Anda di halaman 1dari 41

1.2.

PENGERTIAN MATRIX SECARA MATEMATIS


1.2.1. MATRIX
Bila mempunyai satu susun persamaan linear, misalnya :

2 X + 3 y + 2 Z = 0
X + y + 3 z = 0 ( 1 .1 )
- X + 2 y - z = 0
maka koef isien d ari persamaan linear ini d apat d ituliskan atau d ike­
lompokkan d alam suatu cara penulisan y ang lain, yaitu d alam bentuk
jaj aran bilangan, sebagai d itulis di bawah ini :
2

[ ]
3 2
1 3 ( 1 .2)
- 2 - 1
J aj aran bilangan ( 1.2) d isebut matrix, yang d apat d ituliskan s ecara
umum:

a a a . . . . . . a . . . .. . . . a
11 12 13 lj ln
a a a . . . . . . a . . . . . . a
2n
.
21 22 23 2j
a a a . . . . . a . . . . . . . a
(1.3)
3j 3 ri
.
31 32 33
.
a a a . . . . a . . . . . . . a
ij in
.
i2 i3
.
i1

a a a . . . . . a . . . . . . a
nl1 JTI3 mj mn
.
m2
.

d i mana m, n ad alah bilangan bulat � l .


Biasanya m enand ai suatu m atrix d ip akai tand a [ ] atau ( ), atau { }
untuk m atrix baris atau kolom.
Bilangan- bilangan aij d isebut elemen- elemen d ari m atrix, di m ana
i = 1. 2. 3 . . . . . . . m d an j = 1, 2, 3, . . . . . . n. B il angan m menun-
jukkan bany aknya baris. d an n ad alah banyakny a kolom; sed angkan
ked uanya menyatakan o rd e d ari m atrix.
De nga n d emikian d apat d ikatakan, m atrix d engan ord e m x n, ad alah

4
merupakan jajaran persegi dari elemen-elemen atas m buah baris dan tl
buah kolom. Kadang-kadang notasi yang dipakai untuk baris memakai
index di bawah, sedangkan untuk kolom memakai index di atas: misa1.­
kan ai menyatakan elemen baris ke-i. ai menyatakan elemen kolom
ke j.
Sebenarnya matrix ini sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari­
hari. Misalnya sering dibaca di surat-surat kabar pacta halaman olah
raga, suatu laporan hasil bertanding dari beberapa kesebelasan sepak­
bola yang sedang berkompetisi untuk memperebutkan tempat teratas,
dalam susunan seperti di bawah ini :

nama main menang seri kalah nilai

A 3 2 0 4
0 3 ( 1 .4)
I
B ,.,
..

c 3 0 ,.,
2
D 2 0

Susunan bilangan ( 1 .4) di atas sebenarnya telah disusun dalam satu


bentuk matrix, yaitu :

3 2 0 4 � kesebelasan A.
2 0 3 -E-- kesebelasan B.
3 0 2 2 kesebelasan c.
I
<tf---

2 0 � kesebelasan D.
( 1 .5 )

T T r T T
Ol
c ..c
c CO CO m
c I...

E E
m (1) (1) CO
Vl � c

Matrix di atas In! mempunyai empat baris dan Iima kolom. Empat
baris tersebut masing-masing menyatakan satu kesebelasan yang
ikut bertanding, sedangkan Iima kolom masing-masing menyatakan
keadaan "main'', "menang", "seri"'. "kalah ", ''nilai".

Karena matrix dapat memberikan suatu jalan yang cukup sederhana


dalam memecahkan berbagai macam persoalan, maka mempelajari
matrix menjadi su:.�tu ha! yang mutlak penting dalam berbagai bidang
pekerjaan. Sebagai contoh, seorang sarjana teknik ingin mer ;ncanaka �

5
satu b angunan besar seperti gedung bertingkat banyak, rangka batang,
jembatan g antung, atap berbentuk tembereng, dan lain sebagainya,
maka bila ia ingin menyelesaikan masalahnya tersebut dengan cara
yang lebih sederhana, haruslah langkah pertama dari perhitungan pe­
rencanaannya ialah menyederhanakan masalahnya dan menyajikannya
dalam bentuk matrix.
Demikian pula di dunia perdagangan, sekarang tidak sedikit diantara
pengusaha yang menggunakan perhitungan matrix untuk memperhi­
tungkan untung rugi suatu transaksi.
Karenanya tidaklah aneh bila sekarang disekolah-sekolah menengah,
sudah diaj arkan matrix, untuk memberikan dasar bagi analisa-analisa
yang akan harus dilakukan diperguruan tinggi.
Ada berbagai macam matrix :
1. Matrix bujur sangkar, bila m = n

[�
2 3
5 6 ( 1. 6)
8 9

E1emen-elemen a11, a2 2 , a3 3 , ... .... . ann disebut elemen-


elemen diagonal utama.
2. Matrix baris, bila m = 1, yaitu hanya terdiri atas 1 baris saja.

[ 1 2 3 4 5 6 l ( 1 .7)
= 1,
.,
.) , Matrix kolom, bila n yaitu hanya terdiri atas kolom saj a.

1
2
3
4 (1 .8)
5
6

4. Matrix nol, bila aij = 0

u n
0 0
0 0 ( 1 .9)

0 0

Acta beberapa type dari matrix bujur sangkar, antara lain :


1. Upper Triangular matrix, ialah suatu matrix di mana semua elemen
di bawah diagonal utama sama dengan nol.

6
14 ln
a a a a . . . . . . a

0
ll ..
12 13
·a 22. 2 3 24 2n
a a . . . . . . a

0 0
34 3 n
·a a . . . . . . a
33.
0 0 0
(1.10)
a . . . . . . a
44 4n

0 0 0 0 . . . . . . a nn

,..,
'-· Lower Triangular matrix, i a1ah suatu matrix di m ana semua ele-
men di atas diagonal utama sama dengan nol.

a 0 0 0 . . . . . . 0

0 0 0
ll
a
21
a . . . . . .

