Anda di halaman 1dari 250

MODUL

PEMETAAN DAN
PENDATAAN KELAPA
SAWIT SWADAYA

Panduan Teknis untuk Pekebun Sawit Swadaya


dalam Melakukan Kegiatan Pendataan dan
Pemetaan Sawit Swadaya sebagai Bagian dari Syarat
Pengajuan Surat Tanda Daftar Budidaya (S-TDB)
MODUL
PEMETAAN DAN
PENDATAAN KELAPA
SAWIT SWADAYA

Penyusun:
Dian M. Saputra
Maskur

Panduan Teknis untuk Pekebun Sawit Swadaya


dalam Melakukan Kegiatan Pendataan dan
Pemetaan Sawit Swadaya sebagai Bagian dari Syarat
Pengajuan Surat Tanda Daftar Budidaya (S-TDB)

Yayasan KEHATI
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Panduan Teknis untuk Pekebun Sawit Swadaya dalam Melakukan
Kegiatan Pendataan dan Pemetaan Sawit Swadaya sebagai Bagian
dari Syarat Pengajuan Surat Tanda Daftar Budidaya (S-TDB)

Penyusun:
Dian M. Saputra
Maskur

Ilustrasi:
Deni Rodendo

Desain & Layout:


Galih Gerryaldy

Cetakan I, 2022
ISBN: 978-623-7041-17-7

Diterbitkan oleh:
Yayasan KEHATI
Jalan Benda Alam I No. 73, RT.01/RW.04
Cilandak Timur, Kec. Pasar Minggu
Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta - 12560
Tlp: (+62-21) 718 3185 atau (+62-21) 718 3187
www.kehati.or.id

Kerjasama antara Yayasan KEHATI dengan UKCCU melalui Program SPOS Indonesia;

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

iv MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar viii
Tentang Modul ix
A. PENDAHULUAN 1
B. TUJUAN 6
C. KETENTUAN UMUM 6
D. ALAT DAN BAHAN 9
1. Pendataan Kebun Sawit Swadaya 9
2. Pemetaan Kebun Sawit Swadaya 10
2.1. Proses Pengambilan Data Lapangan/Persil Kebun 10
2.1.1. GPS Receiver (Global Positioning System) 10
2.1.2. Wahana Tanpa Awak / Unmanned Aerial Vehicle 12
2.1.2.1. Rotary Wing / Drone Multirotor 13
2.1.2.2. Fixed Wing / VTOL 13
2.1.3. Smartphone Android / Iphone (IOS) 15
2.1.4. Aplikasi Pemetaan Menggunakan Fixed Wing / VToL 17
2.2. Proses Pengolahan Data Lapangan 17
2.2.1. Google Earth Pro 17
2.2.2. Aplikasi Pengolahan Foto Udara 18
2.2.3. Aplikasi Pengolahan Data Spasial 19
E. Metodologi 20
F. PROSES PENGAMBILAN DATA DAN ANALISIS HASIL 21
1. Sosialisasi dan Persiapan 21
2. Pendataan Kebun Sawit Swadaya 21
2.1. Keluaran dari Pendataan 22
2.2. Pembekalan Tim 22
2.3. Pengisian Form Pendataan 23
2.4. Rekapitulasi Data (Tabulasi Data) 23
3. Pemetaan Lahan Pekebun 23
3.1. Keluaran dari Pemetaan 24
3.2. Pengumpulan dan Analisis Data Awal 24
3.3. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah 25
3.4. Survei Pra-pemetaan 25
3.5. Proses Akuisisi Data Lapangan 26
4. Integrasi Data 26
G. PROSES PEMETAAN LAHAN 30
1.Akuisisi Data dengan GPS Handheld Receiver 30
1.1. Fungsi Dasar Tombol GPS 30
1.2. Fitur dan Fungsi GPS Receiver 31
1.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan GPS Handheld Receiver 32
1.4. Proses Penyimpanan dan Export Data 34

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
v
2. Akuisisi Data dengan GPS Essentials di Smartphone 35
2.1. Fitur dan Fungsi GPS Essentials 35
2.2. Pengaturan Awal GPS Essentials 37
2.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan GPS Essentials 37
2.4. Proses Penyimpanan dan Export Data 39
3. Akuisisi Data dengan Rotary Wing (Drone Multirotor) 42
3.1. Pengenalan Perangkat Drone 43
3.2. Pengenalan dan Pengaturan Aplikasi/Software 45
3.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan Drone 58
3.4. Proses pengaturan dasar drone 59
3.5. Proses Pembuatan Misi Terbang 61
3.6. Proses Penyimpanan dan Eksport Data 67
4. Akuisisi Data dengan Fixed wing / VToL 72
4.1. Pengenalan Perangkat UAV 72
4.1.1. Perangkat Hardware 73
4.2. Pengenalan dan Pengaturan Software 78
4.2.1. Memilih Ground Control System (GCS) 78
4.2.2. Memilih Aplikasi Autopilot 80
4.2.3. Pengaturan Software 80
4.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan Fixed wing/VToL 94
4.3.1. Tahapan Pra-Pemetaan 95
4.3.2. Tahapan Pemetaan 100
4.3.3. Tahapan Pasca Pemetaan 106
4.4. Proses Penyimpanan dan Export Data 106
5. Prosedur Pengajuan Izin Terbang Pesawat Udara Tanpa Awak 109
5.1. Regulasi Pesawat Udara Tanpa Awak di Indonesia 109
5.2. Regulasi Pengoperasian Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak 116
5.3. Langkah-Langkah Permohonan Izin Terbang 117
5.3.1. Melakukan Registrasi Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak 117
5.3.2. Mengajukan permohonan Remote Pilot Certificate (RPC) 118
5.3.3. Mengajukan Permohonan Persetujuan Operasi Pesawat Udara Tanpa Awak 118
H. PROSES PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA PEMETAAN 122
1. Pengolahan Data GPS Handheld Receiver / Mobile GPS (Smartphone) 122
1.1. Software Google Earth Pro 123
1.1.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum) 123
1.1.2. Pengunduhan dan Instalasi Software 123
1.1.3. Input Data ke Google Earth Pro 124
1.1.4. Pengukuran dan Pengolahan Data Hasil Lapangan 125
1.1.4.1. Membuat polygon dari data Titik dan Jejak/Track 126
1.1.4.2. Menghitung panjang dan luas 127
1.1.4.3. Mengukur objek pada peta/citra Google Earth Pro 128
1.1.4.4. Layout Peta 128
1.2. Software QGIS (Quantum GIS) 131
1.2.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum) 131
1.2.2. Pengunduhan dan Instalasi Software 131

vi MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1.2.3. Pengenalan Fitur QGIS 133
1.2.4. Input Data GPS ke QGIS 134
1.2.5. Pengukuran dan Pengolahan Data Hasil Lapangan 142
1.2.5.1. Merubah Waipoint dan Track menjadi Polyline 142
1.2.5.2. Membuat Polygon dari Polyline 144
1.2.5.3. Menghapus dan atau Menambah Informasi pada Attribute Table 145
1.2.5.4. Menambah Informasi Geometry (Luasan Area) 147
1.2.5.5. Layout Peta 149
2. Pengolahan Data Foto Udara UAV (Drone Multirotor, Fixed Wing, dan VToL) 153
1.1. Pengolahan Foto Udara menjadi Orthophoto 153
1.1.1. Software OpenDroneMap 153
1.1.1.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum) 153
1.1.1.2. Pengunduhan dan Instalasi Software 154
1.1.1.3. Pengolahan Foto Udara 159
1.2. Pengolahan Data Orthophoto menjadi Peta 164
1.2.1. Input Data Orthophoto ke dalam QGIS 165
1.2.2. Membuat Data Spasial 168
1.2.2.1. Membuat Shapefile Baru 168
1.2.2.2. Deliniasi Persil Kebun 171
1.2.2.3. Ketentuan Deliniasi 173
1.2.2.4. Menambah dan atau Menghapus Informasi pada Attribute Table 178
1.2.2.5. Menambah Informasi Geometry (Luasan Area) 180
1.2.2.6. Menambah Informasi Titik Koordinat 182
1.2.2.7. Mengatur Tampilan Polygon dan Menampilkan Labels 185
I. LAYOUT PETA 191
1. Pengaturan Tampilan Peta pada Kertas Layout 191
2. Memberi Informasi pada Lembar Peta 196
2.1. Judul Peta 197
2.2. Kotak Informasi Peta 199
2.3. Arah Mata Angin 200
2.4. Skala Peta 201
2.5. Legenda Peta 205
2.6. Grid Line Peta 208
2.7. Menambahkan Peta Inset 211
2.8. Menambah Informasi Titik Koordinat 216
2.9. Menambahkan Informasi Pendukung 218
3. Export Lembar Peta 219
DAFTAR PUSTAKA 224
LAMPIRAN 226
Lampiran 1 226
Lampiran 1 227
Lampiran 3 228
Lampiran 4 231
Lampiran 5 234
Lampiran 6 236

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
vii
KATA PENGANTAR
Kelapa sawit merupakan komoditas penting dan strategis Indonesia, luas tutupan kelapa sawit
Indonesia berdasarkan Kepmentan No. 833/KPTS/SR.020/M/12/2019 Tahun 2019 tentang
Penetapan Luas Tutupan Kelapa Sawit Indonesia tahun 2019 seluas 16,38 juta ha. Berdasarkan
data BPS tahun 2020 luas perkebunan sawit swadaya mencapai 6,04 Juta Ha. Meskipun demikian
sampai saat ini belum ada data yang definitif yang menunjukkan luasan definitif, dan pendataan
detail untuk sawit swadaya juga belum terlalu banyak dilaksanakan.

Untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan dan rangka perumusan kebijakan dan program
pemerintah yang tepat sasaran khususnya bagi pekebun swadaya, dibutuhkan data yang
lengkap terkait nama, lokasi, luas dan informasi pendukung lainnya.. Untuk mendukung hal
tersebut, SPOS Indonesia menyusun modul Pemetaan dan Pendataan Kelapa Sawit Swadaya
dengan tujuan memberikan pedoman/panduan bagi pekebun ataupun pihak terkait lainnya
dalam melaksanakan proses pemetaan dan pendataan sawit swadaya untuk pengajuan Surat
Tanda daftar Budidaya (STDB).

Modul ini terdiri atas beberapa bagian yang memberikan petunjuk dan panduan bagi pengguna
dalam melaksanakan pemetaan dan pendataan sawit swadaya. Pengguna modul akan diberikan
pedoman terkait bagaimana proses pengambilan datan dan analisis hasil, bagaimana proses
pemetaan lahan petani baik menggunakan GPS handheld receiver, GPS Essentials maupun
menggunakan Wahana Tanpa Awak (WTA) berupa Drone Multirotor dan Fixed Wing, hingga
proses pengolahan dan analisis data pemetaan serta membuat layout peta.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di waktu mendatang memungkinkan untuk


dilakukan, mengingat perkembangan situasi, kondisi, teknologi maupun kebijakan dan
peraturan yang terkait. Harapan kami modul ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
percepatan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan yang didukung oleh data yang akurat dan
valid.

Jakarta,  September 2022

Irfan Bakhtiar
Direktur SPOS Indonesia Yayasan KEHATI

viii MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
TENTANG MODUL
Modul ini berisi panduan teknis yang disusun untuk membantu berbagai pihak yang akan
melakukan kegiatan pendataan dan pemetaan kebun sawit swadaya dalam proses pemenuhan
syarat pengajuan Surat Tanda Daftar Budidaya (S-TDB). Kegiatan pendataan dan pemetaan dapat
dilakukan secara mandiri oleh pekebun baik perorangan maupun kelompok, pemerintah desa,
pemerintah kabupaten, lembaga swadaya, maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan
untuk melakukan proses tersebut.

Tujuan disusunnya modul ini agar pekebun/pihak terkait dapat dengan mudah memahami
secara teknis pengambilan data kepemilikan kebun sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan juga dapat mengidentifikasi kebun tersebut secara spasial dengan dilengkapi
oleh peta lahan (bidang kebun). Beberapa bagian penting dalam modul ini diantaranya :

1. Bagian pendataan kepemilikan kebun sawit swadaya memuat tentang variabel-variabel


kuisioner apa saja yang perlu dilengkapi yang telah disesuaikan dengan formulir S-TDB yang
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Bagian pemetaan kebun sawit swadaya memuat tentang teknis pengambilan data di
lapangan dengan berbagai pilihan perangkat yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan
karateristik wilayah masing-masing.
3. Bagian deliniasi peta dan integrasi data (tabular & spasial) memuat tentang proses dan
pilihan perangkat maupun software yang dapat digunakan secara gratis dengan fungsi dan
penggunaan yang sederhana. Sehingga mampu menghasilkan peta yang dapat dijadikan
sebagai lampiran yang mendukung dalam proses pengajuan S-TDB
4. Bagian studi kasus (Cerita dari Tapak) memuat berbagai cerita dan pengalaman beberapa
mitra SPOS Indonesia yang ada di masing-masing lokasi kerja dalam melaksanakan kegiatan
pendataan dan pemetaan sawit swadaya sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah
maupun pekebunnya.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
ix
x MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki hamparan perkebunan kelapa sawit
yang luas yakni sekitar 16,38 Juta hectare yang tersebar
di 26 provinsi (Rekonsiliasi Data, 2019) dan diantaranya
merupakan perkebunan sawit yang dikelola secara mandiri/
swadaya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS di
tahun 2020, terdapat sekitar 6.044.085 hektar perkebunan
sawit swadaya. Sedangkan di tahun 2021, Kementerian
Pertanian merilis data bahwa luas perkebunan sawit swadaya
terjadi sedikit peningkatan yakni menjadi 6.084.126 hektar.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1
Gambar 1. Perbandingan Luas Perkebunan Rakyat di Indonesia Tahun 2016-2020

Hingga saat ini, Kelapa Sawit menjadi komoditas strategis nasional sehingga pemerintah
terus mendorong perbaikan tata kelola industri sawit untuk meningkatkan daya saing.
Bahkan, sektor ini masuk ke dalam proyek prioritas strategis (major project) di Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Salah satu tujuan dalam
rencana ini ialah mendorong peningkatan program hilirisasi minyak sawit menjadi green
fuel tidak hanya kepada pelaku usaha besar, yaitu juga kepada pekebun sawit swadaya
yaitu masyarakat yang mengelola kebun sawit kurang dari 25 hektare. Sesuai Peraturan
Menteri Pertanian No. 21/Permentan/KB.410/6/2017 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan.

Pekebun sawit swadaya merupakan kelompok yang harus ditingkatkan kapasitasnya,


baik dari aspek pengelolaan, seperti input produksi, manajemen pengelolaan lahan
dan usaha, dan tata niaga, maupun pada aspek legalitas. Persoalan legalitas ini menjadi
masalah utama dalam mendorong perbaikan tata kelola pekebun sawit swadaya di
Indonesia.

2 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Fakta di lapangan, pola kebun sawit swadaya cenderung tidak seragam dan
mengelompok (bentuk dan strukur) serta umur tanaman juga sering tidak sama.
Pola-pola unik yang menjadi salah satu kendala dalam identifikasi sawit swadaya
menggunakan analisis citra satelit. Selain itu, pengembangan sawit swadaya terkendala
oleh tidak adanya data dan peta (by name, by address, by spatial) tentang kepemilikannya
(KPK, 2016). Sehingga menyebabkan proses penerbitan STD-B Sawit swadaya menjadi
terhambat. Padahal STD-B penting dalam perbaikan tata kelola perkebunan sawit
swadaya yang berkelanjutan (INOBU, 2016; KEHATI, 2018).

Menghadapi persoalan ini, upaya pemetaan dan pendataan kebun sawit swadaya
menjadi keharusan yang segera dilakukan. Tanpa ada basis data yang lengkap, berbagai
upaya dalam memperbaiki tata kelola perkebunan sawit swadaya akan terkendala.
Apalagi dengan adanya regulasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang baru,
yaitu Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan
Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia yang mewajibkan semua pekebun sawit swadaya
memiliki sertifikasi ISPO pada Tahun 2025. Oleh karena itu, pelaksanaan pemetaan dan
pendataan harus dilakukan agar proses sertifikasi ISPO pada kebun sawit swadaya bisa
dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah juga bisa menyusun program dan pembiayaan
terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.

Kegiatan pendataan dan pemetaan kebun sawit swadaya sangat perlu dilakukan
dikarenakan beberapa alasan, diantaranya :
1. Pendataan dan pemetaan sawit swadaya diperlukan untuk penerbitan S-TDB. Selain
bermanfaat untuk menghimpun data dan peta kepemilikan kebun sawit swadaya,
S-TDB juga bisa diintregasikan dengan berbagai kebijakan terkait tata kelola
perkebunan seperti, peremajaan sawit, program pengembangan biodiesel, hingga
program peningkatan produktifitas lahan
2. Pendataan dan pemetaan sawit swadaya diperlukan untuk meningkatkan legalitas
lahan. Terdapat sekitar 713 ribu hectare kebun sawit swadaya berada di dalam
kawasan hutan (KEHATI, 2019) sehingga tidak memiliki legalitas seperti Sertifikat
Hak Milik (SHM). Pemerintah mempunyai beberapa program terkait legalitas
lahan dan penyelesaian kebun sawit di kawasan hutan, seperti program sertifikasi
lahan, program reforma agraria (TORA), dan program perhutanan sosial. Sehingga
dibutuhkan data dan peta kepemilikan kebun sawit swadaya yang valid (by name,
by address, by spatial).

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
3
3. Pendataan dan pemetaan sawit swadaya diperlukan untuk merancang program
pemerintah seperti peremajaan sawit swadaya, bantuan bibit bersertifikat, bantuan
pupuk bersubsidi, dan program lainnya yang terkait pengembangan sawit swadaya.
4. Pendataan dan pemetaan sawit swadaya dapat menjadi langkah efisien dan efektif
dalam mengidentifikasi sawit swadaya di dalam kawasan hutan dan mencarikan
alternatif solusinya baik melalui reforma agraria atau perhutanan sosial.
5. Konsistensi dan harmonisasi data pekebun sawit swadaya, baik di pusat dan daerah
sehingga dapat mendukung kebijakan satu data (one data) dan satu peta (one map)
di sektor perkebunan sawit.

Inisiasi pemetaan dan pendataan kebun sawit


Sesuai Peraturan Menteri
swadaya sudah banyak dilakukan. Beberapa
Pertanian Nomor 21/
kabupaten/kota bahkan sudah memetakan dan
Permentan/KB.410/6/2017
mendata kepemilikan kebun sawit swadaya.
tentang Pedoman Perizinan
Upaya ini dilakukan oleh pemerintah daerah
Usaha Perkebunan
untuk proses penerbitan Surat Tanda Daftar
Budidaya (S-TDB) Tanaman Sawit. Untuk memperoleh data tentang areal yang diusahakan
oleh pekebun yang luasnya <25 hektare, sesuai ketentuan pasal ke 5 (lima) dilakukan
pendaftaran oleh Bupati/Walikota. Pendaftaran pekebun tidak termasuk kegiatan usaha,
namun Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk melakukan pendaftaran usaha di
wilayah kerjanya serta mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui status, tingkat
produktivitas, kepemilikan tanah/lahan, data teknis kebun dan berbagai informasi
penting lainnya.

S-TDB merupakan tanda registrasi bagi usaha perkebunan sawit swadaya dan bukan
merupakan perizinan. Pada formulir S-TDB memuat berbagai keterangan diantaranya
keterangan pemilik seperti nama, tempat/tanggal lahir, nomor KTP dan alamat, dan
data kebun seperti lokai/titik koordinat lahan, status kepemilikan lahan (SHM/Girik/SKT/
Lainnya), nomor surat kepemilikan, luas areal, jenis tanaman, produktivitas, asal benih,
pola tanam, jenis pupuk, hingga mitra pengolahan, jenis tanah, hingga tahun tanam dan
usaha lain di lahan kebun. S-TDB ini juga nantinya akan menjadi syarat bagi pekebun
sawit swadaya untuk mengurus sertifikasi ISPO. Sehingga peranan pemerintah dalam
mendorong penguataan data dan peta sawit swadaya untuk mempercepat penerbitan
S-TDB bagi pekebun sawit swadaya sangat diperlukan. Fungsi dari S-TDB diantaranya
ialah :

4 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1. Menghimpun data kepemilikan kebun rakyat dan informasi pendukung lainnya
sehingga dapat digunakan sebagai basis pengambilan kebijakan
2. Membantu Kementerian Pertanian dalam menyalurkan program pemerintah,
seperti : Program subsidi pupuk, benih, peremajaan supaya tepat sasaran
3. Mewujudkan tata kelola usaha budidaya tanaman perkebunan milik Pekebun
4. Membantu kelembagaan petani dan atau kelembagaan desa untuk peningkatan
produktivitas dan kesejahteraan pekebun
5. Mendorong terwujudnya praktek pengelolaan perkebunan yang baik (good
agriculture practices) di level pekebun
6. Memastikan pengelolaan SDA yang berbasis perkebunan dikelola secara
berkelanjutan.

Modul pendataan dan pemetaan sawit swadaya ini merupakan penjelasan secara teknis
dan lebih mendalam dari Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria (NSPK) Pendataan
dan Pemetaan Kebun Sawit Swadaya yang sudah disusun sebelumnya oleh tim SPOS
Indonesia tahun 2020 (Wiko Saputra, M. Dedy P. Sukmara, dan Erlangga Rizky) yang
diharapkan dapat menjadi acuan dan mendorong pihak terkait seperti pekebun sawit
swadaya hingga pemerintah daerah terkait sesuai kewenangannya untuk secara aktif
melaksanakan pemetaan dan pendataan. Panduan ini juga dapat menjadi rujukan
dalam melaksanakan pemetaan dan pendataan dalam rangka konsolidasi data terhadap
pekebun sehingga terjadi konsistensi dan harmonisasi data dan informasi pekebun di
tingkat nasional maupun di daerah.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
5
B. TUJUAN
Modul ini disusun untuk menjadi petunjuk dasar bagi masyarakat atau pekebun
swadaya dalam melakukan pendataan dan pemetaan kebun/lahan miliknya secara
mandiri. Tujuan secara terperinci yaitu :
1. Menjadi panduan bagi semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan
pemetaan dan pendataan kebun sawit swadaya;
2. Memahami dasar pemetaan persil kebun/lahan secara mandiri
3. Memahami skema dan syarat pendaftaran kebun sawit swadaya melalui S-TDB
4. Menjadi panduan untuk membangun database kebun sawit swadaya yang
terintegrasi dari tingkat daerah sampai ke tingkat nasional.

C. KETENTUAN UMUM
Dalam modul ini, yang dimaksud dengan :
1. Akurasi adalah kedekatan nilai suatu hasil pengukuran, perhitungan, atau penentuan
atas fenomena tertentu terhadap nilai lain yang dipandang sebagai standar ataupun
disaumsikan benar. Akurasi merupakan kondisi kebalikan dari kesalahan.
2. Batas adalah tanda pemisah antara desa/kelurahan yang bersebelahan baik berupa
batas alam maupun batas buatan.
3. Batas alam adalah unsur-unsur alami seperti gunung, sungai pantai, danau dan
sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai pantai, danau dan sebagainya,
yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas desa/kelurahan.
4. Batas buatan adalah unsur-unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel kereta
api, saluran irigasi dan sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas
desa/kelurahan.
5. Batas kebun sawit swadaya adalah pembatas lahan kebun sawit swadaya yang
merupakan rangkaian titik–titik koordinat yang berada pada permukaan bumi dapat
berupa tanda-tanda alam seperti igir/punggung gunung/pegunungan (watershed),
median sungai dan/atau unsur buatan dilapangan yang dituangkan dalam bentuk
peta.

6 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
6. Citra Tegak Resolusi Tinggi (CTRT) adalah Citra Satelit Resolusi Tinggi atau foto udara
yang sudah dilakukan proses penegakan (orthorektifikasi).
7. Delineasi adalah tindakan untuk menunjukkan posisi pasti suatu kenampakan atau
objek dalam proses interpretasi, yang dilakukan dengan cara menggambarkan garis
atau titik objek yang diobservasi, serta menentukan batasnya secara detil dan akurat.
8. DEM (Digital Elevation Model) adalah susunan teratur dari angka-angka yang
mewakili distribusi spasial elevasi di atas suatu datum pada suatu bentanglahan.
9. Drone adalah pesawat udara atau ruang angkasa yang tidak dikemudikan oleh
pilot di dalamnya, disebut juga dengan unmanned aerial vehicle (UAV). Drone bisa
dipasangi sensor seperti misalnya kamera, dan dapat dikendalikan dari jauh untuk
melakukan kegiatan perekaman/pemotretan.
10. Koreksi Geometrik adalah koreksi kesalahan pada citra penginderaan jauh, yang
disebabkan oleh wahana (satelit, pesawat terbang, drone) yang tidak berada
pada ketinggian konstan atau oleh sensor yang tidak merekam secara tegak lurus
terhadap objek, serta disebabkan oleh adanya proyeksi sentral pada sistem optik
perekaman, sehingga mengakibatkan adanya distorsi secara geometrik. Proses
koreksi geometrik selalu mengacu pada suatu kondisi atau standar geometri yang
dianggap benar, berupa infromasi geospasial dasar dengan sistem proyeksi, sistem
koordinat, dan resolusi/skala tertentu.
11. Koreksi Radiometrik atau sering disebut juga dengan kalibrasi radiometrik adalah
proses mengoreksi informasi spektral citra (yang terekam dalam bentuk nilai piksel
atau digital number/DN) ke nilai energi radian yang dipantulkan atau dipancarkan
oleh objek atau target di permukaan/dekat permukaan bumi dalam satuan Wm-
2sr-1μm-1.; atau bahkan mengoreksi sampai ke persentase pantulan relatif (dalam
persen) terhadap besarnya radiansi energi dari sumber yang mencapai target.
Koreksi radiometrik kadangkala juga mencakup perbaikan nilai piksel karena
kegagalan pemindaian oleh sensor dan gangguan atmosfer.
12. Lahan perkebunan sawit adalah bidang tanah yang digunakan untuk usaha
perkebunan kelapa sawit.
13. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan
pengukuran/perhitungan posisi titik, garis, jarak, dan luas cakupan wilayah dengan
menggunakan peta dasar dan informasi geospasial lainnya sebagai pendukung.
14. Pan-sharpening adalah metode untuk menggabungkan citra saluran multispektral
dengan resolusi spasial lebih rendah namun kaya warna, dengan saluran pankromatik
yang beresolusi spasial lebih tinggi.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
7
15. Pekebun adalah orang perseorangan warga negara Indonesia yang melakukan
Usaha Perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala tertentu.
16. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan/atau buatan
manusia; yang berada di permukaan bumi digambarkan pada suatu bidang datar
dengan skala, penomoran, proyeksi, dan georeferensi tertentu.
17. Peta kerja adalah peta yang digunakan sebagai media penggambaran garis batas
dalam kegiatan delineasi batas.
18. Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan
pemasaran terkait.
19. Perkebunan rakyat atau perkebunan swadaya adalah Usaha tanaman perkebunan
yang dimiliki dan atau diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan/tidak
berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25 hektare.
20. Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan untuk Budidaya yang selanjutnya disingkat
STD-B adalah keterangan budidaya yang diberikan kepada Pekebun.
21. Segmen batas adalah tanda pemisah antara desa/kelurahan yang bersebelahan,
dimulai dari titik awal dan berakhir pada titik akhir batas desa/kelurahan dengan
desa/kelurahan yang saling berbatasan
22. Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim atau tanaman tahunan yang jenis
dan tujuan pengelolaannya ditetapkan untuk usaha Perkebunan.
23. Titik kartometrik adalah titik koordinat penanda batas yang diwakilkan dengan kode
unik, deskripsi, dan koordinat dari titik yang dibuat di atas peta dasar.
24. Toponim adalah nama yang diberikan kepada rupabumi baik berupa unsur alam
maupun buatan manusia.
25. Topologi adalah pendefinisian secara matematis yang menerangkan hubungan
antara objek spasial yang satu dengan objek spasial yang lain.

8 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
D. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan pendataan dan pemetaan dapat dilakukan secara paralel ataupun secara
bergantian. Kegiatan pendataan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan sesuai dengan yang tercantum di dalam formular S-TDB. Sedangkan
kegiatan pemetaan bertujuan untuk memetakan dan mendapatkan informasi persil
kebun/lahan yang menjadi bidang usaha pekebun dalam mengelola kelapa sawit
yang akan didaftarkan untuk memperoleh S-TDB. Sehingga keduanya menggunakan
instrument berbeda dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Adapun alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan pemetaan dan pendataan kebun sawit
swadaya :

1. Pendataan Kebun Sawit Swadaya


Registrasi atau kegiatan pendataan kebun sawit swadaya pada dasarnya berpedoman
pada keputusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian Nomor 105/Kpts/
Pi.400/2/2018 tentang Penerbitan Surat Tanda Daftar Budidaya (S-TDB). Keputusan ini
dikeluarkan sebagai bentuk penegasan terhadap Peraturan Menteri Pertanian Nomor
98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan yang
kemudian mengalami beberapa perubahan hingga pada akhirnya diubah dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/KB.410/6/2017 yang di dalamnya
diatur mengenai usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luas kurang dari 25
hektar dilakukan pendaftarannya oleh Bupati/Walikota di wilayah tersebut.

Kegiatan pendaftaran atau pendataan kebun sawit swadaya dilakukan dengan


menggunakan formulir pendataan S-TDB yang telah diterbitkan pada lampiran
peraturan Kementerian Pertanian Nomor 105/Kpts/Pi.400/2/2018. Pada Formulir
tersebut, informasi yang harus dilengkapi dibagi ke dalam 3 bagian informasi utama
yakni Keterangan Pemilik Kebun, Keterangan Kebun, dan Keterangan Pendukung, serta
pada bagian akhir akan dilampirkan peta persil dari kebun yang dimiliki ditambah
lampiran pendukung seperti fotocopy KTP, surat legalitas lahan, KK, dll., dan menjadi satu
kesatuan berkas yang akan diajukan untuk proses mendapatkan S-TDB. Contoh formulir
pendataan S-TDB terlampir pada lampiran dari modul ini.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
9
2. Pemetaan Kebun Sawit Swadaya
Kegiatan lain yang tidak dapat dipisahkan dengan pendataan terhadap kepemilikan
dan pengelolaan kebun terkait proses registrasi kebun sawit swadaya ialah kegiatan
pemetaan persil/petak kebun yang akan didaftarkan. Sehingga untuk memenuhi
kelengkapan tersebut, dibutuhkan kegiatan pemetaan untuk menghasilkan satu
informasi pendukung mengenai letak, bentuk, dan batas (secara spasial) dari persil
kebun sawit swadaya yang akan didaftarkan dalam proses pengajuan S-TDB. Proses
pemetaan kebun sawit swadaya dibagi kedalam 2 bagian yakni, pengambilan data
lapangan, pengolahan data lapangan hingga proses Layout atau menampilkan hasil.
Secara rinci untuk alat/device yang akan digunakan diantaranya adalah :

2.1. Proses Pengambilan Data Lapangan/Persil Kebun


2.1.1. GPS Receiver (Global Positioning System)

GPS adalah alat yang dapat digunakan untuk menerima sinyal satelit dan kemudian
memproses sinyal tersebut menjadi data koordinat. Layanan GPS ini pada umumnya
tersedia secara gratis, hanya saja perlu mengeluarkan biaya untuk membeli perangkat/
unit GPS Receiver-nya tersebut.

GPS untuk pemetaan biasanya dibedakan berdasarkan tingkat akurasinya. Terdapat


2 jenis GPS yang biasa digunakan untuk kegiatan pemetaan di lapangan yakni GPS
Handheld (Navigasi/Mapping) dengan akurasi sekitar 5 – 10 meter dan kemudian ada
GPS Geodetic dengan tingkat akurasi bisa mencapai ketelitian hingga ukuran millimeter.
Selain itu, cara pengoprasian, harga, dan metode pengukuran pada kedua alat ini juga
memiliki beberapa perbedaan.
Tabel 1. Perbandingan GPS Handheld dan GPS Geodetic

Perbedaan GPS Handheld GPS Geodetic


Harga Relatif lebih murah dan umum Relatif jauh lebih mahal
digunakan dalam kegiatan dan dipakai oleh para ahli
pemetaan di lapangan. dibidangnya dengan tujuan
Harga kisaran 5-10 jutaan pemetaan yang spesifik.
Harga kisaran 100 jutaan

10 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Perbedaan GPS Handheld GPS Geodetic
Pengoperasian Bersifat absolutely positioning Memerlukan 2 unit GPS untuk
yaitu dapat berdiri sendiri melakukan pengambilan
tanpa perlu gps lain untuk data yang 1 menjadi base
pengambilan data koordinat station sedangkan yang
1 lagi menjadi rover
Proses Menggunakan button Memerlukan software tambahan
pengambilan data yang terdapat pada gps itu diantaranya ada filde genius,
sendiri, seperti mark waipoint, x-pad, survey master, land
create rute, dan go to. start dan lain sebagainya.
Sumber : Pusat Pengolahan Data, Kementerian Pekerjaan Umum (2015)

Penggunaan GPS dalam kegiatan pemetaan sawit swadaya biasanya yang digunakan
adalah GPS Handheld Receiver Navigasi dikarenakan lebih terjangkau dalam segi
harga dan juga mudah dalam segi perngoperasiannya. GPS nantinya akan digunakan
untuk mengambil/menentukan titik koordinat dari setiap sudut persil kebun yang
nantinya setiap koordinat dari sudut tersebut disatukan membentuk sebuah polygon
persil di tahap pengolahan data lapangan. Selain itu juga bisa menggunakan menu
tracking dimana pengguna GPS harus melakukan perjalanan mengintari/menyusuri/
mengelilingi pada batas persil kebun sehingga data yang dihasilkan bukan hanya titik
koordinat di setiap sudut melainkan titik-titik jalur/batas persil kebun yang dipetakan
(memudahkan dalam pengolahan data ketika membuat batas kebun).

©pngegg.com ©geo-matching.com ©pngegg.com

GPS Navigasi Garmin GPS Mapping Trimble GPS Geodetic Hi-Target

Gambar 2. Perbedaan Bentuk GPS Receiver

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
11
2.1.2. Wahana Tanpa Awak / Unmanned Aerial Vehicle
Seiring perkembangan dunia teknologi yang semakin pesat, kegiatan pemetaan
kini menjadi lebih mudah dan semi-otomatis karena memiliki alternatif lain (selain
menggunakan GPS Receiver) yang hasilnya lebih akurat dan dapat menampilkan hasil
secara visual dari atas secara vertikal baik video atau foto yakni dengan menggunakan
teknologi Wahana Tanpa Awak (WTA) / Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Teknologi ini
merupakan mesin terbang aerodinamis yang berfungsi dengan menggunakan kendali
jarak jauh oleh seorang pilot dan mampu bergerak dengan sendirinya (secara penuh
dan atau sebagian). Teknologi WTA pada umumnya tersusun atas beberapa komponen
penting dalam pemetaan yakni GPS Receiver, Flight Controller, dan sensor/kamera
yang saling terintegrasi dalam melakukan misi penerbangan yang telah diprogram
sebelumnya dan dikendalikan secara otomatis melalui program komputer yang
dirancang. Hasil dari WTA ialah foto/video yang memberikan gambaran dan informasi
lebih jelas dari objek yang ditangkap.

Teknologi Drone umumnya dilengkapi dengan peralatan kamera yang memiliki resolusi
tinggi sehingga dapat melakukan pemotretan foto udara atau biasa disebut dengan
fotogrametri. Penggunaan drone akan menghasilkan gambar/citra dengan resosuli
spasial yang besar serta tidak terkendala oleh tutupan awan. Menurut Zaco, et al, (2014)
dalam Utomo (2017) hasil dari drone pada dasarnya memiliki skala kedetailan data yang
sangat tinggi dan proses pengumpulan datanya juga tergolong mudah. Pada awal
perkembangannya, drone dikembangkan hanya untuk kepentingan militer (Ahmad,
2011). Namun kini penggunaan drone semakin meluas ke berbagai bidang diantaranya
aplikasi drone untuk monitoring tata ruang kota, melihat kawasan hutan, perhitungan
jumlah pokok tanaman, identifikasi perubahan lingkungan, konstruksi bangunan,
industri, pemetaan perikanan, lahan, kehutanan, tata ruang, hingga pemetaan batas
wilayah administrasi daerah/kota..

Pada bidang pemetaan sendiri, secara teknis dapat dilakukan dengan menggunakan
2 jenis WTA yang berbeda, yakni dengan WTA model Rotary Wing / Drone Multirotor
atau WTA model Fixed Wing / VTOL. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing baik dari segi harga, sistem pengoperasian, jangkauan area pemetaan,
hingga kemampuan pilot dalam mengoperasikan alat/perangkat tersebut. Pemilihan
jenis dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari data yang diinginkan dan juga kondisi

12 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
di lapangan. Pemilihan perangkat pemetaan yang tepat akan berpengaruh pada
efektifitas waktu, biaya dan tenaga yang digunakan.

