Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan bulu tangkis di Dunia dan di Indonesia

Perkembangan bulu tangkis di Dunia


Bulutangkis atau yang sekarang lebih dikenal dunia dengan sebutan badminton mulai
berkembang dan dikenal oleh masyarakat dunia pada abad ke-17. Kata badminton sendiri
berasal dari sebuah nama tempat atau lebih tepatnya nama istana yang terletak di daerah
Gloucester-shire sekitar 200 kilometer sebelah barat kota London, Inggris yaitu “Badminton
House”.
Mereka adalah keluarga Duke of Beafourt merupakan pemilik istana ini. Keluarga ini sering
mengadakan perlombaan bulutangkis di kawasan istana. Pada mulanya mereka
mengadakan perlombaan yang sama dengan permainan Battledore and Shuttlecock yang
beredar di masyarakat Inggris pada umumnya. Namun kemudian anak-anak dari keluarga
Duke of Beafourt melakukan sedikit improvisasi pada permainan ini yaitu dengan memasang
sebuah tali di tengah-tengah antara area permainan kedua pemain yang bertanding. Tali
inilah yang menjadi cikal bakal tercipta net dalam permainan bulutangkis.
Pada akhir tahun 1850-an permainan Battledore and Shuttlecock variasi baru ciptaan
keluarga Duke of Beafourt yakni dengan menggunakan tali berkembang pesat. Kemudian
puncaknya yaitu pada tahun 1960, melalui sebuah pamflet yang ditulis oleh Isaac Spraat.
Dalam pamflet ini Isaac Spraat menuliskan “Badminton Battledore a New Game”  dan pada
pamflet inilah revolusi baru dari permainan Battledore and Shuttlecock dan digunakannya
istilah Badminton sebagai nama baru dari permainan itu pertama kali diceritakan pada
masyarakat luas.

Kemudian Badminton House dijadikan sebagai nama dunia/internasional dari bulutangkis,


karena di istana inilah permainan bulutangkis pertama kalinya dimainkan oleh masyarakat
kalangan atas. Badminton House menjadi saksi sejarah dan tempat awal dikenalnya
bulutangkis oleh seluruh dunia.
Perkembangan bulu tangkis di Indonesia

Di Indonesia bulutangkis mulai diperhitungkan dan berkembang ketika adanya kesadaran


dari pemerintah dan masyarakat bahwa bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga
yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia. Sejak itulah mulai didirikan berbagai
perkumpulan yang menaungi olahraga bulutangkis. Dan kemudian mulai diselenggarakan
berbagai perlombaan dan kejuaraan tingkat daerah dan nasional.

Perkembangan nyata olahraga bulutangkis di Indonesia terjadi pada tahun 1948 yakni
dengan diadakan dan dimasukkannya bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga yang
yang dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang diadakan di Surakarta
(kini Solo). Pekan Olahraga Nasional atau PON ini diikuti oleh berbagai daerah yang ada di
Indonesia. Kemudian hal ini berlanjut dan semakin berkembang pada masa tahun 1950-an
dengan mulai diselenggarakannya berbagai perlombaan yang tersebar di berbagai kota di
Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi baik antar perkumpulan,
kabupaten/kota, propinsi hingga tingkat nasional.

Bulutangkis Indonesia semakin berkembang pesat dengan kampanye yang disuarakan oleh
Presiden Indonesia saat itu yakni Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengkampanyekan
“Nation Building” yaitu gerakan untuk membangun bangsa, dan pelaku-pelaku olahraga
termasuk sebagai salah satu pemain utama dalam gerakan ini. Presiden Soekarno
memberikan pengarahan dan kobaran semangat pada pelaku-pelaku olahraga ini agar
menjadikan olahraga sebagai sarana untuk mengenalkan negara Indonesia ke hadapan
dunia internasional dan berjuang keras agar Indonesia mampu menciptakan sebuah prestasi
di tingkat dunia.

Harapan dari Presiden Soekarno ini kemudian dituangkan dalam Kepres No. 263/1963 yang
isinya menyangkut tentang upaya dan harapannya untuk mencanangkan Indonesia dapat
masuk dalam peringkat 10 besar tingkat dunia. Harapan dan impian Presiden Soekarno ini
mulai terjawab pada tahun 1958, yakni ketika Indonesia mengikuti ajang piala Thomas atau
Thomas Cup (untuk putra) yang diselenggarakan di Singapura. Pada awalnya pemain
Indonesia diremehkan oleh para pemain dari negara lain karena waktu itu adalah kali
pertama Indonesia mengikuti ajang tingkat internasional tersebut, dan merupakan tim yang
tidak diperhitungkan.

Tim bulutangkis Indonesia yang masih ‘anak bawang’ dalam kejuaraan tingkat internasional
dianggap tidak akan mampu bersaing dengan tim bulutangkis terkuat pada masa itu (tahun
1950-an) yakni Amerika, Malaysia, Denmark, Inggris dan Thailand. Namun pemain dari tim
bulutangkis Indonesia mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Hal ini dibuktikan
dengan keberhasilan dua orang atlet bulutangkis Indonesia dari kategori tunggal putra maju
ke babak final. Dan yang lebih membanggakan lagi, mereka menciptakan suatu keadaan
dimana kedua pemain yang bertanding di babak final berasal dari satu negara yakni
Indonesia atau yang dikenal dengan istilah “All Indonesian Final”.
Empat cara memegang raket dalam bulu tangkis

 Memegang raket cara Amerika (American grip), yaitu raket dipegang pada ujung tangkai,
antara ibu jaridan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan tangan yang gepeng
(pipih).

 Memegang raket cara pegangan (backhand grip), yaitu raket dipegang pada tangkainya
seperti cara inggris, tetapi raket diputar-putarkan ke kiri sehingga ibu jari lebih aktif
menekan pegangan raket.

 Memegang raket cara forehand grip, yaitu raket dipegang seperti berjabat tangan.

 Memegang raket campuran, yaitu cara memegang raket seperti cara inggris, tetapi
setelah raket dimiringkan tangkai dipegang seperti menjabat tangan.
Perlengkapan Bulu Tangkis

Raket

Bahan raket :
• Kayu
• Aluminium
• Fiberglas
Berat raket : ± 150 gram

Kok

• Terbuat dari gabus berbentuk setengah bulatan dan dilapisi kulit tipis yang kuat
• Bagian gabus ditancapkan 14-15 helai bulu unggas
• Diameter gabus 25-28 mm
• Diameter ujung atas dari bulu 54-56 mm
• Berat kok 4,73-5,50 gram

Senar

• Terbuat dari bahan nilon atau bahan sintetis

Net

• Bahan net : Katun berwarna gelap (hijau atau cokelat tua)


• Lebar net : 76 cm
• Panjang net : 610 cm
• Lebar pita putih pada sisi atas membatasi bagian atas net : 3,8 cm

Tiang net

• Tinggi : 155 cm
• Bahan tiang net : bahan yang cukup kuat (besi)
• Penampang tiang berbentuk bulat dengan garis tengah sebesar 3,8 cm

Lapangan

Untuk permainan ganda :


• Panjang garis samping : 13,40 m
• Lebar garis akhir : 6,10 m

Untuk permainan tunggal


• Panjang garis samping : 13,40 m
• Lebar garis akhir : 5,18 m
Sejarah bulu tangkis

 Olah raga yang menggunakan bola dan raket ini berkembang di Mesir kuno sekitar 2000
tahun lalu. Nenek moyangnya adalah sebuah permainan Tionghoa bernama Jianzi yang
melibatkan penggunaan bola tetapi tanpa raket. Objek atau misi permainan ini adalah untuk
menjaga bola agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Di
Inggris sejak zaman pertengahan, permainan ini dimainkan oleh anak-anak disebut dengan
Battledores atau Shuttlecocks, raketnya memakai dayung/tongkat (Battledores). Ini cukup
populer di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan
kartun untuk permainan ini.

     Penduduk Britania membawa permainan ini ke Jepang, Tiongkok, dan Siam selagi mereka
mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah
setempat mereka. Olah raga kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania
di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya
secara bersaingan. Oleh sebab itu kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, pada masa
itu permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona.

    Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini
mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt,
seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game"
("Battledore Bulutangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut
dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di
Gloucestershire, Inggris. Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton
Bath pada 1877. Asosiasi Bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan
internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All
England. Bulutangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia
Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara
Skandinavia.
Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) didirikan pada 1934 dan membukukan Inggris,
Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai
anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada 1936. 
Sejarah tenis meja di Dunia

Permainan tenis meja adalah salah satu cabang olahraga yang dilakukan dalam gedung
(Indoor game).Terdapat dua orang pemain atau empat orang yang saling berlawanan.

Permainan tenis meja dapat dilakukan dengan cara menggunakan sebuah raket yang
terlapis karet, berfungsi untuk memukul bola celluloid dan bola harus melewati net jaring
yang digantung di atas meja.

Pertama kalinya permaian tenis meja berasal dari benua Eropa kurang lebih sekitar abad
pertengahan sebagai kombinasi daripada olahraga tenis kuno.

Olahraga tersbut mulai terkenal di negara Inggris sekitar pertengahan abad ke-19 dengan
bermacam-macam nama seperti gossima, pingpong dan whiff-whaff, olahraga tenis meja
biasanya dimainkan setelah makan malam.

Olahraga tenis meja dinaungin oleh asosiasi resmi dunia pada tanggal 15 Januari 1926 oleh
prakarsai Dr. George Lehman dari Jerman.
Sejarah tenis meja di Indonesia

Sejarah tenis meja masuk Indonesia kurang lebih sekitar tahun 1930an dan hanya baru
dimainkan di pertemuan umum orang-orang belanda yang terkenal dengan sebutan nama
Societeit.

Kurang lebih sekitar tahun 1940an olahraga tenis meja sudah mulai dimainkan oleh
masyarakat Indonesia hanya saja golongan tertentu seperti pamong dan pegawai negeri.

Pada tahun yang sama Indonesia membentuk organisasi tenis meja yakni dengan nama
PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) yang mana telah terdaftar menjadi salah
satu anggota dari Table Tennis Federation of Asia yang disingkat TTFA.

Perlombaan kejuaran tenis mejada di tingkat Asia yang diadakan oleh Table Tennis
Federation of Asia (TTFA) telah diikuti oleh Persatuan Tenis Meja seluruh Indonesia (PTMSI)
yang diselenggarakan oleh Singapura dan Manila.

PTMSI telah resmi menjadi anggota International Table Tennis Federation di tahun 1961 dan
tercatat sebagai negara anggota ke-73.

Sebagai anggota ITTF, jika dibandingkan dengan keanggotaan yang ada pada asosiasi TTFA,
sebaliknya PTMSI belum pernah absen dimanapun penyelenggaraanya dilaksanakan sejak
pertama perlombaan dunia diadakan pada tahun 1963.

Salah satu partisipasi pertama bagi PTMSI pada kejuaraan perlombaan ialah di Praha tahun
1963 dengan hasil peringkat ke-34 bagi putra dan putri ke-31.

 
Perkembangan tenis meja di Indonesia

Perkembangan tenis meja di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa
dalam menghadapi kolonial Belanda.; Di Indonesia, tenis meja baru dikenal pada tahun
1930, ketika itu pelakunya hagyalah dari kalangan orang-orang Belanda dan kalangan
tertentu dari pribumi, seperti para pejabat pribumi serta keluarganya. pelaksanaannya pun
hanya terbatas pada balai-balai pertemuan dan masih dianggap sebagai suatu permainan
untuk mengisi waktu luang. Sekitar tahun 1940 banyak didirikan klub ping-pong di lembaga-
lembaga tertentu, seperti sekolahan dan kantor pemerintah, sehingga bagi bangsa
Indonesia, hanya kalangan tertentu pula yang dapat memainkannya. Setelah Indonesia
merdeka, mulailah terjadi penyebaran permainan ping-pong ke khalayak ramai, dan pada
tanggal 5 Oktober 1951, di Surabaya diadakan Kongres I yang menghasilkan berdirinya
Persatuan Ping-pong Seluruh Indonesia (PPPSI). Berawal dari sinilah diadakan
pemasyarakatan olahraga ping-pong ke seluruh lapisan masyarakat yang ada.

Pada tahun 1958, di Surabaya diadakan Kongres Ping-Pong yang menghasilkan keputusan :
merubah PPPSI menjadi PTHSI atau Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia. Pada tahun
1960 PTHSI telah diterima sebagai salah satu anggota TTFA, kemudian pada tahun 1961
PTMSI diterima sebagai anggota penuh dari ITTF. Setelah itu, PTHSI aktif mengikuti
kejuaraan-kejuaraan resmi tingkat Asia maupun tingkat dunia, yaitu antara lain :
1. Tahun 1963 regu putra-putri mengikuti kejuaraan dunia ke 27 di Praha.
2. Tahun 1965, untuk kedua kalinya mengikuti Kejuaraan Dunia ke 28 di Ljubljana
Yugoslavia.
3. Tahun 1966 sewaktu berlangsungnya Asian Games ke 5 di Bangkok.
4. Tahun 1967, tim putra dikirim ke Kejuaraan Dunia ke 29 di Stockholm-Swedia.
5. Tahun 1967, pada kejuaraan Asia ke 8 di Singapura.
6. Tahun 1968, Indonesia selaku tuan rumah kejuaraan Asia ke 9.
7. Tahun 1969, untuk ketiga kalinya mengikuti Kejuaraan Dunia ke 30 di MunichJerman.
8. Tahun 1970, mengikuti Kejuaraan Asia di Nagoya-Jepang khusus tim putra.
9. Tahun 1971, pada kejuaraan dunia ke 31 di Nagoya-Jepang mulai ada peningkatan
prestasi.
10. Tahun 1972, Indonesia kembali menjadi tuan rumah kejuaraan Asia, prestasi yang
diraih adalah sebagai runner up untuk tim senior putra/putri dan juara untuk tim
yunior putra.
11. Tahun 1973, Indonesia mengikuti kejuaraan dunia ke 32 di Sarajevo-Yugoslavia.

Keikutsertaan Indonesia pada kejuaraan-kejuaraan resmi terus berlangsung sampai


sekarang dengan prestasi yang menunjukkan fluktuasi, hal ini dapat saja terjadi mengingat
perkembangan tenis meja di negara-negara lain berlangsung dengan cepat dan penggunaan
teknologi canggih untuk mencetak atlitpun digunakan, terutama dalam
pemilihan jenis karet pemukul, sarana dan prasarana latihan, proses. latihan dan
evaluasinya, serta usaha-usaha pembibitan atlit sejak dini.
Perkembangan tenis meja di Dunia
Sejarah tenis meja di dunia dimulai pada di Inggris sekitar abad ke-19, yang dimainkan oleh
orang kelas atas sebagai permainan indoor setelah makan malam. Tenis meja memiliki
beberapa nama, salah satunya "whiff-whaff", dan telah diusulkan versi-versi sederhananya
yang dikembangkan oleh tentara Inggris di India atau Afrika Selatan, di mana mereka
membawanya kembali ke Inggris.

Selain nama “tenis meja”, menurut sejarah tenis meja, nama "ping-pong" juga digunakan
hampir semua negara sebelum perusahaan Inggris J. Jaques & Son Ltd menjadikannya
merek dagang pada tahun 1901. Nama "ping-pong" kemudian lebih digunakan untuk
permainan yang dimainkan peralatan Jaques, dengan perusahaan lain menyebutnya tenis
meja. Situasi yang sama terjadi juga di Amerika Serikat, di mana Jaques menjual hak nama
"ping-pong" kepada Parker Brothers. Parker Brothers lalu menjadikannya merek dagang 
tahun 1920-an, membuat organisasi lainnya mengubah nama menjadi "tenis meja"
digantikan menggunakan nama yang lebih umum, namun dengan merek dagang.

Inovasi besar yang menyumbang sejarah tenis meja di dunia berikutnya dilakukan oleh
James W.Gibb. Beliau merupakan penggemar tenis meja yang menemukan bola seluloid
dalam perjalanan menuju Amerika Serikat tahun 1901 dan menurutnya cocok untuk
permainan. Ini diikuti E.C. Goode yang, pada tahun yang sama, menciptakan versi modern
dari raket dengan memasang selembar karet yang diberi bintik, ke kayu yang sudah diasah.

Tenis meja mulai terkenal pada tahun 1901 disebabkan turnamen yang dibuat, buku yang
menuliskan tentang tenis meja, dan kejuaraan dunia tidak resmi pada tahun 1902. Pada
awal 1900an, permainan ini dilarang di Russia karena penguasa pada masa itu percaya
bahwa memainkan tenis meja memiliki efek yang buruk pada penglihatan pemain

Tahun 1921, Asosiasi Tenis Meja (TTA) dibuat di Inggris, dan diikuti Federasi Tenis Meja
Internasional (ITTF) pada tahun 1926. London menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia resmi
pertama tahun 1926. Tahun 1933, Asosiasi Tenis Meja Amerika Serikat, sekarang disebut,
Tenis Meja Amerika, dibentuk. Tahun 1930, Edgar Snow berkomentar di Red Star Over China
bahwa pihak Komunis di Perang Saudara China mempunyai "hasrat untuk Tenis Meja asal
Inggris" yang menurutnya "ganjil".

Tahun 1950an, raket yang menggunakan lembaran karet digabung dengan lapisan spons di
dasarnya mengubah permainan secara dramatis, meningkatkan kecepatan dan perputaran
bola. Hal ini diperkenalkan oleh perusahaan alat olahraga Inggris S.W. Hancock Ltd.
Penggunaan lem cepat dapat meningkatkan kecepatan dan perputaran lebih jauh, yang
menghasilkan perubahan peralatan untuk "menurunkan kecepatan permainannya". Tenis
meja diperkenalkan sebagai cabang Olimpiade pada tahun 1988.
Perlengkapan permainan tenis meja
• Meja
• Net
• Bola
• Raket (bet)

Meja
• Bentuk : segi empat
• Panjang : 2,74 m
• Lebar : 1,52 m
• Tinggi meja dari lantai : 76 cm

Net
• Panjang : 1,83 m
• Lebar : 15,25 cm
• Tinggi tiang penyangga net : 15,25 cm
• Batas perpanjangan kedua tiang di setiap sisi akhir lebar meja : 15,25 cm

Bola
• Bahan bola : seluloid atau sejenis plastic berwarna putih atau oranye
• Bentuk : bulat
• Diameter : 40 mm
• Berat : 25 gram

Cara memegang bet


• Penholder grip
Cara memegang bet seperti memegang pena
• Shake hand grip
Pegangan dengan cara seperti berjabat tangan
Penholder grip
• Model jepang
Ruas pertama ibu jari menempel pada bet. Jari telunjuk serta ibu jari bertemu di
depan. Sikap siku dan pergelangan tangan harus satu garis dan bet condong ke
dalam, sedangkan jari tengah dan jari manis menempel pada belakang bet.

• Model RRC
Ibu jari bagian dalam boleh menempel atau tidak pada gagang bet, sedangkan jari
telunjuk mengait pinggiran bet menggunakan ruas kedua. Jari manis, jari tengah, dan
kelingking menempel di belakang bet.

Shake hand grip


Jari manis dan kelingking serta jari tengah memegang bet. Jari telunjuk ditempelkan
di permukaan backhand bet. Ibu jari ditempelkan di permukaan forehand bet
dengan relaks di dekat jari tengah.

Anda mungkin juga menyukai