Berdasarkan asumsi peneliti hal ini terjadi karena penambang menggunkan merkuri (Hg)
dalam proses amgamalsi sehingga efek merkuri tersebut berdampak awal kepada kesehatan
seperti gatal gatal. Teknik amalgamasi atau penggunaan merkuri dalam proses
pengolahannya berpotensi menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena akumulasi
dari logam merkuri pada rantai makanan atau ekosistem. Pada tahap proses amalgamasi
pencucian dan pemerasan, limbah cair yang mengandung merkuri dari hasil kegiatan tersebut
berpotensi tercecer di sekitar area pengolahan emas sehingga dapat mencemari tanah.
Merkuri termasuk logam berat yang dikategorikan ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) karena bersifat racun dan persisten sehingga dapat membahayakan lingkungan
hidup dan manusia (MENLH, 2013). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 69 jelas dikatakan
bahwa setiap orang dilarang membuang limbah B3 ke media lingkungan termasuk badan
sungai. Bila limbah B3 dibuang ke badan sungai tentu akan mencemari air sungai dan
berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut sebagai air
minum dan keperluan hidup lain.
KONSUMSI EMAS
Konsumsi emas. Emas yang berbentuk lembaran seperti gold leaf atau gold flakes yang
berupa serpihan emas yang ditaburkan di atas makanan. Emas adalah logam yang tidak bisa
dihancurkan oleh tubuh. Emas tidak menawarkan nutrisi apa pun yang berguna bagi tubuh,
hanya dipakai untuk mendekorasi makanan agar tampak lebih mewah dan mahal. Selain itu,
emas yang dimakan tidak memiliki rasa. Emas tidak memiliki kandungan nutrisi yang
berguna untuk tubuh. Setelah dimakan, emas hanya akan lewat di sistem pencernaan kita, lalu
dikeluarkan bersama feses. Emas tidak akan diserap oleh sistem pencernaan atau aliran darah
kita, ungkap Cynthia Sass, seorang ahli nutrisi dalam laman Food & Wine.
Metode terbaru diagnosiois penyakit kanker dalam dunia medis digunakan Sifat partikel emas
berukuran nano, dilakukan uji coba dengan menyuntikan larutan berisi partikel emas
dalam konsentrasi kecil ke dalam jaringan tubuh pasien. Laser ini mengirimkan cahaya,
yang kemudian diserap oleh partikel. Partikel memancarkan gelombang dan panas, yang
selanjutnya ditangkap oleh sensor lainnya dan diubah menjadi sebuah sinyal sehingga
dapat menempel pada jaringan kanker. Dari sinyal ini dapat dibuat citra ultra wave, yang
dapat menunjukkan dengan lebih jelas lagi jaringan tumor atau anak sebarnya yang
berada jauh di bawah lapisan kulit.