Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kam\mi dapat
menyeleseikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini membahas tentang Proses infeksi, pengertian, tanda dan gejala dan
anamnesa riwayat infeksi. Penulis berharap makalah ini dapat membantu untuk
memahami tentang cara anamnesa riwayat infeksi.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.


Sukarman, SKM, M.Si., Mkes. selaku dosen pembimbing mata kuliah KMB 2
yang telah memberikan bimbingan serta arahan untuk menyelesaikan tugas ini.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain, pembaca,
dan lain-lain.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Infeksi..................................................................................3
B. Pengkajian Pada Riwayat Infeksi......................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. Saran................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti pernah mempunyai luka, baik luka ringan maupun luka
berat. Kita akan menemui banyak kasus luka, sebelum kita melakukan
perawatan luka pada pasien, sebaiknya kita mengetahui lebih dalam tentan
proses infeksi. Penyakit infeksi merupakan ancaman bagi seluruh manusia.
Infeksi ditimbulkan oleh adanya agen infeksius yang menyerang sistem tubuh
manusia, baik secara langsung maupun melalui suatu agen perantara. Agen
infeksius dapat berupa virus, mikroba, bakteri, dan parasit. Agen infeksius
yang menyerang manusia mempunyai tingkatan tertentu, mulai dari agen yang
dapat menimbulkan penyakit mematikan sampai pada agen yang menimbulkan
penyakit-penyakit ringan. Manifestasi penyakit pada individu dipengaruhi oleh
penyebab yang multifaktor.

Pada kasus-kasus infeksi, di samping pajanan yang ditimbulkan oleh agen


infeksius, proses munculnya manifestasi klinis juga dipengaruhi oleh sistem
pertahanan tubuh yang lemah. Sistem pertahanan tubuh (imunitas) berfungsi
secara maksimal, pajanan agen infeksius tidak sampai menimbulkan
manifestasi klinis. Sebaliknya, dengan melemahnya imunitas tubuh, pajanan
ringan sekali pun akan menimbulkan manifestasi klinis yang sangat
mengganggu, terlebih jika terjadi serangan agen infeksius yang ganas.

Dalam menegakan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang sangat


penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakan
diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar
sudah dapat ditegakan hanya dengan anamnesis yang benar. Pemeriksaan
anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan
perawat dengan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan
kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

1
Adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit mengetahui anamnesis
pada riwayat infeksi. Dengan mengetahui anamnesis riwayat infeksi
diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil anamnesis tersebut dapat
teridentifikasi secara akurat sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan
yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah, maka penulis merumuskan masalah
untuk tinjaun teori dan tinjauan kasus pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan konsep infeksi
2. Jelaskan pengkajian pada riwayat infeksi

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis mempakat tujuan penulisan
makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari mata
2. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada indera penglihatan
3. Untuk mengetahui pengkajian pada panca indera penglihatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Infesi
1. Definisi
Menurut Potter dan Perry (2009) infeksi merupakan masuk dan
berkembang biaknya suatu organisme (agen infeksius) dalam tubuh
pejamu jika agen infeksius (patogen) hanya berada dalam tubuh penjamu
(host), belum tentu infeksi akan terjadi jika suatu organisme menginvasi
atau bertumbuh dan berkembang biak di dalam pejamu tetapi tidak
menyebabkan infeksi, maka ini di sepakbut sebagai kolonisasi.

Menurut Kozier (2010) infeksi merupakan invasi dan proliferasi


mikoorganisme pada jaringan tubuh. Mikroorgnaisme yang menginvasi
dan berproliferasi pada jaringan tubuh disebut agen infeksi. Apabila
mikroorganisme tersebut tidak menimbulkan tanda klinis penyakit, infeksi
yang ditimbulkan disepakt infeksi amsimtomatik atau subklinis. Beberapa
infeksi subklinis bisa menyebabkan gangguan yang bermakna.

