Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN KE : 9,10

MEKANIKA FLUIDA TERAPAN


MODUL KE: 8,9
ALIRAN DALAM PIPA DAN SALURAN

 PENDAHULUAN
Persamaan kontinuitas untuk aliran didalam pipa fluida inkompressibel, lurus antara dua titik adalah:
𝑄1 = 𝑄2 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 ; 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑄1 𝑄2
𝑉1 = ; 𝑑𝑎𝑛 𝑉2 =
𝐴1 𝐴2

1
p1 + p2=? p
gx = g sin Ø

g Ø
r=R

tw 2
x1 p2
-x
2=
Z1

? L
x
Z2

Karena pipanya mempunyai penempang yang luasnya tetap. Persamaan energy aliran-tunak
adalah :
𝑃1 1 2 𝑝2 1 2
+ 2𝑎1 𝑉1 + 𝑔𝑧1 = + 2𝑎2 𝑉2 + 𝑔𝑧2 + 𝑔ℎ𝑓
𝑝 𝑝

Factor energy kinetik 𝑎1 = 𝑎2 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑉1 = 𝑉2 , maka persamaan untuk kerugian gesekan ℎ𝑓 .


𝑝1 𝑝2 𝑝 ∆𝑝
ℎ𝑓 = (𝑧1 + ) − (𝑧2 + ) = ∆ (𝑧 + ) = ∆𝑧 +
𝜌𝑔 𝜌𝑔 𝜌𝑔 𝜌𝑔
Kerugian tersebut sama dengan perubahan jumlah energy tekanan dan energy gravitasi. Persamaan
momentum pada volume kendali dalam Gambar 4.1 dengan memperhitungkan gaya-gaya yang
disebabkan oleh tekanan, medan gravitasi dan geseran adalah
∆𝑝𝜋𝑅2 + 𝜌𝑔(𝜋𝑅2 )∆𝐿𝑠𝑖𝑛𝜃 − 𝑇𝑤 (2𝜋𝑅)∆𝐿 = 𝑚(𝑉1 − 𝑉2 ) = 0
Persamaan ini menghubungkan hf dengan tegangan geser dinding
∆𝑝 2𝑇𝑤 ∆𝐿
∆𝑧 + = ℎ𝑓 =
𝜌𝑔 𝜌𝑔 𝑅
dimana:
∆𝑧 = ∆𝐿 𝑠𝑖𝑛𝜃
Berlaku apakah aliran laminar atau turbulen. Korelasi Tw dengan kondisi aliran adalah
𝑇𝑤 = 𝐹(𝜌, 𝑉, 𝜇, 𝑑, 𝜀)

1
dimana ε ialah kekasaran dinding. Maka menurut analisis dimensional
8𝜏𝑤 𝜀
2
= 𝑓 = 𝐹 (𝑅𝑒𝑑 , )
𝜌𝑉 𝑑
Parameter tak berdimensi f dimana factor gesekan Darcy, menurut nama insinyur Prancis Henry Darcy
(1803-1858) dengan aliran pipanya pada tahun 1857 untuk pertama kalinya mengungkapkan efek
kekasaran pada hambatan pipa.

Dengan menggabungkan persamaan di atas diperoleh rumus untuk kerugian aliran pada pipa
adalah :
𝑳 𝑽𝟐
𝒉𝒇 = 𝒇
𝒅 (𝟐. 𝒈)

(Darcy-Weibbasch Formula)
Dimana :
Hf = Kerugian head karena gesekan (friksi), (m).
f = faktor gesek
L = Panjang Pipa, (m)
d = Diameter dalam pipa/saluran, (m)
V = Kecepatan rata-rata aliran, (m/s)
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2

