Anda di halaman 1dari 4

BAB V

DESKRIPSI PROYEK
5.1 Judul Proyek
Perencanaan dan perancangan puskesmas
5.2 Pengertian Proyek
Menurut Permenkes RI No 75, (2014) Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
5.3 Latar Belakang dan Perkembangan

Pelayanan puskesmas semakin hari akan mengalami kemajuan dan semakin


kompleks, baik dari segi pelayanan ataupun sumber daya yang dibutuhkan.
Peningkatan peralatan saja tidak cukup, tetapi juga memerlukan manajemen
selanjutnya yang lebih sesuai, maka keperluan sistem informasi yang dapat menunjang
manajemen tersebut agar tercipta kesesuaian yang diperlukan. Tidak mungkin ada
manajemen akan berjalan lancar tanpa didukung dengan sistem informasi. Kesehatan
Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan
berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
serta pembangunan berwawasan kesehatan.

Dengan ini, sistem informasi yang ada di puskesmas telah dikembangkan di


berbagai jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia dimana salah satu
bentuknya adalah Sistem Informasi Manajamen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS
adalah suatu sistem yang mendukung pengelolaan data dan informasi di puskesmas
khususnya untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Data kunjungan pasien
disimpan dan digunakan untuk membuat data pelaporan pada periode waktu tertentu
yang selanjutnya data tersebut dikirimkan ke dinas kesehatan. Data pelaporan antar
Puskesmas di tingkat Kabupaten/Kota memiliki struktur data yang sama. SIMPUS
yang berbasis pada komputer atau teknologi informasi komputer ini mempunyai
keunggulan dalam kecepatan serta keakuratan untuk mengolah data dan informasi.

Adapun Visi Puskesmas adalah: “Tercapainya Kecamatan sehat menuju


Indonesia sehat 2010”. Artinya masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Depkes RI, 2004).
Misi Puskesmas berdasarkan Depkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.


2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, beserta
lingkungannya.

5.4 Fungsi Proyek

Bangunan Pusat Kesehatan masyarakat(PUSKESMAS), maka fungsi Puskesmas


adalah sebagai berikut:

 Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan di sekitar daerah


operasionalnya

Pada fungsi yang ketiga ini, Puskesmas ditugaskan sebagai


lembaga yang melayani masyarakat dalam hal kesehatan. Masyarakat yang
memiliki keluhan kesehatan dapat mengunjungi Puskesmas untuk
dilakukan pengobatan.

 Puskesmas sebagai inti dari pembangunan kesehatan masyarakat di sekitar


daerah operasionalnya.

Pada fungsi ini, puskesmas berguna sebagai lembaga yang berguna


membantu masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerjanya dalam proses
membangun kehidupan yang lebih sehat lagi. Puskesmas berguna sebagai
pusat dan sumber masyarakat untuk mempelajari dan mengamalkan
kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat lagi.

 Puskesmas sebagai pembina masyarakat dalam membangun kehidupan


yang lebih sehat

Dalam hal ini, Puskesmas memiliki fungsi sebagai lembaga yang


berperan aktif memberikan bimbingan dan binaan terhadap masyarakat
yang ada di sekitar lingkungan kerjanya dalam rangka peningkatan
kesehatan masyarakat sekitar. Para pegawai puskesmas memiliki
kewajiban memberikan pengajaran tentang kehidupan yang lebih sehat
kepada masyarakat sekitar wilayah kerjanya.

5.5 Tema Proyeka


Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek
untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara
bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut. Pada
akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat,
dan hal ini akan berpengaruh pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari
suatu bangunan, selain itu pendekatan bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan
karya arsitektur terhadap sumber – sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.

5.6 Pemilik Proyek

Pemko Pekanbaru

5.7 Lokasi Proyek

Jl. Gotong Royong, Kec. Payung Sekaki

5.8 Luas Lahan Proyek

2.826 m2

5.9 Koofisien Dasar Bangunan

KDB = 50-80 %, pada lokasi tapak digunakan KDB = 60%, maka luas lantai dasar
bangunan yang diizinkan adalah:
Luas tapak x KLB

2.826 m2 x 0.6 = 1.695 m2

5.10 Koofisien Lantai Bangunan

KLB = 0,50-1,60 , pada lokasi tapak digunakan KDB = 1,20, maka total luasan
bangunan yang diizinkan adalah:
Luas tapak x KLB
2.826 m2 x 1,20 = 3.391 m2

5.11 Garis Sempadan Bangunan

Sempadan muka : 8 – 10 m
Sempadan belakang : 5 – 7 m
Sempadan samping : 2,5 – 3 m

Anda mungkin juga menyukai