Anda di halaman 1dari 5

DAFTAR PERTANYAAN SCHOLARIUM

Episode 1 “Partai Politik Intelektual: Menyongsong Kebangkitan Etika


dan Ilmu Pengetahuan
No Nama Rabu, 17 Maret 2021 Pertanyaan
pukul 19.30 – 22.00 WIB
Ditujukan untuk
1 Muhammad Hubbul selamat malam, saya ingin bertanya, Pak Airlangga
Khair Wasahua bagaimana solusi untuk menghilangkan Pribadi Kusman,
kebiasaan para birokrat pemerintahan yang Ph.D
ingin menduduki posisi strategis dalam
pemerintahan dan ujungnya ada
keterkaitannya dengan elit2 politik? trims 🙏🏻
2 13_Gratia Wing Artha saya ingin bertanya. para Intellektual yang Pak Airlangga
telah tergabung pada partai politik terasa telah Pribadi Kusman,
kehilangan ketajaman naluri intellektualitas Ph.D
mereka sehingga para intellektual ini seakan
terpisah dari masyarakat yang seharusnya
mereka bela, bahkan para Intellektual seakan
menjadi abdi dari partai politik , bahkan rezim
yang berkuasa. pertanyaan saya adalah
apakah politik itu candu bagi intellektual dan
menjadikan intellektual menjadi abdi
kekuasaan.
3 Dimitri - Partai Hijau Selamat malam semuanya 🙏🏽 Saya ingin Pak Airlangga
Indonesia bertanya, sekiranya Platform/Ruang politik Pribadi Kusman,
atau partai politik apa yang sebetulnya Ph.D
diharapkan oleh kelompok intelektual? Dan
bagaimana kiranya Partai Politik dapat
memfasilitasi tantangan dan harapan
kelompok intelektual. Terimakasih
4 COALS Arrial Thoriq Kalau partai politik memang dapat dibentuk Pak Airlangga
Setyo Rifano dengan basis intelektual, apa tidak Pribadi Kusman,
mengulangi pengalaman PSI yang eksklusif Ph.D
dan tidak mengakar pada massa?
5 13_Gratia Wing Artha pertanyaan kedua , perguruan tinggi seakan Pak Airlangga
menjadikan mahasisiwa yang belajar ilmu Pribadi Kusman,
sosial sebagai sekrup kapitalis dan Ph.D
dampaknya lulusan ilmu sosial seakan tidak
pernag menghayati ruh ilmunya. Dari sini
Universitas telah menjadi kendang besi yang
menjadikan calon ilmuwan sosial menjadi
buruh yang kehilanggan mandat
intellektualitasnya. Lantas, bagaimana cara
menyadarkan mahasisiwa ilmu sosial akan
jati diri mereka yang belajar ilmu
kemasyarakatn ?
6 Ichan Pryatno Selamat malam, Pak Airlangga. Saya mau Pak Airlangga
bertanya: kira-kira sejauh mana kekuataan Pribadi Kusman,
kalangan intelektual membawa daya Ph.D
pembebasnya mengingat oligarki-neoliberal
memiliki suatu jaringan kekuasaan yang
canggih di dalam demokrasi? Apa mungkin di
hadapan 'kekuasaan', kaum intelektual dapat
bertahan?
7 YEFTHA Y. SABAAT Izin bertanya, Refleksi masalah status Pak Airlangga
kewarganegaraan Asing Bupati Terpilih Sabu Pribadi Kusman,
Raijua-NTT. Apakah ada ruang untuk Ph.D
memberi sanksi terhadap partai politik
pengusung yang dengan sadar telah
mendukung paslon yang terbukti Warga
Negara Asing? Yang mana dalam proses
demokrasi ini Parpol punya posisi yang
strategis.
8 Emilianus Yakob Sese Komentar saya sekaligus pertanyaan untuk Pak Airlangga
Tolo Mas Airlangga: penjelasannya Mas Airlangga Pribadi Kusman,
ini sy lihat tdk beda sama sekali dengan Ph.D
tulisan dalam buku Social Science and Power
in Indonesia yg diedit oleh Vedi Hadiz dan
Daniel Dhakidae. Juga tdk terlalu beda dari
buku yg ditulis oleh Daniel Dhakidae
"Cendekiawan dan Kekuasaan". Intinya,
cendekiawan atau intelektual tdk bisa
melepaskan diri dari kapital atau oligarki dlm
bahasa Mas Airlangga. Pertanyaannya,
apakah warisan Orba ini tdk berubah sama
