Anda di halaman 1dari 62

PEDOMAN OPERASIONAL

PENGELOLAAN CITRA
SATELIT CUACA
(BMKG PUSAT)

Nomor : 01/PCI/XII/DEP-1/BMKG-2011

Pusat Meteorologi Publik


Deputi Bidang Meteorologi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Desember 2011
DAFTAR ISI

Daftar Isi 2

Daftar Singkatan 4

Bab 1 Pendahuluan 6

1.1 Latar Belakang 6

1.2 Tujuan 6

1.3 Ruang Lingkup 6

1.4 Pelaksana 7

Bab 2 Operasional Rutin 8

2.1 Penerimaan Data Satelit 8

2.1.1 Langkah Kegiatan 9

2.1.2 Waktu Pelaksanaan 9

2.2 Pengolahan Data Satelit 9

2.2.1 Langkah Kegiatan 10

2.2.2 Waktu Pelaksanaan 11

2.3 Penyimpanan Data dan Citra Satelit 11

2.3.1 Langkah Kegiatan 12

2.3.2 Waktu Pelaksanaan 12

2.4 Diseminasi Data dan Citra Satelit 12

2.4.1 Langkah Kegiatan 12

2.4.2 Waktu Pelaksanaan 12

2.5 Dokumentasi 12

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 2
2.6 Troubleshooting 13

Bab 3 Operasional Khusus 14

3.1 Monitoring Potensi Cuaca Signifikan 14

3.1.1 Langkah Kerja 14

3.1.2 Pelaporan 15

3.2 Monitoring Penyebaran Asap Kebakaran Hutan 15

3.2.1 Langkah Kerja 15

3.2.2 Pelaporan 17

3.3 Monitoring Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi 17

3.3.1 Langkah Kerja 17

3.3.2 Pelaporan 18

3.4 Monitoring Kejadian Khusus 19

3.4.1 Langkah Kerja 19

3.4.2 Pelaporan 19

Bab 4 Penutup 20

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lampiran 1 Surat Pengantar dan Penetapan 23

Lampiran 2 Tabel Jenis Data dan Citra Satelit 24

Lampiran 3 Domain Area Citra Satelit 27

Lampiran 4 Prosedur Langkah Kegiatan Operasional Khusus 28

Lampiran 5 Prosedur Identifikasi Awan 30

Lampiran 6 Formulir Operasional Khusus dan Contohnya 47

Lampiran 7 Alamat Email Pejabat BMKG, Unit BMKG Pusat, dan UPT Daerah 50

Lampiran 8 Daftar Istilah 53

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 3
DAFTAR SINGKATAN

BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika


CEWS Climatological Early Warning System
CSV Comma-Separated Values
FIRMS Fire Information for Resource Management System
FTP File Transfer Protocol
FY2D/E Feng Yun 2D/E
GIS Geographical Information System
GMSLPW GMS Loop for Windows
GSM Global Spectral Model
GSR Ground Satellite Receiver
HDF Hierarchical Data Format
HRPT High-Resolution Picture Transmission
IR Infra Red
ITCZ Inter-Tropical Convergence Zone
JMA Japan Meteorological Agency
LST Land Surface Temperature
MEWS Meteorological Early Warning System
MODIS Moderate-Resolution Imaging Spectrometer
MTSAT Multi-Functional Transport Satellite
NC Net CDF – Network Common Data Form
NDVI Normalized-Difference Vegetation Index
NOAA National Oceanographic and Atmospheric Administration
NWP Numerical Weather Prediction
OCAI Objective Cloud Analysis Information
OLR Outgoing Long-wave Radiation

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 4
PDS Production Data Sets – format data MODIS level-0
PNG Portable Network Graphics
RGB Red Green Blue
RH Relative Humidity
SATAID Satellite Animation and Interactive Diagnosis
SST Sea Surface Temperature
UPT Unit Pelaksana Teknis
UTC Coordinated Universal Time = GMT (Greenwich Mean Time)
VIS Visible
WV Water Vapor

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengamatan satelit meteorologi sangat penting untuk memonitor dinamika atmosfer dalam
skala meso, sinoptik dan global dengan resolusi temporal yang tinggi sehingga bermanfaat
untuk meningkatkan akurasi prakiraan cuaca jangka pendek (nowcasting dan short-range
weather forecast). Sistem penerima data satelit BMKG merupakan salah satu unsur utama yang
diperlukan dalam Meteorological Early Warning System (MEWS) BMKG, karena salah satu
keuntungan teknik penginderajaan ini adalah dapat mengidentifikasi kejadian meteorologi dan
dampaknya pada daerah yang tidak teramati oleh pengamatan di stasiun. Selain itu dengan
adanya pengumpulan data satelit yang berkelanjutan selama kurun waktu yang lama, dapat
mendukung Climatological Early Warning System (CEWS). Metode statistik yang diterapkan
pada data satelit dapat digunakan untuk prediksi klimatologi dan pembelajaran perubahan iklim
dalam skala yang luas.

Oleh sebab itu diperlukan penyusunan langkah kerja atau pedoman yang tepat dalam
operasional kegiatan pengelolaan citra satelit dari tahap penerimaan dan penyimpanan data
satelit, pengolahan produk, analisa dan diseminasi produknya, sehingga produk yang diterima
pengguna dapat dikelola secara optimal untuk mendukung pelayanan informasi meteorologi
dan klimatologi yang cepat dan tepat. Pedoman operasional pengelolaan citra satelit ini adalah
penyempurnaan/revisi dari dokumen sebelumnya yang telah disusun pada tahun 2010.

1.2 Tujuan

Pedoman Operasional ini disusun untuk memberikan panduan kepada petugas operasional
dalam pelaksanaan tugas pengelolaan citra satelit di Sub Bidang Pengelolaan Citra Satelit BMKG
Pusat Jakarta.

1.3. Ruang Lingkup

Operasional yang diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Citra Satelit ini adalah
meliputi Operasional Rutin dan Operasional Khusus :

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 6
1. Operasional rutin :

a. Pemeriksaan penerimaan data satelit


b. Pemeriksaan pengolahan data satelit
c. Pemeriksaan penyimpanan data dan citra satelit
d. Pemeriksaan diseminasi data dan citra satelit

2. Operasional khusus :

a. Monitoring Potensi Cuaca Signifikan


b. Monitoring Penyebaran Asap Kebakaran Hutan
c. Monitoring Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi
d. Monitoring Kejadian Khusus

1.4. Pelaksana

Pelaksana kegiatan operasional pengelolaan citra satelit ini adalah Sub Bidang Pengelolaan Citra
Satelit, BMKG Pusat.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 7
BAB 2

OPERASIONAL RUTIN

Operasional rutin adalah kegiatan rutin untuk pemeriksaan penerimaan, pengolahan,


penyimpanan, dan diseminasi data serta citra satelit sehingga dapat digunakan bagi keperluan
pengguna operasional di BMKG Pusat dan UPT BMKG daerah, serta publik/umum secara benar
dan tepat waktu.

Kegiatan operasional rutin ini secara garis besar meliputi penerimaan, pengolahan,
penyimpanan, serta diseminasi data dan citra satelit. Masing-masing kegiatan dibagi
berdasarkan diagram alur data dan produk citra satelit BMKG seperti gambar di bawah ini.

Penyimpanan Data dan Diseminasi Data


Penerimaan Data Pengolahan Data Citra dan Citra

Media Penyimpan
Data
Server :
satelit.bmkg.go.id
Antena & Receiver Website
Komputer Akuisisi dan FTP
Pengolahan Data

Internet
Komputer Penyimpan Data

Gambar 2.1 Diagram Alur Data dan Produk Citra Satelit

2.1. Penerimaan Data Satelit

Pemeriksaan akuisisi/penerimaan data satelit dilakukan untuk mengetahui apakah data satelit
yang terbaru telah diterima oleh sistem penerima data satelit BMKG Pusat.

Sistem penerima data satelit dibagi ke dalam 2 jenis sumber yaitu : Ground Satellite Receiver
(GSR) dan sumber lain misalnya diperoleh dari internet. Untuk masing-masing GSR mempunyai
perangkat hardware dan software yang telah dikonfigurasi secara otomatis menerima data

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 8
satelit. Sedangkan penerima data dari media internet membutuhkan koneksi dan proses
pengunduhan data satelit. Diagram alur penerimaan data satelit dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.1.1 Langkah Kegiatan

1. Memeriksa kelengkapan data satelit dari GSR selama 24 jam terakhir :

a. MTSAT2 : periksa data MTSAT2 pada workstation MTSAT2 Receiving System dalam
format .dat, .nc, dan ,.hdf
b. MODIS : periksa data MODIS pada workstation ES&S SATRAX700 Recipient System
dalam format .PDS, .nc, dan ,hdf
c. FY2D/E : periksa data FY2D/E pada workstation FY2Cast Recipient System dalam format
.vsr dan .gpf
d. NOAA : periksa data NOAA pada workstation NOAA LEXICAL System dalam format
.HRPT, .nc dan .zld

2. Memeriksa kelengkapan data satelit dari internet selama 24 jam terakhir :

a. SATAID: periksa data MTSAT2 dalam format .Z untuk sistem SATAID di server VPN JMA
b. OCAI: periksa data OCAI dalam format .bin untuk sistem SATAID di server VPN JMA
c. HOTSPOT : periksa data titik panas dari satelit TERRA dan AQUA dalam format .txt (tab
delimited) yang diperoleh dari website FIRMS
d. NDVI : periksa image NDVI dari satelit TERRA dan AQUA dalam format .png yang
diperoleh dari website MODIS
e. TRUECOLOR : periksa image truecolor dari satelit TERRA dan AQUA dalam format .png
yang diperoleh dari website MODIS

2.1.2 Waktu Pelaksanaan

Pemeriksaan data dilakukan setiap hari pada jam 00 dan 12 UTC

2.2. Pengolahan Data Satelit

Pemeriksaan pengolahan data satelit dilakukan untuk mengetahui apakah data satelit yang
terbaru telah diolah menjadi citra oleh sistem pengolah. Diagram alur pengolahan data satelit
sebagaimana pada gambar 2.1

Pengolahan data Satelit Geostationer (MTSAT2 dan FY2D/E) menghasilkan citra untuk 3 domain
area yaitu : Asia Pasifik, Indonesia dan Jakarta, sedangkan pengolahan data Satelit Polar
(NOAA18/19 dan TERRA/AQUA) menghasilkan citra untuk 4 domain area yaitu : Indonesia,
Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 9
Pengolahan data Satelit dari data SATAID menghasilkan citra untuk wilayah Asia Pasifik,
pengolahan data satelit dari data OCAI menghasilkan citra untuk wilayah Indonesia, sedangkan
pengolahan data satelit HOTSPOT, NDVI dan TRUECOLOR menghasilkan citra untuk wilayah
Indonesia bagian Barat.

