannya untuk bersama-sama.
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak
tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan di dada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari
puting susu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maa kontak
kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya
adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui
tendangan-tendangan lembut dari kaki bayi.
1. Memberian kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
Laporan yang lengkap dan akurat dari seluruh asuhan, menjadi tanggung jawab bidan. Hal-hal yang perlu
di catat selama kala III sebagai berikut :
4. Perdarahan
5. Kontraksi uterus
7. TTV ibu
Semua asuhan dan tindakan yang dilakukan haruslah didokumentasi dengan baik dan benar. Pada
pendokumentasian di kala III ini pencatatan di lakukan pada lembar belakang patograf (catatan
persalinan pada poin kala III) dan pada catatan lain yang tersedia di institusi pelayanan.
2.Plasenta
-Plasenta adalah organ yang terbentuk di rahim pada masa kehamilan. Organ ini berfungsi menyalurkan
oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin, serta membuang limbah dari janin.
Normalnya, plasenta memang berada di bagian bawah rahim pada awal masa kehamilan, namun seiring
pertambahan usia kehamilan dan perkembangan rahim, plasenta akan bergerak ke atas. Pada kasus
plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga mendekati waktu persalinan.
-Keluarkan placenta
-Setelah plasenta lahir,segera tangan kiri melakukan be fundus uteri mengguna gakan palman dengan
gerak ga Hban melingkar sam gapai uterus berkontraksi-Sementara itu tangan kanan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
-Tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan,cuci tangan dengan larutan klorin
1.Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah gangguan komplikasi di mana sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari
dinding rahim sebelum bayi sempat lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan
terjadi pendarahan hebat pada ibu hamil. Solusio plasenta biasanya sering terjadi menginjak trimester
ketiga kehamilan. Selain perdarahan, gejala atau tanda-tanda lain yang mengiringi solusio plasenta
adalah rasa nyeri pada perut dan pinggang, rahim berasa seperti ditekan, serta durasi kontraksi yang
terlampau sering.
Ada beberapa penyebab terjadinya solusio plasenta, yaitu benturan keras pada perut, berkurangnya
cairan ketuban, penggunaan obat-obatan terlarang saat kehamilan, tekanan darah tinggi, serta faktor-
faktor lainnya. Dalam kondisi kehamilan di bawah 34 minggu, selain tindakan medis diupayakan supaya
ibu hamil istirahat total. Sedangkan kehamilan di atas 34 minggu, kerap kali kelahiran dini dilakukan
untuk menyelamatkan anak dan ibu. Baca juga: Ibu Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk Janin
Biasanya kalau ibu memiliki riwayat solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan situasi
yang sama akan terjadi. Ada baiknya untuk menghindari segala bentuk risiko, ibu hamil senantiasa
melakukan konsultasi rutin kepada dokter.
2.Previa Plasenta
Previa plasenta adalah gangguan plasenta di mana kondisi plasenta melekat pada bagian bawah rahim.
Penutupan jalan lahir karena plasenta ini terbagi pada empat situasi, pertama plasenta menutupi
keseluruhan jalan lahir, menutupi sebagian jalan lahir, mendekati lubang jalan lahir tapi tidak
menutupinya, dan yang terakhir adalah kondisi di mana plasenta tertanam di rahim bagian bawah.
Gejala yang mengiringi previa plasenta adalah perdarahan tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa ada
kontraksi pada rahim.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya previa plasenta adalah faktor usia ibu, yaitu usia ibu yang
masih terlalu muda sehingga rahim belum terlalu siap menerima kehamilan. Selain itu, usia yang terlalu
tua juga bisa meningkatkan risiko previa plasenta, riwayat persalinan yang terlalu dekat, serta keadaan
rahim yang pernah mengalami trauma seperti bekas dikuret atau pun jenis operasi lainnya.
Memperhatikan asupan gizi ibu hamil adalah salah satu cara untuk meminimalisir risiko terjadinya previa
plasenta. Terutama kalau usia ibu hamil masih tergolong muda atau terlalu tua, ada baiknya
memperbanyak makanan sayuran berwarna hijau tua, seperti bayam, kangkung, singkong, sawi, dan
sumber protein seperti tahu, ikan, telur, buah-buahan, dan konsumsi air putih secukupnya. Baca juga:
Penyebab dan Cara Mengatasi Varises saat Hamil
3.Pengapuran Plasenta
Gangguan plasenta lainnya yang biasa sering dialami oleh ibu hamil adalah pengapuran plasenta. Ini
adalah kondisi di mana terjadi penuaan pada plasenta diakibatkan penumpukan kalsium. Pengapuran
plasenta ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada plasenta yang biasanya terjadi karena
paparan asap rokok atau pun kebiasaan merokok saat hamil, kehamilan di usia muda, serta tidak
menjaga gizi selama hamil.
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
3. Assesment
4. Planning