0 0
22
a a ·a . . . . . . (1.11)
0
3l 3 2 3 3.
a a a ·a . . . . . .
41 42 4 3 44

a a a a ·
. . . . . . a
ml ffi2 m3 ffi4 mn

[
3. Matrix Diagonal, ialah suatu matrix di mana semua elemennya
sama dengan nol kecuali elemen-elemen diagnonal utamanya.

] .. 0 0 0
0
0
0
. 2 ... 0
0
0
·.3
0
·.
0
0
·.:.� J ( 1. 12)

[ }
4. Matrix Skalar, ialah suatu matrix diagonaL di mana elemen diago­
nalnya merupakan bilangan yang sama.

2· 0 0 0
0 . '•2.. 0 0
o o o
(1.13)
··z...
0 0 0
. '• 2

5. Matrix Satuan (unit matrix), ialah suatu matrix skalar. di mana •

elemen diagnonalnya ialah 1. Matrix satuan disebut juga matrix


identitas dan sering ditulis dengan notasi ( 11.

7
0 0 0
0 0 0
(1.14)
0 0 0

)
0 0 0

6. Band matrix, ialah suatu m atrix bujur sang ka r, di m ana e lemen­


elemen y ang bukan no! ( nonz er o elements) di kelo mp okka n
meng elilingi diag onal u tarn anya, membentu k su atu j alu r elemen
diag onal .

a a 0 0 .......... 0 0
11 12
a a 0 0 ....... .. 0 0
21 22
0 0 .. . ......
3 3" 3 4
a a 0 0
(1.15)
....... . . 0
4 44
0 0 a a
3
. 0

0 0 0 0 ............. a n- 1 . n-1 a n- 1 . n

0 0 0 0 ....... . ... a n. n- 1 a n.n

1.2.2. OPERASI MATRIX


l . Kesamaan m atrix.
Du a m atri x [A ] dan [ B1 dikatakan sama. bila
U ij = bij ( 1.16)
dim ana
aij i al ah elemen dari matrix (A 1 :
b ij i alah el emen dari matrix [ B l .

[� ]
Contoh: 3
[A]
5 3

r2
l
3
[ B]
l
=

1 5 3

Jelas di si ni ba hwa dua matrix [Al dan [ B 1 tersebu t di atas haru s


m empu ny ai orde ya ng s ama .

8
2. Penjumlahan matrix.
Apabila [A] dan [ B] adalah dua matrix yang mempunyai orde
yang sama, maka kedua matrix tersebut dapat dijumlahkan meng­
hasilkan suatu matrix [C ] = [A] + [B], dimana
(1. 17)
cjj = aij + bij

Cij ialah elemen dari matrix [C]:


ai j ialah elemen dari matrix [A] ;
b ij ialah elemen dari matrix [B].

Contoh:

[A] 3
5
2
[B]
5

[ ]
[C] [A] + [B]

2-1 3+2 1 +4
[C]
1 +2 5+5 3-3

[c J � [ 3
5
10 0
5

l
Suatu penjumlahan matrix akan mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. [A] + [B] = [B] + [A] (comm utatif)
-, [A] + [B] + [ C] = ([A] + [B]) + [ C] (associatif)
3 . Akan terdapat suatu matrix [X] sedemikian sehingga
[A] +[X] = [B]

3. Perkalian skalar.
Suatu matrix [A] dapat diperkalikan dengan sua tu skalar k.
menghasilkan suatu matrix [ D] = k [A], dimana
dij = k.ajj ( 1. 18)
dij menyatakan elemen dari matrix [DJ;
aij menyatakan elemen dari m atrix [A].

9
Contoh:

[ 1
2 3
[A]
5 3

k = - 3

[D] = k. (A]

-:
(D] =
r- l
6 - 9

- 3 -15

Suatu perka1ian skalar m atrix mempunyai sifat-sifat a ntara lain


( 1 ).
:

k ([A) + [B)) = k [A) + k [B);


(2). k ([A) + [B)) = ([A) +[B)) k :
dim an a k ada1ah ska1ar.

4. Perkalian matrix.
Suatu m atrix [A) denga n orde (m x p), dan m atrix [Bl dengan
orde (p x n), dapat diperka1ikan menghasi1kan suatu matrix baru
[E) [A]. [B) dengan elemen
=

(1.19)

p
atau eij = z ( 1 . 20)
k=l
ai k b kj
·

dim ana: ei j e1emen m atrix [E) '


"
au [A);
bij [B ] ;

.. . .. . . .
1, 2, 3,
=
1 , 2, 3, ., m:
n:
L .,
j =
. . . .. . . . ..

k =
2. 3. • • • • • • • 0 p.

Matrix [E) hasil perkalian tersebut akan mempunyai or de (m x n)

[ : 1 : 12]
Contoh:

(l)
11 12
. a a

[B ]
21 22
[A) a a �

21 22
31
a
3 2
a

10
[E] =
[A]. [B]

a a

[ I
11 12 b b
a 11 12
=
a
21 22 b b
21 22
3 3

l
a a
1 2

a ll. bll + a 1 2 · b 2 1 a ll.b 12 + a ,z .b zz

a 2 1·b 1 1 + a 2 2 ·b 2 1 a 2 1 ·b 1 2 + a 2 2 ·b 2 2

a
3 1
. bll +
"3 2 . 2 1
b a:l
1 . b l2 + � 2. b 2 2 )

[� l)
H I
( 2) . 5 4
[A] =

2
[B] =
2
3

[E] =
[A]. [ B ]

[� :l H
4
= 2
3

[ 2 .4 + J. 2 + 5. J

l
2 . 3 + J ( - J) + 5 . 2

J. 3 + + 3.2 + 2 . J
=

3 ( -l ) + 2.2 1 .4

[]: ]
5
=

12

J adi teranglah dengan orde ( 2 x 3 )x (3 x 2) akan menghasilkan orde


(2 X 2).

II
(3). Kita ambil contoh matrix (1.5). di ha1aman 5.
Dari matrix tersebut, diambil satu matrix bagian yang menyata­
k an keadaan "menang", "seri" dan "kalah", yaitu :

I
2 0 + Kesebe l asan A.

[P] =
0 +
11
B.
0 2 +
11
c.
0 +
11
D.

t t t
men ang se r i k a lah

Matrix [P] mempunyai orde (4 x 3)


Sekarang untuk tiap pertandingan akan diberi nilai sebagai beri·
kut:
"menang" berni1ai 2
"seri" 1
"ka1ah" 0

{ }f-
Bila dinyatakan secara matrix :

2 men � ng
[N] l +-se r 1
0 +- ka l ah

t
n i lai

Di sini matrix [N] mempunyai orde ( 3 x I).


Untuk ·mendapatkan jumlah nilai yang sebenarnya didapat oleh
masing-masing kesebelasan, maka keadaan ''menang-kalah" perlu
dikalikan dengan "nilai masing-masing pertandingan". yaitu secara
matrix :

[E] =
[P] [N]

di man a [E] ialah matrix yang menyatakan jumlah nilai dari ma­
sing-masing kesebelasan.

12
[E] = [P]. [N]

A 2 r 2
B
� 0
0 I l +- menang

c ....

l �j
-t-
= +- seri
0 2
..... 0
+- kalah
D
t t t t

-
Cl
c J:
ro ·- ro ro
c I...

E
C) Q) ro ·-

Vl .::(. c

1. 2 + 2.1 +

"1
0 .0
1 . 2 + 1 . 1 + 0 .0

1 . 2 + 0.1 + 2 . 0
0.2 + 1. 1 + 1. 0
l

l :::
r
<
4 1 +- A
B

l�j
c
+-
I [E)
+-

+- D
t

n i la i
Di sini suatu m atrix [P] dengan orde (4 x 3), dikalikan dengan
l ), menghasilkan m atrix [E] de­
ngan orde ( 4 x 1 ).
m atrix [N] dengan orde (3 x

:
( 1) . [A] ([B] + [Cl) = [A] [B] + [A] [C] (distributif pertam a)
Pacta perk alian matrix tadapat beberapa sifat penting, a ntara lain

dimana [A]. [B]. [C] adalah m atrix yang m emenuhi syarat


untuk penjumlahan dan perkali an m atrix.
(2). ([A] + [B]) [C] =[A] [Cl + [B] [Cl (distributif kedua)
(3). [A] ([B] [C]) =([A] [B]) [Cl ( associatif)
(4). Pacta umum nya [A] [B] :i:: ( B] [A] :
(5). [A] [B] = 0. belum tentu m engakibat kan [A] = 0 atau [8] = 0:
(6). [A] [B] =[A] [C]. belum tentu mengakibatkan [B] =[C].

13
Apabila [A] adalah suatu matrix dengan orde (m )� n). maka yang
1.2.3. TRANSPOSE DARI MATRIX

dinamaka11 transpose matrix [A] (dengan tanda (A] T) adalah matrix


berm·de (n x 111 l dim:::ma baris dan kolom matrix [A] menj<ldi kolom
dan baris matrix [A] T.

[B ] = [A]T

IJ
(1.21)
b··
Contoh
2
[A]
5

(1).
Beberapa ha! berhubungan dengan transpose dari matrix antara lain :

( [A]T)T = [A]
(2). (k.[A] )T = k. [A] T
(3 ). t [A] +
[B]l T= [A] T + [B] T
(4). ( [A]. [B]) T = [B] T. [A] T

1.2 .4. MATRIX SIMETRIS.

I. Suatu matrix [A] dikatakan simetris, bila

[A]T = [A]
atau

aJl ( 1.22)
ajj ··

[_
=

Contoh :

J
9 - 2
[A] "
9 2 7
2 7 3
[A] disebut matrix simetris karena [A] T = [A]
Suatu matrix dikatakan skew-simetris, bila memenuhi hubungan:
T [A]
[A] = -
f1.23J

14
Contoh

2
r 0
0

l��
(A]
- 4

Perhatikan bilangan no! pacta elemen diagonalnya.

1.2.5. MATRIX KOMPLEX


I. Suatu matrix [A] disebut sebagai matrix komplex bila elemennya
terdiri dari bilangan-bilangan komplex.

[
Contoh

l
+ i 2 + 3i
[ A] =

2"

I di mana =
V-"1

II Bila suatu matrix komplex [AJ elemen-elemennya diganti dengan


conjugate dari masing-masing elemen tersebut, maka matrix yang
terjadi disebut sebagai
[A]*
conjugate dari matrix [A], dengan notasi

Contoh

[ ]
1 + 2 + 3i
(A]
2

[A]''"
[ - i 2

1 +
3i
l
2
)
di mana bil::mgan kompkx I - i merupakan conjugate dari bilang­
�m 1 + i dan demikian pula demen yang lain. Dengan demikian bila
:,atu matrix [A] semua demennya terdiri dari bilangan riiL maka
I A I* = [A] : sebaliknya bila semua elemennya terdiri dari bilangar.
imajiner. rnaka [A]*= -[Al.

3. Suatu matrix [A] disebut matrix hermitian bila memenuhi hu-


bungan :
([AI *l T = [AI 11.24;

15
di m ana
[A]* =
c onjugate dari [A]
( [A]*) T = tr anspose dari [A]*
[A) = matri x k omp le x bujur sangkar
Contoh:

[ l
2 +
[A]
2 - 3

[ l
2 -
[A]*
2 + 3

( [A]•'-) T =
[ 2 - i
2 +
3
l = [A)

D alam ha! i ni . e le me n di agonal dari matri x he rmi ti an akan se lalu


te rdiri dari b ilangan-bilangan riil.
4. Suatu matri x [A) dise but matri x skew-hermitian, bila me me nuhi
hubun gan :
([A) *) T = - [A] ( 1.25)
D alam hal i ni e le me n di agonalnya akan te rdi ri dari bi langan nol
atau bi langan i m aji ne r.

Contoh
r
)
0 1 +

l-1 + i
[A) =

=ll l
0 - i
[A].�
-
I 0

- I

l
( [A]*)T
0 -1
l - [A]
I
I =

)
I -
I 0

16
\. Suatu orthogonal t)ill.:
1.2.6. MATRIX ORTHOGONAL.
matrix bujur sangk ar [A] dise but m at rix
memenuhi hubung:m :

[A] [A] T ::: [A] T [A] =


[I] ( 1.26)
Jimana [ I] meny atak an mat rix satu an.

cos e

[- :J
si n
[A]
sin e cos

- sin

l
e

[
cos e
T
e
[A]
s in e cos
=

[ 1
0
T [I]
[A].[A] =

0

Su atu matrix komplex buju r sangkar [A] d ise but se bagai matrix
unitary bila memenu hi hu bungan :
T
[A] .((A],�) ([A) ,':)T_[Aj
=
[I] (1 .27)
d im ana[I] menyatakan matrix sa tu an.

Contoh :
l
-
l +

V3 f3
[A]
l - l
=

-
·-

f3 f3

Suatu matrix unitary de nga n ele men riil akan meru pak:m matrix
orthogonal.

Determinan dari sua tu matrix hu j u r s�m,zb: [ .\ l. ditu!i�k�tn :;eb2.gai


1.2.7. DETERMINAN.

17
a a a ..... .. a
ll 12 l 3 ln
a a a .... . .. a
21 22 23 2n

lA / 3 n (1.28)
=
a a a . .. .. .. a
3 3 2 33

a a a .. .. .. . a
nl n2 n 3
nn

Sebelum membahas tentang deterrninan lebih mendalam. akan diper­

orde 2 x 2.
lihatkan dulu keadaan yang khusus, yaitu untuk matrix dengan

[A]
:J
Determinan [A] untuk orde 2 x 2 ini didefinisikan sebagai

I AI =
ad - be ( 1 . 2 9)

Contoh :

[: l
2
[A]
4

/AI l . 4 - 2. 3
4 - 6
= - 2.
Untuk matrix dengan orde lebih tinggi. sebelum dihitung determinan­
nya, harus dikenal dulu minor dan cofactor dari elemen m atrix .
Minor dari satu elemen aij. dimana aij merupakan satu elemen dari
matrix bujur sangkar [A]. didefinisikan sebagai determi nan dari bagi­
an matrix fA] cliluar baris ke-i dan kolom ke-j, yang cliberi notasi
Mij.

Contoh : 2 3 4 I
2 3 4
[A]
1, 5 6 7
7 6 5 4

18
3 4
5 6 7
6 5 4

Bila Mij diperkalikan dengan ( - I) + J. , maka akan menghasilkan


cofactor dari aij, yang diberi notasi Cij·

ci
j = ( -- n i+j Mu (1.30)

Detenninan dari matrix [A] dengan orde n x n dapJt didefinisikan


sebagai

I AI a . c. + a. .c. + a. .c. + .
. . + a. . c .
il I l 12 12 I 3 I 3 1n 1n
atau : n
I (1 .3 1 )
k=l
Persamaan (1.3 1) ada1ah rumus untuk menghitung determinan dengan
expansi menurut baris ke-i.

Determinan dapat pula dihitung berdasarkan expansi menurut ko1om


ke j, sebagai berikut :

a . . C . + a .C + a ..C . + . . . + a .. C
:3 J 3 J nJ
=
lJ lJ nj
.
2j 2j
atau :
n
/A/ = I (1.32)
k=J

Beberapa ha! yang perlu diperhatikan berhubungan dengan perhitung­


an detenninan ini antara lain :
( 1 ). Apabila dua baris atau dua kolom dari matrix [A] adalah sama.
maka /A/ 0
(2). Apabila (A] adalah matrix satuan. maka I A/
=

(3 ). Apabila satu kolom dari matrix [A] dijumlahkan dengan kolom


=

yang lain (atau kelipatan dari kolom yang lain), maka I A I tidak

(4 ). Apabila d ua kolom dari matrix [A] ditukar posisinya. maka I A I


berubah.

mengalami perubahan tanda.


( 5). Detenninan dari matrix [A] akan sama dengan detenninan
matrix transposenya.

19
1.2.8. ADJOINT DARI MATRIX
Adjoint dari sa tu matrix bujur sangkar [A], yang diberi notasi [A]+.
ialah satu matrix 'kngan orde yang sama. yang didapat Jen2:an meng­
ganti elemen dari [A]T (transpose dari matrix [A] ) dengan cofactor
dari elemen yang bersangkutan.

a a a
l l 12 l 3

a a a
2 3
[A)
21 22
a a a
3 1 3 2 33
l

a a a

r
11 21 3 1

a a a
12 22 3 2
[A]T =

a a a
13 3 33
l 2

c c c
ll 21 3

[A]+ c c c
12 22 3 2
c c c
1 3 2 3 3 3

Telah diuraikan di atas penjumlahan dun perkalian dari matrix. Tapi


1.2.9. INVERS DARI MATRIX.

proses pembagian tidak dikenal pada operasi matrix. dan sebagai ana­
loginya, digunakan invcrs dari matrix.
Apabila [A] dan [ B] adalah matrix bujur sangkar sehingga [A] .
[B] [ B l . fA] matrix satuan. maka [ B l disebut invers dari matrix
= =

[A l . Jan fA l adalah invers dari [ B l .

Contoh :
2
II
r
I
3 I
!
! 3 3
[A)
i
4
I
\
")
-
J

.20
[: )
6 - 2 - 3
[B] 0
0

[ [: 1
2 3 6 - 2 - 3
[A] . [B] = 3 3 I 0
2 l:. 0

0 0
[A] . [B] =

maka di katakan :
0
0 0
0

I [I]

[B] = [A] -1
atau : [A] = [B l - l
dimana [A] - 1 menyatakan inv er s dari matrix [A],
dan ( B] -1 menyatakan i nv er s dari m atrix [B] .
Ada beber ap a car a untu k mencar i i nv ers dari matrix, diantaranya
metode adjoint (adj oi nt method)
metode pemisahan ( m atrix p ar ti tioning)
metode Gauss -Jor dan ( Gauss - Jor dan method)
metode Cho1esky (Cho1 esky method)
Di bawah ini akan di bahas c ar a- car a ter sebut di atas satu per satu.

1. Metode Adjoint.

Metode i ni menyata ka n sa tu hu bu nga n dal am menghitung inver s


dari sa tu matrix bujur sangkar [A] sebagai :

[A] - I ( 1.34)

dimana[A] --1 =
i nver s dari matri x [A] :
[A]+ = adjoint dari matr ix [A 1 :
!A I =
deter mi nan dari m atri x [A 1 .

adjoint dari matri x bersangkutan Jengan Lkterminannya sendiri.


J adi. i nvers dari satu matri x [A], bisa di dapat Jengan mern bagi

21
Contoh:

3 3
[A] =
4 3
3 4

sebagai telah diuraikan pada pasal 1 .2.7.


Determinan matrix [A] dapat dicari berdasarkan perhitungan

4 3 3 3 3 3
A = - 1 + 1
3 4 3 4 4 3

= ( 16 - 9 ) - ( 12 - 9 ) + ( 9 12
=
1.

Selanjutnya dihitung cofactor dari elemen-elemen matrix [A] .

4 3 7
11
=
c =

3 4

3 1
12
=
c = -

4
1 3
c =
= -
1
3

3 3
21
c = = -
3
3 4

c
3
22 L,
=
=

c
3 0
2 3
=

3
') '")
"- -
3 3 = 3
c =
3 1 4
-

3 0
c =
3 2 3

3
c =
3 3'
4

A djoint dari matrix [A]

c c c
11 21 3 1

c c c
12 22 32
c c c
l 3 2 3 3 3' .

[ l
- 3 - 3
0


=

- I 0 I
-

I nvers da ri matrix [A]


+
[A] - I =
[A]
IAI

[- �
- 3

J
- 3
= 0
- 1 0

d ima na I A \ = I

2. Metode pemisahan.
Sesua i dengan na ma dari metode ini, ma ka la ngka h perta ma yang
dila ku kan dala m proses menca ri invers matr ix ini iala h mela ku ka n
pemisa ha n (pa rt it ioning) terha dap mat rix bersa ng kuta n.

2J
: "1
Ambil satu m atr ix[A ] :

a 11 a 12
[A) =
a21 a 22 23
a3 1 a3 2 a3 3 )
Lakuk an pemisahan :

a 11 a 12 II a1 3
[A] = a21 a 2 2 II a3 2 (1 .3 5)
a3 1
-- - - -
a3 2 -t1 - --
a33

A tau dinyatakan dalam sub m atrix :

A1 1 1I A12
[A] -- - + ---
( 1 .3 6 )
A2 1 I A
I 22
\ I

dengan p enger tian :

A1 1

A 12 =
( 1 .3 7)

A2 1 a3 a3 2 ]
1
=

A a3 3
22
=

24
Bila dimisalkan [ A ] - 1 = [ F ]
maka akan terdapat hubungan :

[ F] . [ A ] :::: [I]

a tau
( l .3 8 )

Dengan mengexpansikan perkalian di atas akan didapat :

Fu Al l + Fl2 A2 1 =

F2 1 Al l + Fz z A2 1 0
( 1 .39)
Fl l A12 + F 12 Az z = 0

Fz 1 A12 + Fz z Az z =

Persamaan ( 1 .39), yang m erupakan hasil expansi dari persamaan


( 1 .3 8), merupakan persamaan linier dengan em pat " b esaran anu"
yaitu F 1 1 , F 1 2 , F 2 1 , F 2 2 ·
Dengan menyelesaikan persamaan ( 1 .39), akan didapat hasil :

-1
Fu An + A u - l A 1 2 ( A z z - A z l A l l - 1 A 1 z ) - 1 Az 1 A 1 1 - 1

Frz = - A l l - 1 A 1 2 ( Az z - Az A l - 1 A -1
l l 1z)

Fz l = - ( A z z - A z 1 A l l - 1 A 1 2 ) - 1 Az 1 A l l - 1 ( l .40 )

F zz =
( Az z - Az 1 A u
-1
A12 )
-i

Persamaan ( 1 .40 ) dapat diuraikan menjadi suatu u ru tan yang sisti­


matis. yai tu sebagai beriku t :

H i t ung
1
( 1) . Al l-

H i t ung
-1
(2) . An A1 2
-1
( 3) . H i t ung A2 1 Al l

(4 ) . H i tung { Has i 1 ( 3) } . A l 2

(S} . H i t ung A zz Has i I (4) }


{
15
-
l
( 6) . Hi F22 { Has i l (5 ) }
-

t un g =

( 7) . Hi t un g F2 l = - F zz . { Has i l ( 3) }

Has i l
(1 .4 1 )
( 8) . Hi t un g F12 = -{ (2) } F 22
( 9) . H i t un g F 1 2· {Has i l ( 3) }

( 10 ) . H i t un g Fl l = A l l - I - { H a s i I (9)}

Contoh :

[:
3
[A] 4

[
Lakukan p emisahan :

1

�j_]_j I
3 3
[A ] = l

1
_

I 4
__

3
I

Melihat p ersamaan ( 1 .36) :

A
11
=

r\ :J
3
A
12
=

[l 3
}
A 3 ]
21
=

A 4
22
=

26
Sekarang akan dilakukan operasi seperti diuraikan. dalam persamaan ( 1 .4 1) ,

(_ � ) (_ � )
dengan urutan yang sama.
(1) •

4
1
4
Au- = 4 � 3

(2) .
A1 1- l A 12 •
[_ 4
- � J{ : } •
{:}
( 3)
Az 1 • A1 1 - I •
[ I 3 ] ( _ � - 3
J [ I 0 ]

(4 ) .
[ I 0 ] • A1 2 = [ I 0 ] {:} [ 3 ]

(5 ) .
A [ 3 ] = [ 4 ] - [ 3 ] = [ 1 ]
22

F
-1
(6) . = [1] = [ 1
22

(7) . - [1 ] [ 1 0 ] = [ -1 0 ]

( 8) .

oj I
0 ]
o)
( 9) .

( 1 0) .

27
r
Jadi matrix ( F] y ang m erup akan invers dari m atrix [A] d ap at d i­
susun dari hasil di atas sebagai beriku t :

F 11 i F 12

J
[F) j- - -
I
21 I 22
---

F F
I

7 - 3 1 - 3

[ F) = - 1 1 I o
l__
l
____

- l 0

D engan d emikian invers dari [A] ialah :

7 - 3

[ F) = - l

- l 0

3. Metode Gauss-Jordan.
Langkah-langkah pent ing yang perlu diam bil untuk mencari invers
d ari m atrix [ A ] dengan orde n x n secara garis besar adalah seba­

( I ) . Am bi1 m at rix satuan [ I ] d engan orde n x n .


gai berikut :

(2). Dengan cara operasi baris, ubahlah m at rix [A ] menjadi m a­


t rix satuan . dengan tahapan sebagai beriku t :
( a) . B agi1ah baris ke- 1 dengan a 1 1 • sehingga a 1 1 sekarang
sam a dengan 1 .

28
(b). J u mlahkan baris ke-2 dengan baris ke- 1 y ang telah d iper­
kalikan d engan ( - a 2 1 ) , sehingga a2 1 sekarang m e nj ad i
no!.
Ul angi langkah (b) untuk baris ke-3 , 4, 5, . . . . . , n .
Sekarang kolom ke- 1 m e njadi no! semu a kecuali a 1 1 = I
(c).

dengan m e m b uat a2 2 = I , dan a1 2 = 0 , a3 2 = 0 , a4 2 = 0 ,


( d ) . Ulangi langkah ( a) , ( b ) , (c) untuk baris ke-2 , dimulai

as 2 = 0 . . . ' a n 2 = 0
(e). Ulangi langkah ( d ) untuk baris ke-3 , 4, 5, . . . . . . , n.
( f). Proses selesai.

setelah proses selesai . m atrix [ I ] telah beru bah m enjadi


( 3 ) . Proses (2) sekaligus dilakukan pacta m atrix [ I ] , sehingga

matrix ( F] . Matrix ( F] i nilah invers dari m atrix [A]


( 4 ). Proses keseluruhan dapat d in yatakan se bagai :

. I
( 1 . 42)
ope ra s i ba r i s
[ A ] [ F ]

[
Contoh :
3
[ A] = 4
3

Sekarang ingin d icari [A] - 1 d engan nt etodc Gauss-J ordan .


No tasi H ik (p ) menyatakan penjumlahan pacta baris ke-i d e­
ngan baris ke-k y ang sudah d iperkali kan d engan p . Jadi m isal­
nya H2 1 ( 2 ) menyatakan baris ke-2 dij u m l ahkan dengan 2
kali baris ke- I .

(
iI
I
l1 \
l
l
3
4
3
3
3
4
0
0
0

0
�l H, (- l)r�l l
l ,...,__,
3

3
3
0
4
-1

0
0 G

�J
T
A
T
2Q
l
1
l 3 I [ 3 I

�]
3 0
I I

�]
1 0 -3
I

)
4
(- 1 ) ( -3
3 1
H 0 0 I -1 H 0 0 I -1
I
1 1 -1 1 1 -1
12
� 0 0 0 0 0
I
0

-�
..--.._.,;

[
0 0 7 -3

l
( -:3 )
H 13 0 0 -1

0 0 -1 0
--1'--
I I
F

[: J
- 3 - 3
J ad i [A ]-1 0
0

4.

Metode Cholesky.
D asar dari met ode Cholesky ini ialah terletak pada kenyataan
bahwa setiap matrix bujur sangkar dap at diubah sebagai p erkalian
dari sat u lower t ri angular matrix dengan satu upp er triangular
matrix. D engan demikian invers dari m atrix bujur sangkar tersebut
dap at diselesaikan dengan mencari i nvers dari masing-masing
triangular matrix , dan ini bukanlah suatu pekerjaan yang sukar.
D alam analisa struktur dengan metode matrix, akan selalu dijum­
pai matrix yang simetris. Suatu mat rix simetris, akan selalu dap at
diubah menjadi p erkalian dua triangular matrix yang satu sama
lain merup akan m atrix t ranspose.
Bila ( A ] menyat akan suatu mat rix simetris. dan [ L ] menvatakan
suatu lower t riangular m atrix. maka :
[A] = [ L] . [ L] T
at au secara keseluruhan :

ll 12 . Q, Q, Q,
. 9,n 1
1 3
0
1n
0
11
0
1 21
a a a a
l (\ 3 1
l
I
Q, 9, X. 9,
.

21 22 2 n2
0
2n
0 0
3 21 22 22 2
n
a a a a
3
1v

X. 9, X. .Q, X.
1 2 3
0 0
3 1 3
0
3 1 33
=

n
a
3
a
3 33
a a
r'1 3 3" .

9,
n1 nz n nn
Q. ·x. X.
n1 n2 n 3 nn nn
0 0 0
3
a a a a

( 1 43) •

30
i
-
1
-1 ;2

£. . = i.
2
= a. . )
I I I I 1r
r=1
j-1
1 r £. J. r
= £.
l j
a. . -
£... .
J i > j
r\-:: 1
£. .
I untuk
JJ

£ = 0 i (j . ( 1 44)
ij
un tuk •

Da r i pe r sama a n ( 1 . 4 3 ) :

1 T 1
[A ( ( [ L ] . [ L] ) - (1 . 4 5 )

( 1 . 46 )
( 1· l T l
[A = ( [L( ) [L(
Bi [U] .
1
la [L] - ( I 47)
1 T
ma ka [A ] - = [ F] = [U] . [ U ]
[ L ] . [ U] = [ I ]
( I . 48)
d i ma n a ( 1 . 49)

oj
a t a u seca ra kese l u r uhan

r�
0 0 0 0

r:
( £ 0 0 0

u
11 1 1

0 0 0 0 0
i 0
o =i o
t

u u
21 22 21 22
0 0
3 3 3' .
0
3
£,
3 1 3 33 1
I U

,)\ lo
£, t
I :
I
2 2

i
u u . . .u
,)
9� t t
j 3 . 0 0 '

1
t nn l nn
I

n 3
l Un
n2 n2 n
n

.
\

( 1 50)
S e t e 1 a h d i j a ba r kan
.u u
11 ll ll
0
"' = =

1 .u1 1
u + t .u u
t2
0
21
n
A,

1 1 22 21 21 t
22

+ ,l + .c 3 1 u 1 1 + Q. 3 2 U 2 1
t u u u u
3 ll 3
0
3 3' 3 l 3 1
"'

3 3'
2 21

. . . . . .. . . ...
32
a t a u se ea ra umum

U. . n
I I "- • ·
I I

r r . · rJ
i-1
1
i. u .
r= l -
u . = - -�� un t uk i) j (I .51 )
IJ £..
I I
--
.

U ·I J· = 0 un t u k i (j

m atrix [ F ] sesuai dengan persamaan ( 1 .48), y aitu :


Setelah didapat m a trix [ U ] , m aka m udahl ah untuk m enghitung

[F] = [ U] T [ U ]
d im ana m atrix [ F ] m erupakan invers dari m atrix [ A ] .

1.3. PENYELESAIAN SUSUNAN PERSAMAAN LINIER DENGAN


METODE MATRIX.

1.3 . 1 . PENGERTIAN UMUM.


Mengingat bahwa ban y a k p ro b le m a t i k dalam t e knik sipil y ang di­

maka p e r l u l a h k i r a n y a u n t u k mempelaj ari j uga b agaim ana m en yele­


ny at a k an d al am persamaan l i nier d engan sej u m lah " b il an ga n a n u " ,

sai kan persam aan l i n i e r terse b u t sec ara m at rix .

S e k arang akan d it u njukkan satu p er sam aan y ang sa ngat sed erhana.

3 X + 7 y = 12 ( 1 . 52)
Persamaan ( 1 . 5 2) d a p at d iny atakan secara m atrix sebagai :

[ 3 7 ] = [ I2 ] ( 1 . 53 )

D e m i kian pula p ad a d u a persam aan linier di bawah i n i :

3 X + 7 Y 12

2
=

( l . 54)
5 X Y 3
=

D apat d in y at a k an sec ara m at rix sebagai :

( I 55)
.

33
s�cara umum n buah persamaan linier dengan n buah "bilangan
anu" dapat dituliskan sebagai :

a + a + a + ...... + a b
11 1 12 2 : 3 "3 1n n 1
X X X X =

a + a + a + . . . . .. + a X b
21 1 22 2 2 2n n 2
X X X
3 '3
. .
=

a + a + a + ...... + a b
3 1 1 3 2 2 3 n n
X X X X
3 3 3 3
=

X b
nn n n
+ a + a + . . . . . . .+ a
n 3
a
n1 1 n2 2
X X X ( 1 56)
3
=

Persamaan ( 1 . 56) d ap at dinyatakan secara m atrix seba�ai :

a a a X b
11 12
... .. a
1 3 ln 1 1
.

a a a X b
21 22
.. . .. a
2 3 2n 2 2
.

a a a X b
3 1
.. ... a
3 2 3 3' 3 n 3 3
.
=

X b
n1 n2 n nn n
a
n
a a a
3

( 1 57)

Persamaan et . 5 7) dap at disederhanakan sebagai :

[A] . �xt { B} ( I 58)


.

D engan pengertian :

[A] ialah matrix bujur sangkar yang menunjukkan koefisien


p ersamaan linier dimaksud.
{X} ialah matrix kolom dari "bilangan anu" ;
{B } ialah matrix kolom dari "konstanta ".

Banyak typ� dari matrix koefisien [ A ] . antara lain :

�4
1. Matrix koefisien simetris :

2 0 0
1
Contoh : 3 X

2 -1 X 2
2
4 =

0 -1 5
3
X

i i i
A X B
Disini m at rix [A ] m erup akan m atrix y ang simetris, dim ana
aij = aj i ·

2. Matrix koefisien jalur (band coefficient matrix)

Contoh :

5 2 0 0 0 0 X 12
1
2 2 0 0 0 11
2
4 X

2 6 2 0 0 X 0
3
0 2 4 2 0 X 7
4
=

0 0 2 6 8 4 2 X 9
5

0 0 0 2 6 4 X 5
6

0 0 0 0 4 2 2 X 21
7

T i i
A X B

3. Matrix koefisien terpencar (spare coefficient matrix)


Pad a m atrix type ini ban yak elemennya yang meru p akan
bilangan no!.

1.3.2. CARA PENYELESAIAN SUSUNAN PERSAMAAN LINEAR


Banyak m e tode un tuk m en yelesaikan· persamaan linier ini, y ang
secara garis besar dap at d ibagi atas dua kategori utam a.

35
I. METODE EKSAK ATAU METODE LANGSUNG.
Metode ini melipu ti seju mlah tertentu perhitungan aritm atik a .
yang proporsional dengan jumlah dari persamaan atau ' 'b ilangan
anu". Pada akhir dari perhitungan . akan didapat hasil yang e k­
sak dari perhitungan tersebut di atas.
Beberapa metode pe nting yang term asuk d alam kategori ini
antara lain :
l. Metode i nversi matrix
., Metode Cramer atau me tode determinan
3. Metode Gauss-J ordan
4. Metode Eliminasi Gauss
5 . Metode Crout

7. Metode Cholesky ( khusus untuk matrix koefisien yang


6. Metode Doolittle

yang simetris)

II. METODE PENDEKATAN ATAU METODE ITERASI.


Metode i n i dimulai dengan suatu harga permulaan dari "b ilang­
an anu", yang d il an ju tk an dengan koreksi dan penyempurnaan

putaran perhi tun gan .


pada harga-harga "bilangan anu " tersebut dalam beberapa

1.
Yang termasuk dalam kategori i n i antara lain :
Met ode G radien sekaw a n ( conjugat e gradient method)
.,M etode iterasi G:wss atau J acobi.
3. Metode iterasi G '-l uss-Sc i del
4. Metode relaxasi
Di bawah ini akan d ibahas beberapa dari m etodc yang telah
d isebutkan di atas.

Dari persamaan ( 1 .58) :


1.3 . 3. METODE INVERSI MATRIX.

[ A] . { X} = { B}
diperkalikan d e ngan [A] - !
(A ( 1 [A ] { X} = ( A ] - l {B}

[ I ] { X} = [ A f 1 {B}

{ X} = (A ] - l -{ B } (I . 5 9)

36
Contoh :

=
Dinyatakan secara m atrix :

l
[: { � } {: }
3

-2 I
)
T
X B
i T
A

[A] = [: 3
1
==
-2
J
/AI 2 ( -2 ) - 3 . 3

-
- 13

(A ]-1 =
1
-=-13
[ l : -2

-3

2 3
n 13
=

3 2
n 13

{ s}
==t
r 71
4 /

{ x} =
[A ( 1 • { B}

jJ
2 ]__ 7
X
n 13
= -

y 3 2
13 l3

26

I
X
= I3

y
13
l3

D engan demi kian didap at :


X = 2

y
1.3.4. METODE CRAMER
D ari persamaan ( 1 . 5 8) :
[A] { X} = { B}
.

D engan metode Cramer akan didap at :


I
( 1 . 60 )
D.
X .I = -
D
dim ana: Xi = menyatakan "bilangan anu" ke-i yang akan di cari
D 1· = menyatakan determinan dari matri x koefisi en yang
sudah diubah, yai tu dengan mengganti kolom ke-i
dengan kolom "konstanta" { B }
D = menyatakan determinan dari m atri x [A]
Contoh :
2 x + 3 y = 7

3 X 2 y = 4

Dinyatakan secara matri x :

[ : _: l { : } { : }
"T t i
A X B

38
[A]

{ B}

D I AI
2 (-2) - 3 . 3

= -13

r---,
I 7 I
I I
3
=
: I
I 4I
-2
L _-l

7 ( - 2) -
3 .4

=
- 26

,-- ,

02
I
2 1
I
7 I
I
I
I

, j
3 : 4 :
_ _

= 2 . 4 - 3. 7

= -13

Jadi menumt rum us pada persamaan ( 1 .60) :


D.
I
X .I =

39
maka :
D
X1 = .J.
D

- 26
-1 3
=

= 2

D

D

=
-1 3
-1 3

D engan demikian didapat hasi l :


X =

y =

1 . 3.5. METODE GAUSS-JORDAN .


Metode ini adalah mirip dengan metode Gauss-J ordan pada proses
men c ari invers dari mat rix .
Contoh :
(!) . 2 X + 3 y = 7

3 X 2 y = 4

[: _: l {:} {:}
atau

T T T
A X B
40
Untuk m emudahkan operasi, dilakukan penggabungan matrix [AJ
dan { B} .
2 3 7
(A B] =
3 -2 4

Sekarang dilakukan operasi baris pada m atrix d i atas ini.

3 7
2 3 7 2 2
; (- 3 )
H( )
21
H
l
C/? �
3 -2 4 3 -2

'r
3 7 3 7
2
2 2 2 2
H ( - 13).
(./')

0 _ _!]_ _ .!J. 0
2 2

r - .,
3
2 I t-- x
I I
l 0 I

( - ...,. ) I
1
I I
2 I

! j I
I
H
12 I

(./') L-:_j
0

Dengan d emikian didapat hasil :

X = 2

y =

(2 ) . X + 3 y + 3 Z = -2

X + 4 y + 3 Z = 0

X + 3 y + 4 Z =
X -2
3 3

4 3 y = 0

4 z
3

T T T
A X B

3 3 -2

0
[A B) = 4 3

3 4

3 3 -2
(- 1 )
3 3 -2
(- 1 )
H 0 0 2 H
4 3 0 3 1
21
r--...:J
r--..._;

4 3 4
3

3 -8

1
3 3 -2 0
(-3) (-3)
H 0 0 2 H
0 0 2 1 3
12
0 0 3 r-......:J 0 0 L 3
j <---)

r-- - ,
-1 7 I
I I
I
0 0
I
I

I 2 I
I I
0
I
0

0 0 1 3 I
... _ _ - ..J

42
Dengan demikian didapat hasil :
X = -1 7
y = 2
z =
3

1.3.6. METODE ELIMINASI GAUSS.


Metode ini merupakan metode operasi baris juga untuk mencapai
suatu upper triangular matrix, untuk selanjutnya diselesaikan de­
ngan cara eliminasi.
Misalnya kita punya satu susun persamaan linier seperti di bawah
ini :
a X + a X + a
11 1
X
12 2
( 1 . 61 )
1 3 '3 1
=
b

a X + a X
22 2
( 1 . 62 )
2 3 '3 2
=
b

a X =
b ( 1 . 63 )
33 3 3

Bila dinyatakan secara m atrix :

a a a
11 12 13 1 1
:>'; b

a a
22 2 2•
0 X =
b
23
0 0 a X b
33 3 3

i T T
A X B
dim ana matrix [ A ] merupakan sa tu upper triangular m atrix.
Dari persamaan ( 1 .63) :
x =
b I a
3 33 33

Subsitusikan hasil ini ke persamaan ( 1 .62) :

X
2
= X
3 ) I a 22

43
Untuk �uatu sistim persamaan linier dengan n buah "bilangan anu",
akan didapat rumus umum :
x = b I a nn
n n
x.
I
L: a .I J. :X.J. ) I a .1 .1
I
=
(b. -

un t uk = n - s ampa i den gan 1 .

j + 1 s amp a i den ga n n . ( 1 . 6 4)

Uraian di atas ini ialah merupakan dasar pemikiran dari metode


eliminasi Gauss ini yang sebelumnya tentu saja harus didahului
dengan suatu operasi baris untuk mencapai satu matrix segitiga
atas (upper triangular m atrix).

( 1 ). X + 3 y + 3 Z = - 2
Contoh :

X + 4 y + 3 z = 0

X + 3 y + 4 z =

X
3 3
r 1 r 1 -z

'[: J r r
4 3 =

3 4

i i T
A X B

3 3 -2

[ A B ] = 4 3 0

3 4

3 3 -2 (- 1 ) 3 3 -2
H
4 3 0 3 1 0 0 2
,.. - .,
( - 1 ) ('..)

21 !L- -3-..J:
H
3 4 0 0

44

Anda mungkin juga menyukai