2. Penyebab
Menurut Kozier (2010) empat kategori urama mikroorganisme penyebab
infeksi pada manusia adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Namun
bakteri yang merupakan mikroorganisme yang paling sering menyebabkan
infeksi. Beberapa ratus spesies dapat menyebabkan prnyakit pada manusia
dan dapat hidup serta ditularkan melalui udara, air, makanan, tanah,
jaringan dan cairan tubuh, serta benda mati. Sedangkan menurut Kumar
(1999) kategori faktor penyebab infeksi adalah:
a. Virus
Merupakan organisme intraselular obligat. Mengandung DNA atau
RNA dalam selupakng protein (capsid) silindris atau sferis yang dapat
dikelilingi oleh lipid berlapis dua (envelope, sampul). Menyebabkan
penyakit akut (misalnya: selesma, epidemic, influenza), keadaan laten
seumur hidup dan reaktivasi jangka panjang (misalnya, virus hepatitis
B, HIV)

b. Bakteri
Tidak mempunyai nukleus (inti sel), tetapi mempunyai dinding sel
kaku yang mengandung dua lapis fospolipid (spesies gram- negative)
atau satu lapis fosfolipid (spesies gram –positif). Merupakan penyebab
utama penyakit infeksi yang berat. Tumpakh ekstrasel (misalnya,
pneumococcus) atau intrasel (misalnya, mycobacterium tuberculosis).
Pada keadaaan normal ditemukan 1012 bakteri pada kulit termasuk
staphylococcus epidermidis dan propionibacterium acnws dan 1014
bakteri dalam traktus gastrointestimal, 99,9% adalah anerobik.

c. Fungi
Berdinding tebal mengandung ergosterol dan tumpakh pada manusia
sebagai sel ragi berbentuk kuncup dan tapakng yang memanjang
(hifa). Pada orang yang sehat, fungsi mengakibatkan infeksi
superfisial (misalnya, “athelete’s foot” akibat tinea) dan abses
(misalnya, sporotrikosis) atau granuloma (misalnya, coccidioises,
histoplasma, dan blastonyces). Pada pejamu immunocompromized,
terjadi infeksi sistemik oleh jamur oportunistik (misalnya, candida,
aspergilllis, dan mucor) yang ditandai oleh nekrosis jaringaan,
perdarahan, dan penyumbatan vaskuler. Pada penderita AIDS,
pneumocystis carinii organisme oportunistik berbentuk jamur
menyebabkan terjadinya pneumonia fatal.

d. Protozoa
Merupakan sel tunggal dengan nukleus (inti sel), membran plasma
lunak, dan organel dalam sitoplasma yang rumit. Ditularkanmelalui
hupakngan seksual: trchomonas vaginalis. Protozoa intestinal
(misalnya, entamoeba histolytica dan giardia lamblia) menular saat
ditelan. Protozoa yang ditularkan melalui darah (misalnya
plasmodium spp dan leishmania spp). Ditularkan oleh serangga
penghisap darah.
3. Tanda dan Gejala
Infeksi adalah respon langsung dari paktuh terhadap cedera atau kematian
sel. Gambaran makroskopik infeksi sudah diuraikan 2000 tahun yang
lampau dan masih dikenal sebagai tanda-tanda pokok infeksi yang
mencakup kemerahan, panas, nyeri, pembengkakan, atau demam dalam
bahasa latin klasik, rubor, kalor, dolor, tumor. Tanda pokok yang kelima
ditambahkan pada abad terakhir yaitu perubahan fungus atau function
laesa (Price, 1995).
a. Rubor
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat
di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan
mulai timpakl, maka arteriol yang mensuplai daerah tersepakt
melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah
Keadaan ini, yang dinamakan hyperemia atau kongesti, menyebabkan
warna merah lokal karena peradangan akut. Timpaklnya hyperemia
pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara
neurogenic maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti
histamine.

b. Kalor
Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut. Sebenarnya, panas merupakan sifat reaksi
peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam
keadaan normal lebih dingin dari 37oC, yaitu suhu didalam tubuh.
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panad dari sekelilignya,
sebab daerah (pada suhu 37oC) yang disalurkan tubuh ke permuaan
daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan ke daerah
normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah
yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan
tersepakt sudah mempunyai suhu-inti 37oC,dan hyperemia liokal tidak
menimpaklkan perubahan.
c. Dolor
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan
berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsenttrasi lokal ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama,
pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamine atau zat kimia
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan
jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
yang tanpa diragukan lagi dapat menimpaklkan rasa sakit.

d. Tumor
Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah
pembengkakan lokal (tumor). Pembengkakan ditimpaklkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimpakn di daerah
peradangan disepakt eksudat. Pada keaadan dini reaksi peradangan
sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan
yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah
putih, atau leukosit meninggalkan aliran darah, dan tertimpakn sebagai
bagian dari eksudat.

e. Fungsio laesa
Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang
telah dikenal. Sepintas lalu, mudah dimengerti, mengapa bagian yang
bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal, dan lingkungan kimiawi
lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun, sebetulnya
kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi
jaringan yang meradang itu terganggu.

4. Faktor Yang Memperngaruhi Proses Infeksi


Menurut Kozier, dkk (2010) terdapat faktor-faktor yang berpengaruh pada
kerentanan seseorang terhadap infeksi. Salah satu faktor yang paling
penting adalah kerentanan inang, yang dipengaruhi oleh usia, hereditas,
tingkat stress, status nutrisi, terapi medis yang sedang dijalani dan proses
penyakit yang sudah ada.
a. Usia
Usia memengaruhi risiko infeksi. Bayi baru lahir dan lansia
mengalami penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Infeksi
merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir, yang memiliki
sistem imun imatur dan hanya memiliki perlindungan selama 2 atau 3
paklan pertama dari imunoglopaklin yang didapat secara pasif dari
bapak. Seiring penuaan, respon imun menjadi lemah kembali, bahwa
imunitas terhadap infeksi menurun seiring pertambahan usia. Karena
prevalensi influenza dan kemungkinan kematian yang diakibatkannya,
CDC merekomendasikan pemberian imunisasi tahunan terhadap
influenza bagi lansia dan bagi individu penderita penyakit jantung,
pernapasan, metabolik, dan penyakit ginjal kronik.

b. Hereditas
Hereditas dapat memengaruhi perkembangan infeksi sedemikian rupa
beberapa individu memiliki kerentanan genetik terhadap infeksi
tertentu. Sebagai contoh, beberapa orang mungkin memiliki sedikit
imunoglopaklin serum, yang berperan penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh internal.

c. Stress
Sifat, jumlah, dan durasi stresor fisik dan emosi dapat memengaruhi
kerentanan terhadap infeksi. Stresor meningkatkan kortison darah.
Peningkatan kortison darah yang berkepanjangan menurunkan respons
antiradang, menurunkan simpanan energi, menyebabkan keletihan,
dan menurunkan pertahanan terhadap infeksi. Sebagai contoh,
individu yang sedang dalam masa penyempakhan setelah menjalani
pembedahan mayor atau cedera lebih mudah terkena infeksi daripada
individu yang sehat.

d. Nutrisi
Pertahanan terhadap infeksi bergantung pada status nutrisi yang
adekuat. Karena antibodi merupakan protein, kemampuan untuk
mensintesis antibodi dapat terhambat akibat asupan nutrisi yang tidak
adekuat, terutama ketika cadangan protein berkurang.

e. Terapi Medis
Beberapa terapi medis dapat menjadi predisposisi individu terhadap
infeksi. Sebagai contoh, pengobatan radiasi untuk kanker
menghancurkan tidak hanya sel kanker, tetapi juga beberapa sel
normal sehingga mempakat individu tersepakt lebih rentan terhadap
infeksi. Beberapa pengobatan tertentu juga meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Pengobatan antineoplasma (antikanker) dapat
menekan fungsi sumsum tulang, yang mengakibatkan
ketidakadekuatan produksi sel darah putih yang penting untuk
melawan infeksi. Pengobatan antiradang, seperti kortikosteroid
adrenal, menghambat respons radang, pertahanan terhadap infeksi
yang sangat penting. Bahkan “beberapa antibiotik yang digunakan
untuk mengobati infeksi dapat menimpaklkan efek simpang.
Antibiotik dapat mempaknuh flora normal sehingga memungkinkan
pertumpakhan strain mikroorganisme yang tidak dapat tumpakh dan
memperbanyak didalam tubuh dibawah kondisi normal. Antibiotik
tertentu juga dapat mengurangi resistansi pada beberapa strain
mikroorganisme asing. Resistansi ini telah menyebar sedemikian luas
sehingga CDC mentepakan 12 langkah Campaign to Prevent
Antimicrobial Resistance in Healthcare Setting yang berisi empat
startegi: pencegahan infeksi, penegakan diagnosis dan penanganan
infeksi secara efektif, penggunaan antimikroba dengan bijaksana, dan
pencegahan penyebaran infeksi.

f. Penyakit
Semua penyakit yang menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
mempakat pasien berisiko. Misalnya, penyakit paru kronik, yang
merusak kerja silia dan melemahkan barier mukosa, penyakit vaskular
perifer, yang menghambat aliran darah, luka bakar, yang merusak
integritas kulit, penyakit kronik atau penyakit dengan penurunan
keadaan umum, yang menyebabkan penurunan cadangan protein dan
penyakit sistem imun seperti leukiia dan anemia aplastik yang
mengganggu produksi sel darah putih.

B. Pengkajian Riwayat Infeksi


1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas/ data demografi
Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan
yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.

b. Keluhan Utama
Alasan mengapa klien melakukan rujukan dan memerlukan bantuan
tenaga medis

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Berisi tentang apakah klien memiliki riwayat infeksi dan apakah klien
punya riwayat infeksi sebelumnya atau berulang, apakah klien
mengalami demam, berapa suhunya dan bagaimana pola demamnya,
apakah ada ruam di seluruh tubuh. Jika terjadi infeksi pada kulit,
kapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakah ada keluhan
yang paling dominan seperti sering gatal/ menggaruk pada area mana,
ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yang dirasakan
klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya sampai
pasien bertemu perawat yang mengkaji.

d. Riwayat penyakit keluarga


Adanya riwayat penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakteri

e. Riwayat psikososial
Perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

f. Infeksi
Kontak yang dialami pasien akhir-akhir ini dengan infeksi apapun dan
tanggal terjadinya kontak tersebut harus ditanyakan. Riwayat infeksi
dimasa lalu dan sekarang disamping tanggal dan tipe terapi yang
pernah dijalani pasien

g. Alergi
Kepada pasien ditanya tentang riwayat alergi, termasuk tipe allergen
(serbuk, debu, tanaman, kosmetika, makanan, obat-obatan dan
vaksin), gejala yang dialaminya dan variasi cuaca dan yang berkaitan
dengan terjadinya atau beratnya gejala. Riwayat pemeriksaan dan
pengobatan yang pernah atau sedang dijalani oleh pasien untuk
mengatasi kelainan alergi dan efektifitas pengobatan tersepakt harus
ditanyakan.

2. Pengkajian Kepaktuhan Dasar Virginia Handerson

a. Bernapas
Yang perlu dikaji antara lain kemampuan pasien dalam melakukan
ekspirasi dan inspirasi. Apakah menggunakan otot-otot pernafasan,
bagaimana frekuensi pernafasan, pengukuran tidal volume dan warna
mukosa.
1) Sebelum sakit
Apakah ada keluhan sesak nafas sebelum masuk ke RS?

2) Saat sakit
Apakah bapak ada keluhan sesak nafas saat ini?

b. Makan-minum
Mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kepaktuhan
makan dan minum, tentang perilaku makan dan minum, kemampuan
menetukan makan dan minum yang memenuhi syarat kesehatan.

1) Sebelum sakit
Ketika sebelum sakit, biasanya bapak makan berapa porsi?
Dalam sehari berapa kali makan?
Makanan seperti apa yang dimakan?
Sebelum sakit apa nafsu makan bapak baik?
Kalau minumnya berapa banyak dalam sehari?
Jenis minuman seperti apa yang biasanya bapak minum?

2) Saat sakit
Berapa porsi makanan yang dihabiskan?
Apa nafsu makan bapak baik?
Minumnya berapa banyak dalam sehari?
c. Eliminasi
Mengkaji kemampuan BAB / BAK serta fungsi dari organ -organ
tersepakt dan bagaimana pasien mempertahankan fungsi normal dari
BAB / BAK.
1) Sebelum sakit
BAB :
Bapak berapa kali BAB dalam sehari?
Bagaimana dengan konsistensinya? Warnanya apa, pak?
BAK :
Bapak berapa kali BAK dalam sehari?
Warnanya seperti apa pak?
2) Saat sakit
BAB :
Bapak berapa kali BAB dalam sehari?
Konsistensinya bagaimana? Warnanya apa?
BAK :
Bapak berapa kali BAK dalam sehari? Warnanya seperti apa pak?

d. Aktivitas dan Latihan


Mengkaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-
hari.
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit aktivitas apa yang sering bapak lakukan?
2) Saat sakit
Sekarang di rumah sakit aktivitas apa yang bisa bapak kerjakan?
e. Istirahat dan Tidur
Mengkaji kemapuan pasien dalam pemenuhan kepaktuhan tidur (pola,
jumlah, kualitas tidur )
1) Sebelum sakit
Saat di rumah apakah tidur bapak nyenyak saat malam hari?
Berapa lama bapak biasanya tidur malam?
Apakah bapak tidur siang? Jika iya, berapa lama tidur siangnya?
Apakah ada kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur?
2) Saat sakit
Apakah tidur bapak nyenyak semalam?
Berapa lama bapak tidur semalam?
Apakah bapak tidur siang? Jika iya, berapa lama tidur siangnya?
Apakah ada kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur?

f. Berpakaian
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memakai pakaian.
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit apakah bapak dapat mengganti pakaian sendiri?
Berapa kali ganti pakaian dalam sehari?
2) Saat sakit
Saat ini apakah bapak dapat mengganti pakaian sendiri?
Berapa kali ganti pakaian dalam sehari?

g. Rasa Nyaman
1) Sebelum sakit
Sebelum bapak sakit, apakah bapak merasa nyaman dengan
keadaan tubuh bapak?
2) Saat sakit
Apa penyebab timpaklnya rasa gatal?
Seberapa berat keluhan gatal yang bapak rasakan?
Di daerah mana yang terasa gatal?
Kapan keluhan tersepakt dirasakan? Seberapa sering gatal tersepakt
dirasakan?

h. Aman
Mengkaji apakah ada perubahan rasa aman karena keterbatasan fisik
dari suatu penyakit
1) Sebelum sakit
Biasanya dirumah apa yang mempakat aman?
Apa bapak dapat melakukan segala sesuatu tanpa hambatan?
2) Saat sakit
Saat ini apa yang mempakat bapak merasa aman?
Apa bapak dapat melakukan segala sesuatu tanpa ada hambatan?
i. Kebersihan Diri
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memelihara kebersihan dirinya.
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit biasanya bapak mandi berapa kali dalam sehari?
Biasanya sikat gigi berapa kali dalam sehari?
Dalam seminggu berapa kali bapak sampoan?
2) Saat sakit
Saat ini apakah bapak mandi atau hanya di lap saja?
Apakah bapak dapat menggosok gigi?
j. Komunikasi
Melalui komunikasi antar perawat ,pasien dan keluarga dapat dikaji
mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara
mengidentifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi,
1) Sebelum sakit
Apakah bapak sering mengobrol dengan keluarga atau tetangga
bapak?
Apakah bapak memiliki keluhan saat sedang berbicara?
2) Saat sakit
Apakah bapak sering mengobrol dengan keluarga atau teman
sekamar bapak?
Apakah saat ini bapak memiliki keluhan saat sedang berbicara?

k. Pola beribadah
Mengkaji bagaimana klien memenuhi kepaktuhan spiritualnya
sebelum dan ketika sakit.
1) Sebelum sakit
Apa agama yang dianut oleh bapak?
Apakah sebelum sakit bapak melaksanakan sholat?
Apakah Ada hambatan saat akan melaksanakan sholat?
Bagaimana cara bapak menyelesaikan masalah, apakah berdoa
kepada tuhan atau curhat dengan orang lain?
2) Saat sakit
Kalau sekarang di rumah sakit apa ada hambatan pakat bapak
melakukan sholat?
Bagaimana cara bapak menyelesaikan masalah, apakah berdoa
kepada tuhan atau curhat dengan orang lain?
l. Produktivitas
Mengkaji pekerjaan pasien saat ini atau pekerjaan yang lalu.
1) Sebelum sakit
Apakah pekerjaan biasa bapak lakukan sebelum sakit?
Apakah ada hambatan saat melakukan pekerjaannya?
2) Saat sakit
Apakah bapak memiliki hambatan untuk pekerjaan bapak ketika
bapak dirawat disini?
m. Rekreasi
Mengkaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan
dan frekuensinya).
1) Sebelum sakit
Apakah bapak merasa senang saat bapak berada dirumah?
2) Saat sakit
Saat ini apakah bapak merasa senang atau terhbapakr dengan
keluarga yang menemani bapak dan tim kesehatan yang bertugas?

n. Kepaktuhan belajar
Mengkaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.
1) Sebelum sakit
Apakah bapak suka mengenai hal hal yang baru? Apakah ada
hambatan ketika bapak akan melakukan nya?
2) Saat sakit
Saat ini apakah bapak merasa ada hambatan saat bapak akan
melakukan hal hal baru?
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anamnesa merupakan teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
hubungan kontak antara pasien dan perawat, perawat melakukan pengambilan
data dengan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau
penolong pasien yang hasil dari wawancara tersebut dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa medis ataupun diagnosa keperawatan selain itu dapat
digunakan juga untuk tindak lanjut terapi yang akan diberikan kepada pasien
ataupun keluarga.

Menurut Kozier (2010) infeksi merupakan invasi dan proliferasi


mikoorganisme pada jaringan tubuh. Mikroorgnaisme yang menginvasi dan
berproliferasi pada jaringan tubuh disebut agen infeksi. Apabila
mikroorganisme tersebut tidak menimbulkan tanda klinis penyakit, infeksi
yang ditimbulkan disebut infeksi amsimtomatik atau subklinis. Beberapa
infeksi subklinis bisa menyebabkan gangguan yang bermakna.

Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekanisme


pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut
pathogen. Suatu pathogen harus berkembang biak dengan baik dalam tubuh
untuk dapat menimbulkan infeksi. Selanjutnya adalah virulensi, yang
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan jumlah mikroorganisme
yang diperlukan untuk mengakibatkan infeksi. (James, Baker dan Swain,
2006). Pengkajian riwayat infeksi melibatkan seluruh sistem tubuh, lebih
dalamnya tergantung pada bagian mana infeksi tersebut terjadi

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan, agar lebih
memahami dan mengetahui mengenai anamnesa yang terjadi gangguan pada
ifeksi sistem tubuh yang telah penulis sajikan pada makalah ini. Setelah
terkuasainya materi mengenai anamnesa riwayat infeksi sistem tubuh
diharapkan mahasiswa/i dapat lebih mudah mengaplikasikannya di lahan
praktik rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

James, Joyce, Colin Baker dan Helen Swain. 2008. Prinsip-prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan


Praktik, Edisi 7, Volume 2. Jakarta : EGC

Kumar, Robbins C. 1999. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A dan Anne G Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 2


Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep klinis proses-
proses penyakit. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan-bedah brunner dan suddarth/


editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo…..
[et al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica ester.- Ed. 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai