Anda di halaman 1dari 7

1.

Pertanyaan Tiara : disebutkan bahwa memperjualbelikan barang yg tidak aman bagi


pembeli adalah sebuah wanprestasi. apabila contoh kasusnya adlh jual beli tanah, lalu
setelah terjadi transaksi, baru diketahui bahwa tanah tersebut merupakan tanah
sengketa. menurut kelompok 2, bagaimana bentuk pertanggungjawaban yg bs diberikan
oleh penjual?

Jawaban :

Yang harus di lakukan oleh seorang penjual adalah mempertahankan hak dari pembeli dengan cara
membantah gugatan-gugatan yang ada jika sesuatu terjadi terkait tanah tersebut dan membuktikan
bahwa Pembeli tersebutlah yang berhak di wilayah tersebut.

Bagaimana diatur dalam Pasal 163 HIR (Het Herzien Inlandsch Reglement) yang menyatakan bahwa :

“Barangsiapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak, atau menyebutkan sesuatu
kejadian untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu
harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu”.

Adapun perkara ini nanti akan menjadi perkara perdata (sengketa hak), maka penjual ataupun
pembeli dapat membuktikan hak saudara dengan alat bukti perdata sebagaimana diatur
dalam Pasal 164 HIR dan pasal 1866 KUHPerdata yaitu :

-     Bukti Tulisan/Surat

-     Bukti saksi

-     Persangkaan

-     Pengakuan

- Sumpah

2. Pertanyaan Vira : jika ada suatu barang yang menjadi perjanjian musnah atau hilang dan
tidak dapat lagi diperdagangkan,hal pertama apa yang harus dilakukan seorang penjual
tersebut atas perjanjian yang sudah dilakukan?

Jawabannya :

Berdasarkan Pasal 1444 KUHPERDATA :

1. Jika barang tertentu yang menjadi pokok perjanjian musnah, tak dapat diperdagangkan, atau
hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah
perikatannya,asal barang itu musnah atau hilang di luar kesalahan si berutang dan sebelum
ia lalai menyerahkannya.
2. Bahkan meskipun si berutang lalai menyerahkan suatu barang,sedangkan ia tidak telah
menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga, perikatan tetap hapus jika
barang itu akan musnah juga dengan cara yang sama di tangannya si berpiutang seandainya
sudah diserahkan kepadanya.
3. Si berutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga,yang dimajukannya itu.
4. Dengan cara bagaimanapun suatu barang yang telah dicuri, musnah atau hilang, hilangnya
barang itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya
mengganti harganya.
Dari 4 poin diatas dapat kita simpulkan Bahwa langkah awal yang sebaiknya dilakukan adalah
mengkonfirmasi terlebih dahulu terkait barang perjanjian tersebut sudah tidak tersedia,lalu
memberikan opsi barang lain terhadap pembeli. jika pihak pembeli setuju terkait perubahan
barang tersebut maka perjanjian akan tetap berjalan. Namun jika pihak pembeli menolak maka
putuslah perjanjian tersebut dan pihak penjual haruslah melakukan ganti rugi/mengembalikan
sejumlah uang jika sudah terjadi pembayaran.

3. Pertanyaan Mulyadi : Jika awalnya suatu perusahaan menjalin kerja sama dengan suatu
vendor dengan kualitas dan harga barang yang sesuai. Namun, setelah perjanjian
dilakukan, beberapa tahun kemudian sang vendor merubah nilai barang yang dijualnya
menjadi kualitas yang lebih rendah tetapi dengan harga jual yang sama tanpa
menginformasikannya kepada pihak perusahaan. Apa yang mesti dilakukan oleh
perusahaan?

Jawabannya :

Jika kedua pihak sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan bukti diatas materai atau
sejenisnya maka perusahaan bisa menuntut pihak vendor tersebut karena vendor telah
melakukan kecurangan dalam penyediaan barang yang bahan dasarnya tidak sesuai dengan
perjanjian. Hal ini tercantum dalam UU KUHP 383 sebagai penipuan oleh penjual berupa
menyerahkan barang lain daripada yang ditunjuk pembeli atau menipu pembeli mengenai jenis,
keadaan, atau jumlah barang. Dan juga Pasal 386 ayat 1 yang berbunyi "Barangsiapa menjual,
menawarkan atau menyerahkan barang makanan, minuman, atau obat – obatan yang diketahui
bahwa itu dipalsu, dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun."

4. Pertanyaan Edis : Mengapa jika dihubungkan dengan hukum KUHPerdata 1320


penyalahgunaan keadaan dapat dianggap sebagai salah satu alasan dibatalkannya
perjanjian? tolong jelaskan beserta contoh konkritnya.

Jawabannya :

Syarat-syarat sah perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata,
diantaranya:

1. Adanya kesepakatan/konsensus para pihak (vide: Pasal 1321 – 1328 KUHPerdata)

2. Adanya kecapakan/kapasitas para pihak (vide: Pasal 1339 – 1331 KUHPerdata)

3. Terkait suatu hal/objek tertentu (vide: Pasal 1332 – 1334 KUHPerdata)

4. Terkait suatu sebab/kausa yang halal (vide: Pasal 1335 – 1337 KUHPerdata)

Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berkenaan dengan para subjek
yang membuat perjanjian itu. Sedangkan syarat ketiga dan keempat dinamakan syarat objektif
karena berkenaan dengan objek dalam perjanjian tersebut.

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata terkandung asas konsensualisme, yaitu diperlukannya sepakat
(toestemming) untuk lahirnya perjanjian. Dengan disebutkan hanya sepakat saja dalam Pasal
1320 KUHPerdata tanpa dituntut formalitas apapun, dapat disimpulkan bahwa apabila sudah
terjadi kata sepakat, maka syahlah perjanjian itu (Subekti, 1995 : 4). Sepakat adalah pertemuan
antara dua kehendak, dimana kehendak orang yang satu saling mengisi dengan apa yang
dikehendaki oleh pihak lain (J. Satrio, 2001 : 165). Sepakat dapat juga diartikan sebagai
penawaran (aanbod) yang diterima oleh lawan janjinya. Pasal 1320 Kuhperdata baerhubungan
dengan pasal 1321 yang mana pada pasal 1321 KUHPerdata menentukan bahwa kesepakatan
“tidak sah” apabila diberikan karena :

1. Kekhilafan (dwang) atau

2. Paksaan (dwaling) atau

3. Penipuan (bedrog)

Dengan demikian apabila dalam suatu perjanjian terdapat unsur kekhilafan atau paksaan atau
penipuan maka menjadikan kesepakatan para pihak dalam perjanjian tidak sempurna atau
dengan kata lain terdapat cacat kehendak (willsgebreken) dalam perjanjian yang memberikan
konsekuensi perjanjian tersebut “dapat dibatalkan.”

Contoh Konkrit nya iyalah jika dalam melakukan perjanjian salah satu pihak mengetahui atau
seharusnya mengerti bahwa pihak lain karena suatu keadaan khusus seperti keadaan darurat,
ketergantungan, tidak dapat berpikir panjang, kondisi yang sedang sakit atau tidak
berpengalaman tergerak untuk melakukan suatu perbuatan hukum meskipun ia tahu atau
seharusnya ia harus mencegahnya dan tetap melakukan kegiatan perjanjian maka dikatakan
tidak sah karena itu termasuk penyalahgunaan keadaan yang diatur dalam pasal 1321
kuhperdata.

5. Pertanyaan Putri : Apa faktor pendukung sukses nya kegiatan jual beli dan apa yang dapat
menghambat terjadinya jual beli

Jawabannya :

Faktor Pendukung Jual Beli

1. Adanya kebutuhan yang harus terpenuhi


2. Perbedaan SDA
3. Terjadinya era globalisasi
4. Keinginan memperoleh keuntungan
5. Adanya kelebihan produk dalam negeri

Faktor penghambat jual beli

1. Ketidakstabilan Kurs Mata Uang Asing


2. Perbedaan mata uang
3. Adanya penerapan tarif saat import

6. Pertanyaan Zubair : Apakah sama perbuatan melanggar hukum dan wanprestasi dalam
sebuah perjanjian jual beli ?jika beda jelaskan perbedaannya?
Jawabannya :

BEDA,Untuk membedakan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum maka perlu


menelaah kedua hal tersebut.

1. Menurut pasal 1234 KUHPerdata, wanprestasi yaitu “ Penggantian biaya, kerugian dan
bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun
telah dinyatakan lalai, tetapi lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu
yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.

Sedangkan terkait

2. perbuatan melawan hukum diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata yaitu” Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”.

Biasanya seseorang dikatakan wanprestasi jika melanggar suatu perjanjian yang telah
disepakati dengan pihak lain sedangkan seseorang dikatakan melakukan perbuatan melawan
hukum jka perbuatannya bertentangan dengan hak orang lain atau dengan kewajiban
hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan.

Dalam gugatan perbuatan melawan hukum, penggugat selain membuktikan adanya


kesalahan yang dilakukan debitur maka harus membuktikan semua unsur-unsur perbuatan
melawan hukum. tetapi dalam gugatan wanprestasi, penggugat hanya menunjukan adanya
perjanjian yang dilanggar. Dalam gugatan perbuatan melawan hukum, penggugat dapat
menuntut pengembalian kepada keadaan semula tapi dalam gugatan wanprestasi tidak
dapat diajukan tuntutan tersebut. Hak menuntut ganti rugi dalam wanrpestasi perlu adanya
somasi sedangkan dalam perbuatan melawan hukum tidak perlu somasi karena ketika
terjadi PMH maka pihak yang dirugikan langsung dapat menuntut ganti rugi.

7. Pertanyaan Saila Fauziyah : Jelaskan kapan keadaan seseorang bisa dikatakan melakukan
suatu wanprestasi.berikan dan jelaskan satu contoh kasus mengenai wanprestasi

Jawabannya :

Seseorang dinyatakan lalai atau wanprestasi itu dapat berupa hal-hal sebagai berikut yaitu:

a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.Pada kondisi ini seorang debitur sama sekali tidak
melaksanakan atau memenuhi prestasinya sehingga menimbulkan kerugian bagi
kreditur/orang lain. Dalam ketidakmampuannya memenuhi prestasinya ini debitur harus
membuktikan bahwa dia tidak memenuhi prestasinya itu disebabkan oleh apa, apakah oleh
keadaan memaksa (overmacht), karena pihak kreditur juga wanprestasi ataukah karena
telah terjadi pelepasan hak.
b. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna. Pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau
memenuhi prestasinya tapi tidak sempurna.Sama halnya dengan di atas dalam
ketidaksempurnanya memenuhi prestasinya ini debitur harus membuktikan bahwa dia tidak
memenuhi prestasinya itu disebabkan oleh apa, apakah oleh keadaan memaksa
(overmacht), karena pihak kreditur juga wanprestasi
c. Terlambat memenuhi prestasi. Pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau
memenuhi prestasinya tapi terlambat. Lagi-lagi dia harus menjelaskan dan membuktikan
bahwa keterlambatannya memenuhi prestasinya ini disebabkan oleh factor apa, apakah oleh
keadaan memaksa (overmacht), ataukah karena pihak kreditur juga wanprestasi.
d. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan. Pada kondisi ini seorang
debitur melaksanakan atau melakukan apa yang dilarang dalam perjanjian untuk dilakukan.

Contoh kasus wanprestasi dalam hal ini yaitu pelanggaran perjanjian sewa rumah. Penyewa rumah
berani menjadikan rumah tersebut sebagai markas kriminalitas. Hal tersebut telah dilarang oleh
pemilik rumah dan tertuang dalam kesepakatan.

8. Pertanyaan tri : ada nya kewajiban dari penjual yg di langgar yaitu kejujuran dalam
menjual barang dagangan, seperti rumor2 yg kita tau bahwa ada nya ketidakjujuran dalam
menjual barang dagangan seperti timbangannya yg di lebih2kan misalnya yg seharusnya
hanya 1,5 kg menjadi dilebihkan 2 kg, nah kita sebagai pembeli adakah cara untuk
menghindari dari penjual yg seperti itu?

Jawabannya :

Menurut saya dalam kegiatan jual beli terkait kewajiban dari seorang penjual yaitu kejujuran dalam
menjual barang dagangannya untuk menghindari penjual yang seperti itu adalah kita harus benar-
benar memperhatika timbangan dan gerak gerik dari seorang penjual. Karena demi mendapatkan
suatu keuntunggan banyak dikalangan penjual yang sering melakukan kecurangan.

9. Pertanyaan Mega : Bagaimana jika awal perjanjian sama-sama menyetujui persyaratan


jual beli, tetapi di akhir jatuh tempo pembayaran pihak pembeli membayar dengan
barang? Apakah itu sah dalam perjanjian jual beli, dan apakah ada yg di rugikan?

Jawabannya :

Jika dalam perjanjian jual beli tidak sesuai persyaratan maka akan terjadi wanprestasi yang mana
Prestasi yang dilakukan tidak sempurna. Pada kondisi ini seorang debitur melaksanakan atau
memenuhi prestasinya tapi tidak sempurna.Sama halnya dengan di atas dalam ketidaksempurnanya
memenuhi prestasinya ini debitur harus membuktikan bahwa dia tidak memenuhi prestasinya itu
disebabkan oleh apa, apakah oleh keadaan memaksa (overmacht), karena pihak kreditur juga
wanprestasi

10. Pertanyaan Moses : sedang dalam proses pembelian sebuah bangunan di perumahan.
Pemilik sebelumnya (penjual) itu membeli dari developer secara cash dan sudah lunas.
Namun, sampai saat ini sertifikat tanah maupun AJB belum diperoleh si penjual dari
developer. maka apa yg harus saya lakukan?

Jawaban :
Dalam hukum perikatan apabila salah satu pihak (antara Kreditur dan Debitur) tidak melaksanakan
apa yang disanggupi atau dijanjikan maka dapat dikatakan pihak tersebut telah melakukan
wanprestasi/ingkar janji

Masing-masing pihak yang merasa dirugikan akibat wanprestasi yang dilakukan pihak lain berhak
menggugat ke Pengadilan untuk menuntut ganti rugi, berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga
jika ada. Dasar hukumnya Pasal 1243 dan Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai
berikut:

“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan,
bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam
waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan

11. Pertanyaan Nova : Salah satu fenomena yang terjadi adalah maraknya penjualan tanah
yang telah diwakafkan. Sebagai seorang pembeli yang tidak mengetahui posisi tanah
tersebut sebagai tanah wakaf, sedangkan dokumen-dokumen tanah yang diberikan telah
lengkap untuk mendukung jalannya transaksi jual beli. Adakah perlindungan hukum yang
mengaturnya? Dan bagaimana penyelesaiannya?

Jawaban :

Ketentuan pidana mengenai larangan untuk menjual atau mengalihkan hak harta benda wakaf
terdapat dalam Pasal 67 ayat (1) UU Wakaf sebagai berikut:

Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan, menjual, mewariskan, mengalihkan
dalam bentuk pengalihan hak lainnya harta benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasat 40 atau tanpa izin menukar harta benda wakaf yang telah diwakafkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500 juta.

Penyelesaiannya dapat kita lihat pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa :

(1) Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk

mencapai mufakat.

(2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1)

tidak berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau 

pengadilan.

12. Pertanyaan intan : Bagaimana keabsahan perjanjian jual beli yang dilakukan melalui
telepon? Kapan perjanjian itu terjadi, apakah pada saat melakukan kesepakatan di
telepon atau pada saat membayar atau penyerahan barang?

Jawabannya :
Mengenai kapan perjanjian jual beli melalui telepon/media elektronik/internet terjadi, ada 2
pendapat mengenai hal ini:

A. Mail box theory menurut hukum Common Law (Indonesia menganut hukum Civil Law),
perjanjian jual beli terjadi “di mana sejak penerimaan penjualan tersebut diterima, maka
dianggap sudah terjadi kata sepakat.”
B. Pasal 1462 KUHPerdata yang direvisi oleh Code Civil Perancis, perjanjian jual beli terjadi
sejak “adanya kata sepakat, tetapi tanggung jawab baru beralih ke pembeli setelah adanya
levering (penyerahan) sesuai Pasal 613 KUHPerdata.”

Jadi, mengenai kapan perjanjian jual beli melalui telepon/media elektronik/internet terjadi, menurut
pendapat saya, lebih tepat bila kita mengacu pada Pasal 1462 KUHPerdata yaitu pada saat
penerimaan pemesanan barang oleh penjual, tetapi kewajiban (tanggung jawab) penjual baru
BERALIH setelah barang diterima oleh pembeli (pemesan).

13. Pertanyaan bintang : di era digital tentu transaksi penjualan sudah bisa dilakukan secara
online, salah satunya menggunakan market place.lalu, bagaimana cara mengatasi jika ada
pembeli "nakal" dalam transaksi online, seperti mengajukan komplain dan refund padahal
barang yang diterima sudah sesuai dengan kondisi saat pemesanan?

Jawabannya :

Tips Efektif Untuk Mencegah Pembeli Nakal Bagi Seller Shopee

a. Sebisa mungkin gunakan pengiriman JNE maupun J&T Karena sistem JNE dan J&T biasanya
sudah terhubung secara langsung dengan market place.
b. Lakukan konfirmasi produk yang dibeli oleh konsumen Ulang kembali apa saja produk yang
dibeli oleh konsumen anda dan pastikan konsumen anda melakukan konfirmasi bahwa
produk yang dibeli sudah benar sebelum anda mengirimkan produk kepada konsumen.
c. Foto produk sebelum dikemas dan setelah dikemas Untuk memastikan kepada konsumen
bahwa produk yang anda kirim sudah dipastikan benar-benar tidak mengalami kerusakan.
d. Screenshot percakapan dengan konsumen Dengan adanya screenshot percakapan, anda
sebagai seller sudah tidak perlu gentar lagi jika sampai ada “pembeli nakal” yang mencoba
mengajak memperpanjang masalah

Anda mungkin juga menyukai