Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Didalam tubuh makhluk hidup terdapat sistem regulasi yang akan mengatur semua sistem
organ didalam tubuhnya agar semua sistem tersebut dapat bekerja secara seimbang. Sistem
regulasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya
untuk menanggapi rangsangan tersebut. Sistem regulasi yang dimiliki oleh hewan termasuk
termasuk manusia meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem endokrin. Sistem saraf
merupakan sistem yang khas bagi hewan karena tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf pada
manusia dibedakan menjadi dua. Yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat merupakan pusat dari sistem saraf, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
(Subahar, 2009 : 67)
Homeostatis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelangsungan hidup
organisme didalam suatu ekosistem dan juga secara khusus menggambarkan suatu kehidupan
organisme. Homeostatis juga menunjukan linkungan yang mendukung kelangsungan hidup sel-
sel. Semua sistem tubuh organisme saling bekerja sama untuk mempertahankan homeostatis
didalam tubuh kita. Homeostatis dibutuhkan sel dan jaringan tubuh kita untuk dapat bekerja
dengan baik dalam menghadapi stressor peribahan lingkungan eksternal. Adapun beberapa cara
homeostatis yang penting antara lain thermoregulasi, osmoregulasi, regulasi udara dan elektrolit,
serta glukoregulasi (Subahar, 2009 : 57)
Pada kenyataannya, saat terjadi perubahan dalam tubuh kita, ada dua kasus respon yang
mungkin terjadi yaitu :
1. Umpan balik negatif, yaitu suatu proses yang terjadi ketika sistem tubuh kita butuh
dihambatkan atau bahkan memberhentikan secara komplit suatu proses yang sedang terjadi.
Contoh ketika tekanan darah meningkat, reseptor di arteri karotisakan mendeteksinya dan
mengirimkan sinyal ke otak. Otak kemudian akan kirim pesan ke jantung untuk
membebaskan denyutnya sehingga aliran darah yang dipompa lebih sedikit dan
mengakibatkan penurunan tekanan darah.
2. Umpan balik positif, yaitu suatu resep untuk menimbulkan atau menguatkan suatu proses
fisiologis dan atau aksi dari suatu sistem. Respon ini biasanya suatu proses siklik yang dapat
terus berlanjut atau suatu proses sampai suatu respon umpan balik mengambil alih alih.

1
Semua kegiatan dan kerja alat-alat dalam tubuh kita diatur dalam sistem koordinasi. Regulasi
merupakan cara semua organ dan sitem tubuh bekerjasama secara efisien. Sistem ini terbagi
atas tiga bagian, yaitu melalui sistem saraf, hormon dan alat indera. Pengaturan sistem saraf
diatur oleh urat saraf sedangkan pengaturan sistem hormon melalui darah (Safitri: 2004).
Berikut adalah beberapa contoh proses regulasi:
1. Regulasi suhu tubuh (Thermoregulasi) Manusia merupakan makhluk homeothermik yang
berarti dapat pembantuan suhutubuh sendiri untuk mencapai suatu ekuilibrium
(keseimbangan) sehingga suhu tubuh cenderung konstan yang tidak banyak dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Enzim manusia bekerja efektif pada suhu 37 ºC. Pusat pengaturan
suhu ada di otak bagian hipotalamus. Ada beberapa efektor yang terlibat dimana antar
mamalia bervariasi. Temperatur diatur dengan beberapa orang. Fluktuasitemperatur
dideteksi oleh reseptor yang disebut thermoreseptor, contohnya adalah kulit. Jika kita
terlalu panas atau dingin karena pengaruh dari lingkungan luar atau dalam tubuh kita,
maka thermoreseptor akan memgirimkan impuls saraf kehipotalamus. Selanjutnya
Hipotalamus akan mengirimkan pesan respon ke efektor seperti kulit untuk meningkatkan
atau mengurangi panas dari permukaan dengan:
a. Sebuah peningkatan suhu tubuh direspon dengan berdirinya bulu rambut (piloereksi)
karena kontraksi otot-otot kulit sedangkan menurunnya suhu tubuh direspon dengan
penahanan panas tubuh dengan mendatarnya bulu rambut karena relaksasi otot-otot.
b. Kelenjar-kelenjar di bawah kulit akan mensekresi keringat ke permukaan kulit untuk
meningkatkan sediaan panas dengan evaporasi jika suhu tubuh meningkat. Sekresi
keringat akan berhenti jika suhu tubuh sudah kembali normal.
c. Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa lebih banyak
panas keluar tubuh (vasodilatasi) jika suhu tubuh meningkat dan pembuluh darah
darah akan mengkerut (vasokonstriksi) untuk klik cepat panas lewat kulit jika suhu
tubuh sudah normal kembali.Jika terjadi penurunan suhu yang berkepanjangan, maka
hipotalamus akanmeningkatkan sekresi hormon TRH untuk menstimulasi
pengeluaran TSH olehhipofisis yang akan menstimulasi kenaikan sekresi hormone
tiroksin oleh pelengkaptiroid. Hormon ini akan memacu Metabolisme yang memiliki
produk sampinganenergi panas. Selain itu, fakta non spesifik untuk mengatasi

2
penurunansuhu tubuh adalah dengan kontraksi otot-otot ekstremitas (menggigil)
untukmemproduksi panas. (Safitri: 2004).

2. Regulasi cairan Tubuh (Osmoregulasi) Osmoregulasi adalah suatu proses untuk


mempertahankan keseimbangancairan, udara, dan elektrolit dalam tubuh kita. Spesifik,
osmoregulasi adalah pengaturan konsentrasi cairan darah dan secara efektif juga
membantu jumlah udara yang tersedia untuk diserap sel tubuh. Pengaturan homeostasis
cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Sebuah perubahan konsentrasi cairan dideteksi oleh sirkulasi sistem osmoreseptor
hipotalamus untuk mengaktifkan umpan balik negatif.
b. Hipotalamus mengirimkan sinyal kimiawi ke tempat hipofisis untuk mensekresi
hormon ADH (Anti Diuretika Hormone) yang akan bekerja pada organ ginjal dimana
ginjal bertanggung jawab untuk menstabilkan konsentrasi cairan tubuh (Safitri:
2004).
c. Ketika hormon ADH mencapai target organ, terjadi perubahan pada ginjal yaitu
menjadi kurang atau lebih bersifat permeable terhadap udara.
3. Pengaturan Kadar Glukosa Darah (Glukoregulasi) ada dua hormon yang berperan penting
dalam pengaturan kadar glukosa darah yaitu insulin yang dihasilkan oleh sel β pulau
langerhans pada pankreas dan glukagon yang dihasilkan oleh sel α pulau langerhans pada
pankreas. Insulin akan menurunkan kadar glikosa dalam darah dengan memasukkannya
sel maupun merangsang hati untuk menyimpan kelebihannya dalam bentuk glikogen.
Sedangkan glukagon akan menstimulasi hati untuk membongkar glikogen jika tubuh
mengalami kekurangan glukosa. (Pertiwi, 2008).

Anda mungkin juga menyukai