atau dalam bentuk kerugian tekanan sebagai


𝐿 𝜌 𝑉2
∆𝑃 = 𝑓
𝑑 2
Inilah persamaan Darcy-Weibbasch yang berlaku untuk aliran conduit dengan penampang
lintang sembarang baik alirannya laminer maupun turbulen. Untuk aliran laminar atau turbulen, persamaan
kontinuitas dalam koordinat silinder ialah
1𝜕 1 𝜕 𝜕𝑣
(𝑟𝑣𝑟 ) + (𝑣𝜃 ) + =0
𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜕 𝜕𝑧
𝜕
Diasumsikan bahwa tidak ada pusaran atau perubahan keliling sehingga 𝑈𝜃 = 𝜕𝜃 = 0 dan alirannya
telah berkembang penuh (fully developed), sehingga 𝑈 = 𝑈(𝑟). Maka persamaan diatas menjadi
1𝜕
(𝑟𝑣𝑟 ) = 0
𝑟 𝜕𝑟
atau
𝑟𝑢𝑟 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Tetapi pada dinding r = R, ur = 0 (tak gelincir); karena itu persamaan tersebut menyiratkan bahwa ur =
0. Jadi dalam aliran yang telah berkembang penuh hanya ada satu komponen kecepatan yaitu u = ur penuh
hanya ada satu komponen kecepatan yaitu u = u(r).
Persamaan diferensial momentum dalam koordinat silinder menjadi
𝜕𝑢 𝑑𝑝 1𝜕
𝜌𝑢 =− + 𝜌𝑔𝑥 + (𝑟𝜏)
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝑟 𝜕𝑟
dimana τ dapat melambangkan geseran laminar atau turbelen. Tetapi ruas kiri sama dengan nol karena u
= u (r) saja. Dengan gx = g sin θ dari gambar diperoleh
1𝜕 𝑑 𝑑
(𝑟𝑟) = (𝑝 − 𝜌𝑔𝑥 sin 𝜃) = (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)
𝑟 𝜕𝑟 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Untuk mendapatkan distribusi geseran di dalam pipa, dengan memanfaatkan syarat bebas τ = 0 pada
r = 0.
1 𝑑
𝜏= 𝑟 (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧) = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑟)
2 𝑑𝑥

2
Jadi geseran itu berubah-ubah secara linier dari sumbu tabung ke dinding, baik untuk aliran laminar
maupun untuk aliran turbulen. Pada r = R, kita mempunyai geseran dinding
1 ∆𝑝 + 𝜌𝑔∆𝑧
𝜏𝑤 = 𝑅
2 ∆𝐿

Aliran Laminer
Aliran laminar diatur oleh hokum yang menghubungkan tegangan geser ke laju perubahan bentuk
sudut yaitu hasil kali kekentalan fluida dan gradient kecepatan atau τ = μdv/dy. Kekentalan fluida tersebut
dominan dan karenanya mencegah setiap kecenderungan menuju kondisi-kondisi turbulen.
Dalam persamaan diatas bahwa kemiringan d(p+ρgz) Idx adalah negative sebab tekanan dan
ketinggiannya menurun dengan x. Untuk aliran laminar, τ = μ du/dr, sehingga
𝑑𝑢 1 𝑑
𝜇 = 𝑟 (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)
𝑑𝑟 2 𝑑𝑥
Integral sekali
1 1 𝑑
𝑢 = 𝑟2 (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧) + 𝐶1
4 𝜇 𝑑𝑥
Konstanta C1 ditentukan dengan keadaan tak gelincir pada dinding u = 0 pada r = R
1 1 𝑑
0 = 𝑅2 (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧) + 𝐶1
4 𝜇 𝑑𝑥
1 2
Atau 𝐶1 = − 4 𝑅 𝜇 maka penyelesaian yang eksak dari aliran pipa laminar yang telah berkembang penuh
adalah
1 𝑑
𝑢= [− (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)] (𝑅2 − 𝑟 2 )
4𝜇 𝑑𝑥

𝑅2 𝑑
𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 = [− (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)]
4𝜇 𝑑𝑥

Hasil-hasil lainnya untuk aliran pipa adalah Persamaan debitnya yaitu


𝑅
𝑅2
𝑄 = ∫ 𝑢𝑑𝐴 = ∫ 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 | (1 − ) 2𝜋𝑟 𝑑𝑟
0 𝑟2
1 𝜇𝑅2 𝑑
= 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 𝜋𝑅2 = [− (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)]
2 8𝜇 𝑑𝑥
Jadi kecepatan rata-rata dalam aliran laminar ialah separuh kecepatan maksimumnya yaitu
𝑄 𝑄 1
𝑉= = 2
= 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴 𝜋𝑅 2
Untuk tabung yang mendatar (∆z = 0), maka Persamaan Hagen menjadi
128 𝜇𝐿𝑄
∆𝑝 =
𝜋𝐷4
Geseran dindingnya dihitung dari gradient kecepatan pada dinding
𝑑𝑢 2𝜇𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 1 𝑑
𝜏𝑤 = |𝜇 | = = 𝑅 | (𝑝 + 𝜌𝑔𝑧)|
𝑑𝑟 𝑅 2 𝑑𝑥

Ini merupakan suatu teori untuk factor gesekan Darcy aliran laminar
8𝜏𝑤 8(𝜇𝑉 / 𝑑) 64𝜇
𝑓= = =
𝜌𝑉 2 𝜌𝑉 2 𝜌𝑉𝑑
64
𝑓=  Untuk aliran Laminer
𝑅𝑒

Kerugian dalam aliran laminar dapat diturunkan dari Persamaan diatas menjadi

3
∆𝑝 128 𝜇 𝐿𝑄
= ℎ𝑓 =
𝜌𝑔 𝜋𝜌𝑑𝑔 4
𝜇 0.25
𝒇 = 0,3164 ( )
𝜌𝑉𝐷

0,3164
𝑓 = (𝑅𝑒)0.25  Untuk aliran Turbulen pipa mulus (Re = 4000 - 100.000)
Atau menggunakan Diagram “MOODY” (Secara Umum).

(DIAGRAM MOODY),LIHAT GRAFIK

Aliran Turbulen
Sedangkan untuk aliran turbulen Persamaan penurunan tekanan Hagen yang dikorelasikan dengan
persamaan dengan persamaan factor gesekan Blasius diperoleh sebagai berikut
∆𝑝 𝐿 𝑉2 𝜇 0.25 𝐿 𝑉 2
ℎ𝑓 = =𝑓 = 0,3164 ( )
𝜌𝑔 𝐷 2𝑔 𝜌𝑉𝐷 𝐷 2𝑔
Atau

∆P = 0.158 L . ρ3/4 . μ1/4 . D-5/4 . V7/4


∆P = 0.241 . L . ρ3/4 . μ1/4 . D-4.75 . Q1.75
Tegangan geser untuk aliran turbulen dapat dinyatakan sebagai
𝑑𝑣
𝜏 = (𝜇 + 𝜂)
𝑑𝑦
dimana η (eta) = sebuah factor yang tergantung pada kerapatan fluida dan gerakan fluida. Faktor pertama
(μ) menyatakan efek-efek dari gerak kekentalan dan factor kedua (η) menyatakan efek-efek gerakan
turbulen. Ada dua jenis aliran mantap dari fluida-fluida nyata. Aliran itu disebut aliran turbulen dan aliran
laminar. Kedua jenis aliran tersebut diatur oleh hokum-hukum yang berbeda.

Kecepatan kritis
Kecepatan kritis yang paling penting adalah kecepatan di bawah mana semua turbulen direndam oleh
fluidanya. Telah ditemukan bahwa batas aliran laminar yang memounyai arti penting dinyatakan oleh suatu
bilangan Reynolds sebesar kira-kira 2100.

Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds (Re) tak berdimensi menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-
gaya kekentalan (viskositas). Untuk pipa-pipa bundar yang mengalir penuh.

𝑉𝑑 𝜌 𝑉𝑑 𝑉(2𝑟𝑖 )
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑦𝑛𝑜𝑙𝑑𝑠 = 𝑅𝑒 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑒 = =
𝜇 𝑣 𝑣

dimana:
V = kecepatan rata-rata dalam m/dtk
d = garis tengah pipa dalam m ; ri = jari-jari pipa dalam m
𝑣 = kekentalan kinematik fluida dalam m 2/dtk
ρ = kerapatan fluida dalam kg/m3

4
μ = kekentalan mutlak dalam Pa dtk

Untuk irisan-irisan penampang yang tidak bundar, perbandingan luas irisan penampang terhadap
keliling yang basah disebut jari-jari hidraulik R (dalam m) digunakan dalam bilangan Reynolds.

Pernyataan tersebut menjadi


𝑉(4𝑅)
𝑅𝑒 =
𝑣

Contoh soal 1 :
Minyak dengan kerapatan massa (ρ) = 900 kg/m 3 dan v =0.0002 m 2/s mengalir ke atas melalui pipa
miring seperti dalam gambar berikut. Tekanan dan elevasinya diketahui pada penampang 1 dan
penampang 2 yang terpisah dangan jarak 10 m. Kalau diandaikan bahwa alirannya berlapis dan tunak.
a. Tunjukan bahwa arah alirannya benar-benar ke atas
b. Hitung hf antara 1 dan 2
c. Hitung Q, V dan Red sungguh-sungguh berlapiskan aliran itu

m P2 = 250.000 Pa
10
Q,V

1
40°

P1 = 350.000 Pa ; 741, z1= 0

Penyelesaian:
a. Untuk keperluan nanti kita hitung
μ = ρv = (900 kg/m3)(0.0002 m2/s) = 0.18 kg/(ms)
z2 = ∆L sin 400 = (10m)(0.643) = 6.43 m
Aliran pada menurunnya GDH ; karena itu kita hitung tinggi garis derajat disetiap penampang
𝑝1 350.000
𝐺𝐷𝐻1 = 𝑧1 + =0+ = 39,65 𝑚
𝜌𝑔 900(9.807)
𝑝2 250.000
𝐺𝐷𝐻2 = 𝑧2 + = 6.43 = = 34.75 𝑚
𝜌𝑔 900(9.807)
GDH-nya lebih rendah di penampang 2 jadi alirannya dari 1 menuju 2 sesuai denganinformasi dari
soal.

b. Rerugi hulu ialah perubahan tinggi GDH

5
hf = GDH1 – GDH2 = 39.65 – 34.75 = 4.9 m
separuh panjang pipa adalah rerugi hulu yang cukup besar.
c. Kita dapat menghitung Q dengan berbagai rumus aliran berlapis khususnya pada persamaan
berikut
𝜋𝜌𝑔𝑑4 ℎ𝑓 𝜋(900)(9.870)(0.06)4 (4.9)
𝑄= = = 0.0076 𝑚3 /𝑠
128𝜇𝐿 128(0.18)(10)
Kita bagi Q denganluas penampang melintang pipa untuk memperoleh kecepatan rata-rata
𝑄 0.0076
𝑉= 2
= = 2.7 𝑚/𝑠
𝜋𝑅 𝜋(0.03)3
Setelah V diketahui maka bilangan Reynoldsnya ialah
𝑉𝑑 2.7(0.06)
𝑅𝑒𝑑 = = = 810
𝑣 0.0002
Ini cukup jauh di bawah transisi Red = 2300, sehingga kita cukup yakin bahwa alirannya berlapis.

Contoh Soal 2.
Pipa halus/smooth dipasang horisontal pada tandon air yang besar. Diameter
dalam pipa adalah 75 mm dan koefisien minor losses untuk inletnya adalah 0,5.
Air dibuang ke udara luar, jika panjang pipa (L = 100 m). Tentukan kedalaman
air yang harus dijaga tetap agar menghasilkan laju aliran volume (debit)
sebesar Q = 0,03 m3/dt.

Penyelesaian :

d D= 75 mm

K= 0,5

Ditanya : kedalaman air, d

Jawab:
Persamaan dasar:
 p1 V12   p2 V2 2 
  gz1      gz2    hlt  hl  hlm
 2  2 
L V2 V2
hl  f dan h lm  K
D 2 2

Dari soal maka


p1 = p2 = patm,

6
V1  0, z2 = 0, z1 = d
sehingga:

V2 L V2 V2
gd  f k
2 D 2 2
1 L V V 2
V2  V2  L 
d =  f  k   = f K 1
g D 2 2 2  2 g  D 

Kecepatan dapat disubstitusikan dari

V = Q/A = 4Q/ D2


sehingga:

8 Q2  L 
d 2 4 
f  K  1
 D g D 

Untuk air pada suhu 200 C maka


 = 999 kg/m3
 = 1x10-3 kg/m.dt
sehingga

VD 4 Q
Re  
 D
9 9 9 kg 0 ,0 3m3
4 m. dt 1
= x x x x  5 x10 5
 m 3
dt 3
1x10 kg 0 ,0 75 m

Untuk pipa halus, dari Diagram Moody maka f = 0,0131 sehingga

8 Q2  L 
d f K 1
 2D 4 g  D 
8  0 ,0 32 m6 1 dt 2  10 0 m 
= x x x  0 ,0 131  0 ,5  1
 dt 2  0 ,0 75 4 m4 9 ,8 1m  0 ,0 75 m 
d  44 ,6 m

 SISTEM PERPIPAAN

7
Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari sistem pipa
tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. Contoh sistem
perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung atau kota. sistem pengangkutan minyak
dari sumur bor ke tandon atau tangki penyimpan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu
gedung, sistem distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya.

Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan
antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan sebagainya. Untuk sistem
perpipaan yang fluidanya liquid, umumnya dari lokasi awal fluida, dipasang saringan untuk
menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran fuida. Saringan dilengkapi dengan katup searah (
foot valve) yang fungsinya mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan
sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan
(elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).

Perencanaan maupun perhitungan desain sistem perpipaan melibatkan persamaan energi


dan perhitungan head loss serta analisa tanpa dimensi yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Perhitungan head loss untuk pipa tunggal adalah dengan persamaan Darcy-Weisbach yang
mengandalkan Diagram Moody untuk penentuan koefisien geseknya. Untuk keperluan analisa
jaringan perpipaan umumnya dipergunakan persamaan Hazen-Williams.

1. Sistem Pipa Tunggal

Penurunan tekanan (pressure drop) pada sistem pipa tunggal adalah merupakan fungsi dari
laju aliran, perubahan ketinggian, dan total head loss. Sedangkan head loss merupakan fungsi dari
faktor gesekan, perubahan penampang, dll atau dapat dinyatakan dengan persamaan :

p = f ( L,Q, D, e, z, konfigurasi sistem, , )

Untuk aliran tak mampu mampat, sifat fluida diasumsikan tetap. Pada saat sistem telah
ditentukan, maka konfigurasi sistem, kekasaran permukaan pipa, perubahan elevasi dan kekentalan
fluida bukan lagi merupakan variabel bebas. Persamaan akan menjadi :

p = f ( L,Q, D)

Empat kasus yang mungkin timbul pada penerapan di lapangan adalah :


1. L, Q, D diketahui, p tidak diketahui
2. p , Q, dan D diketahui, L tidak diketahui
3. p , L dan D diketahui, Q tidak diketahui
4. p , L dan Q diketahui, D tidak diketahui

Penjelasan masing-masing kasus tersebut adalah sebagai berikut :


1. Untuk kasus ini, faktor gesekan f, dapat diperoleh dari diagram Moody ataupun dari
persamaan empiris perhitungan f dari Re dan e yang diketahui. Total head loss dihitung dan
penurunan tekanan dapat dihitung dari persamaan energi. Kasus ini diilustrasikan pada
contoh soal 3.1.

8
2. Hampir sama dengan kasus 1 maka total head loss dapat dihitung dari persamaan energi,
kemudian faktor gesekan diperoleh dari diagram Moody. L yang tidak diketahui dapat
dihitung dari persamaan mayor losses. Kasus seperti ini ditampilkan pada contoh soal 3.2
dan 3.3.

3. Karena Q atau V belum diketahui maka faktor gesekan dinyatakan sebagai fungsi V atau Q
terlebih dahulu. Kemudian diasumsikan sebuah nilai f yang diambil dari diagram Moody
dengan kenyataan bahwa aliran dalam pipa, angka Reynoldnya pasti cukup besar. Dari f
asumsi tersebut diperoleh V asumsi yang dipergunakan untuk menghitung angka Reynold
asumsi. Dari angka Reynold yang baru ini dicari nilai f yang baru untuk asumsi V yang
kedua. Langkah ini diulangi sampai diperoleh nilai yang sesuai. Karena f adalah fungsi yang
lemah terhadap angka Reynold maka 2 atau 3 kali iterasi sudah diperoleh nilai V yang hampir
benar seperti pada contoh soal 3.4.

4. Apabila D pipa belum diketahui tentunya diinginkan diameter terkecil yang memungkinkan
agar ekonomis. Perhitungan dimulai dengan mengasumsikan nilai D terlebih dahulu.
Kemudian angka Reynold dan kekasaran relatif pipa dapat dihitung demikian pula faktor
gesekan. Total head loss dihitung dan juga penurunan tekanan, dari persamaan energi. Hasil
perhitungan penurunan tekanan ini dibandingkan dengan penurunan tekanan yang
disyaratkan. Jika perhitungan pressure drop jauh lebih besar, maka perhitungan diulangi
dengan mengasumsikan nilai diameter pipa yang lebih besar atau sebaliknya. Iterasi diulangi
sampai ketelitian yang diharapkan.

Contoh Soal 1.

Pipa halus/smooth dipasang horisontal pada tandon air yang besar. Tentukan kedalaman air yang
harus dijaga tetap agar menghasilkan laju aliran volume sebesar 0,03 m3/dt. Diameter dalam pipa
adalah 75 mm dan koefisien minor losses untuk inletnya adalah 0,5. Air dibuang ke udara

d D= 75 mm

K= 0,5

luar.Penyelesaian :Diketahui
Ditanya : kedalaman air, d

Jawab:
Persamaan dasar:

9
 p1 V2  p V 2
  gz1  1    2  gz2  2   hlt  hl  hlm
 2  2 
L V2 V2
hl  f dan h lm  K
D 2 2
Dari soal maka
p1 = p2 = patm,
V1  0, z2 = 0, z1 = d
sehingga:

V2 L V2 V2
gd  f k
2 D 2 2
1 L V V 2
V2  V2  L 
d =  f  k   =  f D  K  1
g D 2 2 2  2g

Kecepatan dapat disubstitusikan dari

V = Q/A = 4Q/ D2


sehingga:

8 Q2  L 
d  f  K  1
 D g D
2 4

Untuk air pada suhu 200 C maka


 = 999 kg/m3
 = 1x10-3 kg/m.dt
sehingga

VD 4 Q
Re  
 D
4 9 9 9 kg 0 ,0 3m3 m. dt 1
= x x x x  5 x10 5
 m 3
dt 3
1x10 kg 0 ,0 75 m

Untuk pipa halus, dari Diagram Moody maka f = 0,0131 sehingga

Contoh Soal 2.
Sstim pemadam kebakaran suatu pabrik, terdiri atas menara air setinggi 25 m dengan pipa
distribusi terpanjangnya 180 m diameter 10 cm, terbuat dari besi tuang. Pipa distribusi tersebut
berumur sekitar 20 tahun. Minor losses akan dipertimbangkan dari sebuah katup gerbang saja.
Tentukan kapasitas aliran air maksimum.
Penyelesaian :
Diketahui:

10
1

25 m
katup gerbang 2

Q
180 m

Ditanya: Kapasitas aliran, Q

Jawab:
Persamaan dasar

 p1 V 2  p V 2
  gz1  1    2  gz2  2   hlt  hl  hlm
 2  2 
LV2 L V2
hl  f dan hlm  f e
D 2 D 2

Tandon terbuka maka p1 = p2 = patm dan V1  0 dan untuk katup gerbang terbuka maka Le /D = 8,
sehingga

L V22 V2 V2
hlT  f  8 f 2  g z1  z2   2
D 2 2 2
V2   L
2
 
 f   8  1  g z1  z2 
2  D  
 2 g z1  z2  
1/ 2

V2 = 
 f  L / D  8  1

Diasumsikan bahwa pipa vertikal diameternya sama dengan pipa horisontal sehingga

L 180 m  25 m
  2050
D 0,1 m

11
Iterasi kecepatan V2 diawali dengan mengasumsikan nilai koefisien gesek pada diagram Moody
karena angka Reynold tidak dapat ditentukan. Dengan mengambil nilai e/D untuk pipa besi tuang
yang tua adalah 0,005 maka perkiraan pertama misalkan aliran mencapai fully rough zone maka f
 0,03 sehingga

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,03 x  2050  8  1 
m
= 7,93
dt

Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold

 VD VD 7,98m 0,1m dt 2
Re    x x  7,98 x105
  dt 1x106 m

Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody f = 0,0385. Dengan nilai ini maka kecepatan dihitung
kembali untuk iterasi kedua:

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,0385 x  2050  8  1 
m
= 6,2
dt

Pencocokkan nilai koefisien gesek dengan menghitung angka Reynold

 VD VD 6,2 m 0,1 m dt 2
Re    x x  6,2 x105
  dt 6
1x10 m

Untuk e/D= 0.005 maka dari diagram Moody, f = 0,04. Dengan nilai ini maka kecepatan dihitung
kembali untuk iterasi ketiga:

 2 9 ,8 m 25 m 1 
V2   x x x 
 dt 2
0,04 x  2050  8  1 
m
= 6
dt

Misalkan telah dianggap cukup konvergen maka kapasitas aliran dapat ditentukan dari

12
Contoh Soal 3.

Sebuah sistim penyiram tanaman dirancang untuk mengalirkan air melalui pipa aluminium dengan
panjang 150 m. Pompa yang dipakai mampu mengalirkan air 0,1 m3/dt dengan tekanan pada
discharge tidak melebihi 450 kPa. Sedangkan sprinklernya beroperasi pada tekanan minimum 200
kPa. Dengan mengabaikan head loss minor dan perubahan ketinggian, tentukan diameter minimum
pipa agar sistim dapat bekerja dengan baik.

Penyelesaian:
Diketahui

Pompa
1 D 2

Q=0,1 m3/dt

p1 < 450 kPa L=150 m p 2 > 200 kPa

Ditanya : Diameter pipa minimum, D

Jawab:
Persamaan dasar

 p1 V12   p2 V2 2 
  gz1      gz2    hlt  hl  hlm
 2  2 
L V2 L V2
hl  f dan hlm  f e
D 2 D 2

Penurunan tekanan maksimum adalah :

13
pmaks = p1 maks - p2min = (450 -200) kPa = 250 kPa

Sehingga

L  V2 L   4Q  L Q
2 2
p  f  f  2
 8f 5 2
D 2 D 2  D  D 

Angka Reynold diperlukan untuk menentukan f. Karena D belum diketahui maka angka Reynold
dinyatakan dalam Q

 VD 4 QD 4Q
Re   
 D   D
2

Iterasi pertama dilakukan mengambil nilai D = 0,1 m, sehingga :

0,1m3
4 1 dt
Re  x x x  1,27 x106
 dt -6 2
0,1m 1x10 m

Dari diagram Moody, untuk pipa jenis aluminum (drawn tubing) e/D= 0,000016 maka f  0,012.
Sehingga:

8 fL Q2 8 0,012 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,15 m5 m3 dt 2
= 1205 kPa > p maks

Dicoba dengan D = 0.15 m maka

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  8,49 x105
 dt -6 2
0,15m 1x10 m

Sehingga, e/D = 0,00001 dan f = 0,013

8 fL Q2 8 0,013 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,155 m5 m3 dt 2
= 267,2 > p maks

Diambil nilai D = 0,18 m sehingga angka Reynoldnya adalah :

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  7,07 x105
 dt 0,18m 1x10-6 m2

14
Sehingga, e/D = 0,0000085 dan f  0,0125

8 fL Q2 8 0,0125 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,185 m5 m3 dt 2
= 110 kPa < p maks

Karena dengan D= 0,18 m terlalu jauh dari pmaks maka dicoba dengan D = 0,17

4 0,1m3 1 dt
Re  x x x  7,38x105
 dt 0,17m 1x10-6 m2

Sehingga, e/D = 0,000009 dan f  0,0126

8 fL Q2 8 0,0127 150m 999 kg 0,12 m6


p   x x x x
 2 D5  2 0,175 m5 m3 dt 2
= 167 kPa < p maks

Dengan demikian maka diameter pipa yang sebaiknya dipergunakan untuk sistem ini adalah D=
0,17 m

2. Sistem Pipa Majemuk (Multipath)

Pada kenyataannya kebanyakan sistem perpipaan adalah sistem pipa majemuk, yaitu
rangkaian pipa seri, paralel maupun berupa jaringan perpipaan. Untuk rangkaian pipa seri atau
paralel, penyelesaiannya adalah serupa dengan perhitungan tegangan dan tahanan pada Hukum
Ohm. Penurunan tekanan dan laju aliran identik dengan tegangan dan arus pada listrik. Namun
persamaannya tidak identik seperti hukum Ohm, karena penurunan tekanan sebanding dengan
kuadrat dari laju aliran. Semua sistim pipa majemuk lebih mudah diselesaikan dengan persamaan
empiris.

Pada sistem pipa seri maka semua pipa akan dialiri kapasitas aliran yang sama, dan head
loss total adalah jumlah aljabar dari masing-masing head loss pipa. Apabila
setiap pipa diberikan simbul 1,2 dan seterusnya, maka persamaan kapasitas aliran dan persamaan
head loss total adalah :

Q1 = Q2 = Q3 = . . . = Qn (3.1)

atau V1 A1 = V2 A2 = V3 A3 =. . . = Vn An

15
hl = hl1 + hl2 hl3 +. . . + hln (3.2)

Pada sistem pipa paralel maka total laju aliran adalah sama dengan jumlah aljabar kapasitas
masing-masing aliran dalam setiap pipa dan rugi atau head loss pada sebuah cabang adalah sama
dengan rugi pada pipa cabang yang lain. Persamaannya adalah :

Q = Q1 + Q2 + Q3 +. . . +Qn (3.3)

atau V. A = V1 A1 + V2 A2 + V3 A3 +. . . + Vn An

hl1 = hl2 = hl3 =. . . = hln (3.4)

Dengan menyatakan head loss sebagai persamaan Darcy-Weisbach maka persamaan 3.4. akan
menjadi :

 L1  V12  L2  V22  L3  V32


 f1   k1   f2   k2    f3   k3  . . .
 D1  2 g  D2  2 g  D3  2g

V2  f1 L1 / D1    k1

V1 f 2 L2 / D2   k2

Perbandingan kecepatan yang lain juga bisa ditentukan untuk dimasukkan ke persamaan 3.3.
menjadi :

V2 V
Q  V1 A1  V1 A2  3 V1 A3  . . .
V1 V1

Contoh Soal 4.

Pipa baja komersial baru, berdiameter 200 mm dan panjang 1000 m dipasang paralel dengan pipa
jenis yang sama berdiameter 300 mm dan panjang 3000 m. Total laju aliran dalan kedua pipa
adalah 0,2 m3/dt. Hitunglah head loss melalui sistem tersebut dengan menganggap air yang
mengalir bersuhu 200 C (= 10-6 m2/dt) dan head loss minor diabaikan.

Penyelesaian:

Kekasaran relatif pipa adalah berturut-turut adalah 0,000225 dan 0,00015. Pada angka Reynold
yang besar maka koefisien gesek masing-masing adalah 0,014 dan 0,013. Kedua harga ini adalah
nilai pendekatan dan penyelesaian coba-coba untuk menghitung kecepatan dalam setiap pipa

16
dilakukan berdasarkan data ini. Selanjutnya angka-angka Reynold dan faktor gesekan yang lebih
teliti dapat ditentukan secara iteratif. Dengan subskrip 1 dan 2 untuk pipa kecil dan besar maka :

V2 f1 L1 D2 0,014 1000 300


  x x  0,734
V1 f 2 L2 D1 0,013 3000 200

Luas penampang pipa adalah 0,0314 m2 dan 0,0707 m2 Kemudian dari persamaan kontinuitas Q =
V1 A1 + V2 A2 atau 0,2 = 0,0314 V1 + (0,734 V1 ) (0,0707) dan V1 = 2,4 m/dt dan V2 = 1,76
m/dt . Angka-angka Reynold yang bersangkutan adalah :

2 ,4 x 0,2
Re1  6
 4 ,8x105 dan f1  0,0156
10
1,76x 0,3
Re2  6
 5,3x105 dan f2  0,0150
10

Setelah itu perhitungan iterasi selanjutnya akan menghasilkan V 2 / V1 =0,721, sehingga V1 = 2,43
m/dt. Head loss untuk kedua pipa sama besar dan untuk pipa 1

 f L   V 2  0,0156x1000 / 0,2 x2 ,432


hl   1 1   1    23,5 m
 D1   2 g  2g

Persamaan Hazen - William

Jaringan perpipaan akan lebih mudah dihitung dengan persamaan empiris yang tidak
memerlukan tabel maupun diagram Moody untuk menentukan nilai koefisien geseknya.
Persamaan empiris yang paling banyak dipergunakan adalah persamaan Hazen-Wiliams yaitu :

V = 1,318 C(Rh)0,63 S0,54 ( ft/dt) (3.5)

Q = 1,318 C(Rh)0,63 S0,54 A ( ft3/dt) (3.6)


dimana :
Rh : jari-jari hidrolik pipa(ft)
S : condong garis total head
A : luas penampang pipa
C : koefisien kekasaran

Dalam satuan Sistem Internasional maka persamaan Hazen-Williams adalah :

V = 0,850 C Rh0,63 S0,54 m/dt (3.7)

Q= 0,850 C Rh0,63 S0,54 A (m3/dt) (3.8)

17
Harga kekasaran C dapat dilihat pada tabel 3.1. Persamaan Hazen-William didasarkan pada
kenyataan bahwa angka Reynold nilainya cukup besar dan pipa-pipa umumnya kasar sehingga
jenis aliran yang masuk digolongkan sebagai aliran turbulen berkembang penuh. Dalam hal ini
koefisien gesekan tidak tergantung kepada angka Reynold.

Tabel 1. Nilai kekasaran Hazen-Williams

Jenis pipa C

Pipa sangat mulus 140


Pipa baja atau besi tuang baru 130
Pipa kayu atau beton biasa 120
Pipa baja berkeling baru, pipa gerabah 110
Pipa besi tuang lama, pipa bata 100
Pipa baja berkeling lama 95
Pipa besi tuang berkarat 80
Pipa besi atau baja sangat berkarat 60

Aliran pada rangkaian pipa paralel dapat diselesaikan dengan persamaan empiris ini
karena Rh = D/4 untuk pipa bundar maka persamaan 3.8 menjadi :

0,850 C D2,63  hl 
0 ,54

Q   (3.9)
41,63  L

Sehingga persamaan 3.3. menjadi :


Q  hl0,54 C1'  C2' '  C3' . . . + C 'n  (3.10)

0,850CD2 , 63
dengan C'  yang mempunyai harga yang tetap untuk setiap pipa,
41, 63 L0,54

maka semua nilai yang awalnya diandaikan untuk perhitungan head loss pada sistim paralel akan
menghasilkan aliran dengan perbandingan yang tepat dalam tiap pipa, meski harga total mungkin
tidak tepat. Aliran dalam setiap cabang dapat dikoreksi dengan faktor yang sama yang dibutuhkan
untuk mengoreksi total aliran, Q.

Contoh Soal 4.

Dari contoh soal diatas. selesaikanlah dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams

18
Penyelesaian :

Dari tabel 3.1. maka nilai kekasaran, C adalah 130. Asumsikan head loss, hl = 20 m. Kemudian
untuk pipa 200 mm, hl/L = 20/1000 sehingga


0 , 63 0 ,54
 0,200   20 
Q200  0,850130   0,200
2
  
 4   1000   4
= 0,0636 m3 / dt

Untuk pipa 300 mm maka hl /L=20/3000 dan


0 , 63 0 ,54
 0,300   20 
Q300  0,850130   0,300
2
  
 4   3000   4
= 0,1021 m3 / dt

Total aliran untuk head loss yang diasumsikan 20 m adalah 0,1657 m3/dt, sedangkan aliran
sesungguhnya adalah 0,200 m3/dt. Jadi sebuah faktor pengali harus digunakan untuk tiap cabang
yaitu 0,200 m3/dt /0,1657 m3/dt = 1,27 agar diperoleh aliran sesungguhnya pada tiap cabang.

Q200 = 0,0636 x 1,207 = 0,0768 m3/dt

Q300 = 0,1021 x 1,207 = 0,1232 m3/dt

Hasil-hasil ini tidak terlalu berbeda dengan hasil pada penyelesaian contoh soal 4.

Soal 1.

Air dipompa melalui pipa diameter 0,25 dari discharge pompa yang tekanannya 1,42 MPa (gage)
ke tandon yang terbuka. Apabila ketinggian air di tandon 7 m diatas discharge pompa dan
kecepatan air rata-rata di dalam pipa adalah 3 m/dt, perkirakan jarak dari discharge pompa tersebut
ke tandon apabila kekentalan air 1,4x 10-3 kg/m.dt dan koefisien gesek pipa adalah 0,015

Penyelesaian :

19

Anda mungkin juga menyukai