Anda di halaman 1dari 21

MATEMATIKA DASAR 2A

Modul 5: SISTEM PERSAMAAN LINIER

Tim Matematika

TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA – LAMPUNG SELATAN
2019
5.1 PENDAHULUAN
Pada modul sebelumnya, telah dijelaskan mengenai matriks. Pengetahuan

mengenai matriks sangat diperlukan untuk dapat memahami hal-hal yang akan

disampaikan pada modul ini. Selain sebagai objek matematis, matriks juga dapat

dijadikan sebagai alat dalam menyelesaikan sistem persamaan. Pada modul ini,

akan dijelaskan teori tentang sistem persamaan linier.

Beberapa teori tentang sistem persamaan linier yang akan dipelajari pada modul

ini antara lain berupa pengantar sistem persamaan linier dan penyelesaian sistem

persamaan linier. Berdasarkan cakupan materi di atas, Tujuan Instruksional

Khusus yang harus dicapai pada pembelajaran ini antara lain:

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sistem persamaan linier

Mahasiswa mampu menyelesaikan sistem persamaan linier

Mahasiswa memahami bahwa setiap SPL dapat tidak memiliki


solusi, memiliki tepat satu solusi atau memiliki tak-terhingga
banyaknya solusi

1|Page
5.2 SISTEM PERSAMAAN LINIER
Sebuah garis yang terletak pada bidang- dapat dinyatakan secara aljabar

dalam suatu persamaan berbentuk:


+ =
dengan , , dan merupakan konstanta riil; dan tidak keduanya nol.

Persamaan seperti ini dinamakan persamaan linier dengan dua variabel, yaitu

variabel dan . Setiap titik ( , ) sepanjang garis tersebut memenuhi

persamaan + = .

Sejalan dengan hal tersebut, sebuah bidang yang terletak pada ruang- dapat

dinyatakan secara aljabar dalam suatu persamaan berbentuk:


+ + =
dengan , , , dan merupakan konstanta riil; , , dan tidak ketiganya

nol. Persamaan seperti ini dinamakan persamaan linier dengan tiga variabel,

yaitu variabel , , dan .

Jika terdapat lebih dari satu persamaan linier, maka himpunan persamaan-

persamaan linier tersebut dinamakan sistem persamaan linier.

5.2.1 SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER


Suatu sistem persamaan linier dua variabel (dengan variabel dan ) yang

terdiri dari dua persamaan berbentuk:


+ =
+ =
……………………………………(5.1)

dengan , , , , , dan merupakan konstanta riil; dan serta

dan tidak keduanya nol.

2|Page
Solusi dari sistem persamaan ini adalah pasangan terurut ( , ) yang

memenuhi setiap persamaan pada sistem (5.1). Karena setiap persamaan

pada sistem (5.1) merupakan sebuah garis lurus, maka solusi dari sistem

persamaan tersebut adalah titik perpotongan dari kedua garis. Berikut tiga

kemungkinan yang dapat terjadi:

1. Kedua garis sejajar dan tidak berpotongan.

Akibatnya, sistem tidak memiliki solusi. Hal ini terlihat pada Gambar 5.1

berikut.

Gambar 5.1

2. Kedua garis berpotongan pada satu titik.

Akibatnya, sistem memiliki tepat satu solusi. Hal ini terlihat pada

Gambar 5.2 berikut.

Gambar 5.2

3|Page
3. Kedua garis berhimpitan.

Akibatnya, sistem memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini

terlihat pada Gambar 5.3 berikut.

Gambar 5.3

Setelah mempelajari sistem persamaan linier dua variabel, berikut

dijelaskan mengenai sistem persamaan linier tiga variabel.

Suatu sistem persamaan linier tiga variabel (dengan variabel , , dan )

yang terdiri dari tiga persamaan berbentuk:


+ + =
+ + =
+ + =
……………………………………(5.2)

dengan dan merupakan konstanta riil untuk setiap , = 1,2,3.

Solusi dari sistem persamaan ini adalah pasangan terurut ( , , ) yang

memenuhi setiap persamaan pada sistem (5.2). Karena setiap persamaan

pada sistem (5.2) merupakan sebuah bidang, maka solusi dari sistem

persamaan tersebut adalah perpotongan dari ketiga bidang. Berikut tiga

kemungkinan yang dapat terjadi:

4|Page
1. Ketiga bidang tidak saling berpotongan.

Akibatnya, sistem tidak memiliki solusi. Salah satu kemungkinan ini

terlihat pada Gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4

2. Ketiga bidang berpotongan pada satu titik.

Akibatnya, sistem memiliki tepat satu solusi. Hal ini terlihat pada

Gambar 5.5 berikut.

Gambar 5.5

3. Ketiga bidang berpotongan pada suatu garis atau berhimpitan.

Akibatnya, sistem memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini

terlihat pada Gambar 5.6 berikut.

Gambar 5.6

5|Page
Secara umum, sistem yang terdiri dari persamaan linier dengan variabel

dinyatakan dalam bentuk:


+ + ⋯+ =
+ + ⋯+ =

+ + ⋯+ =
……………………………………(5.3)

Variabel pada sistem (5.3) ini adalah , ,…, . Koefisien pada ruas kiri

memiliki dua subskrip. Subskrip pertama menyatakan pada persamaan ke

berapa letak koefisien, sedangkan subskrip kedua menyatakan pada variabel

ke berapa letak koefisien. Sebagai contoh, berada pada persamaan

kedua sebagai koefisien dari ; sedangkan berada pada persamaan

keempat sebagai koefisien dari .

Kemungkinan solusi pada sistem persamaan linier dua dan tiga variabel di

atas berlaku pula untuk sebarang sistem persamaan. Dengan demikian,

kemungkinan solusi dari suatu sistem persamaan linier dirumuskan sebagai

berikut:

Setiap sistem persamaan linier dapat tidak memiliki solusi, memiliki

tepat satu solusi, atau memiliki tak-terhingga banyaknya solusi.

Sistem yang tidak memiliki solusi dikatakan sebagai sistem yang tidak

konsisten.

Contoh:

Tentukan solusi dari sistem persamaan linier berikut.

1. 4 +2 =4

6|Page
2 + =8
……………………………………(5.4)

2. 2 + =6
+2 =4
……………………………………(5.5)

3. +2 =1
4 +8 =4
……………………………………(5.6)

4. + +2 =8
− −2 +3 =1
3 −7 +4 = 10
……………………………………(5.7)

Penyelesaian:

1. Secara grafik, garis 4 +2 = 4 berpotongan dengan sumbu- di titik

(1,0) dan berpotongan dengan sumbu- di titik (0, 2). Sedangkan garis

2 + =8 berpotongan dengan sumbu- di titik (4, 0) dan

berpotongan dengan sumbu- di titik (0, 8). Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 5.7 berikut.

Gambar 5.7

Untuk menentukan solusi dari sistem (5.4), perhatikan bahwa


4 +2 =4 ⟺ = 2−2
2 + =8 ⟺ =8−2

7|Page
sehingga
2−2 =8−2
menyebabkan
2 = 8.
Pernyataan terakhir jelas salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pasangan ( , ) yang memenuhi kedua persamaan pada

sistem. Jadi, sistem (5.4) tidak memiliki solusi (tidak konsisten). Hal ini

sesuai dengan Gambar 5.7 yang memperlihatkan dua garis sejajar dan

tidak berpotongan.

2. Secara grafik, garis 2 + = 6 berpotongan dengan sumbu- di titik

(3,0) dan berpotongan dengan sumbu- di titik (0, 6). Sedangkan garis

+2 =4 berpotongan dengan sumbu- di titik (4, 0) dan

berpotongan dengan sumbu- di titik (0, 2). Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 5.8 berikut.

Gambar 5.8

Untuk menentukan solusi dari sistem (5.5), perhatikan bahwa


2 + =6 ⟺ =6−2
1
+2 =4 ⟺ =2−
2
sehingga
1
6−2 =2−
2

8|Page
menyebabkan
3
=4
2
8
= .
3
Nilai diperoleh dengan mensubstitusikan nilai ke (salah satu)

persamaan pada sistem. Diperoleh


8 2
=6−2 = 6 − (2) =
3 3
Sehingga solusi dari sistem (5.5) adalah , . Ini merupakan satu-

satunya solusi bagi sistem (5.5). Hal ini sesuai dengan Gambar 5.8 yang

memperlihatkan dua garis yang berpotongan pada satu titik.

3. Jika persamaan kedua pada sistem, yaitu 4 +8 = 4, dibagi dengan 4,

diperoleh persamaan yang persis sama dengan persamaan pertama pada

sistem, yaitu +2 = 1. Kedua garis pada sistem ini berpotongan

dengan sumbu- di titik (1, 0) dan berpotongan dengan sumbu- di titik

0, . Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.9 berikut.

Gambar 5.9

Untuk menentukan solusi dari sistem (5.6), perhatikan bahwa


1 1
+2 =1 ⟺ = −
2 2
1 1
4 +8 =4 ⟺ = −
2 2

9|Page
sehingga
1 1 1 1
− = −
2 2 2 2
yang dapat disederhanakan menjadi
0 = 0.
Pernyataan terakhir merupakan suatu pernyataan yang benar. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai (bersama nilai yang

bersesuaian) merupakan solusi dari sistem (5.6). Jadi, sistem (5.6)

memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini sesuai dengan Gambar

5.9 yang memperlihatkan dua garis yang berhimpitan.

Solusi semacam ini biasanya dinyatakan dalam suatu parameter, misalkan

, untuk menyatakan nilai yang memenuhi. Sedangkan nilai yang

bersesuaian diperoleh dengan mensubstitusikan nilai = pada

persamaan sehingga
1 1 1 1
= − = − .
2 2 2 2

Dengan demikian, solusi dari sistem (5.6) dapat dinyatakan sebagai

himpunan
1 1
, − | ∈ℝ .
2 2

4. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem (5.7)

adalah melalui metode eliminasi. Oleh karena itu, misalkan persamaan

baris ke-1 sebagai (B1), baris ke-2 sebagai (B2), dan baris ke-3 sebagai

(B3).

+ +2 =8 (B1)

− −2 +3 =1 (B2)

3 −7 +4 = 10 (B3)

10 | P a g e
Lakukan proses eliminasi untuk mereduksi sistem (5.7) menjadi sistem

persamaan linier dua variabel. Misalkan variabel yang ingin dieliminasi

adalah . Dengan demikian, lakukan operasi berikut:

 (B1)+(B2)
+ +2 =8
− −2 +3 =1 +
− +5 =9
………………………… (B4)

 3(B1)-(B3)
3 +3 +6 = 24
3 −7 +4 = 10 −
10 +2 = 14
………………………… (B5)

sehingga diperoleh persamaan (B4) dan (B5). Misalkan variabel yang ingin

dieliminasi selanjutnya adalah . Dengan demikian, lakukan operasi

berikut:

 10(B4)+(B5)
−10 + 50 = 90
10 + 2 = 14 +
52 = 104

Berdasarkan persamaan terakhir, diperoleh 52 = 104 sehingga = 2.

Dengan melakukan substitusi balik ke persamaan (B4) dan (B1), diperoleh


− +5 =9 ⟺ − + 5(2) = 9 ⟺ =1
dan
+ +2 =8 ⟺ + (1) + 2(2) = 8 ⟺ = 3.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem (5.7) memiliki tepat

satu solusi, yaitu = 3, = 1, = 2.

11 | P a g e
5.2.2 METODE PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN

LINIER
Sistem yang terdiri dari persamaan linier dengan variabel seperti pada

sistem (5.3) di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks


=
dengan


= ⋮ ⋮ ⋮ , = ⋮ , = .


Dalam hal ini, dikatakan sebagai matriks koefisien dari sistem (5.3).

Terkait dengan definisi matriks koefisien di atas, berikut dikemukakan

beberapa sifat yang diperlukan untuk menentukan solusi sistem persamaan

linier.

Misalkan adalah suatu matriks berukuran × . Jika adalah matriks

yang invertible, maka untuk setiap matriks yang berukuran × 1, sistem

persamaan = memiliki tepat satu solusi, yaitu = .

Sifat ini dijelaskan sebagai berikut. Misalkan adalah suatu matriks

berukuran × yang invertible. Akibatnya,


= = .

Kalikan kedua ruas persamaan = dengan dari sebelah kiri.

Diperoleh
=
( ) =
=
=
Karena invers dari suatu matriks selalu tunggal, maka solusi di atas adalah

satu-satunya solusi untuk sistem persamaan = .

12 | P a g e
Sifat berikut menjelaskan hubungan antara invertibilitas matriks dengan

solusi dari suatu sistem persamaan linier.

Misalkan adalah suatu matriks berukuran × . Pernyataan-pernyataan

berikut adalah ekuivalen, yaitu semuanya benar atau semuanya salah.

1. invertible.

2. det( ) ≠ 0.

3. = memiliki tepat satu solusi untuk setiap matriks yang berukuran

× 1.

4. = hanya memiliki solusi trivial, yaitu = .

Penjelasan mengenai hubungan antara poin 1 dan 2 telah dibahas pada modul

sebelumnya mengenai Matriks. Hubungan antara poin 1 dan 3 juga telah

dijelaskan pada modul ini. Sedangkan poin 4 merupakan kasus khusus dari

poin 3. Sifat-sifat ini akan banyak dimanfaatkan dalam menentukan solusi

dari suatu sistem persamaan linier.

Contoh:

Tentukan solusi dari sistem (5.5) di atas dengan menggunakan sifat

invertibilitas matriks koefisiennya.

Penyelesaian:

Sistem (5.5) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks =

dengan
2 1 6
= , = , = .
1 2 4

Dapat ditunjukkan bahwa invers dari matriks koefisien pada sistem (5.5)

adalah

13 | P a g e
2 1
= 3 − 3.
−1 3 2 3

Berdasarkan sifat invertibilitas matriks koefisien, diperoleh bahwa sistem

(5.5) memiliki tepat satu solusi, yaitu


2 1 8
= = 3 − 3 6 = 3.
1
− 3 2 4 2
3 3
Solusi ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.

Berikut dikemukakan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan

solusi dari suatu sistem persamaan linier. Metode ini dikenal sebagai aturan

Cramer yang memanfaatkan fungsi determinan untuk menentukan solusi dari

suatu sistem tanpa perlu menyelesaikan sistem tersebut secara

keseluruhan. Aturan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Jika = adalah suatu sistem dari persamaan linier dengan variabel

sedemikian rupa sehingga det( ) ≠ 0, maka sistem ini memiliki tepat satu

solusi. Solusinya adalah


det( ) det( ) det( )
= , = , …, =
det( ) det( ) det( )
dengan adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti entri-entri pada

kolom ke- dari dengan entri-entri pada matriks

= .

Berdasarkan penjelasan di atas, aturan ini berlaku untuk semua matriks

bujursangkar dengan nilai determinan yang tak-nol. Akan tetapi, pada modul

ini penggunaan aturan Cramer dibatasi untuk matriks bujursangkar dengan

ukuran tidak lebih dari 3 × 3.

14 | P a g e
Ingat kembali cara menentukan nilai determinan matriks berukuran 3 × 3

yang telah dipelajari pada modul sebelumnya.