Semua citra yang dihasilkan menggunakan format .png

2.2.1 Langkah Kegiatan

1. Memeriksa kelengkapan hasil pengolahan data satelit dari GSR selama 24 jam terakhir :

a. Satelit MTSAT2

1) Citra kanal tunggal (VIS, IR1, IR2, WV dan IR4)


2) Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan proses fisis awan
3) Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan interval temperatur kecerahan
4) Citra kanal IR1 di enhanced dengan overlay topografi permukaan
5) Citra SST (Sea Surface Temperature)
6) Citra LST (Land Sea Temperature)

b. Satelit FY2D/E

1) Citra kanal tunggal (VIS, IR1, IR2, WV dan IR4)


2) Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan proses fisis awan
3) Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan interval temperatur kecerahan
4) Citra kanal IR1 di enhanced dengan overlay topografi permukaan
5) Citra SST (Sea Surface Temperature)
6) Citra OLR (Outgoing Longwave Radiation)

c. Satelit NOAA18/19

1) Citra Titik panas (fire-hotspot)


2) Citra SST (Sea Surface Temperature)
3) Citra NDVI (Normalize Difference Vegetation Index)
4) Citra Kandungan Aerosol (Aerosol Optical Depth)

d. Satelit AQUA/TERRA (MODIS)

1) Citra Titik panas (fire-hotspot)


2) Citra SST (Sea Surface Temperature)
3) Citra NDVI (Normalize Difference Vegetation Index)
4) Citra Atmospheric Index : Total-totals
5) Citra Atmospheric Index : Lifted-Index

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 10
6) Citra Atmospheric Index : K-Index
7) Citra Kandungan Aerosol (Aerosol Optical Depth)

2. Memeriksa kelengkapan hasil pengolahan data satelit dari internet selama 24 jam
terakhir :

a. SATAID

1) Citra kanal tunggal (VIS, IR1, IR2, WV dan IR4)


2) Citra kanal IR1 overlay data NWP GSM (Global Spectral Model) dari JMA yaitu :
Curah Hujan, Tekanan Permukaan Laut, serta parameter Suhu, RH, Angin, dan
Vortisitas pada tekanan Permukaan, 1000mb, 850mb, 700mb, dan 500mb.

b. OCAI

1) Citra Klasifikasi Tipe Awan


2) Citra Ketinggian Awan
3) Citra Tutupan Awan Konvektif
4) Citra Tutupan Awan Level Atas
5) Citra Tutupan Awan Keseluruhan

c. HOTSPOT

1) Citra Hotspot dari satelit AQUA dan TERRA

d. NDVI

1) Citra NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dari satelit AQUA dan TERRA

e. TRUECOLOR

1) Citra Truecolor dari satelit AQUA dan TERRA

2.2.2 Waktu Pelaksanaan

Pemeriksaan citra dilakukan setiap hari pada jam 00 dan 12 UTC

2.3. Penyimpanan Data dan Citra Satelit

Pemeriksaan penyimpanan data dan citra satelit dilakukan untuk mengetahui apakah data dan
citra satelit yang terbaru telah disimpan ke dalam media Penyimpan Data. Diagram alur
penyimpanan data produk citra satelit dapat dilihat pada gambar 2.1

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 11
2.3.1 Langkah Kegiatan

1. Memeriksa kelengkapan data dan citra satelit dari GSR dan internet pada media
Penyimpan Data selama 24 jam terakhir.

2. Melakukan backup data dan citra satelit dari GSR dan internet selama 7 hari terakhir.

2.3.2 Waktu Pelaksanaan

Pemeriksaan penyimpanan data dilakukan setiap hari pada jam 00 UTC. Sedangkan backup data
dilakukan setiap hari Senin pada jam 00 UTC

2.4. Diseminasi Data dan Citra Satelit

Pemeriksaan penyimpanan data dan citra satelit dilakukan untuk mengetahui apakah data dan
citra satelit yang terbaru telah disimpan ke dalam media Penyimpan Data. Diagram alur
penyimpanan data dan produk citra satelit dapat dilihat pada gambar 2.1

2.4.1 Langkah Kegiatan

1. Memeriksa kelengkapan data dan citra satelit dari GSR dan internet pada website
(http://satelit.bmkg.go.id/) dan FTP (ftp://satelit.bmkg.go.id/) selama 24 jam terakhir.
Citra yang disebarkan melalui media website adalah keseluruhan citra yang dihasilkan
dari pengolahan data dengan format PNG. Sedangkan data yang disebarkan melalui
media FTP adalah data SATAID dengan format Z.

2. Memeriksa kelengkapan citra satelit pada monitor display selama 24 jam terakhir.

2.4.2 Waktu Pelaksanaan

Pemeriksaan diseminasi data dilakukan setiap hari pada jam 00 UTC

2.5 Dokumentasi

Hasil pemeriksaan kelengkapan data di website dan FTP dicatat dalam Log-book diseminasi
data. Pencatatan pada Log-book berupa jumlah data dan citra yang lengkap dan jumlah yang
tidak lengkap, serta jam yang yang tidak lengkap.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 12
2.6 Troubleshooting

Apabila terdapat permasalahan dalam penerimaan data seperti kesalahan software, kerusakan
hardware, koneksi terputus atau permasalahan teknis lainnya, petugas operasional dapat
melaporkan kepada koordinator operasional. Kesalahan (error) dicatat dalam Log-book
penerimaan data.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 13
BAB 3

OPERASIONAL KHUSUS

Operasional khusus adalah kegiatan operasional yang dilakukan berdasarkan kejadian khusus
untuk mendukung operasional MEWS di BMKG Pusat dan UPT BMKG daerah. Kegiatan yang
dimaksud adalah analisa dan/atau prakiraan kejadian cuaca signifikan berdasarkan citra satelit
dan data pendukung lainnya.

3.1 Monitoring Potensi Cuaca Signifikan

Kegiatan monitoring yang dilakukan apabila terdapat indikasi adanya potensi cuaca signifikan
yang dapat terjadi di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, atau fenomena cuaca di
sekitar wilayah tersebut yang diperkirakan mempunyai dampak kepada wilayah DKI Jakarta,
Banten dan Jawa Barat. Cuaca signifikan dimaksud adalah cuaca ekstrem yang berkaitan dengan
adanya awan konvektif khususnya Cb seperti : hujan lebat, putting beliung, badai
guntur/thunderstorm, Inter-tropical Convergence Zone (ITCZ), badai tropis, palung, dll.

3.1.1 Langkah Kegiatan

1. Mengamati perkembangan sistem liputan awan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa
Barat dan sekitarnya dengan menganimasikan citra satelit MTSAT2, 1 sampai 12 jam
terakhir
2. Memeriksa citra OCAI untuk mengidentifikasi jenis awan (cloud-type) dan ketinggiannya
(cloud-top height)
3. Mengidentifikasi daerah pertumbuhan awan-awan konvektif padat (dense-cloud),
convective cloud cell dan Cb-cluster yang meliputi luasan wilayah sekurang-kurangnya
100 km (± 1 derajat lintang/bujur) dengan suhu puncak awannya (brightness
temperature) ≤ -50ºC (223º K) yang persisten selama 3 jam atau lebih
4. Membuat citra enhancement IR1 dan WV dengan software GMSLPW untuk
mengidentifikasi cold cloud-tops (suhu puncak awan yang paling dingin) dengan
enhancement-color (misalnya: EXT-1 )
5. Mengidentifikasi apakah terdapat ”Enhanced-V” area pada citra IR1 tersebut, yang
mengindikasikan adanya potensi thunderstorm/badai guntur disertai angin kencang di
wilayah tersebut

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 14
6. Mengamati perkembangan arah dan kecepatan pergerakan wilayah sistem convective
cloud cell atau Cb-cluster dan cold cloud-tops - nya setiap jam observasi dengan
membuat trayektori-nya
7. Mencatat hasil monitoring dalam Log-Book Monitoring Khusus

3.1.2 Pelaporan

1. Mengisi formulir operasional khusus, yang meliputi fenomena ekstrim, lokasi dan waktu
kejadian, dampak, jenis citra, analisis dan prediksi, kesimpulan dan lampiran.
2. Melampirkan citra satelit sebagai acuan analisa dan prediksi
3. Mengunggah formulir laporan khusus ke website (http://satelit.bmkg.go.id) dan
mengirimkannya melalui email ke beberapa unit operasional terkait antara lain : Sub
Bidang Informasi Meteorologi, Sub Bidang Cuaca Ekstrim, Sub Bidang Siklon Tropis, Sub
Bidang Informasi Meteorologi Maritim, Sub Bidang Informasi Meteorologi Penerbangan,
dan Sub Bidang Pengelolaan Citra Radar, dengan tembusan disampaikan kepada :
Deputi Bidang Meteorologi, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Kepala Bidang
Pengelolaan Citra Inderaja, serta Kepala Stasiun Meteorologi dan Klimatologi di wilayah
DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat
4. Menyimpan hardcopy formulir laporan khusus di folder arsip operasional khusus.

3.2 Monitoring Penyebaran Asap Kebakaran Hutan

Kegiatan monitoring penyebaran asap kebakaran hutan dibagi ke dalam 2 tahap yaitu
identifikasi titik panas yang dianggap menjadi sumber penyebaran asap (menggunakan MTSAT2
atau NOAA18/19), dan pembuatan trayektori sebaran asap untuk beberapa hari ke depan
dengan SATAID.

3.2.1 Langkah Kegiatan

1. Identifikasi Titik Panas dengan MTSAT2

a) Identifikasi titik panas (hotspot) dapat dilakukan dengan menggunakan citra IR4
yang sensitif terhadap panas / suhu tinggi.
b) Mendeteksi suhu (brightness temperature) pada citra IR4 satelit MTSAT, jika
teridentifikasi suhu abnormal (anomali) tinggi sebesar > 320ºK ( > 47ºC) pada suatu
piksel citra maka kemungkinan besar di titik tersebut terjadi titik panas pada
wilayah piksel citra tersebut.
c) Menerapkan teknik pewarnaan kombinasi citra komposit RGB (Red-Green-Blue)
menggunakan sistem pengolah citra dengan pewarnaan citra sbb : IR4 (Rev) = Red;
IR1-IR4 = Green ; IR1 = Blue. Jika terdapat piksel yang dengan warna kuning cerah

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 15
pada citra komposit RGB tersebut, maka diidentifikasi sebagai lokasi titik panas
(hotspot)

2. Identifikasi Titik Panas dengan NOAA18/19

a) Sistem penerima satelit NOAA produk Lexical Technology Pte. Ltd. (Singapore) dapat
digunakan untuk memroses informasi hotspot dari data satelit NOAA baik dalam
bentuk citra maupun teks yang berisi statistik hotspot.
b) Untuk dapat memroses informasi hotspot, maka harus tersedia citra kanal 3B dari
satelit NOAA .
c) Untuk citra satelit siang hari, hanya satelit data NOAA-12, NOAA-14, NOAA-16, FY-1C
dan FY-1D yang dapat diproses menjadi citra hotspot karena terdapat data kanal
3B).
d) Citra satelit siang hari yang diperoleh dari satelit NOAA-15 dan NOAA-17 tidak dapat
diproses menjadi citra hotspot karena data citra kanal 3B-nya tidak tersedia.
e) Untuk citra malam hari pada semua jenis satelit tersebut di atas ada data citra kanal
3B- nya, sehingga dapat diproses menjadi citra dan informasi hotspot.
f) Produk fire-hotspot dapat ditampilkan dengan mengoperasikan software Universal
Meteorological Satellite Data Display System (untuk Lexical System), dengan
menggunakan fasilitas pemrosesan data hotspot. Data yang diperlukan adalah file
.ZLD yang telah diproses oleh sistem secara otomatis.
g) Setelah dilakukan prosedur pengolahan maka akan dihasilkan secara otomatis data
hotspot dalam format .hot yang harus disimpan di directory data hotspot.
h) Menampilkan produk dalam bentuk citra dan teks informasi statistik jumlah hotspot
pada layar display dengan warna yang berlainan untuk tingkat/level kepercayaan
titik hotspot yang terdeteksi.
i) File data hotspot dalam format teks .TXT yang berisi informasi statistik detil dimana
lokasi hotspot ditemukan, pengelompokannya dan tingkat kepercayaan hasil
identifikasi hotspot-nya. File ini dapat diolah kembali dengan software GIS (misalnya
ArcView GIS) untuk dibuat Peta Titik Panas (Hotspot).

