Anda di halaman 1dari 3

NILAI PABEAN BERDASARKAN NILAI TRANSAKSI BARANG IMPOR BERSANGKUTAN

Persyaratan pertama

Pada modul kedua telah kita pelajari tentang dapat diterimanya nilai transaksi suatu barang impor
sepanjang memenuhi kriteria yaitu barang tersebut diimpor dalam kondisi jual beli.

Pada modul keempat kali ini, kita akan belajar tentang persyaratan dapat diterimanya suatu nilai transaksi.
Terdapat 4 (empat) syarat diterimanya nilai transaksi yang kesemuanya berkaitan dengan kondisi apakah
transaksi yang terjadi merupakan jual beli normal (objektif).

Persyaratan pertama adalah tidak terdapat pembatasan atas pemanfaatan atau pemakaian barang impor.
Mengapa hal ini menjadi persyaratan dapat diterimanya nilai transaksi? Karena adanya pembatasan atas
pemanfaatan atau pemakaian barang yang dilakukan oleh penjual (eksportir) kepada pembeli (importir)
diyakini akan mempengaruhi harga barang yang ditransaksikan. Jual beli barang dan harga yang akan
terbentuk tidak akan objektif jika terdapat pembatasan ini.

Berikut ini contoh pembatasan yang mempengaruhi harga:

Pertama, barang impor hanya diijinkan oleh penjual untuk pameran. Misal PT KME di Jakarta membeli
barang dari MNU Co di China. MNU Co diketahui memberikan batasan penggunaan barang yaitu PT KME
hanya boleh memamerkan barang tidak untuk dijual. PT KME menyetujui pembatasan ini, sehingga nilai
barang yang disepakati tidak dapat ditetapkan menggunakan metode 1 karena harga tersebut tidak
memenuhi syarat nilai transaksi.

Kedua, barang impor hanya diijinkan dijual kepada pihak tertentu. Misal PT HLC di Jakarta membeli barang
dari BGD Co di Jepang, kemudian diketahui BGD Co memberikan batasan yaitu PT HLC hanya boleh menjual
barang tersebut ke PT ABS di Bekasi, maka harga barang yang disepakati tidak dapat ditetapkan
menggunakan metode 1 karena harga tersebut tidak memenuhi syarat nilai transaksi.

Persyaratan kedua

Persyaratan kedua adalah tidak terdapat persyaratan atau pertimbangan yang mengakibatkan harga
barang impor yang bersangkutan tidak dapat ditentukan.

Hal ini jelas menjadi persyaratan dapat diterimanya nilai transaksi karena jika tidak terpenuhi maka harga
yang akan terbentuk tidak akan objektif.

Contoh persyaratan tersebut adalah:

a) harga barang ditentukan dengan persyaratan pembeli akan membeli barang lain dalam jumlah
tertentu.

Misal PT CLK di Medan bertransaksi dengan HKG Co di Taiwan untuk jual beli barang X 100 pieces
dengan harga CIF USD 10, - per piece. HKG Co menyampaikan kepada PT CLK bahwa harga barang X
tersebut diberikan dengan syarat PT CLK membeli barang Y sebanyak 50 pieces. Maka dengan kondisi
ini harga barang X tidak memenuhi syarat nilai transaksi dapat.

b) harga barang ditentukan berdasarkan harga barang lain yang dijual pembeli kepada penjual.

Misal PT CSB di Surabaya bertransaksi dengan QAF Co di Dubai untuk jual beli barang X. QAF Co
menentukan harga barang X CIF USD 100 per piece dengan syarat PT CSB menjual barang Y ke QAF
dengan harga USD CIF 200 per piece. Maka dengan kondisi ini harga barang X tidak memenuhi syarat
nilai transaksi.

c) harga barang ditentukan berdasarkan suatu bentuk pembayaran yang tidak ada hubungannya dengan
barang tersebut.
Misal PT WMN mengimpor barang X dalam kondisi setengah jadi dari OLG Co di Thailand. Barang
setengah jadi selanjutnya diolah oleh PT WMN menjadi barang jadi. Harga barang setengah jadi yang
diimpor ditentukan setelah OLG Co menerima barang jadi dari PT WMN. Maka dengan kondisi ini
harga barang X tidak memenuhi syarat nilai transaksi.

Persyaratan ketiga

Persyaratan ketiga aalah tidak terdapat proceed yang tidak dapat dihitung.

Masih ingat kan apa itu proceed. Ya proceed adalah nilai dari bagian pendapatan yang diperoleh pembeli
atas penjualan kembali, pemanfaatan atau pemakaian barang impor yang kemudian diserahkan secara
langsung atau tidak langsung kepada penjual.

Dikarenakan besarnya proceed tidak dapat dipastikan saat impor dilakukan, maka agar nilai pabean dapat
menggunakan nilai transaksi barang impor bersangkutan, untuk barang yang terdapat proceed importir
dapat memperkirakan nilai proceeds tersebut berdasarkan data yang objektif (voluntary declaration).

Dengan demikian jika suatu barang impor mengandung unsur proceed namun importir tidak dapat
memperkirakan proceed nya maka nilai transaksi tidak dapat diterima.

Misal PT YKL mengimpor barang X sebanyak 1.000 unit dari VGL Co di India. Harga barang disepakati
sebesar CIF USD 10.- per unit. Disepakati selain harga barang PT YKL harus mengirimakan 2% dari Net
Sales ke VGL Co pada bulan ke 6 setelah importasi. PT YKL tidak dapat memperkirakan besarnya Proceed
karena transaksi ini merupakan impor pertama kali. Maka dengan kondisi ini harga barang X tidak
memenuhi syarat nilai transaksi.

Persyaratan keempat

Persyaratan keempat adalah tidak terdapat hubungan yang mempengaruhi harga.

Maksud hubungan disini yaitu hubungan istimewa antara pembei dan penjual. Pembeli dan penjual
dianggap berhubungan jika:

a. pegawai atau pimpinan pada suatu perusahaan sekaligus pegawai atau pimpinan pada perusahaannya;

b. mereka dikenal/diketahui secara hukum sebagai rekan dalam perdagangan;

c. pekerja dan pemberi kerja;

d. mereka yang salah satu diantaranya secara langsung atau tidak langsung menguasai 5 persen atau lebih
saham yang mereka miliki dalam satu perusahaan;

e. mereka yang salah satu diantaranya secara langsung atau tidak langsung mengawasi pihak lainnya;

f. mereka secara langsung atau tidak langsung diawasi pihak ketiga;

g. mereka yang secara bersamaan langsung atau tidak langsung menguasai pihak ketiga; atau

h. mereka yang merupakan anggota satu keluarga yaitu suami, isteri, orang tua, anak, adik dan kakak
(sekandung atau tidak), kakek, nenek, cucu, paman, bibi, keponakan, mertua, menantu dan ipar.

Uji Kewajaran Hubungan

Dalam hal terjadi pengimporan barang yang berasal dari transaksi antara pihak yang saling
berhubungan, maka nilai transaksi barang impor yang bersangkutan dapat ditetapkan sebagai nilai pabean
sepanjang hubungan tersebut tidak mempengaruhi harga.
Untuk menentukan apakah hubungan tersebut mempengaruhi harga barang atau tidak, dilakukan
dengan dua cara, yaitu :

1. penelitian hal-hal yang berkaitan dengan penjualan,

dalam hal ditemukan harga penjualan tercapai berdasarkan tata cara yang konsisten dengan tata cara
tercapainya harga penjualan yang lazim maka hubungan antara penjual dan pembeli tidak
mempengaruhi harga.

2. perbandingan dengan test value,

dalam hal pemberitahuan lebih rendah tidak lebih 5% dari data test value, maka nilai pabean yang
diberitahukan dianggap wajar (diterima).

Test value yang digunakan dapat diperoleh dari importir atau dari data nilai pabean yang dimiliki bea dan
cukai (menggunakan database nilai pabean II). Syarat data yang digunakan sebagai test value yaitu nilai
transaksi barang identik yang tanggal B/L atau AWB-nya sama atau dalam waktu 30 hari sebelum atau
sesudah tanggal B/L atau AWB barang impor yang sedang ditetapkan nilai pabeannya.

Misalnya:

PT YMI membeli barang dari YM Co di Korea Selatan dengan harga disepakati sebesar CIF USD 98,- per unit.
Tanggal B/L importasi barang tersebut adalah 16 Maret 2020. PT YME merupakan anak cabang dari YM Co
sehingga mereka berhubungan. Terdapat data barang identik di Kantor Bea dan Cukai setempat dengan
negara asal yang sama, B/L tanggal 10 April 2020 harga CIF USD 100,- per unit.

Berdasarkan informasi tersebut hubungan antara PT YMI dan YM Co tidak mempengaruhi harga, mengapa?
Karena selisih harga tidak lebih dari 5%, yaitu hanya 2% (100-98/100).

Anda mungkin juga menyukai