2.1.2.1. Rotary Wing / Drone Multirotor


Jenis Drone Multirotor yang digunakan untuk
pemetaan sangat banyak. Namun umumnya, hanya
beberapa jenis saja yang sering dijumpai di lapangan
dalam kegiatan pemetaan. Hal ini dikarenakan jenis-
©favpng.com
jenis tersebut lebih mudah dijumpai dalam produk-
Gambar 3. DJI Phantom 4 Obsidian
produk yang dijual-belikan di dalam negeri. Beberapa
diantaranya ialah,
• DJI Product Series : Seri Phantom 3, Seri Phantom 4,
• Seri Mavic Air, Seri Mavic Pro, Seri Matrice, dan Seri Inspire
• Parrot Product Series : Anafi Seri, Bebop, Disco-Pro AG, dan Bluegrass

2.1.2.2. Fixed Wing / VTOL


Sesuai dengan Namanya, tipe wahana tanpa awak yang satu ini bentuk atau
wujudnya hampir menyerupai pesawat terbang dengan struktur yang kaku dan dapat
menghasilkan daya angkat pada bagian bawah sayap ketika melakukan penerbangan.
Ada sedikit perbedaan antara fixed wing dengan VTOL dimana pada Fixed wing baling-
baling yang terdapat disayap hanya digunakan untuk memberikan daya dorong ketika
pesawat terbang. Sehingga proses peluncuran wahana ini menggunakan pelontar
atau dilempar oleh salah satu teknisi pemetaan dan pendaratan juga pada umumnya
menggunakan bentangan jarring. Sedangkan teknologi VTOL (Vertical Take Off Landing)
terdapat baling-baling seperti drone multirotor pada bagian sayap sehingga proses
penerbangan dan pendaratan dapat dilakukan secara otomatis secara vertikal. Konsep
VTOL menggabungkan antara prinsip terbang Drone Multirotor namun dengan daya
battery dan area jelajah seluas Fixed Wing.

©pngitem.com ©pngitem.com

Gambar 4. Perbedaan Wujud antara Fixed Wing dan VTOL


©pngitem.com

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
13
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Drone, Fixed Wing, dan VTOL

Jenis Wahana Kelebihan Kekurangan


Rotary Wing / 1. Mudah dioprasikan dalam 1. Area pemetaan relatif
Drone Multirotor hal take-off dan landing kecil sekitar 30 – 50 ha
2. Tidak membutuhkan lintasan 2. Daerah jelajah relatif lebih
yang luas/Panjang untuk pendek karena jangkauan
take-off dan landing sinyal dan kapasitas battery
3. Harga unit relatif terjangkau 3. Pemotretan menggunakan
4. Hasil pemotretan cukup timer sehingga jika
bagus dan detail terkena angin dan wahana
melakukan holding,
pemotretan berpotensi
menumpuk di satu titik
Fixed Wing 1. Area jelajah luas hingga 1. Harga relatif lebih mahal jika
mencapai 500 – 1000 ha dibandingkan drone produksi
dengan sinyal stabil dan daya pabrikan pada umumnya
battery yang lebih tahan lama 2. Membutuhkan kemampuan
2. Bisa melakukan take-off pilot yang mahir dalam proses
yang jaraknya jauh dari site take-off dan landing sehingga
yang akan dipetakan memiliki resiko seperti jatuh
3. Pemotretan menggunakan dan menabrak objek lain
mode jarak sehingga hasil lebih 3. Membutuhkan area yang
rapi meski ada gangguan cuaca luas /panjang untuk
4. Dapat di-costum bentuk take-off & landing
dan perangkatnya sesuai
keinginan dan kebutuhan
Vertical Take Off 1. Mudah dioprasikan saat 1. Harga relative lebih mahal
Landing / VTOL take-off dan landing karena jika dibandingkan dengan
prinsipnya seperti jenis Rotary jenis fixed wing atau rotary
Wing yang tidak membutuhkan wing pada umumnya
landasan yang luas/Panjang
2. Resiko ketika take-off dan
landing lebih kecil
3. Jangkauan area pemetaan
bisa luas mencapai 500-
1000 ha dengan kapasitas
battery yang cukup
4. Kelebihan lainnya sama seperti
jenis fixed wing pada umumnya
Sumber : www.technogis.co.id – Perbedaan Drone dan Fixed Wing dalam Pemetaan Udara

14 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Fixed wing maupun VToL juga dapat diproduksi secara mandiri menggunakan bahan-
bahan yang sesuai standar untuk UAV. Hanya saja, dalam pembuatannya harus dilakukan
oleh praktisi yang berkapasitas di bidangnya. Jika ingin menggunakan fixed wing atau
VToL produksi pabrikan, maka ada beberapa jenis fixed wing dan VToL yang biasa
dijumpai dan digunakan diantaranya ialah :
• AirMApper X8 (Fixed Wing)
• AirMapper V290 & FDS Nimbus (VToL)
• Model Sky Walker Tail (Fixed Wing)
• Trinity F9 Quantum System (VToL)

2.1.3. Smartphone Android / Iphone (IOS)


Kegiatan pengambilan data di lapangan juga seringkali perlu menggunakan atau
memanfaatkan telepon pintar (Smartphone) sebagai salah satu perangkat pendukung.
Smartphone yang digunakan dapat menggunakan sistem operasi Android maupun
Iphone. Beberapa aplikasi yang akan dibutuhkan atau yang perlu di-install kedalam
Smartphone diantaranya :

a) GPS Essential
Aplikasi ini merupakan aplikasi yang bersifat opsional
dimana fungsi dan fiturnya menyerupai GPS Receiver
namun berjalan pada sistem operasi berbasis Android yang
dapat di download secara gratis pada Play Store. Aplikasi ini
juga memiliki kelebihan dimana dalam pengoperasiannya
dapat menjalankan fitur-fitur dasar layaknya GPS Handheld
Receiver dikarenakan teknologi pada Smartphone masa kini
sudah banyak yang menanamkan teknologi GPS Receiver
pada setiap produknya.

Meski memiliki beberapa keterbatasan jika dibandingkan Gambar 5. Aplikasi GPS


Essentials Android
dengan GPS Handheld Receiver, hasil dari pengukuran dan
pengambilan data di lapangan jika menggunakan aplikasi ini masih dapat diterima
dari segi akurasinya. Sehingga apabila tidak memiliki perangkat GPS khusus yang
dapat digunakan untuk pengambilan data di lapangan, kegiatan tetap dapat dilakukan
dengan mengganti perangkat tersebut menggunakan aplikasi ini.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
15
b) Aplikasi Pemetaan Menggunakan Drone / Rotary Wing
Pemetaan yang menggunakan teknologi drone / rotary wing
perlu menggunakan beberapa aplikasi dalam penggunaan/
pemanfaatannya. Hal ini dikarekanan pemetaan
menggunakan drone membutuhkan pembuatan misi
terbang yang dapat dilakukan menggunakan aplikasi yang
tersedia di sistem operasi android maupun Iphone. Aplikasi Gambar 6. Aplikasi Pix4D
yang dibutuhkan dan yang paling sering digunakan dalam
pemetaan menggunakan drone ialah Pix4D Capture yang dapat diunduh secara gratis
di Play Store atau App Store. Aplikasi ini mendukung pemetaan dari jenis DJI Series dan
Parrot Series. Pemetaan dengan aplikasi ini dapat dilakukan pada bidang yang letak
sudutnya beraturan, letak sudut tidak beraturan, objek berbentuk lingkaran hingga
menghasilkan objek 3D. Untuk sistem operasi berbasis IOS, aplikasi bisa langsung dapat
digunakan di Smartphone namun apabila menggunakan sistem operasi Android maka
perlu meng-install aplikasi pihak ketiga yakni CTRL+DJI untuk menjadi penghubung
antara Smartphone dengan drone dan aplikasi PIX4D.

Pilihan aplikasi lain yang dapat dipilih dengan fitur dan fungsi yang sama seperti Pix4D
dan umumnya juga banyak digunakan diantaranya ialah Drone Deploy, Litchi, atau
Drone Harmony yang ketiganya memiliki pilihan premium version (versi berbayar)
dalam penggunaannya.

Gambar 7. Aplikasi pemetaan Drone yang dapat diunduh pada IOS dan Android

16 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.1.4. Aplikasi Pemetaan Menggunakan Fixed Wing / VToL

Gambar 8. Contoh tampilan antarmuka software Mission Planner (©ardupilot.org)

Perangkat keras seperti laptop akan sangat dibutuhkan jika pemetaan yang dilakukan
menggunakan jenis WTA berupa Fixed Wing maupun VToL. Aplikasi/software yang
digunakan pada umumnya ialah Mission Planner. Cara kerjanya hampir sama dengan
aplikasi pemetaan pada Smartphone hanya saja tampilan atau interface dari softwarenya
yang berbeda.

2.2. Proses Pengolahan Data Lapangan


2.2.1. Google Earth Pro

Google  Earth Pro merupakan salah satu software


yang digunakan untuk pemetaan citra satelit
dengan resolusi hingga 15m per piksel,  google
earth pro dapat diunduh secara gratis sehingga bisa
dimanfaatkan oleh setiap orang untuk melihat data
umum bumi dari udara, daratan, maupun lautan.
Keunggulan lain dalam menggunakan Google
Earth Pro adalah dapat melakukan overlay data
raster ataupun vektor, sehingga dapat menampilkan Gambar 9. Icon Software
Google Earth Pro
informasi yang kita miliki dalam bentuk 2D

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
17
atau 3D ataupun ingin melihat informasi tambahan lain nya. Selain itu, kita dapat
membuat peta tersendiri, dengan fitur import data SIG, atau dengan format kml/kmz
dan kita bisa menambahkan fitur-fitur dari luar dan memasukannya kedalam Google
Earth Pro dengan format kml/kmz sehingga editing bisa dilakukan di dalam layer google
earth pro. (sumber: mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com)

Penggunaan Google Earth Pro dalam kegiatan pemetaan sawit swadaya sangat
membantu dalam menampilkan hasil pengambilan titik koordinat persil lahan yang
akan didaftarkan. Data yang diolah merupakan data lapangan hasil pengambilan
menggunakan GPS Handheld Receiver atau menggunakan aplikasi Smartphone seperti
GPS Essentials. Hasil pemetaan lapangan tersebut di import ke dalam Google Earth
Pro sehingga dapat dibuat dan diproses menjadi polygon persil pada layer Google
Earth Pro yang kemudian akan di-layout menjadi sebuah peta yang informatif dengan
menambahkan informasi-informasi yang dibutuhkan seperti judul peta, arah mata
angin, skala, legenda, dan sumber data peta.

2.2.2. Aplikasi Pengolahan Foto Udara


Hasil pemetaan menggunakan WTA/UAV baik itu jenis drone multirotor maupun
fixed wing/VToL, semuanya berupa kumpulan gambar/foto dari area yang dipetakan
yang sudah memiliki informasi koordinat/lokasi di dalamnya (Geo Tagging). Sehingga
kumpulan foto-foto ini harus digabungkan menjadi satu kesatuan supaya dapat
menampilkan informasi yang utuh. Proses penggabungan foto-foto ini memerlukan
software yang hanya bisa dioperasikan menggunakan laptop/PC. Beberapa aplikasi
yang umum digunakan ialah Pix4Dmapper dan Agisoft Metashape/Agisoft Photoscan
Pro. Kedua jenis software ini bersifat premium atau berbayar namun terdapat juga versi
demo/trial/free yang diberikan namun fitur-fitur yang diberikan terbatas dan tidak
selengkap versi premium. Namun ada juga software yang bersifat opensource dan
gratis yakni WebODM.

Gambar 10. Perbedaan tampilan logo Pix4Dmapper, Agisoft Metashape dan WebODM

18 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.2.3. Aplikasi Pengolahan Data Spasial
Hasil pemetaan menggunakan drone baik itu menggunakan GPS Handheld Receiver,
GPS Essentials (Smartphone), Drone Multirotor, maupun Fixed Wing/VToL dapat diolah
menjadi sebuah peta yang memiliki infromasi lengkap sesuai kebutuhan dapat diolah
menggunakan software SIG (Sistem Informasi Geospasial). Software yang tersedia seperti
QGIS Product (Free Version/Open Source) dan ArcGIS Product (Versi Berbayar). Kedua
software tersebut sangat bermanfaat dan lebih lengkap dalam proses pembuatan peta
jika dibandingkan dengan software seperti Google Earth Pro.

Gambar 11. Perbedaan tampilan logo ArcGIS dan QGIS


(sumber : https://gisgeography.com/qgis-arcgis-differences/).

Aplikasi QGIS dan ArcGIS memiliki keunggulannya masing-masing dalam pengunaannya


untuk pemrosesan hasil pemetaan di lapangan. QGIS memiliki keunggulan dalam segi
komunitas dan lisensi opensource-nya alias gratis digunakan sehingga memudahkan siapa
saja untuk bisa memanfaatkannya dan ingin belajar lebih jauh tentang pemetaan. Selain
itu, software ini memiliki tampilan yang lebih sederhana dengan ikon-ikon yang lebih
berwarna sehingga QGIS sangat cocok untuk pengguna pemula hingga intermediate.
Sedangkan software ArcGIS memiliki keunggulan pada bagian pemprosesan data dan
analisa serta editing data ke tingkat lebih lanjut. Selain itu, produk dan alatnya banyak
yang sudah disediakan oleh pihak ESRI sehingga menjadikan ArcGIS sangat kuat untuk
pengolahan data & cocok untuk pengguna intermediate hingga advanced.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
19
E. Metodologi
Kegiatan pendataan dan pemetaan adalah proses pengumpulan data dan informasi
pekebun sawit swadaya yang berada pada satu wilayah tertentu (Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi) yang dilaksanakan melalui berbagai tahapan kegiatan sebagai
berikut:

Gambar 12. Bagan Alur Pemetaan dan Pendataan

20 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
F. PROSES PENGAMBILAN
DATA DAN ANALISIS
HASIL
Proses pengambilan data dan analisis hasil secara umum dibagi kedalam 4 tahapan
besar yakni tahap persiapan, pendataan pekebun swadaya, pemetaan bidang lahan, dan
integrasi data. Tahapan-tahapan tersebut tidak bersifat mutlak dalam arti pemetaan dan
pendataan keduanya dapat dilakukan secara bersamaan (berjalan paralel), pemetaan
lahan terlebih dahulu lalu pendataan pekebun, atau sebaliknya yakni pendataan
pekebun terlebih dahulu dan selanjutnya pemetaan lahan.

1. Sosialisasi dan Persiapan


Sosialisasi dan pembekalan tim merupakan tahap awal dalam pendataan dan pemetaan
sawit swadaya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan tujuan kegiatan ke masyarakat
desa. Selain itu, juga melakukan pembentukan tim yang akan melaksanakan pendataan
di tingkat desa.

2. Pendataan Kebun Sawit Swadaya


Pendatan pekebun swadaya dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara yakni
dengan metode sensus dimana setiap pekebun yang secara definitif memiliki kebun
sawit kemudian di data sesuai form S-TDB yang selanjutnya akan dilakukan pemetaan
atau bisa dilakukan pemetaan terlebih dahulu lalu dilakukan pendataan terhadap
kepemilikan lahannya. Cara ini biasanya ketika pemetaan bersifat spesifik yakni hanya
melakukan pemetaan pada persil lahan saja sehingga data pekebun dan lahan dengan
mudah diidentifkasi secara definitif. Alat yang digunakan biasanya adalah drone
multirotor.

Cara kedua yakni dengan konsolidasi data dimana pemetaan dilakukan terlebih dahulu
menggunakan alat yang lebih luas cakupannya seperti Fixed Wing/VToL dan kemudian
hasil pemetaan akan dipaparkan dalam forum bersama pekebun untuk menunjukkan
lokasi dan batas kebun yang dimiliki. Setelah itu dilakukan pendataan untuk melengkapi
informasi yang dibutuhkan sesuai form S-TDB. Namun jika batas area pemetaan berbasis

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
21
desa, maka pendataan terhadap pekebun dalam satu wilayah administrasi dapat
dilakukan terlebih dahulu kemudian dilakukan pemetaan secara menyeluruh di semua
tutupan desa (tidak hanya sawit). Data yang dihasilkan juga menjadi lebih kompleks
dengan output yang lebih luas seperti kebijakan pembentukan RTGLD.

2.1. Keluaran dari Pendataan


Hasil dari pendataan berupa data tabular yang berisi mengenai informasi kepemilikan
kebun sawit swadaya. Data dan informasi yang didata terdiri dari:

• Data dan Informasi Utama


Data dan informasi yang wajib dikumpulkan terdiri dari informasi pemilik kebun seperti
nama, tempat/tanggal lahir, nomor KTP, alamat tempat tinggal, nama desa/kelurahan,
nama kecamatan, nama kabupaten, nama provinsi, jenis kelamin, status dalam rumah
tangga, umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan dan pekerjaan selain berkebun.
Selain itu juga ada informasi utama yang lain yakni informasi kebun seperti status
kepemilikan lahan (lengkap dengan nomor daftarnya), luas kebun yang dimiliki, luas
kebun yang sudah ditanami, produksi per hektare per tahun, asal benih, jumlah pohon,
pola tanam (monokultur atau campuran dengan jenis tanaman lain, sebutkan jenisnya),
jenis pupuk, mitra pengolahan, jenis tanah, tahun tanam dan usaha lain di kebun
tersebut.

• Data Tambahan/pendukung
Data dan informasi yang tidak wajib dikumpulkan, tapi bisa menjadi data pendukung,
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan data dan informasi yang diperlukan
oleh stakeholder terkait. Data dan informasi tersebut antara lain biaya produksi dalam
sebulan, kesulitan menjual hasil kebun, penentuan harga jual, masalah yang dihadapi
dan kebutuhan yang diperlukan, rencana peremajaan, hingga skema peremajaan yang
diinginkan.

2.2. Pembekalan Tim


Sebagai tindak lanjut sosialisasi, dilakukan pembekalan bagi tim pelaksana pendataan
(enumerator) serta pembuatan rencana kerja pendataan sesuai target yang diminta dan
waktu beserta tahapan dari pendataannya. Pada kegiatan merancang rencana kerja
tersebut, Tim Pendataan wajib mempertimbangkan masukan dari Pemerintah Desa
agar kegiatan yang dilakukan dapat diarahkan secara efektif, efisien dan akurat.

22 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.3. Pengisian Form Pendataan
Pengisian form pendataan bertujuan untuk pengumpulan data yang dibutuhkan
diantaranya informasi pemilik kebun, kebun (lahan dan tanaman perkebunan) dan
keterangan pendukung lainnya (Lampiran 1).

a) Pendataan menggunakan pendekatan sensus yang mendata semua perkebunan


rakyat tanpa membedakan lokasi dan status kebun (dalam satu wilayah administrasi
desa);
b) Pendataan bisa dilakukan melalui dua cara: (1) mengumpulkan semua Pekebun dan
membagi form pendataan untuk untuk diisi oleh pekebun dengan dipandu oleh
tim pendataan, atau (2) tim pendataan mengunjungi tempat tinggal Pekebun dan
melakukan wawancara langsung sesuai dengan form pendataan;
c) Pengisian form pendataan dilakukan perbidang lahan dengan melampirkan
dokumen identitas Pekebun (KTP dan KK) serta dokumen mengenai historis
kepemilikan lahan (SHM/Girik/SKT/SKGR/Tanah Ulayat/Adat/lainnya).

2.4. Rekapitulasi Data (Tabulasi Data)


Kegiatan ini bertujuan untuk merekapitulasi data perkebunan sawit swadaya di
tingkat desa yang telah dikumpulkan pada kegiatan sensus. Rekapitulasi dilakukan
oleh enumerator dengan membuat tabulasi data dalam format sheet (.xls) dari form
pendataan yang sudah diisi dan disusun sebagai baseline data tabular sawit swadaya.
Baseline data ini selanjutnya akan diintegrasikan ke dalam peta bidang lahan (kebun)
pada tahap deliniasi batas kebun.

3. Pemetaan Lahan Pekebun


Proses pengambilan data di lapangan dapat berupa titik koordinat dari setiap sudut
persil kebun dan atau foto udara yang menggambarkan secara langsung kondisi dan
bentuk lahan dari kebun yang akan didafaftarkan. Pengambilan data di lapangan
dapat dibagi menjadi 2 cara sesuai dengan alat yang digunakan. Cara pertama yakni
dengan menggunakan GPS Handheld Receiver / GPS Essentials (Smartphone) dan cara
kedua menggunakan WTA/UAV yang dapat berupa Rotary Wing (Drone Multirotor) atau
berupa Fixed Wing / VToL.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
23
3.1. Keluaran dari Pemetaan
Hasil dari pemetaan ini adalah peta dengan skala 1:10.000 dengan dilengkapi tampilan
polygon kepemilikan kebun sawit swadaya dari pemilik kebun yang akan didaftarkan
untuk proses perolehan S-TDB.

3.2. Pengumpulan dan Analisis Data Awal


Pada tahapan awal kegiatan pendataan dan pemetaan sawit swadaya, dilakukan
pengumpulan data dasar dan data pendukung yang diperlukan untuk mengetahui
situasi areal kerja dan meng-eliminir areal-areal non-prioritas. Data dasar terdiri atas:

a) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1: 5.000;


b) Dalam hal peta RBI skala 1: 5.000 belum tersedia, maka menggunakan citra tegak
resolusi tinggi (CTRT) atau orthofoto UAV/Drone dengan resolusi spasial paling
rendah 1,5 meter dan akurasi paling rendah (CE90) 4 meter;
c) Dalam hal peta RBI dan CTRT tidak tersedia, maka dapat digunakan foto udara hasil
pemotretan menggunakan UAV/Drone dengan resolusi spasial paling rendah 0,5
meter dan akurasi paling rendah 4 meter; dan
d) Dalam hal tersedia (1) peta RBI dan CSRT atau (2) Peta RBI dan orthofoto UAV maka
dapat digunakan data (1) atau (2).

Data pendukung yang bersifat kondisional (apabila tersedia) yang dimanfaatkan untuk
mendukung proses pemetaan kebun sawit swadaya. Terdiri dari :
a) Peta batas desa atau sketsa cakupan wilayah desa (dokumen yang menunjukan
indikasi awal garis batas desa);
b) Digital Elevation Model (DEM);
c) Peta dasar untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR);
d) Peta dasar pertanahan;
e) Peta blok dari Kantor Pajak Bumi dan Bangunan;
f ) Peta Izin Usaha Perkebunan (IUP);
g) Peta Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan;
h) Peta Izin Usaha Pertambangan;
i) Peta Penunjukan/Penetapan Kawasan Hutan;
j) Toponim yang diperoleh dari selain peta RBI;
k) Dan lain-lain.

24 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Adapun ketentuan umum untuk data yang digunakan dalam proses pemetaan kebun
sawit swadaya adalah sebagai berikut:
a) Seluruh data baik data dasar maupun data spasial pendukung disajikan dalam
format digital dan mempunyai referensi spasial nasional Indonesia (SRGI 2013);
b) Peta RBI yang digunakan mempunyai ketelitian geometrik horizontal minimal 0,5
mm x bilangan skala;
c) Apabila data spasial pendukung lainnya tersedia dalam fomat analog (cetak), maka
data tersebut harus diubah ke dalam format digital dengan melakukan pemindaian
dan dilakukan rektifikasi; dan
d) Seluruh data harus sudah diverifikasi oleh pihak atau institusi terkait yang berwenang.

Analisis data awal dilakukan dengan menggabungkan beberapa data awal dan
melakukan overlay data tersebut untuk mengeliminasi areal-areal yang terindikasi tidak
memiliki tutupan sawit (tutupan hutan, kawasan perairan, dan lainnya). Proses analisis
ini menghasilkan peta indikatif wilayah kerja pendataan dan pemetaan kebun sawit
swadaya. Peta indikatif ini kemudian digunakan untuk memperkirakan situasi, luas
wilayah, biaya, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemetaan dan
pendaatan sawit swadaya.

3.3. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah


Kegiatan ini dilakukan jika, pemetaan dan pendataan dilakukan oleh pihak non
pemerintah. Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan pemerintah daerah, dalam
hal ini pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten, terkait kegiatan pemetaan yang
akan dilakukan. Pemberitahuan kepada pemerintah daerah penting untuk melancarkan
kebutuhan administrasi jika dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pemetaan di
lapangan.

3.4. Survei Pra-pemetaan


Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan oriaentasi lapangan dan mengumpulkan
informasi terkait medan berupa jarak tempuh, kontur, tutupan lahan, dan batas kebun
yang akan dipetakan sehingga rencana pemetaan dapat lebih dimatangkan agar efektif
dan efisien.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
25
3.5. Proses Akuisisi Data Lapangan
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi situasi dan data spasial dari
suatu wilayah kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan GPS Handheld
Receiver maupun pemetaan udara menggunakan Wahana Tanpa Awak/UAV dengan di
dukung oleh citra satelit resolusi sangat tinggi yang telah tersedia.

4. Integrasi Data
Tahapan akhir dari proses pemetaan dan pendataan sebelum masuk kepada proses
pengajuan S-TDB adalah tahap integrasi data. Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan
dan mengintegrasikan isian dari formulir S-TDB dengan attribute table yang ada pada
peta persil lahan dalam format spasial. Sehingga persil lahan memiliki informasi yang
sama dengan hasil kuisioner S-TDB dan antara data pekebun dengan peta akan saling
terhubung. Peta persil lahan akan dilampirkan bersama berkas lain seperti berkas KTP
dan legalitas lahan untuk menjadi satu paket pengajuan S-TDB.

26 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
27
CERITA DARI TAPAK
Proses Pendataan Kepemilikan Sawit
swadaya dan Proses Integrasi Data
Sebelum melakukan kegiatan pendataan dilaksanakan, mitra di lapangan akan
membentuk tim enumerator pendataan yang berasal dari penduduk lokal sekitar
desa. Tim enumerator yang sudah terbentuk kemudian akan dilakukan pelatihan
pendataan kepemilikan kebun lahan menggunakan formulir S-TDB yang sudah
ditentukan, baik pengisian secara manual maupun menggunakan sistem aplikasi
yang telah dibangun oleh SPOS Indonesia bersama mitra yakni sawitrakyat.or.id
yang dapat terintegrasi dengan data peta nantinya secara nasional.

Proses pendataan kepemilikan kebun dengan menggunakan metode sensus


dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama yakni dilakukan dengan metode
pendataan secara langsung ke setiap pekebun. Sedangkan cara kedua yaitu
melalui pendataan partisipatif. Bagi pekebun sawit swadaya yang belum terdata
saat proses sensus pertama namun ia ingin lahannya didata dan dipetakan dapat

28 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
mendatangi unit layanan, posko, atau saat kegiatan konsolidasi data yang ada di
setiap desa yang diadakan oleh mitra bersama pemerintah desa setempat.

Proses deliniasi dilakukan dengan 2 proses yakni yang pertama penentuan kebun
sawit swadaya indikatif yang dilakukan oleh tim pemetaan atau staff GIS untuk
menentukan dan mengidentifikasi persebaran kebun sawit swadaya dengan
mengacu pada kriteria seperti luas dibawah 25 hektar, pola tanam yang tidak
seragam dan tersebar (tidak dalam satu hamparan luas). Keluaran data ini akan
menghasilkan luasan kebun sawit swadaya indikatif di wilayah tersebut.

Proses kedua yakni melakukan


deliniasi kebun sawit swadaya
sesuai dengan kepemilikan
kebunnya menggunakan peta
foto udara dan atau hasil peta
indikatif sawit swadaya pada
proses pertama yang berada di
wilayah tersebut. Pada proses ini
akan melibatkan para pekebun
sawit swadaya secara langsung
yakni dengan melakukan kegiatan konsolidasi bekerja sama dengan perangkat
desa. Bagi pekebun sawit swadaya yang tidak dapat mengikuti proses konsolidasi
data dan kebunnya belum dilakukan deliniasi bidang kebun sawit, maka proses
deliniasi dibantu dengan menggunakan validasi dari pemerintah desa dan
pekebun yang lain.

Setelah proses pendataan kepemilikan kebun dan pemetaan persil atau bidang
kebun sawit swadaya selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah integrasi data
tabular dan spasial, agar kedua data tersebut dapat menjadi satu kesatuan berkas
yang nantinya juga perlu dilengkapi dengan berkas pendukung sebagai lampiran
seperti fotocopy KTP, legalitas lahan, Kartu Keluarga, dan syarat lainnya.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
29
G. PROSES PEMETAAN LAHAN
1. Akuisisi Data dengan GPS Handheld Receiver
Metode pengambilan data persil lahan kebun menggunakan GPS Handheld Receiver
ini di adaptasi dari Buku Saku Pemetaan yang sudah disusun oleh Yayasan SIAR
Nusantara pada tahun tahun 2020. Pada pelaksanaan di lapangan, pengambilan data
dapat dilakukan dengan mengambil titik koordinat (waipoint) disetiap sudut lahan
kebun atau menggunakan sistem garis (track) dengan mengintari batas kebun hingga
membentuk garis/line yang kesinambungan. Kedua data tersebut nantinya akan diolah
untuk membentuk sebuah polygon yang memiliki nilai luas maupun koordinat lokasi.
(sumber : Buku Saku Pemetaan Yayasan SIAR Nusantara, 2020)

1.1. Fungsi Dasar Tombol GPS


Power Key
• Tekan dan tahan untuk menghidupkan
atau mematikan perangkat GPS.
• Tekan dan lepaskan untuk mengatur
kecerahan latar lampu.
IN/OUT Key
• Dari halaman peta, tekan untuk
memperbesar atau memperkecil
tampilan halaman peta
• Dari halaman lain, tekan ke atas atau
ke bawah untuk memilih daftar
Gambar 13. Fungsi Dasar GPS
Find Key
Tekan dan lepaskan untuk melihat Menu Key
dan menemukan tempat/fungsi Tekan untuk melihat menu dari masing-
yang ingin dicari (waipoint, dll.) masing halaman. Tekan dua kali untuk
masuk kembali ke halaman utama.
Mark Key Page Key
Tekan beberapa saat untuk menyimpan Tekan untuk menuju ke halaman
posisi yang sudah ditentukan untuk berikutnya dan ke halaman utama
dimasukkan ke dalam waipoint.

30 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Quit Key Rocker Key/Navigasi
Tekan dan lepaskan untuk membatalkan Berfungsi untuk memilih menu atau
atau kembali pada halaman sebelumnya. menggerakkan kursor pada halaman
yang dibuka/tampilan layar.
Enter Key
Tekan untuk memilih Menu/Sub
Menu dan untuk memasukkan data
(memasukkan koordinat ke waipoint).

1.2. Fitur dan Fungsi GPS Receiver


GPS Receiver menampilkan informasi ke pengguna dalam bentuk halaman (page).
Secara umum, tiap perangkat menampilkan 4 informasi pada layar tampilan halaman
yang terdiri dari Satelite Page, Compass Page, Map Page, dan Main Menu Page. Ketika ingin
berpindah halaman, maka perlu menekan tombol PAGE atau QUIT.

• Satelite Page
Pada halaman ini, terdapat status penerimaan gelombang
dari konstelasi satelit yang ada dan posisi absolute
berdasarkan banyaknya signal yang ditangkat olehe receiver
pada saat itu. Informasi yang ditampilkan halaman ini
umumnya ditampilkan dalam bentuk diagram batang dan
sky plot, posisi atau koordinat geografis (lintang dan bujur),
serta ketelitian koordinat. Saat digunakan, receiver perlu
menangkap banyak sinyal yang biasanya mudah didapatkan
pada tempat terbuka dan kondisi cuaca yang cukup cerah. Gambar 14. Tampilan
Satelit GPS

• Compass Page
Halaman ini menampilkan Kompas digital yang menunjukkan arah navigasi. Keterangan
di dalam Kompas digital diantaranya :

Speed: Kecepatan rata-rata pergerakan


ETA at Dest : Perkiraan waktu/jam kedatangan pada lokasi tujuan navigasi
Time to Next : Waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan
Dist to Next: Jarak yang diperlukan untuk mencapai tujuan
Pointer Penunjuk: Dilambangkan dengan mata anak panah

Gambar 15. Tampilan Kompas GPS

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
31
• Map Page
Halaman ini menampilkan peta dan informasi navigasi yang dapat disesuaikan. Pada
tampilan ini, terdapat beberapa fitur yang dapat digunakan, diantaranya :

» Tampilan di peta dapat melihat waipoint/titik


» Menampilkan hasil pengukurang track/jejak
» Mengukur jarak antara 2 titik peta
» Zoom IN/OUT untuk memperbesar/memperkecil
tampilan skala peta. dilakukan dengan menekan
tombol IN atau OUT, rentang perbesaran peta
umumnya adalah 0,2 mi hingga 200ft.
Gambar 16. Tampilan Peta GPS

• Main Menu Page/Menu Utama


Halaman ini berfungsi untuk mengatur parameter GPS receiver
seperti format posisi (sistem koordinat, datum, format), satuan
pengukuran, satuan kemiringan/sudut, satuan waktu, informasi
mengenai GPS, tinggi muka laut, waipoint, dan beberapa
program bantu seperti kalkulator, stopwatch, kalender, serta
games. Beberapa GPS receiver dengan tipe/produksi berbeda
dapat memiliki pilihan serta fitur yang berbeda juga.

Gambar 17. Tampilan


Menu Utama GPS

1.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan GPS Handheld


Receiver

• Pengambilan dengan Titik Koordinat / Waipoint


Penentuan posisi titik di lapangan dapat menggunakan patok, sudut bangunan,
jembatan, atau objek lain yang menjadi acuan sudut/batas dari lahan yang akan
dipetakan. Tahapannya sebagai berikut :
» Posisikan perangkat GPS ke titik objek yang akan diukur (kondisi lahan terbuka /
outdoor)

32 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
» Nyalakan perangkat GPS dan pastikan
perangkat menerima sinyal satelit
secara maksimal (minimal 8 satelit)
agar lebih akurat
» Catat atau rekam titik koordinat ke
penyimpanan dengan cara :
• Tekan tombol MARK (Sebagian
GPS menggunakan tombol ENTER Gambar 18. Cara Pengambilan Titik Koordinat
atau keduanya)
• Gunakan pilihan Average / rata-rata, hingga mendapatkan akurasi terbaik.
Kemudian tekan tombol ENTER setelah Accuracy terpenuhi (misalnya 2 meter)
• Catat keterangan atau ganti nama titik pada baris nama waipoint yang umunya
berupa 3 digit angka atau tulisan yang disesuaikan dengan keterangan titik
yang diakuisisi.
• Jika menggunakan angka harap disesuaikan antara titik koordinat di GPS dengan
urutan sudut objek yang dipetakan agar tidak tertukar dengan data yang lain)
» Tekan tombol ENTER/DONE untuk menyimpan
» Selanjutnya berjalan menuju titik sudut objek yang lain dan mengulangi perekaman
koordinat seperti sebelumnya

• Pengambilan dengan Garis (Tracking)


Objek yang dipetakan dapat berupa garis seperti jalan, batas
keliling kebun, sungai, keliling bangunan, dll. Pengukuran batas
kebun dengan metode tracking di lapangan dapat melalui
tahapan berikut :
» Tentukan titik awal lintasan yang akan diukur kemudian
nyalakan perangkat GPS receiver di titik tersebut
» Pastikan perangkat menerima satelit sebanyak mungkin
untuk hasil yang akurat (min. 8 satelit)
» Tekan tombol PAGE ke halaman utama. Kemudian pilih
TRACK, lalu tekan ENTER.
» Untuk penggunaan GPS receiver pertama kali, sebaiknya
sesuaikan beberapa parameter perekaman jejak seperti :
• Wrap When Full Gambar 19. Cara
Pengambilan Track/Jejak

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
33
• Record Method : Distance
• Interval : 0,01 km
• Lalu tekan QUIT untuk kembali ke pilihan sebelumnya
» Pilih opsi Record, Show on Map untuk mengaktifkan mode perekaman track/jejak.
» Kemudian kembali ke halaman peta dengan tombol QUIT dan perekaman jejak
dapat dimulai dengan menyusuri lintasan jalan/batas/keliling area hingga kembali
pada titik awal objek yang diukur (bentuk area berupa bangun datar)
» Setelah selesai maka set Track Log pada option menjadi OFF
» Pilih opsi Do Not Record untuk menghentikan perekaman jejak
» Track/jejak yang direkamn akan secara otomatis tersimpan dengan format
berdasarkan tanggal-bulan-tahun dan sesi waktu pengukuran (contoh 22-Mar-21
16:35:00)

1.4. Proses Penyimpanan dan Export Data

Proses mengunduh dan memindahkan data hasil pengukuran di lapangan dengan GPS
Handheld Receiver ke perangkat komputer (PC) atau laptop dilakukan dengan langkah :
» Gunakan kabel USB untuk menghubungkan GPS ke PC/Laptop yang sudah terinstall
Driver USB GPS
» Hubungkan GPS dengan PC/Laptop dan pastikan GPS Receiver dalam keadaan
menyala. Selain itu juga pastikan penyimpanan perangkat GPS terbaca pada sistem
di PC/Laptop
» Pada direktori Garmin GPSMAP, pilih folder Garmin GPX untuk menyalin (copy) atau
memindahkan seluruhnya (cut) titik hasil pengukuran di lapangan dengan metode
waipoint
» Data dengan metode
track/jejak tersimpan
pada direktori yang sama
dengan nama folder Track
dan terdapat keterangan
waktu atau dengan nama
yang telah disesuaikan
sebelumnya. Gambar 20. Proses Export Data GPS ke Perangkat Komputer

34 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 21. Lokasi Data
GPS pada Jendela Explorer
Perangkat Komputer

2. Akuisisi Data dengan GPS Essentials di Smartphone


Salah satu opsi pengganti GPS Handheld Receiver yang dapat digunakan untuk
pengambilan data pemetaan di lapangan dengan biaya yang relatife lebih murah dan
perangkat yang mudah ditemukan menurut Buku Saku Pemetaan yang sudah disusun
oleh Yayasan SIAR Nusantara pada tahun tahun 2020 ialah dengan penggunaan aplikasi
GPS Essentials yang dapat diunduh dan dimanfaatkan pada handphoe berbasis OS
Android.

2.1. Fitur dan Fungsi GPS Essentials


Salah satu opsi pengganti GPS Handheld Receiver yang
dapat digunakan untuk pengambilan data pemetaan
di lapangan dengan biaya yang relatife lebih murah dan
perangkat yang mudah ditemukan menurut Buku Saku
Pemetaan yang sudah disusun oleh Yayasan SIAR Nusantara
pada tahun tahun 2020 ialah dengan penggunaan aplikasi
GPS Essentials yang dapat diunduh dan dimanfaatkan
pada handphoe berbasis OS Android.

Selain informasi-informasi dasar sepertu akurasi, ketinggian,


dan posisi (X,Y,Z), aplikasi ini juga memiliki informasi Gambar 22. Tampilan
tambahan seperti kompas, kamera, petunjuk satelit, dan Menu GPS Essesntials
navigasi (jarak, waktu, dan kecepatan). Sehingga aplikasi ini juga dapat digunakan untuk
merekam sebuah titik lokasi (waipoints) atau merekam jejak (tracking).

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
35
• Layar Utama / Dashboard
Dashboard pada tampilan aplikasi akan menampilkan
informasi-informasi yang kita butuhkan sebagai
pengganti dari perangkat GPS Handheld Receiver
sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan pengguna. Beberapa informasi yang perlu
untuk ditampilkan antara lain :

» Accuracy: Berfungsi untuk menampilkan tingkat


akurasi pembacaan koordinat.
» Altitude: Berfungsi menunjukkan ketinggian tempat
dengan satuan Mdpl. Gambar 23. Tampilan Dashboard
» Bearing: Sudut yang dibentuk dari arah utara Aplikasi GPS Essentials
terhadap posisi pengguna (sudut Azimuth)
» Time : Menunjukkan waktu
» Date: Menunjukkan tanggal/bulan/tahun
» Latitude: Menampilkan koordinat bujur pada posisi pengguna
» Longitude: Menampilkan koordinat lintang dari pengguna.

• Satelit
Menu satelit digunakan untuk melihat dan memastikan
penerimaan satelit serta akurasi pembacaan kordinat
dari lokasi perangkat. Hal ini perlu dilakukan sebagai
langkah awal sebelum perangkat siap untuk digunakan
dalam proses pengambilan data di lapangan baik
menggunakan metode titik (waipoint) ataupun garis
(track). Semakin banyak penerimaan satelit maka tingkat
akurasi akan semakin baik.

Gambar 24. Tampilan Satelit


Aplikasi GPS Essentials

36 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.2. Pengaturan Awal GPS Essentials
Sebelum perangkat digunakan dalam kegiatan pemetaan di lapangan, maka hal perlu
dilakukan pertama kali adalah melakukan pengaturan/setting aplikasi agar sesuai
dengan keperluan dan standar yang telah ditentukan. Beberapa hal yang perlu dilakukan
pengaturan pada tampilan menu utama (pilih menu setting) diantaranya :

» GPS Update Interval : Menu ini digunakan untuk


memilih interval penentuan posisi oleh GPS, pada
sub menu pilih Fastest (tercepat) untuk meningkatkan
interval penerimaan sinyal satelit
» Tracking Update Interval : Menu ini digunakan untuk
memilih interval penentuan posisi yang akan disimpan
ke dalam track. Jika yang dipilih adalah interval yang
terkecil maka yang digunakan adalah interval pada
menu GPS Update Interval.
» Position Format : Format koordinat geografis dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Beberapa
format posisi yang umum digunakan ialah, derajat
dalam decimal (Decimal Degrees), derajat dalam Gambar 25. Tahapan Menu
menit detik (Degress, Minutes, Seconds), dan derajat Setting di GPS Essentials
dalam sistem UTM.
» Unit : Disesuaikan dengan satuan pengukuran Indonesia yakni kilometers dan meter (SI)
» Bearing : Pada menu ini pilih True North agar menampilkan arah utara yang
sebenarnya.
» Position Datum : Pilih World Geodetic System 1984
» Dan parameter atau fungsi-fungsi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dari
pengguna.

2.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan GPS Essentials


• Pengambilan dengan Titik Koordinat (Waipoint)
Pengambilan data menggunakan metode titik sudut lahan (waipoint) menggunakan
Menu Waipoints yang ada pada aplikasi. Sebelum mengambil titik koordinat pastikan
penerimaan satelit sudah maksimal agar data menjadi lebih akurat. Langkah-langkah
pengambilan titik koordinat adalah sebagai berikut :

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
37
» Pilih menu Waipoints pada aplikasi
» Pilih tanda (+) pada bagian pojok kanan bawah
» Pilih ikon yang akan digunakan, lalu tuliskan nama lokasi pada bagian “Add a Name”
dan tambahkan deskripsi yang dibutuhkan pada bagian “Add a Description”
» Lalu kemudian tekan “Create” dan titik lokasi akan tersimpan di dalam aplikasi

Gambar 26. Tahapan Pengambilan Titik Koordinat di Aplikasi GPS Essentials

• Pengambilan dengan Garis (Track)


Pengambilan data menggunakan metode garis (track) prinsipnya hampir sama dengan
pengambilan data menggunakan titik (waipoint) namun datanya lebih banyak karena
perekaman koordinat terjadi secara berkelanjutan dengan interval tertent sehingga
membentuk garis/track. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
» Pilih menu Track (Simbol menu umumnya berupa jejak kaki)
» Piluh tanda (+) pada bagian pojok kanan bawah
» Pilih menu Start untuk memulai perekaman dan perangkat bisa mulai dibawa untuk
menyusuri batas lahan yang akan didata hingga kembali pada titik awal (titik akhir)
sehingga membentuk satu bangun ruang/polygon persil lahan
» Setelah melakukan perekaman di titik, pilih menu Stop dengan menekan ikon
persegi sehingga informasi track yang dibuat akan ditampilkan secara otomatis.

38 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 27. Tahapan Pengambilan Track/Jejak di Aplikasi GPS Essentials

2.4. Proses Penyimpanan dan Export Data


Setelah pengambilan data di lapangan sudah selesai, maka selanjutnya adalah meng-
export data tersebut untuk kemudian diolah lebih lanjut. Langkah-langkah tersebut
adalah :
» Pilih menu dan data Waipoint dan atau Track yang akan di-export
» Pilih menu Option pada bagian pojok kanan atas
» Kemudian pilih Export
» Selanjutnya tentukan format waipoint atau track yang akan disimpan (KML, KMZ,
GPX 1.0, dan GPX 1.1).
» Sesuaikan format file dengan software pengolahan data yang akan digunakan.
• KML/KMZ ? Google Earth Pro
• GPX ? QGIS dan software sejenisnya
» Pastikan nama file dan lokasi penyimpanan mudah untuk ditemukan dan folder
tersimpan secara rapi agar tidak bercampur dengan berkas-berkas yang lain.

Gambar 28. Tahapan Export Hasil Pemetaan dari Aplikasi GPS Essentials

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
39
40 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
CERITA DARI TAPAK
Studi Kasus Pemetaan dengan menggunakan
GPS bersama Yayasan SETARA

Yayasan Setara Jambi adalah


Lembaga Non Pemerintah (NGO)
yang berkedudukan di Provinsi Jambi.
Pada awal terbentuknya, Yayasan Setara Jambi melakukan advokasi terhadap
konflik terunial baik horizontal maupun vertikal. Pada tahun 2013 Yayasan Setara
Jambi mulai bergeser dari kegiatan advokasi ke kegiatan yang bersifat asistensi
tepatnya pemberdayaan, yang didasarkan pada study bahwa juga meningkatnya
animo masyarakat untuk mengalihfungsikan tanaman pangan dan komoditas
karetnya menjadi kebun kelapa sawit. Umumnya,
petani swadaya memerlukan edukasi untuk tidak
terjebak pada orieantasi ekspansi kelapa sawit,
pentingnya membangun kesadaran dan kapasitas
petani swadaya untuk meningkatkan produktifitas
dan penguatan kelembangaan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan serta keberlanjutan.

Pendataan dan pemetaan kebun sawit swadaya


dinilai dangat penting bagi petani dan kelembagaan
petani yang menjadi dampingan Yayasan Setara
jambi. Karena dari data dan pemetaan tersebut
dapat digunakan untuk pemenuhan S-TDB dan
SPPL kebun sawit swadaya. Dimana S-TDB dan SPPL
adalah pengakuan legal dari pemerintah terkait
kebun sawit milik rakyat. Selain itu, hasil pemetaan
juga dapat di jadikan acuan pengukuran oleh
petugas ukur BPN bagi kebun rakyat yang belum
memiliki SHM.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
41
Proses pendataan dan pemetaan kebun sawit swadaya dilakukan dengan
menggunakan GPS Handheld Receiver. GPS dipilih karena sangat mobile dan
penggunaannya cukup mudah mengingat kebun rakyat rata-rata luas lahan per
persil kurang lebih 2 Ha/petani. Selain itu GPS juga dapat meminimalisir adanya
konflik antar petani, karena pengambilan data GPS berdasarkan titik batas kebun
petani. Dalam satu hari satu orang pengambil titik koordinat, mampu memetakan
10-12 persil kebun petani dengan luasan 20-25 Ha. Selain itu, dalam proses
pengambilan titik koordinat, petugas didampingi oleh enumerator/petani pemilik
kebun.

Kelebihan penggunaan GPS diantaranya mudah digunakan, sangat mudah dibawa


ke lapangan, pengambilan data berdasarkan koordinat titik kebun sehingga
meminimalisir konflik lahan antar petani, dan proses layout peta lebih mudah.
Sedangkan kekurangannya yakni, butuh tenaga ekstra karena harus tracking,
terlebih jika lahan berbukit, butuh waktu lama untuk luas lahan diatas 2 Ha, dan
tidak dapat mengambil titik koordinat apabila kebun petani terendam banjir.

3. Akuisisi Data dengan Rotary Wing (Drone Multirotor)


Metode pengambilan data (akuisisi data) lahan kebun menggunakan Drone pada
umumnya banyak dilakukan setelah pendataan menggunakan formulir S-TDB sudah
dilakukan. Sehingga, pemetaan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan daftar petani yang sudah didata. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan
data lahan kebun menggunakan drone, akan jauh lebih baik didampingi oleh pemilik
lahan yang hendak dipetakan sehingga batas kebun dapat ditentukan secara jelas.

Perangkat drone yang digunakan biasanya berasal dari jenis drone produksi pabrikan
seperti DJI Series atau Parrot Series. Pada modul ini, metode pemetaan lahan kebun
sawit akan menggunakan Drone dari DJI seperti Seri Mavic dan Seri Phantom 4. Kedua
seri ini merupakan seri yang paling banyak digunakan untuk kegiatan pemetaan area
skala kecil seperti pemetaan kebun/lahan perkebunan kelapa sawit.

42 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
3.1. Pengenalan Perangkat Drone
Pada setiap jenis drone terdapat beberapa perbedaan bentuk dan juga fungsi dari
setiap bagian yang ada. Namun ada beberapa bagian yang hampir selalu ada pada
setiap drone. Maka perlu sedikit pengenalan agara tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaannya. Beberapa bagian tersebut diantaranya (sumber: https://www.dji.com/
id/phantom-4-pro) :

1. Propeller : Biasa disebut dengan baling-baling yang biasanya berjumlah 2 (Two


Copter), 3 (Tricopter), 4 (Quadcopter), 6 (Hexacopter), 8 (Octacopter), dan seterusnya.
Baling-baling berguna untuk memberikan daya angkat pada drone, pengendali
arah, dan penyeimbang posisi drone.
2. Rotor : Mesin penggerak dari propeller yang jumlah dinamonya disesuaikan dengan
jenis drone.
3. Gimbal : Alat yang digunakan sebagai penyeimbang kamera dengan bentuk yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Gimbal berfungsi untuk menghindari goncangan
pada drone agar proses pengambilan gambur stabil dan tidak kabur.
4. Camera : Alat ini berguna untuk menangkap objek yang diamati baik dalam bentuk
gambar maupun video dengan fungsi dan bentuk yang disesuaikan pada jenis serta
tujuan penggunaan drone.
5. Landing Skid : Kaki drone yang digunakan untuk melakukan pendaratan dan
penerbangan. Bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis drone.
6. Power Button : Tombol on/off yang biasanya berada pada battery drone yang
terpasang. Untuk menghidupkan drone maka tombol ini harus ditekan ketika
battery sudah terpasang pada drone. Cara menghidupkan battery drone berbeda-
beda pada setiap drone.
7. Gimbal Lock : Alat ini digunakan untuk mengunci gimbal ketika drone tidak
digunakan agar tidak rusak ketika disimpan.
8. Remote Control : Alat ini digunakan untuk mengendalikan drone dari jarak jauh
dan biasanya objek akan ditampilkan secara visual dengan layar yang dapat berupa
Smartphone maupun layar yang sudah tersambung (include) secara permanen
pada remote. Bagian-bagian remote control yang biasa digunakan diantaranya :
a) Power Button : Tombol on/off yang berfungsi untuk menghidupkan remote
drone. Cara menghidupkan remote berbeda pada setiap jenis drone.
b) Stik Kiri : Stik yang terletak di sebelah kiri berguna untuk gerakan yaw dan

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
43
throttle. Gerakan yaw merupakan gerakan memutar drone searah jarum jam
dan berlawanan arah jarum jam sehingga memungkinkan gerakan melingkar
di udara. Sedangkan throttle merupakan gerakan drone untuk naik dan turun
sehingga mengatur ketinggian drone, landing, dan takeoff.
c) Stik Kanan : Stik yang terletak di sebelah kanan berguna untuk gerakan roll dan
pitch. Gerakan roll merupakan gerakan agar drone bergeser ke sisi samping
baik kanan maupun kiri. Sedangkan pitch adalah gerakan untuk drone agar bisa
bergerak maju dan mundur.
d) RTH Button : Tombol Return to Home ini berguna untuk menarik kembali drone
dengan ketinggian yang dapat ditentukan agar drone landing secara otomatis
pada homepoint yang sudah ditentukan ketika takeoff.
e) Photo Button : Tombol ini digunakan untuk memotret objek dalam bentuk
gambar/foto yang ditangkap oleh kamera drone
f ) Video Button : Tombol ini digunakan untuk merekam objek dalam bentuk video
yang ditangkap oleh kamera drone
g) Antena : Antena berguna untuk menerima sinyal dari drone dan dihubungkan
ke remote agar drone dapat dikendalikan sesuai kebutuhan
h) Mobile Device Holder : Bagian ini berfungsi untuk meletakkan layar baik berupa
Smartphone ataupun tablet yang menjadi alat untuk menampilkan secara visual
tangkapan camera drone serta mengatur aplikasi yang digunakan
i) Pengatur Kemiringan Gimbal : Kontrol ini berfungsi untuk mengatur kemiringan
kamera pada gimbal baik untuk menaikkan (till up) maupun menurunkan (till
down).
j) Pengatur Shutter : Kontrol ini berfungsi untuk mengatur tingkat kecerahan dan
kegelapan dari gambar/video objek sesuai kebutuhan dari penggunaan drone.
k) Port MicroSD dan Port USB : Port USB berfungsi untuk menghubungkan kabel
konektivitas antara remot drone dan unit/perangkat drone. Sedangkan port
MicroSD biasanya digunakan untuk mengunggah firmware terbaru ke dalam
sistem remot secara manual
l) Inteligent Flight Pause Button : Berfungsi untuk menghentikan sementara fungsi
dari fitur smart mode pada Drone, seperti Active Track, TapFly dan Inteligent
Flight Mode.
m) Indikator LED : Satu indikator LED paling kiri menunjukkan indikator sistem
remot drone dan empat indikator LED sebelahnya menujukkan kapasitas baterai
remot drone yang terisa.

44 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 29. Bagian-bagian Umum Perangkat Drone

Gambar 30. Bagian-bagian/Tombol Umum Remot Drone

3.2. Pengenalan dan Pengaturan Aplikasi/Software


Pengambilan data lahan menggunakan teknologi drone diperlukan beberapa aplikasi/
software yang bertujuan untuk mengatur berbagai pengaturan baik pada remote
control, misi penerbangan, hingga unit dronenya itu sendiri. Terdapat dua aplikasi
yang paling sering dan umum digunakan ketika melakukan pengambilan data lahan
menggunakan drone, diantaranya adalah aplikasi DJI Go dan Pix4D. Pada modul ini,
akan menggunakan 2 aplikasi tersebut dikarenakan keumuman dan bersifat free dalam
penggunaannya :

3.2.1. Aplikasi DJI Go

Aplikasi ini biasa digunakan untuk pengguna yang menggunakan produk drone dari
pabrikan DJI untuk melakukan kegiatan pemetaan. Beberapa seri/jenis drone yang
umum digunakan ialah jenis Phantom dan Mavic Pro. Aplikasi ini dibutuhkan untuk
mengatur beberapa pengaturan pada drone sebelum misi terbang dilakukan. DJI series

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
45
mengeluarkan beberapa versi aplikasi untuk mengoperasikan drone diantaranya DJI
GO untuk produk-produk sebelum adanya DJI Phantom 4 series, DJI GO 4 untuk produk-
produk setelah adanya Phantom 4 series, dan DJI Pilot untuk produk-produk khusus
Phantom 4 series, Mavic Pro series dan Matrice Series. Beberapa fitur pada aplikasi DJI
yang umumnya digunakan ialah :
Tabel 3. Fitur Dasar Aplikasi DJI Go, DJI Go 4, dan DJI Pilot

No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi


1 Home Page Membuka menu awal DJI dan keluar dari tampilan kamera
2 Drone Status Menampilkan status kelayakan terbang
drone dan indikasi pesan error
3 Flight Mode Memperlihatkan mode terbang yang
sedang digunakan/aktif
4 GPS Signal Menunjukan kekuatan sinyal GPS dan
jumlah satelit yang ditangkap drone
5 Obstacle Sensor Menunjukkan aktivitas sensor drone
Function
6 Remote Status Menunjukkan kekuatan sinyal antara remot dengan drone
7 Battery Level Indicator 1 Menunjukkan kapasitas baterai drone yang tersisa
8 General Setting Menampilkan pengaturan utama dari
drone dan remot control
9 Battery Level Indicator 2 Menunjukkan kapasitas baterai drone yang
tersisa sekaligus memberikan peringatan ketika
sudah mencapai batas minimal dan peringatan
batas terbang untuk RTH (Return to Home)
10 Camera Parameter Menunjukkan status pengaturan kamera yang
sedang digunakan seperti ISO, Shutter, WB, dan Ev
11 Video Quality Menunjukkan kualitas video yang direkam
and SD Info dan kapasitas maksimal yang dapat direkam
oleh Memori Card yang digunakan
12 Front and Back Menunjukkan jarak peringatan obstacle
Obstacle Warning yang ada di depan drone
13 Switch Photo and Video Berfungsi mengganti mode perekaman
drone dalam bentuk foto atau video

46 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
14 Gimbal Tilt Menujukkan posisi derajat kemiringan
dari gimbal pada drone
15 Start / Stop Record Berfungsi untuk memulai/stop perekaman video
atau berfungsi untuk tangkapan gambar/foto
16 Camera Setting Untuk masuk pada pengaturan kamera secara lengkap
17 Videos/Pictures Untuk melihat hasil foto atau video yang
Playback sudah direkam/ditangkap oleh kamera
18 Auto Takeoff and Berfungsi untuk menaikkan drone pada ketinggian
Landing (RTH) tertentu dan menurunkan drone secara otomatis
19 Intelligent Flight Mode Berfungsi untuk mengatur mode terbang drone
20 APAS Berfungsi untuk mengaktifkan fitur menghindari
obstacle secara otomatis ketika drone sedang terbang
21 Radar and • Panah Merah menunjukkan posisi
Compass Mode dan arah muka drone
• N menunjukkan arah utara dari posisi drone
22 Map Mode • H menunjukkan posisi takeoff
drone awal (Home Point)
• Garis drone menujukkan jejak/
track yang sudah dilalui drone
• Kunci berfungsi untuk mengganti
menjadi mode Kompas
• Penghapus berfungsi untuk menghapus
rute drone yang sudah dilalui
• Kaca Pembesar berfungsi untuk memperbesar
dan memperkecil tampilan map
• Tanda fokus berfungsi untuk menyembunyikan
dan menampilkan jendela map pada layar
23 Distance From You (D) Menunjukkan jarak drone dari titik home point
24 Horizontal Speed (H.S) Menujukkan kecepatan terbang drone
secara horizontal atau garis mendatar
25 Height (H) Menujukkan ketinggian drone saat terbang
26 Vertical Speed (V.S) Menujukkan kecepatan terbang drone secara
vertical atau atas ke bawah (sebaliknya)
27 VPS Altitude Menunjukkan jarak drone dengan tanah
dengan dan akan bermanfaat ketika drone tidak
dalam mode GPS (GPS tidak berfungsi)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
47
Gambar 31. Fitur Dasar Aplikasi DJI Go, DJI Go 4, dan DJI Pilot

Tabel 4. Fitur Mode Terbang Aplikasi DJI Go, DJI Go 4, dan DJI Pilot

Simbol Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi


A Normal Mode Mode penerbangan drone secara normal dan manual
B Quick Shot Mode untuk mengambil foto dan video secara
otomatis dengan berbagai versi perekaman seperti
Dronie, Rocket, Circle, Helix, Boomerang, dan Asteroid
C Active Track Mode agar drone mengikuti sebuah
ojek bergerak yang sudah dikunci
D Smart Capture Mode untuk mengendalikan drone dengan gestur
tangan terutama dalam mengambil foto dan video
E Tripod Mode yang digunakan ketika drone terbang
rendah setara ketinggian tripod dan berfokus
mengambil foto atau video dengan kecepatan
rendah dan fungsi yang lebih stabil
F Cinematic Mode Mode untuk mengaktifkan mode yang
menghasilkan video dengan kualitas setara
dengan video sinematik dimana hasil
perekaman akan lebih halus dan berkualitas
G Tap Fly Mode untuk mengendalikan drone secara
otomatis ke arah yang ditentukan dengan
cara mengetuk lokasi di layar remot

48 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Simbol Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi
H Point Of Interest (POI) Mode untuk merekam suatu objek dengan
cara mengintarinya dan menjadikan objek
tersebut sebagai titik pusat orbit
I Waipoint Mode menerbangkan drone dengan titik
koordinat GPS yang sudah ditentukan sehingga
drone bergerak ke arah titik secara otomatis
J Follow Me Mode penerbangan drone yang otomatis mengikuti
pergerakan dan perpindahan remot control
K Home Lock Mode untuk menentukan home
point relative dari drone
L Course Lock Mode penerbangan secara horizontal lurus
ke depan dan ke belakang meski muka
drone diputar ke arah yang berlainan

Gambar 32. Fitur Mode Terbang Aplikasi DJI Go, DJI Go 4, dan DJI Pilot

3.2.2. Aplikasi Pix4D


Salah satu aplikasi pemetaan yang biasa digunakan ialah Pix4D. Aplikasi ini merupakan
aplikasi pihak ketiga yang bersifat free namun memiliki fitur yang cukup lengkap dalam
menunjang kegiatan pemetaan lahan. Aplikasi ini tersedia pada Smartphone berbasis
IOS maupun Android. Beberapa fitur yang terdapat pada aplikasi ini diantaranya ialah :

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
49
• Plan Mission
A. Polygon : Misi penerbangan ini digunakan untuk pemetaan lahan secara 2 dimensi
(2D) namun batas dan bentuk misi serta batas dari jalur terbang dapat diubah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi lapangan
B. Grid : Misi penerbangan ini digunakan untuk pemetaan lahan secara 2 dimensi (2D)
namun bentuk dan batas dari jalur terbang hanya dapat berbentuk persegi atau
persegi panjang
C. Double Grid : Misi penerbangan ini digunakan untuk pemetaan secara 3 dimensi
(3D) dimana jalur terbang mengarah pada 4 arah sehingga setiap sisi dapat dipotret
secara jelas dan jumlah jalur terbang serta durasi misi menjadi 2 kali lipat. Selain
itu sudut camera tidak disarankan 90O melainkan memiliki sudut yang miring agar
setiap bagian pada bidang yang tegak bisa terekam dengan baik untuk diolah
menjadi objek 3D.
D. Circular : Misi penerbangan ini digunakan untuk pemetaan objek secara 3 dimensi
(3D) dengan jalur terbang yang mengintari objek 360O sebagai titik fokusnya. Misi
diatur dengan ketinggian dan sudut camera tertentu (tidak 90O) dan biasanya
digunakan untuk membuat model 3D dari sebuah bangunan atau monument dan
dikombinasikan dengan Double Grid Mission
E. Free Flight : Misi penerbangan ini digunakan untuk pilot drone yang sudah
berpengalaman dalam melakukan pemetaan karena tidak ada jalur terbang yang
menjadi acuan dan penerbangan drone dilakukan secara manual sesuai kebutuhan

Gambar 33. Plan Mission pada Aplikasi Pix4D

50 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Interface dan Fitur Aplikasi
Pada umumnya, terdapat perbedaan antara tampilan yang disediakan oleh aplikasi pada
sistem operasi IOS dengan Android. Namun jika dilihat secara fungsi dan fitur keduanya
memiliki kemiripan yang tidak jauh berbeda. Berikut fitur-fitur yang umumnya terdapat
di aplikasi PIX4D :
Tabel 5. Fitur Dasar Aplikasi Pix4D

No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi


1 General Setting Menu untuk masuk dalam pengaturan umum
aplikasi diantaranya jenis drone yang digunakan,
satuan units yang digunakan, street basemap,
satellite basemap, dan pengaturan lainnya.
2 Logout Berfungsi untuk keluar dari aplikasi
3 Plan New Mission Berisi daftar/pilihan mission plan yang akan digunakan
4 Tutorial/Help Menu untuk masuk dalam mode tutorial baik untuk
mengenal aplikasi, FAQ, penyelesaian masalah, hingga
mencoba berbagai jenis misi penerbangan drone
5 Project List Berisi daftar atau rencana project yang sudah disimpan
6 Back to Home Menu untuk kembali ke halaman utama
/ halaman mission plan
7 Base Map View Menampilkan proses perekaman gambar
dalam mode tampilan peta dan jalur terbang
ketika drone sedang menjalankan misi
8 Camera Ciew Menampilkan proses perekaman gambar langsung dari
tangkapan camera ketika drone sedang menjalankan misi
9 Drone Unit Menunjukkan jenis drone yang digunakan
10 Setting Mission Mengatur beberapa indicator misi penerbangan diantaranya :
a. Speed : Mengatur kecepatan terbang drone
b. Angle : Mengatur sudut kemiringan camera
c. Overlap : Mengatur persen tumpeng tindih
gambar yang dihasilkan dari misi dan jalur terbang
d. Face : Mengatur arah muka drone dalam
bergerak apakah ada di satu sisi atau di semua sisi
11 Signal Indicator Menunjukkan kekuatan sinyal koneksi antara
drone dengan remot dan aplikasi pix4d

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
51
No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi
12 Battery Indicator Menunjkkan indicator kapasitas baterai drone. Jika di-
tap maka akan muncul beberapa indicator lain :
a. Indikator kapasitas baterai remot drone
b. Jumlah sinyal satelit yang terhubung
dengan drone dan aplikasi
c. Jumlah kapasitas memori penyimpanan yang tersisa
d. Kecepatan drone saat menjalankan misi
e. Ketinggian drone saat menjalankan misi
f. Jarak drone dari titik home point
13 GSD Menunjukkan kualitas foto udara yang
dihasilkan (satuan pixel/cm)
14 Altitude Control Mengatur ketinggian drone ketika
melakukan misi penerbangan
15 GPS Button Untuk mengarahkan tampilan layar dan peta
menuju lokasi user dan drone berada
16 Focus Mission Untuk mengarahkan tampilan layar dan peta
menuju grid misi / jalur penerbangan
17 Base Map View Berfungsi untuk memilih tampilan base map pada layar.
Terdapat 2 pilihan yakni street map dan satellite map
18 Area and Duration Menunjukkan luas area terbang / area yang dipetakan
Mapping dengan perkiraan durasi terbang yang dibutuhkan
19 Reset Button Untuk mengatur kembali posisi area pemetaan
kembali ke tengah tampilan layar
20 Project Setting Berisi pengaturan untuk projrct yang akan,
sedang, dan sudah dilakukan. Diantaranya :
a. Membuka project
b. Menghapus project yang ada
c. Informasi project yang dijalankan
d. Menambah project baru
e. Mengunduh foto hasil project ke dalam perangkat
f. Mengunggah foto hasil project ke
penyimpanan berbasis cloud
g. Menunjukkan nama project yang sudah disimpan
h. Indikator konektivitas drone dan aplikasi
i. Menu untuk mengunggah KML dan
mengubah nama project
j. Menu kembali ke tampilan awal aplikasi
k. Preview tampilan project
l. Berfungsi untuk mengarahkan jalur
terbang ke tengah layar
m. Mengubah basemap menjadi citra satelit atau streetmap

52 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi
21 Start Mission Jika di tab akan muncul jendela indicator berupa rangkuman
misi terbang seperti luasan area, kecepatan, durasi misi
terbang dan konektivitas drone dengan aplikasi. Jika ada
error pada misi penerbangan akan ada tulisan informasi
berwarna merah. Jika tidak ada error, maka klik next.
22 Jalur Terbang Informasi bentuk, arah, ukuran, dan letak jalur
terbang yang sudah disetting dan dapat dipindahkan
maupun diubah ukurannya sesuai kebutuhan
23 Drone Position Posisi drone yang akan terbaca oleh sistem aplikasi. Jika
drone sudah terkoneksi, akan muncul indicator/tanda berupa
icon berbentuk drone yang berwarna merah dan hijau
24 Drone Take Off Berisi informasi yang harus dipastikan bahwa
Checklist semua indicator sudah aman dan sudah terpenuhi.
Beberapa indikatornya yang umum :
a. Connected to Drone : Koneksi antara
drone, remot dan aplikasi
b. Camera is Ready : Posisi dan status kamera sudah siap
c. Drone is Calibrated : Kompas dan
MUI drone sudah terkalibrasi
d. Homepoint Set : Posisi Home Point sudah terkunci
e. Mission Range : Jangkauan area misi
sesuai kemampuan drone
f. Mission Upload to Drone : Misi terbang sudah
tersimpan ke dalam sistem drone
g. Drone Storage : Kapasitas penyimpanan memenuhi
h. Drone GPS Satellite : Jumlah minimum satelit terpenuhi
i. Switch in P Position : Mode terbang drone GPS dan Normal
j. Cancel : Membatalkan Misi Terbang
k. Press and Hold : Tekan selama 3 detik untuk memulai misi

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
53
Gambar 34. Mission Plan pada Aplikasi Pix4D

35.Interface/Antarmuka Aplikasi Pix4D

Gambar 36. Pengaturan Kamera & Kecepatan Drone (kiri) | Indikator Terbang Drone (kanan)

54 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 37. Jendela Pengaturan Project Aplikasi Pix4D

Gambar 38. Indikator Kesiapan Drone dan Aplikasi Pix4D untuk menjalankan misi terbang

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
55
• Jenis Drone
Secara umum ada 2 jenis drone series yang hanya bisa terkoneksi dengan aplikasi PIX4D,
yakni Drone dari DJI Product dan Drone dari Parrot Produk. Jenis atau seri dari masing-
masing produk diantaranya :

Gambar 39. Daftar Produk Drone yang Terkoneksi dengan Aplikasi Pix4D

3.2.3. Aplikasi CRTL+DJI


Bagi pengguna android, aplikasi CTRL+DJI sangat dibutuhkan
untuk menghubungkan antara aplikasi Pix4D, Smartphone,
dan drone yang digunakan. Aplikasi ini hanya bekerja jika
drone yang digunakan adalah produk-produk drone dari DJI
dan dapat diunduh pada Play Store Android. Beberapa jenis
drone yang dapat digunakan untuk aplikasi ini diantaranya
seri Phantom 3 dan 4, seri Mavic Air dan Mavic Pro, seri Matrice, Gambar 40. Tampilan
Icon CTRL+DJI
seri Inspire, dan seri Spark. Saat melakukan pemetaan, aplikasi
CTRL+DJI menjadi aplikasi yang akan menjadi indicator konektivitas antara drone
dengan aplikasi Pix4D. Adapun fitur atau tampilan aplikasi pada Smartphone berbasis
android diantaranya :
Tabel 6. Fitur Dasar Aplikasi CTRL+DJI

No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi


Menunjukkan informasi koneksi antara
1 Drone Status
aplikasi ctrl+dji dengan drone
Menunjukkan informasi status misi penerbangan. Jika
2 Mission Status “NO” maka artinya drone sedang tidak melakukan misi. Jika
“YES” maka drone sedang melakukan misi penerbangan

56 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
No Nama Ikon / Simbol Keterangan / Fungsi
Menunjukkan informasi posisi drone dari koordinat latitude
3 Position Status
dan longitude serta informasi altitude/ketinggian drone
4 Orientation Status Menunjukkan orientasi arah dan gerakan drone drone
Menunjukkan informasi kecepatan drone dari 3 sumbu
5 Velocity Status yakni sumbu x (gerakan kiri-kanan), sumbu y (gerakan
atas-bawah), dan sumbu z (gerakan depan-belakang)
Menunjukkan informasi kapasitas baterai yang
6 Battery Status
tersisa dari perangkat drone yang digunakan
Jika semua status pada aplikasi CTRL+DJI sudah
terkoneksi dengan drone, maka menu ini jika di-
7 Open Pix4D Capture
klik akan langsung mengarahkan Smartphone ke
aplikasi Pix4D dan pemetaan bisa dilakukan

Gambar 41. Indikator Aplikasi CTRL+DJI jika belum terhubung (kiri) & sudah terhubung (kanan)
dengan perangkat Drone

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
57
3.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan Drone
Pengambilan data dengan drone dibagi menjadi 2 tahapan yakni yang pertama tahap
pra-pemetaan dan yang kedua adalah tahapan pembuatan pemetaan.

3.3.1. Tahapan Pra-pemetaan


Tahapan persiapan merupakan tahapan yang menjadi faktor penting dalam menilai
keberhasilan kegiatan pemetaan lahan. Hal ini dikarenakan pemetaan menggunakan
drone dalam proses pengambilan gambarnya berlangsung secara otomatis dan
tersistem sehingga perlu perencanaan dan persiapan yang matang sebelum misi
penerbangan dilakukan. Tahapan persiapan diantaranya :

a) Tahapan pertama yakni ini memastikan bahwa tim pemetaan sudah memiliki izin
dan sudah memberikan informasi kepada perangkat desa atau pemerintah daerah
setempat bahwa akan ada kegiatan pemetaan pada wilayah administrasi tersebut.
Karena ini akan berpengaruh pada wilayah udara terbang sehingga keamanan
menjadi unsur yang tidak bisa diabaikan.
b) Kedua, memastikan bahwa perangkat pemetaan telah disiapkan. Mulai dari drone
yang berfungsi normal, baterai drone yang sudah terisi penuh, dan Smartphone yang
sudah terpasang aplikasi pemetaan, hingga kesiapan anggota tim untuk melakukan
pemetaan di waktu yang telah ditentukan.
c) Ketiga, menentukan waktu untuk melakukan pemetaan. Pemetaan yang baik
dilakukan ketika terik matahari tidak terlalu panas dan tidak terlalu gelap. Yakni
pagi hari kisaran pukul 08.00 – 10.00 dan sore hari kisaran pukul 15.00 – 17.00
(menyesuaikan kondisi geografis masing-masing daerah). Hal ini akan berpengaruh
pada kualitas foto udara yang akan dihasilkan.

3.3.2. Tahapan Pemetaan


Proses pemetaan menggunakan drone akan berjalan otomatis mengikuti jalur terbang
yang sudah dipasang ke dalam drone melalui aplikasi pemetaan pada Smartphone.
Namun ada beberapa hal yang perlu dipastikan dan dilakukan sebelum drone
menjalankan misi terbang. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan
diantaranya :

58 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
a. Proses Persiapan Perangkat Pemetaan
» Pastikan drone sudah siap untuk melakukan misi terbang dan baterai drone
sudah terisi penuh dan sudah terpasang pada drone
» Pilih area home point drone pada area yang tidak jauh dari area yang akan
dipetakan sehingga kebutuhan konsumsi baterai yang tidak perlu dapat
dikurangi
» Drone diletakkan pada home point yang atasnya terbuka dan cukup untuk
drone melakukan take off secara aman
» Pastikan pengunci gimbal camera sudah dilepas dan propeller sudah terpasang
dengan benar dan kuat
» Hidupkan remot kontrol drone (setiap tipe/produk drone memiliki cara yang
berbeda-beda untuk menghidupkannya).
» Hidupkan perangkat drone (setiap tipe/produk drone memiliki cara yang
berbeda-beda untuk menghidupkannya)
» Hidupkan remot kontrol drone (setiap tipe/produk drone memiliki cara yang
berbeda-beda untuk menghidupkannya)

3.4. Proses pengaturan dasar drone


Jika drone baru pertama kali digunakan untuk kegiatan pemetaan, maka perlu
dilakukan pengaturan dasar pada drone agar hasil foto udara lebih maksimal. Namun
jika drone sudah pernah digunakan untuk kegiatan pemetaan, maka proses ini tidak
perlu dilakukan. Proses pengaturan dasar drone yakni dengan cara :

• Hubungkan perangkat drone melalui kabel USB yang sudah terpasang di remot
control dengan Smartphone
• Untuk Smartphone yang berbasis android, pada umumnya tidak dapat menjalankan
aplikasi DJI GO dengan CTRL+DJI dan Pix4D secara bersamaan sehingga apabila
muncul notifikasi pilihan koneksi ketika kabel
terhubung dengan Smartphone, pilih pilihan
“Just Once” pada aplikasi DJI GO agar tidak
mempengaruhi aplikasi CTRL+DJI dan Pix4D
nantinya.

Gambar 42. Pilihan Aplikasi


Saat Koneksi Kabel Remot dan
Smartphone Terhubung

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
59
• Selanjutnya, buka aplikasi DJI GO dan pastikan beberapa pengaturan dasar berikut :
a. Pastikan sudah memiliki akun DJI GO. Jika tidak bisa mendaftar terlebih dahulu
melalui menu SIGN UP.
b. Jika sudah login ke dalam akun, maka akan muncul
notifikasi GO FLY berwarna biru pada sudut kanan
bawah aplikasi yang menandakan bahwa aplikasi
dengan perangkat drone dan remot sudah terhubung.
c. Jika ada pemberitahuan untuk meng-update
firmware, pilihan untuk meng-update atau tidak ada Gambar 43. Pilihan
Database dan Frimeware
pada masing-masing pengguna. Disesuaikan dengan Update DJI GO
kebutuhan.
d. Setelah layar utama muncul, pastikan mode terbang drone ada pada mode
normal yakni dengan cara klik icon mode terbang drone / Intelligent Flight Mode
/ (Simbol 19 ? Gambar 31 dan Tabel 3) lalu pilih icon mode terbang normal
/ (Simbol A ? Gambar 32 dan Tebel 4)
e. Pastikan status Kompas, MUI dan status drone yang lain Normal. Untuk melihat
statusnya, pilih menu Drone Status / (Simbol 2 : Gambar 31
dan Tabel 3). Sedangkan ketinggian dan firmware disesuaikan kebutuhan di
lapangan.

Gambar 44. Pilihan Database dan Frimeware Update DJI GO

60 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
f. Selanjutnya adalah pengaturan camera dengan cara klik menu Camera Setting
pada jendela utama aplikasi / (Symbol 16 : Gambar 31 dan Tabel 3). Lalu atur
kamera menggunakan Mode Auto dengan pengaturan sesuai pada gambar
dibawah.

Gambar 45. Pilihan Database dan Frimeware Update DJI GO

g. Jika semua pengaturan dasar sudah dilakukan, tahap selanjutnya adalah


keluar dari aplikasi DJI GO dan cabut kembali kabel USB yang terhubung antara
Smartphone dengan remot control drone (cara ini agar memastikan koneksi
aplikasi dengan drone sudah terputus secara utuh)

3.5. Proses Pembuatan Misi Terbang


Tahapan pembuatan misi terbang dapat langsung dilakukan tanpa melalui tahapan
pengaturan dasar drone apabila pengaturan dasar tersebut sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Hal ini dikarenakan sistem drone sudah merekam pengaturan tersebut
meski perangkat drone dan remot sudah dimatikan dan disimpan dalam jangka waktu
tertentu. Tahapan pembuatan misi terbang dapat dilakukan dengan cara :

• Hubungkan Smartphone dengan remot drone yang sudah menyala menggunakan


kabel USB yang tersedia
• Ketika kabel sudah terhubung, biasanya pada
aplikasi di Smartphone berbasis android akan
muncul pemberitahuan pilihan koneksi aplikasi.
Jika pengaturan dasar sudah dilakukan, maka
pilih pilihan “Always” pada aplikasi CTRL+DJI
agar koneksi antara remot dan aplikasi CTRL+DJI Gambar 46. Pilihan Aplikasi
tidak terganggu dan terkoneksi secara maksimal Saat Koneksi Kabel Remot dan
Smartphone Terhubung

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
61
• Akan muncul jendela aplikasi CTRL+DJI dan pastikan semua indikator pada aplikasi
sudah terhubung antara aplikasi dengan perangkat drone
• Selanjutnya klik pilihan Open Pix4D Capture
• Setelah aplikasi Pix4D terbuka, pilih pilihan misi terbang yang akan digunakan.
Umumnya pemetaan lahan menggunakan tipe jalur terbang GRID MISSION. Hal
ini lebih menguntungkan dalam segi cakupan wilayah terbang dimana akan ada
buffer (batas area) diantara AOI (area yang dipetakan). Selain itu, pengaturan misi
terbang pada grid ini dapat dilakukan secara maksimal
• Namun jika sudah memiliki jalur terbang yang direncanakan sebelumnya atau ingin
mengulang jalur terbang yang sudah pernah dilakukan, dapat membuka menu
PROJECT LIST : Pilih Project List : OPEN atau + untuk menambah jalur terbang pada
daftar project yang sama (Simbol 5 : Tabel 5 dan Gambar 34 + symbol
20a/20d di Gambar 37)
• Selanjutnya, apabila jendela utama Pix4D sudah terbuka, tahapan berikutnya adalah
membuat jalur terbang sesuai dengan kebutuhan area yang akan dipetakan.
• Geser tampilan map menuju lokasi drone dengan cara klik menu GPS Button /
(Simbol 15 : Tabel 5 dan Gambar 35)
• Selanjutnya tempatkan jalur terbang mendekati lokasi drone atau dapat secara
otomatis menempatkan drone di titik tengah jalur terbang dengan klik menu Reset
Button / (Simbol 19 : Tabel 5 dan Gambar 35)
• Jika ingin mengubah ukuran jalur terbang dapat dilakukan dengan cara menarik
setiap batas dari jalur terbang sesuai kebutuhan. Jika pergeseran luas dilakukan,
maka indikator luas dan kebutuhan konsumsi baterai akan muncul pada tampilan
layar (Simbol 22 : Tabel 5 dan Gambar 35) pastikan AOI (Area of Interest) / objek yang
dipetakan berada di tengah jalur terbang dan jalur terbang memiliki batas area yang
tidak terlalu berdekatan dengan AOI agar mengurangi error batas hasil olahan foto
udara nantinya.

Gambar 47. Tanda Merah untuk Melakukan perubahan luas jalur terbang

62 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Jika ingin memutar arah jalur terbang atau titik mulai dan berhentinya jalur terbang
dapat langsung memutar jalur terbang pada symbol panah memutar di jalur
terbang.

Gambar 48. Tanda Merah untuk Mengubah titik mulai dan berhenti misi pada jalur terbang

• Tahapan berikutnya ialah mengatur ketinggian terbang drone pada bagian menu
altitude di tampilan layar (Simbol 13 dan 14 ? Gambar 35 dan Tabel 5) Semakin
tinggi drone terbang, maka jalur terbang akan semakin sedikit/lebar, konsumsi daya
baterai berkurang, dan nilai GSD akan semakin besar/lebar (ketelitian berkurang).
Namun jika ketinggian semakin rendah maka jalur terbang akan semakin banyak/
sempit, konsumsi baterai akan semakin tinggi, dan nilai GSD semakin kecil/
sempit (ketelitian meningkat). Ketinggian drone juga diatur dalam regulasi yang
terdapat di Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 37 Tahun 2020, yakni
maksimal berada di ketinggian 120 meter jika masuk dalam radius dan atau dekat
dengan jalur terbang bandara/pesawat udara. Umunya ketinggian 80-100 meter
sudah mampu menghasilkan hasil yang maksimal.

Gambar 49. Perbedaan nilai GSD dan jumlah jalur terbang dibeberapa ketinggian dengan luas
area yang sama

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
63
• Pengaturan selanjutnya yakni mengenai kecepatan terbang drone. Semakin cepat
drone terbang di jalur terbang maka konsumsi daya baterai akan semakin sedikit
namun memiliki resiko beberapa hasil foto hasil blur/tidak jelas. Sedangkan semakin
lambat drone terbang maka konsumsi daya baterai akan meningkat, namun akan
mengurangi hasil drone yang beresiko blur dan tidak maksimal. Pilihan terbaik
adalah pada pertengahan tingkat kecepatan. (Simbol 10a : Gambar 35 dan Tabel 5)
• Pengaturan angle/sudut kemiringan kamera dilakukan jika objek yang dipetakan
menggunakan mode terbang CIRCULAR MISSION dimana drone akan terbang
mengintari objek dan foto yang dihasilkan pada sudut kemiringan tertentu.
Sedangkan untuk objek yang DATAR (POLYGON dan GRID MISSION) seperti lahan
maka angle/sudut kamera secara vertikal menghadap ke bawah (90O menghadap
ke tanah). (Simbol 10b : Gambar 35 dan Tabel 5)
• Pengaturan overlap ialah pengaturan untuk mengatur intensitas tumpukan foto
yang dihasilkan baik antara foto di kana dan kiri jalur terbang maupun antara foto di
depan dan belakang jalur terbang. Semakin tinggi tingkat overlap maka hasil akan
semakin detail namun konsumsi daya baterai drone semakin tinggi. Sedangkan
semakin rendah nilai overlap maka hasil penggabungan akan berkurang tingkat
ketelitiannya dan konsumsi daya baterai saat terbang semakin sedikit. Di lain sisi,
tingkat overlap juga dapat ditentukan dari objek yang akan diambil. Jika objek
berupa tutupan yang homogen dan tidak beragam seperti tutupan pohon dan
perkebunan, maka overlap yang disarankan ialah 80-90%. Sedangkan jika tutupan
lebih heterogen seperti kawasan perumahan dan perkotaan tingkat overlap bisa
turun menjadi 70-80%. Overlap akan berpengaruh pada sistem penggabungan foto
di tahap olah data nantinya. (Simbol 10c : Gambar 35 dan Tabel 5)
• Pengaturan Face berfungsi untuk menentukan letak muka drone. Jika face berada
di center maka semua sisi drone dapat menjadi muka drone sehingga ketika
ada pergerakan antar jalur terbang, drone tidak perlu melakukan rotasi untuk
mengarahkan satu wajah ke arah depan. Sedangkan jika face berada di Forward
maka setiap pergerakan antar jalur terbang, drone akan berotasi menyesuaikan
wajah drone agar selalu di arah depan. (Simbol 10d ? Gambar 35 dan Tabel 5)

64 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 50. Pengaturan Kecepatan, Angle Camera, Overlap Gambar, dan Face Drone
• Pengaturan pada ketinggian drone, kecepatan drone, overlap jalur terbang,
face drone, angle camera, dan luas area jalur terbang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi perangkat pemetaan, dan kondisi di lapangan. Setiap kegiatan
pemetaan memiliki pengaturan dan ketentuan yang berbeda-beda (tidak ada
aturan baku).
• Jika semua pengaturan sudah selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah klik menu
start dan pastikan semua indikator sudah memiliki centang hijau agar kegiatan
pemetaan dapat berjalan dengan lancar.
• Jika semua indikator sudah dinilai aman dan sesuai, maka klik pada kotak PRESS
AND HOLD (3S) TO TAKE OFF selama 3 detik dan drone akan terbang mengikuti jalur
terbang yang sudah disiapkan

Gambar 51. Indikator kesiapan drone sebelum takeoff menjalankan misi terbang

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
65
Meski penerbangan drone pada jalur terbang yang sudah ditentukan berjalan otomatis,
pilot drone harus tetap fokus memperhatikan jalannya proses pemetaan. Pengawasan
terhadap drone dapat dilakukan dengan melihat tampilan layar pada Pix4D dimana pilot
dapat melihat pergerakan drone pada setiap jalur terbang dalam tampilan basemap
atau melihat setiap foto yang rekam oleh drone di setiap jalur terbang menggunakan
tampilan camera (FPV/First Person View)

Gambar 52. Tampilan layar ketika drone sedang menjalani misi terbang. Tampilan Roadmap
(atas) dan tampilan Camera View (bawah) IOS Interface [©support.pix4d.com]

66 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Jika misi penerbangan pada jalur terbang sudah selesai dilakukan, drone akan kembali
pada titik home point di awal untuk melakukan pendaratan secara otomatis. Selain
itu, ketika drone sudah menyentuh tanah, maka drone akan otomatis mematikan
mesin rotornya dan hasil foto udara akan tersimpan di memory card yang terpasang
di drone.
• Untuk pilihan upload data pada cloud yang muncul pada tampilan layar Pix4D
setelah misi penerbangan selesai, dapat dibatalkan atau tidak perlu dilakukan jika
memang tidak ingin mengupload hasil pemetaan ke dalam cloud.

Gambar 53. Tampilan layar ketika drone sedang sudah selesai menjalani misi terbang di IOS
Interface [©support.pix4d.com]

• Tahapan terakhir, apabila sudah tidak ada misi penerbangan di daerah atau AOI yang
berdekatan, perangkat drone dan remot control dapat dimatikan dan selanjutnya
pindah menuju ke lokasi pemetaan/AOI lahan yang lainnya.

3.6. Proses Penyimpanan dan Eksport Data


Hasil pemetaan menggunakan drone akan berupa kumpulan foto-foto dari area yang
dipetakan. Jumlah foto tergantung dari luas area, ketinggian, dan overlap yang sudah
ditentukan sehingga akan berbeda-beda pada setiap lahan. Setiap foto sudah memiliki
informasi geografis (Geo Tagging) sehingga lokasi pemetaan akan tersimpan dalam
setiap foto yang dihasilkan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
67
Proses pemindahan data hasil foto udara ke perangkat computer atau laptop dilakukan
dengan cara :
• Pastikan drone sudah dalam keadaan mati
• Lepaskan kartu memori (Memory Card) yang ada pada drone
• Kemudian masukkan memory card ke dalam laptop atau dapat menggunakan alat
card reader sebagai pembaca kartu memori
• Buka windows explorer dan cari folder dari kartu memori drone
• Buka folder DCIM dan di dalamnya akan terisi foto-foto udara hasil pemetaan
• Pisahkan setiap foto menjadi folder tersendiri berdasarkan lokasi pemetaan.
Perbedaan lokasi dapat juga dilihat dari jarak waktu pada masing-masing kelompok
foto udara.
• Lalu beri nama sesuai lokasi pemetaan dan simpan untuk diolah ke tahapan
selanjutnya.

Gambar 54. Pastikan Drone dalam keadaan mati dan cabut kartu MicroSD dari Drone

Gambar 55. Lokasi hasil foto udara pada MicroSD Drone (LocalDisk\DCIM\100MEDIA)

68 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
69
CERITA DARI TAPAK
Studi Kasus Pemetaan dengan menggunakan
Drone Quadcopter bersama ASRM Berau

ASRM atau Asosiasi Sawit swadaya Mandiri adalah lembaga


non-pemerintah yang berkedudukan di Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur. Tujuan berdirinya ASRM ialah
untuk menfasilitasi dan mendorong upaya peningkatan
perekonomian anggota sebagai pelaku usaha perkebunan
sawit swadaya serta sekaligus meningkatkan kapasitas
anggota dalam pengelolaan perkebunan sawit secara berkelanjutan. Salah satu
fasilitas asosiasi terhadap anggotanya adalah fasilitasi pengajuan S-TDB sehingga
program yang dilakukan berupa pendataan dan pemetaan sawit swadaya.

Kegiatan pemetaan atau pengambilan


data koordinat kebun petani/anggota
ASRM menggunakan perangkat
UAV berupa Drone Multirotor seperti
DJI Mavic Series atau DJI Phantom
Series. Penggunakaan drone jenis
tersebut lebih cocok karena lokasi
kebun anggota ASRM tidak dalam
satu hamparan dan tersebar dengan
spot-spot kecil. Sehingga perangkat
ini lebih cepat dan efesian daripada menggunakan GPS yang memerlukan waktu
pengambilan koordinat lebih lama. Selain itu, dengan kondisi lokasi kebun yang
tersebar dan tujuan yang hanya mengutamakan pemetaan lahan kebun sawit,
penggunaan UAV model fixed wing dirasa tidak efisien baik dari segi portabilitas
alat hingga kurangnya sumberdaya yang mampu mengoperasikan UAV jenis ini.

Meski efisien dalam penggunaan di kondisi lahan yang tersebar dalam spot-spot

70 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
kecil, perangkat UAV berupa Drone
Multirotor juga memiliki beberapa
kekurangan seperti kapasitas
baterai yang tidak melebihi 30
menit dalam sekali terbang, kurang
stabil pada kondisi angin yang kuat,
dan daya jangkau yang terbatas
sehingga perencanaan sebelum
penerbangan sangat diperlukan
dan dipersiapkan secara matang.

Dalam sehari kegiatan pemetaan, ASRM menggunakan 3 baterai drone dan


mampu mendapatkan 10 sampai dengan 20 bidang lahan dengan luasan rata-
tata 2 hektar/bidang, Hal ini tidak menutup kemungkinan bisa lebih luas lagi apa
bila kondisi bidang lahan antara yang satu dengan yang lain saling berdekatan.

Meski efisien dalam penggunaan di kondisi lahan yang tersebar dalam spot-spot
kecil, perangkat UAV berupa Drone Multirotor juga memiliki beberapa kekurangan
seperti kapasitas baterai yang tidak melebihi 30 menit dalam sekali terbang, kurang
stabil pada kondisi angin yang kuat, dan daya jangkau yang terbatas sehingga
perencanaan sebelum penerbangan sangat diperlukan dan dipersiapkan secara
matang.

Dalam sehari kegiatan pemetaan, ASRM menggunakan 3 baterai drone dan


mampu mendapatkan 10 sampai dengan 20 bidang lahan dengan luasan rata-
tata 2 hektar/bidang, Hal ini tidak menutup kemungkinan bisa lebih luas lagi apa
bila kondisi bidang lahan antara yang satu dengan yang lain saling berdekatan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
71
4. Akuisisi Data dengan Fixed wing / VToL
Foto udara merupakan suatu data yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam
melakukan pemantauan dan penyusunan rencana terhadap suatu lokasi. Foto
udara dapat dijadikan dasar dalam mengambil berbagai keputusan, terutama dalam
perencanaan karena memiliki akurasi dan resolusi yang tinggi.

Akuisisi data foto udara dapat diperoleh dengan pemanfaatan pesawat udara tanpa
awak atau yang lazim disebut dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV), baik dalam
bentuk multirotor maupun fixed wing. Sistim akuisisi data dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem yang berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data,
hingga memprosesnya untuk menghasilkan data yang dikehendaki.

Modul ini akan menguraikan tentang metode dan hal lainnya yang terkait dengan
akuisisi data menggunakan UAV, baik itu fixed wing maupun Pesawat VToL. Fixed wing
merupakan pesawat udara dengan penggerak motor dengan system Take off yang
membutuhkan landasan pacu, dengan memanfaatkan prinsip aerodinamika untuk
terbang. Sedangkan pesawat VtoL adalah pesawat udara dengan sistem take off vertikal
dan tidak membutuhkan landasan pacu.

4.1. Pengenalan Perangkat UAV


UAV merupakan perpaduan antara hardware dan software untuk dapat menjalankan
sistem operasinya. Perpaduan komponen tersebut yang menjadikan UAV dapat terbang
dengan atau tanpa pilot (autonomus), menggunakan prinsip aerodinamika yang dapat
menghasilkan daya angkat, dioperasikan dengan sistem autonomous atau dengan
menggunakan radio kontrol. Berdasarkan jenis sayap, UAV terbagi ke dalam 2 (dua)
bagian yaitu,

a. Fixed wing
Pesawat model fixed wing adalah pesawat yang memiliki bentuk sayap tetap atau
tidak bergerak. Pesawat mendapatkan thrust (daya angkat) dari gaya dorong motor
yang menerpa bagian sayap yang memiliki bentuk airfoil tertentu dari depan sampai
belakang sehingga menghasilkan gaya angkat.

72 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
b. Rotary Wing
Pesawat model rotary wing menghasilkan gaya angkat dari baling-baling yang berputar
dan pergerakan pesawat diatur melalui perubahan sudut serang posisi baling-baling.

Modul ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat yang dibutuhkan untuk


melakukan akusisi data dengan menggunakan fixed wing atau pesawat VToL. Secara
umum perangkat untuk menjalankan system pesawat pemetaan ini terdiri atas hardware
dan software, sebagaimana diuraikan di bawah ini.

4.1.1. Perangkat Hardware


a. Motor Brushles DC
Pada dasarnya motor brushless DC bekerja dengan menggunakan prinsip gaya tarik
antara dua magnet yang berlainan kutub atau gaya tolak antara dua magnet dengan
kutub yang sama. Rotor pada motor BLDC tersusun dari magnet permanen sehingga
kutubnya tetap sedangkan stator terbuat dari belitan sehingga kutub magnet tersebut
dapat berubah tergantung polaritas arus belitan stator yang diberikan.

Gambar 56. Motor Brushles DC

Motor Brushles dalam pemetaan biasanya menggunakan motor dengan ukuran yang
besar dengan nilai KV yang rendah dengan memperhitungkan payload yang akan
dibawa oleh pesawat tersebut pada saat pemetaan. Demikian juga motor ini akan
menyesuaikan dengan voltase baterai yang akan digunakan. Sebagai contoh, motor
dengan 2820 1050KV menunjukkan ukuran motor dengan diameter 28 mm dan tinggi
20 mm, dengan putaran motor 1050 Rpm/Volt yang mampu beroperasi pada 10,5 - 16,8
Volt.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
73
b. Electric Speed Controller (ESC)
Electronic Speed Controller (ESC) merupakan salah satu komponen yang digunakan pada
drone yang berfungsi untuk mengatur kecepatan motor brushed atau brushless. Selain
mengatur kecepatan motor ESC juga berfungsi sebagai penyuplai daya bagi motor. ESC
dapat dikatakan juga sebagai Drive motor dengan mengeluarkan pulsa untuk brushless
motor yang berasal dari mikrokontroler.

Gambar 57. Elecktrik Speed Controller

ESC yang digunakan untuk pesawat pemetaan sangat bergantung kepada spesifikasi
motor dan power Batterai yang digunakan. Motor dengan nilai Rpm/Volt yang rendah
dengan suplay power yang tinggi membutuhkan ESC dengan kuat Arus pada rentang
30-40A.

c. Flight Controller
Flight Controller atau sering juga disebut FC merupakan mikrokontroller yang digunakan
untuk mengatur atau mengontrol sebuah drone. Flight Controller biasanya dilengkapi
oleh beberapa sensor seperti Accelerometer, Kompas, Gyroscope, dan lain-lain sehingga
drone dapat terbang dengan stabil dan dapat dioperasikan secara autonomous. Untuk
kebutuhkan pemetaan dengan menggunakan fixed wing atau pesawat VTOL, biasanya
FC yang digunakan dari merek Holybro Pixhawk, Radiolink dan lain sebagainya.

74 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 58. Holibro Pixhawk 4 Flight Controller dan bagian-bagiannya
(Sumber: https://github.com/ArduPilot/ardupilot/blob/master/libraries/AP_HAL_ChibiOS/hwdef/Pixhawk4/README.md)

d. Global Postioning System (GPS)


GPS yang dipasang pada pesawat adalah jenis GPS Receiver yang akan mengirimkan
informasi lokasi posisi pesawat udara itu sendiri. Untuk meningkatkan presisi pembacara
lokasi dan pergerakan pesawat maka sebaiknya GPS yang digunakan adalah jenis GPS
yang sudah built ini dengan kompas

Gambar 59. Modul GPS HolyBro Pixhawk 4 M8N dengan Kompas

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
75
e. SiK Telemetry Radio

Gambar 60. Komponen dan bagian SiK Telemetry Radio.


(Sumber: https://ardupilot.org/copter/_images/3dr_radio_v2.jpg)

SiK Telemetry Radio terdiri dari 2 Modul, yaitu Ground Module dan Air Module. SiK
Telemetry Radio berfungsi untuk mengirimkan dan menerima informasi dari FC yang
ada di pesawat udara. Air Modul akan mengirimkan informasi dari FC dan diterima oleh
Ground Module dan akan ditampilkan pada Mission planer sebagai Ground Station.

f. Servo
Servo pada pesawat digunakan untuk menggerakan bidang kendali pada drone untuk
mengendalikan gerakan dari drone. Di dalam motor servo terdapat beberapa gear yang
ketika mendapat aliran listrik servo dapat bergerak memutar. Terdapat 2 jenis servo
yang biasa digunakan yaitu servo digital dan servo analog. Untuk pesawat pemetaan
digunakan servo digitial untuk memastikan tingkat presisi dari pergerakan pesawat
yang tinggi.

g. USB Shutter Kamera (Seagull)


Untuk menghubungkan perintah shutter atau perintah foto otomatis dari FC ke Kamera
maka dibutuhkan perangkat yang disebut USB Shutter Kamera. Dalam indsustri UAV
saat ini salah satu produk dengan kualitas yang baik dan banyak digunakan adalah
seagull Map 2. Perangkat ini dipasang pada FC dan Kamera. Sehingga kamera akan
secara otomatis melakukan pengambilan gambar sesuai perintah FC.

Gambar 61. Seagul Map 2


(sumber : https://www.seagulluav.com/product/seagull-map2/)

76 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
h. Battery
Baterai berfungsi sebagai sumber daya bagi komponen – komponen drone yang
membutuhkan daya seperti flight controller, motor BLDC, motor servo, dan electronic
speed controller. Jenis baterai yang digunakan pada pesawat pemetaan ini adalah
baterai liIon, dan jumlah sel yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan drone semakin
banyak jumlah cell baterai, maka power dan voltase yang dihasilkan akan semakin besar.

i. Radio Controller dan Radio Receiver


Teknologi Pengendali (Remote Control) adalah sebuah alat elektronik yang digunakan
untuk mengoperasikan sebuah mesin dari jarak jauh. Remote control terdiri dari Tx
dan Rx (transmitter dan receiver) yang merupakan pengirim data dan penerima data,
data yang dikirim adalah data PPM (Pulse Position Modulation) atau PCM ( Pulse Code
Modulation). Dengan frekuensi 27, 35, 72 dan 2,4 GHz.

Gambar 62. Radio Transmitter


(Sumber: https://oscarliang.com/ctt/uploads/2017/01/Frsky-Taranis-Q-X7-TX-radio-transmitter-11-1024x682.jpg)

Pada kegiatan pemetaan ini, remote kontrol atau radio transmitter yang digunakan
adalah Frsky Taranis QX7. Beberapa jenis transmitter digunakan berdasarkan dari
frekuensi yang dipakai, jumlah chanel (titik yang biasa dikontrol) minimum untuk
pesawat model adalah 3 channel dan fasilitas penyimpan data digital. Radio transmitter
mengirimkan sinyal-sinyal sesuai dengan posisi dari tiap kanal. Bentuk sinyal yang
dikirim tidak ada aturan baku yang mengatur sehingga perusahaan pembuat dapat
membuat sinyal kirim sesuai dengan keinginan. Keluaran radio receiver dapat langsung
digunakan untuk mengendalikan servo dan ESC karena sinyal radio receiver merupakan
sinyal standar dalam dunia RC.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
77
Gambar 63. Modul dan Receiver untuk radio transmitter

j. Baling-Baling (Propeller)
Baling-baling (propeller) adalah salah satu bagian mesin yang berfungsi sebagai alat
penggerak mekanik, misalnya pada pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain. Baling-
baling (propeller) ini memindahkan tenaga dengan cara mengubah gaya putar dari
baling-baling (propeller) menjadi daya dorong untuk menggerakan badan kapal dengan
perantara massa air (kapal laut), masa udara (pesawat terbang), dengan memutar bilah-
bilang pada poros.

4.2. Pengenalan dan Pengaturan Software


Pesawat pada dasarnya membutuhkan beberapa komponen hardware yang kemudian
diisi dengan komponen software agar bisa berjalan, baik secara manual maupun
dengan system autonomous. Untuk menjalankan system pesawat udara untuk kegiatan
pemetaan ataupun untuk kebutuhan yang lainnya, maka ada beberapa langkah yang
harus dilakukan seperti:
a. Memilih Ground Control System yang akan digunakan
b. Memilih aplikasi autopilot yang akan digunakan

4.2.1. Memilih Ground Control System (GCS)


Ground Control System (GSC) adalah aplikasi perangkat lunak, yang dijalankan pada
system komputer, yang berkomunikasi dengan UAV melalui radio telemetry. GCS
ini berfungsi untuk menampilkan data real-time pada kinerja dan posisi UAV dan
dapat berfungsi sebagai “kokpit virtual”, menunjukkan instrumen yang sama dengan
menerbangkan pesawat yang sebenarnya. GCS juga dapat digunakan untuk mengontrol
UAV dalam penerbangan, mengunggah perintah misi baru, dan mengatur parameter.
Terdapat beberapa aplikasi yang dapat digunakan sebagai GCS, misalnya:

78 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Mission Planner
• APM Planner, yang diklaim sebagai apliasi GCS yang paling sesuai dengan perangkat
IOS dan linux.
• MAVProxy sebagai aplikasi open source khusus untuk system operasi Linux.
• Qground Control, aplikasi GCS yang mendukung semua jenis system operasi
komputer dan dapat dijalankan melalui ponsel dengan system operasi iOS dan
Android.

Selain aplikasi diatas, masih banyak aplikasi lainnya yang dapat digunakan. Namun, pada
dasarnya pemilihan aplikasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuainnya
dengan perangkat hardware yang dimiliki. Modul ini akan lebih banyak menguraikan
tentang penggunaan Mission Planner sebagai salah satu aplikasi GCS yang digunakan
dalam kegiatan pemeetaan yang dilakukan.

Mission Planner
Aplikasi Mission Planner, di buat oleh Michael Oborne. Aplikasi ini merupakan aplikasi
open source yang tidak berbayar dan banyak digunakan dalam pesawat, baik untuk
pemetaan maupun yang lainnya. Berikut adalah beberapa fiturnya:
• Point, waipoint/Fence/Rally way point, menggunakan Google Maps/Bing/Open
Street Maps/custom WMS.
• Pilih perintah misi dari menu drop-down
• Unduh file log misi dan analisisnya.
• Melakukan pengaturan autopilot untuk perangkat pesawat UAV

Gambar 64. Tampilan interface pada aplikasi Misson Planner


(Sumber: https://ardupilot.org/plane/docs/common-choosing-a-ground-station.html)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
79
4.2.2. Memilih Aplikasi Autopilot
Pemilihan jenis aplikasi autopilot atau flight controller yang digunakan setidaknya harus
mempertimbangkan beberapa hal, seperti:
• Redundansi Sensor: ArduPilot mendukung IMUS, GPS, dll.
• Jumlah Output Servo/Motor
• Jumlah UART: Radio telemetri, GPS, yang dapat dipasang melalui port UART
• Bus Eksternal: I2C, CAN, dll. memungkinkan banyak jenis perangkat, seperti sensor
kecepatan udara, pengontrol LED, dan lainnya yang dapat disambungkan ke
autopilot.
• Jumlah I/O Analog: Beberapa pengontrol memiliki I/O analog yang tersedia untuk
fitur seperti memasukkan kekuatan sinyal penerima (RSSI) atau tegangan/arus
baterai atau sensor analog lainnya.
• Fitur Terintegrasi: Seperti OSD (On Screen Display), sensor pemantauan baterai yang
terintegrasi
• Biaya yang tersedia.

Pada modul ini, akan menguraikan tentang Pixhawk sebagai salah satu aplikasi dan
flight controller yang digunakan.

4.2.3. Pengaturan Software


Insalasi Firmware
Setelah melakukan penginstalan GCS dengan aplikasi Mission Planner, maka langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan penginstalan aplikasi pada flight controller (FC).
Instalasi firmware dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
• Hubungkan FC ke komputer dengan USB. Biasanya komputer akan membaca
otomatis Port dari USB yang terhubung dengan FC.

Gambar 65. Pembacaan Port USB pada aplikasi Mission Planner

80 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Melakukan instalasi firmware sesuai dengan kebutuhan, untuk pesawat maka di
pilih “arduplane”.

Gambar 66. Proses Install firmware pada FC

Proses instalasi akan berjalan dalam beberapa waktu tertentu dan jika proses selesai
maka akan muncul notifikasi “Upload Done” yang menunjukan bahwa aplikasi telah
selesai di instal pada perangkat FC.

Menghubungkan Mission Planner dengan Flight Controller (FC)


Langkah selanjutnya setelah proses intalasi firmware selesai adalah menghubungkan
Mission Planner dengan FC. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan perangkat SiK
Telemetry Radio. Mission Planner yang di pasang pada perangkat komputer berfungsi
sebagai Ground Control System (GCS) atau Ground Station yang akan menampilkan
seluruh informasi telemetry dari FC.

Langkah-langkah dalam melakukan perakitan perangkat SiK Telemetry Radio:


• Memasang Air Module pada FC. Pemasangan Air Module dilakukan melalui pin
Telemetry pada FC.

Gambar 67. Pemasangan Air Modul pada FC.


(Sumber: https://ardupilot.org/copter/_images/Telemetry_3DR_Radio_Pixhawk.jpg)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
81
• Memasang Ground Module pada perangkat komputer. Ground modul dihubungkan
dengan menggunakan kabel Micro USB pada perangkat komputer. Sebelum dapat
digunakan, driver harus terinstal terlebih dahulu. Biasanya driver tersebut terhubung
secara otomatis dan dapat di cek kembali “USB Serial Port” pada Windows Device
Manager di bagian Ports (COM & LPT).

Gambar 68. Menghubungkan SiK Radio ke perangkat Komputer


(Sumber: https://ardupilot.org/plane/_images/new-radio-laptop.jpg)

Gambar 69. Menghubungkan SiK Telemetry Radio dengan Mission Planner


(Sumber: https://ardupilot.org/copter/_images/Telemetry_3drRadio_DeviceManagerAndMP.jpg)

Berikut langkah-langkah untuk menghubungkan Mission Planner dengan SiK Radio:


• Pilih “New Com Port” kemudian atur baud rate ke 57600 atau AUTO untuk mendeteksi
perangkat secara otomatis.
• Tekan bagian “CONNECT” dan jika telah terhubung maka tampilan pada Mission
Planner akan menampilkan informasi telemetry pada perangkat komputer dan logo
akan berubah menjadi warna hijau.

82 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 70. SiK Telemetry radio yang terhubung dengan Mission Planner.
(Sumber: https://ardupilot.org/plane/_images/MisionPlanner_DisconnectButton.png)

• Untuk memutuskan komunikasi perangkat, maka tekan “DISCONNECT”.


• Pada proses ini, komunikasi antara pesawat udara dan Ground Station telah berhasil
dan proses selanjutnya dapat dilakukan pengaturan konfigurasi agar pesawat udara
tersebut dapat diterbangkan.

Pengaturan Konfigurasi Flight Controller dan Pesawat Udara


• Pengenalan instalasi dasar Ardupilot
Prinsip dasar instalasi komponen ardupilot untuk pesawat udara, baik untuk digunakan
dalam kegiatan pemetaan maupun penggunaan lainnya.

Gambar 71. Instalasi dasar ardupilot untuk pesawat udara


(Sumber: https://ardupilot.org/plane/_images/block-diagram.jpg)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
83
• Tujuan Penggunaan Pesawat Udara
Selanjutnya adalah melakukan pengaturan terhadap firmware yang telah dipasang
pada pesawat udara. Pengaturan dimaksudkan sesuai kebutuhan operasi pada
pesawat udara, apakah akan dikendalkan secara manual, autonomous/autopilot,
ataukah menggabungkan keduanya. Dalam penggunaan pesawat udara, biasanya
menggabungkan keduanya, namun dalam aplikasinya lebih banyak menggunakan
mode auotonomous. Mode manual atau pengontrolan oleh pilot dilakukan pada saat
melakukan penyesuaian atau pengukuran parameter pada FC.

• Input
Terdapat 2 (dua) input dalam system Ardupilot yaitu dari Remote control atau MAVLink
dengan menggunakan telemetry pada ground station dari perangkat komputer. Remote
control berfungsi untuk memberikan perintah Roll/Pitch/Yaw untuk mengontrol
pergerakan pesawat, input power (Throtlle) pada pesawat, dan memberikan perintah
pada pesawat melalui fungsi aux. fungsi AUX tersebut disesuaikan pada parameter
“RCx_FUNCTION” pada Mission Planner. Sedangkan fungsi Roll/Pitch/Yaw/Throttle di
atur pada parameter “RCMAP_x”.

• Output
Pengaturan parameter output dimaksudkan untuk mengaktifikan perintah servo, motor,
kamera shutter, dan perintah aux lainnya yang terpasang pada komponen pesawat.
Pengaturan pada pesawat udara untuk fixed wing dan VTOL biasanya berbeda. Untuk
VTOL ditambahkan parameter output untuk merubah atau mengganti motor yang
bekerja pada saat pesawat udara telah di udara. Pengaturan output disesuaikan pada
paramater “SERVOx-FUNCTION”.

• Sensor
Informasi tentang Attitude, Posisi, power/voltase batterai, kecepatan dan informasi
lainnya diperoleh dari sensor yang dipasang atau terdapat pada perangkat pesawat.
Biasanya pada perangkat FC telah dilengkapi dengan sensor Accelerometer, Barometer,
dan Gyro. Perangkat sensor tambahan yang biasanya digunakan untuk kebutuhan
operasional pesawat udara adalah GPS, Air Speed sensor. Sensor ini perlu dikalibrasi
atau dilakukan penyesuaian terhadap parameternya pada “Mandatory Hardware”.

84 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Pengaturan Parameter Pesawat Udara
• Pengaturan Fungsi Output Servo
Pengaturan fungsi output servo pada pesawat udara merupakan hal yang harus
dasar yang harus dipastikan ketepatannya. Perintah output servo akan berhubungan
langsung dengan kontrol pesawat udara pada saat terbang, baik perintah terhadap
perintah motor dan control sufrace pada pesawat itu sendiri. Pengaturan umum output
servo pada FC yang lazim digunakan adalah:
1. Servo output 1 is aileron/roll
2. Servo output 2 is elevator/Pitch
3. Servo output 3 is throttle/motor
4. Servo output 4 is rudder/yaw
Pengaturan servo pada berbagai jenis pesawat akan berbeda tergantung jenis pesawat,
misalnya pada pesawat udara dengan model Vtail, Ttail, Vtol, dan lain sebagainya.

Gambar 72. Pengaturan output servo pada Mission Planner

Langkah-langkah pengaturan servo output pada Mission Planner adalah sebagai


berikut:
1. Buka Tab “CONFIG”,
2. Klik “Full Parameter List”,
3. Pada bagian “Search” dapat langsung diketik “Servo1” atau servo output yang hendak
disesuaikan,

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
85
4. Pada bagian tabel di bagian command akan muncul parameter “Servo1_Function”
dan akan tampul “Value” default,
5. Pada gambar di atas di atur ke angka “4”, yang menunjukkan bahwa perintah untuk
“Servo1” sebagai “Aileron”. Pilihan untuk fungsi servo dapat disesuikan dengan aux
atau input perintah dari Remote dan dapat dilihat pada tab “Option”. Penjelasan
tentang fungsi dari parameter tersebut dapat dilihat pada tab “Desc”,
6. Jika parameter yang diatur sudah sesuai, maka klik “Write Parameter” untuk
menyimpan dan mengirim perintah output servo ke FC, dan
7. Jika ada perubahan, maka dapat dilakukan atau diubah sesuai kebutuhan dan
langkah-langkah di atas.

• Pengaturan RC Input, Throw and Trim


Pengaturan RC input dimaksudkan untuk menyesuaikan antara perintah servo output
dengan pergerakan stick remote control dari pilot.

Gambar 73. Pengaturan Parameter RC Map pada Mission Planner

Langkah-langkah untuk mengatur input adalah sebagai berikut:


1. Klik Tab “CONFIG”,
2. Klik pada menu “Full Parameter List”,
3. Ketikkan “RCMAP” pada menu “Search” lalu tekan enter,
4. Pada tabel command akan tampil RCMAP untuk Roll, pitch, yaw dan throttle,

86 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
5. Pada tabel Value dapat disesuiaikan nilainya sesuai dengan parameter output servo
dan menyesuaikan dengan pergerakan stick remote yang diinginkan.
6. Setelah parameter diatur sesuai dengan kebutuhan, maka selanjutnya klik menu
“Write Params”.
7. Jika ada perubahan atau kekeliruan pada parameter yang di atur, maka dapat
diulang dengan mengikuti langkah-langkah di atas.

Gambar 74. Pengaturan reverse servo output.

Control surface kemudian dilakukan pemeriksaan apakah telah sesuai dengan


pergerakan servo yang sebenarnya. Jika terdapat kekeliruan maka dapat dikoreksi
dengan melakukan pengaturan pada reverse servo yang dimaksudkan untuk merubah
arah pergerakan control surface.

Jika hendak dilakukan perubahan maka pada tab “Value” di ubah menjadi 1 untuk reverse
perintah pada servo 1. Setelah dilakukan perubahan maka selanjutnya menyimpan
parameter dengan menekan tab “Write Params”.

• Kalibrasi Radio/Remote Control


Perintah dari remote controller memungkinkan untuk pilot memberikan perintah baik
dari stick maupun dari fungsi aux yang telah ditentukan sesuai keinginan dan kebutuhan.
Langkah-langkah proses kalibrasi Remote Control adalah sebagai berikut:
1. Memastikan baterai tidak terhubung dengan FC, hal ini sangat penting karena pada
proses kalibrasi memungkinkan untuk masuknya perintah pada motor.
2. Memastikan Receiver pada remote controller telah terhubung dengan baik.
3. Menyalakan remote control dan memastikan stik dan trim berada pada posisi
tengah.
4. Menghubungkan FC dengan Mission Planner dengan menggunakan kabel micro
USB.
5. Pada Aplikasi Mission Planner, tekan tombol “Connect”.
6. Setelah terhubung, maka tekan Tab “Initial Setup”
7. Klik “Mandatori Hardware” dan pilih “Radio Calibration”.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
87
Gambar 75. Proses kalibrasi remote controller

8. Jika receiver tersambung dengan baik, maka akan muncul warna hijau pada bar
Mission Planner dan akan bergerak jika stick, Trim dan aux pada remote digerakkan.
Jika tidak muncul warna hijau, maka coba lakukan pemeriksaan pada:
• Pastikan bahwa Remote dan Receiver telah terhubung dengan baik dan indikator
lampu pada receiver berwarna hijau, atau muncul grafik Signal pada layar remote.
• Pastikan USB terhubung dengan baik dan tidak terputus.

9. Setelah semua terhubung, maka kalibrasi dimulai dengan menekan tombol


“Calibrate Radio” dan untuk selanjutnya mengikuti perintah yang muncul di layar.

10. Gerakkan semua stick, aux, dan trim pada posisi skala terendah dan tertinggi.
Secara umum, remote yang banyak digunakan di Indonesia adalah Mode 2, yang
menunjukkan bahwa pada proses kalibrasi akan mengikuti arahan berikut:
a. Stick Roll untuk channel 1
b. Stick Pitch untuk Channel 2
c. Stick Throttle untuk Channel 3
d. Stick Yaw untuk Channel 4

88 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Pergerakan pada bar hijau dipastikan telah bergerak pada arah yang benar, jika belum,
maka perubahan arah dapat dilakukan dengan memberikan centang pada kolom
“reverse”

11. Perintah Aux untuk mengatur “Flight Mode” dapat dilakukan dengan memasukkan
input Aux dengan 3 posisi dan dapat di atur dengan menentukan nilai pada
“FLTMODE_CH” untuk mengatur Channel sebagai input jika menggunakan model
pesawat udara Fixed wing, biasanya di atur pada Channel 5 atau 8.

Gambar 76. Proses kalibrasi stick, trim, dan aux pada Mission Planner.

12. Jika seluruh proses kalibrasi telah selesai, maka klik “Click When Done”, untuk
menyimpan pengaturan atau hasil kalibrasi stick.

• Kalibrasi Accelerometer
Kalibrasi accelerometer dimaksudkan untuk mengatur orientasi pesawat. Apakah
pesawat dalam kondisi datar, miring ke kiri atau ke kanan, menghadap ke atas atau ke
bawah, atau bahkan dalam kondisi yang terbalik.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
89
Gambar 77. Langkah-langkah kalibrasi accelerometer
(Sumber: https://ardupilot.org/plane/_images/mp_accelerometer_calibration.png)

Langkah-langkah melakukan kalibrasi accelerometer adalah sebagai berikut:


1. Sambungkan FC dengan Groun Station/Mission Planner, dapat dilakukan dengan
menggunakan kabel USB ataupun SiK Radio.
2. Masuk ke menu “Initial Setup” lalu pelih “Mandatory Hardware”.
3. Pilih “Accel Calibration” lalu klik menu “Calibrate Accel”.

Gambar 78. Kalibrasi Accelerometer


(Sumber: https://ardupilot.org/plane/_images/accel-calib-positions-e1376083327116.jpg)

Kalibrasi baik pada Copter ataupun fixed wing pada dasarnya adalah sama, dan jika
proses telah selesai, maka klik “Click When Done”.

4. Setelah melakukan kalibrasi accelerometer, maka dapat dilanjutkan untuk “Calibrate


level”. Namun dipastikan untuk menempatkan pesawat udara atau FC dalam posisi
datar. Jika proses telah selesai, maka akan muncul “Calibration Succesfull” kemudian
klik Ok.

90 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Kalibrasi Kompas
Langkah-langkah kalibrasi kompas dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pada Menu “Initial Setup”, pilih “Mandatory Hardware” lalu pilih “Compass”.
2. Pada menu “Onboar Mag Callibration” klik Start. Perlu diperhatikan pada saat kalibrasi
kompas, pesawat udara ditempatkan pada tempat yang datar.
3. Setelah di tekan “Start”, maka akan muncul suara pada buzzer sebanyak 1 kali sebagai
tanda mode kalibrasi telah di mulai.
4. Pesawat udara kemudian di tempatkan pada arah level, left side, right side, nose
down, nose up, dan back side sambil diputar berlawanan dengan arah jarum jam.

Gambar 79. Kalibrasi Kompas

Jika setiap proses selesai, maka buzzer atau tampilan di Mission planner akan
menunjukkan tanda proses berhasil.

5. Jika proses selesai dan berhasil, maka akan muncul notifikasi “Please Reboot The
AutoPilot” yang menunjukkan bahwa proses kalibrasi kompas telah selesai.

• Flight Mode
Flight Controller yang telah di install dengan Ardupilot telah memiliki beberapa mode
bawaan yang memungkinkan untuk diterbangkan dengan menggunakan Remot
Kontrol, terbang dengan misi, atau sesuai dengan kebutuhan penggunaan. Modul ini
akan menguraikan tentang Flight Mode yang digunakan untuk kebutuhan pemetaan
dan dapat dijalankan dengan perintah remot kontrol yang akan terbang dengan mode
stabil dan dilanjutkan dengan perintah autopilot untuk menjalankan misi.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
91
Gambar 80. Pengaturan Flight Mode pada Mission Planner

Langkah-langkah pengaturan flight mode pada pesawat udara dengan tujuan


pemetaan adalah sebagai berikut:

1. Pilih Menu “Setup”.


2. Masuk pada menu “Mandatory Hardware”.
3. Pilih menu “Flight Mode”
4. Untuk kebutuhan pemetaan, setidaknya untuk fixed wing, maka mode yang dipilih
adalah:
» Flight Mode 1 : Manual, dengan mode terbang manual dimana pesawat udara
akan terbang tanpa stabilization.
» Flight Mode 2 : FBWA (Fly by Wire A) dimana pesawat akan terbang dengan
stabilization yang mampu menyeimbangkan dirinya sendiri.
» Flight Mode 3 : Auto, dimana pesawat akan terbang mengikuti misi yang
dimasukkan ke dalam FC.
» Flight Mode 4, 5, dan 6 : RTL (Return to Lounch), di mana pesawat akan terbang
kembali ke titik Home pesawat tersebut di terbangkan, dan akan membuat
pesawat terbang pada ketinggian dan radius tertentu dari Home Point yang
diatur sebelumnya pada parameter pesawat.
» Flight mode ini diatur dan berhubungan dengan Aux/Switch pada remote
kontrol.

92 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
5. Setelah selesai, klik “Save Mode” untuk menyimpan mode penerbangan yang akan
digunakan.

Perlu diperhatikan bahwa pemilihan mode perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan sesuai dengan keinginan dari pilot.

• Failsafe Function
Fungsi Failsafe pada pesawat juga sangat penting. Pada pesawat pemetaan biasanya
diatur beberapa kondisi yang memungkinkan pesawat akan terus melanjutkan dan
menyelesaikan misi yang diperintahkan. Remote kontrol akan dimatikan sesaat setelah
take off dan masuk mode Auto. Hal ini untuk menghindari masuknya perintah lain
dari remote kontrol ke pesawat udara yang sementara menjalankan misi. Fungsi failsafe
akan mengatur kondisi tertentu pada pesawat udara, seperti:

1. Terputusnya signal remote control dengan receiver yang ada pada pesawat udara.
Parameter pada mission planner disesuaikan pada “THR_FS_VALUE” untuk mengatur
nilai PWM yang mengindikasikan komunikasi antara remote dengan pesawat
dalam kondisi terputus, biasanya di atur di bawah nilai PWM minimum jika Remote
dan Receiver tersambung. Pada pesawat pemetaan, paramater “THR_FAILSAFE”
di atur ke “enable” jika belum memasuki mode “AUTO” dan membiarkan pesawat
tetap melanjutkan misi dengan memberikan perintah tetap melanjutkan misi jika
komunikasi remote terputus jika telah masuk dalam Mode “AUTO”.

Gambar 81. Pengaturan parameter pada pesawat pemetaan

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
93
2. Terputusnya Ground Control System/Ground Station. Dalam misi pemetaan, dalam
kondisi terpurusnya komunikasi SiK Radio dimungkinkan terjadi. Akan tetapi,
perintah untuk melanjutkan misi diberikan.

Gambar 82. Pengaturan parameter failsafe pada Ground System

3. Terputusnya GPS dalam waktu tertentu.


4. Indikasi kapasitas baterai yang tidak cukup untuk melanjutkan misi. Pengaturan
Paramater ini juga sangat penting untuk menjaga keamanan dan keselamatan
pesawat udara. Pesawat pemetaan akan dikondisikan untuk kembali ke Home Point
atau masuk mode RTL pada kondisi Voltase baterai yang kurang atau diprediksi hanya
mampu untuk kembali ke Home Point. Kondisi ini dimungkinkan meskipun misi
penerbangan belum selesai. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan pengujian
terhadap radius terbang, lama terbang, dan area jangkauan pesawat yang sesuai
dengan kapasitas baterai yang digunakan.

Gambar 83. Pengaturan Parameter pada kondisi baterai lowbatt.

4.3. Proses Pengambilan Data Menggunakan Fixed wing/VToL


Proses pengambilan data foto udara dengan menggunakan fixed wing/Vtol dilaksanakan
dengan tiga langkah, yaitu tahap pra pemetaan, tahap pemetaan, dan pasca pemetaan
yang diuraikan sebagai berikut.

94 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
4.3.1. Tahapan Pra-Pemetaan
Tahap pra pemetaan merupakan kegiatan persiapan, yang merupakan faktor penting
dalam menilai keberhasilan kegiatan pemetaan lahan. Tahapan persiapan diantaranya :
a) Memastikan bahwa tim pemetaan sudah memiliki izin dan sudah memberikan
informasi kepada perangkat desa atau pemerintah daerah setempat bahwa
akan ada kegiatan pemetaan pada wilayah administrasi tersebut. Karena ini akan
berpengaruh pada wilayah udara terbang sehingga keamanan menjadi unsur yang
tidak bisa diabaikan.
b) Memastikan bahwa perangkat Fixed wing/Vtol berfungsi dengan baik.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengisi check list yang dibuat sendiri dan setidaknya
memuat informasi dasar tentang perangkat yang akan digunakan beserta fungsinya.
Check list yang dibuat setidaknya berisi tentang:
» Kondisi Fixed wing/Vtol yang akan digunakan meliputi kondisi fisik dan fungsi
yang berjalan dengan baik.
» Komponen pendukung seperti Remote Kontrol, perangkat Komputer, Baterai,
SiK Telemetry Radio, Tripod, Handy Talky, Inverter, dan lain sebagainya.
» Peralatan lapangan, seperti kursi dan tenda portable yang akan digunakan

c) Menentukan waktu untuk melakukan pemetaan. Pemetaan yang baik dilakukan


ketika terik matahari tidak terlalu panas dan tidak terlalu gelap. Yakni pagi hari
kisaran pukul 08.00 – 10.00 dan sore hari kisaran pukul 15.00 – 17.00 (menyesuaikan
kondisi geografis masing-masing daerah). Hal ini akan berpengaruh pada kualitas
foto udara yang akan dihasilkan.
d) Memastikan lokasi yang akan dipetakan dan melakukan survey lokasi untuk
pelaksanaan misi pengambilan foto udara. Lokasi yang akan dipetakan dibuat
dalam bentuk peta rencana pemetaan dan dibuat AOI (Areo Of Interest) dalam
format SHP dan KML/KMZ. Pembuatan AOI dapat dilakukan dengan menggunakan
Aplikasi ArcGis, Google Earth Pro, dan aplikasi lainnya. Survey lokasi ditujukan untuk
mengidentifikasi lokasi tempat Ground Station dan lokasi memungkinkan dilakukan
penerbangan fixed wing/Vtol.
Aplikasi Mission Planner memungkinkan untuk membuka file SHP, sehingga AOI
buat dalam format SHP untuk memudahkan proses pembuatan waipoint misi
nantinya. Pembuatan AOI dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.
» Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan seperti SHP batas desa.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
95
» Melakukan download data citra terhadap lokasi yang akan dipetakan. Data citra
sangat penting mengingat lokasi yang dipetakan atau base camp terkadap tidak
didukung dengan jaringan internet yang memadai, sehingga perlu disiapkan
citra yang didownload sebelum melaksanakan kegiatan lapangan.
» Melakukan delienasi misi penerbangan dengan membagi polygon-polygon
misi sesuai dengan luas jangkauan terbang pesawat udara.

Gambar 84. Pembuatan AOI (Area Of Interest) lokasi yang akan dipetakan

e) Membuat Polygon Misi Penerbangan.


Misi penerbangan dibuat dari AOI yang telah ditentukan sebelumnya. Pembuatan
misi penerbangan ini sangat penting untuk dibuat sebelum pelaksanaan kegiatan
lapangan. Sehingga dilapangan, kegiatan akan difokuskan pada perekaman foto
udara atau pelaksanaan misi penerbangan.

Gambar 85. Langkah Pembuatan Misi penerbangan untuk pengambilan foto udara

96 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Langkah-langkah pembuatan misi pada Aplikasi ArcMap diuraikan sebagai berikut:
» Dari AOI yang dibuat di Arcmap atau Google Earth Pro, kemudian dibuat polygon
misi sesuai dengan luasan yang diinginkan. Pada kasus di atas, luas polygon
yang direncanakan seluas 1114 Ha, menyesuaikan dengan kemampuan
terbang pesawat udara.
» Polygon tersebut di simpan dalam format shp dan penyesuaian namanya
diatur berdasarkan nomor misi dan nama desa. Misalnya “Misi 9 Kayucalla”
yang menunjukkan bahwa misi tersebut adalah misi penerbangan ke 9 yang
berlokasi di Desa Kayucalla.
» Polygon dalam format shp tersebut akan di buka nantinya pada Aplikasi Mission
Planner dan akan dibuat grid misi penerbangannnya.

f ) Membuat Grid Misi Penerbangan.


Pembuatan misi penerbangan dibuat pada Aplikasi mission planner dari polygon
shp misi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
» Pada Mission Planner masuk ke menu “Plan” dan klik kanan pada logo polygon
dan pilih “From SHP” atau sesuai dengan kebutuhan pemetaan.

Gambar 86. Pemilihan file polygon untuk pembuatan grid misi

» Setelah polygon misi yang akan di buat maka selanjutnya kli kanan pada
polygon, pilih “Auto Waipoint” dan pilih “Survey (Grid)”.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
97
Gambar 87. Proses pembuatan grid pada Mission Planner

» Setelah polygon misi, maka selanjutnya dilakukan pengaturan berdasarkan


langkah berikut ini.
1. Tampilan grid jalur pesawat ditampilkan pada garis kuning dan arah pesawat
ditunjukkan dengan arah panah pada jalur.
2. Melakukan pemilihan kamera, ketinggian, dan sudut terbang yang
diinginkan.
3. Memastikan fitur RTL tercentang, jika misi telah selesai, maka pesawat akan
masuk pada menu RTL.
4. Poin 4 menunjukkan informasi tentang jarak tempuh pesawat, luas areal,
lama misi, resolusi foto, jumlah foto, jarak antar jalur, jarak antar foto, dan
lain sebagainya.
5. Jika seluruh pengaturan telah selesai, maka selanjutnya klik “Accept”.

98 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 88. Pembuatan misi penerbangan.

6. Sampai pada proses ini, penyiapan misi penerbangan dan proses pra
penerbangan telah selesai. Pembuatan misi ini dapat dilakukan sesuai
kebutuhan penerbangan yang akan dilakukan dalam rentang waktu
tertentu.
7. Penyimpanan misi pada folder komputer dilakukan secara teratur untuk
memudahkan pada saat proses pementaan nantinya.

Gambar 89. Model penyimpanan file misi penerbangan pada direktori komputer

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
99
4.3.2. Tahapan Pemetaan
Tahapan pemetaan dilakukan setelah memastikan tahapan pra pemetaan telah selesai
dan aman untuk dilakukan penerbangan. Penerbangan biasanya dilakukan di lapangan
atau pada lokasi yang dipilih. Pemilihan lokasi untuk penerbangan pada fixed wing dapat
dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berikut ini:

• Merupakan area terbuka dan datar yang memungkinkan pilot melihat pergerakan
pesawat secara bebas.
• Memiliki panjang landasan pacu yang cukup untuk fixed wing melakukan proses
Take off dan Landing.
• Mempertimbangkan arah angin.
• Tidak berada dalam radius lokasi yang dekat dengan sutet atau tower Base Transceiver
Station (BTS), jika dalam kondisi terpaksa, maka harus dilakukan perencanaan arah
take off dan landing yang aman dengan tetap mempertimbangkan arah angin.
• Mempertimbangkan dan melakukan analisa kondisi darurat, terutama jika lokasi
tersebut berada dalam kawasan pemukiman atau dekat dengan pemukiman
penduduk.
• Persyaratan tersebut perlu dipetimbagkan, baik pada jenis Fixed Wing maupun
VTOL untuk memepersiapkan jika harus dilakukan pendaratan darurat atau kondisi
lainnya. Jika persyaratan tersebut telah memenuhi kaidah keselamatan, maka harus
dilakukan perizinan kepada pemangku dari lokasi tersebut untuk menghindari
adanya teguran pada saat pelaksanaan kegiatan.
• Salah satu keuntungan dari penggunaan fixed wing/VTOL adalah pemilihan lokasi
yang tidak harus berada dalam grid lokasi yang dipetakan, sehingga menghemat
waktu untuk perpindahan tempat.

Tahapan pemetaan dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:


• Setelah tiba di lokasi kegiatan, maka dilakukan perangkaian seluruh perangkat yang
akan digunakan, seperti:
1. Memasang rangkaian SiK Telemetry Radio dengan Ground Station/perangkat
komputer (Mission Planner).
2. Melakukan perakitan perangkat pesawat udara berserta seluruh komponennya.
3. Mempersiapkan seluruh peralatan pendukung, seperti tenda, handy talky, dan
lain sebagainya.

100 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
4. Melakukan briefing dengan tim sebelum melakukan penerbangan misi. Tim
biasanya terdiri dari 3 orang.

Gambar 90. Proses perakitan pesawat udara Fixed wing

• Setelah seluruh peralatan dan pesawat udara telah dirakit, maka selanjutnya adalah
memasukkan misi yang telah di buat ke perangkat FC. Sehingga pesawat akan
merekam foto udara berdasarkan misi yang dikirimkan tersebut.

Gambar 91. Proses upload misi ke FC

Pada tahap ini, dilakukan pengecekan tehadap seluruh parameter yang di buat, terutama
pada titik, altitude, dan lokasi home point. Jika telah dipastikan semua sesuai, maka klik
“write” untuk mengirimkan misi tersebut ke FC. Tunggu sampai proses selesai. Proses

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
101
upload misi hanya dapat dilakukan jika perangkat DC tersambung dengan Mission
Planner/Ground Station.

Gambar 92. Proses Penyiapan dan Upload misi sebelum penerbangan pesawat udara

• Jika proses penyiapan dan upload misi telah selesai, maka selanjutnya dilakukan
kegiatan penerbangan pesawat udara untuk misi pengambilan foto udara. Sebelum
dilakukan kegiatan penerbangan, maka dilakukan kembali pengecekan terhadap
seluruh komponen pesawat udara. Dalam proses pengecekan ini, dibuat check list
sesuai kebutuhan yang setidaknya memuat berapa informasi seperti:
1. Nomor dan lokasi misi
2. Ketinggian misi
3. Kondisi pesawat, seperti cek Thrust dan control surface
4. Kondisi kamera, seperti mengecek manual shutter kamera
5. Dst.

Gambar 93. Pengecekan pesawat sebelum penerbangan pesawat udara

102 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Jika proses pengecekan seluruh komponen pesawat dan dipastikan bahwa pesawat
dapat menjalankan misi dengan baik, maka proses selanjutnya adalah melakukan
take off pesawat untuk melaksanakan misi pemetaan. Pesawat jenis fixed wing akan
diterbangkan dengan kontrol dari pilot hingga mencapai ketinggian dan arah yang
sesuai dengan misi yang akan dilakukan. Sedangkan pada pesawat VTOL maka dapat
dilaksanakan dengan mode autopilot dan akan langsung menjalankan misi.

Gambar 94. Proses Take Off dan kontrol pesawat fixed wing

• Jika pesawat telah memasuki mode Autopilot atau dengan kata lain telah
menjalankan misi pemetaan, maka pilot dan timnya melakukan pengamatan
terhadap arah terbang pesawat secara manual dan lainnya mengamati pada ground
station. Beberapa variabel yang perlu diamati adalah:
1. Arah terbang pesawat, apakah sesuai atau tidak dengan misi yang direncakan.
2. Voltase baterai
3. Ketinggian pesawat
4. Signal telemetry pesawat.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
103
Gambar 95. Pemantauan Ground Station

• Jika dipastikan semua berjalan dengan baik, maka selanjutnya remote kontrol
dimatikan dan selanjutnya pemantauan misi dilakukan melalui data telemetry radio
yang dikirimkan ke Ground Station.

Gambar 96. Simulasi tampilan Ground Station pada saat pelaksanaan misi
(Sumber: https://i.ytimg.com/vi/_gpBI3zaJLY/maxresdefault.jpg)

Beberapa parameter yang perlu diamati pada saat pelaksanaan misi seperti:
1. AS dan GS yang menunjukkan data Air Speed dan Ground Speed.
2. Nilai RSSI telemetry yang ditampilkan dalam bentuk bar dan nilai persentase

104 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
3. Mode terbang
4. Posisi GPS
5. Status satelit dan nilai hdop.
6. Arah pergerakan pesawat, apakah sesuai atau tidak sesuai misi.

• Setelah misi selesai dilaksanakan, maka pesawat akan secara otomatis masuk dalam
mode RTL, pesawat akan kembali ke Home Point dan akan berputar (LOITER) pada
ketinggian dan arah yang telah di atur pada pengaturan parameter pesawat.
• Pada pesawat VTOL, pesawat udara akan melakukan pendaratan secara otomatis
pada lokasi home point atau dalam radius tertentu dari titik tersebut.
• Pada pesawat fixed wing, pesawat akan diambil alih oleh pilot untuk selanjutnya
dilakukan proses pendaratan secara manual. Pesawat akan mendarat dan di tahan
dengan jaring untuk mengurangi resiko kerusakan pada badan pesawat.

Gambar 97. Proses pendaratan pada pesawat fixed wing

Gambar 98. Pemeriksaan pada pesawat pasca pendaratan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
105
• Sesaat setelah dilakukan proses pendaratan, maka dilakukan pengecekan setiap
fungsi seperti Roll, Pitch, dan Yaw. Pemeriksaan ini penting untuk pengambilan
keputusan pada penerbangan misi selanjutnya.

4.3.3. Tahapan Pasca Pemetaan


Pada tahapan pasca pemetaan adalah dengan menyimpan seluruh data pada komputer.
Perlu diperhatikan bahwa setiap selesai melakukan misi pemetaan maka, data foto udara
di copy ke komputer atau menggunakan kartu memori yang baru untuk penerbangan
berikutnya. Juga pada data flash log penerbangan pada FC di copy untuk melakukan
proses geotagging pada foto udara. Sampai pada proses ini, maka proses pemetaan
atau pengambilan gambar telah selesai. Proses penyimpanan data dan geotagging akan
dijelaskan pada bagian berikutnya.

4.4. Proses Penyimpanan dan Export Data


Berbeda dengan pemetaan yang dilakukan dengan drone multirotor, pemetaan yang
dilakukan dengan menggunakan pesawat udara membutuhkan beberapa proses
sebelum melakukan olah data foto udara. Adapun proses yang harus dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan foto udara, yaitu:
• Lepaskan Kamera dari pesawat udara.
• Lepaskan Memori card dari kamera dan kemudian pindahkan seluruh data foto
tersebut pada direktori komputer.
• Foto udara ditempatkan pada direktori komputer kemudian diberikan nama sesuai
dengan nomor dan nama misi.
• Proses Geotagging foto. Proses geotagging dimaksudkan untuk memasukkan
informasi geografis dari setiap foto yang direkam kamera. Proses ini menggunakan
aplikasi Mission Planner. Adapun langkah-langkah geotagging adalah sebagai
berikut:
1. Buka Mission Planner
2. Pastikan data foto dan data log dari FC telah di kopi ke direktori penyimpanan
komputer.
3. Pada mission planner, tekan “Ctrl+F”.

106 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 99. Proces geotagging foto

4. Setelah muncul layar, maka pilih menu “Geo Ref Images” dan selanjutnya pilih
direktori penyimpanan log dan foto udara.

Gambar 100. penyimpanan data foto udara dan data log pada direktori computer

5. Klik pada “Browse Log” untuk membuka file log dan pilih file dengan format BIN.

Gambar 101. Memilih lokasi log dan foto yang akan di geotag

6. Klik pada menu “Pre-process” dan aplikasi akan secara otomatis melakukan
pengecekan pada foto yang akan di geotag.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
107

Gambar 102. Proses geotagging

7. Selanjutnya adalah klik “Geotag Images” dan tunggu sampai proses selesai, pada
direktori akan muncul “Done” yang menunjukkan proses geotag telah selesai.

Gambar 103. Proses geotagging telah selesai.

108 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
8. Setelah proses selesai maka pada penyimpanan akan bertambah folder
“geotagged”.

Gambar 104. Proses getoagging gambar sudah selesai.

9. Pada tahap ini, foto udara telah siap di olah dan mengikuti langkah-langkah
pada pengolahan foto udara pada bab berikutnya.

5. Prosedur Pengajuan Izin Terbang Pesawat Udara Tanpa Awak


5.1. Regulasi Pesawat Udara Tanpa Awak di Indonesia
Dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan dan ketertiban pengunaan ruang
udara, maka operasionalisasi pesawat udara ini kemudian diatur oleh pemerintah yang
dalam hal ini oleh Kementerian Perhubungan RI.
Tabel 7. Regulasi yang berhubungan dengan pengendalian pengoperasian system pesawat
udara tanpa awak

Nomor Tahun Perihal


PM 63 2021 Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 107
tentang Sistem Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak
Pasal-1 Difinisi dan maksud beberapa istilah
Pasal-2 Tujuan Peraturan Menteri dan termasuk kebutuhan hobi dan rekreasi
Pasal-3 Pengecualian (tidak termasuk angkutan udara, selain PKPS Bagian
101 dan Bagian 47.3
Pasal-4 Petunjuk untuk peruntukan non komersial
Pasal-5 Ruang Lingkup Peraturan Menteri
Pasal-6 Tanggung Jawab penuh Remote Pilot
Pasal-7 Sertifikasi Remote Pilot
Pasal-8 Pendaftaran Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak
Pasal-9 Lampiran PM, PKPS Bagian 107
Pasal-10 Ketentuan penggunaan ruang udara
Pasal-11 PM 163 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal-12 PM 63 Tahun 2021 diundangkan tanggal 19 Juli 2021

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
109
Nomor Tahun Perihal
PM 37 2020 Pengopersian PUTA di ruang udara
yang dilayani Indonesia
Pasal-1 Penjelasan Umum
Pasal-2 Petunjuk standar, prosedur dan ruang lingkup peraturan
Pasal-3 Penetapan KKOP oleh Dirjen Perhubungan Udara
Pasal-4 Penetapan PUTA untuk pengangkutan bahan berbahaya
Pasal-5 Penetapan PUTA untuk kepentingan Pemerintah
Pasal-6 Ketentuan pengoperasian di ruang udara (lampiran PM)
• Pendahuluan
• Pengoperasian PUTA
• Tata cara dan Prosedur Pengoperasian PUTA pada ruang udara
• Tata cara dan Mekanisme pemberian persetujuan
• Pengawasan Pengoperasian PUTA pada ruang udara
• Sanksi
Pasal-7 Pengawasan oleh Dirjen Perhubungan Udara
Pasal-8 Perubahan PM sebelumnya No 180 tahun 2015
Pasal-9 Pemberlakuan PM 37
Sumber : Buku Panduan Pengoperasian PUKTA APDI, Edisi 4, Tahun 2022

Aturan tersebut di atas diterbitkan untuk memastikan keselamatan penerbangan dalam


penggunaan ruang udara yang diakibatkan oleh pengoperasian Pesawat Udara Tanpa
Awak (PUKTA) Sipil. Ketentuan tersebut sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri
Perhubungan RI No.37 Tahun 2020 tentang pengoperasian pesawat udara tanpa awak
di ruang udara yang dilayani di Indonesia. Pada PM 37 Tahun 2020 menyebutkan
bahwa PUKTA tidak boleh diperasikan kecuali dengan adanya izin dari Kementerian
Perhubungan. Izin tersebut dibutuhkan manakala masuk dalam area yang sebagai
berikut:

a. Pesawat udara tanpa awak dioperasikan pada Kawasan Udara Terlarang (Prohibited
Area), Kawasan udara terbatas (Restricted Area), dan Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) dari suatu bandar udara.
• Kawasan Udara Terlarang (Prohibited Area) adalah ruang udara tertentu di
atas daratan dan/atau perairan, dengan pembatasan yang bersifat permanen
dan menyeluruh bagi semua pesawat udara. Adapun kawasan udara terbatas
meliputi a. ruang udara di atas Istana Presiden; b. Ruang udara di atas instalasi
nuklir; dan c. ruang udara di atas obyek vital nasional yang bersifat strategis

110 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
tertentu sebagaimana ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usulan Menteri
(Pertahanan, red) setelah mendapatkan pertimbangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan (Yozami,
2018). Daerah terlarang berisi ruang udara dengan dimensi tertentu di mana
penerbangan pesawat dilarang. Daerah tersebut didirikan untuk keamanan
atau alasan lain yang terkait dengan kepentingan nasional. Daerah-daerah ini
diterbitkan dalam Daftar Nasional dan digambarkan pada grafik aeronautika.
Area dipetakan sebagai “P” diikuti dengan angka (mis., P-40). Contoh kawasan
terlarang antara lain Istana Kepresidenan Bogor dan Monumen Nasional di
Jakarta, tempat Istana Kepresidenan Merdeka dan bangunan objek vital lainnya
berada (Remote Pilot Learning Book – APDI, 2022).

Gambar 105. Contoh Prohibited Area di Balikpapan

• Kawasan Udara Terbatas (Restricted Area) adalah ruang udara tertentu


di atas daratan dan/atau perairan dengan pembatasan bersifat tidak tetap
dan hanya dapat digunakan dalam operasi penerbangan negara dan pada
waktu tidak digunakan (tidak aktif ), kawasan ini dapat dipergunakan untuk
penerbangan sipil. Pembatasan tidak tetap tersebut mengatur tentang waktu
dan ketinggian. Kawasan terbatas dimaksud meliputi: a. Markas Besar TNI; b.
Pangkalan Udara TNI; c. kawasan latihan militer; d. kawasan operasi militer; e.
kawasan latihan penerbangan militer; f. kawasan latihan penembakan militer;

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
111
g. kawasan peluncuran roket dan satelit; dan h. ruang udara yang digunakan
untuk penerbangan dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang setingkat
kepala negara dan/atau kepala pemerintahan (Yozami, 2018). Area terlarang
merupakan area dimana operasi penerbangan berbahaya bagi pesawat
meskipun tidak sepenuhnya penerbangan dilarang, tunduk pada pembatasan.
Kegiatan-kegiatan di dalam daerah-daerah ini harus dibatasi karena sifatnya,
atau pembatasan-pembatasan dapat dikenakan pada operasi-operasi pesawat
udara yang bukan merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan itu, atau keduanya.
Area terlarang menunjukkan adanya bahaya yang tidak biasa, seringkali tidak
terlihat, terhadap pesawat (misalnya, tembakan artileri, meriam udara, atau
peluru kendali). Penetrasi area terlarang tanpa izin dari pengguna atau badan
pengawas dapat sangat berbahaya bagi pesawat.
1. Jika informasi area terlarang tidak berlaku lagi dan sudah dipublish oleh
Airnav, memungkinkan pesawat untuk beroperasi di wilayah udara tersebut
tanpa mengeluarkan izin khusus untuk itu.
2. Jika informasi area terlarang aktif dan belum dirilis ke Airnav, fasilitas ATC
mengeluarkan izin yang memastikan pesawat menghindari wilayah udara
terbatas tersebut. Area terlarang dipetakan dengan “R” diikuti dengan angka
(misalnya, R-4401) dan digambarkan pada peta perjalanan yang sesuai
untuk digunakan pada ketinggian atau tingkat penerbangan (FL) yang
diterbangkan.

Gambar 106. Controh Restricted Area di Bandung

112 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan
dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan
untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan. KKOP ini tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan
Bandar Udara. Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2009 Pasal 206, disebutkan
bahwa KKOP terdiri dari :
1. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas (approach and take-off
area)” adalah suatu kawasan perpanjangan kedua ujung landas pacu, di
bawah lintasan pesawat udara setelah lepas landas atau akan mendarat,
yang dibatasi oleh ukuran panjang dan lebar tertentu;
2. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan adalah sebagian dari kawasan
pendekatan yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung landas
pacu dan mempunyai ukuran tertentu, yang dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan;
3. Kawasan di bawah permukaan transisi adalah bidang dengan kemiringan
tertentu sejajar dan berjarak tertentu dari sumbu landas pacu, pada bagian
bawah dibatasi oleh titik perpotongan dengan garis-garis datar yang ditarik
tegak lurus pada sumbu landas pacu, dan pada bagian atas dibatasi oleh
garis perpotongan dengan permukaan horizontal dalam;
4. Kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam adalah bidang datar di
atas dan di sekitar bandar udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian
dengan ukuran tertentu untuk kepentingan pesawat udara melakukan
terbang rendah pada waktu akan mendarat atau setelah lepas landas;
5. Kawasan di bawah permukaan kerucut adalah bidang dari suatu kerucut
yang bagian bawahnya dibatasi oleh garis perpotongan dengan horizontal
dalam dan bagian atasnya dibatasi oleh garis perpotongan dengan
permukaan horizontal luar, masing-masing dengan radius dan ketinggian
tertentu dihitung dari titik referensi yang ditentukan ; dan
6. Kawasan di bawah permukaan horizontal-luar bidang datar di sekitar bandar
udara yang dibatasi oleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu
untuk kepentingan keselamatan dan efisiensi operasi penerbangan, antara
lain, pada waktu pesawat udara melakukan pendekatan untuk mendarat
dan gerakan setelah tinggal landas atau gerakan dalam hal mengalami
kegagalan dalam pendaratan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
113
Gambar 107. Wilayah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

b. Pesawat udara tanpa awak yang dioperasikan pada ruang udara yang dilayani
(controlled airspace) dan ruang udara yang tidak dilayani (uncontrolled airspace) pada
ketinggian lebih dari 400 kaki (120 mdpl).
• Ruang udara yang dilayani (controlled airspace) adalah jenis ruang udara yang
diberikan pelatanan lalu lintas penerbangan berupa pelayanan pemanduan lalu
lintas penerbangan (air traffic control service), pelayanan informasi penerbangan
(Flight Information service) dan pelayanan kesiagaan (Alerting Service).
• Ruang udara yang tidak dilayani (uncontrolled airspace) adalah jenis ruang udara
yang diberikan pelayanan lalu lintas penerbangan berupa pe layanan
informasi penerbangan (flight information service), pelayanan kesiagaan (Alerting
Service) dan pelayanan saran lalu lintas penerbangan (Air traffic advisory service).

Gambar 108. Konsep Ruang Udara untuk SPUKTA

114 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Berdasarkan gambar diatas maka perizinan operasi PUKTA dibutuhkan pada kawasan
operasi yang masuk dalam wilayah KKOP, Controlled Airspace dan Uncontrolled Airspace
pada ketinggian lebih dari 400 ft atau 120 mdpl. Untuk mendapatkan informasi tentang
status lokasi operasi drone sipil/PUKTA yang hendak dilakukan maka dapat melakukan
kordinasi untuk mendapatkan informasi awal dari Airnav setempat.

Penerbangan drone sipil dapat dilakukan pada Kawasan tersebut di atas dengan
ketentuan mendapatkan izin operasi dan berkoordinasi dengan unit ATS (Air Traffic
System) sebagai pengawasan lalulintas udara dimana penerbangan dilaksanakan.

Perubahan atau pembatalan rencana terbang (flight plan) drone wajib disampaikan
sebelum operasi untuk pembaharuan jadwal, ploting sesuai ijin dan prosedur yang
terdampak.

Sementara untuk menggunakan drone harus mengajukan izin ke Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara Kemenhub paling lambat 14 hari kerja sebelum diterbangkan.
Setelah itu operator harus melakukan berkoordinasi langsung (realtime) melalui alat
komunikasi (telepon genggam, radio point to point dan alat komunikasi lainnya) yang
disetujui dengan unit pelayanan navigasi penerbangan (Unit ATS) yang bertanggung
jawab atas lalulintas ruang udara operasi drone.

Perubahan peraturan tersebut memberi hak kepada Kemenhub atau TNI untuk
menembak langsung / penyitaan drone yang dinilai membahayakan saat diterbangkan.
Salah satu alatnya adalah menggunakan “drone-jamming”.

Kemenhub juga dapat menjatuhkan sanksi apabila drone dioperasikan di Kawasan


Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Kawasan itu adalah bandara, kawasan
“controlled airspace”, dan “uncontrolled airspace” pada ketinggian lebih dari 400 kaki
atau 120 meter di atas permukaan tanah (AGL, Above Ground Level), namun prakteknya
ketinggian terbang jika penerbangan berada di KKOP (sekitar bandara) AGL adalah ASL
sebagai referensi ketinggian bandara yang dimaksud dengan referensi ASL (above sea
level). Dengan maksud ketinggian referensi yang akan dituangkan pada NOTAM dimana
publikasi ASL menjadi referensi lalulintas penerbangan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
115
Selain Kemenhub, TNI juga bisa memberikan sanksi apabila drone dioperasikan di
kawasan udara terlarang (prohibited area) dan kawasan udara terbatas (restricted
area). Kawasan terlarang tersebut antara lain Istana Kepresidenan, kilang minyak, dan
pangkalan udara TNI.

Adapun sanksi yang dikenakan kepada operator/pilot adalah administratif berupa


peringatan, pembekuan izin, pencabutan izin, dan denda administratif. Denda
administratif yang dimaksud adalah membayar antara 1.001 hingga 3.000 “penalty unit”.
Satu unit penalti senilai Rp100.000,- (Buku Panduan Pengoperasian PUKTA APDI, Edisi 4,
Tahun 2022).

5.2. Regulasi Pengoperasian Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak


Regulasi terhadap pengoperasian PUKTA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 109. Regulasi pengoperasian PUKTA berdasarkan bobot dan jenis operasi

Gambar di atas menunjukkan tentang regulasi yang berlaku pada PUTA Kecil dengan
bobot kurang dari 250 gram sampai dengan 25 kg dan Remotely Piloted Aircraft System
(RPAS) dengan bobot lebih dari 25 kg. PUKTA yang digunakan dalam pelaksanaanan
kegiatan pemetaan sawit swadaya termasuk dalam kategori PUTA Kecil dengan bobot
antara 250 gram sampai dengan 25 kg dengan jenis operasi Non Rekreasi dan Hobby.

116 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Olehnya itu, pemenuhan terhadap regulasi yang wajib adalah:
• Melakukan registrasi terhadap PUKTA berdasarkan CASR 107.
• Melakukan registrasi pilot drone untuk mendapatkan lisensi.

Penjelasan tentang langkah-langkah pemenuhan persyaratan tersebut di atas akan


diuraikan pada bagian berikutnya.

5.3. Langkah-Langkah Permohonan Izin Terbang


Ada beberapa langkah atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk permohonan izin
terbang drone, antara lain:

5.3.1. Melakukan Registrasi Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak


Regitrasi pesawat udara tanpa awak dilakukan sampai mendapatkan Tanda
Pendaftaran yang menandakan bahwa Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak yang dimiliki
telah teregistrasi secara resmi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Hal ini
diatur dalam Perdirjen Perhubungan udara No. KP 242 Tahun 2019 tentang petunjuk
teknis peraturan keselamatan penerbangan sipil bagian 8900-12.01 (Staf Instruction
Part 8900-12.01) tentang pengenalan dan pendaftaran pesawat udara kecil tanpa awak
(Small Unmanned Aircraft Registration And Identification).

Registrasi pesawat udara dilakukan dengan mengirimkan seluruh berkas permohonan


melalui laman https://imsis-djpu.dephub.go.id/SidopiGO/Web/. Dalam melakukan
registraasi pesawat udara tanpa awak, maka perlu dipersiapkan beberapa dokumen
persyaratan seperti:
a. Surat permohonan
b. DGCA Form No. 107.02
c. Tanda Pengenal pemohon seperti KTP/SIM/Pasport.
d. Foto pesawat udara tanpa awak
e. Foto nomor seri pesawat udara tanpa awak
f. Bukti kepemilikan
g. Bukti asuransi (jika ada).

Untuk saat ini registrasi pesawat udara hanya bisa dilakukan terhadap pesawat udara
tanpa awak yang diproduksi oleh manufaktur dan bukan pesawat rakitan yang
diproduksi secara pribadi.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
117
5.3.2. Mengajukan permohonan Remote Pilot Certificate (RPC)
Permohonan RPC dilakukan dengan KATEGORI: Small Unmanned Aircraft System (berat
maksimal PUTA yang dioperasikan tidak lebih dari 55 lbs atau 25 kilogram) sampai
mendapatkan Sertifikat Remote Pilot yang diterbitkan secara resmi oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara. Hal ini di atur dalam PM No. 63 Tahun 2021 tentang
peraturan keselamatan penerbangan sipil (Civil Aviation Safety Regulation/CASR)
bagian 107 tentang system pesawat udara kecil tanpa awak.

Permohonan RPC juga dilakukan dengan mengirimkan seluruh berkas permohonan


melalui laman https://imsis-djpu.dephub.go.id/SidopiGO/Web/. Setidaknya ada
beberapa dokumen persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum melakuka
permohonan, antara lain:
a. Surat Permohonan.
b. Sertfikat training remote Pilot, dengan ketentuan bahwa sertifikat ini diperoleh
dari Lembaga atau instansi yang telah memenuhi standar dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.
c. Surat keterang segat dari Dokter/Rumah Sakit.
d. Tanda Pengenal pemohon, KTP/SIM/Pasport.
e. DGCA Form No. 107-01 UAS Operator Certificate.

5.3.3. Mengajukan Permohonan Persetujuan Operasi Pesawat Udara Tanpa Awak


Permohonan persetujuan operasi dimaksudkan untuk bisa menerbangkan Pesawat
Udara Tanpa Awak pada wilayah dan waktu yang ditentukan agar tidak memiliki efek
negatif pada keamanan penerbangan di Indonesia. Hal ini diatur dalam Peraturan
Menteri Perhubungan RI No.37 Tahun 2020 tentang pengoperasian pesawat udara
tanpa awak di ruang udara yang dilayani di Indonesia.

Sub Bab 5.3.1. dan 5.3.2 merupakan prasyarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan
pengajuan permohonan operasi pesawat udara tanpa awak. Registrasi pesawat udara
tanpa awak dan permohonan Sertifikat Remote Pilot dapat dilakukan secara mandiri
secara online pada laman Direktorat Jendral Perhubungan Udara melalui Sistem
Registrasi Drone dan Pilot Drone Indonesia (SIDOPI).

118 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
119
CERITA DARI TAPAK
Studi Kasus Pemetaan dengan
menggunakan VToL bersama KBCF
Kawal Borneo Community
Foundation (KBCF) lahir dari
sebuah cita-cita solidaritas
kalimantan yang digagas sejak
tahun 2003 yang menganggap
perlunya sebuah penggalangan
segenap potensi dan sumberdaya dari semua pihak sebagai strategi dan gerakan
bersama untuk mendukung setiap inisiatif yang berkontribusi pada penyelamatan
Sumberdaya Alam Kalimantan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan.

Dalam Implementasinya KBCF menyiapkan model pengelolaan kebun sawit


swadaya yang mempraktikkan pertanian berkelanjutan dengan dukungan
parapihak, termasuk memiliki kemampuan menjalankan prinsip Indonesia
Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Untuk
mempersiapkan dan mendukung pengembangan tersebut Langkah pertama
yang diperlukan adalah pemetaan dan pendataan sawit swadaya sebagai bagian
penting dalam pengembangan pengelolaan kebun sawit swadaya.

120 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Target pemetaan yang dilakukan KBCF di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur
berbasis batas administrasi sehingga target areal cakupan foto udara yang akan
dilakukan menjadi cukup luas. Maka kegiatan pemetaan sawit swadaya harus
menggunakan UAV VToL dalam pengambilan datanya dan pemilihan jenis ini
dikarenakan dalam mengoperasikan unit VToL ini lebih flexible dibandingkan
dengan Fixed Wing yakni mudah dalam pengoperasiannya, dan juga mengurangi
resiko unit crash Ketika takeoff dan landing karena tidak memerlukan landasan
yang panjang. Kapasitas Satu baterai dalam sekali terbang ialah 40 s/d 50 menit/
flight dan bisa mengambil data foto udara seluas 400-500 Ha/flight dan dalam
satu hari maksimal terbang kita 4 baterai (jika cuaca cerah).

Salah satu keunikan yang ada di Kabupaten Paser ketika proses pemetaan dilakukan
ialah adanya pelibatan masyarakat adat dalam proses penerbangan perangkat
UAV yang biasa disebut dengan ritual “pamit” ke leluhur untuk memberikan doa
kelancaran pekerjaan sebelum melakukan misi di setiap desa.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
121
H. PROSES PENGOLAHAN
DAN ANALISIS DATA
PEMETAAN
Proses pengolahan data lapangan dapat dibagi menjadi 2 cara sesuai dengan alat
pengukuran lapangan yang digunakan. Yakni yang pertama ialah pengolahan data
hasil titik dan atau jarak/track dari GPS Handheld Receiver (GPS Mobile/Smartphone) dan
yang kedua adalah pengolahan data hasil foto udara dari hasil teknologi UAV (Drone
Multirotor/Fixed Wing/VToL). Keduanya akan menghasilkan hasil peta yang berbeda
dalam segi tampilan/informasi yang disajikan. Cara pertama akan menampilkan
polygon persil lahan saja, jikapun ada dasar foto/citra itu berasal dari software Google
Earth Pro dan tingkat akurasi/detail gambarnya tidak terlalu baik karena bergantung
pada tahun pengambilan gambar dan jenis citra yang digunakan. Sedangkan cara
kedua akan menghasilkan peta berupa polygon dengan dasar berupa peta foto udara
yang akurasinya lebih baik dan sesuai kondisi terbaru di lapangan sehingga dapat
memberikan informasi lebih detail.

1. Pengolahan Data GPS Handheld Receiver / Mobile GPS


(Smartphone)

Mengacu pada Buku Saku Pemetaan yang sudah disusun oleh Yayasan SIAR Nusantara
pada tahun tahun 2020, proses pengolahan data lapangan yang didapatkan
menggunakan GPS receiver dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni cara pertama
dapat menggunakan software sederhana berupa Google Earth Pro dimana proses
pengolahannya kita membutuhkan koneksi intenet (online) dan cara kedua dengan
menggunakan software pengolahan data spasial tingkat lanjut seperti QGIS (open
source version) atau ArcGIS (premium version) dimana selama proses pengolahan dapat
dilakukan tanpa dukungan koneksi internet (offline). Pada modul ini akan dijelaskan
pengolahan data hasil dari GPS receiver menggunakan software Google Earth Pro dan
QGIS sebagai perbadingan hasil.

122 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1.1. Software Google Earth Pro
1.1.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum)
• Sistem Operasi : Windows 7 (lebih tinggi lebih baik)
• CPU : 1 GHz atau 2 Ghz dual core / lebih cepat
• Memori Sistem : 2 GB atau disarankan minimal 4 GB up
• Hard Disk : Ruang kosong 2 GB (4 GB up lebih baik)
• Prosesor Grafis : Kompatible dengan DirectX 9 (DirectX 11 up lebih baik) atau
OpenGL 1.4 (OpenGL 2.0 up lebih baik)

1.1.2. Pengunduhan dan Instalasi Software


• Pengunduhan software/perangkat lunak Google Earth Pro dapat diunduh melalui
link berikut : https://www.google.com/intl/id/earth/versions/#earth-pro
• Setelah proses pengunduhan selesai maka proses instalasi dimulai dengan cara
membuka/menjalankan file yang sudah diunduh, kemudian pilih install.
• Setelah itu tunggu proses instalasi hingga selesai dan kemudian pilih OK. Maka
proses instalasi sudah selesai dan software Google Earth Pro dapat dibuka dan
dijalankan.

Gambar 110. Instalasi Software Google Earth Pro

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
123
1.1.3. Input Data ke Google Earth Pro
• Sebelum melakukan proses input data ke software pengolahan, pastikan data dan
hasil survey (titik/jejak) telah disalin atau dipindahkan ke perangkat computer.

Gambar 111. Input Data ke Google Earth Pro

• Untuk melakukan input data baik itu titik atau jejak ke Google Earth Pro, Pilih menu
File pada menu bar dan kemudian pilih buka atau bisa menggunakan shortcut key
berupa Ctrl+O dan pilih jenis file *.gpx pada jendela explorer perangkat computer
: Open.
• Lalu centang semua pilihan pada jendela GPS Data Input dan klik OK.
• File yang telah diinput ke dalam Google Earth Pro akan ditampilkan di peta dasar
dan nama file tersebut juga akan ditampilkan pada tab Tempat/Places di bagian kiri
layar utama.

Gambar 112. Tampilan Peta Dasar dan File Data (Sidebar)

124 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Pada Google Earth Pro, terdapat beberapa tools yang telah disediakan untuk
mendukung kebutuhan pengelolaan data peta yang diperlukan. Beberapa tools
dasar yang terdapat pada layar utama Google Earth Pro diantaranya :

Gambar 113. Fitur dan Tools Dasar Google Earth Pro

1. Penampil Sidebar 9. Beralih Antar Peta Rupa


2. Membuat Polygon 10. Memunculkan Pengukur/Penggaris
3. Membuat Titik (Waipoint) 11. Pintasan Kirim Data sebagai E-mail
4. Membuat Garis/Jejak (Track) 12. Pintasan untuk Mencetak Peta
5. Menambahkan Hamparan Gambar 13. Pintasan untuk Menyimpan Peta
6. Membuat Rekam Tour 14. Pintasan Google Maps
7. Memperlihatkan Citra Historis 15. Pintasan Web Google Earth
8. Penunjukan Cahaya Matahari

1.1.4. Pengukuran dan Pengolahan Data Hasil Lapangan


Hasil pengukuran lapangan dengan metode track/jejak akan menghasilkan data yang
berisi ukuran panjang sedangkan metode titik hanya akan menghasilkan titik koordinat
disetiap sudut lahan dan nantinya akan diolah untuk membentuk sebuah polygon
persil lahan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
125
1.1.4.1. Membuat polygon dari data Titik dan Jejak/Track
• Data titik atau jejak hasil pengukuran di lapangan hanya berupa titik-titik koordinat
dan tidak dapat diambil informasi khususnya data luasan
• Data titik atau jejak harus disatukan menjadi sebuah polygon dengan memilih
menu “Tambahkan Polygon” pada tools yang tersedia di menu bar (Gambar…,
Simbol 2)
• Jendela Google Earth Pro – New Polygon akan muncul. Lalu hubungkan setiap titik
hingga membentuk polygon dengan cara klik 1x pada setiap titik hasil pengambilan
GPS satu persatu sesuai urutan pengambilan titik pada setiap persil kebun dan garis
polygon akan terhubung secara otomatis

Gambar 114. Proses menggambar polygon dan pemberian nama polygon

• Kemudian beri nama polygon sesuai dengan kebutuhan.


• Kemudian pilih menu tab “style, warna” untuk memberikan polygon warna
transparan sehingga objek dalam polygon dapat terlihat namun tetap memiliki
batas. Pilihan Area untuk warna polygon dan pilihan Garis/Lines untuk warna batas
polygon lahan. Setelah selesai lalu pilih Ok.

126 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 115. Proses menggambar pemberian warna pada garis dan area polygon

1.1.4.2. Menghitung panjang dan luas


• Untuk mengetahui ukuran panjang dan luas dari data track/jejak atau polygon hasil
dari data titik/jejak maka pilih logo segitiga hitam yang terletak di bagian kiri dari
nama file pada sidebar yang diinginkan hingga menampilkan rincian dari file yang
akan diukur dan diolah.
• Kemudian klik kanan pada rincian data tersebut lalu pilih menu property (properties)
• Setelah memilih property, pilih menu tab Measurements.
• Lalu akan muncul keterangan data berupa panjang (meter) dan luas (hektar) hasil
track/jejak yang sudah menjadi sebuah polygon dengan satuan yang dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
127
Gambar 116. Proses menggambar pemberian warna pada garis dan area polygon

1.1.4.3. Mengukur objek pada peta/citra Google Earth Pro


Google Earth Pro juga dapat digunakan untuk mengukur area atau objek pada area
sekitar lahan yang kita ukur dikarenakan adanya tampilan peta/citra yang disajikan
oleh Google Earth Pro namun data ini bersifat timeseries sehingga tidak semua wilayah
memiliki tampilan peta yang update sesuai waktu yang kita inginkan secara detail.
• Fitur yang digunakan adalah tool penggaris/ruler yang berada pada menu bar.
• Fitur/tools penggaris dapat digunakan untuk mengukur panjang garis, panjang
jalur, panjang garis keliling, lingkaran, area polygon dan lain-lain.

1.1.4.4. Layout Peta


Tahapan layout peta adalah tahap akhir dalam pembuatan peta. Pada proses layout peta,
akan dilakukan penyusunan informasi yang menerangkan isi peta sesuai kebutuhan.
Informasi-informasi tersebut biasanya berupa gambar peta, judul peta, legenda peta,
sumber data, skala peta, arah mata angin, dan keterangan lainnya.
• Tahapan pertama yakni pilih menu File, lalu pilih menu Simpan dan pilih Simpan
Gambar. Dapat juga menggunakan shortcut key berupa Ctrl+Alt+S

128 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 117. Proses penyimpanan peta menjadi gambar

• Selanjutnya akan muncul kotak-kotak informasi yang dapat diedit sesuai kebutuhan
diantaranya Judul Peta, Legenda, Arah Mata Angin, dan Skala Peta yang dapat diatur
dan diberikan informasi sesuai kebutuhan dengan cara klik pada masing-masing
kotak informasi tersebut.

Gambar 118. Tampilan lembar kerja layout/penyajian peta

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
129
Gambar 119. Pengaturan tampilan lembar kerja/layout peta

• Jika ingin mengubah informasi pada setiap kotak maka klik pada kotak yang akan
diedit kemudian pilih logo x (keluar) pada kotak jika perubahan sudah selesai
• Di layar penyajian peta terdapat baris tools layout peta yang dapat digunakan dalam
proses layout peta, yakni (Gambar …)
1. Opsi Peta (Map Options) untuk mengatur elemen yang dibutuhkan untuk
ditampilkan dalam peta, skala peta, dan penataan gaya peta
2. Resolusi (Resolution) untuk memilih resolusi tampilan peta yang diinginkan
3. Simpan Gambar (Save Image) untuk menyimpan peta pada perangkat komputer
4. Logo x digunakan untuk keluar dari proses layot peta.
• Jika layout peta sudah ditata sesuai kebutuhan maa peta dapat disimpan dengan
memilih simpan gambar pada baris tools layout peta dan simpan peta pada
perangkat computer dengan nama yang sesuai judul peta agar mudah diingat.

Gambar 120. Proses penyimpanan lembar peta

130 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 121. Hasil penyajian peta menggunakan software Google Earth Pro

1.2. Software QGIS (Quantum GIS)


1.2.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum)
• Sistem Operasi : Windows 8 64 bit (lebih tinggi lebih baik)
• CPU : 2.8 GHz (lebih tinggi lebih baik)
• Memori Sistem : 8 GB (atau diatasnya)
• Hard Disk : 500GB atau lebih
• Prosesor : intel core i5 (dual) atau ryzen 3 series (lebih tinggi lebih
disarankan)

1.2.2. Pengunduhan dan Instalasi Software


• Pengunduhan software/perangkat lunak Quantum GIS (QGIS) dapat diunduh
melalui link berikut : https://qgis.org/id/site/forusers/download.html.
• Pada halaman website akan ada banyak pilihan produk sesuai sistem operasi pada
perangkat yang digunakan. Jika menggunakan windows maka pilih “Unduh untuk
Windows”
• Selanjutnya akan muncul pilihan jenis installernya, yaitu Installer Rilis terbaru (fitur
terlengkap) dan  Rilis jangka panjang (paling stabil). Kedua pilihan installer ini
tergantung pada kebutuhan dan kemudian pilih salah satu untuk di download.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
131
Gambar 122. Pilihan driver software QGIS dapat diunduh sesuai kebutuhan

• Setelah download selesai, cari file installer yang ada pada perangkat kemudian klik
dan jalankan instalasi lalu pilih next dan agree terhadap ketentuan yang berlaku.
• Kemudian pilih lokasi penyimpanan software pada perangkat computer. Lalu klik
install dan tunggu hingga selesai.
• Jika sudah selesai, maka software sudah dapat digunakan.

Gambar 123. Proses instalasi software QGIS di Perangkat Windows

132 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1.2.3. Pengenalan Fitur QGIS

Secara umum tampilan utama dalam software QGIS yang bersifat open source tidak
berbeda jauh dengan aplikasi GIS lain yang bersimal komersil. Beberapa fitur yang
tersedia biasanya berupa fitur membuat, membuka, dan menyimpan file project, navigasi
tampilan peta, pengolahan data raster, hingga membuat layout peta. Terdapat empat
(4) bagian utama yang seringkali digunakan dalam pengelolaan peta, diantaranya :

1. Menu dan Toolbar


Pada bagian ini terdapat Menu file yang berisi kumpulan tools untuk mengakses file
seperti membuka, menyimpan, dan menghapus project data. Sedangkan toolbar berisi
kumpulan fitur-fitur untuk pengolahan peta secara detail. Untuk mengatur tampilan
dan fungsi-fungsi toolbar, dapat memilih menu view lalu pilih menu toolbars. Terdapat
kelompok-kelompok toolbar yang dapat diaktifkan dan dinonaktifkan.

2. Table of Content (ToC) / Layers


Bagian ini berfungsi untuk menampilkan daftar layer/data spasial yang sedang
dijalankan dan diolah pada jendela map view. Dalam ToC juga kita dapat memilih untuk
mengaktifkan atau menonaktifkan data spasial yang akan ditampilkan pada map view.
Cara mengaktifkan ToC ialah dengan cara pilih menu View kemudian pilih panels dan
pilih layer.

3. Map View
Bagian ini menampilkan data peta dan menjadi lembar kerja utama dalam proses
pengelolaan peta.

4. Status Bar
Bagian ini terletak paling bawah layar untuk menampilkan informasi koordinat dan skala
peta yang aktif dan sedang ditampilkan pada map view. Pada status bar juga dapat
mengatur skala peta yang ditampilkan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
133
1

Gambar 124 Interface/Antarmuka software QGIS

1.2.4. Input Data GPS ke QGIS


Hasil pengambilan titik di lapangan menggunakan GPS memiliki format GPX yang
sebelumnya sudah disimpan dalam perangkat komputer. Langkah-langkah untuk
membuka data *.gpx menggunakan QGIS adalah sebagai berikut :
• Jalankan software QGIS
• Kemudian pilih New Empty Project

Gambar 125. Proses membuka lembar kerja baru pada QGIS

134 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Selanjutnya pilih menu Vector pada main menu
dan pilih GPS Tools
• Cara pertama, jika data dari GPS sudah disimpan
ke dalam perangkat computer maka dapat
menggunakan tab menu Load GPS File untuk
membuka file yang akan diolah di QGIS.
• Pilih icon titik tiga pada kolom file dan cari file gpx
yang akan diolah.
• Centang features type sesuai jenis file gpx-nya. Gambar 126. Proses membuka
Jika file berupa titik maka pilih Waipoints dan jika data GPS
file berupa jarak maka pilih Track. Lalu klik OK.

Gambar 127. Proses Membuka data GPS cara pertama

• Cara kedua, apabila file hasil pengambilan data


di lapangan belum disalin ke dalam perangkat
computer, maka untuk memasukkan data
langsung dari GPS bisa menggunakan tab
menu Download From GPS. Namun dipastikan
bahwa driver GPS sudah terinstall dan GPS
sudah terhubung ke perangkat computer
menggunakan port USB.
Gambar 128. Proses Membuka
data GPS cara kedua

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
135
• Beberapa informasi yang harus diisi dalam kolom Download From GPS diantaranya :

1. GPS Device diisi dengan jenis GPS yang digunakan. Umumnya jenis Garmin Series
2. Port diisi dengan USB sebagai penghubung GPS dengan computer
3. Features type diisi sesuai dengan jenis data yang akan diolah. Waipoint untuk titik
dan Track untuk data jarak
4. Layer name diisi dengan nama file sesuai keinginan dan kebutuhan
5. Output file akan berupa *.gpx dan kemudian klik save as untuk memilih lokasi
penyimpanan file GPX di perangkat computer
6. Lalu tekan OK dan jika file berhasil di-input maka akan muncul pada bagian Table of
Content atau Layers

Gambar 129. Data GPS yang sudah berhasil di-input ke dalam QGIS

Data yang sudah di-input ke dalam QGIS masih berupa data dengan format GPX yang
di dalam attribute-nya sudah berisi informasi seperti nama lokasi, koordinat, ketinggian
atau elevasi, comment atau data tanggal pengambilan data dan data-data lainnya.
Namun apabila ingin memberikan infromasi dan melakukan pengolahan lebih lanjut,
data GPX tersebut harus diubah (convert) formatnya menjadi format data ESRI shapefile
(*.shp). Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk merubah data dengan format

136 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
gpx ke format shp adalah :

• Klik kanan layer file pada table of


content yang akan kita ubah (bisa
waipoint atau track)
• Kemudian klik kanan dan pilih
export. Jika ingin merubah satu
layer tanpa menyeleksi informasi di
dalamnya maka pilih pilihan save
features as.
• Sedangkan jika ingin merubah
Gambar 130. Proses export File GPX menjadi SHP
satu informasi tertentu yang
sudah diseleksi di dalam sebuah layer maka bisa pilih pilihan save selected features
as. Cara memilih informasi mana saja yang akan di-export dan dipisahkan dengan
data yang lainnya adalah:
1. Buka attribute table dengan klik kanan pada file di layers : open attribute table
2. Cara pertama, bisa langsung di blok saja dengan menarik kursor pada baris
informasi tertentu yang ingin di-export. Misalnya data sesuai tanggal dan waktu
pengambilan agar tidak tercampur dengan data-data di tanggal dan waktu
yang lainnya.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
137
Gambar 131. Proses menyeleksi informasi di Attribute Table cara pertama

3. Cara kedua, pilih icon select features using an expression pada fitur di attribute
table
4. Kemudian pada kolom Select by Expression, pilih Fields and Values. Maka akan
muncul informasi nama-nama kolom yang dapat dijadikan indicator untuk
menyeleksi
5. Klik 2x pada judul kolom yang diinginkan agar nama kolom muncul pada kotak
output
6. Jika sudah muncul, kemudian klik icon sama dengan (=)
7. Setelah itu pada kolom values, klik pilihan all unique. Maka akan muncul semua
informasi pada satu kolom yang sudah kita pilih sebelumnya
8. Lalu klik 2x pada values tersebut sesuai kelompok informasi mana yang akan
dipilih dan dipisahkan dengan data lainnya
9. Setelah muncul di kotak output, klik select features yang terletak di sudut kanan
bawah agar pilihan yang sudah dipilih otomatis ter-blok/terpilih
10. Selanjutnya kembali pada map view utama dan klik kanan layer yang tadi kita
pilih informasinya, lalu pilih export dan pilih pilihan save selected features as.

138 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
1

5
3 6

Gambar 132. Proses menyeleksi informasi di Attribute Table cara kedua


• Selanjutnya akan muncul jendela save vector layer as/ save selected features as
dengan beberapa ketentuan :
1. Pada kolom format, pilih jenis file shapefile
2. Pada file name, pilih lokasi penyimpanan yang sudah ditentukan dengan icon
titik tiga dan simpan dengan nama yang mudah diingat
3. Pada kolom CRS, pilih EPSG : 32749 - WGS 84 dengan zona UTM sesuai pembagian
lokasi yang sudah ditentukan standarisasinya (pembagian zona UTM indonesia
ada pada lampiran …s)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
139
4. Pada kolom encoding pilih UTF-8
dengan pilihan fields yang bisa diseleksi
informasi attribute apa saja yang ingin
dipertahankan dan data mana yang
tidak perlu
5. Pada pilihan Geometry pilih pilihan
Automatic
6. Pada umumnya pilihan Extent tidak
akan tercentang sehingga tidak perlu
dilakukan perubahan informasi
7. Pilihan layer options juga akan otomatis
memilih NO untuk pilihan RESIZE dan
Gambar 133. Proses Pemilihan Zona UTM
kosong untuk pilihan SHPT untuk kolom CRS
8. Kolom Costum Options tidak perlu diisi jika tidak dibutuhkan
9. Centang kolom Add saved file to Map
10. Jika sudah selesai semua maka pilih OK dan proses export akan berlangsung
11. File yang berhasil di export dari format gpx ke shp akan muncul secara otomatis
pada tampilan layers (Table of Content)

Gambar 134. Proses mengisi informasi pada informasi tertentu dari file gpx yang akan dijadikan
file shp (hasil seleksi Attribute Table)

140 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 135. Hasil export data akan muncul pada layers (kotak merah) dan data gpx jika sudah
tidak dibutuhkan dapat dihapus/di-remove dari layers atau dihilangkan centangnya

• Secara umum, file shp merupakan satu kesatuan dengan 4 file ekstensi lain yang
berbeda dan menjadi satu layer/objek. File tersebut diantaranya dbf, prj, qpj, dan shx.
Sehingga apabila ingin memindahkan satu layer/objek maka semua file tersebut
harus dicopy.

Gambar 136. File SHP dengan file lain yang menjadi satu kesatuan informasi spasial

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
141
1.2.5. Pengukuran dan Pengolahan Data Hasil Lapangan
1.2.5.1. Merubah Waipoint dan Track menjadi Polyline

Salah satu informasi utama yang akan dihasilkan dalam proses pemetaan lahan kebun
untuk S-TDB adalah informasi luasan dan batas lahan dari area yang sudah dipetakan.
Pemetaan menggunakan GPS hanya akan menghasilkan data waipoint dan atau data
track yang masing-masing datanya belum terhubung satu dengan yang lainnya atau
dapat dikatakan hanya terdapat data titik-titik koordinat. Sehingga perlu dilakukan
pengolahan dari data-data tersebut untuk menjadi sebuah polyline terlebih dahulu.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan ialah :

• Pilih menu Processing : Toolbox


• Akan muncul jendela toolbox di sebelah kanan QGIS lalu cari fitur “Points to Path”
pada kolom search

Gambar 137. Proses membuka menu Points to path

142 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Selanjutnya akan muncul jendela Points to Path dengan tab menu parameter

Gambar 138. Jendela Points to path

• Isi informasi pada setiap kolom dengan beberapa ketentuan, diantaranya :


1. Input point layer adalah kolom untuk memasukkan file waipoint/track yang akan
diubah dengan cara klik icon titik tiga disebelah kanan kolom dan cari data file
yang akan diubah (file sudah dalam bentuk shp bukan gpx)
2. Order Field adalah kolom pilihan untuk memilih dari informasi mana (informasi
pada kolom attribute table) yang akan dibentuk atau menjadi acuan untuk
menggambar polyline
3. Lalu klik Run untuk menjalankan proses.
4. Setelah selesai, maka akan muncul sebuah layer bernama path yang berisi
polyline sesuai dengan waipoint yang sudah dipilih.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
143
Gambar 139. Hasil proses Point koordinat yang sudah menjadi Path

1.2.5.2. Membuat Polygon dari Polyline


Tahap selanjutnya setelah waipoint dan atau track sudah menjadi polyline, maka harus
diubah menjadi sebuah polygon agar bisa dilakukan pengolahan lebih lanjut seperti
mencari luasannya. Tahapan yang dilakukan untuk merubah polyline menjadi polygon
adalah :
• Pilih menu Vektor pada main menu
• Lalu pilih Geometry Tools : Lines to Polygon
• Setelah jendela Lines to Polygon muncul, isi kolom Input Layer dengan dengan file
waipoint atau track yang sudah menjadi polyline

Gambar 140. Proses mengubah Polyline menjadi Polygon

144 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Untuk kolom polygons, bisa diisi langsung menjadi sebuah file polygon dengan
format shp dengan klik titik tiga di sebelah kanan lalu pilih save to file untuk
membuat nama file dan memilih lokasi penyimpanan. Jangan lupa untuk memilih
SHP files (*.shp) pada save as type di jendela explorer/save file penyimpanan file.
• Kemudian pilih Run dan tunggu sampai proses selesai
• Jika proses berhasil maka polygon dari area yang dipetakan akan muncul ke layar
utama map view dan juga Table of Content / Layers QGIS

Gambar 141. Hasil proses Polyline yang sudah menjadi Polygon

1.2.5.3. Menghapus dan atau Menambah Informasi pada Attribute Table


Pada setiap layer data spasial atau data hasil pengukuran di lapangan, di dalamnya
terdapat informasi yang mendeskripsikan objek atau area yang diukur dan dipetakan.
Namun dalam proses pengajuan S-TDB, informasi dalam attribute table data spasial hasil
pengukuran di lapangan tidak semua digunakan dan beberapa informasi baru perlu
ditambahkan. Setelah hasil GPS dalam format *gpx baik berupa waipoint atau track yang
sudah menjadi shp dan dikonversi menjadi sebuah polygon, selanjutnya harus diseleksi
informasi di dalamnya dan diberi informasi tambahan lain dengan melewati tahapan
sebagai berikut :

• Pilih layer pada Table of Content yang akan diolah


• Lalu klik kanan : open attribute table
• Untuk melakukan penghapusan dan atau penambahan informasi pilih icon Toggle
Editing Mode (Ctrl+E)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
145
• Selanjutnya hapus beberapa informasi yang tidak diperlukan dengan klik icon
Delete Field (Ctrl+L)
• Pada jendela Delete Field, hapus informasi kolom yang tidak diperlukan
• Setelah itu klik OK

Gambar 142. Proses Menghapus Informasi Attribute Table yang tidak diperlukan

• Tahapan selanjutnya adalah menambahkan informasi baru untuk memberikan


keterangan/deskripsi yang lebih lengkap terhadap area yang dipetakan sesuai
dengan kebutuhan proses S-TDB
• Untuk menambahkan informasi baru, maka pilih icon New Field (Ctrl+W)
• Akan muncul jendela Add Field
• Lalu isi setiap kolom dengan mengacu pada beberapa ketentuan :
1. Kolom name diisi dengan judul informasi yang akan ditambahkan
2. Kolom comment bisa diisi dengan keterangan tambahan (optional)
3. Kolom type disesuaikan dengan jenis informasinya yakni bisa berupa angka
bulat (Whole Number – Integer), angka decimal (Decimal Number – Real),
berupa text (String), tanggal (Date), dan waktu (Date and Time)

146 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
4. Kolom Length diisi dengan jumlah maksimal karakter yang akan diisi pada
kolom informasi
• Khusus untuk kolom Informasi Attribute Table LUAS, Type yang dipilih adalah Decimal
Number (Real) dengan Length 10 dan Precision 2-4.
• Jika sudah, maka pilih OK
• Setelah kolom attribute table ditambahkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk mendukung data spasial dalam proses S-TDB, maka selanjutnya isi setiap
baris dan setiap kolom informasi sesuai dengan deskripsi dan karakteristik masing-
masing objek/area yang dipetakan sebagai persil kebun yang akan diajukan dalam
proses S-TDB. Jika informasinya kosong maka akan otomatis terisi tulisan NULL.
• Jika sudah selesai, pilih icon Toggle Editing Mode kembali dan pilih Save

Gambar 143. Proses Menambah Informasi Attribute Table yang tidak diperlukan

1.2.5.4. Menambah Informasi Geometry (Luasan Area)


Salah satu keluaran dari adanya peta persil lahan yang diukur secara langsung dilapangan
untuk menjadi salah satu kelengkapan S-TDB ialah informasi mengenai luasan dari
bidang persil kebun tersebut. Maka proses selanjutnya adalah menambahkan informasi
luasan pada kolom yang telah disediakan pada tahapan sebelumnya. Informasi ini juga

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
147
sekaligus menjadi koreksi secara spasial terhadap hasil kuisioner S-TDB yang merupakan
informasi yang berasal dari pekebun mengenai luas dari kebun yang dimiliki. Tahapan
menambahkan informasi luasan dapat dilakukan dengan cara :
• Pilih layer pada Table of Content yang akan diolah
• Lalu klik kanan : open attribute table
• Untuk menghitung luasan polygon, pilih icon Open Field Calculator (Ctrl+I)
• Setelah jendela field calculator muncul, ada 2 pilihan yang dapat dipilih yakni yang
pertama pilihan Create a new field yang artinya menambahkan kolom baru (kolom
luasan) jika pada tahap sebelumnya kolom informasi luas belum tersedia di attribute
table. Pilihan kedua yakni Update existing field, yakni untuk langsung menghitung
luas area pada kolom infromasi yang sudah tersedia dengan cara memilih pada
kotak pilihan yang sudah disediakan untuk menampilkan seluruh kolom attribute
table.
• Pada kotak row_number di tengah jendela Field Calculator : pilih Geometry
• Klik 2x pada pilihan $area hingga muncul pada kotak expression
• Format luasan secara default atau otomatis dalam satuan meter persegi (m2), jika
ingin mendapatkan hasil luasan dalam satuan hektar maka pada kolom expression
perlu menambahkan rumus menjadi : $area/10000
• Rumus ini menandakan bahwa setiap satuan 1 meter persegi harus dibagi dengan
10.000 untuk menghasilkan 1 hektar
• Jika sudah, selanjutnya klik OK dan setiap informasi bidang di kolom luas akan
otomatis terisi informasi luasan secara spasial

Gambar 144. Proses Menambah Informasi Geometry pada Attribute Table Luas (Hektar)

148 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 145. Hasil kalkulasi Luas polygon

1.2.5.5. Layout Peta


Proses layout atau penyajian peta pada software QGIS hasil pemetaan menggunakan
GPS akan dijelaskan pada modul ini di halaman … bersama dengan proses penyajian
peta dari hasil pemetaan menggunakan Drone dan Fixed Wing. Hal ini dikarenakan
secara proses penyajian peta hasil perangkat GPS maupun Drone/Fixed Wing di QGIS
sebagian besar langkah-langkahnya sama. Hanya berbeda di tampilan peta pada lembar
layout.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
149
150 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
CERITA DARI TAPAK
Studi Kasus Pemetaan dengan menggunakan
Fixed Wing bersama Yayasan Javlec

Yayasan JAVLEC Indonesia merupakan sebuah jejaring


antar berbagai organisasi masyarakat sipil dan komunitas
yang memfokuskan pada isu lingkungan, kehutanan,
dan sosial dengan visi untuk menjadi komunitas yang
memiliki peran strategis dalam mewujudkan demokrasi
dan keberdayaan masyarakat sipil, menuju tercapainya
kesejahteraan masyarakat melalui proses fasilitasi program,
pengembangan pengetahuan, pemberdayaan ekonomi, dan perbaikan kebijakan.
Yayasan JAVLEC berkedudukan di Yogyakarta.

Besarnya potensi sawit swadaya di Indonesia yang belum dapat terakomodir


dengan baik menjadi latar belakang dilakukan pemetaan dan pendataan oleh
Yayasan JAVLEC Indonesia. Selain itu, pekebun sawit swadaya selama ini tidak diberi
kesempatan untuk membela hak mereka dikarenakan tidak memiliki data dan
fakta di lapangan yang terdokumentasikan secara baik bagaimana kondisi kebun-
kebun mereka dari segi legalitas hingga pengelolaan. Di tingkat tapak pekebun
diharapkan mampu untuk mengelola potensi-potensi yang ada berdasarkan peta
yang dimiliki. Bentuk lain dari pemanfaatan peta dan data yaitu pekebun dapat
mengakses fasilitasi baik dari pemerintah
maupun pihak lain, tentunya dengan
dasar peta dan data guna mendukung
pengelolaan sawit yang berkelanjutan.

Fixed wing menjadi sarana akuisisi foto


udara dikarenakan efektifitas dari segi waktu
dan tenaga yang diperlukan. Luasnya kebun

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
151
dan lokasi yang terpisah-pisah menjadi salah satu tantangan dalam melakukan
pemetaan dan pendataan sawit swadaya. Wahana tanpa awak fixed wing memiliki
radius terbang hingga 10 kilometer dan mampu mencapai ketinggian 450 meter,
atau dengan kata lain dapat melakukan akuisisi foto udara seluas 400 hektar dalam
sekali misi penerbangan, selain itu kondisi tajuk dari kelapa sawit dalam foto udara
dapat dengan mudah dikenali saat dilakukan deliniasi data. Sehingga klasifikasi
antara tanaman sawit dan non sawit akan lebih mudah dilakukan.

Dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 misi


penerbangan menggunakan WTA fixed
wing dan menghasilkan foto udara seluas
800-1200 hektare (catatan : cuaca cerah tidak
berawan, tidak hujan, angin relative stabil).
Secara umum kekurangan fixed wing yaitu
resiko kecelakaan saat dioperasikan dapat
menghambat proses akuisisi foto udara serta
menambah biaya dalam proses perbaikan.

152 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2. Pengolahan Data Foto Udara UAV (Drone Multirotor,
Fixed Wing, dan VToL)
Hasil foto udara yang berasa dari Drone atau Fixed Wing/VToL hanya berupa kumpulan-
kumpulan foto dari suatu area yang di dalamnya terdapat informasi koordinat geografis
(Geo Tagging) sehingga foto-foto tersebut perlu masuk dalam proses penggabungan
foto-foto menjadi satu kesatuan sebelum diolah lebih lanjut. Hasil penggabungan foto-
foto tersebut biasa disebut dengan Orthophoto.

Beberapa software yang dapat digunakan untuk pengolahan foto udara menjadi
Orthophoto yaitu ada software yang berbayar / premium diantaranya Agisoft Metashape
dan Pix4D Mapper. Namun ada juga software yang bersifat opensource atau gratis yakni
WebODM.

1.1. Pengolahan Foto Udara menjadi Orthophoto

Proses pengolahan foto udara menjadi Orthophoto merupakan langkah yang penting
dilakukan agar pengolahan data spasial terkait bidang lahan/bidang kebun sawit swadaya
dapat dilakukan. Waktu yang diperlukan dan tingkat kesulitan dalam pengolahan
tergantung dari jumlah foto, ukuran foto, kualitas yang dihasilkan, perangkat dan
software yang digunakan. Pada modul ini akan dijelaskan bagaimana mengolah foto
udara menjadi Orthophoto menggunakan software WebODM atau OpenDroneMap.

1.1.1. Software OpenDroneMap


1.1.1.1. System Requirement (Persyaratan Sistem Minimum)

Persyaratan minimal untuk menjalankan perangkat lunak WebODM seperti yang


tercantum dalam situs resmi opendronemap (https://docs.opendronemap.org/id/
installation/) :

• Sistem Operasi : Windows 8 64 bit (lebih tinggi lebih baik)


• CPU : 2.8 GHz (lebih tinggi lebih baik)
• Memori Sistem : 4 GB (atau diatasnya)
• Hard Disk : 500GB atau lebih
• Prosesor : intel core i5 (dual) atau ryzen 3 series (lebih tinggi lebih disarankan)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
153
Beberapa catatan yang dapat menjadi pertimbangan yakni, CPU dengan lebih banyak
core akan memungkinkan pemrosesan lebih cepat, sementara kartu grafis (GPU) saat
ini tidak berdampak pada kinerja pengolahan gambar. Untuk memproses lebih banyak
gambar, tambahkan lebih banyak ruang disk dan RAM secara linier ke jumlah gambar
yang perlu anda proses (Tabel 7)

Tabel 8. Perbandingan kapasitas RAM dengan jumlah foto yang dapat diolah

Number of images RAM or RAM + Swap


40 4
250 16
500 32
1500 64
2500 128
3500 192
5000 256

1.1.1.2. Pengunduhan dan Instalasi Software


Software pengolahan OpenDroneMap dapat digunakan menggunakan 2 metode. Yakni
instalasi secara manual dan instalasi melalui WebODM (Otomatis). Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut perbedaan dari kedua instalasi
yang tersedia (https://www.opendronemap.org/webodm/download/) :

Tabel 9. Perbandingan pilihan installasi software OpenDroneMap

Manual Install WebODM Installer


Membutuhkan keterampilan dalam Otomatis terinstall ke dalam perangkat
menggunakan coding secara manual computer (desktop/web)
dan membutuhkan Docker
Sulit dalam proses installasi Mudah dalam proses installasi
Tidak terbatas dalam jumlah gambar Tidak terbatas dalam jumlah gambar
yang diolah untuk satu akun yang diolah untuk satu akun
Gratis / Opensource Berbayar / Berlangganan

154 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 146. Pilihan Installasi Software OpenDroneMap
Namun, dari 2 pilihan yang ada, terdapat satu opsi lain yakni penggunaan software
berbasis cloud (Cloud Processing) yakni WebODM Lightning yang dapat digunakan
secara gratis di desktop komputer namun memiliki keterbatasan berupa jumlah gambar
yang dapat diolah terbatas dan menggunakan sistem kredit untuk setiap akun. Sehingga
jika ingin melakukan pengolahan data yang banyak, harus memiliki akun lebih dari 1.
Pada modul ini akan menjelaskan cara dan proses pengunduhan serta instalasi software
OpenDroneMap menggunakan Cloud Processing sehingga aplikasi dapat dijalankan
secara mudah pada desktop berbasis windows. Langkah yang dapat dilakukan yakni :

1. Kunjungi situs resmi OpenDroneMap : https://www.opendronemap.org/webodm/

Gambar 147. Situs resmi WebODM

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
155
2. Kemudian klik menu “Cloud Processing” dan halaman akan berganti pada jendela
baru lalu klik menu “Go to Website”.

Gambar 148. Proses mendownload software

3. Halaman selanjutnya akan menampilkan dashboard utama


Cloud Processing WebODM Lightning. Salah satu syarat
menggunakan fitur ini adalah harus memiliki akun terlebih
dahulu. Jika belum memiliki akun maka dapat klik “+Sign Up”
untuk mendaftar terlebih dahulu.

4. Selanjutnya silahkan isi email dan password yang akan digunakan sebagai akun.

Gambar 149. Proses membuat akun WebODM

156 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
5. Jika email dan password sudah berhasil dibuat, halaman yang akan muncul adalah
halaman verifikasi email dengan angka kredit 0.
6. Selanjutnya periksa pesan/kotak masuk pemberitahuan pada email yang sudah
didaftarkan yang digunakan untuk melakukan verifikasi akun.
7. Jika sudah berhasil, maka angka kredit pada halaman sebelumnya akan bertambah
menjadi 150 dan maksimal gambar yang dapat diolah hanya 337 foto.

Gambar 150. Proses mendownload WebODM untuk OS Windows

8. Tahap selanjutnya adalah installasi WebODM Lightning ke perangkat computer


yang berbasis Windows 64bit dengan klik pada pilihan “Download Dekstop App”.
Pastikan perangkat komputer sudah sesuai dengan syarat spesifikasi minimum.
9. Setelah download selesai, Install WebODM Lightning dan jalankan proses hingga
selesai.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
157
Gambar 151. Proses Instalasi software WebODM

10. Setelah installasi selesai dilakukan, maka software WebODM Lightning akan otomatis
terbuka pada jendela computer.

158 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 152. Tampilan awal WebODM

1.1.1.3. Pengolahan Foto Udara

Tahapan atau proses pengolahan foto udara di WebODM Lightning dilakukan dengan
cara:
1. Buka software pengolahan WebODM Lightning pada perangkat komputer
2. Pada bagian awal / dashboard software akan muncul lembar kerja, dan klik menu
“+Add Project”

Gambar 153. Proses membuat lembar kerja baru (1)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
159
3. Lalu isi pada jendela New Project dengan judul yang diinginkan beserta deskripsi
dari project tersebut dan klik “+Create Project”.

Gambar 154. Proses membuat lembar kerja baru (1)

4. Setelah itu, project akan otomatis muncul pada list/daftar project yang akan, sudah,
dan sedang dikerjakan di halaman dashboard
5. Kemudian klik menu “Select Images and GCP” untuk memasukkan foto-foto udara
yang akan diolah. Jika kumpulan foto tersebut berada dalam satu folder dengan
format .zip maka dapat langsung dimasukkan dengan menu “Import”.

Gambar 155. Memasukkan gambar/hasil foto udara ke dalam Project (1)

6. Selanjutnya pilih lokasi kumpulan foto yang tersimpan di dalam perangkat


komputer. Pastikan format foto sudah sesuai dengan ketentuan pada software. Lalu
drag semua foto yang akan diolah dan klik “Open”.

160 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 156. Memasukkan gambar/hasil foto udara ke dalam Project (2)

7. Beberapa pengaturan dasar yakni :


· Isi informasi nama project yang akan dikerjakan pada kolom “Name” yang
tersedia.
· Pilih “Processing Node” : Auto
· Pilih Options sesuai kebutuhan dalam pengolahan foto. Untuk memudahkan
dan memepercepat proses namun hasil tetap baik dalam segi akurasi dan
kualitas gambar, bisa memilih “Fast Orthophoto”
· Pilih “No” pada pilihan Resize Image agar kualitas dan ukuran foto tetap
dipertahankan
· Jika semua pengaturan sudah dilakukan, maka klik ikon “Review”

Gambar 157. Pengaturan dasar pengolahan foto

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
161
8. Ikon “Review” akan berubah menjadi “Start Processing”. Klik dan biarkan proses
pengolahan foto hingga selesai. Proses akan berjalan secara otomatis dan aka nada
notifikasi “Completed” pada halaman software jika proses pengolahan foto udara
sudah selesai dilakukan.


Gambar 158. Proses pengolahan gambar/hasil foto udara menjadi Orthophoto

9. Selanjutnya, jika proses sudah selesai dilakukan maka hasil dapat langsung dilihat
dengan fitur “View Map” dimana Orthophoto yang sudah selesai bisa di-overlay
dengan basemap peta yang disediakan oleh software. Sehingga, dapat diverifikasi
lokasi dan akurasi dari hasil foto udara yang diolah.

162 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 159. Hasil Orthophoto

10. Tahapan selanjutnya yakni menyimpan hasil foto udara ke dalam format GeoTIFF
(*.tif ) agar hasil olahan tersebut dapat masuk ke proses selanjutnya di software
pengolahan peta. Langkah pertama yakni klik pada menu “Download Asset”
kemudian pilih “Orthophoto”

Gambar 160. Proses penyimpanan hasil Orthophoto (1)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
163
11. Kemudian pilih Projection sesuai kebutuhan. Pada modul ini menggunakan
projection UTM yang sudah default dari software ODM dan selanjutnya pilih format
penyimpanan ke dalam “GeoTIFF (RGB)”. Lalu klik “Download”.

Gambar 161. Proses penyimpanan hasil Orthophoto (2)

12. Pilih tempat penyimpanan pada perangkat komputer dan beri nama file dengan
nama yang mudah diingat dan sesuai kebutuhan, lalu “Save”.

Gambar 162. Hasil Orthophoto yang sudah disimpan format .Tiff

1.2. Pengolahan Data Orthophoto menjadi Peta

Hasil dari pengolahan dan penggabungan foto-foto udara menjadi satu kesatuan atau
biasa disebut dengan Orthophoto kemudian harus diolah untuk menjadi sebuah peta
yang memiliki informasi yang diperlukan dan dibutuhkan dalam proses pengajuan
S-TDB. Maka tahapan pengolahan Orthophoto menjadi sebuah peta dapat dilakukan

164 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
menggunakan software QGIS sebagai software yang bersifat open source sehingga
dapat digunakan oleh semua kalangan secara gratis.

1.2.1. Input Data Orthophoto ke dalam QGIS


Hasil pengambilan data di lapangan menggunakan WTA/UAV baik yang menggunakan
Rotary Wing (Drone) maupun Fixed Wing/VToL akan berupa kumpulan foto yang
selanjutnya digabungkan dan diolah menjadi satu kesatuan membentuk Orthophoto
yang memiliki format *.tiff dan sebelumnya sudah disimpan dalam perangkat komputer.
Langkah-langkah untuk membuka data *.tiff menggunakan QGIS adalah sebagai
berikut:
• Jalankan software QGIS
• Kemudian pilih New Empty Project
• Jika ingin melakukan input data Orthophoto ke dalam QGIS dapat dilakukan dengan
2 cara. Cara pertama melalui jendela Browser dan cara kedua menggunakan fitur
Add Raster Layer (CTRL+SHIFT+R)
• Cara pertama, pada tampilan QGIS umumnya jendela Browser terdapat disebelah
kiri atas. Untuk mencari file Orthophoto yang akan di-input, bisa langsung membuka
file pada folder penyimpanan yang muncul di jendela Browser.
• File yang akan di-input pastikan memiliki format *.tiff pada bagian akhir nama filenya.
Lalu klik 2x pada file untuk memunculkan file pada map view / lembar kerja di QGIS.

Gambar 163. Input hasil olahan foto udara ke dalam QGIS (Cara pertama)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
165
• Cara kedua, cari ikon Add Raster Layer yang biasanya berada di kelompok menu
sebelah kiri layar QGIS atau biasa disebut sebagai kelompok Manage Layers Toolbar.
Jika ingin membuka menggunakan shortcut bisa klik CTRL+SHIFT+R pada keyboard
dan jendela Data Source Manager | Raster akan langsung terbuka.

Gambar 164. Input hasil olahan foto udara ke dalam QGIS (Cara kedua)

• Selanjutnya pada kotak source type, pilih : File


• Kemudian pada kotak Source, buka Raster Dataset(s) dengan klik icon titik tiga agar
bisa membuka jendela expoler perangkat computer, lalu cari tempat penyimpanan
file Orthophoto dengan format *tiff dan klik 2x pada file atau klik 1x dan pilih tombol
Open pada jendela explorer

Gambar 165. Contoh lokasi dan jenis file ortho pada explorer yang akan di-input

166 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Jika nama file sudah muncul pada kota Raster, selanjutnya klik tombol Add pada
jendela Data Source Management | Raster agar file ortomosaic dapat ditampilkan
pada map view atau lembar kerja utama QGIS

Gambar 166. Klil tombol Add ketika file source sudah muncul di kotak Raster Dataset(s)

Gambar 167. Hasil Ortho yang sudah berhasil di-input ke dalam QGIS

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
167
1.2.2. Membuat Data Spasial
Setelah data Orthophoto dimasukkan ke dalam QGIS, tahap selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah tahapan digitasi peta. Tahapan ini bertujuan untuk mengubah
data analog menjadi data digital yang memiliki informasi geografis. Dalam kegiatan
pemetaan lahan kebun sawit swadaya, objek yang akan dilakukan digitasi adalah persil/
petak kebun berdasarkan kepemilikan dengan menggunakan Orthophoto sebagai
base-layer / referensi spasialnya.

Deliniasi segmen garis batas kebun dan titik kartometrik dipandu langsung oleh
pemilik kebun dan perangkat desa. Dalam proses deliniasi harus disertai dengan
snapping untuk meminimalisir kesalahan topologi pada segmen yang membutuhkan
ketepatan digitisasi seperti persimpangan atau perpotongan. Deliniasi segmen garis
batas dan penentuan titik kartometrik dilakukan sedetil mungkin mengikuti obyek yang
tergambar pada citra sesuai dengan penanda batas yang dimaksud. Adapun tahapan
deliniasi dilakukan dengan cara :

1.2.2.1. Membuat Shapefile Baru


Proses pertama yang harus dilakukan adalah membuat persil/petak kebun sawit
swadaya menjadi sebuah shapefile sehingga proses digitasi bisa dilakukan. Tahapan
membuat shapefile dilakukan dengan cara :

• Klik menu Layer pada kelompok Main Menu di QGIS : Create Layer : New Shapefile
Layer. Lalu akan muncul jendela New Shapefile Layer

Gambar 168. Cara membuat shapefile baru di QGIS

168 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Setelah jendela New Shape File ditampilkan, isi beberapa informasi pada setiap
kolom sesuai dengan kebutuhan dan biarkan beberapa informasi terisi secara
default/otomatis oleh sistem. Beberapa informasi yang perlu diisi secara manual
diantaranya :
a. Kolom File Name diisi dengan nama shapefile dan lokasi penyimpanan dengan
cara klik icon titik tiga di sebelah kanan kolom File Name. Pastikan nama dan
lokasi penyimpanan mudah diingat dan dicari. Pastikan juga tidak menulis nama
file secara manual di kolom File Name tanpa melakukan klik ikon titik tiga disamping
kolom.
b. Kolom Geometry Type terdapat beberapa pilihan. Point dan Multipoint digunakan
untuk membuat Point of Interest suatu objek seperti titik lokasi alamat dan
bangunan, Line digunakan untuk membuat layer berupa garis seperti jalan
dan sungai. Sedangkan Polygon digunakan untuk membuat sebuah layer
berupa area yang memiliki luas dan keliling seperti bangunan, lahan, dan batas
administrasi. Selanjutnya, pilih type polygon karena output pada tahapan ini
adalah shapefile persil/petak kebun sawit.
c. Kolom CRS diisi sesuai dengan zona UTM di setiap kelompok lokasi pemetaan
(EPSG:32649 – WGS 84 / UTM zone …) : pembagian zona UTM di Indonesia ada
pada lampiran …
d. Kolom kelompok New Field pada baris Name diisi informasi Nama/Judul untuk
setiap kolom yang akan diiput ke dalam attribute table di setiap shapefile.
Misalnya kolom nama diberi judul Nama, NIK, Alamat, Legalitas, dsb. Akan tetapi,
karakter pada setiap judul hanya dibatasi sampai 10 karakter saja dalam bentuk
huruf, angka, dan underscores.
e. Kolom kelompok New Field pada baris Type dipilih sesuai jenis kolomnya. Jika kita
akan membuat kolom Nama, Alamat, dan Tempat Lahir maka bisa menggunakan
Type berupa Text, jika ingin membuat kolom Tanggal bisa menggunakan Type
berupa Date. Sedangkan Type Whole Number/Integer untuk kolom yang berisi
data bilangan bulat dan untuk Type Decimal Number/Real digunakan untuk
kolom yang memiliki data berupa bilangan decimal.
f. Kolom kelompok New Field pada baris Length dapat disesuaikan dengan
jumlah karakter yang akan diisi kedalam setiap baris infromasi. Dan apabila
menggunakan Type Desimal Number, kolom precision berfungsi untuk
mengatur jumlah angka dibelakang koma yang dibutuhkan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
169
g. Jika semua informasi pada kolom kelompok New Field sudah terisi, maka
selanjutnya klik kolom Add to Fields List maka setiap Field yang diinput akan
masuk dan ditampilkan pada kelompok Fields List.
h. Jika ingin menghapus Field yang tidak dibutuhkan, bisa klik icon Remove Field
pada sudut kanan bawah jendela New Shapefile Layer
i. Apabila sudah menentukan informasi field yang dibutuhkan untuk setiap
shapefile, selanjutnya klik OK dan tunggu proses penambahan Shapefile selesai
j. Jika langkah yang dilakukan berhasil, shapefile baru dengan nama yang sudah
ditentukan akan muncul pada jendela Layers (Table of Content)

D
E
F
G

H
I

Gambar 169. Informasi yang perlu diisi untuk menambahkan shapefile baru

170 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 170. Shapefile yang suda berhasil dibuat muncul di Layers

1.2.2.2. Deliniasi Persil Kebun


Tahapan selanjutnya adalah melakukan deliniasi terhadap persil/bidang kebun sawit
yang sudah dipetakan. Pembuatan polygon persil lahan mengikuti bentuk lahan dan
batas yang sudah ditentukan seusia kepemilikannya. Proses deliniasi dibedakan menjadi
2 sesuai dengan sumber Orthophoto-nya. Orthophoto hasil drone pada umumnya hanya
berisi informasi 1 bidang lahan kepemilikan sedangkan Orthophoto hasil fixed wing /
VToL dapat berisi lebih dari satu informasi bidang lahan kepemilikan karena hasil foto
udara yang lebih luas dibandingkan drone. Adapun tahapan deliniasi yakni :

• Setelah shapefile yang dibuat berhasil ditampilkan kedalam layers / table of content,
selanjutnya klik fitur Toggle Editing pada kelompok Digitizing Toolbar

Gambar 171. Icon Toogle Editing untuk memulai editor

• Kemudian klik fitur Add Polygon Feature (CTRL+ . ) dan kursor mouse pada map
view akan berubah dari tanda panah menjadi titik hitam seperti target panahan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
171
Gambar 172. Icon Add Polygon Feature untuk menggambar polygon baru

• Lalu gambar polygon sesuai dengan batas kepemilikan lahan dengan mengacu
kepada base-layer Orthophoto dari hasil foto udara. Cara menggambar polygon
adalah klik 1x pada bagian kiri mouse di setiap sudut bidang lahan hingga seluruh
bidang lahan tertutup seluruhnya oleh polygon.

Gambar 173. Proses penggambaran polygon baru garis akan berwarna merah

• Setelah polygon sudah membentuk bidang lahan kebun, klik 1x pada bagian kanan
mouse dan akan muncul jendela Polygon Test | Feature Attributes
• Isi kolom Id dengan nomor urutan polygon yang dibuat (penomoran akan sangat
berguna ketika proses deliniasi dilakukan pada hasil Orthophoto fixed wing yang
memiliki informasi lebih dari 1 bidang lahan kepemilikan) dan isi kolom Nama sesuai
dengan nama pemilik kebun. Lalu klik OK.

172 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 174. Informasi Attribute table untuk polygon yang dibuat

• Jika terdapat lebih dari 1 bidang kepemilikan lahan, maka gambar kembali bidang
lahan yang lain sesuai tahapan diatas.
• Tahapan akhir yakni mematikan fitur editing dengan klik kembali icon Toggle Editing
pada kelompok Digitizing Toolbar lalu pilih SAVE untuk menyimpan hasil deliniasi.

Gambar 175. Contoh hasil deliniasi yang sudah selesai dilakukan (1 persil)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
173
1.2.2.3. Ketentuan Deliniasi
Menurut NSPK yang sudah disusun tim SPOSI tahun 2020, terdapat beberapa ketentuan
deliniasi yang dapat menjadi acuan dalam proses pemetaan persil lahan/bidang kebun
sawit masyarakat. Diantaranya :

a. Tampilan citra dan perbesarannya pada layar monitor


• Penggunaan skala masukan citra yang sama dengan skala keluaran peta berisiko
pada ketidakcermatan atau ketidakhalusan garis-garis hasil delineasi pada saat
digitisasi on-screen, karena penyimpanan verteks yang terlalu jarang. Untuk
mengurangi risiko ini maka perlu ditetapkan penggunaan tampilan citra yang
diperbesar pada layar monitor, sehingga digitisasi dapat dilakukan secara lebih
cermat dan dengan kerapan verteks yang lebih tinggi.
• Standar skala tampilan citra untuk menjadi dasar bagi interpretasi visual secara
on-screen adalah tiga kali lipat lebih besar daripada skala keluaran peta. Jadi
misalnya akan menghasilkan peta pada skala 1:10.000, maka tampilan citra
komposit dan digitisasi harus dilakukan pada skala minimal 1:3.500, mengacu
pada skala yang dtampilkan di layar monitor.
• Hubungan antara resolusi spasial dengan skala citra tercetak (atau citra yang
ditampilkan pada layar monitor) sebagai sumber utama deliniasi tersaji pada
Tabel 1, di mana setiap resolusi spasial dihubungkan dengan pencetakan setiap
piksel pada ukuran 0,1 mm (yang menunjukkan skala ideal), serta skala optimal
yang berada pada kisaran tiga kali lipat lebih besar dari skala ideal.

Tabel 10. Hubungan antara resolusi spasial dengan skala citra tegak (citra di layar monitor)
sebagai sumber utama deliniasi

Resolusi Skala Citra


Spasial Skala Ideal Skala Optimal
30 m 1:300.000 1:100.000
20 m 1:200.000 1:70.000
15 m 1:150.000 1:50.000
10 m 1:100.000 1:35.000
5m 1:50.000 1:17.000
1m 1:10.000 1:3.500

174 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
b. Penarikan garis batas dan penentuan titik kartometrik
Tabel 11. Penanda Batas Alam

No. Gambar Jenis Batas Keterangan


1 Tepi Sungai Batas kebun yang
digambarkan di
sepanjang tepi sungai

2 Median (As) Batas kebun yang


Sungai digambarkan di sepanjang
median (As) sungai

Tabel 12. Penanda Batas Buatan


No. Gambar Jenis Batas Keterangan
1 Median (As) Batas kebun yang
Jalan ditarik di sepanjang
median (as) jalan.

2 Tepi Jalan Batas kebun yang ditarik di


sepanjang tepi/bahu jalan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
175
c. Topologi
Pengecekan topologi dilakukan pada tahapan pengolahan hasil penarikan garis batas
kebun dan penentuan titik kartometrik menggunakan perangkat lunak GIS dengan
membuat ruledescription pada perangkat lunak tersebut. Pengecekan topologi dilakukan
pada:
• Garis batas kebun yang direpresentasikan oleh fitur line/polyline
• Titik kartometrik yang direpresentasikan oleh fitur point.

Aturan topologi yang digunakan dalam pengecekan topologi dan perbaikan yang
dilakukan apabila terdapat error (kesalahan) untuk kedua fitur tersebut diatas disajikan
pada Tabel 10 dan Tabel 11 berikut:
Tabel 13. Aturan Topologi untuk Fitur Line/Polyline dan Perbaikannya

Aturan Topologi Keterangan Perbaikan

Garis yang bertumpuk Mengurangi (substract)


dengan garis lainnya akan
terdeteksi sebagai error.

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

Garis yang menumpuk 1. Menyederhanakan


dengan garis itu (simplify)
sendiri akan terdeteksi 2. Membagi (split)
sebagai error. 3. Menghapus titik
(delete vertex)
Error ditunjukkan pada
ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

Garis yang memotong 1. Membagi (split)


dengan garis itu 2. Mengurangi (substract)
sendiri akan terdeteksi 3. Menyederhanakan
sebagai error. (simplify)
Error ditunjukkan pada
ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

176 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Aturan Topologi Keterangan Perbaikan
Garis yang tidak 1. Memperpanjang (extend)
bersentuhan dalam kelas 2. Memotong (trim)
fitur yang sama akan 3. Mengatupkan (snap)
terdeteksi sebagai error.

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

Beberapa garis yang Memisahkan (Explode)


menjadi satu bagian/
segmen akan terdeteksi
sebagai error.

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.
Garis yang saling 1. Membagi (split)
berpotongan akan 2. Mengurangi substract)
terdeteksi sebagai error.
Aturan ini digunakan jika
garis dalam satu kelas fitur
hanya harus menyentuh
garis lain di titik akhir.

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

Tabel 14. Aturan Topologi untuk Fitur Point dan Perbaikannya

Aturan Topologi Keterangan Perbaikan


Titik yang tidak tepat pada Mengaktifkan “snapping”
akhir/ujung garis akan dan menggeser titik
terdeteksi sebagai error. tepat di akhir garis

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
177
Aturan Topologi Keterangan Perbaikan
Titik yang tidak tepat Menggeser titik
pada garis akan terdeteksi tepat di garis
sebagai error.

Error ditunjukkan pada


ruledescription dan ditandai
dengan tanda merah.

1.2.2.4. Menambah dan atau Menghapus Informasi pada Attribute Table


Pada setiap layer data spasial berupa polygon persil/bidang lahan, di dalamnya terdapat
informasi yang mendeskripsikan objek atau area yang diukur dan dipetakan. Namun
dalam proses pengajuan S-TDB, perlu ditambahkan beberapa informasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan mengacu pada standar form S-TDB. Adapun langkah-langkah
penambahan infromasi pada attribute table pada setiap polygon persil lahan adaah
sebagai berikut :

• Pilih layer (polygon persil) pada Table of


Content yang akan diolah
• Lalu klik kanan : open attribute table
• Untuk melakukan penghapusan dan atau
penambahan informasi pilih icon Toggle
Editing Mode (Ctrl+E)
• Selanjutnya hapus beberapa informasi
yang tidak diperlukan dengan klik icon
Delete Field (Ctrl+L)
• Pada jendela Delete Field, hapus informasi
kolom yang tidak diperlukan
• Setelah itu klik OK

178 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 176. Proses menghapus informasi di attribute table

• Tahapan selanjutnya adalah menambahkan informasi baru untuk memberikan


keterangan/deskripsi yang lebih lengkap terhadap area yang dipetakan sesuai
dengan kebutuhan proses S-TDB
• Untuk menambahkan informasi baru, maka pilih icon New Field (Ctrl+W)
• Akan muncul jendela Add Field
• Lalu isi setiap kolom dengan mengacu pada beberapa ketentuan :
1. Kolom name diisi dengan judul informasi yang akan ditambahkan
2. Kolom comment bisa diisi dengan keterangan tambahan (optional)
3. Kolom type disesuaikan dengan jenis informasinya yakni bisa berupa angka
bulat, angka decimal, berupa text, tanggal, dan waktu
4. Kolom Length diisi dengan jumlah maksimal karakter yang akan diisi pada
kolom informasi
• Jika sudah, maka pilih OK
• Setelah kolom attribute table ditambahkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk mendukung data spasial dalam proses S-TDB, maka selanjutnya isi setiap

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
179
baris dan setiap kolom informasi sesuai dengan deskripsi dan karakteristik masing-
masing objek/area yang dipetakan sebagai persil kebun yang akan diajukan dalam
proses S-TDB. Jika informasinya kosong maka akan otomatis terisi tulisan NULL.
• Jika sudah selesai, pilih icon Toggle Editing Mode kembali dan pilih Save.

Gambar 177. Proses menambah informasi baru di attribute table

1.2.2.5. Menambah Informasi Geometry (Luasan Area)


Salah satu keluaran dari adanya peta persil lahan yang diukur secara langsung dilapangan
untuk menjadi salah satu kelengkapan S-TDB ialah informasi mengenai luasan dari
bidang persil kebun tersebut. Maka proses selanjutnya adalah menambahkan informasi
luasan pada kolom yang telah disediakan pada tahapan sebelumnya. Informasi ini juga
sekaligus menjadi koreksi secara spasial terhadap hasil kuisioner S-TDB yang merupakan
informasi yang berasal dari pekebun mengenai luas dari kebun yang dimiliki. Tahapan
menambahkan informasi luasan dapat dilakukan dengan cara :
• Pilih layer pada Table of Content yang akan diolah
• Lalu klik kanan : open attribute table
• Untuk menghitung luasan polygon, pilih icon Open Field Calculator (Ctrl+I)

180 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Setelah jendela field calculator muncul, ada 2 pilihan yang dapat dipilih yakni yang
pertama pilihan Create a new field yang artinya menambahkan kolom baru (kolom
luasan) jika pada tahap sebelumnya kolom informasi luas belum tersedia di attribute
table. Pilihan kedua yakni Update existing field, yakni untuk langsung menghitung
luas area pada kolom infromasi yang sudah tersedia dengan cara memilih pada
kotak pilihan yang sudah disediakan untuk menampilkan seluruh kolom attribute
table.
• Pada kotak row_number di tengah jendela Field Calculator : pilih Geometry
• Klik 2x pada pilihan $area hingga muncul pada kotak expression
• Format luasan secara default atau otomatis dalam satuan meter persegi (m2), jika
ingin mendapatkan hasil luasan dalam satuan hektar maka pada kolom expression
perlu menambahkan rumus menjadi : $area/10000
• Rumus ini menandakan bahwa setiap satuan 1 meter persegi harus dibagi dengan
10.000 untuk menghasilkan 1 hektar
• Jika sudah, selanjutnya klik OK dan setiap informasi bidang di kolom luas akan
otomatis terisi informasi luasan secara spasial

Gambar 178. Proses menambah Informasi Geometry (Luasan Area)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
181
Gambar 179. Hasil penambahan luasan polygon yang dibuat

1.2.2.6. Menambah Informasi Titik Koordinat


Salah satu informasi yang umumnya diperlukan dalam kegiatan verifikasi persil/bidang
kebun sawit ialah titik koordinat dari setiap sudut bidang lahan/area yang diajukan
untuk mendapatkan S-TDB. Jika pemetaan menggunakan GPS receiver dengan metode
waipoint, titik koordinat sudut lahan akan otomatis didapatkan, namun untuk pemetaan
menggunakan foto udara, titik koordinat sudut lahan harus di-input ke dalam software
QGIS dengan cara yang sama seperti menambahkan polygon dengan format shp
ke dalam peta (Halaman 80). Hanya saja ada perbedaan pada beberapa pengisian
informasi, yakni :

• Kolom Geometry Type. Untuk menambahkan titik koordinat ke dalam peta, tipe yang
dipilih / digunakan adalah Point atau Multipoint.
• Pastikan kolom CRS diisi sesuai dengan zona UTM lokasi/area pemetaan

Gambar 180. Proses menambahkan informasi titik koordinat sudut lahan (1)

182 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Kolom New Field ditambahkan informasi attribute table berupa kolom Koor X dan
kolom Koor Y.

Gambar 181. Proses menambahkan informasi titik koordinat sudut lahan (2)

• Selanjutnya, mulailah menitikkan setiap sudut area pemetaan menggunakan kursor


mouse dan klik kiri untuk memunculkan jendela informasi titik tersebut. Isi hanya
bagian ID saja sesuai urutan titik yang diinginkan. Sedangkan Koor X dan Y akan diisi
oleh informasi koordinat menggunakan Field Calculator.

Gambar 182. Proses menambahkan informasi titik koordinat sudut lahan (3)

• Tahapan akhir yakni mematikan fitur editing dengan klik kembali icon Toggle Editing
pada kelompok Digitizing Toolbar lalu pilih SAVE untuk menyimpan hasil deliniasi.


Gambar 183. Proses menambahkan informasi titik koordinat sudut lahan (4)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
183
• Setelah titik dalam bentuk shapefile sudah ditambahkan ke dalam peta, tahapan
selanjutnya adalah memberikan informasi koordinat x dan y pada setiap titik
tersebut dengan cara Pilih file layer pada Table of Content yang akan diolah lalu klik
kanan : open attribute table.

Gambar 184. Mengisi informasi koordinat di kolom titik koordinat x dan y di Attribute table

184 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Setelah jendela field calculator muncul, ada 2 pilihan yang dapat dipilih yakni yang
pertama pilihan Create a new field yang artinya menambahkan kolom baru (kolom
koordinat) jika pada tahap sebelumnya kolom informasi koordinat belum tersedia
di attribute table. Pilihan kedua yakni Update existing field, yakni untuk langsung
memberikan informasi pada kolom koordinat yang sudah tersedia.
• Pada kotak row_number di tengah jendela Field Calculator : pilih Geometry
• Kemudian pada pilihan kelompok Geometry, scroll hingga menemukan $y untuk
koordinat Y dan $x untuk koordinat X (dilakukan secara bergantian).
• Klik 2x agar muncul pada kotak Expression dan selanjutnya klik OK.

Gambar 185. Hasil penambahan titik koordinat X dan Y di Attribute Table

1.2.2.7. Mengatur Tampilan Polygon dan Menampilkan Labels


Pengaturan ini berguna untuk mengubah tampilan polygon sesuai kebutuhan dan
aturan yang berlaku agar informasi yang ingin disampaikan dapat dibaca oleh pembaca
peta. Selain itu labels juga akan membantu memberikan informasi tambahan terhadap
peta yang disajikan. Biasanya labels digunakan untuk menampilkan symbol/informasi
mengenai titik koordinat sudut lahan/kebun. Langkah yang dilakukan yakni:

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
185
a. Merubah Tampilan Polygon
• Klik kanan pada pada file di layers polygon yang akan di-edit : Properties
• Selanjutnya akan muncul jendela Layer Properties : Symbology

Gambar 186. Proses menampilkan jendela properties dan symbology

Gambar 187. Jendela Propertis : Symbology

• Pada kotak Filter Symbol pilih untuk memunculkan All Symbol yang disediakan
• Pilih symbol sesuai kriteria dari objek yang dipetakan. Jika perkebunan maka pilih
tipe symbol perkebunan.
• Namun untuk contoh pada modul ini akan memilih symbol arsir (Hashed Black) agar
objek ortho sebagai basemap dapat ditampilkan
• Selanjutnya ubah warna sesuai dengan keinginan dan disesuaikan agar warna
kontras dan dapat dibedakan dengan objek ortho

186 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 188. Pengaturan tampilan polygon dan warna polygon

Gambar 189. Perbedaan sebelum dan sesudah perubahan tampilan polygon

b. Menampilkan Labels
• Klik kanan pada pada file di layers polygon yang akan di-edit : Properties
• Selanjutnya akan muncul jendela Layer Properties : Labels

Gambar 190. Proses menampilkan jendela properties dan labels

• Setelah jendela properties dan labels muncul, pilih tipe labels-nya : Single Labels
• Pilih Value dengan informasi yang akan muncul sebagai labels di peta. Contoh Value
ID berupa informasi penomoran titik koordinat

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
187
• Jika ingin merubah jenis font, ukuran font, warna font, dan gaya penampilan font
dapat dirubah pada tab menu-menu yang sudah disediakan di jendela properties
Labels

Gambar 191. Menu pengaturan labels yang dapat diatur sesuai kebutuhan

Gambar 192. Perbandingan sebelum dan sesudah labels ditampilkan

188 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
3. Verifikasi garis batas kebun sawit swadaya
Verifikasi garis batas kebun sawit swadaya penting untuk dilakukan untuk meningkatkan
akurasi dari data yang ada. Verifikasi garis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Verifikasi garis batas kebun dilakukan untuk setiap segmen garis batas
• Verifikasi segmen garis batas kebun dilakukan dengan menghadirkan pemilik kebun
yang berbatasan
• Hasil klarifikasi segmen garis berupa segmen garis batas yang disepakati oleh
pemilik kebun yang berbatasan
• Klarifikasi garis batas kebun dilakukan secara on-screen
• Segmen garis batas kebun yang tidak atau belum disepakati selanjutnya dilakukan
verifikasi secara langsung ke lapangan.

4. Pengelolaan data dan informasi


Pemutakhiran data dilakukan untuk melihat perkembangan perubahan pengelolaan
perkebunan sawit swadaya. Dengan adanya pendataan dan pemetaan sawit swadaya
yang terintegrasi akan memudahkan dilakukan pemutakhiran data. Pemutakhiran
data dilakukan secara periodik sekali dalam tiga tahun untuk mendata perkembangan
pembukaan lahan baru oleh perkebunan sawit swadaya maupun alih fungsi lahan
perkebunan sawit swadaya.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
189
190 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
I. LAYOUT PETA
Penyajian hasil pemetaan persil/bidang kebun sawit masyarakat baik yang menggunakan
GPS Receiver, Drone Multirotor, hingga Fixed Wing/VToL harus dapat ditampilkan dalam
bentuk lembar peta yang memiliki infromasi yang dapat melengkapi form pendataan
S-TDB sebagai satu kesatuan berkas dalam proses pengajuannya. Hasil pemetaan
yang menggunakan perangkat GPS Receiver sebagai alat akuisisi data lapangan dapat
ditampilkan secara sederhana dalam bentuk lembar peta menggunakan software
Google Earth Pro. Namun hasil tersebut juga dapat diolah menjadi sebuah peta
menggunakan software pengolahan informasi geospasial lain yang lebih kompleks
seperti QGIS.

Pada tahapan layout peta ini, akan diberikan panduan untuk melakukan proses
penyajian peta dari hasil pemetaan menggunakan GPS Receiver, Drone Multirotor, dan
Fixed Wing/VToL. Namun yang perlu menjadi catatan adalah, perbedaan proses layout
dari hasil pendataan menggunakan perangkat-perangkat tersebut hanya terdapat pada
tampilan hasil petanya saja, sedangkan dalam proses penyajian sebagian besar sama.
Adapun tahapan layout dilakukan dengan cara :

1. Pengaturan Tampilan Peta pada Kertas Layout

Setelah proses pengolahan data pemetaan sudah selesai dilakukan dan setiap bidang/
persil kebun lahan setiap petani sudah memiliki informasi yang dibutuhkan, selanjutnya
adalah melakukan proses layout peta. Layout peta berfungsi untuk menampilkan
informasi-informasi yang ada pada peta sesuai dengan SNI Penyajian Peta Rupa Bumi
dan juga sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan pemetaan itu sendiri.

Hal yang pertama dilakukan dalam layout peta adalah memasukkan peta kedalam
kertas layout dan mengatur ukuran serta margin pada peta. Tahapannya yakni :

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
191
Gambar 193. Proses membuka lembar/jendela penyajian peta

• Klik pada Menu Project pada barisan Menu Bar lalu pilih : New Print Layout
• Setelah itu, akan muncul jendela “Create Print Layout Title” dan isi kolom yang
tersedia dengan judul dari berkas layout tersebut (dapat diisi dengan nama petani
pemilik kebun) lalu klik OK
• Selanjutnya akan muncul jendela layout dengan judul yang sudah diberikan
sebelumnya dan klik jendela menjadi Full Screen

Gambar 194. Jendela Penyajian Peta

192 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Kemudian, untuk memasukkan peta ke dalam lembar layot, pada barisan Menu Bar
pilih menu Add Item dan pilih : Add Map atau bisa juga langsung klik icon Add Map
pada kelompok Tool Box di layar sebelah kiri jendela layout
• Kursor mouse akan berubah dari panah putih menjadi icon +
• Kemudian gambar ukuran peta dengan klik sekali pada kertas layout dan tahan
lalu tarik (drag) kursor hingga membentuk ukuran peta sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan. Jika sudah, maka akan muncul tampilan berupa peta yang sedang
diolah sebelumnya.

Gambar 195. Proses Memasukkan data peta ke dalam lembar layout

• Tahapan berikutnya ialah memastikan ukuran kertas yang akan digunakan dengan
cara arahkan kursor mouse pada lembar layout lalu klik kanan : Page Properties.
Jendela Item Properties akan muncul di sebelah kanan layar. Isi beberapa informasi
sesuai kebutuhan.
a. Pada kolom Size, klik tanda panah untuk menampilkan daftar ukuran kertas yang
tersedia dan biasanya lebih lengkap daripada menu Page Setup
b. Pada kolom Orientation, klik tanda panah untuk memilih orientasi kertas yang
digunakan (landscape/portrait)
c. Kolom Width (panjang) dan Height (lebar) akan terisi otomatis seusai ukuran
kertas

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
193
d. Pada kolom Exclude page
from export, tidak usah
dicentang. Jika dicentang
maka ketika dilakukan export
maka lembar kerja layout
tidak akan muncul hasilnya
e. Pada kolom Background,
dapat dipilih warna untuk
kertas yang menjadi dasar
layout. Pada umumnya
pilihan Background tetap
berwarna putih.
Gambar 196. Pengaturan Ukuran Kertas Layout Peta

• Tahapan akhir dari pengaturan kertas dan tampilan peta yakni mengatur jarak antara
batas peta dengan batas kertas agar lebih rapi dan seimbang. Langkah-langkahnya
yakni,
a. Zoom pada 2 sudut lembar kertas yang berlawanan secara diagonal
menggunakan scroll pada mouse atau bisa klik icon Zoom pada kelompok
Toolbox (satu persatu).

Gambar 197. Hasil zoom untuk 2 sudut lembar kertas layout yang akan dimasukkan margin

194 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
b. Setelah itu arahkan kursor pada penggaris dan klik kiri. Lalu tarik kursor hingga
membentuk batas margin pada peta kertas peta. Penggaris atas jika ditarik
kevarah kertas akan membentuk margin atas atau bawah kertas dan penggaris
samping jika ditarik ke arah kertas akan membentuk margin pinggir kiri atau
kanan kertas. Sesuaikan margin sesuai kebutuhan.

Gambar 198. Hasil Margin (dalam kotak) yang sudah dibentuk pada kertas layout

c. Jika margin di semua sisi kertas sudah terbentuk, maka selanjutnya klik icon
Select/Move Item pada Menu Toolbox
d. Kemudian klik kiri mouse di kolom peta, lalu geser setiap sisi atau sudut peta
menyesuaikan dengan margin kertas yang sudah dibentuk agar jarak antara
batas peta dengan batas kertas dapat seimbang dan lebih rapi.

Gambar 199. Perbedaan sebelum & sesudah ada margin, dan sesudah peta dirapikan

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
195
2. Memberi Informasi pada Lembar Peta

Peta yang lengkap harus memiliki informasi yang dapat memberikan deskripsi secara
lengkap terhadap objek atau area yang akan disajikan di dalam lembar peta. Namun
sebelum hal tersebut dilakukan, perlu dilakukan pengaturan tampilan peta agar terlihat
lebih rapi dan informasi persil lahan dapat ditampilkan dengan baik. Hal yang harus
dilakukan ialah :
a. Pilih icon moce icon content pada kelompok toolbox yang ada di samping jendela
layout
b. Arahkan kursor mouse pada lembar peta
c. Kemudian gunakan tombol scroll mouse untuk memperbesar tampilan peta (bukan
tampilan lembar kerja) dimana akan merubah skala yang akan digunakan
d. Jika ingin menggeser tampilan peta, dapat klik kiri tombol mouse 1x dan tahan lalu
geser peta sesuai kebutuhan

Gambar 200. Hasil tampilan peta setelah diatur perbesaran dan posisi AOI-nya

196 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Setelah tampilan peta dinilai sudah cukup rapi, tambahkan beberapa informasi penting
yang harus ada dalam sebuah lembar peta diantaranya :

2.1. Judul Peta


Judul peta menjadi unsur penting dalam sebuah lembar peta karena judul akan
memberikan informasi utama dan menjadi gambaran umum terhadap seluruh unsur
yang ada dalam sebuah peta. Langkah penambahan judul dalam layout peta yakni :
• Klik icon Add Label pada toolbox atau dapat juga klik menu Add Item pada menu
bar dan pilih Add Label.
• Selanjutnya arahkan kursor pada lembar peta, lalu klik kiri dan tarik/drag kursor
mouse hingga membentuk bidang datar untuk menempatkan judul yang akan
dibuat.

Gambar 201. Tampilan kotak judul peta yang sudah di-input ke dalam lembar peta

• Untuk mengedit tulisan pada judul, klik Tab Item Properties pada Panels sebelah
kanan layar dan ketik judul pada kolom Main Properties. Tulisan pada lembar peta
akan otomatis berubah mengikuti text yang diketik pada kolom tersebut
• Selanjutnya untuk merubah jenis, ukuran, posisi, gaya penulisan dan warna teks
maka dapat diubah pada Tab Item Properties di bagian kolom tab menu Appearance.
Pada bagian ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pembuat peta.
• Tahapan berikutnya, apabila judul peta berada tepat menimpa bagian utama

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
197
tampilan peta, maka judul perlu diberikan latar warna yang berbeda sehingga
tulisan judul dapat terbaca dengan baik. Yakni dapat diatur dengan klik tab menu
Backgroud dan untuk pemilihan warna disesuaikan dengan kebutuhan pembuat
peta. Lebih baik kolom judul berada diluar area peta agar ketika diberikan Grid,
judul tidak tertimpa oleh grid.
• Setelah judul sudah selesai dilakukan pengaturan, rapikan kembali kotak batas dari
judul yang ada di lembar kerja layout peta dan posisikan judul peta dengan baik
agar terlihat lebih rapi dan mudah terbaca.

Gambar 202. Proses dan Hasil penambahan Judul Peta

198 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.2. Kotak Informasi Peta
Kotak informasi peta berguna sebagai area yang akan menampilkan informasi-informasi
peta secara terpusat pada suatu lembaran peta. Sehingga informasi yang akan
disampaikan dari sebuah peta akan terbaca oleh pembaca peta. Ukuran dan letak akan
disesuaikan oleh peta yang dibuat. Langkah-langkah yang harus dilakukan ialah :
• Klik icon Add Shape pada kelompok fitur toolbox di sebelah kiri jendela penyajian
peta
• Lalu arahkan kursor mouse ke lembaran peta sesuai kebutuhan
• Klik 1x kali tombol kiri mouse dan geser hingga membentuk kotak dengan ukuran
yang dibutuhkan

Gambar 203. Proses dan Hasil menambahkan Kotak Informasi Peta

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
199
2.3. Arah Mata Angin
Informasi selanjutnya yang perlu ditambahkan adalah arah mata angin agar orientasi
arah pada sebuah peta dapat diposisikan dan dibandingkan dengan kondisi nyata di
lapangan. Arah angin selalu mengacu pada arah utara (north). Langkah-langkahnya
yakni :

• Klik icon Add North Arrow pada baris toolbox atau dapat klik pada Add Item yang
ada di menu bar dan pilih Add North Arrow
• Icon arah mata angin akan muncul pada lembar peta dengan symbol dan warna
standar (default) dari pilihan software

Gambar 204. Proses Penambahan Arah Mata Angin pada lembar peta

• Untuk merubah model dan warna dari simbol mata angin, dapat dilakukan pada
panel item properties yang ada di sebelah layar software
• Model symbol mata angin dapat diubah pada bagian tab menu Search Directories
• Warna symbol mata angin dapat diubah pada bagian tab menu SVG Parameters.
Fill Color untuk pewarnaan di dalam bidang symbol dan untuk stroke color untuk
pewarnaan di bagian batas/garis tepi symbol.

200 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 205. Hasil penambahan Arah Mata Angin pada lembar peta

2.4. Skala Peta


Informasi penting lain yang perlu ditambahkan ke dalam lembar peta ialah skala. Skala
merupakan ukuran dalam satuan tertentu  dari sebuah objek yang dipetakan dan
tergambar dalam sebuah lembar peta dimana angka tersebut mewakili ukuran
dari sebuah objek di kondisi sesungguhnya. Misalnya skala 1:1000 itu berarti 1 cm
meter di dalam lembar peta mewakili 1000 cm ukuran di kondisi nyata pada objek/area
yang diepetakan. Skala yang akan dimasukkan adalah skala dalam bentuk teks dan skala
dalam bentuk batang. Tahapanya ialah:

a. Skala Batang
• Klik icon Add North Scale Bar pada baris toolbox atau dapat klik pada Add Item yang
ada di menu bar dan pilih Add Scale Bar
• Selanjutnya arahkan kursor pada lembar peta, lalu klik kiri dan tarik/drag kursor
mouse hingga membentuk bidang datar untuk menempatkan skala yang akan
dibuat. Panels Item Properties akan muncul di sebelah kanan tampilan software.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
201
Gambar 206. Proses penambahan skala batang pada lembar peta

• Bentuk atau variasi tampilan dari skala batang dapat diubah pada kolom style di tab
menu Main Properties yang terdapat di panel Item Properties
• Satuan dari skala yang digunakan dapat diubah pada tab menu Units yang terdapat
di panel Item Properties
• Jika ingin merubah jenis dan warna font skala yang digunakan dapat diubah pada
tab menu Fonts and Colors yang terdapat di panel Item Properties
• Tahapan berikutnya, apabila skala peta berada tepat menimpa bagian utama
tampilan peta, maka skala perlu diberikan latar warna yang berbeda sehingga
tulisan skala dapat terbaca dengan baik. Yakni dapat diatur dengan klik tab menu
Backgroud dan untuk pemilihan warna disesuaikan dengan kebutuhan pembuat
peta
• Serta beberapa pengaturan lain juga dapat langsung disesuaikan dan diubah pada
berbagai macam pengaturan tab menu di Item Properties (sebelah kanan tampilan
software)
• Jika pengaturan sudah selesai dilakukan, rapikan kotak batas skala yang ada pada
lembar peta dan tempatkan pada posisi yang diinginkan agar terlihat lebih rapi.
Umumnya berada di bawah kiri atau kanan lembar peta.

202 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 207. Hasil penambahan skala batang pada lembar peta

b. Skala Angka dan Informasi Ukuran Kertas


• Untuk menambahkan skala dalam bentuk text ke dalam lembar peta, maka ulangi
cara memasukkan skala batang seperti tahapan sebelumnya, namun setelah itu
ubah bentuk skala pada panel Item Properties : Main Properties : Style : Numeric. Lalu
sesuaikan pengaturan lainnya sesuai kebutuhan.
• Jika angka pada skala angka tidak bulat dan berupa angka decimal maka dapat
dibulatkan menjadi angka non-decimal di pengaturan Custumize Number : Ubah
Round to menjadi 1 dan pilih Significant figures (Nilai skala akan dibulatkan sehingga
akan menggeser angka skala sebenarnya)
• Skala angka hanya berupa angka, oleh sebab itu tambahkan tulisan/text “Skala” di
depan skala angka mengunakan fitur yang sama seperti menambahkan informasi
judul peta.
• Selain itu perlu ditambahkan keterangan ukuran kertas yang digunakan. Hal ini
penting agar ketika ada perubahan ukuran kertas, skala dapat dirubah menyesuaikan
perbesaran peta. Keterangan ukuran kertas dilakukan seperti saat memasukkan
informasi judul peta.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
203
Gambar 208. Proses penambahan skala angka pada lembar peta

Gambar 209. Hasil penambahan skala angka dan informasi ukuran kertas pada lembar peta

204 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
2.5. Legenda Peta
Legenda peta adalah suatu daftar atau tabel yang terdapat pada lembar peta dengan
fungsi untuk menunjukkan tanda-tanda atau simbol tertentu sesuai standar dalam peta
yang merepresentasikan/mendeskripsikan kondisi sebenarnya di suatu area. Tahapan
untuk memasukkan legenda ke dalam lembar peta yakni :

• Klik icon Add Legend pada toolbox atau dapat juga klik menu Add Item pada menu
bar dan pilih Add Legend.
• Selanjutnya arahkan kursor pada lembar peta, lalu klik kiri dan tarik/drag kursor
mouse hingga membentuk bidang datar untuk menempatkan Legenda yang akan
dibuat.

Gambar 210. Proses penambahan legenda pada lembar peta

• Setelah itu, muncul panel di sebelah kanan layar software untuk mengedit legenda
• Selanjutnya pada panel edit Item Properties : Main Properties terdapat kolom untuk
memasukkan judul legenda. Maka tulis pada kolom title dengan tulisan “Legenda”
dan isi kolom arrangement dengan pilihan Symbols on Left.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
205
Gambar 211. Jendela item properties untuk edit tampilan legenda (1)

• Kemudian untuk mengedit informasi dari legenda yang sudah dibuat, dapat
dilakukan pada kolom Legend Items. Hilangkan dahulu centang pada kotak Auto
Update dan lakukan pengeditan pada kolom yang tersedia.
• Jika ingin menghapus informasi yang tidak diperlukan, blok atau klik pada layer
informasi legenda yang ada pada kolom Legend Items, kemudian klik icon (-) yang
ada dibawahnya untuk mengurangi informasi yg dipilih

Gambar 212. Jendela item properties untuk edit tampilan legenda (2)

206 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Jika ingin mengganti judul layer dari informasi di legenda maka klik 2x pada judul
tersebut dan akan muncul jendela Legend Item Properties lalu isi judul layers pada
kolom Item Text
• Jika ingin mengganti jenis, ukuran, dan warna font dapat memilih tab menu Fonts
and Text Formating pada panel disebelah kiri. Begitu juga dengan latar dari kotak
informasi legenda jika ingin dirubah warnanya maka bisa memilih tab menu
Backgroud.

Gambar 213. Jendela item properties untuk edit tampilan legenda (3)

• Serta beberapa pengaturan lain juga dapat langsung disesuaikan dan diubah pada
berbagai macam pengaturan tab menu di Item Properties (sebelah kanan tampilan
software)
• Jika pengaturan sudah selesai dilakukan, rapikan kotak legenda yang ada pada
lembar peta dan tempatkan pada posisi yang diinginkan agar terlihat lebih rapi.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
207
Gambar 214. Hasil penambahan legenda pada lembar peta

2.6. Grid Line Peta


Grid Line  Peta adalah garis tegak lurus yang saling berhubungan yang terdapat
pada sebuah  peta  untuk memberikan orientasi spasial dengan mudah kepada
pembaca peta. Garis ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan suatu
titip koordinat dan skala yang digunakan. Selain itu, Grid line dapat merepresentasikan
garis lintang dan bujur yang terdapat di sebuah peta. Tahapan menambahkan grid pada
peta yakni :

• Klik pada layer peta yang ada di lembar kerja peta maka akan muncul panel Item
Properties pada sebelah kiri tampilan software

208 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 215. Proses menambahkan grid pada lembar peta (1)

• Selanjutnya cari dan klik tab menu Grid dan klik ikon (+) untuk menambahkan grid
baru pada layer peta.
• Kemudian klik tombol Modify Grid untuk memunculkan jendela Appearance untuk
mengedit beberapa informasi grid yang diperlukan

Gambar 216. Proses menambahkan grid pada lembar peta (2)

• Pada kolom Grid Type berfungsi untuk merubah model dari grid yang digunakan.
Apakah berbentuk garis (Solid), hanya symbol (Cross dan Marker), atau hanya
informasi di batas grid saja (Frame and Annotations Only)
• Selanjutnya pada kolom CRS, ubah dengan sistem koordinat yang digunakan sesuai
dengan zona UTM dari lokasi atau area yang dipetakan.

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
209
• Kemudian atur interval atau jarak antar titik koordinat grid pada kolom Interval.
Usahakan jarak antar grid tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat agar tidak
memenuhi tampilan maupun informasi dalam lembar peta

Gambar 217. Proses menambahkan grid pada lembar peta (3)

• Tahapan berikutnya ialah memunculkan angka koordinat di batas grid agar informasi
koordinat peta dapat disajikan dalam lembar peta. Caranya dengan klik atau centang
pada kotak Draw Coordinates. Beberapa pengaturan koordinat diantaranya,
» Model penulisan koordinat dapat diubah pada kolom Format
» Untuk kolom Left, tampilan koordinat Horizontal diubah : Vertical Ascending
» Untuk kolom Right, tampilan koordinat Horizontal diubah : Vertical Descending
• Jika ingin merubah bentuk atau tampilan frame dapat klik pada tab menu Frame
lalu pilih Frame Style dan terdapat pengaturan ketebalan serta warna dari frame
yang dipilih pada tab menu ini.

Gambar 218. Proses menambahkan grid pada lembar peta (4)

210 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 219. Hasil penambahan legenda peta pada lembar peta

2.7. Menambahkan Peta Inset


Inset Peta merupakan sebuah peta tambahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari
peta utama dan berfungsi untuk memberikan kejelasan wilayah yang terdapat di dalam
peta utama. Dalam pemetaan sawit swadaya, peta utama cenderung memberikan
informasi dengan skala yang kecil sehingga area yang ditampilkan sangat spesifik
dan detail. Sehingga adanya inset peta akan memberikan gambaran lokasi area yang
dipetakan dalam skala dan cakupan wilayah yang lebih luas sehingga memberikan
kemudahan bagi pembaca untuk mengetahui perkiraan lokasi dari area yang dipetakan.
Tahapan menambahkan inset peta yakni :

• Klik pada layer utama peta. Kemudian pada panel sebelah kiri tampilan peta, pilih
dan centang kotak Lock Layer dan kotak Lock Styles For Layer untuk mengunci
tampilan peta utama agar tidak terpengaruh dengan pengaturan dari peta inset

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
211
Gambar 220. Proses mengunci layer peta agar tidak terpengaruh peta inset

• Selanjutnya kembali pada jendela QGIS di awal (lembar kerja peta di awal)
• Cara pertama, bisa menambahkan base map yang tersedia di software QGIS :
» Pada kotak informasi Browser : XYZ Tiles : Citra yang akan di-input
» Modul ini menggunakan Citra Open Street Map
» Langkah selanjutnya pilih citra tersebut (klik 2x) atau tarik citra tersebut menuju
Layers

Gambar 221. Proses memasukkan citra satelit dari sistem QGIS

212 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Cara Kedua, Basemap peta juga dapat dikombinasikan dengan peta administrasi
yang sudah ada agar tampilan peta menjadi lebih spesifik dan detail :
» Klik menu Layer : Add Layer : Add Vector Layer
» Setelah jendela Data Source Manager | Vector muncul, cari dan pilih shapefile
batas administrasi yang akan di-input ke dalam peta

Gambar 222. Proses memasukkan data shapefile batas administrasi ke dalam QGIS

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
213
Note : Selain dapat menambahkan basemap berupa peta administrasi, dapat juga
ditambahkan informasi pendukung lainnya seperti peta sungai, peta jalan, peta
klasifikasi tutupan lahan, peta kawasan hutan, peta RTWT, dan peta lainnya agar
dapat memperkaya informasi pada peta yang disajikan.

• Jika pengaturan sudah selesai, kembali lagi pada tampilan lembar layout peta untuk
memasukkan inset ke dalam layout dari peta atau basemap yang sudah diatur
sebelumnya
• Kemudian klik lagi pada barisan Menu Bar pilih menu Add Item dan pilih : Add Map
atau bisa juga langsung klik icon Add Map pada kelompok Tool Box di layar sebelah
kiri jendela layout. Kursor mouse akan berubah dari panah putih menjadi icon +.
• Kemudian gambar ukuran peta inset dengan klik sekali pada kertas layout dan tahan
lalu tarik (drag) kursor hingga membentuk ukuran peta sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan dan tempatkan pada bagian lembar peta yang diinginkan
• Tahapan selanjutnya atur ukuran peta inset agak tidak terlalu kecil dan juga tidak
terlalu besar sehingga menutupin peta utama dan kemudian zoom inset peta
hingga ukuran dan cakupan wilayah sudah dirasa cukup untuk memberikan
informasi lokasi secara umum terhadap area yang dipetakan

Gambar 223. Proses memasukkan peta inset ke dalam lembar layout peta (1)

214 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Tambahkan frame pada peta inset dengan klik peta inset dan atur frame
menggunakan tab menu Frame yang ada di Panel sebelah kiri tampilan software

Gambar 224. Proses memasukkan peta inset ke dalam lembar layout peta (2)

• Untuk memberikan informasi lokasi pemetaan di peta inset, klik peta inset dan lihat
lalu klik pada tab menu Overview pada panel disebelah kiri layar
• Kemudian klik icon (+) dan pilih pada kolom Map Frame : Map 1 atau 2 (sesuai peta
utama berada di map ke berapa)

Gambar 225. Proses memasukkan peta inset ke dalam lembar layout peta (3)

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
215
• Akan muncul kotak berwarna merah semi-transparan pada peta inset yang
menunjukkan bahwa area yang dipetakan sudah tepat berada di wilayah yang
seharusnya dan bisa dideskripsikan secara luas lokasinya menggunakan peta inset

Gambar 226. Hasil penambahan informasi inset peta pada lembar peta

2.8. Menambah Informasi Titik Koordinat

Penambahan tampilan titik koordinat pada lembar peta berguna untuk memberikan
informasi lebih terperinci dan detail terhadap titik yang dipetakan khususnya titik sudut
lahan/area kebun petani. Langkah-langkah menampilkan tabel titik koordinat yakni :

• Klik icon/fitur add attribute table pada kelompok Toolbox


• Arahkan kursor pada lembar peta dan gambar kotak attribute table pada lokasi dan
ukuran yang dibutuhkan di lembar peta

216 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Gambar 227. Proses menambahkan informasi titik koordinat sudut lahan ke lembar peta

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
217
Gambar 228. Hasil penambahan informasi titik koordinat sudut lahan ke dalam layout peta

2.9. Menambahkan Informasi Pendukung


Informasi pendukung yang ada di dalam lembar peta disesuaikan dengan kebutuhan
dari output dan tujuan peta yang dihasilkan. Beberapa informasi pendukung dari lembar
peta diantaranya :
• Menambahkan sumber data peta. Sumber data peta sangat penting agar
informasi yang disajikan dalam peta merupakan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Tahapannya sama seperti membuat judul peta yakni
dengan menuliskan secara manual dengan fitur Add Text.
• Menambahkan informasi petani dan lahan yang dipetakan sehingga informasi
antara formulir S-TDB dan Peta sebagai lampiran dapat terintegrasi dengan baik.
Tahapannya sama seperti membuat judul peta yakni dengan menuliskan secara
manual dengan fitur Add Text.
• Menambahkan logo Lembaga/Instansi terkait yang terlibat dalam pembuatan
lembar peta dengan cara klik fitur Add Picture yang ada di barisan menu toolbox
atau klik pada menu bar Add Item : Add Pictures

218 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
• Menambahkan informasi pembuat peta dan persetujuan/verifikasi keabsahan dari
peta yang telah dibuat. Dalam proses pengajuan S-TDB, hal ini menjadi informasi
yang penting agar lembar peta yang diproduksi mampu memiliki kedudukan yang
lebih valid. Biasanya ini ditandatangani oleh instansi terkait yang berwenang untuk
menerbitkan S-TDB

Gambar 229. Hasil penambahan informasi pendukung ke dalam lembar peta

3. Export Lembar Peta


Setelah proses pengolahan data peta selesai dilakukan dan proses penyajian/layout
peta sudah selesai, tahap selanjutnya ialah export peta menjadi sebuah file yang dapat
disimpan dan disajikan untuk keperluan proses pengajuan S-TDB. Export file dapat
berupa file gambar (JPG), file SVG, maupun file PDF. Tahapan yang dapat dilakukan yakni:
• Klik fitur Save as Image/Save as SVG/Save as PDF pada icon yang ada di baris Toolbar
jendela layout peta
• Kemudian akan muncul jendela Explorer

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
219
• Pilih lokasi penyimpana yang mudah ditemukan dan beri nama file dengan nama
yang mudah diingat (hasil peta disatukan ke dalam satu folder yang sama). Lalu klik
SAVE.

Gambar 230. Contoh Nama dan Tipe file dari hasil peta yang akan diexport dan disimpan

• Penyimpanan dalam format JPG/JPEG, akan muncul jendela Image Export Option.
Pada jendela ini diatur resolusi/kualitas gambar yang ingin digunakan. Minimal 300
dpi lalu klik SAVE.

Gambar 231. Jendela pengaturan penyimpanan file peta menjadi gambar (jpg / jpeg)

• Penyimpanan dalam format PDF, akan muncul jendela PDF Export Option. Pada
jendela ini bisa diterapkan apakah PDF yang diexport memiliki informasi geospasial
atau tidak. Jika ingin menerapkan informasi geospasial pada PDF, centang kotak

220 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
yang bertuliskan Create Geospasial PDF (GeoPDF), centang kotak Include Multiple
Map Themes, dan centang kotak Include Vector Feature Information. Pada kolom
Vector Feature Information, centang informasi geospasial layer mana saja yang akan
dimasukkan ke dalam informasi geospasial PDF. Lalu klik SAVE.

Gambar 232. Jendela pengaturan penyimpanan file peta menjadi pdf

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
221
Gambar 233. Contoh hasil layout peta dari pengolahan data foto udara menggunakan Drone

Gambar 234. Contoh hasil layout peta dari pengolahan GPS Receiver

222 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
223
DAFTAR PUSTAKA
_______. The Differences Between QGIS and ArcGIS. (2022). https://gisgeography.com/
qgis-arcgis-differences/. Diakses pada 20 April 2022.
Ahmad, Anuar. (2011). Digital Mapping Using Low Altitude UAV. Malaysia: Jurnal Pertanika
J. Sci. & Technol. Vol. 19, 51 – 58.
ArduPilot Dev Team. (2021). https://ardupilot.org/plane/. Diakses pada 25 Juni 2022.
Asosiasi Pilot Drone Indonesia. (2022). Buku Panduan Pengoperasian PUKTA (Pesawat
Udara Kecil Tanpa Awak). Edisi 4-Tahun 2022.
Asosiasi Pilot Drone Indonesia. (2022). Indonesia Remote Pilot Learning Handbook, 12
Aeronautical Knowledge & Flight Review Process. Ver 1.0-Tahun 2022.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2020). Statistik Kelapa Sawit Indonesia Katalog:55040003.
Jakarta : BPS-Statistics Indonesia.
INOBU. (2016). A Profile of Small-scale Oil Palm Farmers and The Challenges of Farming
Independently: The Case of Seruyan and Kotawaringin Barat Districts in Central
Kalimantan, Indonesia. Bali: INOBU.
KEHATI (2018). Kesiapan Perkebunan Sawit Swadaya terhadap Pemenuhan Sertifikasi ISPO;
Studi Kasus di Tiga Desa di Indonesia. Information Brief. Jakarta: Yayasan KEHATI.
KEHATI. (2019). Tutupan Sawit swadaya Swadaya di Indonesia. Jakarta: Yayasan KEHATI.
Kementerian Pekerjaan Umum. (2015). Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS. Jakarta:
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar, Pusat Pengolahan Data,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pertanian. (2021). Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan Kemeterian Pertanian.
KPK. (2016). Kajian Sistem Pengelolaan Komoditas Kelapa Sawit. Jakarta: Direktorat
Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Pencegahan KPK.
Pamungkas. (2018). Perbedaan Drone Dji Phantom Dan Fixed wing Dalam Pemetaan Foto
Udara. https://www.technogis.co.id/perbedaan-drone-dji-phantom-dan-
fixed-wing-dalam-pemetaan-foto-udara/. Diakses pada 20 April 2022.
Pamungkas. (2018). Komponen Dasar Untuk UAV Drone Pemetaan. https://www.
technogis.co.id/komponen-dasar-untuk-uav-drone-pemetaan/. Diakses
pada 21 Juni 2022.

224 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Republik Indonesia (2018). Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 105/
Kpts/PI.400/2/2018 tentang Pedoman Penerbitan Surat Tanda Daftar Usaha
Perkebunan Untuk Budidaya (STD-B). Jakarta: Direktur Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 21/
Permentan/Kb.410/6/2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 98/Permentan/Ot.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2019). Keputusan Menteri Pertanian Nomor 833/KPTS/
SR.020/M/12/2019 tentang Penetapan Luas Tutupan Kelapa Sawit Indonesia
Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun 2020
Tentang Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak Di Ruang Udara Yang
Dilayani Indonesia. Jakarta.
Republik Indonesia. (2020). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2020
tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.
Jakarta.
Republik Indonesia. (2021). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2021
Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 107 Tentang Sistem
Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak. Jakarta.
Saputra, Wiko, M. Dedy P. Sukmara, dan Erlangga Rizky. Norma, Standar, Prosedur Dan
Kriteria (NSPK) Pendataan dan Pemetaan Kebun Sawit Swadaya. (2020).
Jakarta : Yayasan KEHATI - SPOS Indonesia
Utomo, Budi. (2017). Drone Untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah. Media Komunikasi
Geografi. Vol. 18. No.02. pp. 146-15.
Yayasan SIAR Nusantara. (2020). Buku Saku Pemetaan. Sekadau: Yayasan SIAR Nusantara.
Yozami, M.A. (2018). Inilah Pengaturan Pengamanan Wilayah Udara Republik Indonesia.
https://www.hukumonline.com/berita/a/inilah-pengaturan-pengamanan-
wilayah-udara-republik-indonesia-lt5a95238e559b6?page=1. Diakses pada
28 Juni 2022

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
225
Lampiran 1
FORM PENDATAAN S-TDB

226 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Lampiran 2
PEMBAGIAN ZONA UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR (UTM) INDONESIA

Sumber : http://www.gispedia.com/2016/03/zona-universal-transverse-mercator-utm-indonesia.html

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
227
Lampiran 3
CONTOH PETA PERSIL KEBUN DI BEBERAPA DAERAH MITRA SPOSI

228 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
229
230 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
Lampiran 4
CONTOH DOKUMEN PERMOHONAN ASSESTMENT DAN PENERBITAN NOTAM

MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
231
232 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
233
Lampiran 5
CONTOH DOKUMEN NOTAM

234 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
235
Lampiran 6
CONTOH DOKUMEN SERTIFIKAT REMOTE PILOT

236 MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
MODUL
PEMETAAN DAN PENDATAAN KELAPA SAWIT SWADAYA
237
Suported by
Yayasan KEHATI
Jalan Benda Alam I No. 73, RT.01/RW.04
Cilandak Timur, Kec. Pasar Minggu
Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta - 12560
Tlp: (+62-21) 718 3185 atau (+62-21) 718 3187
www.kehati.or.id

Anda mungkin juga menyukai