3. Identifikasi Titik Panas dengan TERRA/AQUA

a) Unduh data titik panas yang dideteksi oleh sensor MODIS pada satelit TERRA/AQUA
dari website FIRMS (Fire Information for Resource Management System) pada url
ftp://mapsftp.geog.umd.edu/ untuk wilayah Asia tenggara, dimana didalam file
tersebut berisi lokasi dan informasi lain mengenai titik panas selama 1 hari.
b) File data hotspot dalam format teks .CSV yang berisi informasi statistik detil dimana
lokasi hotspot ditemukan, pengelompokannya dan tingkat kepercayaan hasil

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 16
identifikasi hotspot-nya. File ini dapat diolah kembali dengan software GIS (misalnya
ArcView GIS) untuk dibuat Peta Titik Panas (Hotspot).

4. Pembuatan Trayektori Penyebaran Asap dengan SATAID

a) Menampilkan data satelit MTSAT2 kanal IR4 pada jam terjadinya kebakaran hutan,
dan data NWP GSM dari JMA
b) Memasukkan data NWP pada lapisan 850mb dan menampilkan arah dan kecepatan
angin pada level tersebut
c) Menambahkan tampilan trayektori asap pada citra berdasarkan titik panas yang
diperoleh dari citra MTSAT2 atau NOAA18/19 atau TERRA/AQUA

3.2.2 Pelaporan

1. Mengisi formulir operasional khusus, yang meliputi fenomena ekstrim, lokasi dan waktu
kejadian, dampak, jenis citra, analisis dan prediksi, kesimpulan dan lampiran.
2. Melampirkan citra satelit sebagai acuan analisa dan prediksi
3. Mengupload formulir laporan khusus ke website (http://satelit.bmkg.go.id) dan
mengirimkannya via email ke beberapa unit operasional terkait antara lain : Sub Bidang
Informasi Meteorologi, Sub Bidang Cuaca Ekstrim, Sub Bidang Informasi Meteorologi
Maritim, Sub Bidang Informasi Meteorologi Penerbangan, dan Sub Bidang Pengelolaan
Citra Radar, dengan tembusan disampaikan kepada : Deputi Bidang Meteorologi, Kepala
Pusat Meteorologi Publik, Kepala Bidang Pengelolaan Citra Inderaja, serta Kepala
Stasiun Meteorologi dan Klimatologi di wilayah yang teridentifikasi terjadi kebakaran
hutan.
4. Menyimpan hardcopy formulir laporan khusus di folder arsip operasional khusus.

3.3 Monitoring Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi

Kegiatan monitoring penyebaran debu vulkanik dari letusan gunung berapi dibagi ke dalam 2
tahap yaitu identifikasi letusan gunung berapi dengan citra MTSAT2, dan pembuatan trayektori
sebaran debu vulkanik untuk beberapa hari ke depan dengan SATAID.

3.3.1 Langkah Kegiatan

1. Identifikasi Sebaran Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi dengan MTSAT2

a) Jika terjadi letusan gunung berapi yang mengeluarkan material vulkanik, maka
dilakukan identifikasi wilayah sebaran debu vulkanik dengan citra satelit MTSAT
kanal IR1 dan IR2 serta data NWP-JMA

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 17
b) Identifikasi debu vulkanik dilakukan dengan menampilkan data citra satelit split-
windows IR1-IR2 dengan sistem display dan analisis data satelit.
c) Menampilkan profil kontur perbedaan suhu puncak awan pada kanal IR1 dan IR2 di
wilayah sekitar lokasi gunung api yang meletus tersebut. Debu vulkanik dapat
diidentifikasi jika dijumpai kontur suhu split-windows (IR1-IR2) bernilai minus (-)
kurang dari -0.5ºC.
d) Melakukan pemrosesan citra dengan teknik RGB (Red-Green-Blue) dengan sistem
display dan analisis data satelit menggunakan citra SP (IR1-IR2), S2 (IR4-IR1) dan IR4.
e) Metode RGB yang diaplikasikan adalah warna Merah (RED) untuk citra SP, warna
Hijau (GREEN) untuk citra S2 dan warna Biru (BLUE) untuk citra IR4.
f) Debu vulkanik dapat diidentifikasi perbedaannya terhadap awan-awan lainnya,
terlihat akan berwarna pink pada citra RGB tersebut. Sedangkan awan-awan lainnya
seperti Convective cloud (Cu, Cg, Cb) akan berwarna Orange ~ Merah, Cold-top
convective cloud (Cb dengan suhu puncak awan sangat dingin) berwarna Kuning
terang dan Coklat muda menunjukkan Awan-awan rendah (St, Fog) dan Abu-abu
muda kebiruan biasanya menunjukkan Awan-awan menengah (seperti As, Ac).

2. Pembuatan Trayektori Penyebaran Debu Vulkanik dengan SATAID

a) Menampilkan data satelit MTSAT2 kanal IR4 pada jam terjadinya letusan gunung
berapi, dan data NWP GSM dari JMA
b) Memasukkan data NWP pada lapisan sesuai tinggi letusan gunung berapi dan
menampilkan arah dan kecepatan angin pada level tersebut
c) Menambahkan tampilan trayektori asap pada citra berdasarkan titik awal sebaran
debu vulkanik yang diperoleh dari citra split-windows MTSAT2

3.3.2 Pelaporan

1. Mengisi formulir operasional khusus, yang meliputi fenomena ekstrim, lokasi dan waktu
kejadian, dampak, jenis citra, analisis dan prediksi, kesimpulan dan lampiran.
2. Melampirkan citra satelit sebagai acuan analisa dan prediksi
3. Mengupload formulir laporan khusus ke website (http://satelit.bmkg.go.id) dan
mengirimkannya melalui email ke beberapa unit operasional terkait antara lain : Sub
Bidang Informasi Meteorologi, Sub Bidang Cuaca Ekstrim, Sub Bidang Informasi
Meteorologi Maritim, Sub Bidang Informasi Meteorologi Penerbangan, dan Sub Bidang
Pengelolaan Citra Radar, dengan tembusan disampaikan kepada : Deputi Bidang
Meteorologi, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Kepala Bidang Pengelolaan Citra
Inderaja, serta Kepala Stasiun Meteorologi dan Klimatologi di wilayah yang
teridentifikasi terjadi letusan gunung berapi.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 18
4. Menyimpan hardcopy formulir laporan khusus di folder arsip operasional khusus.

3.4 Monitoring Kejadian Khusus

Kegiatan monitoring kejadian khusus adalah monitoring keadaan cuaca pada saat terjadi
peristiwa kecelakaan transportasi, baik di darat, laut atau udara dan kejadian lainnya (banjir,
tanah longsor, dll).

3.3.1 Langkah Kegiatan

1. Melakukan identifikasi awan dengan menggunakan citra satelit sesuai waktu kejadian,
atau apabila tersedia juga keadaan sebelum dan sesudahnya. Identifikasi daerah yang
berpotensi terkena dampak dari awan tersebut.
2. Menampilkan karakteristik citra satelit pada lokasi kejadian, misalnya brightness
temperature pada titik tersebut.
3. Analisa data NWP berupa data angin vertikal dan horizontal untuk beberapa level,
temperatur, dan kelembaban pada daerah kejadian, dan parameter cuaca lain untuk
memperoleh gambaran pembentukan awan dan presipitasi di daerah tersebut.

3.4.2 Pelaporan

1. Mengisi formulir operasional khusus, yang meliputi fenomena ekstrim, lokasi dan waktu
kejadian, dampak, jenis citra, analisis dan prediksi, kesimpulan dan lampiran.
2. Melampirkan citra satelit sebagai acuan analisa dan prediksi
3. Mengunggah formulir laporan khusus ke website (http://satelit.bmkg.go.id) dan
mengirimkannya melalui email ke beberapa unit operasional terkait antara lain : Sub
Bidang Informasi Meteorologi, Sub Bidang Cuaca Ekstrim, Sub Bidang Informasi
Meteorologi Maritim, Sub Bidang Informasi Meteorologi Penerbangan, dan Sub Bidang
Pengelolaan Citra Radar, dengan tembusan disampaikan kepada : Deputi Bidang
Meteorologi, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Kepala Bidang Pengelolaan Citra
Inderaja, serta Kepala Stasiun Meteorologi dan Klimatologi di wilayah yang terjadinya
kejadian khusus.
4. Menyimpan hardcopy formulir laporan khusus di folder arsip operasional khusus.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 19
BAB 4

PENUTUP

Pedoman Operasional Pengelolaan Citra Satelit ini bersifat dinamis, sehingga dapat
diperbaharui sesuai dengan perkembangan sistem dan metode analisis citra satelit di BMKG
serta menyesuaikan teknologi di bidang satelit meteorologi yang terkini.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 20
LAMPIRAN - PEDOMAN OPERASIONAL PENGELOLAAN CITRA SATELIT

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 21
LAMPIRAN 1

Surat Pengantar dan Penetapan

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 22
P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 23
LAMPIRAN 2

Tabel Jenis Data dan Citra Satelit

1. Jenis Data dan Citra Satelit dari GSR

MTSAT2
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 1 (.dat) MTSAT2_201107070032.dat
Level 2 (.nc,.hdf) MTSAT2_201107070032.nc
MTSAT2_201107070032.hdf
Citra Citra kanal tunggal (IR1, IR2, WV, IR4 dan MTSAT2_IR1_AsiaPasifik_201107070032.png
VIS) MTSAT2_IR2_AsiaPasifik_201107070032.png
Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan MTSAT2_IR3_AsiaPasifik_201107070032.png
proses fisis awan MTSAT2_IR4_AsiaPasifik_201107070032.png
Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan MTSAT2_VIS_AsiaPasifik_201107070032.png
interval temperatur kecerahan MTSAT2_EN1_AsiaPasifik_201107070032.png
Citra kanal IR1 di enhanced dengan MTSAT2_EN2_AsiaPasifik_201107070032.png
overlay topografi permukaan MTSAT2_EN3_AsiaPasifik_201107070032.png
Citra SST (Sea Surface Temperature) MTSAT2_SST_AsiaPasifik_201107070032.png
Citra LST (Land Sea Temperature) MTSAT2_LST_AsiaPasifik_201107070032.png

FY2D/E
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 1 (.vs) FY2E_201107070000.vsr
Level 2 (.gpf) FY2E_201107070000.gpf
Citra Citra kanal tunggal (VIS, IR1, IR2, WV dan FY2E_IR1_AsiaPasifik_201107070000.png
IR4) FY2E_IR2_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan FY2E_IR3_AsiaPasifik_201107070000.png
proses fisis awan FY2E_IR4_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra kanal IR1 di enhanced berdasarkan FY2E_VIS_AsiaPasifik_201107070000.png
interval temperatur kecerahan FY2E_EN1_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra kanal IR1 di enhanced dengan FY2E_EN2_AsiaPasifik_201107070000.png
overlay topografi permukaan FY2E_EN3_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra SST (Sea Surface Temperature) FY2E_SST_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra OLR (Outgoing Longwave Radiation) FY2E_OLR_AsiaPasifik_201107070000.png

NOAA18/19
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 1 (.hrpt) NOAA18_201107070000.hrpt
Level 2 (.zld) NOAA18_201107070000.zld
Citra Citra Titik panas (fire-hotspot) NOAA18_FIR_Sumatera_201107070000.png
Citra SST (Sea Surface Temperature) NOAA18_SST_Indonesia_201107070000.png
Citra NDVI (Normalized Difference NOAA18_NDV_Jawa_201107070000.png

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 24
Vegetation Index) NOAA18_AOD_Jawa_201107070000.png
Citra Kandungan Aerosol (Aerosol Optical
Depth)
AQUA/TERRA (MODIS)
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 1 (.pds) TERRA_201107070000.pds
Level 2 (.nc,.hdf) TERRA_201107070000.nc
AQUA_201107070000.hdf
Citra Citra Titik panas (fire-hotspot) AQUA_FIR_Sumatera_201107070000.png
Citra SST (Sea Surface Temperature) AQUA _SST_Indonesia_201107070000.png
Citra NDVI (Normalized Difference AQUA _NDV_Jawa_201107070000.png
Vegetation Index) AQUA _TOT_Jawa_201107070000.png
Citra Atmospheric Index : Total-totals AQUA _LIF_Jawa_201107070000.png
Citra Atmospheric Index : Lifted-Index AQUA _KIN_Jawa_201107070000.png
Citra Atmospheric Index : K-Index AQUA _AOD_Jawa_201107070000.png
Citra Kandungan Aerosol (Aerosol Optical
Depth))

2. Jenis Data dan Citra Satelit dari internet

SATAID
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 2 (.Zxxxx) MTSAT2_201107070000.Z0000
GS_201107070000.Z0000
Citra Citra kanal tunggal (IR1, IR2, WV, IR4 dan MTSAT2_IR1_AsiaPasifik_201107070000.png
VIS) MTSAT2_IR2_AsiaPasifik_201107070000.png
Citra kanal IR1 overlay data NWP GSM MTSAT2_IR3_AsiaPasifik_201107070000.png
(Global Spectral Model) dari JMA yaitu MTSAT2_IR4_AsiaPasifik_201107070000.png
: Curah Hujan, Tekanan Permukaan MTSAT2_VIS_AsiaPasifik_201107070000.png
Laut, serta parameter Suhu, RH, Angin, MTSAT2_RSU_AsiaPasifik_201107070000.png
dan Vortisitas pada tekanan MTSAT2_PSU_AsiaPasifik_201107070000.png
Permukaan, 1000mb, 850mb, 700mb, MTSAT2_TSU_AsiaPasifik_201107070000.png
dan 500mb. MTSAT2_H92_AsiaPasifik_201107070000.png
MTSAT2_V85_AsiaPasifik_201107070000.png
MTSAT2_W70_AsiaPasifik_201107070000.png

OCAI
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 2 (.bin) OCAI_CLC_201107070000.bin
OCAI_CVC_201107070000.bin
OCAI_AHC_201107070000.bin
OCAI_TAC_201107070000.bin
OCAI_HTC_201107070000.bin

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 25
Citra Citra Klasifikasi Tipe Awan OCAI_CLC_Indonesia_201107070000.png
Citra Ketinggian Awan OCAI_CVC_Indonesia_201107070000.png
Citra Tutupan Awan Konvektif OCAI_AHC_Indonesia_201107070000.png
Citra Tutupan Awan Level Atas OCAI_TAC_Indonesia_201107070000.png
Citra Tutupan Awan Keseluruhan OCAI_HTC_Indonesia_201107070000.png
HOTSPOT
File Jenis File Contoh Nama File
Data Level 2 (.txt) HOTPSOT_Indonesia_20110707.txt
Citra Citra Hotspot dari satelit AQUA dan TERRA MODIS_HSP_Indonesia_20110707.png

NDVI
File Jenis File Contoh Nama File
Citra Citra NDVI (Normalized Difference MODIS_NDV_Indonesia_20110707.png
Vegetation Index) dari satelit AQUA
dan TERRA
TRUECOLOR
File Jenis File Contoh Nama File
Citra Citra Truecolor dari satelit AQUA dan MODIS_TCL_Indonesia_20110707.png
TERRA

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 26
LAMPIRAN 3

Domain Area Monitoring Citra Satelit

1. Domain Area Asia Pasifik (40oN-40oS,90oE-180oE)

2. Domain Area Indonesia (20oN-20oS,90oE-150oE)

3. Domain Area Jakarta (2.5oS-10oS,102.5oE-110oE)

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 27
LAMPIRAN 4

Prosedur Langkah Kegiatan Operasional Khusus

1. Monitoring Potensi Cuaca Signifikan

Data Citra Satelit


(3-6 jam terakhir)

Cek ada/tidaknya

Tidak Ada
Ada
< 100 km

Ukur luas daerah “convective


cloud cell”

≥ 100 km

Cek suhu puncak “convective


cloud cell” selama 3 jam terakhir

> - 50 oC
≤ - 50 oC

Tentukan fase
perkembangan sistem
awan dengan animasi citra
Tidak
berkembang/
Berpotensi berkembang
meluruh

Cek ada/tidaknya
Tidak Ada
ada “Enhanced-V Area” pada
convective cloud cell

Potensi hujan Potensi TS disertai


lebat angin kencang

Pelaporan

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 28
2. Monitoring Potensi Cuaca Signifikan

Cek Data Satelit dan


Informasi Lain

Tidak Ada
< = 47ºC Tidak Ada

Data Citra Satelit Kanal 3B NOAA atau Data MODIS dari


MTSAT Kanal IR4 FY1 FIRMS

> 47ºC Ada

Mix RGB pixel Lexical System


berwarna kuning cerah
Ada

Catat koordinat Titik


Hotspot

Data Citra Satelit Pemetaan Lokasi Titik


MTSAT Kanal IR4 Hotspot

Data NWP
Angin 850mb

Pemetaan Trajektori
Asap Berdasarkan
Lokasi Titik Hotspot
Pelaporan

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 29
3. Monitoring Debu Vulkanik dari Letusan Gunung Berapi

Data Citra Satelit MTSAT Data Citra Satelit MTSAT Data NWP JMA
Kanal IR1 - IR2 Kanal IR4

Mix RGB Angin Level Letusan


Warna Pink Gunung Berapi

> -5ºC

Catat koordinat Titik


Letusan Gunung

Pemetaan Trajektori
Debu Berdasarkan
Lokasi Titik Letusan

Pelaporan

4. Monitoring Kejadian Khusus

Data Citra Satelit MTSAT Data NWP JMA


Kanal IR1 dan VIS

Brightness Temperature di Analisa awan signifikan di Angin, Temperatur, RH,


Titik Kejadian daerah kejadian dll per lapisan

Pelaporan

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 30
LAMPIRAN 5

Prosedur Identifikasi Awan

1. Pengertian dasar identifikasi jenis awan dengan satelit

Berbeda dengan pengamatan dari permukaan bumi, dimana pengamatan awan menggunakan
mata (visual), satelit mengamati perilaku puncak awan jauh dari atas permukaan bumi.

Resolusi sensor satelit (citra VIS MTSAT-1R : 1 km, dan citra IR : 4 km pada sub-satellite point)
relatif lebih kasar dibandingkan mata manusia, dan klasifikasi bentuk awan sebagaimana dapat
dilakukan dengan pengamatan di permukaan bumi tidak dapat dilakukan dengan satelit.
Sehingga harus dipahami bahwa jenis awan yang diidentifikasi oleh satelit berbeda secara
mendasar dengan bentuk awan yang diidentifikasi oleh pengamatan permukaan.

Kita hanya menggunakan nama tipe/jenis awan yang serupa dengan asal atau susunan/struktur
bentuk-bentuk awan yang ditentukan dengan pengamatan permukaan. Selanjutnya klasifikasi
awan dengan satelit disebut “jenis awan” ; dan identifikasi awan dengan pengamatan visual
disebut “bentuk awan”.

Catatan penting :

Klasifikasi awan dengan citra hasil pengamatan satelit adalah berdasarkan tinggi puncak awan ;
sedangkan dasar klasifikasi awan dari pengamatan meteorologi permukaan adalah berdasarkan
tinggi dasar awan.

Jenis-jenis awan yang teridentifikasi oleh satelit dan pengamatan bentuk awan dari
pengamatan permukaan

Jenis awan yang dapat diidentifikasi dari Bentuk-bentuk awan dari pengamatan permukaan dan
pengamatan satelit meteorologi dan simbolnya simbolnya

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 31
2. Klasifikasi jenis awan

Dalam identifikasi jenis awan berdasarkan pengamatan satelit, jenis awan digolongkan menjadi
7 kelompok, yaitu : Ci (awan tinggi), Cm (awan menengah), St (stratus/fog), Cb
(cumulonimbus), Cg (cumulus congestus), Cu (cumulus), dan Sc (stratocumulus).

Klasifikasi jenis awan dengan citra satelit

 Jenis awan yang dikelompokkan sebagai awan-awan stratiform : Ci, Cm, St ; sedangkan
kelompok awan-awan konvektif : Cb, Cg, Cu ; adapun Sc adalah bentuk peralihan
keduanya yaitu memiliki karakteristik awan stratiform dan konvektif.

 Awan-awan stratiform memiliki bentangan horisontal yang jauh lebih lebar daripada
bentangan/ketebalan vertikal (cloud thickness) nya. Awan-awan ini dicirikan sebagai
wilayah awan yang membentang luas dan saling bersambung serta memiliki permukaan
awan yang rata dan halus.

 Sedangkan awan-awan konvektif lebih tebal dan cakupan wilayahnya lebih sempit
dibandingkan awan-awan stratiform. Awan-awan ini yang mudah dikenali sebagai
wilayah awan dengan sel-sel yang terpisah-pisah serta permukaan awannya yang tidak
rata.

 Awan-awan yang terlihat dari satelit dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu : awan
tinggi, awan menengah dan awan rendah.

 Jika diklasifikasikan sesuai tinggi puncak awan, maka secara garis besar awan tinggi
memiliki puncak awan pada ketinggian 400 hPa atau lebih, awan menengah antara 400
– 600 hPa, dan awan rendah puncak awannya berada pada ketinggian 600 hPa atau
kurang.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 32
 Di samping awan-awan tinggi (Ci) dan awan menengah (Cm), termasuk dalam kelompok
awan-awan rendah adalah Cu, St dan Sc. Secara umum Cg (Cumulus congestus) dan Cb
(Cumulonimbus) tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

3. Identifikasi jenis awan

3.1. Identifikasi dengan citra visibel dan infrared

Prinsip identifikasi dengan citra VIS :

 Menggambarkan intensitas pantulan cahaya matahari (reflectance).

 Awan-awan tebal yang memiliki kandungan air tinggi akan memantulkan lebih banyak
cahaya matahari.

 Awan-awan konvektif terlihat lebih terang dibanding awan-awan stratiform, karena


mengandung lebih banyak butiran air dan lebih tebal.

 Meskipun sama-sama awan kovektif, namun awan konvektif tebal jika berkembang
pantulannya akan semakin besar. Misalnya :

o Cg (cumulus congestus) akan terlihat lebih terang dibanding Cu, dan Cb akan
tampak lebih terang daripada Cg.

o Secara umum awan awan rendah akan terlihat lebih terang dibanding awan
yang terbentuk di lapisan atas (awan tinggi), contohnya St (stratus) lebih terang
dibanding Ci (cirrus).

o Jika terdapat awan Ci tipis bersama-sama awan-awan rendah dan menengah


maka awan Ci akan tampak tembus pandang sehingga awan-awan level bawah
dan menengah di bawahnya tersebut juga akan terlihat. Untuk kasus demikian,
karena pantulan dari awan-awan di bawahnya akan menambah terang
kenampakan Ci, dibanding jika hanya awan Ci saja yang ada di sana.

Prinsip identifikasi dengan citra IR :

 Awan dengan puncak awan tinggi terlihat terang sementara awan dengan puncak awan
rendah terlihat lebih gelap.

 Tingkat kecerahan warna Awan-awan jenis stratiform : awan Ci terlihat paling terang,
diikuti oleh Cm dan St.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 33
 Pada awan-awan yang tipis, radiasi dari bawah awan juga teramati melalui lapisan-
lapisan awan di samping radiasi awan itu sendiri. Hal ini menyebabkan suhu puncak
awan yang tinggi daripada yang sebenarnya, dan dapat berakibat kekeliruan dalam
penentuan puncak awan. Sebagai contoh, Ci seringkali terdiri dari lapisan tipis awan
sehingga cenderung diinterpretasikan sebagai Cm jika menggunakan citra IR saja.

 Sedangkan, Ci yang sangat tebal memiliki puncak awan yang kurang-lebih sama dengan
Cb, sehingga seringkali sulit dibedakan dengan Cb.

 St yang memiliki puncak awan rendah suhunya yang seringkali mirip dengan suhu
permukaan, sehingga sulit mendeteksi keberadaan awan St dengan hanya
menggunakan citra IR saja.

 Tingkat perkembangan awan-awan konvektif, dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi


puncak awannya. Yakni, yang paling tinggi adalah puncak Cb yang sedang berkembang,
diikuti oleh Cg, dan yang terendah adalah Cu yang kurang berkembang.

 Diagram rangkuman identifikasi jenis awan dengan citra VIS dan IR secara kualitatif
digambarkan berikut ini:

Gambar 2-3-1. Diagram identifikasi jenis awan

3.2 Identifikasi awan menurut bentuknya

 Awan stratiform puncaknya terlihat rata dan luas bentangannya. Sebagai contoh, karena
St memiliki tinggi puncak awan yang tetap, tepi awannya sering diasumsikan
terbentuknya di sepanjang kontur orografik.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 34
 Ci menunjukkan bentuk-bentuk khusus, seperti goresan (Ci-streak), berbentuk seperti
bulu-bulu halus yang keluar dari Cb (anvil cirrus), dan bentukan awan berbentuk garis
yang tegak-lurus arus angin (transverse line).

 Awan konvektif umumnya terdapat sebagai sekumpulan awan-awan (cloud cluster)


dengan cakupan yang lebih kecil. Jika awan-awan konvektif berkembang lebih lanjut,
maka ketebalannya akan meningkat dan bergabung bersama-sama sehingga luasan
wilayah awannya meningkat jika dilihat dari satelit.

 Urut-urutan awan konvektif tunggal mulai yang ukurannya paling besar hingga terkecil
adalah sbb: Cb, Cg, dan Cu. Awan konvektif menunjukkan pola-pola karakteristik seperti
bergaris-garis (linear), meruncing (taper), atau berbentuk sel-sel (cellular).

 Bagian tepi/batas awan konvektif atau awan rendah mudah dibedakan karena terlihat
jelas. Sedangkan awan stratiform batas awannya tidak terlihat jelas.

3.3. Identifikasi awan berdasarkan teksturnya (dengan citra VIS)

 Awan-awan stratiform memiliki permukaan awan yang halus dan rata

 Awan konvektif permukaan awannya kasar dan tidak rata.

3.4. Identifikasi awan berdasarkan pergerakannya

 Karena di atmosfer lapisan atas angin umumnya bertiup lebih kuat, maka awan-awan
tinggi bergerak lebih cepat daripada awan-awan rendah. Sehingga St, Sc, Cu dan awan-
awan rendah lainnya bergerak lebih lambat dibanding Ci.

 Awan-awan tebal yang menjulang tinggi seperti Cb dan Cg bergerak dengan kecepatan
angin rata-rata dari level-level awan, sehingga gerakannya lebih lambat dibanding Ci.

3.5. Identifikasi awan dengan perubahannya terhadap waktu

 Awan-awan konvektif bentuk dan tinggi puncak awannya berubah lebih cepat (karena
masa hidupnya pendek).

 Bentuk dan tinggi puncak awan-awan stratiform lebih lambat perubahannya.

 Contoh : Cb dan Ci, maka Ci relatif sedikit perubahannya jika diamati bentuk dan pola
awannya daripada Cb.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 35
4. Contoh : Studi kasus identifikasi jenis awan

Gambar di bawah menunjukkan contoh identifikasi jenis awan. Wilayah awan A yang meliputi
China Utara hingga Laut Kuning dan perairan sebelah timur Pulau Kyushu adalah Ci (cirrus).
Pada citra IR, awan-awan tersebut terlihat sebagai sabuk awan yang lebar dan putih dan
gerakannya searah angin di lapisan atas bertiup. Pada citra VIS awan-awan rendah di bawah Ci
dapat terlihat. Adapun awan di sebelah utara adalah Ci.

a. Citra IR (20 Maret 1999, jam 03 UTC) : contoh identifikasi awan

b. Citra VIS (20 Maret 1999, jam 03 UTC) : contoh identifikasi awan

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 36
 Wilayah awan B yang meliputi China daratan bagian tengah adalah Cm (middle cloud).
Pada citra IR kenampakan warnanya terlihat abu-abu karena suhunya lebih tinggi
daripada wilayah awan A memiliki cakupan yang seragam. Pada citra VIS terlihat putih.

 Wilayah awan C yang membentang dari Kepulauan Sakishima hingga Taiwan adalah St
(stratus). Pada citra IR terlihat lebih gelap dibanding awan di sekitarnya dan suhunya
hampir sama dengan suhu permukaan laut, sehingga sangat sulit dibedakan. Pada citra
VIS, awan-awan tersebut terlihat abu-abu terang dan permukaannya tampak halus.

 Wilayah awan D yang terlihat di sebelah Semenanjung Korea adalah Sc (stratocumulus)


yang terlihat abu-abu gelap pada citra IR. Pada citra VIS terlihat abu-abu terang serta
memiliki permukaan yang lebih kasar dan batas awan yang jelas daripada awan-awan di
C.

 Wilayah awan E yang menutupi bagian utara Laut Jepang dan di sekitar Maritime
Territory adalah Cu (cumulus). Pada citra IR tampak berwarna abu-abu lebih terang
daripada Sc di wilayah awan D. Sedangkan pada citra VIS terlihat berwarna putih terang
dan membentuk kelompok-kelompok awan (cluster) serta batas awannya jelas.

 Sedangkan wilayah awan F (ditunjukkan dengan tanda segitiga) di sebelah timur Jepang
adalah Cb (cumulonimbus). Pada citra IR, tepi awan sebelah barat terlihat jelas namun
agak samar di sebelah timurnya karena awan tertiup angin lapisan atas (upper flow).
Pada citra VIS, terlihat sangat putih dan membentuk cluster awan. Di sebelah tenggara
awan Cb ini, wilayah awan G (tanda segitiga) terlihat deretan awan Cg (cumulus
congestus) membentuk garis. Pada citra VIS, awan-awan ini terlihat putih terang sebagai
kelompok-kelompok awan (cluster) terputus-putus pada garis awan Cu

 Bagaimana cara membedakan Cb dari Ci digambarkan sebagai berikut. Kedua jenis awan
ini terlihat putih pada citra IR.

 Perbedaan yang jelas antara Cb dan Ci adalah bentuk, kecepatan bergerak, dan cakupan
secara sinoptik-nya.

 Pada Gambar a dan b tersebut di atas, Cb terlihat di atas di perairan sebelah timur
Jepang (F – tanda segitiga). Pada citra IR terlihat bentuk kelompok-kelompok (cluster)
dan batas tepi awan sebelah barat terlihat jelas.

 Di sebelah timur awan tersapu oleh upper-flow sehingga batas tepi awan menjadi
kabur/tidak jelas. Jika citra yang berurutan di-animasikan maka kecepatan gerak awan
ini lebih lambat daripada awan-awan disekitarnya.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 37
 Karena Cb dipengaruhi kecepatan rata-rata angin di lapisan bawah dan tengah, maka
pergerakannya lebih lambat daripada Ci, tetapi perubahan bentuknya lebih cepat
daripada Ci.

 Sebuah wilayah awan H, yang mirip dengan ini dan menutupi Kepulauan Jepang adalah
Ci. Hal ini diperkuat dengan cepatnya gerakan awan tersebut jika citranya dianimasikan.

 Gumpalan-gumpalan awan I yang terlihat di wilayah China bagian utara pada citra IR
adalah juga awan-awan Ci. Seringkali awan-awan seperti ini keliru diidentifikasikan
sebagai Cb jika dilihat dari bentuk dan suhu puncak awannya. Untuk kasus awan seperti
ini, diidentifikasi sebagai Ci berdasarkan fakta bahwa: ”di atas Semenanjung Korea
terdapat upper-trough, dan sebuah Cb akan sulit terlihat di belakang sebuah trough” ;
”kecepatan gerakan awan cukup cepat” ; dan ”hanya sedikit berubah bentuk terhadap
waktu”.

4.1 Wilayah awan yang hanya terdiri dari Ci

a. Foto awan diambil dari permukaan bumi (kota Tottori, Jepang) tanggal 9 Juli 1984 (08.01
LST). Hasil pengamatan permukan : High level cloud, Cirrus dan Cirrostratus (Ci dan Cs) CL = 0,
CM = 3, CH = 5

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 38
b. Citra IR 9 Juli 1984 (09.00 LST). Tanda panah : kota Tottori

c. Citra VIS 9 Juli 1984 (09.00 LST). Tanda panah : lokasi kota Tottori

 Jika diperhatikan di wilayah kota Tottori (tanda panah). Pada citra IR goresan awan Ci
meliputi wilayah Distrik Sai’in hingga Semenanjung Noto. Hanya ujung barat dari Ci ini
menutupi sekitar kota Tottori, dan terdapat awan lain yang diamati. Pada citra VIS,
daratan dapat terlihat secara jelas. Pada kasus ini, baik observasi satelit maupun
pengamatan permukaan keduanya menentukan jenis awan yang sama.

5.2 Wilayah awan-awan Ci dan Cm bertumpuk (superimpose)

Pada gambar a terlihat foto awan yang teramati dari permukaan di kota Tottori tanggal 22
September 1978 (jam 11.11 LST). Data pengamatan awan menunjukkan Altocumulus (Ac) : CL =

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 39
0 ; CM = 3 ; CH = 0. Sementara itu gambar b adalah citra IR dan c adalah citra VIS pada tanggal
yang sama (jam 12.00 LST).

a. Foto pengamatan awan di kota Tottori (22 Sep 1978, jam 11.11 LST)

b. Citra IR c. Citra VIS

(22 Sep 1978, jam 11.11 LST) (22 Sep 1978, jam 11.11 LST)

Tanda lingkaran menunjukkan wilayah kota Tottori, Jepang dan sekitarnya

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 40
 Jika kita perhatikan di wilayah Tottori dan sekitarnya (wilayah yang dilingkari), terlihat
awan-awan Ci (cirrus) dan Cm (middle cloud) yang menutupi dan membentang dari Laut
China Timur.

 Citra VIS menunjukkan tutupan awan tidak begitu tebal, dan tidak dijumpai awan-awan
rendah. Dalam kasus ini, awan-awan Ac sebagai lapisan awan tunggal yang menutup
hampir seluruh langit di atas Tottori, sehingga tidak terlihat awan tinggi dari
pengamatan permukaan.

5.3 Wilayah awan dimana terdapat Sc dan Cu bersama-sama (coexist)

a. Foto awan diambil di wilayah Kiyose City, Tokyo pada jam 17.40 LST, 19 Agustus 1983. <Hasil
pengamatan permukaan : Awan rendah dan menengah (Ac dan Cu) Translucent altocumulus
(lenticular) CL = 2, CM = 4, CH = 0

b. Citra IR jam 18.00 LST, 19Agustus 1983. (Lingkaran menunjukkan wilayah Kiyose City, Tokyo
dan sekitarnya) . Citra satelit menunjukkan adanya awan-awan Cu dan Sc yang coexisting (ada
bersama2)

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 41
 Pada citra IR tersebut suatu wilayah awan yang menutupi Wilayah Kiyose City dan
sekitarnya (tanda lingkaran) meskipun tidak terlihat tebal.

 Dari pengamatan permukaan, awan-awan Ac terlihat meskipun jumlahnya tidak banyak


dan renggang. Untuk awan-awan yang renggang seperti itu dimana ukurannya lebih
kecil dari resolusi radiometer satelit, sehingga puncak awannya diperkirakan lebih
rendah karena radiasi dari permukaan melalui wilayah renggang di antara awan-awan
tersebut menambah besar radiasi dari awan yang diterima radiometer satelit.

5.4 Wilayah awan berupa Ci saja

a. Foto awan di Sendai City, Miyagi Prefecture, Jepang pada 17.10 LST, tanggal 6 September
1981. Hasil observasi : Middle level cloud, Ac, translucent altocumulus CL = 0, CM = 5, CH = 0

b. Citra IR jam 18.00 LST, tanggal 6 September 1981. (tanda panah menunjukkan lokasi Sendai
City, Miyagi Prefecture) . Identifikasi awan dari citra satelit : hanya awan Ci terdapat di wilayah
tersebut

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 42
 Pada citra IR tersebut, terlihat bentangan awan yang didominasi awan tinggi dan
menengah mulai dari perairan timur Jepang hingga daerah lepas pantai Tokaido.

 Terlihat awan Cirrus bersama dengan jetstream yang bertiup di sebelah utara sabuk
awan ini dan sebagian awan ini menutupi wilayah di atas Sendai City.

 Dalam kasus ini, hasil observasi menentukan jenis awan sebagai awan menengah,
dimana berbeda dengan penentuan jenis awan dengan citra satelit. Kasus seperti ini
dapat terjadi karena perbedaan teknik observasi antara pengamatan visual dan satelit,
khususnya membedakan antara Ci dan Cm dengan satelit seringkali sulit dilakukan.

5.5 Wilayah yang tertutup hanya oleh awan Sc

a. Foto awan diambil di wilayah Chiyoda-ku, Tokyo pada tanggal 12 November 1984.. Hasil
observasi : awan-awan Stratocumulus (Sc) sebagai hasil transformasi cumulus; CL = 5, CM = /,
CH = /

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 43
b. Citra IR jam 12.00 LST, tanggal 12 Nov b. Citra IR jam 12.00 LST, tanggal 12 Nov
1984 (tanda lingkaran menunjukkan 1984 (tanda lingkaran menunjukkan
wilayah Tokyo dan sekitarnya) wilayah Tokyo dan sekitarnya)

Hasil penentuan jenis awan dari citra IR dan VIS: hanya terdapat awan Sc di wilayah tsb. Pada
citra satelit wilayah Tokyo dan sekitarnya diliputi oleh awan-awan Sc. Untuk awan-awan
rendah, identifikasi bentuk awan dengan observasi permukaan relatif sesuai dengan identifikasi
jenis awan dari observasi satelit.

5.6 Wilayah awan campuran Cb, Cg dan Cu

a. Foto awan diambil di wilayah Kiyose City, Tokyo) pada jam 18.10 LST, 10Agustus 1985. Hasil
identifikasi : awan cumulonimbus capillaris (Cb)

CL = 9, CM = 0, CH = 3

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 44
b. Citra IR jam 18.00 LST, 10 Agustus 1985. (tanda X menunjukkan wilayah Kiyose City, Tokyo
dan sekitarnya) . Hasil identifikasi awan : campuran awan Cb, Cg dan Cu

 Citra satelit menunjukkan awan Cb terlihat di atas wilayah distrik Tokai dan Kanto, dan
sebuah cluster Cb kecil terbentuk di bagian selatan Tochigi Prefecture (tanda X).

 Pengamatan permukaan menunjukkan bahwa awan Cb berada di sebelah timur laut


Kiyose City ke arah Tochigi Prefecture (jaraknya sekitar 60 km). Sebuah anvil cirrus
terlihat memanjang di atas awan Cb. Selain itu awan Cg juga terbentuk di sisi wilayah
yang sama.

5.7 Wilayah awan campuran Cu dan Cg

a. Foto awan di wilayah Ooshima Motomachi, Tokyo pada tanggal 19 Desember 1994. Hasil
observasi permukaan Cumulus (Cu) CL = 2, CM = X, CH = X

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 45
b. Citra IR tanggal 19 Desember 1994 c. Citra VIS tanggal 19 Desember 1994
(tanda panah : wilayah Ooshima (tanda panah Ooshima Motomachi,
Motomachi, Tokyo) . Hasil identifikasi : Tokyo) .
campuran awan Cu dan Cg

 Jika dilihat pada citra satelit tersebut, terlihat sebuah sabuk awan-awan konvektif
terbentang di atas perairan sebelah timur Semenanjung Izu dan Ooshima.

 Penentuan berdasarkan tingkat kecerahan puncak awan konvektif ini, sabuk awan tidak
hanya terdiri dari Cu tetapi juga terdapat Cg yang lebih berkembang daripada Cu. Hal ini
berkaitan dengan terbentuknya tornado yang terlihat pada foto (a).

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 46
LAMPIRAN 6

Formulir Operasional Khusus dan Contohnya

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Jl. Angkasa I No. 2 Jakarta Pusat INDONESIA 10720,
BMKG Telp. 62 (21) 4246321, 6546315, Fax. 62 (21) 6546315

PUSAT METEOROLOGI PUBLIK


BIDANG PENGELOLAAN CITRA INDERAJA
Monitoring Cuaca Signifikan / Debu Vulkanik / Kebakaran Hutan / Kejadian Khusus*)
Berdasarkan Analisis Citra Satelit Cuaca
Tanggal : ………….. 2012, .... UTC
SAMPEL / CONTOH

NO. PERIHAL URAIAN*) KETERANGAN

1 Fenomena
Ekstrim

2 Lokasi dan Waktu


Kejadian

3 Dampak

4 Jenis Citra

5 Analisis

6 Kesimpulan

7 Lampiran

*) Data dukung, informasi dan uraian analisis disesuaikan dengan target monitoring

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 47
CONTOH : Formulir Analisa Monitoring Kejadian Khusus

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Jl. Angkasa I No. 2 Jakarta Pusat INDONESIA 10720,
BMKG Telp. 62 (21) 4246321, 6546315, Fax. 62 (21) 6546315

PUSAT METEOROLOGI PUBLIK


BIDANG PENGELOLAAN CITRA INDERAJA
Monitoring Kejadian Khusus SAMPEL / CONTOH
Berdasarkan Analisis Citra Satelit Cuaca
Tanggal : 20 Januari 2010, 04 – 06 UTC

NO. PERIHAL URAIAN*) KETERANGAN

1 Fenomena Hujan Lebat dan Banjir Sumber berita :


Ekstrim Kompas.com
2 Lokasi dan Wilayah Bogor, tanggal 20 Januari 2010, siang hari
Waktu Kejadian
3 Dampak Banjir, Kali Sunter meluap, Cipinang Indah tergenang,
Jalan Bangka – Jaksel tergenang
4 Jenis Citra Satelit IR1 / NWP JMA
5 Analisis a) Berdasarkan citra satelit MTSAT tanggal 20 Januari
2010 jam 04.00-06.00 UTC (11.00-13.00 WIB)
terlihat pertumbuhan awan yang semakin
meningkat di atas wilayah Bogor dan sekitarnya
b) Hal itu ditandai dengan suhu puncak awan dari
waktu ke waktu semakin dingin (dari sekitar -22.6º
C pada jam 04.00 UTC dan mencapai – 62.2º C
pada jam 05.00 UTC di lokasi tersebut
c) Selain itu analisis stabilitas atmosfer dari data
NWP JMA juga mengindikasikan nilai CAPE
(Convective Available Potential Energy) yang
semakin meningkat (dari jam 04-06 UTC berturut-
turut sebesar : 730 J/kg ; 947 J/kg dan 1160 J/kg)
menandakan kondisi atmosfer yang semakin labil
d) Kondisi suhu puncak awan yang mencapai – 62.2º
C dan nilai indeks CAPE yang mencapai 1160
Joule/kg memungkinkan pembentukan awan-
awan Cumulonimbus (Cb) di sekitar wilayah Bogor
yang berpotensi menyebabkan hujan yang disertai
kilat/petir (thunderstorm)

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 48
6 Kesimpulan Banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 20
Januari 2010, disebabkan oleh adanya peningkatan
aktivitas konvektif pada wilayah Bogor, sehingga
menyebabkan hujan lebat dan penambahan debit air
yang melewati kali Sunter
7 Lampiran 1 (satu) berkas Citra satelit IR1 / NWP JMA

LAMPIRAN

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 49
LAMPIRAN 7

Alamat Email Pejabat BMKG, Unit BMKG Pusat, dan UPT Daerah

Pejabat BMKG

Kepala Pusat Meteorologi Publik : yunusbmkg@live.com ;

yunus.swarinoto@bmkg.go.id

Kepala Bidang Pengelolaan Citra Inderaja : hdwidiatmoko@yahoo.com

hadi.widiatmoko@bmkg.go.id

Kepala Bidang Pengelolaan Citra Satelit : ririsadriyanto@yahoo.com

riris.adriyanto@bmkg.go.id

Unit BMKG Pusat

Sub Bidang Informasi Meteorologi : infomet2000@gmail.com

Sub Bidang Cuaca Ekstrim : cuacaekstrim@gmail.com

Sub Bidang Siklon Tropis : tcwc@bmg.go.id

Sub Bidang Informasi Meteorologi Maritim : infomaritim@yahoo.com

Sub Bidang Informasi Meteorologi Penerbangan : aviation.bmkg@gmail.com

Sub Bidang Pengelolaan Citra Radar : radar@bmkg.go.id

Sub Bidang Pengelolaan Citra Satelit : citra.satelit@bmkg.go.id

UPT Daerah

1. Stasiun Meteorologi Klas II Blangbintang Banda Aceh


stamet.blangbintang@bmkg.go.id
2. Stasiun Meteorologi Klas I Hang Nadim Batam
stamet.hangnadim@bmkg.go.id
3. Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Belawan Medan
stamar.belawan@bmkg.go.id

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 50
4. Stasiun Meteorologi Klas III Lhokseumawe
stamet.lhokseumawe@bmkg.go.id
5. Stasiun Meteorologi Klas II Tabing Padang
stamet.tabing@bmkg.go.id
6. Stasiun Meteorologi Klas III Ranai Natuna
stamet.ranai@bmkg.go.id
7. Stasiun Meteorologi Klas III Japura Rengat
stamet.rengat@bmkg.go.id
8. Stasiun Meteorologi Klas IV Maritim Tanjung Karang
stamar.lampung@bmkg.go.id
9. Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok
stamar.tanjungpriok@bmkg.go.id
10. Stasiun Meteorologi Klas III Sutan Thaha – Jambi
stamet.sultanthaha@bmkg.go.id
11. Stasiun Meteorologi Klas II Supadio Pontianak
stamet.supadio@bmkg.go.id
12. Stasiun Meteorologi Klas III Pangsuma Putussibau
stamet.putussibau@bmkg.go.id
13. Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Semarang
stamar.semarang@bmkg.go.id
14. Stasiun Meteorologi Klas III Susilo Sintang Kalimantan Barat
stamet.sintang@bmkg.go.id
15. Stasiun Meteorologi Klas III Lekunik Baa Rote
stamet.baarote@bmkg.go.id
16. Stasiun Meteorologi Klas II Sepinggan Balikpapan
stamet.sepinggan@bmkg.go.id
17. Stasiun Meteorologi Klas III Sangkapura Bawean
stamet.bawean@bmkg.go.id
18. Stasiun Meteorologi Klas III Salahudin Bima
stamet.bima@bmkg.go.id
19. Stasiun Meteorologi Klas III Stagen Kotabaru
stamet.kotabaru@bmkg.go.id
20. Stasiun Meteorologi Klas II Eltari Kupang
stamet.eltari@bmkg.go.id
21. Stasiun Meteorologi Klas III Selaparang – Mataram
stamet.selaparang@bmkg.go.id
22. Stasiun Meteorologi Klas IV Nunukan – Tarakan
stamet.nunukan@bmkg.go.id

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 51
23. Stasiun Meteorologi Samarinda
stamet.samarinda@bmkg.go.id
24. Stasiun Meteorologi Klas I Juanda Surabaya
stamet.juanda@bmkg.go.id
25. Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Perak II – Surabaya
stamar.perak2@bmkg.go.id
26. Stasiun Meteorologi Klas III Tanjung Selor
stamet.tanjungselor@bmkg.go.id
27. Stasiun Meteorologi Klas III Juwata Tarakan
stamet.tarakan@bmkg.go.id
28. Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Bitung
stamar.bitung@bmkg.go.id
29. Stasiun Meteorologi Klas III Majene
stamet.majene@bmkg.go.id
30. Stasiun Meteorologi Klas I Hasanuddin Makassar
stamet.hasanuddin@bmkg.go.id
31. Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Paotere
stamar.paotere@bmkg.go.id
32. Stasiun Meteorologi Klas III Mutiara Palu
stamet.mutiarapalu@bmkg.go.id
33. Stasiun Meteorologi Klas III Saumlaki
stamet.saumlaki@bmkg.go.id
34. Stasiun Meteorologi Klas III Babullah Ternate
stamet.babullah@bmkg.go.id
35. Stasiun Meteorologi Klas III Geser
stamet.geser@bmkg.go.id
36. Stasiun Meteorologi Mopah – Merauke
stamet.merauke@bmkg.go.id

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 52
LAMPIRAN 8

Daftar Istilah

- Aerosol optical depth : ketebalan optis yang disebabkan kehadiran aerosol (partikel
padat seperti debu, dll) di atmosfer yang diukur secara vertikal pada ketinggian tertentu.
Aerosol optical depths biasanya berkurang sesuai kenaikan panjang gelombang, dimana
jauh lebih kecil pada radiasi gelombang panjang (longwave radiation) daripada pada
radiasi gelombang pendek (shortwave radiation). Nilai dari optical depth tidak ber-
dimensi dan tergantung pada kondisi atmosfer, tetapi umumnya berkisar 0.02 – 0.2
untuk radiasi gelombang tampak (visible).

- Brightness temperature / TBB (Equivalent Blackbody Temperature) : temperatur


sebuah benda hitam (blackbody temperature) ketika sejumlah radiasi infra-merah
teramati diasumsikan sebagai radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam.

- Citra satelit : gambar kenampakan permukaan bumi atau fenomena di atmosfer yang
diperoleh dengan oleh alat pemindai / sensor pada satelit yang mengorbit di atas bumi

- Citra Infrared (IR) : citra satelit yang diperoleh dari hasil pengukuran gelombang
elektromagnetik yang berada pada kisaran spektrum panjang gelombangnya antara 3 –
13 μm. Citra ini merepresentasikan suhu obyek (thermal infrared). Obyek yang memiliki
suhu lebih dingin terlihat lebih terang/cerah dibandingkan dengan obyek yang suhunya
lebih tinggi

Citra IR satelit MTSAT-2

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 53
- Citra Visible : citra satelit yang diperoleh dari hasil pengukuran gelombang
elektromagnetik yang berada pada kisaran spektrum panjang gelombang tampak
(visible) yaitu 0.4 - 0.75 μm. Citra ini merepresentasikan tingkat reflektansi obyek
(kemampuan obyek memantulkan radiasi matahari). Obyek yang memiliki reflektansi
tinggi terlihat lebih terang/cerah dibanding yang reflektansinya rendah.

Citra VIS satelit MTSAT-2

- Citra Water Vapor (uap air) : citra yang merupakan visualisasi data yang diperoleh oleh
sensor satelit pada panjang gelombang uap air, yaitu 6.7 atau 7. 3 μm. Uap air di
atmosfer menyerap radiasi gelombang panjang pada wilayah panjang gelombang ini,
sehingga menyebabkan suhu yang terukur oleh sensor satelit lebih rendah. Citra ini
menggambarkan kandungan uap air di lapisan atmosfer tengah dan atas. Warna lebih
terang/cerah pada citra menunjukkan wilayah yang memiliki kandungan uap air tinggi,
sementara warna lebih gelap menunjukkan kandungan uap air rendah

Citra WV satelit MTSAT-2

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 54
- Citra Enhanced-IR : citra Infrared yang dimodifikasi warnanya berdasarkan suhu obyek,
sehingga mudah untuk membedakan awan-awan yang suhu puncaknya lebih dingin.
Teknik color enhancement IR ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi awan-awan
Cb/thunderstorm yang memiliki suhu puncak awan sangat dingin

Contoh citra Enhanced-IR (MTSAT-2)

- Cloud cluster : sekelompok awan (Cumulonimbus) yang memiliki ukuran tertentu,


menurut definisi kelompok awan skala meso (mesoscale cloud cluster) oleh Iwasaki dan
Takeda (1993), kluster awan harus memiliki luasan ber-diameter sekurang-kurangnya
100 km dengan suhu puncak awan (brightness temperature/TBB -50º C atau kurang

Cloud cluster

- Cloud classification : penggolongan dan identifikasi jenis awan berdasarkan interpretasi


obyektif dari data satelit cuaca dengan algoritma otomatis. Identifikasi jenis awan
dengan satelit didasarkan pada kenampakan dan karakteristik pada beberapa jenis kanal
citra misalnya suhu puncak awan, reflektansi dll.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 55
- Convection/convective cloud cell : jika cloud cluster terdiri dari sel-sel konvektif (Cb)
yang terpisah-pisah, convective cloud cell merupakan satu kesatuan sistem perawanan
yang terdiri dari awan-awan konvektif (umumnya Cb)

Convective cloud cell

- CSV (Comma-Separated Values) : format file yang menyimpan data dalam format
tabular/tabel (angka dan teks) dalam bentuk teks datar (plain-text). Sehingga file akan
mudah dibacaa (misalnya dengan editor teks). CSV adalah format file sederhana yang
banyak didukung oleh aplikasi konsumen, bisnis, dan ilmiah. Diantara kegunaannya yang
umum adalah untuk memindahkan data tabular antar program-program yang secara
alami beroperasi pada format proprietary yang lebih efisien / lengkap. Sebagai contoh:
sebuah file CSV dapat digunakan untuk mentransfer informasi dari sebuah program
database untuk spreadsheet.

- Enhanced-V area : "Enhanced-V" dapat dijumpai pada citra IR dan terkait langsung
dengan “overshooting top” dari awan Cb. Kenampakan pada citra IR wilayah dimana
suhu puncak awan yang terdingin menyerupai bentuk huruf-V atau seperti bumerang
dan dibatasi dengan wilayah yang bersuhu lebih hangat sesuai arah angin. Enhanced-V
mengindikasikan potensi intensifnya pembentukan suatu badai dan sering terlihat pada
citra IR sebelum munculnya cuaca ekstrem. Deteksi dari ”Enhanced-V” area dapat
berguna sebagai indikator bakal terjadinya badai guntur hebat (severe thunderstorm).
Berdasarkan beberapa penelitian, jeda waktu mulai saat mula-mula teridentifikasi
timbulnya ”Enhanced-V” area hingga terjadinya cuaca ekstrem adalah sekitar 30 menit.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 56
Enhanced-V

(pada citra satelit IR4)

V-notch

(pada citra radar)

- Feng Yun : (Bahasa China yang berarti: “angin dan awan”) adalah Satelit meteorologi
geostasioner yang diluncurkan oleh China dan orbitnya berada di atas garis ekuator
Samudera Hindia pada posisi koordinat bujur 105°BT. Citra multi-spektral satelit ini
dihasilkan oleh instrumen VISSR yang serupa dengan satelit GMS atau MTSAT milik
Jepang

- File Transfer Protocol (FTP) : protokol jaringan standar yang digunakan untuk
mentransfer file dari satu host ke host lain melalui jaringan berbasis TCP, seperti
Internet. FTP dibangun di atas arsitektur server-client dan menggunakan kontrol koneksi
data yang terpisah antara klien dan server. Pengguna FTP dapat mengotentikasi sendiri
menggunakan protokol teks -sign-in yang jelas tetapi dapat juga terhubung secara
anonim jika server dikonfigurasi untuk itu.

- GIS (Geographic Information System / sistem informasi geografis) : adalah sebuah


sistem yang dirancang untuk memperoleh, menyimpan, memanipulasi, menganalisis,
mengelola, dan menyajikan semua jenis data bereferensi geografis. Dalam istilah

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 57
sederhana, GIS adalah penggabungan dari analisis kartografi, statistik, dan teknologi
database.

- Hierarchical Data Format (HDF, HDF4, or HDF5) : nama dari satu set format file dan
kelengkapannya (library-nya) yang dirancang untuk menyimpan dan mengatur sejumlah
besar data numerik. HDF didukung oleh banyak platform perangkat lunak komersial dan
non-komersial, termasuk Java, MATLAB, IDL, dan Python. Ada dua versi utama HDF yang
saat ini ada yakni, HDF4 dan HDF5, yang berbeda secara signifikan dalam desain dan API.

- HRPT (High Resolution Picture Transmission) : resolusi penuh data digital 5 kanal citra
AVHRR dengan resolusi 1.1 km di titik nadir, yang ditransmisikan pada wilayah S-band
oleh satelit polar orbiter.

- Hotspot : hasil deteksi satelit yang menunjukkan terdapatnya titik panas / anomali suhu
sangat tinggi pada suatu /sejumlah piksel citra satelit yang diinterpretasikan sebagai
indikator terjadinya kebakaran di suatu tempat. Produk hotspot ini dihasilkan dari hasil
pengamatan satelit antara lain NOAA dan MODIS Aqua / Terra

- ITCZ (Intertropical convergence zone/equatorial convergence zone -- zona konvergensi


tropis / zona konvergensi khatulistiwa) : Sumbu atau bagian dari arus angin pasat yang
luas di wilayah Tropis. Sumbu ini merupakan garis pemisah antara arus angin pasat
tenggara (dari BBS) dan arus angin pasat timur laut (dari BBU). ITCZ letaknya
berdampingan dengan cabang menaik dari sel Hadley. Pendapat lama menyatakan
bahwa ini adalah garis batas konvergensi di sepanjang seluruh bagian bentangannya.
Sekarang diketahui bahwa konvergensi sebenarnya terjadi hanya di sepanjang bagian-
bagian dari garis ini.

- MODIS (Moderate-resolution Imaging Spectro-radiometer) : instrumen ilmiah yang


terdapat pada satelit milik NASA-USA yaitu Terra dan Aqua yang mengorbit ke arah
kutub bumi/polar (Polar Orbiter) dengan ketinggian sekitar 800 km dari permukaan
bumi. Instrumen ini dapat memperoleh data dalam 36 wilayah spektral gelombang
elektromagnetik berkisar dari 0.4 µm s/d 14.4 µm dengan resolusi spasial yang
bervariasi (2 band beresolusi 250 m, 5 band beresolusi 500 m dan 29 band memiliki
resolusi 1 km). Instrumen MODIS pada 2 satelit ini mampu memberikan citra seluruh
permukaan bumi setiap 1 – 2 hari, dan dirancang untuk pengukuran dinamika skala
global termasuk tutupan awan, besaran radiasi surya dan proses-proses yang terjadi di
laut, daratan, dan atmosfer bagian bawah.

- MTSAT (Multi-functional Transport Satellite) : Satelit geostasioner milik Jepang yang


didesain untuk pengamatan meteorologi sekaligus untuk keperluan penerbangan (air
traffic control), yang orbitnya berada di atas ekuator pada posisi koordinat bujur 140°BT

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 58
(ketinggian sekitar 36.000 km di atas sekitar wilayah Biak, Papua) Seri satelit MTSAT
adalah generasi satelit penerus misi satelit GMS (Geostationary Satellite Meteorology)
Jepang dan memiliki 5 instrumen sensor (imager) VIS dan IR yang serupa dengan satelit
GOES milik USA.

- NetCDF (Network Common Data Form) : adalah satu set library perangkat lunak dan
self-describing, format data yang tak tergantung mesin yang mendukung penciptaan,
akses, dan data saintifik berbasis-array. Homepage proyek ini diselenggarakan oleh
program Unidata di Universitas Corporation Penelitian Atmosfer (UCAR). Unidata juga
merupakan sumber utama dari perangkat lunak netCDF, standar pengembangan,
update, dll. Format data ini merupakan standar terbuka. NetCDF Classic dan 64-bit
Format Offset standar internasional dari Open Geospatial Consortium.

- NOAA : seri satelit operasional meteorologi yang mengorbit bumi ke arah kutub (polar
orbiter) milik Badan Meteorologi dan Oseanografi (NOAA) USA.

- NWP (Numerical Weather Prediction / prediksi cuaca numerik) : Integrasi dari


persamaan hidrodinamika yang mengatur dengan metode numerik menurut kondisi
awal tertentu. Prakiraan numerik adalah dasar untuk hampir semua skema prediksi
cuaca dinamis karena kompleksitas dan nonlinieritas dari persamaan hidrodinamika
tidak memungkinkan solusi yang tepat dari persamaan kontinu.

- OCAI (Objective Cloud Analysis Information) : produk tentang analisis awan dari data
pengamatan satelit MTSAT. OCAI berisi informasi berbasis grid-point dengan nilai indeks
klasifikasi awan dan ketinggian awan.

- OLR (Outgoing Longwave Radiation) : energi radiasi yang dipancarkan dari permukaan
bumi yang hangat ke angkasa yang suhunya lebih rendah, seringkali OLR diturunkan dari
hasil pengukuran sensor satelit pada window channel.

- Portable Network Graphics (PNG) : format gambar bitmap yang menggunakan


kompresi data lossless. PNG diciptakan untuk memperbaiki dan mengganti format GIF
(Graphics Interchange Format) sebagai format file gambar yang tidak memerlukan
lisensi paten. PNG dirancang untuk mentransfer gambar pada Internet, bukan untuk
profesional grafis berkualitas cetak, dan karena itu tidak mendukung warna non-RGB
seperti CMYK.

- RGB (Citra komposit RGB) : citra satelit yang dihasilkan dengan teknik pengolahan
gabungan 3 citra dalam satu display menggunakan 3 (tiga) warna primer/pokok, yaitu :
Merah (Red), Hijau (Green), dan Biru (Blue) warna – RGB. Metode ini digunakan untuk

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 59
mendeteksi/mengidentifikasi fenomena-fenomena tertentu yang jika hanya dengan
menggunakan citra tunggal sulit untuk diidentifikasi.

Prinsip teknik RGB image composite dengan 3 warna cahaya pokok

Contoh citra RGB image composite

- Satelit meteorologi : satelit buatan yang mengorbit bumi yang digunakan untuk
memotret atmosfer, daratan, dan laut yang mengandung informasi lapisan-lapisan
atmosfer; dan mengumpulkan berbagai data-data lingkungan. Kegiatan dalam bidang
satelit meteorologi meliputi pengambilan sampel ciri-ciri cuaca dan iklim antar waktu

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 60
dan ruang, pengembangan metode algoritma dan interpretasi, sensor/pemindai satelit,
dan produk untuk aplikasi cuaca dan iklim

- SATAID (Satellite Animation and Interactive Diagnosis) : satu set perangkat lunak CAL
(Computer-Aided Learning) untuk MS-Windows yang memungkinkan penggunaan
berbagai data meteorologi dengan fokus pada citra satelit. Bagian inti dari sistem
SATAID adalah GMSLPW (program display) dan LRITAPL (program menu). Ada beberapa
varian program SATAID seperti GMSLPD, yang khusus untuk analisis siklon tropis.

- Sea surface temperature : suhu di permukaan laut, yang umumnya digunakan untuk
menunjukkan suhu pada beberapa meter lapisan atas air laut.

- Split-windows – citra split windows : citra satelit hasil perbandingan 2 kanal citra,
misalnya split-windows IR1-IR2, yaitu citra yang menggambarkan selisih suhu kecerahan
(brightness temperature / BT) pada citra IR1 minus IR2 = (BT_IR1 –BT_IR2). Istilah lain
dari citra IR split-windows adalah IR differential image (citra diferensial IR)

IR1 IR2 IR Split-Windows


(Differensial IR)

Contoh : Citra IR1, IR2, dan citra split-windows (IR1-IR2)

- Thunderstorm : gangguan cuaca akibat kondisi atmosfer yang tidak stabil, umumnya
dihasilkan oleh awan-awan Cb (Cumulonimbus) yang seringkali disertai kilat dan guntur
dan kadang-kadang disertai hujan lebat dan angin kencang.

- Vegetation Index : nilai numerik yang digunakan untuk memperkirakan atau mengukur
karakteristik vegetasi/tumbuhan seperti area tutupan daun, biomassa total, dan tingkat
kesehatan vegetasi/tanaman di permukaan bumi. Indeks ini biasanya diturunkan dari

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 61
pengukuran multi-spektral dengan penginderaan jauh. Karena tanaman yang sedang
tumbuh memantulkan panjang gelombang Near-IR, maka kombinasi pengukuran pada
Near-IR dan VIS dapat digunakan untuk menghasilkan indeks-indeks yang berbeda.
Indeks vegetasi yang sering digunakan adalah Normalized Difference Vegetation Index
(NDVI), yang didefinisikan sebagai :

Dimana: NIR dan RED masing-masing adalah radiance atau reflektansi yang terukur pada
spektrum near-infrared dan infrared.

- Volcanic ash (debu vulkanik) = Volcanic aerosol : awan-awan yang mengandung


partikel yang dilepaskan ke atmosfer oleh letusan gunung berapi. Partikel-partikel debu
vulkanik sebagian besar terdiri dari butiran-butiran asam belerang (sulfuric acid
droplets), dan dapat menghalangi sinar matahari dan bahkan pada beberapa kejadian
letusan gunung api yang hebat dapat berakibat pendinginan permukaan bumi.
Pengaruhnya dapat bertahan bertahun-tahun.

P e d o m a n Op e r a s i o n a l P e ng e l ol a a n C i tr a S a te l i t – B M K G P u s a t | 62

Anda mungkin juga menyukai