Contoh:

Gunakan aturan Cramer untuk menentukan solusi dari sistem berikut.

1. Sistem (5.5)

2. +2 =6
−3 +4 +6 = 30
− −2 +3 =8
……………………………………(5.8)

Penyelesaian:

1. Berdasarkan sistem (5.5), diperoleh


2 1
=
1 2
dengan det( ) = 3 ≠ 0.

Selain itu, diperoleh


6 1
= , det( ) = 8,
4 2
2 6 ) = 2.
= , det(
1 4

Oleh karena itu, solusi dari sistem (5.5) adalah


det( ) 8
= = ,
det( ) 3
det( ) 2
= = .
det( ) 3
Solusi ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.

2. Berdasarkan sistem (5.8), diperoleh


1 0 2
= −3 4 6
−1 −2 3

15 | P a g e
dengan det( ) = 44 ≠ 0.

Selain itu, diperoleh


1 0 6
= −3 4 30 , det( ) = −40,
−1 −2 8
1 6 2
= −3 30 6 , det( ) = 72,
−1 8 3
6 0 2
= 30 4 6 , det( ) = 152.
8 −2 3

Oleh karena itu, solusi dari sistem (5.8) adalah


det( ) −40 −10
= = = ,
det( ) 44 11
det( ) 72 18
= = = ,
det( ) 44 11
det( ) 152 38
= = = .
det( ) 44 11

16 | P a g e
5.3 LATIHAN
Untuk soal 1-4, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan.

Gambarkan pula grafik dari setiap sistem untuk menjelaskan solusi yang

diperoleh.

1. − =1
−2 = −2
2. −3 =6
=3+

3. 2 +3 =6
−4 = −4
4. 2 + =

6 +3 =1

5. Tentukan nilai sehingga sistem


2 −3 =5
4 −6 =
a. memiliki tak-terhingga banyaknya solusi

b. tidak memiliki solusi

6. Tentukan solusi dari sistem berikut (dalam ), jika ada.


−2 +3 =5
− =1
7. Tentukan nilai agar sistem pada Latihan 6

a. Tidak memiliki solusi

b. Memiliki tepat satu solusi

c. Memiliki tak-terhingga banyaknya solusi

8. Siska ingin membeli pulpen dan spidol untuk adiknya. Satu buah pulpen

harganya Rp 1.700,00 dan satu buah spidol harganya Rp 2.300,00. Siska

harus membeli keduanya dengan total 11 buah dan seharga Rp

17 | P a g e
21.700,00. Tentukan sistem persamaan linier yang tepat untuk kasus

tersebut. Kemudian tentukan solusi dari sistem yang diperoleh untuk

menjelaskan jumlah pulpen dan spidol yang harus dibeli Siska.

Untuk soal 9-11, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan.

9. 2 − + =3
4 −4 +3 =2
2 −3 +2 =1
10. −3 + =4
−2 +3 =6
2 −6 +2 =8
11. 5 − +2 =6
+2 − = −1
3 +2 −2 =1

Untuk soal 12-13, tentukan solusi dari sistem persamaan linier

yangdiberikan dengan menggunakan sifat invertibilitas matriks koefisiennya.

12. + =2
5 +6 =9
13. 4 −3 = −3
2 −5 =9

Untuk soal 14-17, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang

diberikan dengan menggunakan aturan Cramer, jika memungkinkan.

14. 7 −2 =3
3 + =5
15. −4 + =6
4 − +2 = −1
2 +2 −3 = −20
16. 3 − + =4
− +7 −2 =1
2 +6 − =5

18 | P a g e
17. 4 +5 =2
11 + +2 =3
+5 +2 =1

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
[1] Neuhauser, C. 2000. Calculus for Biology and Medicine, 3rd Edition. Pearson

Education, Inc.

[2] Anton, H. and Rorres, C. 2010. Elementary Linear Algebra, 10th Ed. Wiley.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai