Anda di halaman 1dari 7

GEOMEDIS EMAS

Geologi keterdapatan emas


EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dengan skala kekerasan 2,5 – 3 skala
mohs. Berat jenisnya tergantung dari jenis dan kandungan logam lain yang berasosiasi
dengan keterdapatan emas. Emas terbentuk melalui proses magmatisme kontak dan larutan
hidrotermal yang membentuk suatu zona konsentrasi sebagai endapan primer atau sekunder
(placer).
Konsentrasi suatu logam pada umumnya berasal dari perombakan batuan asal yang
mengalami pengendapan kembali melalui proses eksogen, pelapukan (kimia atau mekanis),
transportasi, sorting (leaching), dan pengkonsentrasian (pengkayaan). Proses ini terjadi
terutama pada mineral-mineral berat (heavy minerals) yang memiliki ketahanan (resistensi)
terhadap pelapukan (Maulana, 2017).
PROSES TERBENTUKNYA EMAS
Terjadinya endapan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber dari
mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi dari
daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), serta dari
magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene) (Maulana, 2017).
ENDAPAN EMAS
Model endapan placer oleh (John M. Guilbert, 2007), berdasarkan tempat dimana
diendapkan, maka endapan placer dapat dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian.
2. Plaser eluviual, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan bergerak
ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti
di sebelah dalam meander.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karena aktivitas gelombang memukul pantai
dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil placer, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan.
Endapan emas orogenik merupakan endapan hasil dari bentuk terakhir pada siklus
orogen dari air metamorfik yang berasal dari bagian tengah hingga bagian bawah kerak,
walaupun ada kumungkinan fluida juga berasal dari air magmatik yang dalam. Untuk
endapan jenis ini, terkadang digunakan pula terminologi yang berkaitan dengan asosiasi bijih
host sequence, seperti greenstone-hosted, greenstone belt, slate-belt style,turbidite hosted.
Juga dipergunakan sebutan yang berkaitan denga bentuk bijih yang ditemukan, seperti lode
gold, urat kuarsa-karbonat, atau disseminated deposit.
Batuan asal pada endapan emas orogenik ini mayoritas terkena metamorfosa regional
membentuk sekishijau hingga fasies amfibolit bawah. Bijih pada endapan ini terbentuk secara
sinkinematik, dengan setidaknya 1 tahap deformasi penetrasi pada batuan asal, yang tentunya
menghasilkan kontrol struktur yang kuat meliputi sesar, shear zone, lipatan dan atau zone of
competency contrast (Hudgons, 1989 dalam Grove et al., 2003).
Kebanyakan dari endapan emas yang ditemukan pada jumlah yang besar adalah jenis
endapan emas orogenik. Secara garis besar endapan ini terbagi menjadi 2, yaitu (1) endapan
yang mengalami pengkayaan Cu+Mo (contohnya adalah pada McIntyr Timmins/Kanada dan
Boddington/Australia) dan (2) endapan yang mengalami pengkayaan Cu-Zn+Pb+Ag dan/atau
pirit yang melimpah (contohnya pada Bousquet/ Kanada; Mount Gibson/Australia, dan
beberapa endapan yang ditemukan di Tanzania dan Kenya; Carolinaslate belt/USA dan
endapan VMS di Mount Read/Australia, yang keduanya memiliki unsur yang berasosiasi
dengan endapan emas orogenik (contohnya: As, B, Bi, Sb, Te,W). Endapan emas orogenik ini
sangat luas penyebarannya, sehingga dibagi-bagi lagi berdasarkan segmen kedalamannya
(Gebre-Mariam et al., 1995). Secara garis besar terbagi menjadi 3 yaitu “epizonal” pada
kedalaman < 6 km, “mesozonal” pada kedalaman 6 km – 12 km, dan “hipozonal” pada
kedalaman >12 km.
Konsentrasi emas juga dapat terbentuk melalui endapan hidrotermal, dicirikan dengan
adanya endapan tipe urat (vein type deposit), yang merupakan daerah tempat mineralisasi
bijih terjadi
dan membentuk tubuh yang diskonkordan. Kebanyakan urat-urat terbentuk pada
zona-zona patahan atau mengisi rongga-rongga pada batuan (daerah rekahan), Proses
pembentukan ore atau mineralisasi bijih pada endapan jenis hidrotermal dipengaruhi oleh
beberapa faktor pengontrol :
1. Larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan pembawa mineral
2. Zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk melewati larutan hidrotermal
3. Tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal
4. Terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan hidrotermal yang
memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih (ore)
5. Adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan mineral bijih
Klasifikasi endapan hidrotermal terdiri atas endapan epitermal, endapan sulfida massif
vulkanik dan lain-lain. Endapan epitermal sendiri terbagi atas endapan zona high sulfidasi
dan low sulfidasi.
zona high sulfidasi juga disebut sebagai acid sulphate atau silicaalunite- kaolinite)
system, terbentuk dari magmatic dng gas dominan, alterasi vertikal dan lateral dari sesar
dalam masuk kerekahan (Bonham 1986). Dikontrol oleh porphyry (intrusi), lithologi dan
struktur (White, 1990). Zone alterasinya adalah advanced argillic, argillic dan peripheral
propylitic. Mineral yang hadir biasanya Copper-gold-arsenic.
Endapan low sulfidasi terjadi pada intrusi di daerahmagmatic arcs, terbentuk dari
sirkulasi dalam hydrothermal system, sebagai variasi dari magmatic dan meteoric waters.
Magmatic volatile, menjadi cairan dan gas asam (SiO2 dan Chlorine) yang teredoksi karena
bereaksi dengan batuan dinding (SiO2menjadi H2S dan Chlorine menjadi NaCl), biasanya
pada low temperatures (Giggeenbach, 1987). Biasanya terdapat pada regional faults, splays
fault, dilational, breccias (diatremes,fluid breccia) dan lithologi kontak (dyke, dome/plag
contacts).
Mineral endapannya Au/Cu porphyry system, Quartz sulphide vein system, Carbonate
Base Metal Gold(pyrite-spharelite-galena).
Emas di geomedis
DAMPAK NEGATIF TAMBANG EMAS
Dampak negatif pada lingkungan penambangan emas pada yang terkontaminasi merkuri
sangat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Jalur utama
pajanan metilmerkuri pada manusia adalah melalui konsumsi ikan (Antonovich, et al ., 2007)
Selain berdampak bagi masyarakat sekitar dan biota perairan, dampak yang cuukup
signifikan adalah bagi pekerja Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang sebagian besar
tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) sehingga merkuri yang menguap keudara
akan langsung terhirup dan masuk kedalam saluran pernafasan. Dari hasil kegiatan
penambangan emas, sebanyak 10%-30% akan menguapa dan akan lepas ke lingkungan
(Soprima, dkk., 2015).
EMAS DALAM TUBUH
Merkuri dalam tubuh merupakan zat berbahaya karena menyebabkan gejala keracunan kronis
yang permanen dan bersifat kumulatif dalam waktu yang lama. Dari hasil kegiatan
penambangan emas, sebanyak 10%-30% akan menguap dan akan lepas ke lingkungan
(Soprima, dkk., 2015).
Keracunan uap Hg dan Me-Hg akan menimbulkan gangguan system susunan syaraf pusat
seperti paraesthesia (sebagai gejala ringan), pandangan menyempit, pendengaran berkurang,
berjalan limbung dan tremor. Sedangkan keracunan garam Hg anorganik akan menyebabkan
proteinuria, atau nephritic syndrome acute, necrosis dan gagal ginjal (Viega, et al., 2009).

Berdasarkan asumsi peneliti hal ini terjadi karena penambang menggunkan merkuri (Hg)
dalam proses amgamalsi sehingga efek merkuri tersebut berdampak awal kepada kesehatan
seperti gatal gatal. Teknik amalgamasi atau penggunaan merkuri dalam proses
pengolahannya berpotensi menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena akumulasi
dari logam merkuri pada rantai makanan atau ekosistem. Pada tahap proses amalgamasi
pencucian dan pemerasan, limbah cair yang mengandung merkuri dari hasil kegiatan tersebut
berpotensi tercecer di sekitar area pengolahan emas sehingga dapat mencemari tanah.
Merkuri termasuk logam berat yang dikategorikan ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) karena bersifat racun dan persisten sehingga dapat membahayakan lingkungan
hidup dan manusia (MENLH, 2013). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 69 jelas dikatakan
bahwa setiap orang dilarang membuang limbah B3 ke media lingkungan termasuk badan
sungai. Bila limbah B3 dibuang ke badan sungai tentu akan mencemari air sungai dan
berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut sebagai air
minum dan keperluan hidup lain.
KONSUMSI EMAS
Konsumsi emas. Emas yang berbentuk lembaran seperti gold leaf atau gold flakes yang
berupa serpihan emas yang ditaburkan di atas makanan. Emas adalah logam yang tidak bisa
dihancurkan oleh tubuh. Emas tidak menawarkan nutrisi apa pun yang berguna bagi tubuh,
hanya dipakai untuk mendekorasi makanan agar tampak lebih mewah dan mahal. Selain itu,
emas yang dimakan tidak memiliki rasa. Emas tidak memiliki kandungan nutrisi yang
berguna untuk tubuh. Setelah dimakan, emas hanya akan lewat di sistem pencernaan kita, lalu
dikeluarkan bersama feses. Emas tidak akan diserap oleh sistem pencernaan atau aliran darah
kita, ungkap Cynthia Sass, seorang ahli nutrisi dalam laman Food & Wine.

Metode terbaru diagnosiois penyakit kanker dalam dunia medis digunakan Sifat partikel emas
berukuran nano, dilakukan uji coba dengan menyuntikan larutan berisi partikel emas
dalam konsentrasi kecil ke dalam jaringan tubuh pasien. Laser ini mengirimkan cahaya,
yang kemudian diserap oleh partikel. Partikel memancarkan gelombang dan panas, yang
selanjutnya ditangkap oleh sensor lainnya dan diubah menjadi sebuah sinyal sehingga
dapat menempel pada jaringan kanker. Dari sinyal ini dapat dibuat citra ultra wave, yang
dapat menunjukkan dengan lebih jelas lagi jaringan tumor atau anak sebarnya yang
berada jauh di bawah lapisan kulit.

Anda mungkin juga menyukai