sekali dalam konteks era disrupsi hari ini?
Kalau buku Ross Tapsel terakhir itu melihar
era digitalisasi hari ini justru memberi ruang
utk intelektual bisa melawan oligarki walau
oligarki juga bisa dpt keuntungan besar dari
era digitalisasi hari ini. Kedua, soal
intelektual bisa bangun partai politik atau
masuk dlm politik. Ini tesis dari pidato guru
besarnya Cornelis Lay. Sy malah agak skeptik
intelektual bangun partai. Sebab, jika
demikian, mereka bisa dikooptasi kekuasaan
oligarkhi. Biar mereka jadi Resi ala Jawa.
9 Eni Ashari Ati Bagaimana partai politik bisa mengembalikan Pak Airlangga
fungsi lembaga Legislatif, Executive dan Pribadi Kusman,
Yudikatif kembali spt nafas UUD 1945 yang Ph.D
sekarang tumpang tindih.
10 Febrihada Gahas Izin bertanya bagaimana dengan kelas Pak Airlangga
menengah atau middle class yang acap kali Pribadi Kusman,
menjadi sasaran empuk menjelang pemilu ? Ph.D
11 Toko Buku Jelata Gagasan tentang bagaimana akademisi Pak Airlangga
didorong utk lebih terlibat pada kerja-kerja di Pribadi Kusman,
level akar rumput adalah hal yang ideal. Tapi Ph.D
akademisi juga manusia, punya kebutuhan
material. Aktivisme kaum intelektual
seringkali terbentur dengan tagihan cicilan
rumah, biaya pendidikan anak, dsb. Adakah
insentif material yang bisa
ditawarkan/didesain bagi kaum intelektual
agar dengan mudah didorong utk terlibat pada
agenda sosial-politik kerakyatan?
12 Jambi_Bappeda_Melvin usaha unifikasi berbagai organisasi rakyat ke Pak Airlangga
dalam partai progresif selalu gagal. menurut Pribadi Kusman,
mas angga apa penyebabnya? hal ini penting Ph.D
agar menjadi tugas sejarah buat kawan kawan
yang masih bergerak. salam
13 Alizen . Selamat Malam, izin bertanya pak, Hamzah Pak Airlangga
Fansuri dalam bukunya Sosiologi Indonesia Pribadi Kusman,
terbitan LP3ES, intelektual dalam rupa Ph.D
peneliti terbagi dua yakni peneliti birokrat dan
peneliti bisnis. lantas hari ini dimana
representasi peneliti sebagai sosok ilmuwan
atau peneliti murni.
14 Dr. Jonas KGD Pertanyaan saya buat Bung Airlangga Pak Airlangga
Gobang, S.Fil.,M.A. Pribadi : Ada ruang publik baru yakni ruang Pribadi Kusman,
virtual yg oleh Manuel Castells menyebutnya Ph.D
sebagai network society yg dapat
melegitimasi identitas. Bagaimana menyikapi
upaya legitimasi identitas partai politik di
ruang virtual yg belum tentu sama dengan
ruang nyata. Belum lagi jika yg nampak
adalah drama-drama politik yg sengaja dibuat
untuk kepentingan atau tujuan politik
tertentu?
15 Eni Ashari Ati Bagaimana para intelektual mengajarkan Pak Erwan Halil
politik kepada grassroot agar tidak mudah
dipengaruhi partai politik atau oligarki, agar
grassroot tidak salah langkah ?
16 Inaz Nugroho pertanyaan saya ke pak erwan : sering kali Pak Erwan Halil
intelektual hanya dianggap sebagai "dosen"
dalam partai politik dan justru tidak diberikan
kesempatan menjadi praktisi, karena perlunya
modal budaya dsb, apa solusi terhadap hal
tersebut pak?
17 Febrihada Gahas Pertanyaan saya ke pak Erwan: Apakah Pak Erwan Halil
model budaya dan modal sosial dapat
diterapkan ke seluruh wilayah Indonesia,
melihat hampir seluruh partai politik
mempunyai basic konstituen ? Mohon
penjelasanya.Terima kasih
18 Dr. Jonas KGD Pertanyaan untuk Malik Fajar: Apa yg Mas Malik Fajar
Gobang, S.Fil.,M.A. dimaksudkan dgn penyempitan ruang
demokrasi, padahal kelompok intelektual
mesti memiliki cara bilamana ruang
demokrasi itu ditutup?
19 Darmawan Iskandar PAN, PBB, PKB adalah contoh partai yang Mas Malik Fajar
didirikan oleh para intelektual. Dalam
perjalanannya, partai-partai ini ternyata juga
tidak kemudian memperjuangkan
kesejahteraan rakyat walaupun gagasan2nya
pro rakyat dan hanya bagus diatas kertas. nah
pertanyaanya,, apa pemaknaan alternatif yang
diusung ketika para intelektual ingin
membangun partai?kalo cumin sekedar
alternatif hanya dalam slogan, ya PKB, PBB,
dan PAN ya alternatif. paling tidak bagi
kalangan pengurus dan elit2nya.
20 Eni Ashari Ati Bagaimana peran organisasi extra mahasiswa Mas Malik Fajar
sekarang sebagai intelektual kampus terhadap
partai politik ? Organisasi extra misal HMI,
GMNI, PMKRI, PMII dll
21 Emilianus Yakob Sese Saya kira, kalau Mas Falik yang sudah baca Mas Malik Fajar
Tolo Histomat, maka sebaiknya menolak
pembentukan partai intelektual. Orang
Histomat itu menolak Mazhab Frankrut atau
Posmo yang menggeser tugas revolusi itu ke
intelektual, bukan ke kelas pekerja yang E. M.
Wood sebut aksi "retreat from class". *ke
kaum intelektual, bukan kelas pekerja.
22 Udin Kh diskusi yang menarik ya, Mas Malik Fajar
sampai skrg sy melihat voters dianggap
sebagai komoditas untuk meraih kepentingan
partai. pertanyaan dasarnya, ketika muncul
partai politik alternatif apakah akan bertahan
dengan idealismenya? di tengah banyaknya
transaksi partai, lantas apa jaminannya?
saya kira voters semakin dewasa dari hari
kehari sebagaimana yang diungkapkan oleh
Valdimir O Key dalam bukunya The
Responsible Electorate mengatakan bahwa
Voters are not fools.....!
23 Dr. Jonas KGD Menurut saya terlalu banyak partai politik di Mas Malik Fajar
Gobang, S.Fil.,M.A. Indonesia yg alih2 memperjuangkan
kepentingan rakyat malah justru mengabaikan
kepentingan rakyat tetapi memperjuangkan
kepentingan kekuasaannya.
24 Peserta Zoom Saya Setuju dgn Politik Alternatifnya mas Mas Malik Fajar
Malik narasumber ketiga ini... Solusi saya utk
memulai partai politik alternatif tsb adalah :
membuat PETISI HAK SUARA seluruh
rakyat utk membentuk suatu KOMUNITAS
INTELEKTUAL Tanpa terikat Aturan
Hukum negara yg SUDAH KORUPSI ini jadi
kita mmg harus menaksa diri utk membentuk
perjuangan di luar dari hukum negara yg
korupsi ini.
25 Darmawan Iskandar nah jika seperti itu bung angga, pemaknaan Pak Airlangga
alternatif tidak akan menjadi apa2, jika partai Pribadi Kusman,
alternatif tersebut tidak berbasis ideologi yg Ph.D
dijabarkan dalam program2 politik partai.
partai alternatif tanpa jenis ideologi yang jelas
ya bukan pratia alternatif namanya. selama
partai (mau alternatif apa tidak) masih
digerakan oleh core partai (elit inti) ya tdk ada
bedanya dengan partai2 yg ada sekarang.
26 Iffan Gallant El Ada yg terlupakan, partai politik, ormas, Mas Malik Fajar
Muhammady gerakan mahasiswa melupakan pendidikan
politik. politik dimaknai sebagai sebuah
perebutan suara;vote, voters. semua abai akan
pentingnya politik sebagai kebutuhan akan
perjuangan mewujudkan kesejahteraan.

Mengutip Prof Ramlan Surbakti, pakai sudut


hollisme atau individual-isme?

Maka hemat saya, biarkan saja Para


Intelektual membuat partai intelektual, namun
persetanlah dg kursi Parlemen, persetanlah dg
kekuasaan. Fokus kepada pendidikan politik
saja, tanpa tujuan menguasai Parlemen.
Tebarkan saja pemikiran-pemikiran di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai