Anda di halaman 1dari 102

Pendahuluan

1. Maksud Tulisan Ini

Dalam tulisan ini akan dicoba untuk memberikan uraian menyeluruh mengenai pelbagai cabang
gerakan Marxis. Dengan “gerakan Marxis” kami maksudkan semua gerakan di bidang teory maupun
politik sosial yang dalam salah satu bentuk beralaskan gagasan-gagasan Karl marx.

Bahan uraian ini pada zaman sekarang diselidiki oleh berbagai disiplin ilmiah yang dapat
dibedakan satu sama lain: Marxologi yang menyelidiki ajaran Karl marx sendiri,ilmu Marxisme
menyelidiki ajaran-ajaran dan gerakan-gerakan yang mendasarkan diri pada ajaran Karl
marx,Sovietologi yang menyelidiki teori dan praksis Uni Soviet mulai dengan Lennin hingga
sekarang,Sonologi yang mempelajari negeri China,dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini masing-masing terbagi
subdisiplin-subdisiplin. Dewasa ini sudah mungkin lagi seorang menjadi ahli dari salah satu ilmu-ilmu
tadi,apalagi dalam semua ilmu tersebut sekaligus.

Maka sudah terang kiranya bahwa tulisan ini hanya akan bersifat sekedar pengantar. Terpaksa
kami membatasi diri pada suatu gambaran umum yang hanya membicarakan garis-garis besarnya saja.
Banyak hal yang sama sekali tidak tersinggung,dan apa yang jadi diutarakan tidak dapat dikupas
dengan mendalam. Maksud tulisan ini hanya memberi sekedar orientasi. Mengingat kita mendengar
banyak tentang “ajaran Karl marx” ,”Marxisme”,”Marxisme-Leninisme”,”Neo-
Marxisme”,”komunisme”,dan lain-lain. Tulisan ini mencoba menerangkan sekadarnya apa yang
dimaksud dengan istilah-istilah itu dan manakah yang menjadi ajarannya.sehingga, dapat diharapkan
pembaca sekurang kurangnya dapat membedakan berbagai aliran yang bersangkutan dengan ajaran
Marx dan komunisme serta sanggup menempatkan berbagai informasi dan berita kemudian hari dalam
konteks yang tepat.

Jadi, dari buku ini pembaca dapat mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut: manakah pokokdari ajaran yang bersangkutan? Manakah tujuan dari gerakan-gerakan itu?
Manakah masalah-masalah pokok masing-masing,dan dimana kiranya kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan masing-masing? Dimanakah perbedaan antara berbagai aliran dalam bidang
Marxisme dan Komunisme?

2. Beberapa Istilah

Sekedar untuk mencegah salah pengertian,perlu kami bataskan beberapa istilah yang akan
diterangkan dalam tulisan ini. Istilah “Ajaran Karl marx”,kami pakai sebagai sebutan untuk semua
pendapat yang terdapat dalam tulisan Karl marx,entah itu waktu mudanya,entah pada masa tuanya.
Istilah “Marxisme” kami ambil dari arti ganda; 1. Sebagai sebutan untuk sistem teoritis yang dianggap
ajaran resmi Karl marx oleh partai-partai Marxis (lihat dibawah). Sesudah Marx meninggal: “Marxisme”
itu dibangun dan disusun berdasarkan dengan kebutuhan-kebutuhannya, memanusiakannya. Umat
manusia dari generasi ke generasi,membangun diri dari pekerjaannya.

Maka melalui pekerjaanya,manusia menyejarah. Pekerjaan yang menjadi ikatan antar generasi
tersebut. Setiap generasi mewariska apa yang dikerjakannya kepada generasinya,dan generasi
berikutnya,dengan pekerjaannya,menambah warisan umat manusia itu. Feuerbach dikritik
Marx,karena,”ia tidak melihat bahwa dunia indrawi yang mengelilinya itu bukan sesuatu yang begitu

1
saja,melainkan suatu produk dari institusi dan masyarakat,dalam arti alam itu produk sejarah ; akibat
dari gerakan suatu generasi,yang satu berdiri diatas bahu yang lain”.

Tulisan Marx yang diketahui sampai akhir abad yang lalu (khususnya oleh Friedrich Engels dan
Karl Kautsky) baik dalam segi persfektif pandangan terhadap masalah-masalah Marx, “Marxisme” ini
merupakan penyempitan (misalnya tidak memuat paham Marx Muda tentang keterasingan) sebagai
sebutan segala macam aliran,pendapat,yang gerakan menurut pengakuan mereka sendiri mendapat
ilham pokok dari Marx dalam arti yang mana kata “marxisme” kemudian akan dipergunakan,akan
kelihatan dari konteksnya,biasanya dalam arti kedua.

“Marxisme-Leninisme” adalah ideologi atau ajaran dasar komunisme, Marxisme-Leninisme


tersendiri dari sebagian besar “Marxisme” dalam arti pertama tadi,ditambah dengan ajaran-ajaran
penting dari Engels dan Lenin. “komunisme” adalah sama artinya dengan “pertai-partai komunis” atau
“gerakan-gerakan komunis”,yaitu partai-partai atau gerakan-gerakan yang mendasarkan kegiatannya
pada Marxisme-Leninisme. Istilah “komunisme” atau “ajaran partai komunis”,dan sama artinya dengan
“Marxisme-Leninisme” di atas.

“Neo-Marxisme” adalah istilah untuk menyebut semua aliran Marxis,entah mengikuti seluruh
ajaran Marx ,entah hanya sebagian yang menyelidiki dan menginterpretasikan Marx dengan tidak terikat
pada interpretasi resmi Marxisme oleh partai-partai komunis (=pada marxisme-leninisme)

Suatu ajaran,aliran,gerakan disebut “marxis” apabila pokok-pokoknya atau tujuan-tujuannya


berdasarkan pada sebagian atau keseluruhan ajaran Karl marx,tetapi bukan pada “marxisme-leninisme”.
Seseorang adalah seorang “marxis” apabila pendapat-pendapatnya tentang masyarakat untuk
sebagian,yang berarti berdasarkan suatu bagian,atau keseluruhan ajaran Marx. Kata “Marxis” hampir
sama artinya dengan “neo-marxis” karena “marxis”berarti sekaligus bukan “marxisme-leninisme”.
Ajaran,gerakan,orang adalah “komunis” apabila (I) mempunyai hubungan organisatoris dengan salah
satu partai yang diakui sebagai komunis oleh Uni Soviet atau Republik Rakyat China (RRC), atau (II)
sekurang-kurangnya menerimah “Marxis-leninisme”. Aliran,gerakan,orang disebut “Marxisme-
Leninisme” apabila “marxisme-leninisme” diakui sebagai ajaran dasarnya. Maka perlu dibedakan antara
“marxis” dan “neo-marxis” disatu pihak, dan “komunis” dan “marxis-leninisme” dilain pihak.

Seorang Marxolog adalah orang yang menyelidiki ajaran Karl marx secara alaminah,tetapi belum
tentu mempercayai satu pun dari ajaran-ajaran itu.

3.Pembagian uraian

Kami akan membagi uraian ini dalam tiga bagian pokok.

Bagian pertama seluruhnya tetang ajaran Karl marx. Karl marx sepatutnya diberi uraian yang
paling lengkap karena dari ajaran inilah semua aliran Marxis mendapat ilham dan kekuatannya.
Tambahan dari Engels,Lenin,dan Mao Tse-tung memang penting, tetapi bahwa marxisme dan
komunisme sampai sekarang tetap merupakan suatu kekuatan rohani yang harus perhitungkan, itu
berkat inspirasi semula dari Karl marx.

Bagian kedua membicarakan secara historis bagaimana ajaran Marx berubah menjadi
“marxisme” dan semakin menjadi sesuatu kekuatan politik. Karena uraian itu seluruh uraian ini

2
mendapat judulnya. Kami mulai dengan perkembangan Marxisme sebelum perang dunia I. Kemudian
diterangkan peranan Lenin,pencipta Uni Soviet,dan permulaan gerakan komunisme internasional.
Diutarakan kemudian bagaimana perkembangan gerakan itu dibawah sayap Uni Soviet. Bagian kedua
ini kami tutup dengan membicarakan tiga resim komunis yang mencapai kekuasaannya tanpa bantuan
langsung dari Uni Soviet. Resim-resim di Yoguslavia,Kuba,dan negeri Cina.

Dalam bagian ketiga diterangkan ciri-ciri umum Neo-Marxisme,disusul dengan uraian pendek
tentang beberapa tokoh neo-marxisme, sekedar contoh kami akan menguraikan dengan lebih panjang
lebar Herbert Marcuse.

Dalam bagian penutup dipersoalka sebab-sebab daya tarik Marxisme dan Komunisme dan
bagaimana cara untuk menghadapinya.

4. Cara Uraian

Karena bidang uraian ini begitu luas, kami hanya dapat menguraikan pokok-pokoknya saja.
Tulisan ini bersifat pengantar bukan ilmiah. Oleh karenanya tidak diberi aparat ilmiah berupa catatan
kaki atau daftar bacaan,

Perlu kami tegaskan, kami tidak bermaksud untuk berspekulasi atau untuk memberi penilaian-
penilain moral. Bukanlah tugas kami menilai baik-buruknya suatu teori, untuk memutuskan apa
sebaiknya teori itua diterima atau ditolak. Tugas kami menyajikan informasi yang seobjektif mungkin
supaya pembaca sendiri dapat menentukan sikapnya.

Apabila kami toh sampai kebeberapa penilaian,maka penilaian itu bersifat tidak bersifat moral
melainkan logis. Kami memeriksa suatu gagasan itu masuk akal,sesyai pengandaian-pengandaiannya
sendiri atau mengandung kontradiksi-kontradiksi. Kami menunjuk pada segi-segi yang dalam hubungan
itu perlu diperhatikan,dan sebagainya.

Akhirnya perlu dicatat,mempelajari suatu teori,pun bila teori justri ditentang,hanya ada gunanya
kalau ada niat untuk betul-betul mengerti apa yang dimaksud oleh perumus teori itu. Dan itu hanya
mungkin kalau kita mengerti juga segi-segi positif teori itu. Kalau kita apriori bersikap
menolak,bagaimana mungkin kita dapat memahami megapa teori itu berpengaruh? Jadi suatu
pendekatan kritis dan dewasa menjauhi sikap hitam putih.

Bersedia untuk memahami segi-segi positf tidak berarti tidak mau mengkritiknya. Tanpa
kritis,kita tidak dapat mengerti teori secara objektiv. Disuatu pihak kita berusaha untuk memahami
kekuatan-kekuatan suatu teori,dilain pihak unsur apapun tidak kita loloskan bila tidak tahan uji
dihadapan akal budi dan tanggung jawab kita.

3
BAGIAN PERTAMA : K A R L M AR X

I. RIWAYAT HIDUP KARL MARX

Karl Marx lahir dikota Trier, Prussia, yang sekarang disebut Jerman,tahun 1818. Beberapa tahun
kemudian ayahnya, seorang pengacara yahudi,berpindah agama menjadi kristen protestan,bersama
seluruh keluarganya,kiranya agar dapat menjadi pegawai negeri Prusia dengan lebih mudah. Pada tahun
1836,sesudah tamat SMA,Marx selama satu semester belajar ilmu hukum di Bonn,kemudian pindah
keberlin. Di Berlin ia mulai belajar filsafat. Segera ia menjadi anggota dalam suatu kelompok intelektual
muda yang menamakan diri club doktor. Mereka semua terpengaruh filsafat tokoh aliran “idealisme
jerman” G.W.F. Hegel yang meninggal di Berlin pada tahun 1831. Hegellah yang paling berpengaruh
dalam mengembalikan masalah dialektika sebagai salah satu masalah pokok filsafat. Kekhususan Club-
Doktor adalah,mereka mengartikan Hegel sebagai sebagai pelopor atheisme dan kritik terhadap nagara
feodal.nmereka menentang pengaruh agama atas negara,dan mengkritik kekolotan negara Prusia dengan
tajam. Oleh karena sikap radikal itu,mereka disebut Hegelian muda Hegelian kiri.

Pada tahun 1841Marx mendapat promosi jadi doktor filsafat pada universitas Jena,dengan suatu
tesis tentang filsafat Demokrit dan Epikur. Setahun kemudian,Marx menjadi pemimpin redaksi suatu
harian progresif di Koln. Karena kesulitan terus menerus dengan sensor Prusia,setahun kemudian Marx
dipaksa melepaskan jabatannya dan pindah ke Paris. Pada pertengahan tahun 1843 itu,ia menikah
dengan Jenny von Westphalen, putri seorang bangsawan. Pada saat itu Marx menulis sebuah kritik
terhadap filsafat negara Hegel. Di Paris Marx berkenalan dengan beberapa tokoh sosialis, diantaranya
dengan seorang yang menjadi sahabat karibnya selama ia hidup, yaitu Friederich Engels. Di Paris pun
Marx untuk pertama kalinya bertemu dengan kaum buruh yang sunguh-sungguh.

Pada akhir tahun itu ia menulis dua karangan penting : “tentang masalah Yahudi” dan
“pengantar kepada kritik filsafat hukum Hegel”. Didalam tulisan pertama,untuk pertama kalinya
plotariat disebutnya sebagai kelas yang revolusioner. Pada tahun berikutnya menyusullah apa yang
disebut “naskah-naskah tentang filsafat dan ekonomi nasional”. Kemudian,bersama Engels sebuah buku
denga judul “keluaraga suci” yang diarah kepada dua kakak beradik Bauer,bekas kawan Marx dalam
club-doktor,pada tahun1846 Marx dan Engels bersama-sama merumuskan pandangan materialis mereka
tentang sejarah dalam naskah “ideologi Jerman”.

Sesudah setahun sebelumnya,Karl Marx bersama istrinya diusir dari Paris oleh polisi Prancis,dan
pindah ke Brussel dimana mereka tinggal sedikit lebih dari dua tahun,kemudian terpaksa pindah lagi,
sekali di London. Pada permulaan tahun 1848,Marx dan Engels menulis manifesto komunis, tulisan
mereka paling terkenal, dua bulan kemudian diseluruh Eropa Kontinental pecahlah apa yang disebut
revolusi 1848. Segera Marx kembali ke Jerman dan mendirikan sebuah harian. Tetapi revolusi-revolusi itu
akhirnya gagal,sehingga pada tahun 1849 Marx terpaksa kembali ke London,dan tak pernah pindah lagi.

Dengan perpindahannya ke kota London mulailah suatu tahap dalam hidup Marx. Aksi-aksi
praktis dan revolusioner ditinggalkan dan semua perhatiannya dipusatkan pada pekerjaan
teoritis,khususnya pada pelajaran ilmu ekonomi nasional. Pada tahun 1857 ia manulis sebuah konsep
setebal 1100 halaman tentang masalah ekonomi dan perkembangan masyarakat yang baru pertama kali
diterbitkan pada tahun 1938 dengan judul “Fondation of the Critique of Political Economi”. Dua tahun
kemudian diterbitkannya “A Contribution to the Critic of Political economy”. Dan, akhirnya tahun 1867

4
terbitlah jilid pertama dari karya Marx,yaitu “das kapital” (jilid kedua dan ketiga walaupun waktu itu
juga sudah hampir selesai,ternyata baru diterbitkan Engels sesudah Marx meninggal dunia,sedang teori
teori tentang nilai lebih beru diterbitkan Kautsky).

Pada tahun 1864 wakil-wakil dari pelbagai partai buruh nasional mendirikan “asosiasi buruh
internasional pertama” yang lazimnya terkenal dengan nama “internatonale pertama” Marx turut dalam
dewan umumnya. Melalui internasionale ini Marx mendapat hubungan-hubungan gerakan buruh
terpenting di Eropa Barat,walaupun ia sendiri tak pernah menduduki jabatan pimpinan. Kegiatan
internasionale itu ditandai oleh konflik yang tak terdamaikan antara Karl marx dan disatu pihak dan
sayap anarkis dibawah Mikail Bakunin dilain pihak. Konflik itulah yang sembilan tahun kemudian
mengakhiri riwayat Internasionale pertama itu

Dalam hidup pribadinya Karl marx kurang beruntung. Walaupun hidup kekeluargaan dengan
istrinya cukup bahagia,namun terus menerus hampir berantakan karena menderita kemelaratan dan
kelaparan. Salah seorang anaknya mati karena kurang makan,dan istrinya mulai histeris. Marx tidak
mempunyai pendapatan yang tetap dan tidak tau bagaimana berurusan dengan uang. Hanya karena ia
secara teratur dibantu oleh temannya,Engels (yang memiliki sebuah pabrik di Manchester),ia dapat
bertahan hidup. Kesulitan hidupnya makin bertambah karena Marx suka pula bersikap otoriter dan
menghina terhadap orang lain. Rekan-rekannya yang tidak sama sekali tunduk pada kepemimpinan
otoriternya,diserangnya dengan hebat dengan menjelekkan nama mereka sebagai pribadi sekali pun.
Oleh karena itu,ia berhasil untuk bermusuhan dengan kebanyakan temannya. Hanya persahabatannya
dengan Engels saja yang bertahan terus. Tahun-tahun terakhir hidupnya ia amat kesepian. Waktu ia
meninggal tahun 1883,hanya delapan orang yang berdiri dipinggir makamnya.

Sesudah kita melihat sejarah singkat riwayat hidup Marx,mari kita membicarakan sumber-
sumber filsafat pemikirannya.

II. SUMBER-SUMBER FILSAFAT PEMIKIRAN MARX

Cara dan jalan pemikiran Marx tidak dapat dimengerti kalau kita tdak menempatkan pada latar
belakang pemikiran dua orang filsuf yang sangat memeungaruhi Marx : George Wilhelm Frederich
Hegel (1770-1831) dan Ludwigh Feuerbach

A. Marx dan Hegel

1. prinsip dialektika

Prinsip terpenting yang diambil Marx dari Hegel adalah pendekatan dialektis segala gejala yang
ada. Dialektika telah memainkan peranan penting pada dua orang filsuf sebelumnya,yaitu Kant dan
Fichte. Tapi,baru pada Hegel mendapat uraiannya yang paling mendalam dan paling berpengaruh
terhadap filsafat kemudian. Kita dapat membataskan “dialektika”sebagai “kesatuan dari apa yang
berlawanan”,atau sebagai “perkembangan yang berjalan dalam langkah-langkah yang saling
berlawanan”

Mari kita lihat beberapa contoh,supaya apa yang dimaksud menjadi jelas. Dalam hal ini kita
dapat mempergunakan kerangka trilangkah,yaitu “tesis”,”antitesis”,dan “sintesis” (kerangka mana tidak
berasal dari Hegel sendiri). Perlu dicatat sebelumnya,dialektika berlaku baik tentang pemikiran maupun

5
tentang realita sendiri. Misalnya kita memikirkan “pulau” (tesis), maka kita tentu memikirkan lawannya
yaitu “laut” (antitesis),karena hanya dengan mengetahui lawannya,sekaligus kita dapat mengetahui
bahwa sesuatu itu “pulau” (sintesis). Atau bahwa atau bahwa sesuatu itu “ada” (tesis) baru kita bisa
mengerti bahwa sesuatu itu ”tidak ada” (antitesis) dan denga demikian saya sekaligus sampai dengan
pengertian “menjadi” sebagai transisi dari “tidak ada” kepada yang “ada” dan sebaliknya (sintesis) .
“individu masing-masing” (tesis) yang bisa mengerti sebagai yang berlawanan dengan “masyarakat”
(antitesis),dan dua-duanya baru betul-betul dan benar dalam hubungan satu sama lain (sintesis),karena
tanpa individu tak ada masyarakat dan tanpa ada masyarakat tak akan ada individu. Menurut
Hegel,sejarah pun berkembang dalam lankah-langkah dialektis monarki absolut (dalam revolusi
Prancis),yang kemudian diganti oleh negara hukum yang demokratis sebagai sintesis dari keduanya.

Marx pun menerapkan prinsip-prinsip dialektika Hegel kepada sejarah. Masyarakat purba tanpa
kelas (tesis) diganti oleh masyarakat kelas (antitesis),dan masyarakat kelas itu sendiri diganti oleh
masyarakat tanpa kelas dalam komunisme (sintesis). Perkembangan zaman ditentukan oleh dialektika
diantara kelas-kelas yang saling berlawanan: misalnya perkembangan ekonomi berjalan terus,tapi
hubungan antara kelas-kelas yang ikut proses itu,khususnya antara pemilik alat kerja dengan
buruh,tidak berubah. Akhirnya ketegangan antara bentuk ekonomi yang maju dan susunan kelas yang
masih kolot menjadi terlalu besar,pecahlah revolusi,dan lahirlah masyarakat baru,dan dialektika itu
mulai sekali lagi. Dalam sistem kapitalis,menurut Marx,sipemilik alat produksi (tesis) dan proletariat
(antitesis) saling berlawanan dan dari perlawanan itu akan lahir revolusi proletariat sebagai sintesis yang
menghasilkan masyarakt tanpa kelas. Kita mengerti mengerti mengapa Marx memilih perjuauangan dan
revolusi (dan bukan reformasi) menjadi prinsip-prinsip kemajuan: sejarah berjalan secara dialektis dan
dialektika sebagai hukum: suatu yang baru hanya bisa muncul dari suatu pertentangan melalui sesuatu
yang negatif.

2. sejarah sebagai proses perealisasian diri

Suatu gagas an pokok Marx yang lain,juga berasal dari Hegel: gagasn bahwa umat manusia
dalam sejarahnya merealisasikan dirinya sendiri. Hegel memang tidak bicara tentang umat manusia,ia
bicara tentang roh alam semesta. Menurut Hegel,dibelakang realita yang kelihatan bekerjalah roh alam
semesta,atau Allah dalam paham kita,yang mengasingkan diri kedalam dunia melalui perkembangan
dunia kearah kesadaran dan kebebasan yang semakin besar,sekaligus mencapai kesadaran itu,itupun
dalam irama dialektika dari pengasingan diri penemuan diri kembali. Dalam kesadaran manusia,roh
semesta itu mulai mengatasi keterasingannya di dalam alam dan semakin menemukan dirinya kembali:
melalui kebudayaan dan pemikirannya manusia semakin menyadari siapa dirinya sebenarnya. Dalam
pekerjaannya,manusia membangun suatu “dunia” di dalamnya ia merasa pada tempatnya.
Manusia,dalam pekerjaannya,mematahkan perlawanan alam dan memaksa bentuk manusia sendiri
kepadanya. Dengan demikian alam itu tidak lagi sesuatu yang asing bagi manusia: alam mencerminkan
hakikat manusia sendiri,karena bentuknya adalah realisasi rencana manusia.oleh karena itu, manusia
sampai pada pengertian tentang dirinya sendiri (seperti seorang seniman apabila ia sudah menciptakan
karya seninya). Garis-garis besar filsafat pekerjaan ini akan kembali diover oleh Marx.

Hegel melihat sejarah umat manusia sebagai proses dialektis, didalamnya roh semesta
mengerjakan diri kearah kebebasanyang penuh. Kelihatanlah zaman satu berperang dengan zaman yang
lain,bangsa melawan bangsa,kebudayaan melawan kebudayaan. Tapi dalam perjuangan itu umat
manusia mencapai kesadaran diri yang sempurna. Revolusi Francis dipandang Hegel sebagai peristiwa
dimana kebebasan dan dinilai absolut manusia yang telah dipahami dalam filsafat Kant,mendapat

6
perwujudan sosial-politik dalam negara demkratis modern yang memakai undang-undang dasar dan
mengakui hak-hak azasi manusia.

Bagi Marx,sejarah adalah gerakan kearah kebebasan. Untuknya pun sejarah berjalan dalam loncatan-
loncatan dialektis. Seperti Hegel,Marx pun yakin bahwa sejarah mempunyai tujuan. Menurut
Marx,kerajaan kebebasan akan tercapai di dalam masyarakat tanpa kelas. Dari Hegel,Marx memahami
paham bahwa manusia meralisasikan dirinya sendiri kedalam pekerjaannya,dan bahwa sejarah adalah
karyanya sendiri.

3. Memahami Berarti Mendamaikan

Apabila kita m elihat sejarah sebagai ungkapan roh semesta untuk merealisasikan diri,kita dapat
memahami peristiwa-peristiwa sejarah. Kita tidak akan lagi memandang sejarah sebagai akibat dari
beberapa tindakan kebetulan dari pelbagai kebetulan pula. Kita akan mengerti,melalui peristiwa-
peristiwa yang tampak kebetulan saja,roh semesta mencapai tujuannya. Dengan kata lain sebenarnya
masuk akal. Filsuf berusaha untuk menemukan dan memahami jalan akal budidalam realita sejarah
dunia. Setiap yang pernah menangkap itu,dia bisa mengerti segala macam kejadian sejarah dna
didalamnya menemukan langkah-langkah dalam perkembangan kearah kebebasan. Kita tidak boleh
membatasi diri kita pada masing-masing peristiwa secara sendiri-sendiri. Yang benar, menurut Hegel
adalah keselurahannya, maka selalu kita pahami keseluruhannya pula. Dengan demikian, kita
perdamiakan dengan jalannya sejarah. Apa yang kelihatan keras,tidak adil,dan tidak dapa dimengerti
sebagai ungkapan dialektika kebebasan.

Hegel menerapkan primsip ini juga pada realita politik. Ia tidak menyangkal bahwa di dalam
negara modernjuga masih ada saja paksaan-paksaan. Tetapi ia menuntut agar kita memahami bahwa
sudah seharusnya demikian. Suatu negara kuat dan teroganisasi baik,adalah perlu. Kekuatan-kekuatan
yang menggerakkan masyarakat borjuis modern,hanyalah egoisme-egoisme dari golongan masyarakat
yang ada (sebagaimana Hegel ketahui dari ahli ekonomi-politik Adam Smith dan David Ricardo). Andai
kata kita membiarkan masyarakat berkembang menurut kekuatan-kekuatan itu saja,masyarakat akan
hancur. Di satu pihak,negara-negara modern kekuatan-kekuatan sentrifugal itu dengan memberikan
peraturan-peraturan dan mengambil tindakan-tindakan bijaksana dan dapat dimengerti oleh semua
pihak. Di pihak lain,negara berusaha menimbulkan perhatian masyarakat terhadap kepentingan seluruh
masyarakat dengan usaha-usaha seperti keterbukaan perkara-perkara pengadilan dan keterbukaan
pembicaraan-pembicaraan di parlemen.

Hanya orang yang tidak memahami itu,bisa merasa tersandung dengan kenyataan bahwa
bagaimana pun juga negara membatasi kebebasan individual. Sedangkan apabila kita paham mengenai
kenyataan itu,kita sekaligus diperdamaikan dengannya. Memahami berarti memaafkan. Siapa yang
memahami fungsi negara dalam masyarakat,suatu negara tidak dapat begitu saja membiarkan pelbagai
kekuatan dan golongan egois dalam masyarakat bergerak sendiri-sendiri. Ia akan menerimah
pembatasan yang dibawah oleh negara itu memang perlu,dan dengan demikian malahan memajukan
kebebasan yang sebenarnya.

Pendapat inilah yang menimbulkan kritik Marx yang paling pedas terhadap Hegel. Marx melihat
dalam filsafat politik Hegel suatu usaha-usaha untuk mencuci bersih sifat-sifat represif negara Prusia.
Dalam hal ini memang perlu kita perhatikan latar belakang sejarah pula. Waktu Hegel menulis filsafat
politiknya,negara Prusia masih termasuk negara liberal,modern,dan terbuka. Tetapi sepuluh tahun
kemudian di Prusia pun reaksi telah menguasai keadaan: kekuatan-kekuatan monarki lama telah berhasil

7
menghapus satu demi satu kebebasan-kebebasan liberal yang telah diperjuangkan dalam perang
melawan negara Falcon,dan waktu Marx mmelajari filsafat negara Hegel,negara Prusia telah berubah
menjadi negara yang represif dan kolot.

Maka tidaklah mengherankan,Marx menolak untuk melihat negara itu sebagai ungkapan akal
budi. Ia menuduh filsafat negara Hegel sebagai usaha ideologis untuk memberi pembenaran moral
kepada represi-represi yang dilakukan negara Prusia: Hegel hanya memberikan interpretasi lebih baik
tentang negara,tetapi realita represifnya tidak di ubah. Apabila Hegel membuat negara menjadi
ungkapan dari roh semesta,maka dengan demikian hanya mematikan protes terhadap represinya tanpa
menghilangkan represi itu sendiri. Melawan Hegel, Marx menuntut agar negara tidak hanya
memberikan interpretasi yang lebih mendalam melainkan diubah sungguh-sungguh. Itulah yang
terungkap dalam “tesis kesebelas” tentang feurbach yang terkenal: “para filsuf hanya mengubah
pengertian mereka Tentang dunia,yang perlu adalah agar negara itu di ubah” .

Dengan demikian,justru filsafat roh dan negara Hegel menjadi titik tolak revolusioner Marx: ia
tidak memperhatikan spekulasi murni. Yang diusahakannya adalah “menjungkir balikkan semua
keadaan didalamnya dimana manusia adalah mahluk yang dihinakan,diperbudak,ditinggalkan,dan
diremehkan”.

B. Marx dan Ludwig Feuerbach

Melawan filsaf at Hegel tentang roh semesta sebagai hakikat dari yang sebenarnya dari dunia
pengalaman kita sendiri,Feuerbach menempatkan kepastian yang inderawi: realita yang nyata adalah
realita yang kita tangkap melalui panca indera,yang kita lihat,kita pegang,kita dengar,dengan manusia
inderawi sebagai pusatnya.

Bagian kritik Feuerbach yang paling berpengaruh sampai hari ini adalah kritik terhadap agama.
Inti kritik agama Feuerbach adalah bukan tuhan yang menciptakan dunia,melainkan sebaliknya tuhan
adalah ciptaan angan-angan manusia. Agam adalah proyeksi manusia. Allh,Malaikat,surga dan neraka
tidak mempunyai kenyataan pada dirinya sendiri,malainkan hanya merupakan gambar-gambar yang
dibentuk manusia tentang dirinya sendiri, cerminan isi hati manusia yang kemudian dilemparkan,melui
daya khayal,kedalam surga angan-angan saja. Bagaimana itu tidak berarti begaimana itu tidak berarti
mengambil sikap tehadap adikodrati,melainkan terhadap khayalan manusia tentang dirinya sendiri. Apa
yang dikatakan tentang Allah,Surga,dan Neraka itu sebetulnya perkataan manusia tentang diri sendiri.
Isi-isi agama sebenarnya hanya realita manusia sendiri saja yang diproyeksikan kedalam surga. Tetapi
karena manusia sendiri tidak memahami bahwa agama itu sebenarnya hanya hakikatnya sendiri,maka
dalam agama hakikat manusia diasingkan dirinya. Agama adalah tanda keterasingan manusia dari
dirinya sendiri.

Untuk keluar dari keterasingan itu,untuk mencapai kakikatnya sendiri yang sebenarnya,manusia
harus meniadakan agama.kita harus mengerti , masalahnya bukanlah Tuhan yang Mahakuasa, Maha
bijaksana,Maha baik, Maha murah Hati, Maha adil, melainkan manusia sendiri yang Maha Kuasa,
Bijaksana, Baik, Murah hati, Adil. Apabila manusia menemukan dirinya sendiri didalam agama, ia
mengembalikan hakikatnya pada dirinya sendiri dan dengan demikian akhirnya manusia menjadi
manusia yang kaya, manusia yang betul-betul manusiawi. Manusia yang beragama buat Feurbach adalah
manusia yang miskin, karena ia telah melemparkan kekayaan kodratnya kedalam dunia angan-angan.
Kekayaan hakikat manusia, dengan demikian, menghadapi manusia sebagai makhluk yang asing, yakni
sebagai Allah, dan dihadapanya ia membungkuk. “ Penderitaan manusia adalah tempat kelahiran

8
Allah”, kata Feurbach. Apabila manusia mengerti kenyataan itu dan menarik kembali agama kedalam
dirinya sendiri, ia akan menjadi makhluk yang kaya dan sanggup untuk menbangun suatu dunia
persudaraanyang baru.

Pada prinsipnya Marx menerima pola kriti agama Feurbach dengan mengikuti Feurbach, Marx
menulis, “ Manusia yang membangun Agama, Bukan agamalah yang membuat manusia.” Agama adalah
perealisasian hakikat manusia dalam angan-angan, Tand keterasingan dari dirinya sendiri.

Tetapi Marx mengkritik bahwa Feurbach tidak mempersoalkan mengapa manusia sampai
mengasingkan dirikedalam agama. Mengapa manusia tidak merealisasikan diri secara nyata? Yang dicari
Marx adalah dasar dari keterasingan religius.

Feurbach hanya menyebut ketersingan manusia dalam agama tanpa mempersoalkan mengapa
terjadi demikian, menurut Marx, bergandengan dengan kelemahan Feurbach yang lain lagi : manusia
yang dibicarakan abstrak. Feurbach selalu bicara tentang si manusia, tetapi manusia itu tidak ada. Yang
ada hanyalah orang-orang kongkret, pada zaman tertentu, dan sebagai anggota masyarakat tertentu.
Manusia itu ditentukan oleh keadaan masyarakat dan negara dimana ia hidup. “ Manusia adalah dunia
manusia, negara, masyarakat.

Melihat manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat, Marx sanggup menjawab pertanyaan
yang pertama, mengapa manusia sampai merealisasikan hakikatnya secara khayal saja didalam agama.
Jawaban Marx, terpaksalah manusia puas dengan perealisasian diri dalam agama saja, karna keadaan
masyarakat tidak mengizinkan ia merealisasikan hakikat secara sungguh-sungguh. Tata susunan
masyarakat sedemikian rupa sehingga manusia tidak bisa menjadi manusia sungguh-sungguh. Tata
susunan masyarakat sedemikian rupa hingga hingga manusia tidak bisa jadi manusia sungguh-sungguh.
Akar agama,menurut Marx,terletak didalam keadaan masyarakat yang tidak manusiawi. Paham ini
memberi arah kepada semua usaha Marx selanjutnya: “kritik surga menjadi kritik dunia,kritik agama
menjadi kritik hukum,kritik teologi menjadi kritik politik.

Kritik Marx terhadap kritik agama Feuerbach ternyata terkandung dua paham dasar yang akan
menjadi besar pula dalam teori masyarakat Marx kelak. Paham yang pertama adalah Marx akan
membedakan antara kenyataan yang sebenarnya atau basis disatu pihak,dan ungkapan atau gejala
dipihak lain. Begitulah,keterasingan manusia dalam agama hanyalah gejala atau sumber keterasingan
dalam masyarakat. Marx akan selalu bertanya: Dalam suatu permasalahan,apakah yang merupakan basis
yang sebenarnya dan apa yang hanya merupakan ungkapan atau pencerminan atau bangunan atas basis
itu? Marx misalnya,yang penting bukan kegiatan politik tetapi hubungan-hubungan dalam bidan
ekonomi. Begitu pula pemikiran manusia,cita-citanya,penilaian-penilaianya,hanya merupakan
pencerminan dari dasar itu,yakni kegiatan ekonomis. Maka hendaknya,menurut Marx,kita jangan
merubah pencerminannya. Yang perlu kita ubah adalah dasar nyata yang dicerminkan itu.

Kekuatan kerangka pemikiran ini adalah,Marx membedakan antara faktor-faktor hidup


masyarakat yang pokok dan faktor yang hanya sampingan saja. Tapi ada juga kelemahannya. Marx lagi
dapat memikirkan suatu hubungan timbal-balik. Tidak selalu ada faktor pokok dan sampingan saja.
Sering dua atau tiga faktor sama-sama pentingnya,sama-sama saling mempengaruhi. Belum tentu ada
yang primer (basis) dan sekunder (ungkapan). Secara apriori Marx akan beranggapan bahwa antara
kegiatan produksi dan kegiatan politik mesti ada yang primerdan sekunder,begitu pula antara kegiatan
lahiriah manuia dan cara ia berfikir. Tetapi bagaimana kalau ternyata kedua faktor tersebut sama
pentingnya,jadi bukan hanya satu faktor yang menentukan yang lain melainkan keduanya saling

9
mempersyaratkan? Jadi bukan hanya kegiatan politik yang ditentukan kegiatan ekonomis,melainkan
juga sebaliknya? Dan,bukankah ketergantungan pikiran manusia dari kegiatannya tidak berarti bahwa
kegiatan tidak ditentukan pula oleh cara manusia berfikir? Kelihatanlah bahwa kerangka pikiran basis
ungkapan mengandung bahaya suatu pendekatan yang berat sebelah.

Paham dasar kedua adalah agar manusia jangan dilihat secara abstrak,melainkan sebagaimana ia
ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya. Keadaan hidup yang kongkret itulah yang mencegah
perealisasian diri manusia secra sungguh-sungguh. Oleh karena itu,Marx tidak berhenti pada kritik
agama. Agama itu hanya suatu tanda bahwa keadaan dunia sendiri tidak beres. Kita harus mengubah
dunia, supaya manusia menjadi manusia sungguh-sungguh. Mengkritik agama hanya megkritik
gejala;yang harus kita hapus adalah sunber gejala itu.

Dengan demikian,Marx sekaligus meninggalkan kritik agama. Dalam teorinya agama tidak
memainkan peranan lagi. Bidang Marx yang sebenarnya adalah masyarakat. Masyarakatlah yang harus
diubah.

III. FILSAFAT MARX TENTANG MANUSIA DAN KETERANSINGANNYA

Sesudah mebicarakan titik tolak pemikiran Marx,marilah sekarang kita membicarakan pusat
filsafatnya. Keprihatinan Marxa adalah manusia. Marx menyatakan gagasan-gagasan ini dalam beberapa
naskah yang di tulisnya pada tahun 1932 (oleh Ryazanow,ketua institut Marx-Engels di Moskowyang
kemudian dibunuh Stalin). Penerbitan naskah itu menghasilkan pandangan baru Karl marx. Kalau
sebelumnya Marx dipandang sebagai penemu hukum-hukum ekonomi dan sejarah dan kepadanya
manusia tinggal tunduk saja,maka dalam naskah-naskah ini Marx muncul sebagai humanis sejati.
Naskah-naskah ini kelihatan bertentangan lembaran resmi kaum komunis tentang Marxisme,sehingga
selama sepuluh tahun tidak dimuat dalam edisi ilmiah besar,karya-karya Marx yang diterbitkan di
RJD,dan sampai sekarang belum seluruhnya diterjemahkan kedalam bahasa Rusia.

Tidak dapat diragukan gagasan-gagasan yang terungkap dalam naskah-naskah itu memuat
motivasi yang menggerakkan Marx dalam dalam karya-karyanya yang lebih ekonomis kelak. Apabila
kita mau mengerti apa yang sebenarnya yang dikehendaki Marx dan apa yang begitu menarik padanya
dari banyak orang,kita harus mengerti filsafatnya tentang manusia dan keterasingannya.

A. Filsafat Pekerjaan Marx

Kita telah melihat bahwa keterasingan manusia dalam agama menunjuk pada suatu keterasingan
yang lebih dalam kehidupan masyarakat. Kita masih tetap mencari jawaban atas pertanyaan: apakah
yang sebenarnya yang menjadi dasar keterasingan manusia?

Marx menjawab. Dasar segala keterasingan manusia terletak dalam keterasingan dalam
pekerjaan. Sebelum keterasingan itu kita bicarakan,perlu lebih dahulu filsafat Marx tentang pekerjaan.
Filsfat ini sangat dipengaruhi oleh Hegel,dan merupakan sumbangan penting untuk memahami
penomena pekerjaan manusia. Dalam hubungan ini dapat dicatat bahwa salah satu kenyataan yang
paling memalukan filsafat di Barat (dan sama saja di Timur),bidang pekrjaan hamir sama sekali
diabaikan.

10
1. Kebutuhan Manusia

Mengapa manusia harus bekerja,dan binatang tidak? Karena binatang dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dari alam,sedangkan manusia tidak. Alam dengan sendirinya,belum sesuai
dengan kebutuhan manusia. Manusia harus mengubah alam,baru ia dapat hidup darinya: ia tidak begitu
saja menemukan makanannya di hutan,melainkan harus memprsiapkannya jauh-jauh; ia tidak begitu
saja dapat tidur dimana juga,melainkan perlu membangun perumahan;dan dalam musim dingin di
negara-negara utara ia tidak akan bertahan andaikan ia tidak mempunyai pakaian hangat dan pakaian
itu tidak tumbuh dari pohon-pohon.

Pekerjaanlah yang membedakan manusia dari binatang. Binatang itu satu dengan alam,binatang
hanya bergerak dalam lingkugan tertentu dan disana ditemukan segala apa yang diperlukan untuk
hidupnya, Lain halnya manusia. Ia mahluk ganda yang aneh disatu pihak dia ia mahluk alam seperti
binatang,ia membutuhkan alam untuk supaya dapat hidup. Di pihak lain,ia berhadapan dengan alam
sebagai sesuatu yang asing baginya. Ia harus dulu menyesuaikan alam dengan kebutuhan kebutuhannya
. Ia tidak terbatas pada bidang alam tertentu,melainkan dapat hidup dimana mana dan dapat dan dapat
memprgunakan yang berbeda-beda untuk tujuan yang sama. Begitu pula penghuni Chad,dalam keadaan
iklim sahara,membangun rumah dari tanah liat. Di Indonesia,rumah dari tanah liat tentu akan hanyut
dimusim hujan. Di Indonesia orang mebuat rumah dari bambu yang ada dimana mana,murah dan
mudah dikerjakan,dan sesuai dengan iklim. Orang Italia memakai lantai dari batu karena iklimnya
panas,orang Rusia memakai kayu karena menahan panas dari iklim yang sangat dingin. Orang eskimo
bahkan membangun rumah dari salju,adalah keutamaan manusia bahwa ia tidak bergantung dari alam
tertentu, melainkan dapat memakai seluruh alam demi tujuan yang macam-macam. Itulah yang
diperbuatnya dalam pekerjaan.

Buat Marx,pekerjaan adalah tanda bahwa manusia,berlainan dengan binatang,merupakan


mahluk yang bebas dan universal. Bebas,karena manusia tidak hanya melakukan apa yang langsung
menjadi kecondongannya. Anjing,misalnya,yang melihat sepotong daging akan langsung
memakannya;ia secara buta mengikuti nalurinya. Tetapi manusia tidak demikian. Pun apabila manusia
lapar dan diatas meja ada makanan enak,ia toh tidak langsung makan tetapi ia berfikir dulu apakah
langsung makan atau menunggu tuan rumah datang. Manusia menghadapi kebutuhan-kebutuhannya
sendiri dengan bebas. Oleh karena itu,ia tidak makan habis alam,melainkan mengerjakannya. Dengan
demikian Hegel menyebut “nafsu yang tertahan”.

Menurut Marx,manusia itu universal karena manusia tidak terikat pada lingkungan alam yang
terbatas. Seekor lebah hanya dapat membangun rumahnya dari bahan tertentu,begitu pula dengan
burung-burung. Dalam lingkungan yang asing,binatang itu mati. Tetapi manusia tidak begitu,
sebagaimana telah dilihat contih diatas. Manusia berjauhan,dengan seluruh alam. Justru karena manusia
dapat mempergunakan seluruh alam demi tujuan-tujuannya; seluruh alam dapat menjadi bahan
pekerjaannya. Ia berhadapan dengan alam secara universal. Marx mencatat,hanyalah manusia yang
dapat berproduksi menurut hukum keindahan. Tidak mengherankan,Marx melihat pekerjaan sebagai
tanda martabat manusia.

2. Dalam Pekerjaan Manusia Menyatakan Diri

Pekerjaan lebih dari sekedar hanya alat untuk memenuhi kebutuhan manusia saja. Menurut
Marx,pekerjaan adalah tindakan dimana didalamnya manusia merealisasikan dirinya sendiri. Marx

11
menulis,”yang besar pada buku penomenologi karangan Hegel adalah,ia menangkap hakikat pekerjaan
dan memahami manusia sebagai hasil pekerjaannya sendiri.

Untuk memahami maksud Marx,mari kita ambil contoh seorang pengukir. Si pengukir
mengambil sebatang kayu. Kayunya dapat ditemukan dihutan,yang merupakan sebagian alam yang
tumbuh dialam. Dalam mengukir ia memberi kepada batang kayu itu bentuk baru. Ia mengambil dari
bentuk alamiahnya dulu dan memberikan kepadanya suatu bentuk yang ada didalam kepalanya. Ukiran
yang sudah selesai mempunyai bentuk yang dikehendaki si pengukir,mencerminkan bentuknya. Dengan
demikian ukiran itu sekaligus mencerminkan si pengukir kecakapannya,bahkan kemampuan dan
hakikatnya: bentuk yang hanya dulu ada dikepalanya,sekarang mendapat realita,lepas dari pengukir
sendiri,pada batang kayu,dan dapat dilihat orang. Dengan demikian si pengukir merasa dibenarkan
sebagai pengukir dalam kerjaannya. Bahkan kita dapat mengatakan: baru dengan membuat
ukiran,seorang pengukir dapat menjadi pengukiir yang sesungguhnya. Orang yang mepunyai bakat
untuk menjadi pengukir tapi tidak pernah menghasilkan ukiran, bukan seorang pengukir. Sebagai
pengukir ia belum mencapai realitanya. Tapi makin banyak ukiran yang dibuatnya,makin nyata sebagi
pengukir.

Hal yang sama,menurut Marx,berlaku pada pekerjaan pada umumnya. dalam pekerjaan
manusia dari benda bentuknya yang alamiah dan memberikan sendiri kepadanya. Dengan demikian
manusia mengobjetivasikan diri kedalam alam melalui pekerjaannya. Ia sekarang dapat melihat dirinya
sendiri apabila ia telah memandang alam yang telah dikerjakannya. Produk pekerjaannya mencerminkan
dirinya sendiri. Dengan demikian manusia lama-kelamaan melahirkan kekuatan-kekuatan kodratnya
dalam pekerjaan pada alam: alam dapat membentuk manusia,sehingga manusia kerasan di dalamnya
karena merasa dibenarkan hakikatnya di dalam alam itu. Apabila manusia melihat keluar
jendela,misalnya ingin melihat kebunnya,ia melihat bahwa ia telah mengubah alam. Dimana dulu ada
hutan liar saja,sekarang ada keindahan yang menciptakan rasa seni manusia; alam menjadi alam
manusia. Dalam pelbagai pekerjaan,manusia melahirkan bakat-bakatnya pada alam dan dengan
demikian merealisasikan dirinya sendiri.

Jadi pekerjaan,buat Marx, adalah tindakan dimana di dalamnya manusia melahirkan hakikatnya
pada alam,membenarkannya untuk dirinya sendiri dan dengan demikian menjadikannya real dan nyata.
Maka di dalam pekerjaan itu seharusnya merasa senang. Pekerjaannya adalah tindakan yang mesti
memuaskan manusia,karena pekerjaan itu tindakan khas manusiawi. Kepuasan itu kadang-kadang kita
nikmati dalam kebanggaan atas suatu pekerjaan penting yang telah diselesaikan.

3. Pekerjaan Pelaksanaan Kesosialan Manusia

Buat Marx,pekerjaan sekali gus merupakan tanda bahwa manusia adalah mahluk sosial. Manusia
memerlukan orang lain,dan tanpa pengakuan orang lain ia tidak dapat menjadi bahagia. Mari kita ambil
contoh si pengukir tadi. Ukiran itu dapat dilihat setia orang lewat. Dengan demikian orang lainpun bisa
gembira melihat keindahannya,sekaligus ia akan mengagumi kepandaian si pengukir,dan si pengukir
merasa diakui dan dibenarkan oleh orang lain tersebut. Ia tahu ia berhasil membuat orang lain
gembira,dan ia adalah anggota masyarakat yang berguna. Dan itu menggembirakan baginya.

Itu berlaku pada pekerjaan pada umumya juga. Kita sendiri tidak hanya bekerja untuk diri
sendiri. Dan sebaliknya,kita semua mebutuhkan pekerjaan seluruh masyarakat. Tidak pernah seorang

12
sendirian dapat menciptakan segala apa yang diperlukan supaya ia dapat hidup; makan,tempat
tinggal,pendidikan,kebudayaan,dan seterusnya. Maka dari itu,dalam pekerjaan kiat sekaligus memenuhi
kebutuhan orang lainpula, dan orang lain memenuhi kebutuhan kita. Pekerjaan adalah jembatan
antarmanusia.

Salah satu keyakinan dasar Marx ialah manusia adalah mahluk sosial. Marx menolak
individualisme maupun kolektivisme. Individu adalah mahluk sosial. Individualisme keliru karena
manusia melalui bahasa dan pekerjaannya sejak semula dan dibentuk dan dicetak oleh masyarakat dan
tidak dapat hidup tanpa masyarakat. Kolektivisme ditolak Marx,karena tidak mau menerimah manusia
dalam seluruh kekayaan hakikatnya yang kongkret (suatu tuduhan yang dilontarkan Marx, melawan
apa yang disebutnya komunisme kasar). Jadi,dengan sendirinya,manusia yang asli itu bukan manusia
pemusuhan. Marx menolak paham seperti paham Thomas Hobbes (homo homoni lupus). Secara
alamiah manusia condong untuk saling membantu ( disini kelihatan pengaruh Rousseau).

4. Pekerjaan dan Sejarah

Pekerjaan merupakan tindakan yang bersifat sosial secara hakiki. Hanya bersama-sama umat
manusia dapat membangun suatu dunia dimana ia dapat hidup. Kerja sama itu sudah mulai pada
gerombolan manusia pertama. Dan sejah itu umat manusia,langkah demi langkah,menguasai dunia,
mengubahnya sasuai

Mari kita rangkumkan. Dalam pekerjaan umat manusia,sebagai kesatuan yang besar,memberi
bentuk baru pada alam. Menyesuaikannya dengan kebutuhan-kebutuhannya,membenarkan
melaksanakan dirinya dalam kesosialannya,melalui sejarah.

B. Keterasingan Manusia

Sebagaimana telah kita lihat,manusia,menurut Marx,seharusnya makhluk sosial. Dalam arti, ia


menemukan kepuasannya dalam kerja sama dengan orang lain. Tetapi dalam kenyataan tidaklah
demikian. Dalam kenyataan orang saling menyaingi dan masing-masing hanya bekerja untuk dirinya
sendiri saja. Kami akan mulai dengan memperlihatkan hal itu dalam analisis uang yang diberikan
Marx,untuk kemudian menyatakan sebab-sebabnya.

1. Uang : Tanda Keterasingan Manusia

Marx mengartikan uang sebagai pengantara manusia dan kebutuhannya. Untuk dapat
memenuhi kebutuhannya manusia memerlukan uang. Siapa yang mempunyai uang bisa memperoleh
apa saja,entah dia betul-betulmembutuhkannya atau tidak. Tapi yang tidak memiliki uang,bisa mati
kelaparan.

Kenyataan ini,menurut Marx,memuat dua segi,keterasingan. Disatu pihak adalah keterasingan


dari alam. Apabila saya membeli segala barang demi uang dan hanya demi uang,dan barang itu
kehilangan nilainya sendiri; nilainya hanya nilai uang saja,bukanlah kekhususannya sendiri. Apabila kita
mengecualikan kasus yang membeli sesuatu untuk langsung memenuhi kebutuhannya,misalnya untuk
makan atau dipakainya,maka benarlah bahwa memang barang-barang itu sendir buat kita tidak menarik.
Yang menarik bagi kita hanya nilai uangnya,ungkapan nilai tukarnya. Apabila saya mendapat
warisan,saya tidak begitu mementingkan apakah yang saya warisi itu berupa lukisan yang indah,mobil

13
mewah,ataupun rumah,melainkan yang saya pentingkan adalah nilai uangnya,jadi berapa yang saya
dapat jika saya menjualnya. Barang-barang alam itu sendiri telah kehilangan nilainya,telah terasing dari
saya.

Lebih jelas lagi,uang memperlihatkan keteransingan manusia dari manusia. Seharusnya kita
dengan sendirinya mesti saling membantu,saling mendukung dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
kita. Kita toh saling membutuhkan. Kalau begitu, mengapa kita membantu orang yang membutuhkan
bantuan kita?

Marx menunjukkan,dalam hubungan antara pria dan wanita keadaanya masih demikian,yakni
apabila mereka saling mencintai,apabila dua orang saling mencintai maka mereka ingin saling
membahgiakan. Kebahagiaan yang satu adalah kebahagiaan yang lain,begitu pula dengan yang
sebaliknya. Dua orang saling mencintai tidak pernah sampai pemikiran untuk menuntut pembayaran
apabila saling memberi hadiah. Tetapi kecuali dalam keluarga itu,hubungan antar manusia tidaklah
demikian. Kebutuhan orang lain buat kita tidaklah penting,yang kita inginkan hanya uang. Maka kita
dapat membantu apabila ia membayar dan hanya mendapat bantuan apabila kita yang membayar.

Dengan demikian uang itu tanda keterasingan antara umat manusia. Kentaralah bahwa
sebetulnya orang tidak saling menghargai tapi hanya saling mempergunakan. Yang kita pentingkan
hanya kebutuhan egois kita masing-masing, dan hanya orang lain kita pandang sebagai saingan atau
sebgai alat untuk memenuhi kebutuhan kita.

2. Keterasingan dalam pekerjaan

Bagaimana manusia mengasingkan dirinya sendiri? Marx mengembalikan semua keterasingan


itu kepada keterasingan manusai dalam pekerjaannya.

Kita telah melihat bahwa pekerjaan merupakan tindakan manusia melaksanakan hakikatnya.
Jadi pekerjaan itu tindakan yang mestinya menggembirakannya,di dalamnya ia mesti menemukan
kepuasan dan hasilnya,yaitu produk yang dikerjakannya,yang mestinya membuat ia merasa bangga.
Tapi kenyataannya,justru sebaliknya. Pekerjaan telahmembuat manusia pekerjaan paksa. Manusia tidak
bekerja karena manusia senang bekerja. Ia bekerja karena itu satu-satunya jalan untuk menjamin nafkah
hidupnya. Manusia baru merasa senang apabila ia berhenti bekerja dan bisa pulang dirumahnya.
Ternyatalah bahwa manusia terasing dari pekerjaannya.

Keterasingan ini mempunyai tiga segi. Pertama,si pekerja merasa terasing dengan produknya.
Sebetulnya produk mesti menjadi kebanggaanya,mesti mencerminkan kecakapannya, bagi dirinya dan
orang lain. Produknya itu milik orang lain,yaitu sipemilik pabrik. Karena baru saja dibuatnya,sudah
dirampas darinya: sipemilik pabrik malahan menjualnya.

Kedua,si pekerja terasing dari tindakan pekerjaannya itu sendiri. Sebenarnya manusia
merealisasikan dirinya sendiri dalam pekerjaan. Tetapi itu hanya mungkin apabila ia dapat memilih
pekerjaannya,dan apabila pekerjaan itu sesuai dengan bakat-bakatnya. Tapi si buruh tidak bisa memilih.
Ia hanya bisa bekerja dimana saja ada tempat kerja,dan ia sendiri tidak menguasai tempat-tempat kerja.
Tempat-tempat kerja dikuasai oleh modal,maka agar tidak mati kelaparan si buruh harus menerimah
pekerjaan apa saja yang ditawarkan pemodal itu. Dengan demikian,pekerjaan kehilangan arti baginya.
Seorang buruh dalam perakitan mobil tidak bekerja disana karena ia senang pada mobil,tetapi kebetulan
ia menemukan lowongan disitu. Mungin setengah tahun lagi,ia bekerja pada dinas kebersiahan DKI,dan
sesudah beberapa waktu ia sebagai penjual karcis di Taman Ismail Marzuki. Kekhususan masing –

14
masing pekerjaan sudah kehhilangan arti baginya,ia hanya bekerja sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan lain yaitu untuk mendapatkan nafka hidupnya.

Tetapi karena pekerjaan itu kegiatan dasar manusia akan dengan memperalat pekerjaannya demi
tujuan nafkah hidupnya saja,ia sebetulnya memperalat dirinya sendiri. Sebagaimana telah kita
lihat,manusia,menurut Marx,sebenarnya bebas dan universal. Tetapi kebebasan dan universalitas itu
hilang dalam pekerjaan itu. Manusia bekerja seperti binatang hanya demi tujuan supaya dia bis hidup
terus. Untuk keindahan dan estetika,tidak ada perhatian lagi. Ia melihat alam hanya dalam perspektif
manfaatnya untuk mendapat uang. Dengan demikian, ia mengasingkan hakikatnya yang bebas dan
universal.

Pekerjaan yang menyebabkan keterasingan ini adalah pekerja upahan. Pekerjaan upahan adalah
pekerjaan yang dijalani hanya demi upah saja. Pekerjaan upahan berarti menjual tenaga kerjanya kepada
sipemilik tempat kerja sebagai syarat untuk mendapat pekerjaan, dan pekerjaan itu itu perlu untuk dapat
hidup. Dimana asal-usul pekerjaan upahan? Asal-usulnya, siburuh sendiri tidak menguasai pekerjaannya
karena tidak menguasai tempat kerja. Tempat kerja lengkap dengan peralatannya yang perlu untuk
melakukan pekerjaan telah menjadi milik pribadi satu kelas manusia yang ia sendiri tidak bekerja.
Karena kelas itu menguasai syarat-syarat kerja maka maka sekaligus dikuasainya kaum buruh,yaitu
kelas yang hanya mempunyai tenaga kerja mereka sendiri saja.

Maka dari itu dasar pekerjaan upahan dimana manusia mengasingkan dirinya sendiri,adalah
milik atas alat-alat produksi. Atau dengan kata lain,perpecahan masyarakat kedalam kelas yang
menguasai alat-alat produksi dan kelas yana hanya meiliki tenagankerja. Dasar keterasingan dalam
pekerjaan adalah sifat kelas masyarakat. Oleh karena kemungkinan untuk bekerja tergantung dari alat-
alat kerja itu,dan alat-alat kerja itu dikuasai oleh para pemiliknya,manusia harus bekerja demi suatu
upah. Jadi bukan pekerjaan itu yang mengasingkan manusia dari dirinya sendiri,melainkan pekerjaan
upahan,dan pekerjaan upahan itu akibat dari kelas masyarakat.

3. Keterasingan Dari Orang Lain

Pekerjaan upahan mengasingkan si buruh tidak hanya dari dirinya sendiri,melainkan juuga dari
orang lain. Pertama-tama dengan memecahkan masyarakat menjadi kotak-kotak kelas yang saling
berhadapan secara bermusuhan. Kelas-kelas itu saling berhadapan secara bermusuhan bukan karena
saling membenci,melainkan karena kepentingan-kepentingan objektiv mereka bertentangan,perlu kita
perhatikan,Marx menerangkan permusuhan antar kelas tidak dari kehendak jahat,misalnya kaum
kapitalis melainkan dari pertentangan objektiv yang terdapat diantara kepentingan kaum kapitalis dan
kaum buruh. Makin tinggi upah buruh makin randah keuntungan kapitalis,dan makin besar untung
kapitalis makin ia menekan upah si buruh. Selama di dalam masyarakat masih terdapat kelas-
kelas,sudah mesti terdapat pertentangan objektiv diantara kepentingan kelas-kelas itu.

Tetapi pekerjaan upahan juga mengasingkan buruh antara mereka sendiri. Yakni mereka mesti
bersaing,berebutan tempat kerja. Karena keterbatasan kesempatan-kesempatan untuk mendapat
pekerjaan,buruh lain bukanlah rekan melainkan saingan saja. Kepentingan kita masing-masing saling
berlawanan. Marx menegaskan, dalam masyarakat berkelas hubungan hubungan antar anggotanya pada
dasarnya bersifat persaingan,jadi bermusuhan itu berlaku baik bagi antara kelas-kelas yang berlainan
maupun antara individu-individu dalam masing-masing kelas itu sendiri. Dengan kata-kata tajam Marx
mengkritik sifat egoisme masyarakat berkelas: untung yang satu niscaya merupakan kerugian bagi yang
lain,dan sebaliknya. Marx menekan sebagaimana kita lihat,semestinya tidak demikian adanya dan bahwa

15
diantara dua orang saling mencintai ada hubungan yang lain. Sebetuulnya,dengan sendirinya kita mesti
saling membantu,karena manusia pada hakikatnya bersifat social dan sebetulnya diantara
individualitasnya dan kesosialannya,jadi, juga antara kepentingan-kepentingan diindividualnya ada
kepentingan seluruh masyarakat,tidak ada pertentangan. Baru hak milik pribadi menimbulkan
pertentangan ini. Dengan membagi masyarakat kedalam berbagai kelas dengan akibatnya masing-
masing pihak hanya bisa memenuhi kebutuhan apabiamemilikiuang,danuang yang saya miliki tidak
dimiliki orang lain sehingga kita saling bersaing.

4. Mengakhiri keterasingan Manusia

Bagaimana mengatasi keterasingan manusia itu? Jelastidak dengan seruan-seruan moral atau
usaha-usaha mengembangkan kesadaran social masing-masing pihak. Marx menolak mentah-mentah
segala macam moralisme. Keterasingan dan egoisme masyarakat modern,menurut analisis Marx,tidak
berakar pada kehendak jelek kaum buruh atau kaum kapitalis,melainkan berdasarkan mekanisme-
mekanisme sistem hak milik pribadi.peretntangan kepentingan antar kelas dan antar individu adalah
objektiv,maka tidak bisa diatasi dengan kehendak baik atau dengan penambahan kesadaran social saja.
Keterasingan antar manusia hanya dapat hilang apabila sebab-sebabnya dihilangkan selama satu kelas
memonopolisasi alat-alat produksi dan kelas-kelas lain hanya memiliki tenaga kerja mereka,diantara
mereka terdapat kepentingan. Kenaikan upah pun, menuru Marx,tidak memcahkan masalah karena
dengan menaikkan upah saja pertentangan tersebut belum dihapus. Menurut Marx,hanya ada satu
pemecahan,penghapusan pekerjaan upahan itu sendiri,dan itu berarti: kita harus menghapus sistem Hak
milik pribadi atas alat-alat produksi. Baru apabila alat produksi menjadi milik seluruh masyrakat,dasar
penghisapan manusia oleh manusia sudah tidak ada lagi,dan dengan demikian keterasingan manusia
pun kehilangan dasarnya.

Ketika sistem hak milik pribadi tidak begitu saja dapat dihapuskan. Sistem itu sendiri
berdasarkan syarat-syarat objektiv dan bahkan sesuai dengna tahap perkembangan manusia tertentu.
Menurut Marx, sistem milik pribadi adalah akibat pembagian pekerjaan. Sudah sangat pagi dalam
sejarah umat manusia mulai dibagi. Kaum laki-laki berburuh,dan kaum wanita memasak,beberapa laki-
laki tinggal dirumah pula untuk melindungi wanita-wanita,dan ada beberapa dibebaskan dari perburuan
Karena mereka pandai membuat senjata,dan seterusnya. Akhirnya juga muncul seorang pemimpin, yang
dengan sendirinya mesti di bebaskan dari pekerjaan lain supaya dapat mengorganisasikan gerombolan
mereka. Pemimpin itulah manusia pertama yang mengalami perpisahan antara pekerjaan jasmaniah dan
rohaniah. Perpisahan itulah yang akhirnya mengakibatkan timbulnya kelas-kelas atas dan bawah,kelas
pemilik alat-alat produksi dan kelas orangyang bekerja.

Manakah syarat-syarat objektiv yang harus terpenuhi supaya masyrakat berkelas dapat dihapus?
Marx menyebut dua syarat: pertama, cara produksi harus sudah berkembang sedemikian rupa sehingga
pembagian pekerjaan tidak perlu dibagi. Kedua, harus telah berkembang suatu kelas yang
berkepentingan untuk mengancurkan sistem masyarakat kelas itu sendiri,dan mendirikan suatu
masyarakat yang tidak ada kelasnya lagi. Menurut Marx, kapitalisme sendiri akan menciptakan syarat-
syarat itu: dinamika ekonomi dan kemajuan tehknologi membuat pembagian kerja tidak perlu lagi ada
dan sekaligus menghasilkan produksi begitu besar sehingga untuk pertama kali dalam sejarah umat
manusia tidak perlu berkekurangan. Sekligus dalam pengakuannya terbentuk kelas yang berkpentingan
untuk tidak hanya menggulingkan kapitalisme, melainkan manghapus segala kelas,yaitu ploretaris.

Kita telah melihat : Marx mengupas hubungan-hubungan yang terdapat dalam sistem
kapitalisme sebagai hubungan keterasingan. Ia mengembalikan hubungan-hubungan itu bukan pada

16
kehendak jelek orang-orang yang bersangkutan,dan oleh karena itu ia menolak segala macam moralisasi.
Keterasingan manusia berdasarkan syarat-syarat objektiv, maka pembebasan darinya hanya dapat
dicapai melalui suatu perombakan struktur masyarakat seluruhnya dan tidak dengan langkah-langkah
kecil dalam rangka sistem itu sendiri. Peniadaan sistem itu tergantung dari fakto-faktor objektif,yang
dalam rangka kapitalisme itu sendiri akan terpenuhi.

5. Beberapa catatan kritis

Analisis Marx terhadap keterasingan manusia dalam sistem kapitalisme telah mendapat
sambutan besar,juga diluar lingkungan Marxis sendiri. Sifat egois masyarakat modern terlalu terang,
terlalu kentaralah pembungkaman kreatifitas dan massalisasi yang justru menjadi akibat perkembangan
industry modern. Marx berhasil menyuarakan suatu masalah yang dirasakan adanya oleh manusia
modern sedalam-dalamnya: masalah keterasingan daam masyarakat tehnologis,dari dirinya sendiri,dan
orang lain. Masalah kesepian manusia. Masalah bahwa manusia merasa diperbudak oleh pabrik-pabrik
yang didirikannya sendiri. Dengan melihat inti keterasingan didalam kenyataan bahwa manusia
memperalat dirinya dan kehilangan kebebasannya,Marx telah menempatkan diri dalam tradisi besar
filsafat yang memahami manusia sebagai person,yang tidak pernah boleh diperalat misalnya untuk
mendapat profit,dan juga tidak boleh memperalat dirinya sendiri: manusia adalah tujuan pada dirinya
sendiri. Setiap manusia berhak hidup dan bernilai pada dirinya sendiri dan berhak untuk mendapat
bantuan dari masyarakat,setiap manusia juga wajib untuk menyumbang sesuatu kepada masyarakat dan
itu tidak boleh tergantung dari kekayaan atau kemiskinannyan. Pada pusat usaha Marx kita telah melihat
keinsyafan dimana di dalamnya ia di tindas dan diperalat.

Tetapi perlu juga kita ajukan beberapa pertanyaan kritis. Pertanyaan pokok tentu saja apakah
jalan untuk menghapuskan keterasingan yang diajukan Marx tersebut betul?

Tak dapat diragukan bahwa filsafat Marx tentang pekerjaan merupakan sumbangan besar bagi
usaha manusia untuk memahami dirinya sendiri. Tetapi,apakah pekerjaan itu satu-satunya tindakan
manusia? Bukankah Marx menunjukan bahwa manusia lebih baik daripada mahkluk alamiah saja?
Tetapi,kalau manusia itu bukan mahkluk alamiah,mangapa pekerjaan sebagai kesibukan dengan alam
merupakan satu-satunya kegiatan pokok manusia? Kalau manusia,menurut Marx,pada hakikatnya
bersifat social,bukankah komunikasi antara manusia atau interaksi harus diakui sebagai tindakan dasar
manusia juga?

Kelemahan Marx bukanlah karena ia memandang pekerjaan sebagai tindakan dasar


manusia,melainkan menganggapnya sebagai satu-satunya,dan tidak melihat bahwa interaksi,yaitu
komunikasi antar manusia,adalah tindakan manusia yang sama-sama fundamentalnya. Adalah jasa filsuf
neo-marxis Jurgen Habermas,yang dengan tajam membuka kekurangan Marx tersebut.

Tetapi kalau manusia itu mempunyai kekurangan (sekurang-kurangnya) dua tindakan dasar,
yaitu produksi da interaksi,keterasingan manusia pun tidak disebabkan oleh syarat-syarat kerja.
Gangguan-gangguan komunikatif pun mesti memainkan peranan yang sama pentingnya seperti
pekerjaan.

Tetapi itu berarti,keterasingan tidak akan hilang hanya karena suatu pekerjaan dalam sistem
kerja; jadi hanya penghapusan upahan dan sistem hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Justru
Karena keterasingan itu bukan melulu suatu masalah pekerjaan. Tentu struktur-struktur kelas tetap akan

17
mempunyai pengaruh besaratas keterasingan manusia. Segala bentuk penindasan,penghisapan,dan
represi perlu ditentang.dan itu sering perlu diadakan perubahan terhadap sistem yang ada.

Tetapi karena factor komunikasi pun memainkan peranan yang hakiki,kemungkinan untuk
mengurangi keterasingan dengan jalan reformasi-reformasi dalam sistem yang ada tidak dapat
diabaikan.

Kesimpulannya,Marx telah membuka mata kita bagi peranan besar bidang produksi dan
susunan social mayarakat. Perbaikan-perbaikan social tidak dicapai hanya dengan seruan-seruan agar
manusia meningkatkan kesadaran moralnya. Perbaikan-perbaikan social hanya mungkin dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan objektif yang ada. Tetapi kepentingan-kepentinngan itu tidak
hanya ditentukan oleh factor produksi, melainkan juga factor komunikasi. Dengan demikian terutuplah
kemungkinan untuk menghapus keterasingan manusia dengan satu cara saja,yaitu dengan penghapusan
hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Kiranya keterasingan itu suatu masalah yang majemuk. Semua
segi penting perlu diperhatikan. Kita jangan menunggu sampai keterasingan seluruhnya samapi dapat
dihapus. Kita dapat menilai dengan menguranginya. Dan untuk itu perlu semua langkah diambil dari
yang kelihatan ada pengaruhnya.

IV. Pandangan Materialis Sejarah

Dalam pasal yang lalu kita telah membicarakan filsafat Marx tentang bagaimana seharusnya
manusia itu. Pandangan itu termuat dalam tulisan-tulisan Marx muda,tetapi putaran manusia
merupakan motivasi karya Marx sesudahnya pula. Tujuan yang mengarahkan segala pemikiran Marx
sampai ia meninggal ialah pembebasan manusia dari segala keadaan dimana ia terasing,tertindas, dan
terhisap.

Usaha-usaha teoritis Marx kemudian mau menjawab pertanyaan bagaimana pembebasan itu
dapat dilaksanakan. Kita telah melihat,Marx menolak segala usaha-usaha yang bersifat moralis belaka.
Yang perlu adalah menghilangkan faktor-faktor objektif yang menyebabkan terpecahnya masyarakat
kedalam kelas-kelas kaum penindas dan kelas-kelas yang tertindas.

Dalam pasal ini kita akan membicarakan factor itu. Pandangan dengan materialis sejarah (the
materialistic conception of history) adalah pandangan tentang factor-faktor yang menentukan
perkembangan sejarah. Pandangan materialis sejarah ini, bersama ajaran Marx tentang revolusi,
merupakan teori Marx yang paling berpengaruh dan merupakan inti dari segala macam Marxisme.

Pandangan materialis sejarah banyak dipahami secara salah,baik oleh kaum Marxis sendiri
maupun oleh lawan-lawan mereka. Kata yang paling menyesatkan adalah kata “materialis” karena itu
Marxisme sering disebut sebagai salah satu bentuk meterialisme. Bukan hanya oleh pihak
antikomunis,Engels pun sudah demikian. Padahal diseluruh karya Marx hamper tidak ditemukan uraian
apapun tentang materialis,yaitu anggapan tentang realita terakhir alam semesta adalah materi. Alam
semesta tidak pernah dipersoalkan oleh Marx. Marx hanya bicara tentang perkembangan
masyarakat,dan dalam hubungan ini “materialis” hanya berarti bahwa kegiatan pekerjaan jasmaniah
atau produksi adalah kegiatan dasar manusia dan bukan pemikirannya.

Maka,untuk dapat mengerti mengapa Marx begitu mempersoalkan banyak orang sampai
sekarang,perlu kita membebaskan diri dari anggapan-anggapan yang simplistic dan berusaha untuk
menemukan “isi rasionalnya”.

18
Kami akan membagi uraian tentang pandangan materialis sejarah kedalam dua bagian. Dalam
bagian pertama tekanan kami berikan kapada unsure-unsur strutur dalam teori Marx,yaitu dalam empat
factor hidup masyarakat,tentang kerangka basis-bangunan atas,dan tentang yang memajukan
masyarakat. Dalam bagian kedua kami akan khusus mebicarakan perjuangan kelas yang merupakan
factor inti perkembangan masyarakat menurut Marx. Dapat dicatat,antara dua bagian ini tentu terdapat
hubungan yang erat sekali,tetapi,dengan mengikuti pendapat Jurgen Habermas,kami melihat juga suatu
ketegangan antaran keduanya : garis pikiran pertama bersifak abstrak-formal,garis pikiran kedua dekat
dengan kenyataan dan sekaligus merupakan bagian dalam sejarah Marx yang langsung berhubungan
dengan kegiatan revolusioner dalam praktek.

A. Unsur-unsur pokok dalam pandangan sejarah Materialis

1. Basis dan Bangunan Atas

Mari kita bertolak dari sebuah teks karangan Marx sendiri. Dalam prakata bukunya “A
contribution to political economics (1859) Marx menulis : dalam produksi social yang dilakukan oleh
manusia, mereka memasuki hubungan-hubungan tertentu yang tidak boleh tidak dan yang tidak
tergantung pada kemauan mereka; hubungan-hubungan produksi ini sesuai dengan tingkat tingkat
perkembangan tertentu tenaga-tenaga produksi materialnya. Jumlah seluruhnya dari hubungan-
hubungan produksi ini merupakan susunan ekonomi masyarakat dasar yang sesungguhnya diatas.
Mana timbullah suatu bangunan atas yuridis dan politik dan dengan mana bentuk-bentuk kesadaran
tertentu yang bersesuaian. Cara produksi dalam kehidupan material menentukan proses social po litik
dan intelektual pada umumnya. bukanlah kesadaran manusia yang menetukan keadaan mereka,akan
tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka.

Kita akan melihat terlebih dahulu prinsip dasar yang ada dibelakang prinsip sejarah itu,untuk
kemudian membicarakan unsur-unsurnya.

a. Prinsip Dasar

prinsip dasar itu terungkap dalam kalimat,”bukanlah kesadaran manusia yang menentukan
keadaan mereka,akan tetapi keadaan social merekalah yang menentukan kesadaran mereka”.

Dengan kata lain: yang dasariah,yang primer,yang menentukan dalam masyarakat bukanlah
kesadaran, bukan apa yang dipikir masyarakat, melainkan kenyataannya, keadaannya yang sebenarnya.
Kesadaran tergantung dari keadaan. Orang berfikir sesuai dengan cara hidupnya. Maka syarat-syarat
tertentu hidup masyarakat selalu diikuti oleh bentuk-bentuk kesadaran yang tertentu pula,dan bukan
sebaliknya.

Tetapi apa arti “kesadaran social” itu? Marx sendiri bicara tegas-tegas tentang “cara produksi
dalam kehidupan material”. Tetapi material dalam arti apa? Seorang materialis sungguh akan menyebut
syarat-syarat seperti ras, iklim, cara makan, dan sebagainya. Tetapi bukan itu maksud Marx. Menurut
dia,faktor-faktor materialis tadi memeng mamainkan peranan juga, tetapi tidak menentukan. Yang
menentukan adalah sesuatu yang sama sekali,yaitu cara produksi barang-barang material,cara dan corak
orang-orang dalam masyarakat tertentu menciptakan barang-barang yang mereka perlukan untuk hidup
mereka. Cara produksi itulah yang dimaksud “hidup materialis masyarakat”. Jadi apabila segolongan
orang memproduksi barang-barang material dengan cara tertentu,akan dihasilkan juga bentuk kesadaran
yang tertentu pada golongan itu. Pemikiran masyarakat tergantung dari cara kerjanya.

19
Mari kita terangkan gagasan yang abstrak itu dengan sebuah contoh, yaitu keadaan di Francis
sebelum revolusi Francis. Kekhususan cara produksi pada masa itu ada dua cara berdampingan yang
sama sekali berlainan; disatu pihak cara produksi feodal, dan dipihak lain cara produksi kapitalis yang
mulai berkembang. Cara produksi yang pertama terlebih ditemukan di istana-istana feodal, tugasnya
memproduksi barang-barang yang dibuutuhkan istana-istana itu. Pelaksanaan tugas itu memerlukan
kader-kader kerja yang stabil. Maka para pekerja secara hakiki terikat pada istana dan tidak boleh serta
tidak dapat berpindah tempat; mereka bersifat hamba. Itulah cara produksi yang feodal.

Tetapi pad akhir feodalisme berkembanglah cara produksi yang baru, yang bersifat kapitalis,
dalam bentuk manufaktur. Manufaktur itu tidak berproduksi demi konsumsi sendiri seperti istana
feodal, malainkan demi pasar untuk mendapatkan untung. Tetapi pasar itu selalu mengalir. Sekali biasa
dijual lebih, sekali kurang banyak barang. Oleh karena itu perlu juga suatu kader pekerja yang mudah
diubah. Sekali dibutuhkan seratus orang, sekali biasa dibutuhkan tiga ratus orang buruh. Dengan
sendirinya diantara susunan masyarakat yang masih feodal dan kebutuhan-kebutuhan produksi capitalis
yang baru, terjadilah ketegangan. Ketegangan-ketegangan semacam itu,oleh Marx, disebut kontradiksi.
Kebutuhan-kebutuhan cara produksi kapitalis yang bertentangan dengan sistem masyarakat pada waktu
itu masih feodal.

Apa yang kami gambarkan diatas, oleh Marx, disebut keadaan material masyarakat Perancis
sebelum revolusi itu. Apabila kita melihat hidup rohani di Perancis pada saat itu,kesadaran sosialnya,
kita akan menemukan kontradiksi-kontradiksi material tersebut di atas dicerminkan dalam kesadaran
itu. Pada waktu terdapat segolongan filsuf yang dengan penuh semangat mendukung kebebasan,
kesamaan, dan persaudaraan semua orang, yang dikemukakan atas nama ilmu-ilmu modern dan dengan
pathos moral yang benar. Atas nama cita-cita budi luhur dikatakan, kita perlu membebaskan orang dari
perhambaanya dari system feodal, perlu kita ciptakan hubungan-hubungan kenegaraan demokratis,
bebas, manusiawi. Dengan demikian ideologi-ideologi sangat membantu untuk melongsorkan sandi-
sandi feodalisme. Akhirnya rovolusi Perancis pecah,dan menjalankan cita-cita mereka. Dilihat dari segi
Marxisme, cita-cita luhur dari revolusi Perancis dapat “dimengerti”: masalah yang sebenarnya bukan
cita-cita kebebasan,melainkan bagaimana menjamin manufaktur suatu kader buruh yang mempunyai
mobilitas. Pembebasan petani-petani dari belenggu-belenggu feodal tidak hanya demi cita-cita
kebebasan, melainkan sekaligus untuk dapat mempekerjakan mereka dengan lebih mudah dalam pabrik-
pabrik mereka. Tentu tidak disangkal bahwa cita-cita macam itu tetap sekunder saja: hanya merupakan
pencerminan puitis rohani dari pada kebutuhan material yang sebenarnya.

Mari kita rangkumkan arti prinsip dasar materialisme historis: semua yang diajarkan oleh
filsafat, hukum, ekonomi nasional, histografi, sosiologi, segala apa yang diakui manuisa sebagai nilai
religius, moral, dan seni, sama sekali tergantung dari cara produksi masyarakat yang bersangkutan.
Cara itulah yang menentukan hidup rohani masyarakat, kesadarannya, hanya merupakan akibat, bersifat
sekunder, hanya merupakan bangunan-atas sebagaimana segera akan kita lihat. Faktor sejarah yang
menentukan bukan pemikiran manusia, melainkan cara ia menjalankan produksinya. Pemikiran hanya
mencerminkan apa yang dikerjakan manusia. Oleh karena itu, suatu perubahan masyarakat tidak akan
tercapai dengan mengubah pemikiran atau memperbarui kesadaran melainkan hanya melalui perubahan
cara produksi material.

Disini kita menemukan kelanjutan gagasan yang telah kita temukan pada Marx muda : terhadap
kritik agama Feuerbach, Marx menuntut agar dicari keterasingan yang sungguh-sungguh,yaitu basis
materialis untuk keterasingan religius. Dan didalam naskah-naskah Paris ditekankannya bahwa

20
produksi, pekerjaan, merupakan tindakan hakiki manusia, dan dari itu bisa disimpulkan, bidang
produksilah bidang yang menentukan buat manusia.

b. Empat Faktor Hidup Masyarakat

Marx membedakan empat faktor hidup masyarakat:

1. Tenaga-tenaga produktif
2. Hubungan-hubungan produksi
3. Bangunan atas hukum dan politik
4. Bentuk-bentuk kesadaran social (ideology/mainstream)

Tenaga-tenaga produksi, menurut Marx, memuat tiga teori (1) alat-alat kerja (2) orang yang bekerja
(3) pengalaman-pengalaman produksi atau tehknologi. Mungkin itu berbunyi aneh, orang bisa bertanya
mengapa alat-alat disebut sebelum orang mengerjakannya. Tetapi di dalam kerangka sistem itu tidak
kurang logis, karena menurut Marx, manusia baru menjadi manusia apabila ia mulai menciptakan alat-
alat. Dengan demikian alat-alat itu memang setepatnya ditempatkan ditempat pertama.

Hubungan-hubungan produksi didalam teks tadi disebut sebagai “hubungan-hubungan tertentu


yang tidak boleh tidak dan yang tidak tergantung pada kemauan manusia, hubungan-hubungan
produksi ini sesuai tingkat perkembangan tertentu tenaga-tenaga produksi materialnya”. Jadi hubungan-
hubungan ini adalah hubungan-hubungan antara manusia yang sedang bekerja, hubungan yang secara
niscaya merupakan akibat dari cara-cara kerja tadi. Apabila, misalnya, segolongan orang yang
menangkap ikan dalam sebuah perahu dengan bantuan alat-alat tertentu, jala misalnya, satu orang mesti
memberi komando, satu memegang kemudi, dan dan seterusnya. Apabila sudah ada alat kerja dan cara
produksi yang tertentu, hubungan-hubungan antara orang-orang yang bekerja terjadi dengan sendirinya
dan tidak tergantung dari kemauan mereka sendiri. Inilah tahap yang kedua. Hubungan-hubungan
produksi ini bersama alat-alat produktif, marupakan dasar atau basis.

Tingkat ketiga ialah bangunan atas hukum dan politik. Yang dimaksud bukanlah pikiran-pikiran
hukum dan politik, melainkan keadaan yang nyata, hubungan-hubungan yang real, lembaga-lembaga.
Menurut Marx, lembaga itu tidak bisa tidak diakibatkan oleh hubungan-hubungan produksi. Sebuah
contoh sudah kami berikan diatas: hukum feodal yang mengikat petani pada tanahnya merupakan akibat
dari tenaga-tenaga dan hubungan-hubungan produksi yang pada waktu itu berlaku dala masyarakat.

Akhirnya tingkat keempat dan terakhir, yaitu apa yang disebut bentuk-bentuk kesadaran sosial,
segala macam agama, filsafat, moral, seni, ajaran sosial, dan lain sebagainya, isi kesadaran masyarakat.

2. Mekanisme Perubahan Masyarakat

Sesudah memeriksa faktor-faktor pokok perkembangan masyarakat,mari sekarang kita lihat


perkembangan mekanisme yang mengemudikan perubahan-perubahan terhadap susunan masyarakat.

Sekali lagii kita bertolak dari sebuah teks karangan Marx (yang merupakan kelanjutan dari teks
yang telah kami kutip di atas) : “pada tahap tertentu perkembangannya tenaga-tenaga produksi material
masyarakat bertentangan dengan hubungan-hubungan produksi yang ada atau itu hanya sebuah istilah
yudridis untuknya – dengan hubungan-hubungan hak milik,di dalamnya mereka sekarang sedang

21
bergerak. Dari bentuk-bentuk pengembangan tenaga-tenaga produktif, hubungan-hubungan ini
sekarang berubah menjadi belenggu-belenggunya. Mulailah suatu tahap revolusi-revolusi sosial. Dengan
perubahan dasar ekonomis seluruh bangunan atas rekayasa itu dijungkir balikkan dengan lebih lambat
ataupun lebih cepat.

Sebagaimana dapat diharapkan, perubahan-perubahan masyarakat bukanlah akibat dari


perubahan-perubahan dalam bangunan atas, jadi dalam struktur-struktur politik atau kesadaran
masyarakat, melainkan perubahan-perubahan dalam basis. Dengan lebih tepat, perubahan-perubahan
masyarakat merupakan dari akibat dialektika antara tenaga-tenaga produktif dengan hubungan-
hubungan produksi. Menurut Marx, tenaga-tenaga produktif merupakan unsur yang revolusioner, dan
hubungan-hubungan produksi merupakan unsur yang konservatif. Kalau tenaga-tenaga produktif
berkembang terus menerus, maka hubungan-hubungan produksi condong mempertahankan diri dalam
keadaan semula. Lama kelamaan itu akan menimbulkan pertentangan-pertentangan kontradiksi dalam
terminologi ,dikomunis yang menjadi begitu kuat,sehingga tenaga-tenaga produktif meledakkan
hubungan-hubungan produksi. Hubungan-hubungan produksi,dan bersama mereka dalam bangunan
atas politik dan ideologis dijungkir balikkan, dan dari pengakuan revolusi itu lahirlah hubungan
produksi baru yang sesuai dengan perkembangan tenaga-tenaga produktif. Lambat laun seluruh
bangunan atas mengikuti perkembangan itu, artinya sesudah setiap revolusi lama-kelamaan satu
bangunan atas politik dan ideologis yang baru. Dengan terjadinya hubungan-hubungan produksi yang
menstabilisasikan diri, dialektika tadi mulai sekali lagi, tetapi taraf lebih tinggi (baru sesudah revolusi
sosialis, dialektika antara tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi akan hilang
sebagaimana masih akan diperlihatkan).

Untuk lebih memahami maksud dari teori yang abstrak ini, mari kita perhatikan unsur-unsur
masing-masing dengan lebih teliti.

a. Tenaga Produksi

Tenaga produksi yaitu kombinasi alat-alat kerja, orang-orang yang bekerja, dan pengalaman-
pengalaman kerja, bertambah terus. Sebabnya, kepentingan ekonomis, usaha untuk mencari untung yang
lebih besar, dengan sendirinya merupakan dorongan kuat untuk terus menerus memperluas,
memperbaiki, merasionalisasikan cara produksi, supaya produksi terus dapat bertambah.

b. Hubungan-Hubungan Produksi

Yang dimaksud hubungan-hubungan produksi adalah hubungan antara semua pihak,yang


dalam satu bentuk terlibat dalam kegiatan produksi. Hubungan-hubungan ini pada dasarnya merupakan
hubungan hak milik ada yang memiliki hak kerja, ada yang hanya memiliki tenaga kerja. Karena orang
tidak dapat bekerja tanpa tempat bekerja, maka para pekerja sama sekali tergantung dari kelas pemilik.
Maka kelas pemilik menguasai kelas pekerja. Kelas pemilik dengan sendirinya merupakan kelas atas,
kelas penguasa, yang juga menguasai bidang hukum dan politik.

Akibatnya, semua perubahan sosial tergantung dari kelas-kelas atas (kelas-kelas yang menguasai
syarat-syarat untuk mengubah masyarakat). Mereka tentu puas dengan keadaan yang telah mereka
capai. Mereka justru berkepentingan untuk mempertahankan status Quo, keadaan hubungan produksi
dimana mereka mendapat kedudukan yang menguntungkan. Dengan sendirinya kelas-kelas yang
berkuasa akan memakai kekuasaan mereka untuk mempertahankan kedudukan mereka. Itulah sebabnya

22
hubungan produksi itu, lain dari tenaga produktif, bersifat konservatif, sekali jadi mau dipertahankan
mati-matian meski tenaga-tenaga produksi telah berubah jauh.

c. R e v o l u s i

disatu pihak tenaga-tenaga produktif berkembang terus menerus,dipihak lain hubungan-


hubungan cenderung untuk mempertahankan bentuk yang telah dicapainya dengan tak berubah.
Dialektika antara tenaga-tenaga produktif dengan hubungan-hubungan produksi niscaya akan
memperbesar ketegangan (konteradiksi) diantara dua kutub itu. Untuk sementara waktu kelas-kelas
yang berkuasa berhasil,melalui alat-alat politik,yang akhirnya juga mempergunakan kekerasan,untuk
mematahkan posisinya,pun dalam keadaan produksi yang telah berubah. Tetapi tidak dapat tak pernah
akan tiba saatnya dimana ketegangan itu akan menjadi lebih besar. Hubungan-hubungan produksi yang
lama dulunya sesuai dengan tenaga-tenaga produktif,sekarang telah menjadi belenggu yang telah
dipatahkan oleh tekanan dahsyat tenaga-tenaga produksi yang telah berkembang. Itulah saat revolusi
meletus,di dalamnya “hubungan-hubungan antar manusia yang lama yang telah menjadi
belenggu,diganti dengan hubungan hubungan baru yang sesuai dengan tenaga-tenaga produksi
yangtelah berkembang,yang A son tour sendiri menjadi belenggu dan akan diganti oleh yang baru lagi”.
Sekaligus “dengan pemutarbalikkan hubungan-hubungan produksi lama diputar balikkan pula seluruh
bangunan atas rekayasa dengan pelan-pelan atau lebih cepat”,lahirlah suatu masyarakat baru (di
dalamnya dialektika tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi dimulai sekali lagi).

Jadi,menurut Marx,sejarah berlangsung dalam loncatan-loncatan. Hubungan-hubungan


produksi adalah ikatan yang menstabilisasikan,dan menjamin bahwa bentuk sosial yang pernah dapat
memantapkan diri dapat mempertahankan diri untuk sementara waktu. Tetapi sementara itu tenaga-
tenaga produktif berkembang terus,berdasarkan tekanan untuk terus meproduksi leih banyak dan lebih
baik. Dan apabila ketegangan menjadi terlalu besar,hubungan –hubungan produksi lama dihancurkan
dalam revolusi dan diganti dengan yang baru,yang sesuai dengan tenaga-tenaga produktif yang
sementara itu telah berkembang. Dengan demikian, masyarakat berkembang melalui loncatan-loncatan
revolusioner ke bentuk-bentuk yang semakin tinggi.

3. Beberapa Catatan Kritis

Mari kita tinjau kembali sebentar pokok-pokok teori Marx tadi. Pokok itu adalah (1) bidang
kegiatan produksi yang terdiri dari dua unsur : tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan
produksi,adalah bidang bidang primer atau dasar kegiatan masyarakat,sedangkan bidang kegiatan
politik dan bidang pemikiran adalah sekunder; (2) perkembangan masyarakat ditentukan oleh dailektika
dalam bidang kegiatan produksi. Dua pendapat itu perlu kita perbincangkan lebih lanjut.

a. Tentang Kegiatan Politik

pendapat yang tradisional dan umum diikuti adalah bahwa nasib bangsa-bangsa ditentukan
sebagian besar oleh politik yang dijalankan oleh para pemimpin negara. Marx menentang pendapat kuno
itu. Ia dengan tegas mengemukakan pendapat, kekuatan-kekuatan politik bersifat sekunder dan sebab-
sebab perkembangan bangsa-bangsa yang sebenarnya terletak dalam bidang kegiatan ekonomi, kiranya
pertama-tama harus disambut sebagai kemajuan penting dalam pengertian kita tentang masyarakat.

Zaman sekarang tidak ada yang masih menyangkal bahwa kepentingan-kepentingan ekonomis
berpengaruh besar terhadap arah pengaruh politik suatu negara, para pemilik modal besar secara
langsung atau tidak langsung termasuk kelas bekuasa, banyak sekali keputusan negara menguntungkan

23
bagi mereka yang menguasai hidup ekonomi, dan mustahil meneruskan suatu politik untuk jangka
waktu lama kalau tidak sesuai dengan syarat-syarat ekonomis. Teori Marx, berjasa dalam menyobek
anggapan naif bahwa negara itu selalu mesti bertindak sebagai wasit netral. Marx membuka mata kita
terhadap kekuasaan negara, wewenangnya sebagai kekuaan yang berdiri diatas semua golongan dan
selalu mengejar keadilan serta kepentingan umum, dapat saja menjadi kedok yang menutupi kenyataan
lain, yakni kekuasaan negara dipergunakan demi kepentingan salah satu golongan saja. Marx
menggugah kita untuk menentang usaha-usaha dari kelas-kelas yang kuat dalam masyarakat untuk
meyalahgunakan negara demi tujuan-tujuan mereka sendiri.

Akan tetapi, betapun besarnya pengaruh kepentingan ekonomis terhadap negara, apakah
dengan demikian telah terbukti bahwa negara dan kegiatan politik itu sendiri tidak mempunyai
pengaruh juga pengaruh terhadap kegiatan ekonomi? Menurut Jurgen Hebermas, inilah kelemahan teori
Marx tentang bangunan atas. Hebermas melihat kepincangan analisis Marx dalam kebutaannya terhadap
peranan negara yang semakin besar. Negara merupakan salah satu kekuatan primer dalam percaturan
antar kekuatan dalam masyarakat. Kegagalan berbagai usaha Marxis diabad ini dterangkan dari
pengabdian kaum Marxis terhadap kekuatan negara.

Melalui politik perpajakan dan perkreditan, begitu pula melalui budget negara yang menyerap
bagian dari pendapatan masyarakat yang semakin besar, negara sedalam-dalamnya mempengaruhi,
mengubah, dan menentukan struktur-struktur ekonomis. Itu lebih betul lagi bagi peranan negara dalam
negara-negara yang sedang berkembang, dimana hampir seluruh penanaman modal ditentukan oleh
pemerintah. Dan tidak sedikit contoh, penanaman modal itu sesuai dengan kepentingan salah satu
golongan tetapi justru tidak sesuai kepentingan-kepentingan ekonomis kelas atas dalam bidang ekonomi.
Itulah sebabnya dibeberapa negara politik ditentukan sesuai dengan tujuan-tujuan suatu kelas penguasa
yang tidak identik dengan kelas pemilik alat-alat produksi,misalnya militer.

Pengaruh kepentingan-kepentingan ekonomis terhadap tehadap bidang politik jangan sampai


membutakan kita terhadap peranan bidang itu sendiri. Ternyatalah Lennin dan Mao Tse-Tung telah
memahami hal itu, terlihat dari peranan besar dalam usaha mereka untuk membangun ekonomi.

b. Tentang Peranan Pemikiran dan Kesadaran

Pendapat Marx bahwa cara berfikir manusia tergantung dari cara kerja pun merupakan
kemajuan yang penting. Terlalu lama sistem-sistem filsfat, pemikiran-pemikiran politik, bentuk-bentuk
hukum, dan agama dipandang seakan-akan tidak ada sangkut pautnya dengan hidup sehari-hari
manusia. Tidak dapat disangkal, kepentingan-kepentingan material sangat mempengaruhi arah
pemikiran seseorang. Secara instingtif kita semua mengetahui hal ini, tetapi biasanya kita tutup kata-kata
yang luhur bunyinya. Baru Marx-lah yang mengungkapkan dengan terus terang.

Manusia bahkan memperlihatkan suatu keahlian yang mengagumkan dengan selalu


menemukan suatu filsafat hidup, suatu patokan agama, sebuah prinsip moral yang “kebetulan” persis
membuktikan sebagai sesuatu yang baik, suci, dan sesuai dengan martabat manusia dan sesuai dengan
kepentingannya. Begitu pula Marx kiranya betul, kalau ia membuat kita curiga terhadap khotbah-
khotbah yang keluar dari mulut para pemimpin atau ada uang di balik batu dan sipemimpin mempunyai
maksud tertentu, atau khotbah itu menjadi alibi untuk menutup-nutupi kenyataan tidak diambilnya
tindakan yang sungguh-sungguh.

24
Tetapi disini pun kita bertanya : kalau pun ia benar, apakah itu berarti kesadaran manusia,
penilaian-penilaiannya, anggapan-anggapannya tentang yang baik dan yang benar tidak juga
memainkan suatu peranan? Andai kata pada ide keadilan atau persaudaraan, misalnya, sama sekali
tidak ada kekuatan sendiri untuk menggerakkan hati dan tangan manusia, bagaimana mungkin ide-ide
itu justru dapat dipergunakan sebagai kedok untuk menggerakkan hati dan tangan orang ke arah suatu
tujuan yang diusahakan? Dan bukankah cara manusia bekerja juga ditentukan oleh tujuan-tujuan yang
dicita-citakan orang.

Kelemahan teori Marx adalah ia hanya melihat satu segi,yaitu bahwa cara manusia berfikir
dipengaruhi oleh cara ia bekerja, tetapi tidak dilihatnya bahwa cara berfikirpun mempengaruhi cara
bekerja. Manusia tentu saja tidak menghendaki sesuatu yang secara ekonomis sama sekali tidak
mungkin,tetapi dalam jangkauan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka,manusia dapat memilih
tujuan-tujuannya dengan bebas. Suatu hubungan timbal balik (cara produksi<==> cara berfikir) oleh
Marx diperpendek menjadi hubungan penentuan searah saja (cara produksi -->cara berfikir).

Sebetulnya skema basis material dan bangunan atas ideologis terlalu simplistis, mudah dilihat.
Andaikata teori ini betul, maka setiap perubahan besar dalam masyarakat mesti diikuti oleh perubahan
yang sama besarnya dibidang ideologi. Tetapi agama-agama besar, ide-ide filsafat yang paling dalam,
dan cita-cita moral yang fundamental justru dapat mempertahankan diri, sekalipun apabila bentuk
masyarakat berubah. Sutau perubahan memang keliahatan, tetapi pengaruh itu timbal balik.

Hubungan antara pikiran dan basis ekonomi menghangat di Uni Soviet pada tahun 40-an di
sekitar masalah logika: apakah hukum-hukum logika dan bahasa sendiri tergantung dari susunan kelas
atau diluar skema basia bangunan atas? Kebingungan filsuf-filsuf komunis itu (yang bersifat cukup
“eksistentisial”, mengingat pada zaman Stalin suatu pendapat filsafat yang keliru dapat mendaratkan
si”pendosa” kedalam kamp kerja_paksa di Siberia) baru dipecahkan pada tahun 1950, waktu Stalin
secara otoritatif menolak pendapat bahwa bahasa termasuk bangunan atas bahasa berada diluar skema
itu, tetapi kalau bahasa sebagai wahana orang berpikir tidak termasuk bangunan atas, apa yang masih
tinggal dari padanya?

c. Tentang dialektika dalam basis

Dialektika dalam basis adalah ketegangan antara tenega-tenaga produktif yang berkembang
terus dengan hubungan-hubungan produksi yang condong untuk bertahan pada susunan yang pernah
dicapai. Karena yang satu berkembang, yang satu lagi tidak dapat dipastikan akan ada titik dimana
ketegangan itu menjadi terlalu besar dan hubungan –hubungan produksi disesuakan secara revolusioner
dengan tingkat tenaga-tenaga produktif.

Masalah pokok dalam hal ini tentulah pertanyaan; apakah hubungan-hubungan produksi tidak
dapat disesuaikan dengan perkembangan tenega-tenaga produktif sebelum titik revolusioner tercapai?
Apakah hubungan-hubungan kekuasaan tidak dapat direformasi, artinya diperbaharui oleh mereka yang
memegang kekuasaan sehingga suatu revolusi tidak perlu terjadi? Masalah ini akan kami bicarakan
dalam uraian berikut.

Lepas dari itu kiranya harus diakui bahwa dialektika yang dikemukakan Marx ini terdapat
dalam banyak bidang dan pantas diperhatikan. Bukan hanya dalam bidang ekonomi dan hidup
kenegaraan kita mengalami bahwa struktur-struktur kekuasaan mati-matian mau diprtahankan,
sedangkan kekuatan-kekuatan yang nyata dalam masyarakat: kegiatan ekonomis, teknologi,juga bentuk-

25
bentuk kesadaran masyarakat seperti agama, filsafat hidup, pandangan-pandangan moral, dan seni,
begitu pula bentuk-bentuk pergaulan, telah berubah jauh. Hal yang sama dapat kita alami dalam bidang
organisasi-organisasi agama, universitas ( dipertahankan susunan kekuasaan dari permulaan abad ini
misalnya ), sebuah perusahaan raksasa, angkatan bersenjata, suatu kongsi besar, dsb.

Dalam semua contoh itu seluruh kenyataan : kegiatan-kegiatan tehknik yang dipakai dan
pendapat-pendapat orang yang bersangkutan berkembang terus,tetapi garis-garis kekuasaan
dipertahankan. Tidak sulit melihat sebabnya: setiap perubahan dalam garis kekuasaan mententuh
kepentingan mereka yang sedang berkuasa,tetapi karena justru mereka berkuasa,mereka dapat
mencegah suatu perubahan dalam struktur kekuasaan. Itulah sebabnya Marx berpendat,perubahan-
perubahan dalam struktur kekuasaan hanya dapat dicapai secara revolusioner. Entah itu betul atau
tidak,kelancaran kemajuan suatu lembaga tergantung dari kemampuan untuk melihat perubahan-
perubahanyang telah terjadi dan untuk menyesuaikan struktur kekuasaannya itu dengan kenyataan
yang telah berubah.

d. Peranan Perjuangan Kelas

Menurut Marx, ketegangan antara tenaga-tenaga produktif dengan hubungan-hubungan


produksi terungkap dalam ketegangan antara kelas-kelas dalam masyarakat. Ajaran tentang perjuangan
kelas itu kiranya inti teori kemasyarakatan kelas,maka perlu kita bicarakan dengan lebih mendalam.
Dalam hal ini kita terbentur pada kesulitan bahwa Marx tidak pernah memberi suatu defenisi tentang
apa yang dimaksud dengan istilah “kelas”. Begitu pula percuma saja kita mencari uraian sistematis
tentang perjuangan kelas dalam sejarah. Ada tempat dimana dikatakan bahwa kelas dalam arti yang
sungguh-sungguh baru terbenyuk dibawah kapitalisme,sedangkan kelompok-kelompok masyarakat
sebelumnya lebih bersifat “golongan” saja. Tetapi,dilain tempat,Marx melihat perjuangan kelas sebagai
pergerakan seluruh sejarah umat manusia.

Karena kekurang jelasan ini,kami akan menguraikan masalahnya dengan tujuan supaya inti
nyata teori Marx tentang kelas-kelas dapat kita pahamai, karena itulah prasyarat untuk memahami
“impact” teori itu dalam kegiatan politik. Kami akan mempergunakan istilah “kelas” dalam arti yang
lebih luas dari pada penggunaan Marx, dalam pengertian “golongan dalam suatu masyarakat yang cara
hidupnya kurang-lebih sama dan mempunyai peranan terhadap masyarakat seluruhnya”. Dalam paham
ini angkatan bersenjata dan pegawai-pegawaipun dapat disebut kelas, sedangkan pada Marx tidak
karena Marx menentukan sifat kelas melulu dari kedudukan suatu golongan dalam proses produksi.

1. Individu Dalam Kelas

Pada permulaan manifesto komunis terdapat kalimat yang termahsyur,” sejarah semua
masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”. Sejarah umat manusia
ditentukan oleh perjuangan antar kelas (yang didalam dirinya sendiri ditentukan oleh perkembangan
tenaga-tenaga produktif). Dengan demikian Marx menolak pendapat bahwa orang-orang secara
individual, dengan kehendak individual mereka, dapat menentukan arah sejarah. Di dalam buku-buku
sejarah,sejarah memang biasanya digambarkan sebagai akibat keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan orang-orang besar. Tetapi, menurut Marx, itu hanya kesan lahiriah saja. Sebetulnya individu-
individu itu hanya melakukan apa yang merupakan kepentingan kelas mereka masing-masing. Masing-
masing raja, panglima dan pemikir politik selalu hanya mengungkapkan apa yang secara objektif
merupakan kepentingan kelas mereka.

26
Dalam pendapat itu terkandung anggapan bahwa individu itu tidak berdiri sendirian di dalam
dunia dan bertindak tidak melulu menurut cita-citanya serta tujuan-tujuan subjektifnya, melainkan
dalam tindakannya mereka menyesuaikan diri dengan peranan yang diharapkan dari mereka oleh
golongannya. Itu tidak mesti berarti bahwa masing-masing individu tidak mempunyai pemikiran dan
cita-citanya sendiri. Itu hanya berarti bahwa pemikiran dan cita-cita mereka itu selalu sudah bergerak
dalam kerangka pikiran golongan atau kelasnya. Putra seorang raja, misalnya, tentu bisa saja
memikirkan segal apa, tetapi pikiran-pikirannya itu akan selalu bergerak dalam cara berfikir feodal
dalam dunia istana. Seorang opsir yang mendapat pendidikan disalah satu akademi angkatan bersenjata
tetap merupakan individu dan mempunyai pendapatan sendiri-sendiri yang tidak jarang berlainan
dengan rekan-rekan opsir lain, tetapi apabila orang dari luar bertemu dengannya segera baginya menjadi
terang bahwa cara opsir itu berfikir dan menilai keadaan masyarakat adalah “khas seorang opsir”. Itu
berlaku untuk semua golongan, termasuk tentu saja kaum intelek.

Mari kita rangkumkan: dalam anggapan Marx tentang peranan perjuangan kelas dalam sejarah
terkandung pendapat bahwa masing-masing individu berfikir, menilai, dan bertindak sesuai dengan
pendapat-pendapat, tujuan-tujuan, dan penilaian-penilaian kelas mereka masing-masing.

2. Kelas dan Kepentingannya

Manakah tujuan-tujuan suatu kelas? Pendapat Marx tentang perjuangan kelas sekaligus
mengandaikan kelas-kelas itu selalu bertindak menurut kepentingan mereka. Premis itu fundamental
untuk mengerti pandangan Marx tentang masyarakat. Marx tidak akan menyangkal bahwa orang-orang
tertentu sekali-sekali bersedia mengorbankan kepentingan sendiri demi orang lain atau demi cita-cita
mereka. Tetapi mereka tidak selalu dapat berbuat demikian, apalagi golongan atau kelas-kelas mereka.

Suatu golongan selalu mesti bertindak menurut kepentingan objektifnya. Apabila kita
mengetahui manakah kepentingan-kepentingan objektif suatu kelas, kita tahu juga bagimana kelas itu
akan bertindak dan manakah politik yang akan dilakukan.

Marx mengira, dengan demikian telah diketemukannya kunci terhadap ilmu sejarah: sejarah
ditentukan oleh tindakan-tindakan masing-masing kelas masyarakat. Masing kelas selalu bertindak
menurut kepentingan mereka masing-masing. Kepentingan mereka objektif dan niscaya. Maka dapat
diketahui secara ilmiah. Dengan demikian dapat diketahui secara ilmiah pula bagaimana masing-masing
kelas akan bertindak di dalam sejarah. Pengertian itulah yang mengizinkan Marx untuk menerangkan
perkembangan masyarakat manusia secara ilmiah, bahkan ia meras dapat meramalkan
perkembangannya dimasa depan.

Tetapi manakah kepentingan-kepentingan yang objektif suatu kelas? Marx hanya bicara tentang
kepentingan khusus masing-masing kelas yang berlainan satu sama lain. Tetapi suatu analisis terhadap
kepentingan-kepentingan khusus itu menunjukkan bahwa kepentingan-kepentingan masing-masing
hanya merupakan pengkhususan dari suatu kepentingan dasar mereka semua, yaitu untuk
mempertahankan diri. Pengkhususan dari kepentingan dasar itu ditentukan oleh kedudukan masing-
masing kelas dalam proses produksi atau dalam masyarakat.

Sebagai contoh dapat kita ambil dua kelas pokok masyarakat kapitalis, yaitu kaum proletariat
dan kaum kapitalis. Orang ploretar hidup dari pekerjaannya. Maka dari itu ia tidak hanya memiliki
kepentingan soal kenaikan gaji, melainkan lebih dari itu ia berkepentingan menguasai kemungkinan-
kemungkinan kerjanya. Tetapi untuk itu ia harus menguasai aparatur produksi. Oleh karena itu,

27
proletariat secara objektif berkepentingan untuk menghapus hak milik pribadi terhadap alat-alat
produksi.

Sebaliknya, borjuasi atau kaum kapitalis menguasai alat-alat produksi. Penguasaan itu terungkap
dalam kekuasaan politik mereka. Keuntungan mereka, berkat penghisapan mereka terhadap tenaga kerja
proletariat, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang beraneka warna tanpa harus bekerja
sendiri. Untuk mempertahankan keadaan itu, mereka harus terus mengusahakan untung atau profit
yang sebesar-besarnya. Karena kaum kapitalis bersaing diantara mereka sendiri dan hanya profit yang
semakin besar yang membuat masing-masing kapitalis bertahan, maka kaum kapitalis berkepentingan
untuk terus menambah pemerasan terhadapan proletariat dan untuk mempertahankan kontrol mereka
terhadap kekuasaan politik untuk menjamin kedudukan mereka terhadap ancaman-ancaman dari pihak
proletariat.

Menurut Marx, kelas-kelas yang terdapat dalam masyarakat dapat kita bagi menjadi dua
kelompok (dan dalam kapitalisme memang hanya tinggal dua kelas saja): kelas-kelas atas yang, pada
prinsipnya, hidup dari penghisapan tenaga kerja kelas-kelas lain serta menguasai alat-alat negara, dan
kelas-kelas bawah yang dihisap dalam berbagai bentuk.

3. Kepentingan, Negara, dan Ideologi

Sudah jelas kelas-kelas atas berkepentingan vital untuk mengontrol kekuasaan negara. Oleh
karena itu, negara, menurut Marx, selalu merupakan negara kelas. Negara adalah alat tangan kelas atas
untuk mempertahankan kekuasaannya dibidang ekonomi, yaitu penindasannya terhadap kelas pekerja.

Karena negara, menurut Marx, selalu merupakan alat dalam tangan kelas atas untuk
mempertahankan penghisapannya terhadap kelas-kelas bawah, kita jangan mengharapkan reformasi-
reformasi sosial dari negara. Apabila kita menyelidiki politik yang nyata dari berbagai negara, maka kita
akan menemukan bahwa yang dilayani selalu kepentingan kelas-kelas atas saja. Kalau sekali-sekali
diadakan perbaikan sosial, maka itu terpaksa saja dibuat untuk menenangkan rakyat dan untuk
membelokkan perhatian dari tuntutan-tuntutan perubahan-perubahan yang fundamental. Dalam hal ini
negara pura-pura bertindak atas nama kesejahtraan seluruh rakyat. Tetapi ini hanya suatu siasat untuk
mengelabui kelas-kelas pekerja.

Menurut Marx, negara merasa perlu membenarkan tidakan-tidakannya sebagai usaha untuk
melayani kepentingan umum, bukan hanya kepentingan kelas-kelas atas saja. Pembenaran sistem
kekuasaan semacama ini dijalankan dengan bantuan teori-teori yang bagus. Teori-teori semacam ini
disebut ideologi. Adalah salah satu jasa terbesar Marx bahwa ia telah membuka hubungan antara
ideologi-idelogi dalam suatu masyarakat dan sistem kekuasaan yang terdapat di dalamnya. Perlu
sekarang kita bicarakan kritik ideologi Marx.

Menurut Marx, semua teori yang bersifat filsafat, agama, moral, hukum, dan bahkan seni, yang
berpura-pura memuat kebenaran-kebenaran umum dan atas nama kebenaran-kebenaran umum itu
memberi anjuran bagaimana manusia harus bertindak, merupakan ideologi. Ideologi-ideologi ini
kelihatan bagus dan suci, tetapi sebenarnya hanya berfungsi untuk menjamin kekuasaan kelas-kelas atas.
Mari kita lihat beberapa contoh:

(1). Menurut Marx, agama adalah candu rakyat, atas nama harapan untuk mendapat ganjaran didunia
akhirat (unsur kebenaran umum), agama menuntut ketaatan terhadap kekuasaan didunia sebagai wakil

28
tuhan (norma tindakan). Dengan demikian agama membantu dalam usaha untuk mencegah jangan
sampai rakyat kecil mau bangkit melawan penghisapan oleh kelas-kelas yang berkuasa.

(2). Cita-cita masyarakat yang rukun: isinya kita ini saudara sekeluarga dan sebaiknya kita bekerja sama
serta jangan sampai berkelahi satu sama lain, tetapi karena perkalahian hanya dapat dicegah kalau
semua pihak saling membiarkan maka cita-cita indah ini sebenarnya hanya berfungsi untuk
mempertahankan kelas-kelas bawah tetap dalam keadaan mereka dan untuk mencegah mereka agar
tidak memperjuangkan suatu perbaikan nasib.

(3). Teori liberalisme tentang kebebasan: dalam masyarakat liberal dikatakan semua orang itu sama
bebasnya, baik si kapitalis maupun si buruh,tidak ada yang memaksa si buruh untuk bekerja kalau ia
tidak setuju dengan upah yang ditawarkan, jadi upahnya diterimah dengan bebas. Tetapi, dalam
kenyataan, buruh itu tidak berdaya melawan kapitalisme karena ia tergantung pada tempat kerja yang
dikuasai si kapitalis. Terpaksa ia menerimah upah yang didiktekan oleh si kapitalis. Jadi, atas nama
kebebasan, ditolaknya tuntutan keadilan.

Untuk membuka sifat ideologis suatu teori, kita harus siapa yang beruntung. Lantas akan
kelihatan bahwa teori-teori yang berlaku dalam masyarakat selalu berguna bagi kelas-kelas yang
berkuasa. Karena,”teori-teori kelas yang berkuasa pada segala zaman adalah teori-teori yang berkuasa”.
Kelas bawah pun mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan mereka secara ideologis, tetapi mereka tidak
bisa mengungkapkan diri,mereka kurang berpendidikan untuk itu, dan mereka juga tidak mengetahui
bagaimana menyebarluaskan gagasan-gagasan mereka. Oleh karena itu, ideologi-ideologi kelas-kelas
yang berkuasalah yang menguasai masyarakat, dan lama kelamaan justru di terimah kelas-kelas lain.

Dengan pendapat ini, Marx berusaha untuk menyingkap selubung suci moralis yang dipakai
oleh kelas-kelas atas dan pemerintah-pemerintah mereka untuk menyelubungi kepentingan mereka
sendiri. Langkah pertama untuk mematahkan kekuasaan mereka adalah kritik terhadap ideologi-ideologi
itu. Kelas-kelas bawah, menurut Marx, harus membebaskan diri dari belenggu-belenggu halus ideologi-
ideologi itu,dan harus menyobek kesan perdamaian ideologis yang dipasang oleh mereka yang berkuasa,
serta memulai perjuangan melawan kelas-kelas yang menindas mereka.

4. Perjuangan Kelas dan Revolusi

Jadi, menurut Marx, kenyataan telanjang sosial adalah bahwa dalam masyarakat terdapat dua
kelompok yang saling berhadapan secara tak terdamaikan, kelas-kelas atas dan kelas-kelas yang
tertindas. Perlawanan itu tidak dapat diperdamaikan karena bersifat Objektif: masalahnya bukan
kehendak buruk dari individu-individu anggota kelas-kelas atas, dan oleh karena itu juga tidak bisa
ditiadakan dengan suatu perbaikan kesadaran sosial saja. Pertentangan itu adalah akibat dari kedudukan
masing-masing kelas dalam proses produksi. Kelas-kelas atas berkepentingan langsung untuk
melanjutkan penghisapan mereka dan oleh karena itu untuk menindas kelas-kelas lain karena
kedudukan dan eksistensi mereka tergantung dari penghisapan itu. Dan kelas yang tertindas langsung
berkepentingan untuk menghancurkan kelas atas, karena itulah satu-satunya jalan untuk membebaskan
diri dari penindasan.

Oleh karena itu tidak mungkin perbaikan keadaan kelas-kelas tertindas dapat dicapai melalui
kompromi, apalagi mengharapkan perubahan berdasarkan perubahan sikap kelas-kelas atas. Hanya ada
satu jalan saja yang terbuka : perjuangan kelas. Secara objektif perjuangan kelas terdapat dalam setiap
masyarakat sampai sekarang ini, karena selalu ada kelas-kelas atas dan kelas-kelas bawah. Tetapi

29
keadaan itu baru menjadi perjuangan sungguh-sungguh apabila bersifat subjektif, artinya apabila kelas-
kelas tertindas itu menyadari keadaan mereka, kemudian menentang dan berusaha mematahkan kudeta
kelas-kelas yang berkuasa.

Justru oleh karena perlawanan antar kelas berdasarkan kepentingan-kepentingan objektif yang
bertentangan dan karena kepentingan-kepentingan itu berdasarkan kedudukan masing-masing dalam
proses produksi, maka hanya terdapat satu jalan untuk mengatasinya: menghancurkan sistem yang
menghasilkan kepentingan-kepentingan itu. Tetapi perubahan sistem itu dengan sendirinya ditentang
kelas-kelas atas, karena sistem itu menguntungkan bagi mereka. Untuk melindungi sistem itu mereka
memperalat kekuasaan negara. Untuk membenarkan kekuasaan mereka secara moral, mereka
menyebarkan ideologi-ideologi yang menimbulkan kesan bahwa negara dan tata susunan masyarakat itu
adalah sesuatu yang suci, tak terjamah, dan perlu didukung demi kepentingan seluruh masyarakat. Oleh
karena itu kelas yang berkuasa, dengan sendirinya, tidak akan pernah bersedia untuk mengisinkan suatu
perubahan sistem, maka perubahan itupun hanya dapat tercapai dengan jalan kekerasan : REVOLUSI

Inilah sebabnya kaum Marxis menentang semua usaha untuk memperdamaikan kelas-kelas yang
saling bertentangan, mengapa mereka bersitegang bahwa reformasi---artiya suatu perbaikan keadaan
sosial kelas-kelas yang tertindas dalam sistem lama---tidaklah mungkin. Mereka yakin, semua reformasi
dan usaha perdamaian antar kelas hanya menguntungkan para penindas karena mencegah golongan
yang tertindas dari perjuangan mereka untuk menghancurkan penindasan itu.

5. Penilaian Kritis

Sesudah kami megutarakan pokok-pokok teori Marx tentang perjuangan kelas-kelas an perlunya
revolusi,perlulah kita periksa pokok-pokok itu sekali lagi supaya dapat kita nilai. Penilaian ini
perlu,karena kita berhadapan bagian teori Marx yang paling dekat dengan praksis. Kita akan berusaha
membedakan unsur-unsur yang kelihatannya dapat dibenarkan dari segi-segi ekstrem yang tidak tahan
uji.

Mari kita rumuskan dulu pokok-pokok teori Marx dalam bentuk beberapa pernyataan :

1. Dalam masyarakat masing-masing individu selalu berindak sesuai dengan tujuan kelasnya
masing-masing.
2. Tujuan-tujuan dari masing-masing kelas ditentukan menurut kepentingan-kepentingan mereka,
3. Kepentingan-kepentingan kelas berdasarkan kepentingan fundamental mereka untuk
memperahankan diri,
4. Tetapi mendapat ke khususannya dari kedudukan itu dalam proses produksi,
5. Kepentingan kelas atas adalah mempertahankan kekuasaannya,juga dalam dibidang politik,
6. Atas dasar kedudukannya dalam proses produksi,kelas-kelas atas dan kelas-kelas bawah saling
berhadapan secara tak terdamaikan,
7. Teori-teori dan cita-cita agama,filsafat,moral,hukum,politik,seni berfungsi sebagai ideologi,yakni
untuk membenarkan sistem kuasaan yang ada,
8. Suatu pengurangan penindasan dalam sistem yang ada (reformasi) tidaklah mungkin:
penindasan itu hanya dapat dipatahkan dalam sebuah revolusi.

Pertama mari kita lihat pernyataan 1,2,3,5,dan 7. Pernyataan (1) rupa-rupanya didukung oleh
pengalaman kita. Psikolog sosial modern dan sosiologi secukupnya memperlihatkan bahwa orang
individual condong untuk mengambil oper peranan yang diharapkan darinya oleh golongannya,lengkap

30
dengan norma-norma dan pandangan-pandangan dunia golongannya itu. Dan,pribadi-pribadi kuat tidak
bergitu sajamenyesuaikan diri dengan sikap-sikap golongannya, toh tidak dapat mereka cegah bahwa
cara mereka melihat dan menilai masyarakat mereka peroleh dari lingkungan hidup serta pendidikan
mereka,jadi sesiao dengan kekhususan kelas mereka sendiri. Si petani mempunyai pendangan terhadap
dunia yang berbeda dengan si buruh, si pedagang kecil berbeda pula dengan seorang kolonel,si priyayi
dan pengawal lain pula dengan pengusaha besar.

Begitu pula pernyataan (2) kiranya tidak bisa di sangkal. Beberapa orang sekali-sekali dapat
bertindak melawan kepentingannya sendiri. Tetapi tidak mungkin bagi satu kelas,secara kekseluruhan
dan terus-menerus,menyangkal kepentingannya sendiri. Dan memang sosiologi bukan Marxis pun
menegaskan bahwa golongan-golongan dalam masyarakat selalu akan bertindak menurut kepentingan
mereka sendiri. Begitu pula kelihatan betul pengandaian (3) bahwa kepentingan golongan (seperti juga
kepentingan masing-masing orang) berdasarkan sesuatu untuk mempertahankan diri.

Tetapi apabila pernyataan (1),(2),dan (3) betul,maka pernyataan (5) pun harus kita terimah, kelas-
kelas atas bagaimana pun juga mempunyai kepentingan langsung untuk mempertahankan kekausaan
mereka seterusnya,untuk memonopolisasi dan memperkuatnya. Karena kekuasaan berarti kemungkinan
yang optimal untuk menjamin syarat-syarat hidupnya.

Sampai disini dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam pandangan Marx tentang kelas memang ad
unsur-unsur yang pantas diperhatikan,kalau kita mau mengerti jalan mekanisme masyarakat. Salah satu
kenyataan penting adalah bahwa egoisme kelas merupakan kekuatan politik yang paling besar dan
bahwa kelas-kelas yang memiliki monopoli kekuasaan,akan mempergunakan kekuasaan itu untuk
menjamin kepentingan mereka. Apabila ini betul,maka apa yang dikatakan dalam pernyataan (7) juga
mengandung unsur yang benar. Filsafat-filsafat dan ideologi-ideologi resmi memang sering hanya
merupakan kedok untuk membenarkan kepentingan-kepentingan kelas atas. Pantaslah anjuran-anjuran
dan khotbah-khotbah para penguasa kita terimah dengan syakwasangka. Kita tidak lagi secara naif akan
percya padanya, melainkan bertanya dengan kritis : siapa yang paling beruntung dari ajaran itu? Kritik
ideologi Marx merupakan pisau yang dengan tajam membuka kepentingan-kepentingan serta tujuan-
tujuan yang sebenarnya dari kaum penguasa.

Dengan demikian kita sampai pada pernyataan ini,yaitu pernyataan (8) : apakah betul perbaikan-
perbaikan sosial hanya bisa tercapai melalui revolusi? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak perlu
pertimbangan toeritis yang panjang lebar. Cukup kita lihat apakah pernah suatu perbaikan sosial yang
sungguh-sungguh, suatu pengurangan,penindasan yang tidak hanya sementara saja,didapatkan tanpa
revolusi ?

Jawabannya tidak dapat diragukan : justru dinegara-negara kapitalis kelas pekerja berhasil
memperbaiki keadaan mereka,sehingga sekarang kebutuhan-kebutuhan manusiawi mereka sebagian
besar sudah dapat dipenuhi,dan bahkan mereka merasa berkepentingan untuk mempertahankan sistem
itu (sebagaimana misalnya,dianalisis dengan tajam oleh H. Marcuse). Bagaimana kenyataan ini dapat
diterangkan ? apakah kapitalisme menyajikan contoh bahwa kekuatan-kekuatan cita-cita keadilan dan
kemanusiaan dapat jga mengalahkan kepentingan egoisme suatu kelas? Tentu saja tidak. Kaum buruh
mencapai suatu kedudukan yang kuat dalam sistem kapitalis adalah hasil perjuangan mereka,dan bukan
hasil kebaikan hati borjuasi. Tetapi yang menarik dalam kasus negara-negara kapitalis adalah buruh-
buruh dapat memperjuangkan kemajuan mereka tanpa mengadakan suatu revolusi.

31
Mengapa Marx tidak melihat kemungkinan itu? karena ia berpendapat bahwa kepentingan-
kepentingan borjuasi tidak pernah dapat diperdamaikan. dasar pernyataan (8) adalah pernyataan (6),dan
karena pernyataan (6) tidak betul maka pernyataan (8) ternyata tidak sesuai kenyataan. kekeliruan Marx
bukanlah pada pendapat bahwa kepentingan-kepentingan borjuasi dan proletariat itu
bertentangan,melainkan pada pendapat bahwa borjuasi sebagai kelas atas tidak mau mencari damai.
Marx menolak kemungkinan itu berdasarkan paham bahwa suatu kelas selalu bertindak sesuai
kepentingan kelasnya.

tetapi justru dalam hal ini Marx melupakan sesuatu. ia melupakan bahwa kelas-kelas atas pun
mempunyai kepentingan yang lebih mendalam ketimbang kepentingan kelasnya yang khusus
(pernyataan 4),yaitu kepentingan untuk mempertahankan diri (kepentingan 3). memang,dengan
sendirinya,kaum kapitalis tidak akan pernah melepaskan usaha mereka untuk menggaruk keuntungan
yang sebanyak-banyaknya. tetapi,karena perjuangan kaum buruh merasa terancam. Mereka mulai
menyadari,memang mengundang suatu revolusi apabila terus hanya mencari profit yang sebesar
mungkin (mereka pun mempelajari Marx). Tetapi suatu revolusi akan menghancurkan mereka. Maka
demi kepentingan dasar untuk mempertahankan diri,kepentingan sekunder menggaruk keuntungan
dikalahkan. Mereka bersedia mengurangi penghisapan,memperbaiki syarat-syarat kerja,membagi
kekuasaan dengan kaum buruh dalam demokrasi,bahkan memberi hak buruh. Dan sekaligus
berkembang juga kesadaran sosial mereka,sehingga bisa tiba-tiba bicara tentang tanggung jawab dan
keadilan sosial. Dan dengan demikian mereka berhasil untuk tetap mempertahankan kedudukan
mereka.

Kekeliruan Marx didasari pandangannya yang terlalu fiks tentang kepentingan-kepentingan masing-
masing kelas. Terbukti,jalan reformasi masih ada juga.

tetapi dari perkembangan sosial di negara-negara kapitalis kita sekaligus dapat menarik suatu
pelajaran yang membenarkan suatu pendapatn kunci Marx: perbaikan-perbaikan harus diperjuangkan.
Apabila Marx ,melihat perjuangan kelas sebagai satu-satunya alat untuk memajukan kelas-kelas yang
tertindas maka ada benarnya. Perdamaian sosial baru masuk akal apabila kelas bawah memperoleh
suatu pegangan atas kekuasaan yang wajar,apabila masyarakat,dalam arti sungguh-sungguh (ini tidak
mesti seperti di Barat),berbentuk demokratis. dalam suatu masyarakat yang tidak demokratis,dimana
kekuasaan masih dimonopolisasikan oleh golongan-golongan atas saja,perubahan sosial mengandaikan
perjuangan kelas bawah melawan kelas atas. karena baru melalui perjaungan kelaslah terwujud ancaman
yang sungguh-sungguh membahayakan eksistensi kelas yang berkuasa,dan ancaman itu perlu
diciptakan supaya kelas-kelas atas secara nyata bukan verbal yang bersedia mengadakan demikratisasi.
Artinya,memberikan kepada kelas-kelas bawah suatu bagian yang wajar dari kekuasaan politik dan dari
hasil produksi masyarakat. mengkhotbahkan perdamaian dan mengutuk perjuangan kelas adalah
kemunafikan,selama golongan bawah belum ikut memegan kekuasaan.

Melawan Marx harus dikatakan,perjuangan kelas tidak pernah boleh menjadi tujuan pada dirinya
sendiri. Tujuan perjuangan kelas bukanlah untuk semakin memecahkan masyarakat (dengan tujuan
akhirnya menjalankan suatu revolusi),melainkan untuk menjelaskan kepada kelas yang berkuasa :
apabila kalian tidak mau disikat habis oleh suatu revolusi,kalian harus menghentikan penindasan dan
penghisapan dan harus memberikan dari kekuasaan politik kepada kami.

sebaliknya juga berlaku: semakin eksklusif politik dan ekonomi berada dalam tangan kelompok
kecil,semakin sulit untuk mencapai suatu kompromi antara kepentingan mereka dengan kepentingan
kelas –kelas bawah,semakintak terdamaikan pula front antara massa rakyat yang tak berdaya dan

32
kelompok-kelompok kecil yang berfoya-foya,dan semakin besar bahaya suatu eksplosi revolusioner.
Justru untuk membuktikan kesalahan-kesalahan Marx,pembagiam yang adil dalam produksi masyarakat
dan suatu demokratisasi yang sungguh kelihatan mutlak perlu-----

V. Revolusi Proletariat Dan Komunisme

Dalam pasal yang lalu kita telah melihat hukum-hukum umum perkembangan sejarah yang lasim
disebut pandangan sejarah materialis. Sekarang kita akan membicarakan analisis Marx terhadap salah
satu tahap dalam sejarah,yaitu terhadap kapitalisme dan penghapusannya dalam revolusi Proletariat.

Marx membicarakan tema itu dua kali,keduanya tidak berhubungan satu sama lain. Dalam tulisan-
tulisannya yang lebih dahulu ia membicarakan dari segi filsafat dan sosiologi,khususnya dari segi
perjuangan kelas,itulah ajaran Marx yang misalnya,termuat dalam manifesto komunis,tentang
pembentukan proletariat dibawah syarat-syarat produksi kapitalis,tentang revolusi proletariat sesudah
kemenangannya. dalam tulisan-tulisan yang lebih kemudian, Marx bicara sebagai ahli ekonomi,
khususnya dalam tiga jilid buku “Das Kapital”. ia menggambarkan hukum-hukum ekonomi kapitalisme
dan berusaha memperlihatkan bahwa cara produksi kapitalis dengan sendirinya akan membawa
kapitalisme kepada keruntuhannya.

Suatu hubungan intrinsik dengan ajaran tentang revolusi proletariat tidak ada. secara logis kritik
Marx terhadap kapitalisme harus mendahulukan uraian tentang revolusi proletariat, tetapi kami akan
mengikuti urutan perkembangan pikiran Marx, dan ajaran mulai membicarakan ajaran Marx tentang
proletariat, revolusinya, dan komunisme. Baru dalam pasal berikutnya kita akan membicarakan kritik
Marx terhadap kapitalisme. Kita dapat maju dengan begitu, karena kritik ekonomis marx terhadap
kapitalisme merupakan suatu kesatuan teoritis, yang sering dinamakan “Kritik Ekonomi Politik”,yang
berdiri sendiri.

1. Jasa-Jasa Kapitalisme

jangan kita mengira bahwa Marx membenci kapitalisme. dan dari manifesto komunis---yang bagian
pertamanya sudah pernah disebut Madah Agung kapitalisme---kelihatan bahwa Marx mengagumi
prestasi-prestasinya. ciri khas masyarakat kapitalis adalah kekuasaan bebas pribadi atas hak milik
(sedangkan dalam masyarakat feodal, hak milik terkema banyak ikatan, begitu, misalnya, di Daerah
Istimewah Yogyakarta sebelum tahun 1918 hanya Sri Sultan-lah yang berhak memiliki tanah), pekerjaan
upahan bebas (tidak ada pekerjaan rodi, gotong royang dan lain sebagainya), dan produksi barang
dagang universal. di bawah feodalisme, produksi hanya diadakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi (Sri Sultan, misalnya, setiap tahun mendapat sebagian dari hasil panen para petani untuk
keperluan konsumsi istana, upeti yang lebih tinggi buat Sri Sultan tidak ada gunanya, karena ia tidak
tahu harus diapakan). sedangkan dibawah kapitalisme, produksi diadakan demi pemasaran dan dengan
tujuan untuk mencapai keuntungan. Usaha mencari profit (untung) sebanyak mungkin menjadi hukum
dasar satu-satunya bagi kapitalisme.

akiabat dari usaha mencari untuk sebanyak-banyaknya adalah suatu kemajuan produksi barang-
barang yang tanpa tanding. marx menulis “Borjuasi, selama kekuasaannya yang belum cukup seratus
tahun, telah menciptakan tanaga-tenaga produktif yang lebih teguh dan lebih besar daripada yang telah

33
diciptakan generasi-generasi terdahulu dijadikan satu. Ditundukkannya kekuatan-kekuatan alam kepada
manusia, mesin-mesin, pelayaran kapal api, penggunaan ilmu kimia pada dunia-dunia butuh garapan,
telegrafi listrik, penyaluran sungai-sungai, penambahan penduduk yang menakjubkan”. Ditulisnya
pula,” borjuasi yang menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya dengan ditemukannya
Amerika. Pasar ini memberikan kemajuan mahabesar kepada perdagangan, pada pelayaran, pada
perhubungan di Barat.

2. kapitalisme dan Proletariat

terhadap dinamika luar biasa kapitalisme, kelas-kelas lain dan cara-cara produksi bukan kapitalis
tidak dapat bertahan untuk selamanya. lapisan tengah yang berdiri sendiri, seperti kaum tani dan
borjuasi kecil, makin lama makin hilang, dan masyarakat makin lama makin berkelompok disekitar dua
kutub produksi kapitalis, yakni kaum kapitalis dan kaum proletariat.

dengan demikian kapitalisme menghasilkan suatu penyederhaan pertentangan kelas yang


menetukan : disatu pihak kaum kapitalis, dan pihak lain kaum proletariat. kaum kapitalis adalah mereka
yang memiliki modal, baik dalam bentuk uang maupun sebagai pabrik, tempat kerja, alat-alat
produksi ,dan sebagainya. kaum kapitalis satu sama lain saling bersaing dengan tajam. untuk dapat
bertahan dalam hidup dan mati, mereka harus berusaha untuk setiap saat mencapai profit sebesar-
besarnya. Oleh karena itu, kamu kapitalis merupakan kelas yang mempunyai kepentingan langsung
untuk terus menambah profitnya. dan karena banyaknya profit tergantung dari besarnya penghisapan
tenaga kerja buruh (sebagaiman masih akan kita lihat dalam pasal berikut), maka kaum kapitalis
berkepentingan pula untuk semakin memperkuat penghisapan itu.

Kaum kapitalis itu berhadapan dengan kaum proletariat, yaitu kaum kelas buruh yang tidak
memiliki apa-apa selain tenaga kerja. Proletariat bertumbuh terus. pertama-tama mereka belum begitu
sadar bahwa mereka merupakan suatu kelas. mereka secara sendiri-sendiri berhadapan dengan
kapitalisme masing-masing,dan mereka bersang satu sama lain dalam mencari tempat kerja. tetapi justru
kaum kapitalislah, dengan sikap keras mereka terhadap buruh, yang membantu kaum buruh untuk
menyadari bahwa mereka merupakam suatu kelas. Disatu pihak produksi kapitalis makin lama makin
menghilangkan perbedaan yang masih ada diantara bergbai pekerjaan. maka kaum buruhpun tidak lagi
merasa sebagi lubang kunci, tukang kayu, atau tukang cat, melainkan sebagai buruh saja. Sekaligus
perbaikan hubungan lalu-lintas mempunyai akibat buruh dapat lebih mudah mengetahui keadaan dilain
tempat. Dilain pihak buruh-buruh itu sendiri makin lam makin berpengalaman dalam perjuangan
mereka,mula-mula hanya demi suatu perbaikan syarat-syarat tempat kerja setempat, demi kenaikan
upah, dan sebagainya. tetapi, perjuangan mereka itu lama kelamaan menumbuhkan kesadaran kelas
dikalangan mereka. Tujuan-tujan perjuangan merekapun meluas.

kaum buruh mulai membentuk serikat-serikat. Mereka membuka kas untuk rekan yang tidak
memiliki pekerjaan. oleh karena itu buruh yang tidak mempunyai pekerjaan, tidak lagi bersedia untuk
menawarkan tenaga kerjanya demi upah yang lebih rendah. jadi tidak lagi bisa dipakai oleh kapitalis
untuk menekan upah. Dengan demikian, lama kelamaan kesadaran kaum buruh makin militan. mereka
menyadari dirinya sebagai proletariat. Musuh mereka tidak lagi si pemilik pabrik secara individual, dan
tujuan tidak hanya mencari kenaikan upah saja. Musuh utama mereka adalah cara produksi kapitalis itu
sendiri,sistem kapitalisme, hak milik pribadi atas alat-alat produksi tujuan meraka adalah
menghapuskan sistem itu denga demikian, borjuasi sendiri yang menciptakan penggali liang kuburan

34
3. Revolusi Proletariat

Perkembangan cara produksi kapitalis akhirnya menciptakan suatu keadaan dimana hanya tinggal
dua kelas yang saling berhadapan,kaum kapitalis dan kaum proletariat. karena persaingan diantara itu
sendiri, banayak orang kapitalis disapu kedalam proletariat. kelompok kaum kapitalis yang menguasai
seluruh modal semakin kecil,sehingga massa raksasa kaum buruh berhadapan dengan kelompok kaum
kapitalis yang amat kecil.

Untuk mempertahankan profit mereka,kaum kapitalis itu masih memperkuat penghisapan mereka.
Maka akan tiba saatnyaaum buruh hanya tinggal memilih saja diantara dua alternatif: meti atau
memberontak. tetapi sementara ini didalam kalangan mereka telah timbul semngat juang,cara berfikir
sosial dan kesadaran akan kekuatan mereka sendiri. pilihan mereka tdiak dapat diragukan,merka
memberontak dan memulai revolusi.

Dalam revolusi itu proletariat mencopot hak milik kaumm kapitalis atas alat-alat produksi,dan
memyerahkan kepada seluruh masyarakat. sekaligus mereka merebut kekuasaan poliytik Dan
Mengadakan diktator proletariat. diktatur proletariat pada Marx tidak berarti,seperti pada Lenin,diktatur
suatu partai kecil atas nama proletariat terhadap rakyat. Yang dimaksud hanyalah proletariat mula-mula
menindas kaum kapitalis,untuk mencegah jangan sampai sarana-sarana mereka yang masih besar untuk
menindas revolusi,dan mengembalikan keadaan yang lama,jadi diktatur proletariat perlu untuk
mencegah segala kemungkinan counter-revolusi dari sisa kaum kapitalis. sebetulnya diktatur peoletariat
bikunlah diktatur yang sesungguhnya,karena diadakan 99% masyarakat terhadap sisanya. apabila
proletariat sudah puas karena bekas kaum kalipatalis tidak berbahaya lagi,dan mereka sudah
berintegrasi denga proletariat,diktatur proletariat dengan sendirinya berakhir karena tak ada yang
ditindas lagi.

Oleh karena kaum proletariat,dalam rangka perjuangan mereka telah sampai kepada kepada
kesadaran bahwa bikan masing-masing orang yang kapitalis melainkan sistem hak milik atas alat
produksilah yang dulu menindas mereka,maka sekarang mereka berkepntingan untuk meniadakan
sistem itu secara keseluruhan. merek atidak puas dengan mencopot hak milik pribadi dari kaum
kapitalis,melainkan mereka menghapus selama-lamanya adanya kelas-kelas dalam
masyarakat,pembagian kerja,dan semua bentuk hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Mereka
menciptakan masyarakat sosialis.

4. Masyarakat Masa Depan Komunis

Jarang sekali Marx mengatakan sesuatu tentang masyarakat masa depan itu. begitu ia menulis bahwa
“dalam masyarakat komunis,dimana masing-masing orang tdiak terbatas pada bidang kegiatan eksklusif
melainkan dapat mencapai kecakapan dalam bidan apapun juga,masyarakat mengatur produksi
umum,kemungkinan bagi saya untuk mengerjakan ini hari ini,itu besok,pagi berburuh,siang hari
memancing ikan,sore hari memelihara ternak,sesudah makan mengkritik.....

Ciri-ciri inti masyarakat komunis adalah penghapusan adanya berbagai kelas,penghapusan


pembagian kerja,dan penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi. kelas-kelas tidka perlu
dihapus secara khusus. itu sudah dijalankan dibawah kapitalisme,karena seperti telah kita lihat,dibawah
kapitalisme hanya tinggal beberapa orang kapitalis saja yang berhadapan dengan kaum proletariat.
dengan demikian sesudah revolusi,praktis hanya tinggal satu kelas saja. bagaiman Marx membayangkan
penghapusan pembagian kerja,tidak kita ketahui. Dari beberapa teks,kita dapat menarik kesimpulan

35
bahwa ia mengira dalam api revolusi kaum buruh akan mengembangkan berbagai bakat,sehingga tidak
untuk selama hidupnya mereka harus terikat pada satu macam pekerjaan saja.

Walaupun begitu sulit membayangkan bagaimana dalam suatu masyarakat yang maju industinya
suatu spesialisasi bisa dicegah. Marx berpendapat,industri modern justru menghapus pengotakan
pekerjaan tegas. Apabila Marx bermaksud bahwa industri modern itu menuntut kecardasan
berfikir,sikap tanggung jawab,bekerja dalam tim,padahal semua itu menuntut suatu pandangan atas
keseluruhannya,maka pendapat Marx sebagiannya betul. Namun suatu pembagian kerja tetap harus
dipertahankan. Mungkin Marx ada maksud lain lagi. salah satu “revolusi” yang diajarkan oleh
kapitalisme,pertama kali dalam sejarahnya umat manusia tidak menderita karena kekurangan produksi
(melainkan malah kelebihan produksi) sehingga kebutuhan-kebutuhan semua orang dapat dipenuhi.
dengan demikian orang dapat memili pekerjaannya dengan lebih mengikuti kecondonbgannya. tetapi
gagasan ini tidak begitu jelas.

Dengan penghapusan kelas,negara pun tidak perlu lag. karena negara,menurut Marx,hanyalah alat
dalam kelas berkuasa untuk mempertahankan kedudukannya. Marx bicara tentang meninggalnya
negara.

Dengan tercapainya masyarakat komunis,prssejarah umat manusia sudah berakhir,yang ditandai


dengan kenyataan bahwa perkembangannya itu tidak dikuasai oleh manusia itu sendiri melainkan oleh
kepentingan produksi kapitalis. dari kerajaan keniscayaan umat manusia memasuki kerajaan
kebebasan,menuju sebuah ucapan Engels.

Marx menyebut keadaan itu sebagai “sosialisme” atau “komunisme”. dua istilah itu oleh praktis
dipergunakan dalam arti yang sama. sedangkan filsafat sovuet sekarang membedakan keduanya.
menurut mereka diantara revolusi sosialis (misalnya revolusi Oktober di Rusia) dan tercapainya
komunisme,masih ada jalan panjang. dalam pandangan filsuf-filsuf Soviet,Uni Soviet belum mencapai
tahap komunisme. revolusi sosialis itu diartikan sebagai pengambiloperan kekuasaan negara oleh partai
komunis. revolusi disusul oleh tahap pembangunan sosialisme. dalam tahap ini (yang dikatakan
sekarang dijalani negara-negara komunis eropa timur,yang disebut demokrasi rakyat). masih ada kelas-
kelas dan ideologi-ideologi lain, tetapi kekuasaan sudah berada dalam tangan proletariat. yaitu melalui
partai komunis dan ideologi Marxisme. sosialisme tercapai apabila tidak ada lagi kelas-kelas lain kecuali
proletariat dan partainya,partai komunis. dalam tahap itu masih perlu adanya negara yang kuat,lebih-
lebih untuk melindungi negara sosialis terhadap dunia kapitalis. Uni Soviet,menurut pengertiannya
sendiri,telah melewati tahap sosialisme dan perjalanan menuju komunisme kalau dalam sosialisme itu
berlaku semboyan : kepada siapa saja menurut kemungkinannya,kepada siapa saja menurut
kebutuhannya. Dalam komunisme,negara lama-kelamaan mati dan berkuasalah kerajaan kebeasan dan
pemuasaan sempurna dari semua kebutuhan. sering kita percaya juga bahwa komunisme baru bisa
diadakan apabila tata susunan kapitalis diseluruh dunia telah dipatahkan.

5. Beberapa Catatan Kritis

Apa yang dalam pasal yang berlalu dikatakan mengenai perlunya revolusi,tidak usah diulangi dari
sini. disini kita hanya mempersoalkan keadaan komunis. masalh penghapusan pembagian kerja sudah
sekadarnya disebut. berhubung dengan hal itu timbul pertanyaan : bagaimana dalam suatu masyarakat
komunis cara menjalankan pekerjaan kotor dan tidak enak,yang tentu tidak bisa dihilangkan sama
sekali ? apakah akan dibagikan atau dipaksakan pelaksanaannya dalam masyarakat? Marx sendiri
berpendapat bahwa pekerjaan yang tidak enak (yang disebutnya “pekerjaan yang perlu”) selalu akan

36
ada,dan kerajaan kebebasan baru akan dimulai diluar pekerjaan perlu itu. tetapi itu akan berarti
penghapusan pembagian pekerjaan yang sama sekali tidak mungkin,tetap diperlukan suatu lembaga
pusat yang dapat memaksakan sesuatu kepada masyarakat. Dengan kata lain,selama pembagian
pekerjaan tidak dapat dihapus sama sekali,tetap akan ada kelas-kelas dan negara.

Dan,apakah matinya negara itu mungkin? bukankah masyarakat selalu harus mempunyai alat
untuk mengatur urusan-urusannya yang umum? apakah alat itu tidak perlu ada,kekuasaan yang dapat
dipaksakan juga? apakah secara serius dapat dipertahankan kejahatan atau kelakuan sosial yang salah
hanya disebabkan oleh pertentangan kelas,yang tidak akan memnjadi apabila kelas-kelas sudah dihapus?
bukankah kita mengetahui dari psikologi bahwa kelakuan sosial yang tidak sesuai disebabkan oleh
banyak faktor.

bagaimana kemungkinannya masyarakat tanpa kelas itu? apakah betul suatu kelas hanya
ditentukan oleh kedudukannya dalam proses produksi? Milovan Djilas (The New Class) pada tahun 1957
telah memperlihatkan bahwa dalam negara-negara komunis timbullah kelas penguasa baru,yaitu kelas
birokrasi. bukankah masyaraka tanpa kelas merupakan khyalan belaka? bukankah lebih realis dan juga
lebih sosial kalau kita tidak mengejar khayalan suatu masyarakat tanpa kelas melainkan berusaha
sungguh-sungguh,sejauh kita dapat,untuk mencapai suatu keseimbangan kepentingan diantara
kepentingan kelas-kelas yang memang saling berlawanan itu,atas dasar pembagian harta benda dan
beban masyarakat yang adil?

Ajaran Marx tentang masyarakat komunis adalah bagian yang paling utopis dan problematis dari
seluruh teorinya. ajaran itu memang berhasil menyalakan semangat massa burh dan sampai sekarang
masih mempunyai daya tarik yang kuat,lebih-lebih pada orang yang tidak percaya pada kerajaan Allah
tetapi tetap merasakan kebutuhan semacam kerajaan akhir zaman yang penuh kebahagiaan. tetapi
ajaran tentang zaman komunis kelak yang membahagiakan,juga mencegah kita mencari perbaikan-
perbaikan nyata yang barang kali dapat diadakan dalam sistem yang ada. teori tentang masyarakat tanpa
kelas pun bersifat ideologis. ternyata jutaan orang,atas nama cita-cita itu,telah dipaksa untuk
mengorbankan kebebasan dan kebahagian mereka.

VI. Kritik Terhadap Kapitalisme

Dalam pasal yang lalu kami membicarakan teori Marx tentang revolusi,khususnya berdasarkan teori
tentang perjuangan kelas. Dalam pasal ini kami seakan-akan sisi lain dari sekeping mata uang yang
sama,yaitu kecondongan dalam sistem ekonomi kapitalis sendiri yang mengarah kepenghancurannya
sendiri. Kritik terhadap kapitalisme itu terutama dilihat dalam karya pokoknya “das kapital”.

Marx menentang apa yang disebut sosialisme utopis sebagaimana misalnya,diajukan oleh orang-
orang Perancis seperti Charles Fourier,dan orang inggris,Robert Owen. Sosialis-sosialis utopis mengutuk
masyarakat kapitalis dari segi moral sebagai masyarakat yang tidak adil,tidak manusiawi. Terhadap
masyarakat kapitalis mereka berlawankan cita-cita masyarakat komunis atau sosialis. Berhadapan
dengan mereka,Marx berusaha memperlihatkan hukum-hukum perkembangan masyarakat kapitalis
dengan ketetapan ilmiah. Oleh karena itu,sejak tahun 50-an ia memusatkan pekerjaannya pada
analisis ekonomi kapitalis dan dinamikanya. Dalam hal ini Marx sengaja berdasarkan pada kaum
ekonom Inggris klassik (Adam Smith,David Ricardo, J.B Say,dan seterusnya),tetapi sekaligus melampaui
mereka secara hakiki.

37
Penyelidikan ekonomi Marx ini pun,harus dipahami dalam rangka usahanya untuk membuka
syarat-syarat pembebasan manusia dari penindasan kekuatan-kekuatan ekonomis. Justru supaya
pembebasan itu dapat dijalankan secara nyata,Marx mempelajajari hukum-hukum kenyataan ekonomis.

1. Titik Tolak : Penghisapan Kapitalisme

Kita tidak dapat mengerti kritik Marx terhadap kapitalisme apabila tidak mengerti kenyataan
dalam pabrik-pabrik pada zaman itu. Dalam jilid I das capital Marx mendokumentasikan banyak contoh
betapa kejamnya penghisapan buruh dalam fase revolusi industry waktu itu. Kami kutip beberapa
contoh,”tuan Broughton (sheriff) menerangkan… jam 2,3,dan 4 bagi anak-anak berumur Sembilan
sampai sepuluh tahun dibangunkan dari tempat tidur mereka yang kotor dan dipaksa untuk bekerja
demi subsistensi mereka sampai jam 10,11,dan 12 malam; anggota tubuh mereka mengurus,badan
mengerut,roman muka itu menjadi tumpul,dan harkat manusiawai seakan-akan membeku membatu
secara mengerikan.

“dari First Report of the Children’s Employment Commision tertanggal 13 juni 1863 : Wilhelm Wood
9 tahun,berumur 7 tahun 10 bulan waktu ia bekerja. Ta ‘run Moulds (membawa benda ke dalam kamar
pengering dan kemudian membawa kembali ke wadah yang kosong) sejak permulaan. Setiap hari dalam
seminggu jam 4 ia datang dan kira-kira berhenti jam 9 malam. “aku bekerja setiap hari sampai jam 9
malam. Begitu selama tujuh,delapan minggu yang terakhir. Jadi 15 jam kerja sehari untuk anak yang
berumur tujuh tahun,

“J.Murrai,anak laki-laki yang berumur 12 tahun,mengatakan : “I run moulds and turn jigger”
(memutar roda). Aku datang jam 6 pagi,kadang-kadang jam 4 pagi. Seluruh malam terakhir aku bekerja
sampai pagi ini jam 8. Aku tidak ke tempat tidur sejak malam yang lalu. Aku menerimah enam shilling
dan enam pence. Aku tidak mendapat lebih banyak apabila bekerja selama seluruh malam. Dalam
minggu yang lalu dua kali akau bekerja selama seluruh malam.

Anak muda bekerja 12 jam setiap hari ,kematian disebabkan Karena terlalu banyak kerja,kehancuran
fisik,pendidikan ( Marx menyebut contoh seorang anak Inggris,12 tahun,belum pernah mendengar
adanya negeri inggris,dan anak inggris yang lain,15 tahun,belum pernah mendengar kata London).
Itulah kenyataan kapitalisme purba. Disampin itu orang-orang kapitalis yang kaya dan tidak
berkekurangan apa-apa setiap hari minggu pergi ke gereja,hidup secara aman,dan dan percaya bahwa
susunan dunia dan masyrakat ini telah ditentukan oleh Allah,menurut ketaatan terhadap Negara,dengan
kepolisian yang membela kaum kaya itu melawan orang kecil yang lemah,lapar,setengah mati,dan
hancur kemanusiaannya. Kita dapat mengerti mengerti kenapa Marx meras wajib dan mutlak
mengusahakan segala-galanya guna mengakhiri keadaan yang mengerikan itu.

Kritik Marx terhadap system ekonomi kapitalis dapat dibagi dalam dua bagian : ajaran tentang nilai-
nilai lebih dan ajaran perkembangan ekonomi kapitalis. Bertentangan dengan pendapat umum,perlu
ditekankan bahwa ajaran tentang perkembangan ekonomi kapitalis secara logis tidak tergantung dari
ajaran tentang nilai-nilai lebih.

2. Ajaran tentang nilai lebih

Ajaran tentang nilai lebih dapat dibagi dalam empat hal :

38
a. Teori nilai pekerjaan;
b. Ajaran tantang nilai tenaga kerja;
c. Ajaran tentang nilai lebih sendiri;
d. Ajaran tentang profit.

a. Teori nilai pekerjaan

Menurut teori ini,nilai sebua barang ditentukan oleh jumlah atau waktu pekerjaan yang ditanam
di dalamnya. Nilai disini dimaksud adalah nilai tukar. Nilai tukar adalah nilai barang kalau dijual
belikan di pasar dan biasanya diungkapkan dalam ukuran uang. Nilai tukar harus dibedakan dengan
tajam dari nilai pakai (nilai pakai diukur dari kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan manusiawi,nilai pakai ini tergantung dari macam barang dan dari adanya kebutuhan dari
masyarakat,dan tidak ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk membuatnyai). Menurut Marx,nilai
tukar suatu barang melulu ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang dimasukkan didalamnya. Barang
yang pembuatannya membutuhkan dua jam bernilai lebih tinggi dari pada barang yang dikerjakan
dalam satu jam (dengan harga sebuah jas,saya bisa membeli dua buah buah celana,karena waktu yang
dipergunakan penjahit untuk membuat jas bisa digunakan membuat dua buah celana).

Namun bukan waktu kerja individual yang menentukan nilai hasil kerjaan,melainkan dalam
dalam istilah Marx,”waktu kerja sosial yang perlu”. Yang dimaksud adalah waktu rata-rata yang
diperlukan dalam suatu masyarakat,dengan kepandaian tertentu,untuk membuat barang itu. Jadi nilai
tukar suatu barang tidak ditentukan oleh jumlah pekerjaan (waktu pekerjaan) yang de facto diperlukan
untuk membuat barang itu,melainkan waktu kerja yang berdasarkan tingkat tekhnologis yang terdapat
dalam masyarakat itu yang rata-rata diperlukan untuk membuat barang tersebut.

Kami mengulang : nilai sebuah barang dipasaran tergantung dari berapa banyak pekerjaan yang
diperlukan untuk membuatnya. Ajaran ini ditemukan Marx dalam teori-teori kaum ekonom nasional
Inggris yang baik.

b. Ajaran Tentang Nilai Tenaga Kerja

Menurut Marx,dalam sistem kapitalis tenaga kerja pun (tenaga fisik,dan mental yang dapat
dipergunakan oleh buruh untuk kerja) dipandang sebagai dagangan. Si pemilik pabrik membutuhkan
jumlah pekerjaan tertentu untuk menjalankan mesin-mesinnya. Ia membeli tenaga kerja itu dipasaran
dan membayarnya menurut nilainya. Nilai tenaga kerja,seperti nilai setiap barang dagangan,ditentukan
oleh jumlah pekerjaan yang perlu untuk membuatnya. Jadi nilai tenaga kerja ditentukan oleh nilai semua
barang yang perlu supaya buruh dapat hidup dan supaya kalau ia sudah tua,dapat diganti oleh buruh-
buruh murah. Dengan kata lain : nilai tenaga kerja adalah nilai makanan,tempat tinggal,dan lain-lain
kebutuhan hidup--- yang juha ditentukan oleh tingkat sosial dan kultural dalam masyarakat tertentu---
dari si buruh sendiri dengan keluarganya.

c. Ajaran tentang nilai lebih

Mari kita andaikan,seorang buruh membutuhkan rata-rata empat ratus rupiah perhari agar ia
dengan keluarganya dapat hidup dan tetap kuat bekerja. Jadi nilai tenaga kerjanya adalah empat ratus
rupiah. Untuk harga ini ia menawarkan tenaga kerjanya dipasaran. Seorang kapitalis yang
membutuhkannya membelinya untuk harga atau upah empat ratus rupiah perhari. Itu semau-maunya
karena telah dibelinya. Secara teoritis ia dapat mempekerjakannya dua puluh empat jam perhari,tetapi
tentu tidak diperbuatnya karena kualitas pekerjaan buruh itu capat menurun. Jadi,ia tahu buruh itu

39
memerlukan waktu untuk istirahat,untuk berkreasi,dan sebagainya. Jadi ia menyuruh siburuh bekerja
delapan jam perhari. Mari kita andaikan dalam waktu empat jam si buruh menciptakan barang berharga
empat ratus rupiah dalam pekerjaannya. Itu berarti sebetulnya sesudah bekerja empat jam siburuh bisa
berhenti untuk bekerja,karena ia sudah menciptakan nilai yang dibutuhkannya supaya ia dan
keluarganya dapat hidup. Tetapi karena ia sudah menjual tenaga kerjanya,maka ia tidak memilikinya
lagi dan harus bekerja sesuai dengan ketentuan majikannya. Jadi ia bekerja empat jam lagi. Nilai yang
diciptakannya dalam waktu empat jam kedua yang melebihi waktu yang diperlukannya untuk
mengembalikan tenaga kerjanya sendiri,oleh Marx disebut nilai lebih. Jadi nilai lebih adalah diferensi
antara nilai yang di produksikan selama satu hari oleh tenaga kerja buruh(dalam kasus kita Rp.800
selama 8 jam) dan ongkos kehidupannya sendiri (Rp.400).

d. Ajaran Tentang Profit

Nilai lebih adalah profit yang dikantongi oleh pengusaha. Dalam contoh kita diatas : pada setiap hari
si pengusaha beruntung Rp. 400,00 dari buruh tadi. Itulah untung bersih sikapitalis. Untung begitu saja
dicuri dari siburuh. Maka dari itu Marx menyebut profit kapiatalis “nilai lebih yang dicuri”. Dalam hal
ini diandaikan bahan yang dimasukkan ke dalam produksin mau pun alat-alat kerja,mesin-mesin,dan
gedung-gedung tidak dapat menghasilkan lebih banyak nilai dari pada ongkos mereka sendiri. Menurut
Marx,nilai-nilai lebih itu satu-satunya sumber keuntungan si kapitalis.

e. Catatan Kritis

Teori nilai lebih pada dasarnya mempunyai suatu fungsi moral. Teori itu membuktikan bahwa
sistem kapitalis berdasarkan penghisapan. Apabila seluruh keuntungan merupakan pekerjaan yang tidak
dibayar,maka kekayaan kaum kapitalis langsung dan seluruhnya bersumber pada penghisapan. Secara
logis teori itu tidak diperlukan untuk menerangkan hukum-hukum perkembangan sistem kapitalis yang
akan kami uraikan dalam pasal berikut.

Di luar marxisme,teori nilai lebih tidak diterimah. Kesalahan tidak hanya bahwa teori itu tidak
mengakui mekanisme pasar,yaitu tawaran dan permintaan,menentukan nilai tukar barang dagang.
Tetapi juga,faktor-faktor yang menentukan dalam teori nilai lebih tidak dapat dirumuskan dan di
kuantifikasikan dengan cukup eksakuntuk penggunaan secara ilmiah. Bagaimana,misalnya,kita dapat
menentukan apa yang secara objektif merupakan kebutuhan hidup burh dan keluarganya,dan apa yang
melebihi kebutuhan itu? Padahal dari pentuan itu tergantung berapa banyak pekerjaan yang diperlukan
supaya kebutuhan itu kebutuhan itu dapat dipenuhi,dan berap besar atau kecil nilai lebih yang tinggal
dalam tangan kapitalis? Paham kebutuhan dasar adalah paham moral dan tidak dapat dikuantifikasikan
secara persis.

Kesulitan lain teori nilai lebih adalah bagaimana nilai yang diciptakan itu dibagi atas semua macam
pekerjaan yang tersangkut dalam pekerjaan itu. Marx rupa-rupanya hanya memperhatikan pekerjaan
fisik melulu,padahal bukankah pekerjaan seorang organisator yang cakap,ide-ide seorang insinyur yang
pandai,keberanian seorang menejer untuk mengambil keputusan-keputusan yang penting pun
manciptakan nilai? Bukankah pekerjaan yang paling sederhana pun sudah merupakan kombinasi
pekerjaan jasmaniah dan mental yang tidak seluruhnya dapat dikuantifikasikan? Dan bagaimana sektor
kepegawaian yang dalam masyarakat modern semakin penting? Apakah penerapa ilmu pengetahuan
dalam teknologi modern tidak menciptakan nilai juga? Kalau suatu perusahaan rekayasa yang otomatis
itu dijalankan oleh beberapa orang saja yang hanya mengawasi mesin-mesin saja yang dikemudikan oleh
komputer-komputer,dari manakah nilai-nilai yang diciptakan disitu? Bukankah proses produksi

40
perusahaan,sebuah bangsa seluruhnya,merupakan suatu keseluruhan,dan dan semua yang bekerja
dalam suatu bagian pun menyumbang sesuatu agar keseluruhan itu berjalan,ikut menciptakan nilai?
Bagaimana mau ditentukan,siapa yang memasukkan persentase berapa ke dalam proses itu? Begitu
pula,misalnya,yang membuat suatu perusahaan mobil itu berjalan,bukan hanya mereka yang bekerja
yang bekerja dengan mesin-mesin tetapi juga bagian riset ilmiah,bagian propaganda,wanita yang
membersihkan lantai,dan orang yang menjaga pintu. Mereka semua secara bersama-sama menciptakan
nilai produksi seluruhnya. Bahkan si pemilik (entah,dia satu orang,entah pemegang saham), walaupun ia
sama sekali tidak bekerja sendiri,namun toh ia berjasa dalam proses produksi karean ia mengambil
resiko untuk menanamkan uangnya yang dikuasainya dalam perusahaan itu dan,misalnya,tidak
menghabiskannya sendiri.

Teori Marx tentang nilai lebih merupakan sebuah mitos. Tetapi mitos itu mempunyai inti yang benar.
Inti yang benar adalah bahwa tanpa pekerjaan tidak dapat diciptakan nilai-nilai buat manusia dan siapa
yang Cuma menikmati produksi sosial tanpa bekerja dan tanpa mengambil risiko merupakan seorang
parasit.

3. Teori Tentang Pekembangan Ekonomi Kapitalis

Teori ini memuat tiga ajaran :

(1) Ajaran tentang konsentrasi dan akumilasi


(2) Ajaran tentang kemelaratan
(3) Ajaran tentang krisis-krisis ekonomi.

a. ajaran tentang konsentrasi dan akumulasi modal

Untuk menambah keuntungan,cara produksi terus menerus harus diperbaiki sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja buruh yang dapat menghasilkan lebih banyak nilai dalam waktu kerja yang sama.
Demi tujuan menambah produktifitas itu,tehknik produksi harus terus diperbaharui,harus diadakan
mesin-mesin yang lebih modern dan semakin otomatis. Sekaligus usaha pemasaran harus diperluas.
Dalam hal ini kaum kapitalis terlibat suatu perjuangan persaingan tanpa kasihan diantara mereka
sendiri. Dalam perjuangan itu kaum kapitalis kecil lama-kelamaan tidak bisa mempertahankan diri.
Perusahaan-perusahaan mereka ditelan oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar,atau terpaksa
berhenti. Dengan demikian,lama kelamaan jumlah penguasa berkurang dan modal semakin bertumpuk-
tumpuk (baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk mesin) dan semakin berkonsentrasi dalam
tangan beberapa orang kapitalis saja. Sekaligus jumlah proletariat bertambah terus,oleh karena petani-
petani,pengusaha-pengasaha kecil,dan tukang-tukang,lama-kelamaan dihancurkan oleh industri besar
dan dilemparkan ke dalam proletariat.

b. Ajaran Tentang Kemelaratan

Dengan memakai mesin-mesin yang semakin sempurna,si kapitalis bisa menghemat pekerjaan.
Ia dapat melepaskan semakin banyak buruh,sehingga jumlah buruh yang tidak mempunyai pekerjaan
bertambah. Marx menggunakan gambaran “tentara industri cadangan” untuk menunjukkan semakin
tenaga-tenaga kerja yang menganggur yang tersedia buat si kapitalis sebagai tenaga kerja murahan.
Akibatnya,kaum buruh semakin melarat.konsentrasi dan akumulasi modal yang semakin menjadi-jadi
diimbangi,di pihak lain,dengan kian bertambahnya proletariat dan kemelaratan mereka.

41
Sampai sekarang dipertentangkan,apakah Marx meramalkan pertambahan kemelaratan yang
absolut atau kemelaratan relatif saja. Pertambahan kemelaratan yang absolut itu terdapat apabila makin
lama makin sedikitlah yang dapat dibeli oleh buruh dengan upahnya. Pertambahan kemelaratan itu
bersifat relatif buruh itu memang mendapat upah yang secara nyata semakin tinggi dan dengan
demikian ia bisa membeli lebih banyak,tetapi toh bagian yang diperolehnya dari seluruh produksi
masyarakat makin lama makin kecil (karena kaum kapitalis lebih cepat menjadi kian kaya lagi ).

c. Ajaran Tentang Krisis-Krisis Ekonomi

krisis-krisis ekonomi adalah akibat produksi yang berlebihan. Dalam usaha untuk memperluas
pegangannya terhadap pasaran dimana ia menjual produksinya,si pkapitalis terpaksa menurungkan
harganya. Untuk mempertahankan keuntungan pada taraf yang dulu,perlu produksi diprluas: karena
untung yang didapat dari masing-masing satuan barang berkurang,jumlah satuan satuan terus
diperbesar.

Kecondongan ini mau tak mau akhirnya menyebabkan produksi melampaui daya tampung
pasaran. Hasil produksinya tidak dapat di jual lagi. Padahal dengan hasil penjualan ditutup pembelian
mesin-mesin dan ditarik profitnya. Perusahaan-perusahaan besar sementara dapat menjual produksinya
dibawah harga karena mereka cukup kuat. Itulah yang memaksa perusahan-perusahaan yang lebih kecil
untuk menyerah dan menutup usahanya. Sekaligus,untuk penjualan produksi sama sekali hilang.

Krisis-krisis produksi berlebihan itu,menutut Marx,terjadi secara periodik. Pada saat itu kapitalis
tidak bisa menjual produksinya lagi,terpaksa ia mengurangi produksi. Sekaligus ia mengeluarkan buruh-
buruhnya. Dengan daya beli masyarakat yang sangat kurang,karena makin banyak orang yang tidak
memiliki pekerjaan,jadi tidak memperoleh upah dan karena itu tidak bisa membeli apa-apa. Walaupun
daya beli masyarakat terus berkurang,kapitalis-kapitalis yang masih ada terpaksa berusaha memperbesar
produksi sedapat-dapatnya untuk mempertahankan profit mereka meskipun harga jual mereka murah.
Oleh karena itu krisis-krisis berlebihan produksi makin menjadi. Krisis itu menambah usaha kaum
kapitalis untuk mencarib pasaran-pasaran baru (disinilah tempatnya teori imperialisme Lennin,yang
akan kita bicarakan dibawah). Tetapi akhirnya tidak ada pasaran semacam itu lagi. Krisis yang
disebabkan oleh produksi yang berlebihan dan pengurangan daya beli masyarakat meliputi seluruh
dunia,dan menghancurkan sistem kapitalis. Sistem itu tidak lagi kuatuntuk mendobrak lingkaran
tersebut.

Kelihatanlah bahwa bentuk produksi kapitalis telah menjadi belenggu yang mengerem kemajuan
produksi. Belenggu tiu harus diletuskan. Maka diletuskanlah dalam revolusi. Penghapusan hak milik
pribadi atas alat-alat produksi sekaligus manghapus paksaan untuk mencari profit. Pertentanagan antara
hubungan-hubungan produksi dan alat-alat produktif hilang,dan ummat manusia memasuki tahap
kemajuan kontinyu tanpa ada penghisapan lagi.

d. Catatan-catatan Kritis

perlu kita ketahui,ramalan-ramalan Marx tanpa kekecualian ternyata tidak terpenuhi. Memang
telah menjadi suatu konsentrasi modal,tetapi kelas-kelas tengahan tetap mempertahankan diri,dan telah
menemukan posisi tersendiri dalam sistem ekonomi modern dan kelihatan tidak akan dengan cepat
dapat dihancurkan. Bukan hanya tidak terjadi suatu kemelaratan absolut kaum buruh,melainkan bagian
yang mereka dapatkan dari produksi masyarakata malahan terus bertambah. Sistem kapitalisme barat

42
justru semakin hidup karena berhasil secara terus menerus menambah daya beli masyarakat
luas,khususnya kelas buruh.

Rupa-rupanya Marx salah taksir terhadap elstisitas sistem kapitalis. Adalah tugas kaum ekonom
untuk secara terperinci menunjukkan dimana kesalahan teori Marx. Kami hanya mau menunjukkan pada
beberapa segi yang secara khusus mencolok.Tercapainya tehknologi yang lebih tinggi tidak
mengakibatkan penyederhanaan pekerjaan,melainkan justru menambah permintaan akan tenaga kerja
yang berkeahlian tinggi,yang suah tentu lebih mahal. Di berbagai negara indusri masalah pengangguran
tidak begitu besar,malahan sering kekurangan tenaga kerja,kecuali dalam keadaan resesi. Situasi itu
justru memperkuat kedudukan kaum buruh dan memaksakan perlunya diadakan reformasi sosial yang
juga menjamin eksistensi para penganggur,dan dengan demikian juga menjamin daya beli dari
masyarakat tersebut.

Zaman sekarang suda tidak ada lagi ananrki produksi,dimana setiap orang kapitalis secara
sendiri-sendiri begitu saja menambah produksinya sampao timbul krisis. Produksi pada zaman sekarang
ini ditentukan dengan amat teliti berdasarkan analisis ilmiah terhadap kemungkinan-kemungkinan
pasar. Marx tidak memperhatikan kemungkinan bahwa negara mengendalikan kongjungtur pasar
ekonomi sebagaimana kemudian dikembangkan oleh Keynes secara ilmiah.

Itu tidak berarti bahwa kaptalisme tidak kenal krisis-krisis. Tetapi sampai sekarang kelihatan
bahwa kapitalisme memiliki peralatan untuk mengatasi krisis-krisis itu. Karena kapitalisme di negara-
negara industri juga berhasil untuk memperdamaikan kelas buruh dengan sistemnya,sistem ekonomi
kapitalis kelihatan telah distabilisasikan untuk sementara waktu. Pada zaman sekarang ancaman
terhadap sistem kapitalis kelihatan muncul bukan pertama-tama dari faktor-faktor sosial di dalam
negeri,melainkan oleh perbedaan tingkat hidup internasional dan oleh faktor-faktor keterbatasan alam
atau keruskan lingkungan.

BAGIAN KEDUA : DARI ENGELS SAMPAI MAO TSE-TUNG

I. Engels dan Sosial Demokat Jerman

Dalam bagian kedua ini kami akan membicarakan bagaimana Marxisme dapat menjadi suatu
kekuatan politik yang secara defenitif mengubah sejarah manusia. Bagian ini akan kami bagi lagi menjadi
empat pokok. Kami mulai dengan saat antara wafatnya Marx dan revolusi Oktober. Periode itu sering
disebut periode internasionale II,yang telah menggantikan internasionale I dalam tahun 80-an.
Internasonale II itu partai-partai buruh Marxis. Diantara mereka yang paling berpengaruh adalah partai
sosial-demokrat Jerman,karena mempunyai anggota paling banyak dan pemikir-pemikirnya diakui
umum sebagai ahli waris guru besar Marx.

Pokok kedua,sudah semestinya,adalah Lenin dengan revolusi oktober dan hasil-hasilnya. Pokok
ketiga membicarakan gerakan komunis internasional sesudah didirikannya Uni Soviet,sedangkan pokok
keempat akan membicarakan tiga negara komunis yang tidak termasuk kawanan Moskow. Mari
sekarang kita kembali ke gerakan buruh Jerman.

Marx dan Engels sendiri tidak pernah menduduki suatu posisi resmi dalam gerakan buruh
Jerman,apalagi dalam gerakan buruh Perancis dan Inggris. Waktu Marx masih hidup,pengaruh mereka
malah tidak begitu besar. Dalam gerakan buruh Jerman,ide-ide dari Ferdinand Lassalle lebih

43
berpengaruh. Dialah yang berhasil melepaskan gerakan buruh dari persekutuannya dengan
liberalisme,dan memberikan suatu identitas sendiri kepada mereka. Marx memang diperhatikan,tetapi
para pemimpin pertai sosial-demokrat,begitulah nama organisasi politik gerakan buruh jerman,selalu
bersikap hati-hati dalam mengikuti nasihat-nasihat dari si pemikir dan teoritisi yang selalu membuat
kesan sedikit fantastis itu.

Tetapi berkat usaha Engels untuk mempopulerkan isi teori Marx,maka sesudah Marx
meninggal,Marxisme malahan semakin berpengaruh sampai diterimah secara resmi sebagai ideologi
partai sosial-demokrat pada kongres partai di Erfurt tahun 1891. Partai buruh Jerman,dengan
demikian,secara resmi menjadi Marxis. Kita akan mulai dengan membicarakan beberapa pokok
sumbangan pikiran Engels,teman Marx dan “penerjemah” penting teori-teorinya. Kemudian kita akan
membicarakan dua krisis besar dalam Marxisme pada periode intersionale II itu,yakni perselisihan
revolusionisme dan perpecahan partai sosial-demikrat kedua sayap.

A. Friedrich Engel

Friedrich Engels lahir pada tahun 1820 sebagai anak soerang pengusaha tekstil kaya di
Bermen,Jerman. Melihat penderitaan besar kaum buruh dalam pabrik-pabrik orang tuanya,Engels
sampai memeluk sosialisme. Pada tahun 1844 ia untuk pertama kalinya bertemu dengan Marx di Paris.
Keduanya langsung cocok satu sama lain,dan terjalinlah persahabatan yang bertahan sampai akhir hidup
mereka. Pada tahun 1850 Engels menjadi pemilik sebagian pabrik kedua yang dimiliki ayahnya,yang
terletak di Manchester,Inggris. Pendapatannya yang besar memungkinkannya terus membantu
Marx,yang selalu berada dalam kesulitan keuangan serta untuk menjamin Marx dan keluarganya dapat
menjalani tahun-tahun terakhir hidupnya dengan tentram dan terjamin.

Engels mempunyai kepribadian yang jauh lebih simpatik dari pada Marx,ia menulis dengan
sangat mudah dan berhasil mengungkapkan pikiran-pikiran Marx dengan cara sederhana,sehingga
dapat diketahui dan di pahami publik yang lebih luas. Ia meninggal dunia pada tahun 1895.

1. Dari Ajaran Marx ke Marxisme

Jasa Engels dalam menyebarkan luaskan Marxisme bukan hanya terletak dalam popularisasi
teori-yeori Marx. Melainkan Engels lah yang dari berbagai pendapat dan teori Marx,yang sebetulnya
tidak semua cocok satu sama lain,mulai menciptakan suatu ideologi menyeluruh,yang kemudian
dinamakan “pandangam dunia ilmiah sosialisme” atau Marxisme.

Dalam bukunya,yang berjudul Anti-Duhring,Herr Eugen During’s Revolusition in Science, ia


memberikan suatu uraian sistematik tentang teori-teori Marx. Engels menyimpulkan seluruh
perkembangan sejarah secara tegas dari faktor-faktor ekonomis dan menggambarkan komunisme
sebagai akibat yang tak terelakkan dari hukum-hukum objektif gerakan kapitalisme. Dalam hal ini
kelihatanlah pengaruh teori evolusi Chales Darwin. Seluruh sistem Marx dimengerti oleh Engels secara
evolusionis,sebagai perkembangan kontunyiu ke arah sosialisme. Engels berusaha menimbulkan kesan
bahwa Marxisme merupakan sistem yang menyeluruh,suatu pandangan dunia yang lengkap,yang dapat
menjawab semua pertanyaan hidup manusia. Semua segi dan bidang hidup dibicarakan dalam sistem
ini. Dengan demikian Marxisme menjadi Pseudo-agama suatu ideologi yang bertugas untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan hidup manusia sebagai mana dulu dilaksanakan oleh agama. Untuk ajaran ajaran
masyarakatnya,Engels mengembangkan suatu filsafat alam yang berfungsi sebagai ontologi Marxisme.

2. Materialisme Dialiktis

44
Kalau Marx hanya memberikan filsafat masyarakat,Engels juga memberikan filsafat alam.
Filsafat alam ini kemudian lebih jauh lagi oleh Lenin,dan dinamakan materialisme dialektis atau diamat.
Di dalamnya ducoba untuk mengawinkan pandangan materialis tentang dunia dengan dialektika Hegel.

a. M a t e r i a l i s m e

sebagai materialisme, materialisme dialektis menyatakan tiga hal :

(1) Pengetahuan kita tidak menciptakan dunia luar yang kita lihat,melainkan hanya mencerminkan
panca indera kita. Dengan demikian di tolak zaman idealisme (yang hampir tidak pernah ada
orang yang memegangnya) yang,misalnya,yang berpendapat bahwa seekor sapi kelihatan
dipadang rumput karena kita melihatnya,dan bukanlah kita melihat sapi itu karena sapi itu
memang ada. Pendapat aneh itu di tolak oleh Engels,boleh saja. Namun,perlu dicatat,pendapat
Engels ini sebetulnya bukan “materialisme” melainkan “realisme”. “Realisme” itu istilah yang
dipakai dalam filsafat pengetahuan untuk pendapat yang menyatakan bahwa apa yang kita
ketahui,kita lihat,memang ada secara nyata,juga lepas dari pengetauhan kita. Realisme itu sama
sekali bukan suatu penemuan baru. Kelamahan Engels (maupun Lenin) dalam hubungan ini,ia
tidak berusaha menjawab secara terperinci dan ilmiah teori-teori pengetahuan sebagai mana di
kembangkan filsuf-filsuf seperti Immanuel Kant yang telah membuktikan secara gamblang
bahwa proses pengetahuan dan pengertian manusia bukan sesuatu yang sederhana.
(2) Tidak ada Allah,dan materi itu abadi. Jadi materialisme Engels bersifat Atheis. Engels tidak
berusaha membuktikan kebenaran anggapannya itu dan tidak pula berusaha menjelaskan teka-
teki bagaimana ia dapat memastikan bahwa Allah itu tidak kalau pengetahuan kita terbatas pada
dunia panca indera. Bukankah ia paling-paling dapat mengatakan,ia tidak tahu apakah Allah ada
atau tidak
(3) Mengenai manusia,badan adalah primer dan roh itu sekunder. Diamat tidak menolak kerohanian
manusia,tetapi menganggap roh sebagai fungsi dari materi yang telah mencapai organisasinya
yang tertinggi,yaitu dalam bentuk otak. Teori ini bersifat materialis,tetapi tidak dengan
sendirinya ateis. Dan Engels tidak berusaha menerangkan bagaimana materi yang terbagi-bagi
dalam ruang dan waktu itu dapat mengungkapkan diri sebagai pemikiran yang jangkauannya
mengatasi batas-batas waku dan ruang.

b. D i a l e k t i k a

Dialektika adalah bagian diamat yang paling dibanggakan oleh filsuf-filsuf komunis. Mereka
percaya,dengan bantuan dialektika itu primitivitas dari materialisme kuno telah mereka atasi,dan
dialektika mengizinkan mereka untuk sekaligus mempertahankan paham materialis maupun
keunggulan hakiki manusia dengan rohnya terhadap dunia lain. Dialektika itu dapat dirumuskan dalam
tiga hukum :

(1) Hukum persatuan dan perjuangan unsur-unsur yang bertentangan : dalam setiap benda terdapat
dua segi yang saling mengandaikan dan sekaligus berlawanan,utara-selatan,kiri-kanan,listrik
positif-negatif,sebab-akibat,aksi-reaksi. Pertentangan-pertentangan atau,dalam istilah Engels dan
lenin, kontradiksi-kontradiksi ini merupakan asal usul segala gerakan alam semesta. Sayang
tidak mereka terangkan dimana,dalam contoh-contoh itu yang hanya menunjukkan dua segi
masing-masing,harus dicari kontradiksi atau pertentangannya.
(2) Hukum Loncatan dialektis atau perubahan kuantitatif ke kualitatif. Dengan ini dimaksud,apabila
ketegangan suatu benda semakin menjadi,maka akhirnya benda itu akan meloncat ke suatu

45
tahap eksistensi yang lebih tinggi secara hakiki. Contoh yang selalu mereka kemukakan adalah
air,yang bila dipanasi terus akhirnya berubah kualitasnya dari bahan cair manjadi gas,yaitu uap.
Contoh ini memperlihatkan juga kelemahan dan kesederhanaan teori ini : (i) pemanasan air
bukan akibat kontradiksi dalam air itu sendiri,tetapi dari luar ditambahkan energi kepadanya, da
(ii) uap itu bukan sesuatu yang berbeda secara kualitatif dari air. Dengan loncatan dialektis ini
kaum komunis merasa, misalnya, dapat menerangkan bahwa manusia adalah mahkluk yang
secara hakiki lebih tinggi bentuk hidupnya dari pada maksud lain. Terhadap materialisme kuno
yang biasa disebut materialisme vulger,materialisme dialektis membanggakan diri bahwa ia
justru dapat mengakui kekhasan manusia sebagai makhluk rohani,yang dalam suatu loncatan
dialektika mengatasi dunia binatang secara hakiki.
(3) Hukum negasi dari negasi : apa yang di negasi (ditolak) tidak begitu saj ditiadakan,melainkan
akan sekaligus dipertahankan dan kembali pada tingkat yang lebih tinggi. Sebuah biji,
misalnya,dinegasi apabila dikuburkan dalam tanah,tetapi tetapi penguburan itu adalah syarat
terjadinya tumbuhan baru,tumbuhan itu adalah negasi dari negasi biji tadi. Contoh ini pun
memperlihatkan teori ini berbunyi hebat,tetapi,atau merupakan,nonsense sama sekali sudah
lama diketahui. Karena apabila biji itu sudah saya hancurkan betul-betul,jadi saya menegasikan
habis-habisan,lantas biji itu hancur dan tidak akan terjadi tumbuhan baru darinya,dan
dialektikanya sudah mati.
Materialisme dialektis sampai sekarang diajarkan dalam semua buku filsafat kaum komunis dan
dianggap sebagai dasar filsafat ontologi mereka. Diluar lingkungan dokmatis itu materialisme
dialektis dianggap sebagai teori yang amat lemah dan sebetulnya dibawah standar ilmiah
minimal. Tidak dapat diragukan,ajaran mengenai dialektika alam merupakan titik yang terlemah
dalam bangunan teori kaum komunis.

3. Pengaruh Engels Atas Gerakan Kaum Buruh

Pada umur tuanya friederich Engels telah menjadi semacam “bapak” dan “guru” gerakan
Jerman. Usahanya untuk memopularisasikan ajaran Marx semakin mempengaruhi gerakan buruh itu.
Justru “perkawinan” antara teori sosialisme dan teori evolusi sesuai dengan semangat zaman itu. Lama-
kelamaan karya-karya Marx dan Engels menjadi semacam kitab suci gerakan buruh. Sekali gus tekanan
pada segi evolusionis mengurangi arti aksi-aksi revolusioner,dan semaikin menggeser implikasi-
implikasi praktis Marxisme dari kesadaran kaum sosial-demokrat.

B. Perselisihan Revolusionisme

1. Perkembangan Marxisme sesudah Marx

Karena pengaruh Engels,Marxisme semakin berpengaruh dilingkungan gerakan buruh Jerman.


Sayap Marxis semakin dipimpin oleh dua tokoh,yaitu Karl Kautsky dan Eduard Bernstein. Aliran-aliran
sosialisme bukan-Marxis makin lama semakin didesak kepinggir oleh mereka. Dalam usaha ini mereka
dibantu undang-undang anti sosialisme yang dipasang pemerintah Jerman di bawah Kanselir
Bismarck,tahun 1878,yang melarang segala kegiatan politik partai sosial-demokrat. Undang-undang ini
merupakan pukulan hebat buat sayap partai yang mendukung kerja sama moderat dengan
pemerintah,dan di lain pihak seakan-akan membenarkan pendapat Marx bahwa negara hanyalah alat
dari kelas yang berkuasa.

46
Pada kongres partai di Erfurt,tahun 1891,aliran Marxis mencapai kemenangan mutlak. Diterima
suatu program partai yang sungguh-sungguh Marxis. Partai sosial-demokrat Jerman menjadi partai
Marxis yang terbesar di Eropa. Oleh karena itu internasionale II yang dikuasai partai buruh Jerman
menjadi Marxis pula. Internasionale itu betul-betul suatu forum pertemuan internasional,dimana wakil-
wakil dari semua partai buruh diseluruh Eropa bertemu dan saling berkenalan,termasuk wakil-wakil
sosial-demokrat Rusia seperti Martov,Plechanov,dan Lenin.

Marxisme ala Erfurt itu,dan dengan demikian marxsisme internasionale II,mempunyai ciri khas.
Yaitu anggapan bahwa perkembangan sejarah berjalan dengan kepastian alam karena berdasarkan
faktor-faktor ekonomis. Sudah pasti,kapitalisme terus mempertajam penghisapanya terhadap kaum
buruh dan akan ambruk dengan sendirinya. Sehingga,kedatangan zaman sosialisme akan tiba dengan
kepastian gerhana matahari berikutnya.

Walaupun kepercayaan akan keniscayaan keruntuhan kapitalisme ada dasarnya dalam ajaran
Marx,namun merupakan suatu simplifikasi yang berat sebelah. Marx memang akhirnya mengembalikan
perkembangan masyarakat pada faktor-faktor ekonomis. Tetapi faktor ekonomis hanya mengakibatkan
keruntuhan kapitalisme melalui perjuangan kelas. Tetapi paham bahwa keruntuhan itu seakan-akan
datang secara otomatis meski menidurkan perjuangan kelas : mengapa susah paya berjuang apabila
kemenangan toh akan datang dengan sendirinya? Padahal,tanpa perjuangan kelas sosialisme mustahil
bisa tercapai.

Vulgerisasi teori Marx tentang bakal runtuhnya kapitalisme itu sebagian kesalahan Marx
sendiri,yang kadang-kadang membuat kesan seakan-akan itulah yang dimaksud (misal dalam prakata
Marx dalam terbitan kedua jilid pertama Das Kapital). Tetapi “pendosa utama” kiranya adalah Engels
yang tidak menangkap paham dialektika sejarah : dalam dialektika sejarah,perjuangan kelas memainkan
peran utama. Engels menggantikan dialektika itu dengan ide revolusi Darwin terhadap Marxisme waktu
itu. Kautsky pun,yang dapat dipandang sebagai wakil seluruh ahli teori-teor sosialis itu,sangat
dipengaruhi oleh paham Darwinisme yang dengan sendirinya,dari suatu teori ilmu alam telah merosot
mejadi semacam pandangan dunia menyeluruh. Mereka itu menerimah pandangan dunia
materialis,yang menurut perkataan mereka sendiri,dalam bentuk Darwinisme yang “diperdalam” dan
“disesuaikan” secara Marxis. Interpretasi evolusionis pernyataan-pernyataan Marxisme
memperliahatkan Deteminisme ekonomis sebagai unsur yang paling penting dalam ajaran Marxis.

Dengan demikian sintesis antara determinisme ekonomis yang menyediakan syarat-syarat, dan
aktivisme politik revolusioner yang akan melaksanakan apa yang kemungkinanoleh kondisi-kondisi
itu,sudah pecah. Apa yang pada Marx terdapat sebagai kecondongan,telah berubah menjadi hukum satu-
satunya,dan apa yang berlaku hanya menjadi suatu perkembanga kontinyu. Akhirnya, bagaikan
peristiwa alam,keluarlah revolusi sosialis dari almari sejarah yang tinggal disambut oleh proletariat yang
telah siap : “tugas kita bukan mengorganisasikan revolusi melainkan mengorganisasikan kita demi
revolusi,bukan untuk membuat revolusi melainkan untuk menggunakannya”, ujar Kautsky.

2. R e v i s i o n i s m e

Interpretasi Marxisme inilah yang pada akhir abad lalu menghasilkan reaksi revesionis. Wakil
utamanya adalah Edward Bernstein ; yang mencari pemulihan kesatuan antara teori Marxisme dengan
praksis politik partai Sosial-Demokrat. Kesatuan itu mau tercapai dengan cara, teori harus disesuaikan

47
terhadap praksis. Artinya, harus direvisi sesuai dengan kondisi-kondisi yang berlangku. Menurut
Bernstein, Marxismepun, seperti teori ilmiah lain, selalu harus disesuaikan dengan perkembangan yang
nyata, dengan realita.

Revisi itu, menurut Bernstein, harus diadakan kedua arah. Pertama, perkembangan kapitalisme
ternyata berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Marx dan Engels. Kelihatan bahwa kapitalisme dapat
menyasuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru. Digoncang krisis demi krisis kapitalisme
menstabilisasikan diri dan dan mulai menciptakan kesejahteraan umum yang semakin besar. Konsentrasi
modal memang kelihatan dengan jelas, tetapi toh tidak berhasil untuk menidakan kelas-kelas menengah;
sebaliknya kelas-kelas menengah yaitu para pengusaha kecil, pedagang, dan tukang berhasil
menemukan tempatnya dalam sistem kapitalisme. Kecuali itu, kelihatan kaum buruh makin lama makin
baik keadaan hidupnya.berdasarkan pengamatan-pengamatan ini, Bernstein menyerang determinisme
ekonomis : ia menyangkal keniscayaan revolusi dan menuntut politik reformasi sebagai gantinya.
Melalui reformasi-reformsi sosial, masyarakat akan “ tumbuh kedalam sosialisme”.

Pelepasan determinisme ekonomis itu menghasilkan unsur kedua revisi Marxise. Bernstein
mengkritik kerangka basis bangunan-atas. Bernstein menolak untuk memandang pandangan-pandangan
dan cita-cita moral manusia melulu sebagai ungkapan keniscayaan ekonomis. Sebagai akibat pendapat
ini, dibawah pengaruh beberapa filsuf Neo-Kantian,muncullah tuntutan untuk melengkapi Marxisme
dengan suatu etika. Etika itu, katanya, masih kurang dalam sistem Marx. Sosialisme tidak lagi dipandang
sebagai hasil dari keniscayaan sejarah yang buta, melainkan sebagai tuntutan cita-cita moral yang tinggi.
Cohen, misalnya, menulis “ Sosialisme itu berhak ada, sejauh berdasarkan pada idealisme etika.”

Membuat sosialisme menjadi postulat moral memang tidak dapat disesuaikan sama sekali
dengan Marx. Maksud Marx justru untuk menolak perubahan masyarakat yang berdasarkan tuntutan-
tuntutan moral. Ia justru mau memperlihatkan, sosialisme itu akan terwujud bukan karna cita-cita
idealisme, melainkan karena gerakan sejarah secara objektif menuju kepadanya. Begitu pula, kalau
Bernstein menolak prioritas syarat-syarat ekonomis dan dengan demikian juga keniscayaan
perkembangan masyarakat, ia menyimpang dari ajaran Marx secara fundamental.

Oleh karena itu dapat dimengerti bila kaum ortodoks dibawah Kautsky bereaksi keras terhadap
revisionisme. Sejak itulah kaum Marxis menganggap “revisionisme”, yang berpendapat bahwa teori-teori
Marx harus disesuaikan dengan realitas, sebagai penyelewengan terbesar dari ajaran Marxisme yang
sebenarnya. Revisionisme sama dengan murtad dari Marx. Apakah penolakan terhadap revisionisme
melulu dikarenakan kesetiaan kaum Marxis terhadap sifat revolusioner Marxisme? Ataukah barangkali
dalam benak kaum Marxis tersembunyi kekhawatiran bila satu dua unsur dalam dalam teori Marx harus
“ disesuaikan dengan kenyataan” karena memang tidak sesuai, seluruh bangunan Marxisme bisa
runtuh? Menyangsikan sebagian dari suatu ideologi ; memang sering membahayakan keseluruhannya.

Ternyata hanya sayap kanan Partai Sosial-Demokrat Jerman mengikuti Bernstein. Pusat, apalagi
sayap kiri, antrevisionis. Namun tak lama kemudiaan kelihatan antara Marxisme ala Kautsky dan
revisionisme Bernstein sebetulnya tak ada jurang yang begitu lebar.

C. Demokrasi Sosial atau Sosialisme Revolusioner?

1. Demokratisme

“ Demokratisme” adalah istilah bagi pendapat yang menyatakan bahwa sosialisme itu hanya
boleh diusahakan sesuai dengan aturan-aturan demokrasi parlementer. Dengan sendirinya

48
demokratisme dipeluk oleh Bernstein cs. Ia mendesak agar partai memindahkan titik berat kegiatannya
kepada pendidikan serikat-serikat buruh dan koperasi-koperasi konsumtif. Ia menuntut reformasi-
reformasi sosial. Ketimbang mengejar revolusi, buruh-buruh mestinya mengejar demokrasi. Melalui
demokrasi, buruh-buruh akan mencapai kekuasaan. Bernstein sekaligus menolak paham negara kelas.
Degara yang demokratis dianggapnya sebagai pembela hukum dan tata tertib masyarakat. Ia
mengkhawatirkan bahwa dengan menghasut buruh-buruh supaya mau berevolusi hanya akan
menghasilkan keadaan anarkis.

Sebetulnya Kautsky menolak anggapan demokratisme itu. Ditegaskannya, Partai Sosial


Demokrat itu bukan suatu partai demokrasi atas reformasi, dan sosialisme hanya bisa dicapai melalui
revolusi. Tapi tindakanya tidak sesuai dengan pandangan yang diakuinya secara resmi itu. Bukan hanya
sayap kanan, pusat Partai Sosial-Demokratpun semakin menjauhkan diri dari segala kegiatan
revolusioner. Penolakan terhadap demokratisme semakin hanya bersifat verbal saja.

Kiranya ada dua alasan yang mengakibatkan penggeseran kearah demokratisme itu. Yang
pertama adalah paham ekonomistis-evolusioner terhadap Marxisme yang telah kami sebut diatas. Yakni,
kepercayaan bahwa kapitalsme bedasarkan hukum-hukum ekonominya sendiri dengan pasti akan
berkembang kearah sosialisme . dan, begitu orang dapat bertanya, apabila sosialisme toh akan datang,
mengapa ribut-ribut mengadakan aksi-aksi revolusioner.

Alasan kedua adalah bahwa sesudah kegiatan larangan politik bagi partai sosial-demokrat
dicabut pada tahun 1892,partai itu mencapai kemajuan yang mengagumkan dalam setiap pemilihan
umum. Sebelum tahun 1910 mereka sudah merupakan partai terbesar dalam “Reichstag” (parlemen
Jerman).

Jalan pemikiran kaun sosial-demokrat adalah berikut : bagaimana pun juga sosialisme baru
dapat diadakan apabila proletariat telah merupakan mayoritas terbesar suatu bangsa. Tetapi dalam
negara demokrasi mayoritas suatu bangsa,dengan sendirinya,mendapat kekuasaan. Maka tidak masuk
akal proletariat mengadakan aksi-aksi revolusioner.mereka tinggal saja menunggu hingga merupakan
mayoritas,dan dengan sendirinya merekalah yang berkuasa. Dan apabila mereka membentuk
pemerintahan mayoritas,mereka akan mengambil tindakan-tindakan untuk memulai sosialisme,tetap
dalam kerangka undang-undang dasar dan hak asasi,misalnya dengan cara menasionalisasikan
perusahaan-perusahaan besar. “sosialisme melalui kartu pilih” itulah semboyan zaman itu. Dengan
adanya bentuk negara yang demokratis,paham paham revolusi bersenjata,menurut Kautsky,harus masuk
kotak.

Pergeseran mayoritas besar partai sosial-demokrat Jerman ke sikap demokratisme,yang


sebetulnya dirintis kaum revolusionis,amat besar artinya buat masa depan gerakan buruh internasional.
Pergeseran terdapat juga dalam partai-partai sosial-demokrat Eropa yang lain. Di dalamnya kelihatan
suatu perubahan mendalam pada nilai-nilai kaum buruh. Kemajuan disegala bidang yang mereka alami
menomor duakan kesadaran kelas mereka. Nilai tertinggi buat mereka pun cita-cita demokrasi,kebeasan
dan hak azasi. Mereka tetap dengan militan memperjuangkan upah dan syarat-syarat kerja yang lebih
baik. Tetapi batin mereka terikat pada cita-cita demokrasi, kebebasan dan mereka akan menolak segala
jalan ke sosialisme yang tidak demoratis.

Pergeseran itu mempunyai akibat lain lagi : partai-partai sosial-demokrat yang mula-mula
secara konsekuen bersifat internasional,makin lama makin bersifat nasional. Kenyataan ini menjadi
terang benderang dalam bulan agustus 1914,waktu fraksi sosial-demokrat Jerman dalam perang antar

49
kaum kapitalis,dan oleh karena itu untuk ikut serta),menyetujui penyediaan-penyediaan kredit-kredit
perang bagi pemerintah. Begitu pula partai Sosialis di Perancis dan Inggris. Tapi,secara konsekuen,tiga
tahun kemudian Kautsky,Bernstein,dan mayoritas besar partai menolak rezim Bolshevis hasil revolusi
oktober di Rusia,atas nama kebebasan dan demokrasi dan ikut menindas pemberontakan-
pemberontakan komunis yang muncul sesudah kekalahan perang dunia I.

2. Rosa Luxemburg dan Perpecahan Dalam Gerakan Buruh

Rosa Luxemburg merupakan salah satu pemimpin sayap kiri partai sosial-demokrat dan
seprang ahli teori praksis Marxisme yang paling gemilang. Ia berasal dari Polandia,dan tahun 1897 ia
pindah ke Jerman. Beberapa tahun lamanya ia berada dalam penjara-penjara,antara lain karena
menentang perang dunia. Pada tahun 1919 Rosa Luxemburg ditangkap sesudah suatu percobaan
pemberontakan partai komunis di Berlin yang gagal,dipukuli sampai mati.

Dalam perselisihan revisionisme Rosa Luxemburg berdiri dipihak Kautsky,ia melawan pendapat
bahwa sosialisme harus dilengkapi dengan suatu etika. Ia mempertahankan bahwa jaminan untuk
peleksanaan sosialisme tidak terletak dalam cita-cita orang,melainkan dalam keadaan ekonomis
masyarakat kapitalis. Dengan tajam ia menentang pendapat revisionis bahwa kita harus hati-hati dalam
menggerakkan proletariat,jangan sampai kita beri angin terhadap tendensi-tendensi anarkis.
Sosialisme,hanya mungkin sebagai hasil dari suatu deretan perjuangan dimana didalamnya kaum buruh
belajar bagaimana harus berjuang. Dengan demikian lama-kelamaan susunan ekonomi kapitalis semakin
goncang.

Tak kalah tegas, Rosa Luxemburg melawan pendapat yang menyatakan bahwa sosialisme dapat
tercapai dengan jalan demokratis. Dalam hal ini ia berlawanan dengan Kautsky. Sesuai dengan
Marx,Rosa Luxemburg mempertahankan bahwa negara secara hakiki merupakan negara kelas,termasuk
juga demokrasi parlementer,dan dimana negara kebetulan menjalankan tuntutan-tuntutan
proletariat,tentu dubuatnya demikian karena sekaligus sesuai dengan kepentingan kelas-kelas yang
berkuasa. Sesudah sosial-demokrat Jerman menyetujui kredit-kredit perang, Rosa Luxemburg
mengatakan,”sesudah tanggal 4 agustus 1914,sosial-demokrat Jerman merupakan mayat yang bau”

Bersama temannya disayap kiri,ia kemudian mendirikan serikat Spartacus (disebut menurut
Spartacus,pemimpin pemberontakan budak romawi 73-71 SM). Dari Spartacus itu kemudian
berkembanglah partai komunis Jerman.

Dengan Rosa Luxemburg dan Karl Kautsky kita berhadapan dengan dua wakil Marxisme yang
memperlihatkan ketegangan yang ada dalam teori itu. Seperti di Jerman, begitu juga di Negara-negara
lain pada waktu perang dunia 1 atau sesudahnya,gerakan buruh itu pecah. Mayoritas yang bersikap
seperti Kautsky secara konsekuen merangkul jalan demokrasi dan menganggap kebebasan individu
sebagai tujuan Negara tertinggi,melepaskan tujuan revolusi dan,dengan demikian,lama-kelamaan
kehilangan unsur Marxisnya. Partai macam itu,misalnya partai social-demokrat di Jerman
sekarang,partai sosialis di Swedia, Labour Party di Inggris,dan lain sebagainya. Dari mereka,sayap kiri
yang radikal revolisioner dan mendambakan diktatur Proletariat memisahkan diri. Partai-partai inilah
yang menjadi partai-partai komunis.

Tetapi Rosa Luxemburg masih dalam segi lain seorang Marxis sejati yang orisinal,dan
pembunuhannya dilihat dari perspektif itu,justru membuka jalan bagi komunisme ala Lennin. Rosa
selalu mempertahankan pendapat bahwa revolusi hanya dapat timbul dari spontanitas massa rakyat. Ia

50
menolak paham sentralisme demokratis Lenin,yang membenarkan pemegang kekuasaan ketat oleh
partai atas massa rakyat. Dengan tajam disadarinya konsepsi itu menghasilkan penaklukan proletariat
oleh suatu birokrasi yang maha kuasa. Bagi Rosa Luxemburg pun kebebasan rakyat tidak dapat ditawar-
tawar.

Dengan demikian tahun 1910-an abad ini terlihat perpecahan defenitif garakan buruh ke dalam
sayap sosialis yang demokratis dan sayap sosialis radikal revolusioner. Tetapi perpecahan itu bukan
melulu akibat perselisihan-perselisihan teoritis saja. Artinya,baru menjadi terang pada latar belakang
system kekuasaan Marxis pertama yang berhasil dibangun Lenin.

II. Lenin dan Revolusi Oktober

Lenin,atau Vladimir Ilyic Ulyanov,termasuk orang yang menentukan abad kita sedalam-
dalamnya. Artinya bukan pertama-tama dalam karya-karya teoritisnya (dan oleh karena itu uarian kami
tetntang teori-teorinya lebih pendek dari pada teori-teori Marx) meski teori-teorinya menjadi bagian baru
dan pokok dalam ajaran komunisme, melainkan dalam kenyataan dibawah pimpinannya terlaksana
revolusi Oktober di Rusia. Bagaimana pun kita memulai revolusi ini,dalah kenyataan bahwa Lenin
merupakan orang revolusioner pertama dalam abad ke 20 ini yang berhasil, kenyataan pula Uni Soviet
yang diciptakannya sekarang merupakan kekuasaan militer dan industry ke dua di dunia. Kita akan
memperkenalkan orangnya dahulu,sebelum kita membicarakan secara singkat beberapa dari gagasan
pokoknya.

A. O r a n g n y a

Lenin lahir tahun 1870 sebagai anak seorang bangsawan rendah. Kakaknya,selaku
mahasiswa,terlibat dalam lingkungan revolusioner dan ikut merencanakan suatu penyerangan bom
terhadap Tsar. Sebelum serangan itu dapat dijalankan,ia ditangkap dan kemudian dihukum mati. Waktu
itu Lenin bersumpah,”itu akan kubalas pada mereka,itu sumpahku”. Setahun kemudian Lenin mulai
membaca Marx. Sesudah ia menyelesaikan study hukum dan sebentar menjalankan praksis hukum,ia
memasuki gerakan revolusioner yang waktu itu didukung beberapa kelompok buruh Sosial-Demokrat di
Patersburg. Ia ditangkap dan diasingkan tiga tahun lamanya ke Siberia. Disana ia hidup tidak terlalu
susah dan mempunyai banyak waktu untuk belajar. Pada tahun 1900 Lenin pinfah ke Eropa
Barat,dimana ia dengan beberapa interupsi,tetap tinggal sampai tahun 1917. Disana ia memasuki kaum
Sosial-Demokrat Rusia,dan bersama mereka diterbitkannya majalah gelap bernama “iskra” (bunga api).

Pada kongres partai kedua,1903 tuntutan Lenin untuk mengubah. Partai Sosial-Demokrat
menjadi partai saya baru,yakni suatu partai revolusioner dengan pimpinan pusat yang ketat,ditolak oleh
sebagian partai sehingga partai pecah ke dalam sayap moderat,dan kaum Menshevik,dan sayap Lenin
sendiri,kaum Bolshevik.

Selama dipembuangan,Lenin sangat aktiv. Ia belajar dan banyak menulis. Apa yang ditulisnya
selalu bersifat polemis. Lenin tidak menulis demi teori saja,melainkan selalu berhadapan dengan lawan.
Itupun berlaku untuk bidang filsfat. Begitu,misalnya,Lenin melengkapi materialisme dialegtis Engels
(suatu jasa yang agak diragukan) untuk menghadapi pengaruh nepotivisme yang dianggapnya dapat
memperlemah daya juang kaum komunis. Demi pembajakan semangat kaum komunis Lenin --- dalam
hal ini merupakan suatu kelanjutan usaha Engels--- menegaskan bahwa Marxisme itu sebuah pandangan
dunia yang menyeluruh. Kesibukan dengan filsafat itu sebagian dapat dimengerti dari situasi khusus

51
Rusia sebelum Revolusi. Waktu itu pers di sensor ketat. Maka dari itu,kaum Marxis Rusia terpaksa
membatasi diri pada masalah-masalah teoritis saja.

Pada tanggal 12 maret 1917 Tsar Rusia digulingkan ke dalam suatu revolusi,dan pemerintahan
diambil over oleh suatu koalisi antara kaum liberal dan sosialis. Lenin dapa pulang dari luar negeri--- ia
pulang berkat bantuan staf angkatan darat Jerman (yang mengharapkan agar Lenin mengusahakan
penghentian perang terhadap Jerman)--- dan langsung menyerang pemerintahan baru itu dengan amat
ganas. Kesulitan-kesuliatn ekonomis,penderitaan perang,dan kelemahan pemerintahan itu dimanfaatkan
oleh Lenin. Pada tanggal 7 november 1917 (menurut penanggalan Rusia yang lama termasuk oktober)
Soviet Petersburg (semacam dewan buruh dan tentara) yang di kuasai pertai Bolshovik bersama-sama
buruh-buruh Petersburg dan serdadu-seradadu merah serta pelaut-pelaut benteng Kronstadt
menjatuhkan pemerintahan dan mengambil over pemerintahan kekuasaan.

Tidak berlebih-lebihan untuk mengatakan bahwa tanpa Lenin kemenangan kaum Bolshevik
tidak mungkin terjadi. Sejak ia kembali dari pengasingannya,ia mempersiapkan revolusi yang kedua
itu--- walaupun rekan-rekan separtainya tidak percaya akan kemungkinan itu. Melalui tulisan dan
ceramah-ceramahnya ia mengubah dan mematangkan suasana. Dengan semboyan “roti dan
perdamaian”,ia menuntut penyerahan tanah yang dimiliki kaum bangsawan kepada kaum petani dan
agar perang dengan Jerman segera di hentikan. Pada saat-saat yang menentukan ia mendesak komite
sentral yang masih ragu-ragu agar mereka memulai pemberontakan. Dengan semboyang “seluruh
kekuasaan kepada Soviet-Soviet” (yaitu dewan-dewan buruhdan tentara tadi) ia berhasil mendapat
dukungan,bahkan juga dari massa yang tidak termasuk kaum Bolshevik. Tetapi ia pun tidak ragu-ragu
sedikitpun untuk,pada bulan Januari 1918,membubarkan begitu saja satu-satunya dewan konstituante
yang pernah dipilih dengan bebas di Rusia,dengan bantuan penembak-penembak jitu dari Latvia,ketika
ia merasa konstituante itu dapat mengancam kekuasan partai komunis.

Dalam pandangan Lenin,revolusu Oktober itu sebagian dari revolusi dunia. Sejak pecahnya
perang dunia I, Lenin selalu berusaha mengorganisasikan suatu internasionale Marxis baru yang
revolusioner. Ia menemukan dukungan terutama kaum intenasionalis yang menetang perang. Ia salah
seorang pengkritik paling tajam terhadap revolusionisme dan nasionalisme kaum sosial-demokrat. Lenin
memperluas gerakan buruh revolusioner dengan menunjuk pada Asia. Pembebasan China dan India dari
kekuasaan kaum Imperialis Eropadan Amerika,demikian pendapatnya,akan menentukan nasib revolusi
dunia. Revolusi Rusia dalam pandangannya hanya mempunyai peran sebagai anggota pengantara atau
penghubung antara revolusi Asia yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari kekuasaan kaum
imperialis dan revolusi Eropa yang bertujuan untuk membebaskan proletariat dan mendirikan
masyarakat sosialis.

Dalam politik ekonomi Lenin berani mengubah politiknya sesudah mengalami kekalahan total.
Masih sewaktu revolusi,ditengah-tengah perang saudara,hampir seluruh produksi dan perdagangan
dinasionalisasikan. Para petani dipaksa menyerahkan gandum hasil produksi mereka . pelarian banyak
pemilik dan direktur pabrik sering mangakibatkan penghentian produksi sama sekali. Ketidak puasan
kaum petani,kelaparan yang merajalela,dan oposisi kaum buruh memperlihatkan pada tahun 1921
bahwa partai harus mundur beberapa langkah. Lenin memaksa “politik ekonomi baru” (N.E.P) yang
sedikit membuka pintu bagi pedagang swasta,memperkuat hak milik kaum tani (transisi ke pajak
natural),dan sedikit membatasi campur tangan administrasi negara. Sesudah tahun 1918 Lenin menyebut
Kapitalisme Negara sebagai bentuk ekonomi paling cocok untuk Rusia saat itu. Ia berpendapat,bahwa
sosialisasi menyeluruh belum bapat dilaksanakan.

52
Pada akhir tahun 1921 kesehatan Lenin mulai merosok secara sungguh-sungguh. Pimpinan
aktual politik terpaksa diserahkan kepada sekertaris jendral partai komunis,yaitu Stalin. Lenin semakin
ragu-ragu apakah perkembangan Rusia ke arah yang betul. Dan,dalam dua surat kepada komite sentral
ia menganjurkan agar Stalin disingkirkan dari kedudukannya,karena kekerasan dan egoismenya. Pada
tanggal 21 januari 1942 ia meninggal dunia.

B. Teori Imperialisme

Dari seorang Marxis lain,yaitu Rudolf Hilferding,Lenin mengambil over dengan


mengembangkan lebih lanjut teori tentang imperialisme sebagai tahapan terakhir kapitalisme. Tesis yang
mau dibuktikan Lenin berbunyi : imperialisme itu secara hakiki merupakan kapitalisme monopol.
Kapitalisme monopol itu kapitalisme yang di dalamnya monopol-monopol telah membagi sasaran dunia
diantara mereka dan mematikan persaingan bebas,prinsip perkembangan kapitalisme. Dengan demikian
kapitalisme monopol merupakan unsur penghubung antara kapitalisme dan sosialisme. Kami akan
mengutarakan teori itu dengan lebih terperinci.

1. Terjadinya Monopol-Monopol

Marx telah meramalkan adanya konsentrasi produksi kapitalis. Pada akhir abad yang lalu, dalam
negara-negara industri yang paling maju (Inggris,Amerika Serikat,Perancis dan Jerman) konsentari itu
telah mencapai taraf tinggi sehingga sudah hampir mendekati tahap monopol. Sejumlah kecil
perusahaan-perusahaan raksasa yang masih tinggal dengan agak mudah mencapai kesatuan paham.
Keraksasaan mereka membuat munculnya saingan-saingan baru hampir mustahil. Amat
mengesankan,misalnya,konsentarasi dalam industri batu bara dan baja,begitu pula pada perusahaan-
perusahaan listrik besar dan minyak tanah. Dengan demikian persaingan bebas sampai sekarang
merupakan ciri khas kapitalisme sesudah digantikan oleh kekuasaan kaum monopol.

2. Peranan Modal Bank-Bank

Pada waktu yang sama peranan modal bank berkembang terus. Mula-mula peranan bank-bank
hanyalah memberi kredit kepada yang membutuhkannya. Tetapi lama-kelamaan makin bank-bank itu
menguasai beberapa cabang industri seluruhnya. Disini pun pemusatan modal beberapa tangan
memudahkan perjanjian-perjanjian kartel diantara bank-bank raksasa yang sedikit jumlahnya. Melalui
“anak” dan “cucu” mereka,bank-bank itu masih mengontrol sebagian besar dari bank-bank lain, betap
beratnya hubungan yang terjalin antara industri dan modal bank itu kentara dari kenyataan bahwa
sering orang yang sama duduk di dalam dewan pengawas atau sebagai direktur,baik diidang industri
maupun dibidang perbangkan. Bank-bank menjadi lembaga-lembaga yang betul-betul bersifat universal.
Bank-bank juga mempunyai pengaruh polotik langsung,karena negara pun tergantung dari kemurahan
hati bank-bank itu dalam hal pinjaman negara.

3. Ekspor Modal

Ekspor barang makin lama makin diganti dengan ekspor modal (dalam bentuk pinjaman, kredit,
atau pun penanaman modal langsung). Ekspor modal itu mengakibatkan ketergantungan finansial dan
ekonomis daerah-daerah yang kurang berkembang dari negara-negara kapitalis yang berindustri.
Dengan demikian negara-negara yang kurang berkembang secara politis pun tergantung pada negara
industri itu.

4. Terbentuknya Kartel-Kartel Internasional

53
Kartel-kartel dan trust-trust nasional bersekongkol dalam kartel internasional dan membagikan
pasaran-pasaran tempat penjualan barang mereka serta daerah-daerah penghasil bahan baku diantara
mereka sendiri. Sekaligus mereka bersama-sama memerangi pihak ketiga. Apabila konstelasi ekonomi
dan politik berubah,maka sering pembagian-pembagian itu diadakan baru lagi. Oleh karena itu trust-
trust dan kartel-kartel internasional ini sering hanya berupa genjatan senjata sementara dalam suatu
perjuangan yang tak kenal ampun demi kekuasaan internasional.

5. Penghisapan Kolonial dan “aristokrasi buruh”

Dipasaran koloni-koloni kelas kapitalis menghasilkan profit-profit monopolis tambahan. Dengan


demikian kaum kapitalis sanggup untuk,dalam rangka pencegahan perang saudara,menyogok
proletariat dalam negeri dengan upah-upah yang tinggi. Dengan demikian terjadilah sebuah “aristokrasi
buruh”yang berfikir secara aportunis dan nasional chauvinis. Mereka itu sudah terasing dari peranan
revolusionernya sendiri. Dengan demikian perjuangan kelas bergeser dari lingkungan nasional ke
lingkungan internasional. Negara-negara jajahan atau setengah jajahan seluruhnya masuk ke dalam
keadaan proletariat yang terhisap,dan secara otomatis menjadi sekutu kaum buruh. Sedangkan kaum
kapitalis dan kaum imperialis saling berebutan diantara mereka sendiri memperebutkan terbelakang
yang masih dapat dijadikan pasaran untuk barang-barang mereka.

6. Anggota Partai yang Paling Lemah

Dari teori itu Lenin menarik sebuah kesimpulan penting : menurut Marx revolusi sosialis hanya
pecah dinegara-negara industri yang paling maju,oleh karena sosialisme mengandaikan perkembangan
seluruhnya dari kapitalisme. Tetapi dengan saling keterjalinan internasional dari kapiatalisme
monopol,keadaan telah berubah. Sekarang kapitalisme tergantung kemampuannya untuk menguasai
seluruh dunia bagaikan sebuah rantai. Tetapi dengan demikian terbukalah kemungkinan bahwa “rantai
sistem kapitalis”akan robek pada anggotanya yang paling lemah : yaitu di pinggir ekonomi dunia yang
kapitalis bukan pada pusatnya. Dengan kata lain,pecahnya revolusi sosialis sekarang juga dapat terjadi
dalam suatu negara yang masih terbelakang,seperti misalnya Rusia. Rusia kelihatan justru cocok untuk
peranan itu,karena sekaligus (tanpa dasar ekonomis yang mencukupi) menjalankan kekuasaan besardan
menjadi objek penguasaan kapitalis oleh negara industri yang lebih maju.

Dengan demikian Lenin dapat membela diri terhadap kaum Marxis Rusia dan Eropa Barat, yang
berpandapat bahwa Rusia,karena industrialisasinya yang masih kurang dan karena proletariatnya yang
masih lemah sekali,belum matang untuk suatu revolusi sosialis. Jadi,menurut Lenin,tidak perlu
menunggu Rusia mencapai kematangan kapitalis. Yang perlu yaitu agar revolusi dimulai. Revolusi
lantas akan menimpah kenegara-negara kapitalis terutama,dan menjadi evolusi dunia.

Maka pikiran Lenin semakin mengarah kepada revolusi. Berlawanan dengan Marx dan Engels,ia
tidak puas dengan meramalkan revolusi yang akan datang,ia memulai dengan megorganisasikanya.
Disini,dalam sifatnya sebagai seorang ahli strategi dan taktikus revolusi,terletak kekuatan Lenin yang
sebenarnya.

C. Partai tipe baru

alat terutama untuk melaksanakan revolusi adalah partai. Itu dilihat Lenin dengan terang sekali,
dan oleh karena ituperhatiannya yang terutama diberikannya kepada pembetukan suatu partai yang
betul-betul revolusioner,sesuatu yang sama sekali dilahirkan oleh Marx.

54
1. Tugas Partai Buruh menurut Marx

Dalam pandangan Marx,perbedaan teorinya dengan teori-teori lainadalah bahwa ia menganggap


sosialisme itu tidak sekedar cita-cita utopis yang kemudian kita pasang sebagai tujuan dan kita usahakan
pelaksanaanya dengan tindakan-tindakan yang tepat,melainkan sebagai hasil dari hukum realitas
kemasyrakatan (kapitalis) sendiri. Menurut Marx,”masalahnya bukan apa yang sementara ini
dibayangkan sebagai tujuan oleh proletar ataupun oleh seluruh proletariat. Masalahnya adalah
kenyataan proletariat dan apa yang menurut kenyataan sejarah ini terpaksa dibuat oleh proletariat.
Tujuan dan kegiatan sejarahnya telah ditentukan untuknya,secara kentara dan niscaya,dalam keadaan
hidupnya sendiri dan dalam seluruh organisasi masyarakat borjuis zaman ini”.

Oleh karena itu Marx menolak partai komunis memainkan peranan pimpinan elite terhadap
kaum proletariat. Suatu tidak dicapai oleh kegiatan suatu kelompok revolusioner yang menggerakkan
massa,melainkan merupakan akibatdari gerakan massa rakyat sendiri yang berkesadaran
revolusioner,dan kesadaran ini akan berkembang dengan niscaya dalam proses masyarakat,sesuai
dengan kondisi-kondisinya. Dalam manifesto komunis,Marx dan Engels menerangkan,”kaum komunis
bukan partai khusus terhadap partai-partai buruh lain . . . Mereka tidak membuat prinsip-prisip khusus
untuk dijadikan pola pembentuka proletar. . . mereka berjuang untuk tercapainya tujuan-tujuan dan
kepentingan-kepentingan kelas buruh yang ada pada saat itu,tetpi mereka sekaligus dalam gerakan
sekarang mewakili masa depannya”. Oleh karena itu partai komunis merupakan organisasi massa yang
mengungkapkan apa yang hidup diantara kaum buruh dan menjadi pusat komunikasi bagi mereka,
dengan membantu agar massa buruh itu lama-kelamaan menyadari kepentingan dan tugas historis
mereka sendiri.

Sesuai dengan itu Marx berusaha untuk membuat asosiasi internasional kaum buruh pertama
(internasionale I) menjadi suatu pusat komunikasi dan kooperasi,serta mencegah jangan sampai
internasionale itu memjadi semacam pemerintah pusat bagi kelas proletar. Strukturnya bersifat federal,di
dalamnya masing perwakilan buruh nasional mempertahankan kebebasan mereka yang penuh.

2. Latar belakang Paham Lenin

Lenin lain. Konsepsi revolusinya tidak pernah hanya konsepsi Marx dan Engels saja. Dalam
urat-urat Lenin beredar warisan dari 80 tahun kegiatan revolusioner dan terorisme Rusia perlu
dicatat,Lenin sendiri selama hidupnya menolak metode teror dengan tegas,saya maksudkan,usaha-usaha
untuk mejalankan politik dengan cara menakut-nakuti orang-orang tertentu atau gerombolan-
gerombolan tertentu dengan mengacaman mereka mereka secara fisik,seperti pembunuhan
politik,lemparan bom,pembajakan,dan lain sebagainya.

Keadaan masyarakat di Rusia selalu cukup berlainan dengan keadaan Eropa lainnya. Di Eropa
lainnya sejak abad pertengahan terdapat suatu masyarakat yang tebagi dalam berbagai golongan
kejuruan dan pekerjaan. Keadaan itu dicerminkan dengan suatu sistem ruwet dimana semua
bergantung,yaitu masyarakat feodal abad pertengahan : kaisar, pangeran-pangeran, daerah, bangsawan-
bangsawan kecil, petani,dan kota-kota dengan para pedagang,para tukang, gereja,dan lain-lain. Oleh
karena itu tidak mungkin negara berkembang menjadi mahakuasa. Dalam hal ini gereja pun memainkan
peranan penting,karena tidak berhasil diintergrasikan sama sekali oleh negara. Usaha absolutisme dalam
abad ke-17 dan 18 untuk penciptaan negara absolut akhirnya gagal,karena tidak sesuai dengan keadaan
masyarakat. Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18 mengakibatkan reformasi-reformasi politik
berlangsung kontinyu ke arah negara liberal dan demoratis,didorong oeh suatu ide yang telah menjadi

55
tuntutan dan norma segala pembaharuan, cita-cita kebebasan,dan martabat manusia. Kombinasi
dinamika masyarakat liberal dan ideologi kebebasan tidak memberi ruang hidup bagi kelompok-
kolompok radikal.

Semua itu tidak terdapat di Rusia. Di Rusia Tsar berkuasa sebagai penguasa mutlak. Kalangan
istana dan suatu kalangan tipis kaum bangsawan memerintah diatas massa rakyat yang terdiri dari
petani-petani yang hidup dalam kemiskinan yang amat besar,tanpa kebudayaan,dan mirip keadaan
perbudakan. Gereja ortodoks sama sekali tersedot ke dalam negara. Keadaan itu tida berubah dari abad
ke-16 sampai abad ke-19. Hampir tidak ada kelas-kelas menengah,dan tidak ada realitas sosial yang
menjadi pendukung reformasi-reformasi liberal sehingga tak ada dasar sama sekali untuk suatu
perkembangan modern.

Goncangan pertama dialami Rusia sesudah perang dengan Napoleon (jadi sesudah tahun 1813).
Serdadu yang pulang dari Eropa Barat,membawa pulang juga ide-ide revolusi Perancis. Mereka
mengharapkan beberapa beberapa reformasi,tetapi semua usaha mereka ditindas secara brutal. Sebagai
akibatnya,gerakan-gerakan reformasi sejak semula terpaksa bekerja di bawah tanah dan metode-metode
teror. Dengan demikian seluruh abad ke-19 di Rusia merupakan deretan tak terputuskan dari serangan-
serangan teror dan usaha-usaha pemberontakan. Dua orang Tsar mati sebagai akibat pembunuhan.
Tukang revolusi yang paling terkenal dalam abad ke-19 di Rusia adalah Mikail Bakunin (1814-1876)
dengan dua muridnya, Sergi Nechajev (1847-1882) dan Tkachov (1884-1885).

Bakunin sering disebut bapak anarkisme. Biang keladi segala apa yang jelek bagi agama. Selain
itu ia menghendaki sosialisasi dari tanah dan pabrik-pabrik,penghapusan hak warisan, perkawinan, dan
keluarga, dan penghancuran negara. Sebelum membangun masyarakat baru, perlulah lebih dulu apa
yang terdapat sekarang dihancurkan secara radikal. Nechajev lebih radikal lagi. Ia berkehendak untuk
mendirikan suatu partai yang terdiri dari orang-orang ahli revolusi. Ia menulis, “dengan tubuh dan
jiwa,dengan kata dan tindakan, si revolusioner harus mematahkan segala hubungan dengan orde yang
ada,bahkan dengan seluruh dunia yang berbudaya dengan undang-undangnya, sopan santunnya,
konvensi-konvensinya, dan moralnya. Ia musuh yang tidak kenal belas kasihan,dan hidup hanya demi
tujuan-tujuan : untuk menghancurkan” tkachov menekan lebih jauh keperluan untuk mengorganisasikan
perebutan kekuasaan dalam revolusi. “suatu revolusi sungguh hanya bisa dijalankan apabila kaum
revolusi bisa merebut kekuasaan. Dengan kata lain, tugas pertama dan terpenting suatu revolusi adalah
menggulingkan pemerintah yang ada dan mengubah negara konservatif menjadi negara revolusioner.

3. Fungsi Partai Menurut lenin

Melalui kakaknya yang dihukum mati dan melalui realitas politik dalam kerajaan Tsar,Lenin
berkenalan dengan tradisi revolusioner aktivis yang radikal. Walaupun seorang Marxis rasional dalam
otaknya—ia sadar, revolusi hanya bisa dijalankan apabila kondisi-kondisi masyarakat memang cocok—
namun dalam hatinya ia adalah pewaris kaum Nechjev Tkachov (yang sangat dikaguminya). Gagasan
partai hanya merupakan semacam pusat petemuan buruh-buruh,dimana mereka bisa mengugkapkan
diri dan saling membantu untuk menemukan identitas mereka,yang tidak mengambil inisiatif-inisiatif
sendiri,dengan atau struktur pederatif yang longgar dan segala kemungkinan kebebasan dan keenakan
itu sama sekali asing bagi Lenin. Sejak ia memahami bahwa kelas buruh hanya dapat dibebaskan melalui

56
suatu revolusi,ia hanya dikejar oleh satu pertanyaan saja : bagaimana kita dapat melalui revolusi itu dan
menyelesaikannya dengan sukses ? khususnya ia sangat memebenci revisionisme,reformisme,an
demokratisme dari partai-partai buruh di Barat dan rekan-rekan Menshevis di Rusia.

Lenin yakin,kaum buruh dengan sendirinya tidak pernah sampai kepada kesadaran yang
revolusioner: “sejarah semua negara memberikan kesaksian,kelas uruh dengan kekuatannya sendiri
hanya dapat mengembangkan suatu kesadaran ala serikat buruh: Artinya,keyakinan tentang perlunya
mempersatukan diri dalam serikat-serikat,untuk masa memberikan undang-undang ini atau itu yang
perlu buat buruh-buruh. . . .” Tetapi mereka tidak pernah menjadi revolusioner. Oleh karena itu Lenin
dengan tegas menolak Rosa Luxemburg revolusi dari spontanitas kaum buruh. Apabila buruh-buruh
dibiarkan saja dengan spontanitas mereka,menurut Lenin,mereka hanya dibusukkan ideologi Borjuis dan
dengan demikian malahan tidak lagi mau membantu Revolusi.

Jadi kesadaran kelas yang revolusioner harus dimasukkan ke dalam kaum buruh dari luar.
Tugas untuk menjalankan itu,menurut Lenin,merupakan tugas intelegensia. Kaum intelegensia bertugas
mendidik buruh,menyadarkan kalangan kaum buruh tentang tugas bersejarah dari Proletariat.
Integensia bertugas menciptakan ke dalam kalangan Proletariat atau suatu kesadaran kelas yang
revolusioner,untuk memimpin perjuangan politiknya,mengatasi cakrawala mereka yang sempit
ekonomis dan berdasarkan pengalaman sehari-hari belaka,dan untuk membuka kesadaran mereka bagi
masalah-masalah politik yang luas.

Oleh karena itu sangat memerlukan kerja sama kaum integensia untuk partai komunisnya.
Kelemahan kaum intelegensia dalam pandangan Lenin adalah bahwa mereka selalu ingin bebas secara
ekstrem. Dengan suatu kelompok kaum individualis tidak mungkin mencapai kemenangan dalam suatu
revolusi. Oleh karena itu perlulah agar intelegensia itu tunduk dalam suatu tata tertib yang ketat.
Gagasan pokok Lenin untuk aturan dalam partai adalah kombinasi tata tertib proletariat dengan
kesadaran intelegensia. Tetapi itu menuntut partai komunis yang dibangun bukanlah sebagai partai
massa melainkan sebagai partai yang terdiri dari ahli revolusi.

4. Sentralisme demokratis

Pengertia dasar lenin,suatu partai revolusioner tak mungkin merupakan partai massal
melainkan harus terdiri dari orang-orang yang ahli revolusi. Konsepsi inilah yang pada kongres partai
Sosial-Demokrat Rusia ke-2,tahun 1903,menyebabkan perpecahan partai antara sayap revoluioner Lenin
(yang kemudian disebut Bolshevik) dan sayap yang lebih demikratis ( sayap Monshevik ).

Penyebab konfrontasi adalah masalah organisasi. Menurut lenin, justru suasana refresi kerajaan
Tsar menuntut agar organisasi partai bersifat rahasia. Pada tangan punca pimpinan partai semua tali
harus bersatu. Lingkungan inti partai mesti sekecil mungkin,dan hanya terdiri dari orang-orang yang
ahli revolusi.

Kalau Lenin mengusulkan pembentukan suatu partai yang terorganisasi secara ketat dan
sentralistik yang terdiri dari ahli-ahli revolusi,maka Martov dengan pengikut-pengikutnya
mengharapkan suatu oraganisasi yang agak kendor dan longgar dimana semua buruh yang bersemangat
revolusioner dan semua individu bisa masuk ke dalamnya. Lenin sebaliknya menuntut sebagai syarat
penerimaan orang ke dalam partai, kesediaan untuk mendukung partai secara aktif. Sejauh ia mampu, ia
harus ikut membiayai operasi-operasi partai, dan ia harus aktif sebagai pribadi dalam organisasi partai.
Dengan kata lain Lenin hanya mau menerima pejuang-pejuang revolusioner yang aktif, sedang Mortov

57
bisa menerima yang hanya simpatisan saja. Posisi Mortov, oleh Lenin diremehkan sebagai
“opportunisme dalam masalah organisasi”. Oleh karena dalm perjuangan untuk mencapai kekuasaan
proletariat tidak mempinyai senjata lain kecuali orgainisasinya, maka mengendorkan organisasi partai
sama artinya dengan suatu perlucutan senjata.

Konsepsi partai ini oleh Lenin disebut Sentralisme Demokratis. Demokratis, karena anggota-anggota
partailah yang memilih wakil-wakilnya untuk memilih kongres-kongres partai, dan kongres partai
inilah yang memilih pemimpin partainya, yaitu komite sentral. Komite sentral kemudian terikat pada
keputusan-keputusan yang diambil pada kongres-kongres itu. Sentralis, karena komite sentral yang
pernah dipilih mempunyai hak memerintah yang mutlak. Ke[utusannya mengikat dan tanpa pertanyaan
apapun harus dijalankan. Lenin menganggap perlu suatu disiplin yang ketat dan mirip dengan disiplin
militer.

Tuntutan Lenin untuk menciptakan kepemimpinan sentral yang ketat didasarkan secara teoritis juga:
suatu perjuangan yang bertujuan untuk mencapai kekuasaan negara dan dalam seluruh masyarakat,
memerlukan pimpinan sentral yang memperhatikan keseluruhannya. Untuk itu diperlukan baik
pengertian-pengertian ilmiah maupun pemusatan seluruh perhatian pada kegiatan revolusi. Orang-
orang di Letan tak dapat mempersiapkan dan memimpin sebuah revolusi. Hanya suatu pimpinan yang
memiliki pandangan yang mengatasi cakrawala sempit masalah-masalah ekonomis dari masing-masing
perusahaan dan cabang-cabang ekonomi, bahkan dari masing-masing kelas dalam masyarakat, dapat
mengambil keputusan-keputuasan strategis dan taktis yang perlu, yang akan membawa gerakan
komunis sampai kepada kemenangan. Oleh karena itu, semua seksi dan kelompok harus tunduk tanpa
syarat terhadap pimpinan pusat itu. Lenin memahami partai dan massa kaum buruh yang dipimpinnya
menurut model korp opsir dalam suatu tentara. Bagi keduanya hanya kata tetiblah yang bisa membawa
hasil. Salah satu alasan praktis untuk sentralisme dan disiplin partai, menurut Lenin, adalah bahwa
kaum intelegensia tidak pernah pasti dan bersikap tegas, padahal partai tetap membutuhkan mereka.

5. Beberapa Pertimbangan

Mari kita bandingkan sebentar posisi Lenin dan Posisi Rosa Luksemburg. Rosa menolak sentralisme
demokratis Lenin. Ia menuntut kepercayaan kedalam spontanitas revolusioner massa kaum buruh.
Dalam revolusi Rusia pada tahun 1905/1906 Lenin dan Luksemburg melihat semacam percobaan
terakhir untuk revolusi yang akan datang. Dan keduanya merasa dibenarkan dalam pendapat masing-
masing yang saling berlawanan. Lenin merasa bahwa keyakinan tentang suatu pimpinan yang berdaulat
penuh dan tetap iti dibenarkan, sedangkan Rosa Luksenburg merasa dibenarkan dalam kepercayaannya
akan kemampuan massa revolusioner untuk belajar dalam dan dari perjuangan dan justru khawatir
semangat revolusioner akan direm oleh pimpinan partai (dalam hal ini, rupa-rupanya, ia berfikir tentang
realitas di Jerman).

Bahwa revolusi 1905/1906 diartikan secara berlawanan, kiranya dapat dikembalikan kepada
pendapat-pendapat mereka yang berlainan tentang arti revolusi. Yang terpenting untuk Lenin yaitu agar
kekuasaan negara direbut dari penguasa lama oleh partai komunis yang mewakili kepentingan massa
kepentingan kaum buruh. Bagi Rosa Luksemburg yang terpenting bukan penggantian pemegang
kekuasaan melainkan tujuan yang ingin dicapai dalam revolusi, yaitu suatu tata susunan masyarakat
yang demokratis dimana rakyat buruh dapat mengurus keadaannya sendiri. Dalam konsepsi Lenin
termuat segi-segi teknologis yang tidak terbawa oleh kekagumannya tehadap tekhnik modern,
kekaguman yang dapat dipahami dalam suatu negara yang waktu itu masih terbelakang. Sehingga
masalah pembentukan suatu masyarakat baru dilihat dulu sebagai masalah perencanaan dan tehnik, dan

58
syarat untuk keduanya adalah memgang kekuasaan. Bagai Marx dan Angel, seperti juga murid-murid
mereka di Eropa Barat, Sosialisme pertama-pertama merupakan alat untuk mencapai pembebasan
individu-individu kelas buruh dari syarat-syarat hidup yang tidak layak. Sedangkan dalam pandangan
Lenin seperti juga pada pemimpin-pemimpin gerakan Komunis di negara-nagara terbelakang dalam
tehnik modern sosialisme itu sendiri merupakan alat untuk mempercepat perkembangan tehnik. Lenin
pernah merumuskan tujuan pembangunan di Uni Soviet sebagai “Soviet Plus Perlistrikan” dalam
semboyan ganda itu pada akhirnya hanya perlistrikan yang terlaksana. Soviet-soviet yaitu dewan buruh,
petani dan tentara, segera tercekik oleh kekuasaan negara dan partai yang birokrartis.

Apabila kita sekarang, lebih dari 60 tahun kemudian, melihat kembali pada kontroversi antara
Lenin dan Rosa Luksemburg, kesan kita yang pertama adalah Lenin yang menang. Kepercayaan Rosa
Luksemburg pada spontanitas massa rakyat kaum buruh tidak terpenuhi. Hanya dimana ada kelompok
inti revolusioner yang berhasil merebut kepemimpinan massa itu dan menggerakkan mereka untuk
memperjuangkan tujuan-tujuannya, berhasillah diadakan suatu revolusi. Revolusi itu bukan permainan
kanak-kanak. Revolusi harus dilaksanakan oleh ahli-ahli yang betul-betul tahu caranya. Didirikannya
Uni Soviet membuktuikan kebenaran pendapat Lenin.

Tetapi,kita perlu bertanya,dengan pengorbanan apa? Bukankah justru emansipasi buruh dan
melalui kaum buruh,emansipasi semua individu umat manusialah yang menjadi tujuan usaha-usaha
Karl marx? Bukankah ia terutama berkepentingan untuk sekali dan selamanya menghancurkan keadaan
dimana masing-masing orang dan massa rakyat hanya merupakan pion-pion dalam tangan suatu kelas
atau kelompok yang berkuasa? Bukankah inti harapan Marx adalah individu-individu sendiri menjadi
sadar akan kepentingan mereka yang sebenarnya,dan akan bertindak sendiri secara bebas untuk
mencapainya ? kalau sekali lagi elit kecil - - sekarang bernama partai komunis dan atas nama rakyat yang
tertindas - - tetap memegang rakyat kecil terlalu bodoh untuk memahami kepentingannya sendiri dan
mulai memasang tujuan-tujuan dan memaksanya kepada mereka, bukankah sekali lagi manusia-manusia
kongkret dianggap nomor saja yang dapat dimanipulasikan? Bukankah pendekatan inti mesti
menghasilkan penindasan rakyat sekali lagi ? dan bukankah nasib rakyab selanjutnya di Uni Soviet
membenarkan kekhawatiran ini ? bukankah konsepsi partai Lenin pertamanya harus menggagalkan
tercapainya emansipasi manusia yang pernah menjadi harapan Lenin ? kelihatanlah,paham teknologis
tentang kemajuan masyarakat mesti bersifat antisosial,karena memandang individu masing-masing
hanya sebagai unsur dalam suatu sistem fungsional tehnis belaka.

Meskipun kepercayaan Rosa Luxemburg dalam spontanitas massa tidak terpenuhi,di dalamnya
tercermin keyakina dasarnya bahwa yang menjadi tujuan dasar Marxis adalah manusia,dan tujuan
perjuangan bukan penggantian penguasa melainkan pembebasan masyarakat dari segala penindasan
sehingga setiap orang dapat berkembang menurut kepribadiannya sendiri. Tergedi Rosa Luxemburg
yang dilambangkan dalam pembunuhannya yang kejam mungkin merupakan tragedi semua gerakan
yang tidak mau berkonfromi,baik dengan bujukan-bujukan orde lama maupaun dengan godaan
kekuasaan orde komunis baru,yakni dengan berdiri diantara dua api : disatu pihak jalan
revolusionis,jalan yang mengonpromikan emansipasi denga tuntutan-tuntutan sistem yang ada
sebagaimana dipilih oleh kebanyakan Partai Sosial-demokrat di Eropa Barat, dipihak lain jalan revolusi
terpimpin ala Lenin,yang berhasil menghancurkan sistem Lama hanya untuk menggantinya dengan
sistem penindasan yang lebih kejam lagi.

Rupa-rupanya harapan akan tercapainya emansipasi total memasuki jalan buntu : atau menjadi
semacam utopis yang tidak kuat untuk mempertahankan diri terhadap kekuatan-kekuatan nyat dalam
masyarakat,atau menghasilkan penggunaan segala aparatur kekuasaan yang tersedia dan dengan

59
demikian melahirkan penindasan baru. Kalau kita mau mengelak dari dua alternatif tadi,kelihatan hanya
tinggal satu jalan : jalan perjuangan dalam langkah-langkah kecil,dengan terus menerus bersedia untuk
mengadakan pelabagai konpromi,jalan reformasi dengan hasil-hasil sederahana tapi nyata,jalan yang
kaum komunis dicap sebagai “revisionisme” karena justru akan menggagalkan tujuan-tujuan mereka.
Kelihatan juga pendapat yang sering kedengaran,misalnya, diantara kaum Marxis jugoslavia - - tidak
dapat dipertahankan bahwa perkembangan Stalinis selanjutnya di Uni Soviet merupakan
penyelewengan dari Leninisme. Berangkali Lenin tidak mengharapkan konsekuensi-konsekuensi di
bawaj rezim Stalin. Tetapi dengan mendirikan suatu partai dimana semua pihak harus taat mutlak dan
tidak boleh mempersiapkan apa yang telah di tentukan oleh elit pmpinan di atas, Lenin sendiri sudah
melepaskan tuntutan rasionalitas serta hak masing-masing orang untuk menuntut pertanggung
jawaban,dan denga demikian ketertarikan partai pada cita-cita kebebasan dan kemanusiaan.

Itu pun akan kelihatan apabila kita sekedar menyinggung beberapa masalah disekitar negara dan
revolusi di Rusia.

D. Tentang Strategi dan Taktik Perjuangan Partai

1. Teori Tentang Persekutuan diantara Kelas-Kelas

Betapa pun kerasnya sikap Lenin dalam masalah organisasi dan kemurnian ideologi revolusioner
partainya,dalam bidang taktik perjuangan ia elastis dan lincah,khususnya dalam hal persekutuan dengan
kelas-kelas bukan proletar.

Persekutuan antara kelas buruh dengan kelas-kelas lain di Rusia dianggapnya syarat mutlak
untuk mencapai kekuasaan bagi kelas buruh,karena kelas buruh sendiri relatif kecil. Justru karena partai
Lenin dalam bidang ideologi tidak mengenal kompromi,suatu persekutuan taktis untuk tujuan-tujuan
yang terbatas tidak mengandung bahaya. Dalam semua persekutuan dengan kelas lain yang diadakan
oleh proletariat revolusioner dibawah pimpinan partai Lininis,proletariat tetap merupakan kekuatan
revolusioner yang menentukan,karena revolusi proletariat adalah revolusi yang paling radikal. Untuk
tujuan-tujuan tertentu dan terbatas,proletariat dapat dan harus bersekutu dengan kelas-kelas yang untuk
saat itu mempunyai kepentingan yang sama dengannya.

Perekutuan kelas yang menentukan buat revolusi oktober adalah antara kaum buruh dengan
kaum tani. Tanpa petani,yakni mayoritas besar rakyat Rusia,tak mungkin proletariat dapat memikirkan
perebutan kekuasaan. Maka ada waktu diusahakan nasionalisasi terhadap seluruh industri,kaum
komunis menjanjikan kepada petani pembagian tanah yang dulu dimiliki kaum bangsawan. Baru
se[uluh tahun kemudian Stalin meniadakan kembali ketentuan-ketentuan ini dan memaksakan
kolektivasi pertanian : artinya,penghapusan milik petani atas tanah garapannya dan pembentukan
koperasi paksaan (dala proses itu,begitu Stalin pernah menceritakannya kepada Churchill,ada kurang
lebih sepuluh juta petani yang mati ).

Teori tentang persekutuan antara kelas-kelas sekarang pun belum kehilangan artinya di negara-
negara dunia ketiga. Sewaktu negara-negara itu masih dijajah,kaum komunis,berdasarkan kesatuan
kepentingan untukmelawan kolonialisme dan imperialisme,mengusahakan suatu persekutuan antara
proletariat,kaum tani,dan borjuis nasional,karena semua kelompok itu memang bersatu dalam tujuan
untuk membebaskan diri dari kuku imperialisme. Sesudah runtuhnya kolonialisme politik yangsering
digant oleh suatu persekutuan antara borjuasi besar,angkatan bersenjata,dan modal asing,kaum komunis
akan mencari persekutuan-persekutuan baru.

60
2. Diktatur Proletariat

Perbedaan pendapat paling besar antara lenin dengan kaum Marxis barat waktu itu adalah pada
masalah apakah transisi dari kapitalisme kesosialisme dapat dicapai secara damai ata harus dengan cara
kekerasan. Transisi itu oleh Marx hubungkan dengan diktatur Proletariat.

Karl Kautsky, wakil kaum Marxis di barat,mengartikan catatan-catatan Marx tentang diktatur
proletariat hanya sebagai tahap singkat antara kejatuhan borjuasi dan konsolidasi masyarakat tanpa
kelas,sedangkan Lenin menginterpretasikannya sebagai petunjuk bahwa sedudah proletariat mengambil
over kakuasaan perlu diadakan tindakan-tindakan penindasan secara kekerasan untuk mempertahankan
hasil-hasil revolusi itu dan untuk melanjutkannya. Kautsky berpendapat,sesudah kemenangan
proletariat dalam revolusi,harus diadakan demokrasi seluas mungkin. Proletariat sendiri mengambil
over semua urusan masyarakat. Memang diakui,diadakannya suatu demokrasi mengandung bahaya
terhadap apa yang telah tercapai dalam revolusi itu. Tetapi,dipihak lain,demokrasi itu merupakan
pendukung kuat terhadap kekerasan partai buruh dan menambah penghargaan umum terhadapnya.
Argumentasi kurang lebih sebagai berikut : oleh karena proletariat sudah menjadi mayoritas yang
teramat besar dari seluruh masyarakat dan mengambil tindakan-tindakan revolusionernya sesuai dengan
kepentingan mayoritas,maka partai proletariat dalam suatu pemilihan umum selalu akan mencapai
mayoritas mutlak yang makin lama makin bertambah.

Lenin manganggap pendapat ini sangat naif dan berbahaya,sebagai ketularan virus ideologi
liberal dan demokratis. Lenin tidak menerimah pemisahan antara masalah penggulingan kekuasaan
borjuasi (yang menurut Kautsky pun harus melalui revolusi dan kekerasan) dan masalah penciptaan
masyarakat sosialis baru (yang menurut Kautsky harus cara-cara demokratis). Menggantikan perjuangan
kelas dalam perjuangan pemilihan umum,bagi Lenin,sama dengan pengkhianatan terahadap sosialisme
dan revolusi.

Buat kautsky rupa-rupanya demokrasi (liberal) – atas nama kebebasan sebagai tujuan tertinggi
individu-individu manusia – menjadi suatu norma moral yang mutlak harus dipertahankan. Sedangkan
Lenin hanya mempunyai satu tujuan, yaitu revolusi, dimana di dalamnya proletariat harus
menghancurkan lawan-lawannya. Kautsky bahkan bersedia mangrbankan revolusi demi demokrasi,
sedangkan bagi Lenin revolusi adalah satu-satunya tujuan dimana semua tindakan politik dan
organisatoris harus diabdikan.

Alasan mengapa Lenin manganggap perlu diktatur proletariat adalah bahwa sesudah revolusi
masih ada unsur-unsur borjuasi yang bertahan. Hanya melalui diktatur proletariat,jadi dengan
memusatkan pemakaian kekuasaan, perlawanan borjuasi bisa dipatahkan dan lapisan tengah yang masih
ragu-ragu dapat direbut. Apabila kekuatan-kekuatan masyarakat dibiarkan begitu saja, maka massa yang
tertindas, bodoh, tak terdidik, takut tersebut pasti kalah terhadap kelicikan kelas kapitalis yang sangat
pengalaman besar, dengan pendidikannya yang lebih baik, dan kemungkinannya yang lebih luas. Begitu
pula, tidak mungkin untuk sekaligus mengambil oper seluruh hak milik borjuasi. Tetapi selama mereka
masih memiliki uang, mereka dapat menyogok anggota-anggota kelas buruh atau kelas-kelas menengah.
Jadi proletariat harus memerlukan kekuasaan negara demi untuk menindas borjuasi. Penindasan ini
sama sekali tidak perlu untuk dijalankan dengan bentuk-brntuk demokrasi sekarang.

Diktatur proletariat di Rusia terwujud dalam soviet-soviet. Sebagaimana telah kita lihat, soviet-
soviet itu adalah dewan-dewan yang terdiri dari buruh-buruh dan serdadu-serdadu dan untuk pertama
kalinya muncul dalam revolusi tahun 1905/06. Lenin melawankan soviet-soviet sebagai tempat

61
kekuasaan. Proletariat terhadap dewan konstituante,dengan semboyan “ seluruh kekuasaan kepada
soviet-soviet “. Atas nama semboyan itu kaum bolshevik membubarkan kaum konstituante. Namun
sesudah kekuatan-kekuatan anti bolshevik telah didapatkan, Lenin juga meniadakan otonomi dari
soviet-soviet itu.

Bahwa uni soviet sesudah revolusi oktober berkembang secara tidak demokratis, tidak hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teoritis tadi melainkan didukung juga oleh alasan-alasan yang
praktis. Waktu revolusi oktober,rusia masih dalam keadaan perang dengan jerman. Sesudah perdamaian
dengan jerman di Brest-Litowsk, tentara-tentara yang pulang tidak menemukan pekerjaan. Keadaan
keamanan di Rusia semakin ambruk. Tidak lama kemudian pecahlah perang saudara antra tentara merah
dengan tentara putih yang mengganas selama dua tahun. Ekonomi hancur, rakyat kehilangan semangat
sama sekali. Lenin tidak mempunyai waktu untuk menyibukkan diri dengan sesuatu seperti demokrasi.
Hanya dengan tangan besi ia dapat mencegah kehancuran total dan gagalnya revolusi. Serta telopasnya
kekuasaan dari tangannya sendiri. Kepentingan-kepentingan revolusi menuntut diktatur proletariat dan
oleh karena proletariat itu, menurut paham lenin, memerlukan pimpinan dari partai, maka menurut jalan
pikiran itu diktatur partai diatas proletariat dibenarkan demi kepentingan revolusi oktober.

3. Catatan-catatan tambahan

Sudah kita lihat bahwa untuk lenin revolusi dan pembelaan terhadap hasil-hasilnya merupakan
satu-satunya tujuan. Dengan tujuan itu segalah teori dan praktek polotik dibenarkannya. Kesatuan
ketekatan Lenin itu juga merupakan kebesarannya, itulah yang membuat Lenin berhasil. Tepatlah bila
setiap perevolusioner belajar dari Lenin.

Tetapi, apa yang menjadi kebesaran Lenin sekaligus merupakan problematikanya yang
fundamental. Justru dengan mengalahkan segalah pertimbangan dan tujuan terhadap pelaksanaan dan
pengamanan revolusi dan dengan demikian, terhadap kekuasaan dan penentuan mutlak elite partai
komunis Lenin secara definitif menggagalkan pemajuan cita-cita Marx yang paling mendalam,
emansipasi manusia dari segalah hubungan kekuasaan, pengembalian masing-masing manusia sebagai
mahluk yang bebas dan bernilai pada dirinya sendiri. Manusia sendiri dikorbankan sebagai ideologi
revolusi. Penindasan oleh kapitalisme diganti Lenin dengan penindasan oleh suatu partai atas nama
rakyat, sekali lagi menganggap diri berhak untuk menentukan cara hidup orang-orang.

Argumentasi Lenin melawan sosialisme demokratis kautsky bersifat verba saja, tidak
menanggapi argumen-argumen yang dikemukakan olehnya. Sudah menjadi kenyataan, atas nama
kepentingan revolusi, segalah macam kritik dan pikiran alternatif dimatikan, rakyat diserahkan kedalam
tangan suatu birokrasi yang mahakuasa, yang tidak dapat dikritik dan tidak dapat diganti, yang
menganggap diri sebagai yang mahatahu, yang telah membangun sistem redresif yang paling
menyeluruh yang sampai sekarang terkenal didunia. Apa yang dilaksanakan Stalin sudah ditanamkan
oleh Lenin. Kekerasan demi revolusi tanpa menghitung adanya kurban-kurban, hanya dapat berakhir
dalam suatu diktatur baru.

Hanya dimana orang lain diterima sungguh-sungguh, dimana ia didengarkan, dimana bahkan
revolusi tidak dianggap mutlak tetapi paling-paling ditawarkan sebagai salah satu opsi yang bisa dipilih
dengan bebas kalau perlu, dimana kritik diizinkan, dimana para penguasa membuka diri terhadap suara
rakyat dan memberi kemungkinan kepadanya untuk menentukan sendiri siapa yang mewakilinya,
dimana dilepaskan anggapan sombong bahwa elite-elite yang ilmiah intelektual,agama, keuangan,
militer, revolusioner dll mengetahui dengan baik ketimbang mereka yang bersangkutan sendiri

62
mengenai apa yang mereka butuhkan, baru disanalah mungkin dibangun suatu masyarakat yang sesuai
dengan martabat manuasia.

Apa yang manjadi persoalannya,pernah dirumuskan oleh Rosa Luxemburg,dengan mengingat


revolusi oktober : “kebebasan hanya buat para pengikut pemerintah,hanya buat anggota-anggota satu
partai – betapapun banyaknya mereka – itu bukanlah kebebasan. Kebebasan itu selalu hanya kebebasan
dari orang-orang yang berfikir lain . . . Lenin dan Trotsky menggantikan badan-badan perwakilan yang
timbul dari pemilihan rakyat umun dengan soviet-soviet sebagai satu-satunya perwakilan massa buruh
yang nyata. Tetapi dengan penindasan hidup politik diseluruh negeri,hidup di dalam soviet-soviet pun
tentu semakin lumpuh. Tanpa pemilihan umum,kebebasan pers dan kebebasan untuk berkumpul yang
tak terganggu,tanpa perjuangan pendapat yang bebas, hidup dalam setiap lembaga umum akan mati,
akan menjadi hidup semu dimana di dalamnya birokrasi tinggal sebagai satu-satunya unsur yang aktif.
Kehidupan umum lama kelamaan akan tertidur,beberapa lusin pemimpin partai yang berenrgi tak
terhabiskan danpenuh ideologisme tanpa batas membimbing dan memerintah, diantar mereka
sebetulnya yang memimpon selusin kepala yang hebat,dan elite kaum buruh sekali-sekali disuruh
mengikuti rapat-rapat untuk menepuki pidato-pidato para pemimpin,menyetujui secara mufakat
resolusi-resolusi yang diajukan, jadi pada dasarnya perkara sebuah klik saja – memang suatu
diktatur,tetapi bukan diktatur proletariat,melainkan diktatur seganggam orang politikus : artinya
diktatur dalam arti borjuis . . . .”

III. Gerakan Komunisme Internasional

1. Bolshevisasi Partai-partai Komunis

Diabad ini didirikannya Uni Soviet merupakan peristiwa yang menentukan bagi Marxisme
Internasional. Revolusi Oktober memecahkan persatannya. Partai-partai sosialisme pecah ke dalam saya
yang demokratis anti-soviet dan saya komunis Pro-Soviet, sejauh waktu belum pecah perang dunia I.

Dengan demikian gerakan buruh internasional terpecah belah secara efektif,dan untuk
selamanya. Perpecahan itu menunjuk pada perbedaan-perbedaan yang lebih mendalam dalam gerakan
Marxis dalam pandangan dasar tentang tentang manusia dan dalam pengandaian-pengandaian normatif.

Dengan didirikannya Uni Soviet tiba-tiba berdirilah suatu negara dimana kapitalisme sudah
dihancurkan dan suatu partai komunis mencapai kekuasaan. Walaupun harapan Lenin tidak
terpenuhi,dimana revolusi Rusia hanya merupakan pelopor revolusi-revolusi sosialis dalam negara-
negara industri barat,namun fakta sekurang-sekurangnya dalam suatu negara kapitalisme
dapatdijalankan dengan sukses,memperkuat kepercayaan diri partai-partai komunis di dunia.

Tidak mengherankan bahwa Uni Soviet buat partai-partai komunis diseluruh partai komunis di
dunia menjadi semacam tanah air sosialisme. Kalau pada kongres pertama internasionale III
(internasionale I melulu,komunis,dan oleh karena itu disingkat komintern) yang diadakan di Moskow
masih dipergunakan bahasa Jerman sebagai bahasa kongres yang resmi,maka lama-kelamaan bahasa
Rusia menggantikannya. Dengan eksistensi Uni Soviet sekaligus terjadi suatu pengarahan baru dari
tujuan-tujuan kegiatan politik praktis partai-partai komunis. Kalau dulu kepentingan politik proletariat
atau partai lokal satu-satunya faktor yang menentukan sikap politiknya,maka sekarang kepentingan Uni
Soviet ikut mejadi pertimbangan. Oleh karena Uni Soviet merupakan satu-satunya negara komunis,dan
oleh karena partai-partai komunis lokal membutuhkan perlindungan atau sekurang kurangnya

63
berpendapat demikian,maka lama kelamaan dalam komunisme internasional diterimah pendapat bahwa
kelanjutan,pendek kata,kepentingan-kepentingan Uni Soviet jugajmerupakan kepentingan dari semua
partai komunis. Apa yang berguna buat Uni Soviet menjadi tujuan politik dari partai-partai komunis di
seluruh dunia,dan yang merugikan bagi Uni Soviet terpaksa di tolak oleh semuanya. Dengan
demikian,berdasarkan penyesuaian partai-partai komunis dengan pimpinan di Moskow yang masih
akan dibicarakan,tujuan-tujuan Uni Soviet menjadi prioritas pertama kegiatan politik semua partai
komunis.

Dengan demikian didirikannya Uni Soviet menghasilkan suatu gerakan komunis internasional
dalam arti yang sungguh-sungguh. Gerakan internasional itu,karena partai-partai komunis di seluruh
dunia menjadi cabang-cabang saja. Kesatuannya terjamin karena politik partai-partai sama sekali
disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan suatu negara saja,yaitu Uni Soviet, dan makin lama makin
ditentukan oleh perintah-perintah langsung dari Moskow.
Perkembangan itu tentu saja sesuai dengan harapan Moskow dan dari sana didukung dengan
sekuat tenaga. Komintern yang merupakan organisasi payung dari partai komunis,dalam tahun-tahun
pertama masih mengadakan diskusi-diskusi yang betul-betul bebas,misalnya dalam hubungan dengan
pemberontakan para pelaut di Kronstadt pada tahun 1921 melawan rezim Bolshevis (pelaut-pelaut
Krontadt merupakan pasukan inti kaum Bolshevis dalam revolusi Oktober 1917). Tetapi makin lama
makin Komintern dibawahkan Partai Komunis Soviet. Partai-parai komunis lain menjadi penerimah
perintah saja. Dibawah semboyan “Bolshevisasikan Partai-Partai Komunis”, partai-partai itu selangkah
demi selangkah “disesuaikan”. Itu terjadi melalui pembersihan kontinyu pimpinan-pimpinan
partai,khususnya komite-komite sentral,dari semua orang-orang yang tidak bersedia ntuk begitu saja
tunduk terhadap diktat Moskow. Akhirnya semua komite sentral dipegang oleh pemimpin-pemimpin
partai yang setia kepada Moskow.
Dalam beberapa tahun saja Partai Komunis Soviet mencapai kontrol total atas komintern. Salah
satu tandanya adalah bahwa diantara tahun 1928-1935 tidak diadakan kongres dunia lagi. Kongres dunia
komintern terakhir dkmpulkan pada tahun 1935, dan hanya memutuskan apa yang telah ditetapkan di
Moskow terlebih dahulu. Pada kongres itu komintern menyetjui taktik Front Rakyat,yaitu politik Stalin
yang baru untuk bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan kiri dalah rangkan perlawanan terhadap
bahaya Fasisme. Pada tahun 1943,tanpa pembicaraan terlebih dahulu anggota-anggotanya,pusat
komintern di Moskow begitu memutuskan untuk membubarkan diri. Bahwa perlakuan semacam ni telah
di telan tanpa melakukan perlawanan ,memperlihatkan telah tercapainya kesatuan “monolitis” gerakan
komunis internasional. Itu juga kelihatan waktu partai-partai komunis nasional tanoa ragu-ragu
menyetujui proses-proses raksasa di Moskow, ikut menjalankan kultus person Stalin,dan mendukung
tujuan-tujuan politiknya setiap saat dengan semangat yang malahn berlebih-lebihan.
Mereka begitu saja tunduk terhadap Moskow,sehingga mereka kadang-kadang tanpa ragu-ragu
menerimah baik suatu politik yang sama sekali bertentangan dengan kepentingan-kepentingan nasional
mereka. Misalnya pada tahun 1939,waktu Stalin mengadakan perjanjian untuk tidak saling
meyerangdengan kepala kaum Fasis,yaitu Hitler. Kelihatan jelas , kalau ada pebedaan antara tuntutan-
tuntutan revolusi kaum komunis setempat dan kepentingan nasional Uni Soviet,maka yang terakhirlah
yang selalu dinomor satukan.

2. Stalinisme di Uni Soviet

Hubungan kekuasaan Uni Soviet ditentukan oleh peranan partai komunis dan struktur hierarki
dalam partai. Partai kader yang tertib dan disusun secara hierarkis itu juga menjadi dasar tata susunan
negera Soviet. Dalam tahun-tahun revolusi yang pertama Soviet-Soviet masih memainkan peranan

64
utama organ-organ suatu demokrasi langsung yang ada dimana-mana,dalam pabrik-pabrik, desa-
desa,bagian-bagian tentara,dan kota-kota,terbentuk sendiri dan anggota-anggotanya terdiri dari berbagai
aliran revolusioner. Soviet-soviet itu Lenin dipandang alat-alat pemerintahan revolusioner dan proletar
yang sebenarnya,berlawanan dengan parlement yang baru dipilih,diserangnya sebagai alat pemerintah
Borjuis. Maka dari itu, pada bulan oktober 1917, Lenin mengumandangkan semboyannya “seluruh
kekuasaan kepada soviet-soviet” dan segala usahanya diarahkan untk mendapat mayoritas Bolshevis
dalam soviet-soviet itu. Tetapi segera sesudah revolusi Oktober,soviet-soviet yang begitu menentukan
buat suksesnya revolusi ini dicekik oleh peranannya atas nama senterlisme demokratis, yaitu kekuasaan
pusat partai dan negara yang telah dipindahkan ke Moskow.
Walaupun apartur negara dan aparatur partai secara formal terpisah,namun kesatuan praktis
kekuasaan selalu terjamin. Pimpinan partai tidak hanya memberi garis-garis besar,melainkan juga semua
penentuan-penentuan pokok kongkret untuk seluruh politik. Semua diskusi politik yang sebenarnya di
dalam badan-badan pimpinan partai,yaitu kongres partai,komite sentral,presidium (politbiro) dan
sekretariat. Pada permulaannya,kongres-kongres partai yang sampai tahun 1925 diadakan setiap tahun
masih memainkan peranan tertentu dalam garis politik; sesudah wafatnya Lenin titik beratnya,dan
akhirnya kekuasaan atas partai dipusatkan dalm satu tangan saja.
Keputusan-keputusan yang sebenarnya selalu diambil dalam komite sentral. Mula-mula
didalamnya masih bada pelbagai fraksi yang memang tidak disusun secara oraginsatoris, tetapi di dalam
hal mencari politik bersama juga masih terjadi pemungutan suaru dan semacam diskusi demokratis
dalam partai. Tetapi dalam kongres partai ke-10 Lenin sudah menyatakan bahwa “diskusi itu suatu Luks
yang tak dapat diizinkan” semua golongan farksional dibubarkan ,dan dan siap yang berusaha
membentuk fraksi diancam dengan tindakan-tindakan penertiban oleh partai. Sebuah revoluis berbunyi :
“perlulah semua buruh yang sadar akan kelasnya menyadari dengan terang bahwa setiap usaha untuk
membentuk fraksi-fraksi merugikan dan tidak di izinkan . dibentuknya fraksi-fraksi hana mempunyai
akibat pekerjaan sehati diperlemah,dan musuh akan menambah usaha-usaha mereka untuk
memperdalam perpecahan dalam partai dan mempergunakannya untuk tujuan-tujuan kontrarevolusi. “
dengan demikian dala komite sentral pun kemungkinan untuk mementuk pendapat sendiri dengan tegas
ditiadakan atas nama perlunya kesatuan dan kekuasaan pemerintah. Diktatur proletariat diubah menjadi
diktatur komite sentral atas partai, dan akhirnya diktatur dari hanya beberapa orang komunis atas
komite sentral (Sinojev,Kamanjev,dan Stalin). Akhirnya tinggal kekuasaan pribadi Stalin “si pemimpin
dan pengemudi yang bijaksana”.
Perlu perkembangan itu kita tempatkan kedalam rangka materialisme historis. Dalam rangka ini
Marxisme meruapakan “politik ilmiah” proletariat. Keran menuntut teori yang sama proletariet
merupakan kelas masyarakat yang sudah ditakdirkan untuk memimpin masyarakat yang baru,politik
proletriat ilmiah dibenarkan secara historis sebagai satu-satunya yang betul. Tetapi partai komunis tetap
merupakan pasukan tempur proletariat Marxis dan memiliki kebenaran Marxis,juga kalau massa
proletariat belum dapat menangkapnya. Oleh karen itu partai bertugas untuk memimpin massa dan
tidak menjadi lembaga yang hanya membuntuti mereka saja dan menanyakan keinginan-keinginan
mereka. Tetapi karen pimpinan partai terdiri kaum Marxis yang paling baik,maka sebetulnya tidak usah
minta nasihat dari anggota partai yang biasa perlu terus menerus dididik.
Politik praktis yang dijalankan oleh pimpinan partai selalu dibenarkan atas nama persatuan
antara teori dan praksis sebagai penerapan teori yang benar. Karena paratai memilika alat-alat
komunikasi ,maka semua kritik umum dalam bentuak apa pun tidak diberi kesempatan untuk
disuarakan. Setiap kritik dicurigai sebagai usaha untuk membentuk fraksi-fraksi,dan ditolak. Dengan
bantuan teori itu,siapa yang sampai memegang kekuasaan dapat mempertahankan kedudukannya
dengan mudah.

65
Dengan dalih bahwa pemerintah soviet dan pimpinan partai selalu mangungkapkan kehendak
yang sebenarnya (kehendak proletariat,atau lebih tepat,kehendak kelas-kelas buruh dan petani yang
saling bersahabat dan silider), tindakan-tindakan yang amat radikal pun dapat diambil begitu saja seperti
misalnya,penghancuran kaum kulak ( = petani sedang dan kaya ) kolektivisasi pertanian yang mulai
dilaksanakan pada tahun 1929 dengan segala kekerasan.
Bergandengan dengan diberlakukannya suatu undang dasar baru pada tahun 1937,maka
diadakan pemilihan umum untuk soviet tertinggi di Uni Soviet. Pemlihan ini dipuji-puji sebagai amat
demokratis,padahal yang dapat “dipilih” hanya daftar nama yang sudah ditentukan oleh partai. Pada
tahun yang sama pula Stalin,dengan bantuan alat-alat keamanan negara,menjalankan “pembersihan
besar” terhadap partai dan pegawai-pegawai maupun Korp-Opsir yang membawa korban puluhan ribu
orang. Semua bekas lawan Stalin dalam partai komunis dan semua anggota partai yang dicurigai karena
lasan apapun juga,begitu pula sejumlah besar jendral Bolshevis yang sudah tua,diadili secara massal oleh
pengadilan-pengadilan khusus dan hukum mati atau tahanan seumur hidup.

3. Marxisme-Leninisme sebagai Ideologi Soviet resmi

Di bawah Stalin,pendapat-pendapat Lenin,tentu sebagai mana dilihat Stalin sendiri, berubah


menjadi “Leninisme” dan seluruh bangunan ajaran komunisme dijadikan “pandangan proletariat “
resmi,yaitu “Marxisme-Leninsme”. Dari pendapat marx,Engels,dan Lenin yang terpencar dala banyak
tulisan,disusun ajaran resmi komunisme yang mendapat nama Marxisme-Leninisme. Jadi Marxisme-
Leninisme adalah ajaran resmi partai-partai komunis (yang diakui oleh Moskow).

Marxisme-Leninisme terdiri dari tiga bagian : (1). Filsafat,yang idbagi kedalam materialisme
dialektis dan materialisme historis; (2). Ekonomi-Politik,yang trdiri dari kritik kapitalisme dan ekonomi
sosialisme serta komunisme; (3). Sosialisme ilmiah,yaitu ajaran politk kaum komunis yang terdiri dari
strategi dan taktik perjuangan revolusi dan komunisme ilmiah.

Ideologi ini bertujuan untuk menjadi suatu ajaran yang “Lengkap”. Jadi apa yang telah dimulai
di bawah Engels dan dituntut selanjutnya oelh Lenin,pada Stalin akhirnya jadi dilaksanakan.
Pembentukan suatu pandangan dunia proletariat yang resmi,suatu ideologi komunisme yang wajib
dianut oleh orang komunis. Fungsi pandangan dunia ini jelas. Marxisme-Leninisme ini bertujuan untuk
menjadi pembenaran ideologis bagi sistem komunis di Uni Soviet pada umunya dan untuk peranan
kepemimpinan partai komunis,terutama dari komite sentral pada khususnya. Atas nama teori ini dapat
diperlihatkan bahwa politik di Uni Soviet adalah “betul”, karena merupakan pelaksanaan dari satu-
satunya ideologi yang ilmiah. Sekaligus,komite sentral dibenarkan dalam “haknya” untuk memegang
kekuasaan,karena hanya orang-orang pimpinan partai yang sanggup untuk memahami ideologi ilmiah
itu sehinggga mereka dapat menerangkannya, dan itu justru anggota-anggota komite sentral. Marxisme-
Leninisme merupakan ideologi kekuatan komunisme.

Kiranya terang,dalam Marxisme-Leninisme sama sekali tidak semua pendapat dari Marx,
Engels,dan Lenin yang termuat (dan memang tidak dapat sekaligus termuat,karena karena ketiganya
pada waktu yang berbeda megemukakan pendapat yang berbeda pula). Marxisme-Leninisme
merupakan suatu pilihan pendapat,dan manyajikan apa yang dipilih itu dalam suatu perspektif
tertentu,yaitu perspektif yang cocok demi pembenaran sistem kekuasaan komunis. Secara kasar dapat
dikatakan,Marx dilihat melalui kacamata Engels dan Engels dilihat melalui kacamata Lenin.

Marxisme-Leninisme sebagai ajaran resmi komunisme dijag ketat oleh Moskow dan diterangkan
secara otentik olehnya,mengakibatkan suatu pembekuan mental dan peringanan usaha-usaha filsafat

66
dalam negara-negara komunis yanga sampai sekarang belum teratasi. Sesudah perdebatan-perdebatan
filsafat terakhir dalam tahun 20-an di Uni Soviet (di antara sayap “kanan” Marxisme-Leninisme yang
lebih materialis denga tokohnya Bucharin,dan sayap yang lebih kiri dengan tokohnya Deborin yang lebih
menekankan dialektika) dihentikan oleh Stalin,filsafat di Uni Soviet telah merosot menjadi
“kutipanologi” : kaum filsuf membatasi diri pada kutipan-kutipan pada karya-karya “Klasik”
(sebagaimana Marx,Engels,Lenin,dan Stalin waktu itu disebut),dan pengutipan itu pun hanya boleh
diadakan dalam rangka perspektif resmi (Marx melalalui Engels melalui Lenin melalui Stalin).
Pertanyaan-pertanyaan kaum filsuf,diputuskan dengan memakai dari keempat filsuf tersebut di atas.

Baru sesudah peran dunia II Stalin sendiri mengawali suatu liberalisasi usah filsafat Soviet, tetapi
filsafat masih tetap terbatas ruang geraknya. Menarik perhatian bahwa justru pemikir-pemikir Marxisme
Barat paling di takuti dan dilawan di Uni Soviet dan dinegara-negara yang dikuasainya. Neo-Marxisme
dianggap musuh terbesar. Dari titik tolak mereka penilaian itu dapat dimengerti.

Tak ada yang lebih bisa berbahaya buat sistem Uni Soviet dari pada suatu kritik yang
berdasarkan Marxisme sendiri. Dan memang teori-teori Marx,berdasarkan isi yang betul-betul
emansipatoris,dapat dengan mudah dipergunakan sebagai landasan untuk mengkritik sistem Uni
Soviet,sebagaiman telah perlihatkan oleh banyak orang Neo- Marxisme Barat yang anti Soviet.

Bahkan sekarang pun masih berlaku bahwa filsafat Soviet bergerak pada tingkat ilmiah yanh
mengherankan sekali kepritifannya. Tetapi bagaiman bisa tidak ? setiap penggarapan Marxisme-
Leninisme secara kritis ,analitis,dan dengan metode filsafat yang telah dikembangkan di Barat,akan
langsung merobohkan beberapa bagian dari keseluruhannya,khususnya materialisme dialektis.
Andaikata Marxisme-Leninisme dikritik secara ilmiah,hampir tidak akan ada yang dapat dipetahankan.
Jadi dapat dimengerti mengapa filsafat marxisme –Leninisme yang boleh bergerak, dengan demikian
setiap filsafat kritis pada Soviet (khususnya juga filsuf-filsuf Jerman Timur) mencapai prestasi tingkat
tinggi adalah bidan ilmu logika dan ilmu pasti,keduanya cukup jauh dari suatu relevansi politik
sosial,dan oleh karena itu rupa-rupanya dianggap aman.

4. Marxisme-Leninisme sebagai Ideologi Soviet resmi

lev D. Bronstein Trotsky salah seorang pribadi dari puncak pimpinan Bolshevis yang paling
gemilang. Ia seorang pemikir yang kreatif danpandai berpidato. Ia selalu mempunyai tersendiri.
Walaupun ia selalu berselisih dengan Lenin,dan dalam pembuangan melawan Lenin,ia menjadi
organisator revolusi oktober yang hebat. Dengan tentara merahnya ia kemudian memukul kembali
tentara putih dala perang saudara,dan dengan demikian menjamin eksistensi Uni Soviet secara defenitif.
Trotsky terkenal,pertama karena ajarannya tentang revolusi permanen,kedua karena perselisihannya
dengan stalin. Pada tahun 1927 ia dipaksa Stalin untuk meninggalkan Uni Soviet. Di Luar Uni
Soviet,Trotsky giat menulis. Kritiknya terhadap Stalininsme begitu mangganggu Stalin,hingga ia
menyuruh membunuh Trotsky pada tahun 1940 dalam pembuangannya di Mexico.

a. Revolusi Permanen

Teori ini telah dikembangkan Trotsky dsalasm pembuangannya di Eropa Barat sebelum revolusi
Oktober. Masalah yang menyibukkan Trotsky adalah apakah dan bagaimanakah suatu revolusi sosialis

67
dapa terlaksana di Rusia. Kesulitan suatu revolusi sosialis di Rusia adalah bahwa Rusia belum
merupakan negara industri,jadi menurut Marx prasyarat-prasyarat ekonomis sosiakisme belum
terwujud.
Tetapi,seperti Lenin,Trotsky mempunyai pendapat yang aktif tentang sosialisme. Iatidak percaya
kepada kekuatan-kekuatan otomatis dari ekonomi saja. Ia berpendapat,justru di negara terbelakang
seperti Rusia lebih mungkin proletariat mencapai kekuasaan dari pada dalam negara kapitalis yang
telah maju. Alasannya,Borjuasi liberal di Rusia di anggapnya ridak mampu untuk menempatkan dirinya
pada puncak revolusi. Sekaligus Trotsky beependapat,proletariat sesudah suatu revolusi yang berhasil
hanya dapat mempertahankan kekuasaannya apabila mendapat dukungan dari proletariat seluruh
Eropa.
Dalam hal ini Trotsky dibimbing oleh dua perspektif. Pertama adalah segi Rusia Nasional.
Revolusi yang dimaksud oleh Trotsky belumlah revolusi sosialis. Revolusi ini revolusi melawan rezim
Tsar yang masih pra-kapitalis,namun revolusi ini pun dijalankan dibawah pimpinan proletariat.
Sekaranglah perlu untuk meneruskan dan melanjutkan revolusi ini,supaya dari revolusi yang bersifat
sosialis ini terjadilah sosialisme. Oleh karena itu revolusi yang mula-mula bersifat borjuis harus
dilanjutkan,harus dijadikan permanen, sekejap pun tidak boleh diberi istirahat,supaya dapat memasuki
tahap sosialis.
Perspektif kedua adalah menegnai hubungan antara revolusi nasional Rusia dan revolusi
internasional. Walaupun Trotsky percaya (sekurang-kurangnya sesudah revolusi oktober berhasil) kelas
buruh di Rusia dapat juga mempertahankan kekuasaannya tanpa dukungan langsung proletariat Eropa.
Namun,ia juga berpendapat,pembanguna sosialisme secara defenitif hanya mungkin apabila proletariat
Eropa mendukung kelas buruh Rusia. Jadi Trotsky menolak kemungkinan pembangunan sosialisme
dalam satu negara,dan dalam hal ini secara langsung ia bertabrakan dengan Stalin,yang pada tahun 1926
yang menyatakan bahwa sosialisme dalam suatu negara dapat saja terlaksana (dalam hal ini Stalin
menekankan,untuk melawan negara-negara tetangga kapitalis perlu diktatur proletariat diteruskan dan
dengan demikian diktatur partai komunis Uni Soviet dapat dibenarkan ).
Jadi Trostsky berpendapat,saling keterjalinan internasional begitu besar sehingga perkembangan
ekonomi-sosial negaranya sama sekali tergantung dari hubungan-hubungan ekonomi internasional.
Selama Borjuasi masih memegang kekuasaan dalam kebanyakan negara,borjuasi pasti dapat mencegah
perkembangan sosialisme dalam suatu negara dapat berhasil. Menurutnya,revolusi di dalam suatu
negara hanya bisa mencapai sosialisme,apabila memuntahkan perang saudara keluar dari batas-batas
nasional ke dalam suatu negara kapitalis lain. Suatu revolusi permanen perlu,dimulai dari negara
pertama dimana proletariat melaksanakan revolusi,menumbangkan kapitalisme dan mencapai
kekuasaan. Revolusi itu harus diteruskan selama masih ada negara-negara kapitalis. Dengan demikian
revolusi sosialis menjadi permanen : “revolusi itu tidak menemukan penyelesaiannya sebelum
kemenangan defenitif masyarakat baru di seluruh planet kita,” ujar Trotsky.
b. Kritik terhadap Stalinisme

Perselisihan yang paling menentukan antara Trotsky dan Stalin mempunyai dua alasan.
Pertama,alasan pribadi : Stalin memandang Trotsky sebagai satu-satunya saingan dalam usahanya untuk
mendapat kekuasaan mutlak. Kedua,karena Trotsky itu penyambung lidah terkuat dari kelompok dalam
partai yang kritis terhadap sentralisme demokratis,alias terhadap diktatur proletariat Partai Komunis.
Trotsky mengkritik,di dalam partai ada dua lapisan : di tingkat tinggi diputuskan apa yang harus
dilaksanakan,ditingkat-tingkat lebih rendah orang harus menerima keputusan-keputusan yang telah
diambil di atas. Partai Bolshevis bukan lagi pasukan tempur proletariat melainkan organisasi politik

68
birokrasi. Birokrasi ini memegang kekuasaan secara total dan telah menjadi “suatu kelas berkuasa dalam
arti kata yang sesungguhnya”.
Trotsky menuntut agar lembaga-lembaga pimpinan partai lebih mendapat suara massa dan
jangan menganggap setia kritik sebagai ungkapan semangat fraksional. Trotsky menuntut demokratisasi
kehidupan partai. Pelaksanaan demkrasi dianggapnya sebgai satu-satunya alat untuk mengalahkan
“semangat kasta kaum fungisonaris”. Dituntutnya kebebasan kritik dan kebebasan dalam mengajukan
ide-ide baru.
Dalam hubungan ini Trotsky mengkritik “perubahan bentuk Leninisme dari suatu metode yang
harus diterapkan atas dasar inisiatif sendiri,dengan pemikiran kritis dan keberanian ideologis,menjadi
sebuah kanon yang hanya menuntut satu macam interpretasi pasti untuk selama-lamanya”. Kebiasaan
untuk membenarkan segala usaha apapun dengan ucapan-ucapan Lenin, menurut Trotsky,bisa
merupakan pukulan maut buat hidup mental dalam partai. Trotsky juga mempertahankan pendapat
tentang kesatuan partai yang tetap memberikan ruangan untuk pelbagai titik tolak,dan yang tetap
membuka kemungkinan untuk mempertahankan pendapat-pendapat yang berlainan,juga kalau kita
sendiri dalam minoritas.
Selanjutnya Trotsky mengkritik susunan keanggotaan partai yang dianggapnya tidak baik,
secara khusus di tuntutnya agar kelas buruh diwakili lebih kuat di dalamnya. Suatu alasan penting
birokratisasi dalam Uni Soviet dilihat Trotsky daam hubungan yang terlalu erat antara aparatur partai.
Teranglah bahwa kritik Trotsky itu menyentuh akar-akar sistem Soviet dan oleh karena itu tidak
mengherankan bahwa sistem itu,di bawah Stalin,menyepak kembali dan akhirnya memusnahkan
Trotsky. Dengan terbunuhnya Trotsky,hilanglah pemikir kreatif yang terakhir muncul dalam kalangan
Partai Komunis Uni Soviet sampai sekarang. Kita terangsang berspekulasi bagaiman perkembangan uni
Soviet andai kata bukan Stalin,malainkan Trotsky,yang berhasil memegang pimpinan Uni Soviet sesudah
Lenin.

c. Trotskyisme

Juga dipembuangan Trotsky tidak berhenti mengkritik rezim Stalin. Pada tahun 1938, atas inisiatif
Trotsky dibentuk Internationale IV yang menentang Internationale III yang suda merosot menjadi suatu
alat kepentingan politik Soviet belaka. Dua pulah satu utusan dari dari sebalas negara menghadiri
konfrensi didekat Paris ini. Tetapi langkah ini terlambat diambil untuk masih mempunyai akibat-akibat
apa pun juga. Dibandingkan dengan realitas Uni Soviet,Internasionale IV itu kesannya bagaikan suatu
Club-club orang intelektual saja. Oleh karena itu organisasi-organisasi Trotsky yang didirikan dalam
kelas buruh. Tanpa basis sosial organisasi-organisasi itu cepat layu,apalagi sering cepat juga terpecah-
bleah dalam pelbagai kelompok lagi. Apabila beberapa golongan Trotskyis kecil untuk mencapai
pengaruh politik tertentu dibeberapa negara,seperti dulu di Indonesia (Tan Malaka) dan sekarang masih
di Srilangkah,maka tidak jarangdisebabkan adanya perpecahan lebih dahulu dlam partai komuis lokal.
Trotkyisme menemukan pengikut-pengikutnya diantara mereka yang,disatu pihak,memeluk cita-cita
pembebasan kelas-kelas tertindas sebagaimana dicita-citakan Marx dan Lenin dan dilaksanakan,menurut
anggapan mereka,dalam Revolusi Oktober,tetapi dipihak lain,,tidak mau menjadi budak suatu
kekuasaan luar negeri seperti Uni Soviet sebagaimana halnya partai-partai komunis.

5. Polisentrisme Gerakan Komunis Intersional

Didirikannya demokrasi rakyat komunis di dalm negara-negara Eropa Timur sesudah perang
dunia II yang sebagian besar terjadi karena bantuan tentara merah,kelihatan memperkuat gerakan
komunis internasional di bawah pimpinan Uni Soviet. Komunisme internasional kelihatan diperkuat lagi

69
dalam bulan September 1949,waktu negeri China secara resmi masuk kampensialis. Tetapi pertentangan
antara partai komunis di Uni Soviet dan partai komunis Jugoslavia yang pecah secara terbuka pada
petengahan tahun 1948 menunjukkan,kesatuan gerakan monolitas komunis yang termahsyur itu dapat
tergoncang juga, dan suatu partai komunis dapat juga mempertahankan diri melawan Uni Soviet.

a. Destalinisasi

Dalam tubuh partai komunis Uni Soviet sendiri pun muncul kekuatan-kekuatan yang melawan
Stalinisme yang suda lama mulai bergerak. Kekuatan-kekuatan itu sudah lama muncul secara terbuka
sesudah kematian Stalin (1953) dengan tuntutan diadakannya pimpinan kolektif. Pidato rahasia
Khrushchev pada kongres partai Uni Soviet ke-20 (1956) untuk membuka serangan umum terhadap
Stalisnisme dengan tujuan untuk mengakhiri kultus individu,meulihkan demokrasi dalam
partai,membatasi kekuasaan polisi rahasia,dan meningkatkan kedudukan partai dalam negara Soviet.
Kenyataannya,sekarang hampir semua partai komunis,kecuali partai komunis Albania yang tetap
Stalinis,menekankan perlunya perluasan dan pengembangan selanjutnya demokrasi dalam partai.
Menunjukkan bahwa di bawa Stalin, peraturan-peraturan partai sering dilanggar.
Pemberitahuan-pemberitahuan Khrushchev tentang penindasan-penindasan partai komunis Uni
Soviet dan tentang –tentang pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum-hukum sosialis di bawah Stalin
merupakan pukulan hebat buat partai-partai komunis di luar negeri. Detil-detil lebih lanjut yang
dikemukakan pada kongres ke-22 tentang pelanggaran-pelanggaran norma-norma partai, penangkapan-
penangkapan yang sewenang-wenang,pengakuan-pengakuan yang dipaksakan, hukuman-hukuman
penjara dan hukuman-hukuman mati yang dijatuhkan, lebih meruntuhkan lagi kewibawaan partai.
Destalinisasi memang tidak sampai menggoncangkan Struktur dasar dan monopoli kekuasaan politik
partai komunis,tetapi disentegrasikan gerakan komunis internasional lama-kelamaan tidak bisa di cegah.
b. Konflik Moskow-Paking

Sesudah kongres partai komunis Uni Soviet ke-22 perbedaan-perbedaan pendapat diantar partai
komunis China dan Uni Soviet semakin muncul,biar pun belum kelihatan secara terbuka.kaum komunis
China masih menerimah,bahkan menuntut,agar partai komuis Uni Soviet tetap memimpin partai
komunis internasional. Konfernsi 64 partai komunis sedunia dan kesatuan ideologiis yang goncang
sesudah peristiwa-peristiwa Polandia dan Hongaria. Dilihat sepinta lalu kongres itu berhasil, tetapi
adanya perpecahan antara dua partai komunis raksasa itu sudah kelihatan dengan jelas. Sesudah
konfrensi kaum komunis China mulai mencari dukungan buat sikap mereka menentang politik
koeksistensi damai yang disponsori Uni Soviet. Karena usaha yang diartikan sebagai pemecah belahan
ini,kaum komunis China dijatuhi “kritik persaudaraan” pada suatu konfrensi partai-partai komunis di
Bukares pada bulan juni 1960. Pada november 1960 diadakan pertemuan 31 partai yang dalam komunike
penutup sekali lagi menekankan kesatuan dan solidaritas internasional. Disamping itu komunike itu
membuat membuat suatu serangan tajam melawan komunis Jugoslavia,yang dituduh sebagai
pengkhianat Marxisme-Leninisme dan tukang subversi melawan kaum sosialis dan gerakan dunia
komunis. Ketajaman serangan itu menunjukkan ciri-ciri tulisan tangan kaum komunis China. Tetapi
pada kongres partai komuni Jugoslavia diperlemah,sebagai gantinya partai buruh Albania yang
dianggap sebagai corong partai komunis China di Eropa,dijatuhi kritik pedas.

Jurang antara dua lawan raksasa dalam komunisme internasional itu baru diketahui umum pada
tahun 1936.tentu ada cukup banyak usaha untuk memulihkan kesatuan kamp komunis. Begitu misalnya
beberapa partai komunis menggagalkan diundangkannya suatu konfrensi sedunia selanjutnya,dan
dengan demikian dapat mencegah perpecahan itu diresmikan dengan dikucilkannya partai komunis

70
China dari umat komunisme internasional. Partai Komunis Uni Soviet hanya berhasil mengumpulkan
suatu pertemuan konsultatif yang diikuti 19 parta komunis (1965),dan dimana sekali lagi ditekankan
perlunya suatu kelanjutan konsultasi-konsultasi diantara partai-partai komunis guna mempersiapkan
suatu konferensi sedunia pada saat yang belum dapat ditentukan. Sampai saat itu ke-19 partai tersebut
menuntut penghentian dari polemik umum yang sangat merugikan itu,serta agar prinsip untuk tidak
mencampuri urusan-urusan dalam diri partai-partai lain diperhatikan --- suatu sindiran terhadap usaha-
usaha komunis China untuk membentuk fraksi-fraksi pro-china dalam partai-partai yang pro-soviet dan
netral. Dari tanggal 5 sampai 17 juni 196 akhirnya diadakan konferensi partai-partai komunis dan buruh
sedunia yang ke-3 di Moskow,yang diikuti oleh 75 partai. Pertemuan itu tidak berhasil menjembatani
jurang karena partai komunis China dan semua partai Pro-China tidakmenghadiri pertemuan itu.
Semua 94 partai komunis didunia terlibat dalam konflik Moskow-Paking. Ke kamp Moskow
terhitung semua partai Eropa kecuali Albania (yang Pro-China) dan Rumania (yang netral),kecuali itu
partai-partai Republik Rakyat Mongolia,Srilangka,Australia,Amerika Serikat,Kanada,dan kebanyakan
dari Amerika latin. Begitu pula partai-partai di Iran,irak,dan Israel,serta mayoritas besar di Afrika (yang
kebanyakan memang hampir tidak berarti apa-apa) berpihak ke Moskow. Pengikut-pengikut china
adalah partai-partai komunis di Korea Utara,Jepang,Indonesia,Korea Selatan,Malaysia,Burma,
pakistan,dan Muangtai. Juga partai komunis kecil Selandia Baru berpihak ke China, sedangkan Partai
komunis India yang besar terpecah dua.
Dalam hubungan ini sikap partai-partai di Indocina yang beru saja berhasil mencapai
kemenangan mutlak dan merebut kekuasaan,menarik perhatian. Kelihatan partai-partai komunis di
Vietnam utara dan selatan semakin pro-Moskow,dan bersikap dingin terhadap China. Selain oleh
kecurigaan tradisional bangsa Vietnam terhadap tetangga raksasanya di Utara,sikap itu kelihatan juga
disebabkan oleh bantuan besar yang telah diberikan oleh Uni Soviet kepada Vietnam selama
perjuangannya,sedangkan bantuan baru menjadi komunis berkiblat ke Moskow. Sedangkan
pemerintahan baru Kamboja terang-terangan Pro-Paking,mengngat Moskow dulu tida menarik kembali
pengakuannya terhadap rezim Lon-Nol.

c. Sebab-Sebab Perpecahan Komunisme Internasional

Walaupun konflik Moskow-Pekking kelihatan sebagai pokok permasalahan yang merajalela


dalam tubuh komunisme internasional,namun konflik itu tidak terjadi sebuah pertentangan itu hanya
melainkan membuat kentara suatu konflik yang lebih mendalam dan fundamental. Konflik itu dalah
konflik antara kepentingan-kepentingan nasional masing-masing partai dan negara komunis dengan cita-
cita internasionalisme. Konflik itu kelihatan waktu komintern didirikan dan hanya kemudian ditutup-
tutupi saja secara dangkan dengan jalan menstalinisasikan partai-partai komunis. Sebetulnya kesatuan
monolitis komunisme sedunia selalu hanya dipaksakan dari luar dan dibuat-buat,dan bukan suatu
kesatuan yang betul-betul sendiri berdasarkan faktor-faktor yang nyata seperti faktor
ekonomis,kebudayaan,dan politik yang searah. Partai komunis Uni Soviet sendiri secara tidak langsung
membenarkan kenyataan ini sebagaimana telihat dari janjinya pada partai-partai komunis bahwa
“hubungan-hubungan persaudaraan akan dibangun . . . atas dasar kesamaan hak yang sepenuhnya dan
kerja sama yang bebas”.
Namun janji-janji semacam itu tidak jadi dipercayai lagi sejak intervensi dari 5 negara Fakta Warsawa
Cekoslavakia tahun 1968. Betapapun janji-janji itu diulang-ulang,kelihatan sekali bahwa rekan-rekan
sekamp komunis tidak saling mempercayai.sekali lagi pergerakan kepentingan-kepentingan komunisme
sedunia dan mencemplungkannya kedalam krisis. Pertentangan-pertentangan itu lebih menghebat
waktu pada musim semi tahun1969 konflik perbatasan China-Soviet mencapai puncak baru dengan

71
adanya pertempuran-pertempuran berdarah pada sungai perbatasan Usuri. Keadaan itu pada dasarnya
masih berlaku. Malah sejak pendekatan antara RRC dengan Amerika serikat,RRC sudah dengan terus
terang memandang Uni Soviet sebagai musuh yang utama,dan memberi dukungan terbuka kepada
kesatuan Eropa Barat dean NATO, serta tidak jemu-jemu mengulangi peringatannya agar Eropa dan
Amerika jangan percaya kepada hasil detente dengan Uni Soviet.
Sebagai rangkuman dapat dikatakan,tuntutan Moskow atas hak pimpinan terhadap gerakan
komunis internasional mulai patah pada saat adanya partai-partai komunis yang berhasil untuk
mencapai kekuasaan di dalam negaranya sendiri tanpa bantuan tentara merah Uni Soviet,khususnya
dengan muncul RRC di gelanggang internasional. Telah berkembanglah beberapa pusat komunisme
nternasional yang berdiri sendiri dan sama haknya. Dari keadaan ini partai komunis yang lain
beruntung. Dengan sendirinya mereka mendapat ruang gerak bebas yang lebih luas untuk menjalankan
suatu politik yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Keputusan monolitis gerakan
komunis sedunia sudah tidak ada lagi. Dan tidak pula diharapkan akan pulih kembali. Kesatuan itu
hanya selalu mungkin karena dipaksakan oleh Stalinisme,dan sebetulnya menuntut kurban-kurban yang
mengerikan dari banyak partai-partai komunis lokal.
Akar perpecahan dalam kamp komunis internasional terletak dalam konflik fundamental antara
kepentingan-kepentingan nasional Uni Soviet yang diideologisasikan sebagia kepentingan partai –partai
komunis sedunia,dan kepentingan nasional,regional,dan lokal partai-partai itu sendiri. Tetapi juga antara
tuntutan-tuntutan ideologis untuk dimana saja mandukung segala macam usaha kelas-kelas tertindas
untuk membebaskan diri dari satu pihak,dan kepentingan politik kongkret suatu partai komuis lokal.
Begitu misalnya,partai komunis Israel tidak dapat mendukung kebijaksanaan Timur Tengah dari
Moskow atau Peking,tanpa membunuh diri. Cekoslovakia tidak dapat memberi senjata pada geriliawan-
geriliyawan komunis di Malaysia,kalau berkepntingan untuk menjalin hubungan perdagangan yang baik
dengan negara itu. Dan,partai komunis Itali telah melontarkan kritik tajam terhadap sikap “Stalinis”
partai komunis Portugal di bawah Alvaro Cunhal,karena ekstrimisme politik kaum komunis di Portugal
merugikan usaha kaum komunis di Italia untuk mmemasuki suatu koalisi dengan partai Democrasia
Christiana. Dapat disimpulkan, kesatuan monolitis gerakan komunis internasional sebetulnya tidak
pernah sesuai kepentingan-kepntingan serta kemungkinan-kemungkinan masing-masing negara dan
partai komunis.
Kesatuan ideologis gerakan komunis sebagian besar masih dipertahankan. Tetapi kesatuan itu,sesuai
dengan Marxisme tentang sifak sekunder ideologi-ideologi,tidak dapat mengatasi pertentangan antara
kepentingan – kepentingan yang nyata dari partai-partai dan negara-negara yang bersangkutan.
Kepentingan-kepentingan yang itulah yang menentukan keputusan politik yang kongkret. Polisentrisme
(polisentrisme adalah istilah yang,sejauh kami tahu,untuk pertama kali dibentuk dalam tahun 50-an oleh
Palmiro Togliatti,pemimpin partai komunis Italia,untuk menegasakan bahwa lebih baik kalau gerakan
komunis internasional mempunyia beberapa pusat dan masing-masing partai diizinkan untuk mencari
jalannya kearah Sosialisme) memberi lebih banyak aegi kemungkinan kepada negara-negara dan partai-
partai komunis untuk melakukan suatu politik yang sesuai dengan kepntingan merka sendiri.
Kesempatan itu tentu akan mereka pergunakan. Tetapi itu sekaligus mengakibatkan juga negara-negara
komunis --- sebagaimana Uni Soviet sendiri sejak semula --- akan lebih mengarah politk mereka
menuntut kepentingan-kepentingan geopolitis dan sosial mereka sendir dari pada tuntuntan ideologi.
Perkembangan semacam itu tidak dapat disebut baik. Lebih mudahlah mencapai suatu pemecahan
berdamai terhadap pertentangan-pertentangan yang ada apabila bertolak belakang dari kepentingan
mereka yang nyata dari motivasi-motivasi ideologis. Karena kepentingan-kepentingan yang nyat terbuka
untuk diskusi rasional,sedangkan ideologi-ideologi tidak.

72
Sekarang kita secara singkat akan membicarakan negara-negara dimana komunisme mancapai
kekuasaan lepas dari Moskow pusat-pusat baru dalam komunisme internasional.

IV. Pusat-Pusat Komunisme yang Baru

Dalam uraian selanjutnya kami membatasi diri pada tiga negara : Jugoslavia,Kuba,dan China. Dalam
tiga negara itu komunisme dimenangkan bukan oleh senjata-senjata tentara merah Uni Soviet, melainkan
dalam suatu revolusi yang dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan lokal.ditiga negara itu telah
berkembang suatu bentuk komunisme yang khas dan berpengaruh secara imternasional. Negara
lain,seperti misalnya,tiga negara di Indocina masih kurang diketahui negara luar,apalagi karena terus
terlibat dalam peperangan-peperangan,dan belum sempat mengembangkan suatu komunisme tertentu
yang pantas kita bicarakan. Itulah sebabnya ketiga negara itu,dan dengan demikian juga Ho Chi
Minh,tidak dibicarakan. Sedangkan gerakan komunis yang lain belum kelihatan ada yang menunjukkan
suatu kekhususan atas kekhasan yang menarik perhatian umum.

A. Jugoslavia

Jugoslavia pantas diperhatikan bukan pertama-tama karena prestasi-prestasinya,melainkan karena


prespektif-perspektif dan kemungkinan-kemungkinan baru yang terbuka dengannya. Kami hanya akan
membicarakan beberapa segi saja.

Jugoslavia adalah negara pertama sejak Uni Soviet dimana sosialisme dibangun ata kekuatannya
sendiri. Dalam perang dunia II geriliyawan-geriliyawan Tito sangat merepotkan tentara pendudukan
Jerman. Sesudah kekelahan Jerman 1945,tentara geriliyawan itu mengambil over seluruh Jogoslavia.
Jugoslavia tidak pernah diduduki oleh tentara meraha Rusia. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin
komunis Jugoslavia mempunyai suatu kepercayaan diri yang kuat,dan dengan sangat cemburu menjaga
kebebasan mereka. Sikap itulah yang pada tahun 1948 mengakibatkan terputusnya hubungan antara
Stalin dan Tito. Stalin menyadari bahwa Tito bisa menjadi model yang menular dan oleh karena itu ia
mengutuk Titoisme sebagai pengkhianat terhadap Marxisme. Diputuskannya segala hubungan dengan
Jugoslavia dan diadakannya suatu blokade ekonomi total. Pada perbatasan dipusatkan tentara-tentara
dan terjadi pelbagai insiden disitu. Namun Jugoslavia,yang dibajakan dalam perang geriliyawan dengan
Jerman,tidak dapat ditakut-takuti. Ternyat Stalin tidak berani menyerang Jugoslavia. Kemudian,di
Bawah Krushchev,hubungan baik antara Jugoslavia dengan Uni Sovietagak dipulihakan tetapi baru
sesudah Krushchev secara defenitif mengakui kebebasan Jugoslavia dan partai komunis Jugoslavia untuk
menempuh jalannya sendiri ke sosialisme.

Justru jalan sendiri ke sosialisme yang hangat didiskusikan dinegara-negara komunis di Eropa
Timur. Siapa yang menyetujuinya dikutuk sebagai Titois. Keberhasilan Tito untuk mendapatkan
pengakuan resmi dari Uni Soviet terhadap haknya untuk memilih jalan sendiri,merupakan permulaan
keruntuhan kekuasaan mutlak Moskow terhadap partai-partai komunis lain di seluruh dunia.

Juga dalam bidang ekonomi dan politik,Jogoslavia mengambil jalan lain. Mula-mula dicobanya
untuk melaksanakan kolektivisasi pertanian,tetapi gagal dan tidak pernah dicobanya lagi. Eksperimen
yang paling menarik perhatian ( dan sampai sekarang tanpa tandingan dalam dunia komunis ) adalah
percobaan untuk menyerahkan pimpinan dan menyerahkan kepengurusan perusahaan-perusahaan ke
tangan buruh-buruh perusahaan itu sendiri,sehingga buruh-buruh betul-betul berkuasa pada segala
kebijaksanaan dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Dalam Negara-negara komunis Eropa Timur

73
lainnya penghapusan kapitalisme berarti pemindahan perusahaan-perusahaan dari tangan majikan
Swasta menjadi hak milik Negara. Peranan buruh-buruh tetap seperti sedia kala, hanya sebagai
penerimah upah saja. Bahkan hak-hak mereka berkurang. Kalau dimasa kapitalisme mereka dapat
mogok dan dapat juga berseru pada Negara sebagai wasit untuk menjamin Undang-Undang,maka
dalam semua Negara komunis pemogokan dilarang keras dengan dalih bahwa pabrik-pabrik itu toh
sudah merupakan milik kaum buruh dan orang tidak bisa mogok melawan dirinya sendiri. Tetapi,oleh
karena yang memiliki pabrik-pabrik itu Negara sendiri yang maha kuasa,Negara tidak lagi bisa menjadi
wasit yang netral diantara buruh-buruh dan pengusaha-pengusaha. Tidaklah mengherankan lagi,Negara
sendiri menjadi satu pihak. Dalam Negara-negara komunis,serikat-serikat buruh sudah menjadi alat
dalam tangan partai komunis,mereka tidak lagi mewakili buruh-buruh terhadap majikan (artinya
terhadap Negara),melainkan menjadi antek Negara untuk memeras burh agar bekerja lebih keras dan
agar lebih mudah dapat dikontrol.

Pada latar belakang itu eksperimen Jugoslavia untuk betul-betu memindahkan hak milik pribadi atas
alat-alat produksi ke tangan kelas-kelas buruh dipandang sebagai tantangan buat Uni Soviet dan satelit-
satelitnya di Eropa Timur. Sosialisme yang dipraktekkan di Jugoslavia mengancancam kekuasaan mutlak
dari birokrasi partai Komunis. Walaupun Jugoslavia memang mengalami kemunduran-kemunduran
juga dan justru sekarang harus berjuang dengan pelbagai kesulitan ekonomis, namun eksperimen
penguasaan pabrik-pabrik oleh kaum buruh sendiri dapat dinilai sebagai usaha untuk membuka
kemungkinan-kemungkinan baru untuk mengorganisasikan proses produksi yang lebih sesuai dengan
martabat manusia sebagai mahkluk yang bebasa dan bernilai pada dirinya sendiri.

Dalam bidang politik,perbedaan siatem Jugoslavie dengan system Uni Soviet terletak dlam
desentralisasi yang lebih besar dan dalam control-kontrol terhadap masyarakat yang jauh lebih sedikit.
Oleh karena itu, Jugoslavia memiliki komunisme yang paling liberal dan manusiawa dalam diantara
semua Negara komunis. Dibandingkan Negara-negara komunis lain,orang-orang Jugoslavia lebih
menikmati suatu kebebasan yang relative lebih besar,dapat menjalankan agama-agama mereka dengan
hampit tidak dihalang-halangi lagi, dan ornag bukan anggota partai pun dapat mengadakan perjalanan
keluar negeri,termasuk ke Negara-negara barat, dan pers Barat dapat dibeli disana.

Sebagaimana dapat diharapkan,usaha untuk membangun suatu masyarakat komunis yang tidak
diktatoris menghasilkan suatu kesuburan pemikrin filsafat yang tidak terdapat dalam Negara komunis
lain apa pun juga. Filsuf-filsuf Jugoslavia terkenal,antara lain, keran kritik mereka yang tanpa kompromi
terhadap Stlinisme. Oleh keran itu, filsuf-filsuf Uni Soviet mereka sebagai revisionis. Salah satu usaha
Filsuf Marxis Jugoslavia ialah penerbitan Majalah internasional PRAXIS yang merupakan corong bagi
filsuf-filsuf Marxis-slavia yang maju. Mereka terlibat untuk mengembang suatu Marxisme yang
kritis,kritis terhadap dirinya sendiri pula terhadap segala unsure-unsur yang dapat menagarah kepada
Stalinisme. Berdasarkan Filsafat Marx muda dan unsure kritis dalam buku Das Kapital (khususnya
dalam pasal I tentang Fetisme barang-barang dagang),mereka berusaha untuk mengembanga suatu
konsep Marxisme yang humanis,terbuka,tanpa represi dan Emansipatoris. Sayanglah sementara ini
majalah PRAXIS ditutup oleh penguasa dan beberapa tokoh Filsafat diusir dari kursi-kursi mereka di
Universitas.

Dari yang terakhir itu kelihatan jugoslavia masih berusaha merupakan Negara tanpa represi-represi
yang benar,disana hak-hak azasi dan kebebasan pribadi belum diakui seluruhnya. Kelemahan-
kelemahan Jugoslavia yangbercorak politik,ekonomis,dan social harus diakui. Apalagi mundurnya Tito
(yang umurnya sudah melampaui 80 tahun) dari kelas dinegara dalam waktu yang tidak mungkin
terlalu lama lagi,…… mengandung ancaman besar. Namun semua tidak meniadakan jasa Jugoslavia

74
sebagai Negara Negara komunis pertama (dan satu-satunya sampai sekarang) yang berani menginginkan
semacam kebebasan --- meskipun masih terbatas --- bagi warga-warganya dan dengan demikian
menantang rezim-rezim komunis lain dengan pola suatu kemanusiaan yang tidak tanpa harapan.

B. K U B A

Pada tanggal 26 juli 1953 sebuah gerombolan revolusioner dibawah pimpinan seorang bernama Fidel
Castro menyerang sebuah tangsi,serangan itu gagal. Itulah permulaan gerakan revolusi Kuba. Pada
tahun 1956 Castro mengadakan invasi lagi ke Kuba dengan 80 orang pengikut. Hanya 12 orang yang
berhasil lolos ke pegunungan dan sempat melanjutkan perjuangan mereka. Akhirnya pada tanggal 1
januari 1959,dictator Kuba, F. Batista melarikan diri ke Amerika,dan Fidel Castro mengambil over
kekuasaan di Kuba. Behwa revolusi itu berhasil dan akhirnya melahirkan tata-susunan masyarakat
sosialis dengan Marxisme-Leninisme sebagai ideology resmi,merupakan suatu perkembangan yang
cukup menarik dan luar biasa dalam rangka komunisme internasional.

Kami akan menguraikan dulu fakta-fakta pokok dan kemudian menunjuk pada beberapa pelajaran
yang dapat di tarik darinya

1. Beberapa Sesi Pokok Revolusi Kuba

Dalam rangka tinjauan kita,fakta yang paling mencolok pada revolusi Kuba bukanlah sukses cepat
kaum revolusoner di sektar Castro. Sukses itu dapat dterangkan dar sebab-sebab yang khusus berlaku d
Kuba,yang tidak banyak hubungannya dengan Marxisme dan juga tdak banyak membantu kita untuk
menilai bagaimana kemungkinan berhasilnya orang gerliya pada umumnya. dapat,misalnya,korups
Batista,ketidak puasan umum d Negara itu,justru juga dikalangan borjuasi besar d kota-kota;smpati
umum terhadap gerakan Fidel Castro yang melancarkan revolusinya atas nama humanism dan bukan
atas nama Marxisme,simpat yang tidak terbatas d kuba saja tetapi juga dirasakan di Amerika,dan
mengakbatkan Batista tidak mendapat dukungan yang sungguh-sungguh.

Melainkan fakta yang paling mencolok dalam revolusi Kuba adalah bahwa revolusi dijalankan oleh
orang-orang Borjuis yang waktu itu memandang diri sebagai Marxis,dan bahwa dalam revolusi itu kaum
buruh praktis memainkan peranan sama sekali,serta dari revolusi itu muncullah suatu Negara yang
sungguh-sungguh sosialis dengan Marxisme-Leninisme sebagai ideologinya. Kuba sampai sekarang
merupakan satu-satunya kasus dimana suatu kelompok yang mula-mula bukan Marxis merebut
kekuasaan,dan kemudian memasukkan Marxisme-Leninisme. Dalam peristilahan Marx harus
dikatakan,revolusi Kuba itu revolusi sosialis dan mengakibatkan pembentukan masyarakat sosialisme.
Sulitlah untuk memutuskan apakah pernyataan Castro kemudian hari bahwa ia sudah lama sekali
seorang Marxis,itu dapat diandaikan. Tetapi mungkin sekali bahwa baru politik picik Amerika Serikatlah
yang memaksa Castro untuk mendasarkan sistemnya atas dukungan Rusia dan dengan demikian atas
ideology Marxisme-Leninisme.

Pada tahaun 1959 Castro sudah mulai Landreform. Hubungan-hubungan hak milik dalam ekonomi
Kuba waktu itu sedemikian rupa sehingga setiap perubahan sudah mesti menyentuh kepentingan-
kepentingan Amerika Serikat. Amerika tidak menerimah suatu pengurangan kepentingan-
kepentingannya. Mereka mengancam pemotongan jatah gula yang dapat diekspor ke Amerika
Serikat,dan ancaman itu dilaksanakan juga dengan memasang suatu embargo perdagangan dengan Kuba
pada tahun 1960. Kampanye pers melawan Castro ,penyambutan hangat emigran-emigran, dan
pemboman-pemboman KUba yang dilancarkan dari wilayah Amerika Serikat menyediakan alas an buat

75
pemerintah Kuba untuk mengambil tindakan-tindakan balasan dalam bentuk nasionalisasi hak milik
Amerika Serikat. Sekaligus diadakan pendekatan kepada Negara-negara sosialis. Pada tanggal 1
desember 1969Castro demngan Resmi mengaku sebagai Marxis-Leninis.

Castro tidak pernah menjadi anggota partai komunis Kuba yang sudah berdiri sejak tahun
1925.partai itu bahkan mengkritik usaha pemberontakan Castropada tahun 1953. Baru pada musim
panas tahun 1958, lebih dari setengah tahun sesudah pergerakan geriliyawan Castro, partai komunis
mendukung pergerakan Castro secara resmi. Sesudah kemenangan Castro,partai komunis Kuba berusah
sekuat tenaga,dengan jalan infiltrasi ke serikat-serikat buruh dan administrasi Negara,untuk
menciptakan suatu dasar untuk memainkan peranan yang menentukan dalam kelanjutan revolusi itu.

Dalam musim pana tahun 1961 partai komunis Kuba dan sayap kiri gerakan Fidel Castro
dipersatukan dalam satu wadah organisatoris,yang empat tahun kemudian diberi nama Partai Komunis
Kuba (Partido Communista de Cuba). Dalam organisasi persatuan itu kaum komunis lama mula-mula
berusaha untuk menyingkirkan partner barunya (kaum revolusioner Castro. Pada tahun 1962 pecahlah
bentrokan terbuka antara dua piha itu. Moskow ternyata berpihak kepada Castro. Sesudah itu pengaruh
kaum komunis lama terus mundur. Diantar delapan anggota Politbiro yang dibentuk pada tahun 1965
tidak ada seorang pun dari partai komunis lama. Itu memperlihatkan bahwa Partai Komunis Kuba yang
baru de facto seluruhnya ditanggung oleh kaum revolusioner Castroyang berpaling ke Marxisme-
Leninisme.

Sekarang Kuba merupaka Negara sosialis. Dengan beberapa kekecualian kecil,seluruh perdagangan
eceran,took-toko,restoran-restoran,dan pompa-pompa bensin,begitu pula seluruh perumahan. Pertanian
dibagi dalam sector negeri,sector koperasi,dan sector usaha swasta. Rakyat ditampung dalam pelbagai
organisasi Negara dan masyarakat : partai,serikat buruh,pionir-pionir muda,komunis-komunis
muda,serikat wanita-wanita, dan seterusnya.

2. Pelajaran-Pelajaran dari Revolusi Kuba

Perkembangan di Kuba menunjukkan betapa besarnya daya tarik Marxisme-Leninisme terhadap


pemimpin-pemimpin revolusioner dalam Negara-negara yang sedang berkemban. Ada beberapa alasan
untuk phenomena itu. Karena sifat antikapitalis dan antimperialis Marxisme-Leninisme yang cocok
untuk dipakai sebagai dasar teoritis bagi segala macam usaha untuk merubah struktur masyarakat secara
Radikal. Daya tarik itu diperkuat apabila kelas-kelas atas dan kekuasaan-kekuasaann hegemonial diluar
negeri bersikap bodoh dank eras. Apabila merek selalu menolak segala bentuk reformasi yang sedikit
saja menyentuh kepentingan-kepentingan mereka. Sikap itu sudah tentu mengakibatkan suatu
radikalisasi dipihak mereka yang berusaha mereformasi masyarakat. Sikap yang menentang semua
reformasi Strutural dan demokratis seakan-akan membenarkan pendapat yang semula hanya
dikemukakan oleh kaum Komunis,hanya satu-satunya jalan untuk memebrantas ketidak adilan adalah
melalui suatu revolusi saja. Dengan demikina kekuatan-kekuatan kritis yang moderat didorong ke kamp
yang radikal. Dalam kasua Kuba, adanya Amer ika Serikat sebagai musuh objektif mempermudah usaha
Castro untuk mempergunakan semangat nasional bagi tujuan-tujuannya,sedangkan semangat
revolusioner yang sungguh belum begitu kuat.

Mula-mula Castri menggambarkan revolusi sebagai revolusi humanis. Maksudnya sebagai usaha
radikal untuk menaikkantingkat hidup dan pendidikan bagi masyarakat sebagaimana kiranya dapat

76
dicapai dengan tindakan-tindakan seperti : kenaikan upah,penurunan uang sewa rumah,sekolah ,rumah
sakit,dan instalasi-instalasi saniter,serta suatu aksi untuk menghapus kebutahurufan secara besar-
besaran. Pertanyaan : apakah Castro sejak semula seorang Marxisme-Leninisme sejati,tidak amat perlu
dijawab. Pokoknya usaha Castro untuk membebaskan masyarakat dari struktur yang lama menimbulkan
perlawanan mati-matian drai kelas yang berkepentingan dengan struktur lama itu,baik di dalam
maupun di luar negeri. Dengan demikian, Castro dihadapkan pad pilihan antara menyerah atau
menempuh jalan ekstrem,jalan Marxis-leninisme.

Yang menarik perhatian adalh sikap partai komunis di Kuba terhadap gerakan Castro,baru agak
terlambat diakuinya gerakan itu,kemudian dicoba untukmenginfiltrasikannya tetapi tidak berhasil. Ada
kemungkinan bahwa pendirian suatu rezim sosialis dalam Negara-negara yang sedang berkembang
lebih mudah akan terjadi melalui sebuah revolusi,yang mula-mula bebas dari suatu ideology tertentu
dan bertindak secara pragmatis saja,baru kemudian mengambil over Marxisme-Leninisme. Sedangkan
kemungkinan bahwa kekuasaan diambil over oleh Partai Komunis Tradisional malahan tidak begitu
besar. Itu Khususnya kelihatan berlaku bagi Amerika Latin,dimana semenjak waktu yang sudah lama
sudah ada banyak Partai KOmunis yang sampai sekarang,berkat taktik ortodoks mereka,sama sekali
tanpa apapun juga.

Dibandingkan dengan kegagalan usaha-usaha partai-partai komunis tradisional,sukses gerakan


Castro sangat mencolok. Karena sukses itu,gerakan Castro dianggap Model oleh kaum revolusioner
Amerika Latin. Kecondongan ini mendapat uraiannya yang teoritis dalam tulisan filsuf Perancis,Regis
Debray. Tesis adalah bahwa perang geriliya adalah satu-satunya jalan revolusioner untuk Negara
Amerika Latin. Alat untuk menumbangkan rezim lama bukanlah perjuangan kelas, melainkan perang
rakyat melawan imperialism dan kelas-kelas atas dalam negeri bersekutu dengannya; bukan lagi kelas
buruh yang merupakan wahana revolusi,melainkann tentara rakyat,dan partai sebagai pasukan tempur
diganti oleh para geriliyawan. Hokum-hukum oekonomi dianggaptidak mempunyai arti yang primer.
Yang menentukan adalah sikap subjektif suatu Voluntarisme yang ekstrem.

Menurut Debray,angkatan bersenjata dalam Negara-negara Amerika LAtinsudah goyang dan oleh
karena itu harus dihancurkan. Diantar kapitalisme dalam dan luar negeri disatu pihak,dan petani-petani
dipihak lain,terdapatlah suatu perang kontinyu. Che Guevara mencoba menerapkan teori ini dalam
praktek di Boloivia. Ia mengharapkan, kelompok kecil gerilyawan Kuba dan Bolivia yang dipimpin
olehnya bisa menjadi kekuatan inti dari suatu gerakan geriliyawan yang lama kelamaan akan menarik
petani-petani dan akan berkembang menjadi satu, Vietnam Kedua. Sebagai mana diketahui,usaha ini
berkahir dengan kehancuran total dan terbunuhnya Che Guevara sendiri hampir persis 11 bulan (ia
dibunuh pada tanggal 9 oktober 1967).

Dapat disimpulkan bahwa Che Guevara gagal, karena ia membuat kesalahan yang sama kaum
komunis ortodoks. Yang terakhir ini tidak mencapai kemajuan-kemajuan karena mereka terikat pada
metode-metode Lenin tanpa memperhatikan kondisi-kondisi setempat. Begitu juga Che Guevara gagal,
karena ia begitu saja menerapkan pengalaman-pengalaman di Kuba,dalam bentuk ideologis Debray,
pada Bolivia tanpa sebelumnya mengadakan suatu analisis tentang keadaan masyarakat kongkret disana.
Sebenarnya keadan di Bolivia hampir sama sekali berlainan dibanding Kuba. Che Guevara sama sekali
tidak berhasil mendapatkan dukungan dari kaum petani untuk gerakan geriliyanya. Ia sama sekali
terisolasi dan kahirnya dihancurkan. Memang talah menjadi kenyataan sejak revolusi Castro tidak ada
Negara Amerika Latinsatu pun dimana gerakan geriliya berhasil merebut kekuasaan. Bahkan
kelihatan,gerakan geriliyawan dengan kekecualian Argentina yang mempunyai keadaan yang
spesifik,sejak akhir 60-an mundur,bahkan sama sekali hilang.

77
Kita dapa menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Revolusi Castro telah membuktikan bahwa skema revolusi Marxis-Leninis tidak begitu saja
dapat diterapkan pada Negara-negara berkembang; di Negara-negara sedang berkembang
Marxisme-Leninisme direduksi menjadi suatu alat ideologis untuk membenarkan suatu
perubahan revolusionerbagi kaum revolusiner yang tidak mempunyai ideology tersendiri.
2. Revolusi Castro berhasil karena memperhatikan kekhususan keadaan di Kuba. Skema revolusi
Castro tidak dapat begitu saja diterapkan pada Negara-negara lain.
3. Gerakan revolusioner mendapat angin apabila kelas-kelas atas dalam negeri dengan tegas
menolak reformasi-reformasi social. Karena revolusi hanya dapat berhasil apabila mendapat
dukungan dari rakyat, tetapi dukungan itu hanya diperolehnya apabila rakyat betul-betul
merasa tidak puas. Menolak reformasi-reformasi yang diharapkan oleh rakyat menciptakan
suasan ketidak puasan yang menjadi tanah subur buat gerakan-gerakan revolusioner.

C. C H I N A

Dalam Republik Rakyat China,dibawah pimpinan si raksasa Mao Tse-Tung, komunisme pimpinan
Moskow menemukan alternatifnya,baik sebagi model suatu masyarakat sosialis maupun sebagai
pemimpin gerakan komunis internasional. Komunis China amat besar artinya,karena terlaksana dalam
salah satu Negara yang sedang berkembang dan tanpa bantuan dari luar. Dibawah Pimpinan Partai
Komunis negeri China untuk pertama kali dalm lima ratus abad terakhir untuk menjamin suatu
pemenuhan minimal dari kebutuhan-kebutuhan dasar dari rakyat dalam hal
makanan,pakaian,perumahan,jaminan social, perawatan medis,dan lain sebagainya,bagi kurang lebih
800 juta orang atau seperempat umat manusia. Prestasi ini tanpa tanding dalam sejarah modern,dan
diakui pula oleh dunia bukan komunis. Juga pertama kali dalam sejarah China,sejak ratusan tahun massa
petani tidak perlu menderita kelaparan terus menerus. Itulah sebabnya China mu tak mau menjadi
model pemecahan masalah Negara-negara yang sedang berkembangyang mendapat perhatian di seluruh
dunia.

Di pihak lain,tidak dapat disangkal harga manusiawi harus dibayar oleh rakyat China tinggi.
Sebagaimana masih akan diperlihatkan,system China komunis itutotaliter dan tidak dapat disesuaikan
dengan cita-cita barat tentang kebebasan dan martabat manusia. Jutaan orang telah dikorbankan demi
tercapainya masyarakat yang baru itu.

Dengan demikian China komunis menjadi bahan pertengkaran justru dari perpektif mereka,yang
disatu pihak memahami beratnya masalah pembangunan Negara-negara sedang berkembang tetapi
dipihak lain tidak dapat menerimah ideology Marxisme-Leninisme : bagaimana menilai “eksperimen
China Maois” itu ? ada yang menunjuk pada harga tinggi tadi : kemajuan RRC di bayar dengan
hilangnya kebebasan. Yang lain menjawab, suatu system politik harus diukur menurut prestasinya yang
nyata. Menurut mereka,cita-cita a la Barat di Negara-negara terbelakang (dan China 30 tahun yang lalu
termasuk Negara-negara itu ) toh hanya dapat dinikmati segelintir lapisan atas sedang buat massa rakyat
yang sehari-hari bergulat untuk mendaptkan sesuap nasi, “kebebasan pribadi” dan “martabat manusia”
tidak berarti. Buat mereka itu syarat segala perbaikan “manusiawi” adalah agar kebutuhan-kebutuhan
yang paling dasar dapat dipenuhi. Dan itulah yang dicapai oleh RRC.

Begitu pula ada yang menunuk jutaan orang yang jatuh korban pada saat komunisme merebut
kekuasaan China. Tetapi berlawanan dengan itu,adapula yang menanyakan bukankah korban-korban

78
yang setiap hari jatuh di negara-negara terbelakang lain karena kelaparan,kemelaratan,perbudakandan
perampasan yang tersembunyi kalau dijumlah kan bahkan lebih besar ?

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan bermaksud untuk membenarkan system China, melainkan untuk
menunjukkan menagapa Chian Maois baru mendapat perhatian yang semakin besar dimana-
mana,mengapa dipertengkarkan mengenai mengapa RRC dapat dipakai sebagai model untuk
pembngunan Negara-negara yang berkembang.

Kita akan membatasi diri pada empat permasalahan :

1. Suatu tinjauan yang agak umum terdapat perubahan telah diderita Marxisme, sebagai suatu teori
masyarakat sistematik yang dikembangkan oleh Karl Marx dalam model China itu.
2. Beberapa segi penting dalam perebutan kekuasaan oleh kaum komunis China .
3. Beberapa Kekhususan spesifik interpretasi komunisme Maois,ditambah.
4. Dengan pernyataan kritis tentang nilai RRC sebagai model bagi pembangunan Negara-negara
yang sedang berkembang.

1. Transformasi Marxisme

Marxisme China mempunyai cirri Khusus yang dapat kita mengerti dengan mudah,apabila kita
memandang Marxisme China sebagai kelanjutan ekstrem suatu transpormasi Marxisme asli yang telah
dimulai oleh Lenin. Karya pokok Marx dalam Das Kapital adalah memberikan suatu analisis
terperinci terhadap kapitalisme dan hukum-hukum gerakannya. Sebagai hasil penyelidikannya,Marx
sampai pada pendapat,revolusi sosialis mengandaikan dua hal : (1). Indusrialisasi telah menyuruh, dan
(2). Proletariat telah berkembang menjadi kelas di dalamnya, dan telah menjadi bagian terbesar dari
masyarakat. Konsepsi ini mula diperlunak oleh Lenin dengan teori imperialismenya. Melalui teori ini ia
berusaha untuk memperlihatkan bahwa revolusi sosialis mungkin sekali justru akan pecah dalam suatu
Negara yang industrinya masih ketinggalan; Lenin mengandaikan dari Negara itu revolusi akan meuas
bagaikan api ke Negara-negara industry yang terkemuka. Dengan demikian Lenin berusaha
membenarkan kemungkinan suatu revolusi sosialis di Rusia yang pada waktu itu masih kolot. Untuk
mengimbangi kelemahan proletariat dengan kelas-kelas lain,khususnya dengan kaum tani,untuk
bersama-sama tetapi dibawah pimpinan proletariat kota,mencapai sosialisme.

Oleh China,garis ini di tarik sampai titik ekstrem. Waktu itu di China praktis belum ada industry dan
proletariat yang mempunyai arti apa-apa. Usaha Partai Komunis China dalam tahun-tahun 20-an untuk
menempatkan titik berat kegiatannya pada proletariat sesuia dengan Leninisme Ortodoks,tidak dapat
sama sekali. Merekalah yang dianggap pokok bagi bagi revolusi oleh Mae Tse-Tung. Tetapi dengan
demikian pelaku utama perjuangan kelas menurut Marx,yaitu proletariat industrial,sama sekali
dikesampingkan. Oleh karena itu tidak dapat lagi berdasarkan proletariat,melainkan harus diadakan
dengan cara Lain : dengan mendirikan tentarah merah. Marxisme Mao Tse-Tung bisa diringkas sebagai
“Landreform Plus tentara merah”. Proletariat dan perjuangan kelas tidak memainkan peranan lagi.
Perjuangan yang sebenarnyadiadakan didaerah,dan sesudah daerah di rebut,kota-kota buah yang sudah
matang jatuh kepangkuan tentara merah (sedangkan revolusi oktober Lenin dimenangkan di Patersburg
dan Moskow)

Kelihatan bahwa Marxisme China harus mengosongkan arti Marxisme asli secara radikal. Semua
unsure spesifik hilang : titik kapitalisme, proletariat, perjuangan kelas, perkembangan industry. Dari

79
Marxisme asli hanya tinggal beberapa gagasan abstrak yang dapat diterapkan secara universal diseluruh
dunia. Cukuplah kalau ada hubungan-hubungan kekuasaan,jadi kalau ada suatu pertentangan antara
kelas yang berkuasa denga kelas yang tertindas,untuk menganggap prasyarat-prasyarat pembangunan
sosialisme telah terdapat. Bukan dinamika keadaan masyarakat yang objektif yang menentukan apakah
revolusi dapat diadakan,malainkan yang menetukan hanyalah apakah orang berhasil untuk membangun
suatu partai revolusioner yang menguasai tekhnik perang gerilya. Revolusi tidak tergantung dari adanya
prasyarat-prasyarat objektif,melainkan dari ketekadan revolusioner : politik sosialis menjadi aksionisme
murni.

Dalam ini komunisme tidak lagi merupakan penyempurnaan dan hasil dari suatu perkembangan
social yang telah lama berlangsung. Melainkan perkembangan masyarakat bahkan baru dimulai dengan
diadakannya komunisme secara voluntaris dan aksionis. Komunisme dulu,baru masyarakat dapat mulai
dikembangkan Marxisme berubah menjdai pembenaran ideologis gerakan-gerakan yang bertujuan
primer untuk merebut kekuasaan, dan baru kemudian,secara teknokratis,mengadakan masyarakat
modern. Komunisme bukanlah akibat kemajuan perkembangan industri melainkan menjadi alat untuk
baru memulai industrialisasi.

Dari “misi historis kelas buruh” tida tingga apa-apa dalam komunisme China. “misi” itu larut dalam
ajaran tentang pembebasan kaum miskin diseluruh dunia pada umumnya. Teori kolonialisme dan
imperialisme internasional mengambil over bentuk perjuangan kelas bentuk lama. “hasil histori kelas
buruh” diganti dengan perjuangan desa-desa sedunia. Yaitu Negara-negara yang belum
terindustrialisasikan,melawan kot-kota dunia,Negara-negara industry. Dari teori Marx yang cukup
ruwet,hanya tinggal beberapa peraturan yang sederhana,masuk akal, dan dapat mudah diterapkan peda
perjuangan antara kaum minskin dan kaum kaya.

Tetapi justru di dalam pemiskinan Marxisme itu sekaligus pengayaan Marxisme yang orisinal kedua
arah. Pertama,dari suatu teori yang hanya dapat diterapkan pada keadaan-keadaan masyarakat yang
sangat terbatas,Marxisme menjadi teori emansipasi universal. Kenyataan itu masih bertambah actual
karena Marxisme klasik ternyata keliru. Tidak dalam suatu Negara industry maju,terjadi suatu revolusi
yang menyeluruh. Jadi kalau ada inti dalam teori Marx,maka inti yang benar ini justru ditemukan oleh
Lenin dan Mao. Tanpa dua orang itu Marxisme sekarang tinggal teori saja yang mudah terlupakan
seperti juga sosialisme-sosialisme lain dari abadyang lalu. Secara spesifik dapat dikatakan : justru jarena
generalisasi dan simplikasi yang diderita Marxisme dari tangan Lenin dan Mao Tse-Tung, inti Marxisme
muncul dengan lebih tajam,yaitu sebagai teori masyarakat yang membuka pertentangan-pertentangan
yang ada di dalamnyandan menemukan perjuangan sebagai alat untuk mengatasi pertentangan-
pertentangan itu serta untukmenghancurkan hubungan-hubungan kekuasaan dengan penindasan.

Kedua,Maoisme berhasil untuk membatinkan Marxisme. Dari suatu teori yang hanya mengusahakan
perubahan-perubahan pada keadaan lahiriah berkembanglah ajaran tentang perubahan batin manusia
sebagaimana masih akan diperlihatkan. Kalau Lenin masih puas dengan membuat lawan-lawannya tidak
berdaya dan meniadakan mereka,maka Mao berusaha, melalui kampanye-kampanye pendidikan,untuk
mengubah mereka menjadi manusia dengan batin baru. Betapa pun besar problematika usaha itu,baru
Mao-lah yang menghadapkan kita kepada pernyataan apakah keadaan masyarakat dapat diubah,
penindasan dapat dihapus,dan bahaya-bahaya global yang mengancam umat manusia (khususnya juga
nagara-negara yang sedang berkembang yang belum terpecahkan) dapat dipecahkan kalau kita berhasil
menciptakan manusia baru dengan penilaian-penilaian, kebutuhan-kebutuhan social,dan tujua-tujuan
baru.

80
2. Gerakan Komunis di China

Gerakan komunis di China adalah hasil dari tiga factor yang saling berjalin satu sama lain : (1).
Revolusi oktober di Rusia dan politik baru di pemerintahan Bolshevis terhadap China; (2). Sikap Negara-
negara barat besar terhadap China sesudah perang dunia I dan gagalnya Republik China; dan (3).
Keterasingan inetelktual intelegensia China muda baik dari tradisi-tradisi kuno sendiri maupun dari cita-
cita demokrasi masyarakat Barat.

Revolusi okttober meperlihatkan bahwa Negara terbelakang juga dapat membangun suatu orde
baru. Pemerintah Soviet menyatakan bersedia untuk melepaskan semua privilise yang telah direbut
Rusia dari China melalui perjanjian-perjanjian yang tidak seimbang pada abad ke-19. Tambahan pula
rakyat China merasa kecewa sekali tehadap politik sekutu Barat sesudah berakhirnya Perang Dunia I.
Alih-alihmengembalikan bekas jajahan Jerman pada China,daerah itu malah diserahkan kepada Jepang.
Rakyat China merasa tertipu. Dengan demikian,kaum intelek tidak hanya terasing dari kebudayaan
mereka sendiri,melainkan juga dari cita-cita kebebasan dari demokrasi Barat,ditambah dengan kenyataan
bahwa bentuk Negara Republik di China tidak dapat bertahan. Inilahlatar belakang peristiwa di bulan
juli 1921,di Shanghai atas prakarsa seorang agen dikomintern yangbaru saja tiba di China,bernama J.K.K.
Sneevliet,didirikan Partai Komunis (Sneevliet yang sama,yang empat belas bulan sebelumnya,ikut
mendirikan Partai Komunis di Hindia Belanda, yang kemudian disingkat PKI).

Fase pertama partai komunis berlangsung sampai tahun 1927. Atas tekanan Moskow, Partai
Komunis China mengadakan persekutuan dengan Koumintang. Itu dilator belakangi cita-cita Lenin
tentang “persekutuan antara proletariat dengan Borjuasi yang maju”. Tetapi alih-alaih menginfiltrasi
Koumintang,Partai Komunis China hamper saja hancur sebagai akibat taktik desakan Moskow itu;
Chiang Kai-Shek berhasil menjadi pemimpin Koumintang menggantikan Sun Yat-Sen,ia mulai
menyembelih orang-orang Komunis yang ditangkapnya.

Fase yang mulai dengan demikian dapat kita sebut fase strategi Maois. Tendanya adalah suatu garis
pokok strategis baru yang tidak lagi berpedoman pada perintah-perintah dan kepentingan-kepentingan
Moskow,melainkan pada syarat-syarat objektiv China. Dalam strategi baru ini,kaum tani di beri peranan
yang penting. Dalam fase pertama kaum petani paling nayak diberi suatu kedudukan sekunder dalam
perencenaan kaum komunis China. Tetapi sesudah tahun 1928, Mao Tse-Tung merumuskan dua tesis :
(1). Desa adal pusat revolusi,dan (2). Petani-petani miskin adalah tentara tempur revolusi; keduanya
seratus persen berlawanan dengan pendapat-pendapat Marx danLenin. Mao memang kemudian
melengkapi pendapat ini denga mengatakan bahwa petani-petani hanya dapat memainkan peranannya
yang revolusioner dibawah suatu pimpinan ideologis dan pendidikan kembali (Reeduction) yang ketat.

Sesudah tahun 1927 partai komunis tidak lagi mempunyai basis organisatoris yang berarti di dalam
kota-kota. Tetapi atas inisiatif Mao partai mulai mendirikan basis-basis itu, selalu sesuai dengan kondisi
setempatyang kongkret,perkjuangan revolusioner mau diperluas,basis diperlebar dan lama kelamaan
seluruh daerah dikuasai sehingga akhirnya hanya tinggal kota-kota saja, bagaikan pulau dalam lautan
revolusi,yang dengan sendirinya akan jatuh ke dalam pangkuan revolusi.

Tetapi strategi ini, menurut Mao,mempunyai prasyarat mutlak,yaitu pembentukan suatu tentara
regular. Bertentangan dengan pendapat komite sentral partai dimana Mao pada tahun 1927 belum
menjadi anggotanya,Mao mempertahankan pendapat bahwa perjuangan revolusioner tidak bisa
dilancarkan melulu dengan pemberontakan petani-petani saja. Petani-petani memang harus mendukung
revolusi,tetapi perjuangan bersenjata harus diadakan oleh tentara yang professional. Mao Tse-Tung tidak

81
mengambil pusing bahwa tentara itu tidak terdiri dari buruh-buruh dan juga tidak dari petani-petani,
melainkan sebagian besar terdiridari perlbagai oknum yang meragukan. Untuk mencegah kemerosotan
tentara itu menjadi tentara sewaan sebagaimana dimiliki oleh para Warlord di China waktu itu, Mao
mengadakan pendidikan intense; bagi serdadu-serdadu tentara merah. Ia berusaha untuk membangun di
dalam mereka suatu keyakinan bahwa mereka tidak bolah melayani kepentingan-kepentingan egois
mereka sendiri, melainkan bahwa perjuangan mereka melulu demi kepentingan rakyat. Kesadaran itu
tidak hanya tercapai melalui indoktrinasi. Mao juga member suatu struktur intern kepada tentara merah
yang member banyak hak mereka secara institusional dan fsikis, mereka diizinkan untuk mengadakan
rapat-rapat,untuk mendiskusikan keputusan-keputusan,untuk mengajukan kritik dan mengusulkan
perbaikan-perbaikan. Sekaligus perbedaan kaum opsir dan serdadu biasa diperkecil,privilege opsir
dikurangi,hukuman pukul ditiadakan, dan banyak formalitas-formalitas yang tanpa manfaat dihapuskan
saja. Betapa besar perlakuan seperti ini dapat menyalahkan semangat juang serdadu-serdadu,akhir-akhir
ini dibuktikan secukupnya dalam perang Vietnam.

Justru,dalam hal ini,kelihatan betapa jauhnya, Mao dari Marx. Revolusi tidak lagi diadakan oleh
suatu kelas,yang karena keadaannya dan kesadarannya merupakan suatu produk dari suatu cara
produksi yang spesifik,melainkan oleh suatu golongan revolusioner yang dengan jalan indoktrinasi
politik membentuk sebuah tentara yang yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan,yaitu bukan
tujuan-tujuan yang ditentukan oleh sejarah melainkan tujuan-tujuan yang menentukan sejarah.

Pada tahun 1930 tibalah dari Moskow suatu pimpinan Partai Komunis baru. Dengan demikian posisi
Mao dalam partai dan tentara merah merosot. Strategi perjuangan yang mobil,yang dikembangkan oleh
Mao Tse-Tung dan Chu-The,diganti oleh suatu garis yang “ofensif”. Strategi ofensif yang menuntut
serangan-serangan terhadap tentara Koumintang yang cepat menghasilkan suatu situasi militer yang
semakin buruk bagi tentara merah. Hanya oleh karena “Long-March” ke dalam daerah Shensi Utara
yang dimulai bulan oktober 1934, sisa-sisanya dapat diselamatkan. Sebagai akaibat dari kekalahan itu,
Mao dan pengikut-pengikutnya diserahi pimpinan politik dan militer.

Kiat tida tahu bagaimana kiranya perkembangan China andaikata China tidak mengalami invasi
Jepang. Kenyataanlah bahwa baru dengan adanya invasi ini menciptakan kondisi-kondisi bagi
kemenangan Mao Tse-Tung. Waktu ituKOumintang semakin membiarkan Negara merosot dengan salah
urus ekonomi,penolakan reformasi-reformasi social yang telah dijanjikan,dan mundurnya terus menerus
atas desakan Jepang,sedangkan Mao Tse-Tung berhasiluntuk merebut massa. Di daerah-daerah yang
mereka duduki,kaum komunis mengadakan suatu politik landreform yang moderat,yang disatu pihak
menarik hati petani-petani kecil dan dipihak laun terlalu mengejutkan kaum kaya. Disamping itu kaum
komunis melancarkan perang gerilya melawan Jepang yang semakin efektif. Strategi ini mengizinkan
kaum komunis untuk membangun basis-basis di daerah-daerah yang dulu tidak pernah dikuasai. Pada
akhir perang Chiang Kai-Shek tidak mempunyai basis dukungan lagi untuk menghadapi kekuatan-
keuatan Mao Tse-Tung.

Dengan demikian revolusi sosialis China pun membuka produk dari kondisi-kondisi
masyarakatyang objektif,melainkan hasil suatu perjuangan revolusioner yang diadakan dengan penuh
kesadaran,berpedoman bukan pada suatu teori abstrak melainkan penilaian-penilaian yang tepat
terhadap realitas social di China: dukungan dari massa petani China dan perjuangan bersenjata pada saat
yang samaoleh suatu tentara professional merupakan resep sukses yang menghasilkan didirikannya
pemerintahan Komunis di negeri China.

3. Beberapa Ciri Khusus Maoisme

82
Mao Tse-Tung pertama-tama adalah seorang revolusioner. Oleh karena itu sebagian besar tulisan-
tulisannya mengenai masalah-masalah kongkret perjuangan revolusioner dan perkembangan sosialisme.
Uraian-uraian filsafat yang teoritis,refleksi-refleksi tentang manusia dan masyarakat pada
umumya,hamper sama sekali tidak ada. Walaupun demikian, mungkin juga untuk menunjukkan pada
beberapa anggapan fundamental dalam tulisan-tulisan itu, yang merupakan cirri khas Maoisme.

Yang paling mencolok dalam tulisan Mao,yaitu nada moralis yang tajam. Mao Tse-Tung melihat
dunia sebagai medan pertempuran antara kekuatan-kekuatan baik dan buruk. Dalam dunia ada dua
kamp yanh saling berhadapan, kamp kekuatan-kekuatan yang revolusioner dan kekuatan-kekuatan
kontrarevolusioner. Perjuangan antara dua kekuatan purba itu meliputi seluruh dunia. Mau tak mau
dunia kegelapan lama-kelamaanharus menyingkir terhadap dunia terang. Supaya dunia terang dapat
menang,perlu dibentuk manusia baru.

Perlunya manusia baru demi kemenangan kekuatan-kekuatan baik itulah yang menerangkan nada
moralis Mao. Manusia baru harus bersedia menomor duakan kepentingannya sendiri dan bersedia untuk
sama sekali mengidentifikasikan diri dengan revolusi dan dengan kepentingan-kepentingan rakyat.
Keinginan-keinginan individual sama sekali dibawahkan dengan kepentingan-kepentingan umum.
Keutamaan tertinggi komunisme adalah altruisme mutlak. Peringatan-peringatan supaya orang mau
sama sekali melupakan dirinya sendiri dan menyerahkan dirinya secara mutlak kapada kepentingan
umum merupakan tema pokok dari kampanye-kampanye pendidikan permanen yang harus diikuti oleh
seluruh masyarakat.

Seruan Mao Tse-Tung untuk melupakan diri bergandengan denga suatu “mistik massa”. Menurut
Mao,kita harus percaya kepada massa,berdukung kepada mereka,belajar dari mereka. Massa tidak bisa
sesat dan merupakan sumber segala yang baik, massa adalah dewa yang baru. Ajaran tentang “garis
massa” menjadi teori pengetahuan resmi dan prinsip kepemimpinan umum : “suatu pimpinan yang baik
harus selalu menimbah dari massa dan dikembalikan kepada massa,maka pendapat-pendapat massa itu
harus dikumpulkan dan dikonsentrasikan dan dibawah ke dalam massa,dipropagandakan dan
diterangkan,sampai massa telah memiliknya, mau berjuang untuknya dan melaksanakannya . . . .”

Berpalingnya Mao kepada massa kelihatan berdasarkan tiga motif : (1). Keberangan Mao atas
penindasan dan penghisapan massa oleh kelas yang berkuasa, (2). Pengertian bahwa pembebasan China
hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang memiliki kepercayaan dan dengan demikian dukungan dari
massa, dan (3). Keyakinan bahwa massa itu mempunyai suatukebaikan azasi.

Dalam hal ini Mao yakin,manusia itu tidak lain dan tak bukan hanya produk dari dunia
sekelilingnyaa dan pendidikannya. Namun Mao menerapkan anggapn ini dengan suatu cara yang sama
sekali bukan Marxis. Kalau Marx dan Lenin berpendapat bahwa masing-masing individu sudah
ditentukan kebutuhan-kebutuhannya dan kepentingan-kepentingan oleh sifat kelasnya, maka buat Mao
keanggotaan seseorang dalam suatu kelas bukan suatu yang tidak dapat diubah. Oleh karena itu
pendidikan kembali memainkan peranan yang terutama pada Mao. Mao yakin, ia dapat membentuk
manusia baru, manusia tidak selamanya ditentukan untuk sifat kelasnya semula,dan ia dapat diubah.
Sampai-sampai di dalam penjara-penjara di China kaum tahanan tidak dibiarkan saja dan tidak
mempunya kemungkinan, seperti di Rusia, untuk sekurang-kurangnya diantara mereka sendiri
mempertahankan sikap protes terhadap rezim, melainkan sel-sel tahanan diubah menjadi tempat-tempat
pendidikan kembali,diamana para tahanan saling bersaing dalam saling mendasak ke jalan benar, yaitu
jalan cinta-kasih kepada rakyat dan kepada ketua Mao Tse-Tung.

83
Kentaralah bahwa tindak tanduk Mao termuat suatu dorongan dasar moral untuk mengubah dunia
yang jahat. Itu kelihatan dengan jelas dalam pengertiannya tentang sejarah.

Penegrtian Mao tentang sejarah mirip dengan pembayangan-pembayangan apokaliptis tentang


pertempuran besar zaman akhir. Kekuatan-kekuatan yang baik dan buruk saling berhadapan secara
tidak terdamaikan. Sesuai dengan sikap moralisnya, tetapi sesuai juga dengan pengalaman
revolusionernya sendiri dan Lenin, Mao Tse-Tung yankin bahwa kita tidak bolah percaya secara buta
kepada perkembangan sejarah. Revolusi secara hakiki tergantung dari kehendak revolusionernya. Usaha
besar Mao adalah untuk mempertahankan kemurnian kehendak revolusioner.

Dalam hal ini diancam dari dua segi : (1). Dari kemungkinan bahwa anggota-anggota tinggi partai
akan condong ke arah revolusioner, (2). Bahwa ia akan sendiri digantikan oleh genarasi komunis baru
yang muda, yang tidak lagi mempunyai pengalaman dalam perjuangan revolusioner dan keran itu tidak
akan tetap setia kepada cita-cita revolusi. Revolusi kebudayaan dilancarkan Mao pada tahun 1966,antara
lain,untuk menjamin,sekurang-kurangnya bagi masa depan dekat,agar garis revolusioner dipertahankan
secara murni. Itu diharapkan Mao dapa dicapainya dengan dua jalan. Pertama, melalui penghancuran
aparatur partai yang dilihatnya telah diserap oleh unsure-unsur revisionis. Tetapi sekaligus revolusi
kebudayaan mengubah generasi muda yang ikut di dalamnya menjadi sungguh-sungguh revolusioner.
Dengan demikian seluruh daya upaya Mao terarah kepada penyelamatan revolusi dan untuk menjamin
permanensi revolusi itu dengan menciptakan manusia baru yang melepaskan segal egoism.

Usaha untuk menciptakan manusia yang sama sekali baru itulah yang member cap kepad China
zaman sekarang. Kami hanya ingin menyebut beberapa cirri khas.

Yang mencolok,yang pertama-tama, adalah sakralisasi pikiran-pikiran Mao Tse-Tung. Di China


kuno tulisan-tulisan Kong Futse merupakan norma-norma untuk segala bentuk hidup. Sifat normative
dalam China Komunis dipindahkan kedalam pikiran-pikiran Mao Tse-Tung. Foto-foto ribuan orang
pemuda yang dengan memegang buku merah kecil, ucapan-ucapan ketua Mao Tse-Tung, memenuhi
jalan-jalan : masih kita ingan semua. Pikiran-pikiran Mao Tse-Tung dianggap memiliki kekuatan untuk
mencapai apa saja yang dikehendaki. Pikiran-pikiran Mao Tse-Tung dianggap sebagai senjata pokok bagi
rakyat China dalam perjuangannya melawan kontrarevolusi di dalam negeri, dan hanya apabila
semangat Mao Tse-Tung tetap dipertahankan dengan setia, rakyat China akan dapat memenuhi tugas
revolusionernya. Anggapan inisering disebut Psikisme : yaitu pendapat bahwa bukanlah ilmu-ilmu
empiris dan tehnik,melainkan keadaan psikis mansialah yang akhirnya mengubah dunia.

Dari pendapat yang menyatakan bahwa hanya ada satu kebenaran dan kenaran itu menampakkan
diri dalam pikiran-pikiran Mao Tse-Tung, system komunis di China menarik beberapa kesimpulan yang
sangat praktis : hak atas oposisi dalam bentuk apa pun ditolak. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kritis dilarang dengan keras : siapa yang meragukan pikiran-pikiran Mao Tse-Tung diancam dengan
terus terang bahwa ia akan disingkirkan. Semua tulisan yang tidak sesuai dengan pikiran-pikiran Mao
Tse-Tung dilarang keras, rakyat terus menerus dihujan dengan indoktrinasi ajaran Mao Tse-Tung.
Lembaga pengakuan kesalahan umum bertujuan untuk memperluas jangkauan partai, juga atas bidang
intim masing-masing orang. Individu yang ingin dibentuk sedemikian rupa sehingga manfaat untuk
kolektif sebagai tujuannya pribadi. Apakah Mao Tse-Tung sudah berhasil untuk betul-betul menciptakan
manusia baru, apakah ioa sungguh-sungguh meletakkan struktur kebutuhan baru, yang menghapus
sama sekali sikap egoime dan menciptakan suatu masyakat kaum revolusioner yang murni, baru akan
kelihatan dimasa depan. Tetapi ada beberapa tanda bahwa keadaan di China jauh dari stabil. Begitu,
misalnya, laporan-laporan tentang adanya ketidak tenagan diantara kaum buruh pada musim panas

84
1975. Begitu pula munculnya kembali Theng Siao-Ping sebagai orang kuat yang pernah disingkirkan
dalam revolusi kebudayaan,dan langsung sesudah wafatnya Chou En-Lay (1976) diturun tahtakan
kembali oleh kelompok radikal. Wafatnya ketua Mao Tse-Tung pada bulan September 1976,dengan
sendirinya mengakibatkan suatu vakum yang mungkin sekali baru akan diisi sesudah pelbagai
pergolakan. Namun, apakah cirri-ciri pokok Maoisme akan sama sekali di ubah,dapat diragukan.

4. China, Model Suatu Dunia Baru ?

Bukanlah tugas tulisan ini untuk menjawab pertanyaan apakah China Komunis sekarang ini dapat
diterimah sebagai model suatu dunia baru. Kami hanyamenunjuk pada beberapa segi yang dapat
membantu dalam menghadapi pernyataan itu. Kita telah meliha bahwa,sisatu pihak, prestasi RRC
mencolok : menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seluruh rakyat – rakyat yang berjumlah sekitar 800
juta orang – penghapusan ketidak adilan social yang kasar,dan penindasan individual. Dipihak
lain,korban pun banyak : lorban-korban fisik,lebih-lebih pada waktu system beru diciptakan,kemudian
ditutupnya segala kemungkinan ruang kebebasan individual beberapa orientasi dan berfikir. Justru
usaha untuk menciptakan manusia baruoleh banyak pengamat,khususnya dari Barat, diartikan sebagai
pemerkosaan yang lebih hebat dari pada di Uni Soviet di waktu Stalin : pemerkosaan bukan hanya secara
lahiriah,melainkan juga terhadap jiwa orang

Kiranya penilaian terhadap system di RRC harus memperhatikan kedua unsure di atas mengagung-
agungkan prestasi RRC dengan meremehkan pengorbanan yang bersangkutan dengannya, sama
miringnya dengan hanya melihat ketidak adanya kebebasan dalam arti Barat dan mendiamkan bahwa
RRC berhasil mengisi perutu rakyatnya. Memperhatikan kedua segi itu berarti harus mengangkat bahu
dan bersikap netral suatu penilaian yang serius akan mempertimbangkan relevansi masing-masing
unsure itu. Pertimbangan semacam itu tentu tergantung dari pengandaian-pengandaian kita. Lain halnya
apabila kita menomor satukan agar cara hidup kita pribadi (penulis ini,pembaca,pokoknya kita yang
memang dapat menikmati segi-segi positif dari ruang kebebasan pribadi) bagaimana pun juga harus
terus seperti sampai sekarang, atau apabila kita menomorsatukan kesejahtraan massa masyarakat. Lain
penilaian orang, yang pertama-tama mau mempertahankan tradisi-tradisi keagamaan, dan orang-orang
yang pertama-pertama mau mengisi perut-perut yang kosong.

Namun dalam semua penilaian perlu apakah apa yang mau dinomorsatukan itu memangdapat
tercapai dengan dinomorsatukannya itu. Kami akan menyebut beberapa unsure yang kami anggap
positif,dan beberapa unsure negative. Dalam hal ini,masalahnya bukan apakah unsure yang disebut
positif itu memang positif,dan sebaliknya. Tentang itu kebanyakan orang akan setuju. Melainkan,yang
menjadi masalahnya,adalha mengingat unsure-unsur positif yang tercampur denga unsure-unsur
negative,kesimpulan mana yang harus kita tarik ? sudah tentu,itu terserah masing-masing pembaca.

Sebagai unsure positif dalam model RRC yang mencolok (selain prestasi yanh telah disebut di atas) :

(1). Fakta bahwa prestasi itu tercapai dari kekuatannya sendiri. Secara global diakui,semua model
pembangunan yang mengandalkan bantuan dari luar,sangat meragukan hasilnya (dan bukan karena alas
an-alasan ideologis seperti sikap “antineo-imperialisme”dan sebagainya,melainkan) karena bantuan ini
selalu kurang dan penampungannyasering melumpuhkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat yang justru perlu dirangsang.

85
(2). Dengan sendirinya bahaya keterasingan dari kebudayaannya sendiri kurang besar,padahal
dalam Negara-negara terbelakang lain bahaya keterasingan akibat dipaksanya pola pembangunan model
luar negeri diakui umum sebagai besar sekali.

(3). Dapat dipersoalkan apakah mungkin Negara-negara yang sedang berkembang dapat berhasil
dalam usaha pembangunannya tanpa ikut serta seluruh secara aktiv dan bersemangat. Tetapi apakah
mungkin suatu semangat dapat dirangsang melulu dari atas dengan cara pidato-pidato,khutbah-
khutbah,pernyataan-pernyataan,dan peraturan-peraturan ? apakah mungkin rakyat mengembangkan
semangat yang perlu untuk menghasilkan upaya raksasa seluruh masyarakat yang dibutuhkan untuk
menyelamatkannya dari malapetaka,tanpa suatu gerakan massa yang bermotivasi tinggi, yang dibimbing
ketat secara ideologis,dengan tata tertib mutlak,denga suatu “kepercayaan duniawi” yang tidak boleh
dipersoalkan ? kampanye penciptaan manusia baru di RRC, harus dilihat dalam perspektif ini

(4). Semangat mau membangun dari apa yang ada dan mungkin dan munhkin terlaksana di tingkat
local.

Secara negative, tentu saja, dapat diulang apa yang telah dikatakan diatas, dengan ditambahkan
bahwa “manusia tidak hanya hidup dari roti saja” : bahwa manipulasi manusia baru dapat menjadi
dukungan ideologis bagi suatu system kekuasaan yang malahan lebih total dari pada system-sitem lain
bahwa peniadaan segala kemungkinan kritik mengenai pola dasar pembangunan mengandung bahaya
tidak terjadinya “umpan-kembali” (feed back) tentang kelemahan-kelemahan system itu,sehingga
kelemahan-kelemahan itu tidak dikoreksi secara kontinyu dan pernah dapat menghancurkan sekaligus,
dan dapat menyeret prestasinya juag kedalam kehancurannya; bahwa belum tentu semnagat baru yang
didesakkan dengan daya upaya pada rakyat China memang berhasil menjadi motivasi baru,sehingga
sesudah beberapa tahun perang “semangat” keluar keloyoan yang lama; lantas muncul dalam bentuk
Counter-Reaksi terhadap harapan dan cita-cita itu. Dan apakah pengutukan terhadap segala usaha untuk
menjamin kepentingan individual sendiri itu sesuatu yang melulu harus dinilai positif,masih dapat
diragukan juga.

Namun dapat dibayangkan juga bahwa masih terlalu pagilah untuk member penilaian defenitif
terhadap China Maois. Dapat dibayangkan bahwa mundurnya Mao Tse-Tung dari panggung politik ---
sesuai dengan kekhawatirannya sendiri --- akan menghasilkan suatu pengendoran semangat
revolusionel. Karena,apakah mungkin sebuah bangsa hidup terus menerus pada puncak idealism
revolusioner ? mungkin juga suatu periode radikalitas yang ekstrem dan brutal perlu untuk menciptakan
dasar-dasar pembangunan dan kemudian akan terjadi suatu liberalisasi relative. Kiranya tidak dapat
diharapkan negeri China, dalam waktu dekat,akan merelakan pemberian kebebasan-kebebasan
individual. Tetapi tidak perlu ditolak adanya harapan agar tekanan indoktrinasi yang ekstrem lama
kelamaan akan berkurang.

BAGIAN KETIGA : N E O - M A R X I S M E

I. Ciri-ciri Umum NeoMarxisme

86
1. Bukan Satu Gerakan

Apakah gerakan yang ada di belakang fenomena Neomarxisme yang sering disebut-sebut ?
organisasi rahasia revolusioner kah dia ? suatu bangunan bawah akademis partai-partai komunis kah?
Apakah Neomarxisme itu suatu aliran-aliran politis tertentu dalam rangka komunisme ?

Neomarxisme bukan semua tu tadi : bukan suatu organisasi, melainkan sebaliknya, yang terhitung
Neomarxisme itu lebih-lebih pejuang-pejuang individual yang secara sendirian mempertahankan posisi
mereka masing-masing, paling-paling membentuk kelompok kecil sekali yang mencari salah satu
inspirasi dari Marx. Neomarxisme belum tentu revolusioner,karena ada sejumlah neomarxisme ternama,
seperti misalnya Habermas dan Garaudy , yang menolak segala aksi-aksi revolusioner. Dan
Neomarxisme itu tidak ada hubungannya dengan partai-partai komunis yang ada : Neomarxisme belum
tentu selalu menjadi tujuan caci-maki dari kaum komunis,baik yang pro-Soviet maupun yang pro-China.
Mereka tidak mewakili satu aliran tertentu dalam kerangka Marxisme,melainkan jumlah aliran-aliran
Neomarxisme hamper sama dengan jumlah individu Neomarxisme

Bahkan banyakk orang neomarxis menolak istilah Neomraxisme dan menganggap diri Marxis,tetapi
itu justru tidak diakui oleh kaum Marxis,yang terikat pada partai komunis yang khas buat yang
dinamakan Neomarxisme : baik dalam Kamp komunis maupun yang anti komunis Neomarxisme
menimbulkan ketakutan,dan oleh karena itu ditindas dengan tegas. Itulah tanda bahwa sekurang-
kurangnya ada satu hal yang berlaku bagi kebanyakan Neomarxisme yang sering aneh-aneh : buat
semua sisten komunis refresif, entah kelas berkuasa terdiridari birokrasi pertain seperti dalam Negara-
negara komunis entah dari suatu dari elit kapitalis atau militer, Noemarxisme dianggap sebagai ancaman
karena di dalamnya masih hidup suatu dari impuls emansipatoris orisinal teori Marx. Kaum fasis dan
kaum komunis kedua-duanya tidak dapat tahan terhadap segala macam kritik,dan dalam hal ini
memperlihatkan diri sebagai dua cabang dari suatu fenomena social yang buruk saja: usaha untuk
menindas orang-orang kongkret demi kepentingan segolongan atas saja. Diantara kaum Neomarxis
diketemukan pemikir-pemikir yang tajam dan Neurotiukus-neurotikus yang kacau pikirannya, aktivis-
aktivis social, dan professor-professor. Kesamaan mereka adalah hampir semuanya berasal dari
lingkungan-lingkungan Borjuis, mereka termasuk integensia, dan mereka hamper tidak mempunyai
hubungan dalam suatu basis dalam massa. Mereka seperti kebanyakan inteletual, tidak tunduk terhadap
tata tertib suatu partai, suka bertengkar satu sama lain tentang ajaran yang benar, hampir tidak
mempunyai pengaruh politik sama sekali, dan sama-sama ditolak baik oleh kaum democrat Borjuis
moderat maupun oleh partai-partai komunis.

Hubungannya dengan hal itu,istilah aliansi atau keterasingan yang memainkan peranan yang begitu
besar dalam naska-naskah Paris. Ditambah refleksi baru tehadap peranan proletariat dalam teori dan
praksis, berhadapan dengan keadaan masyarakat yang telah berubah dibanding dengan zaman Marx.

Akhirnya salah satu bidang penyelidikan Noemarxisme adalah hubungan antara Marxisme denga
teori-teori social baru, misalnya dengan psikoanalisis Freud yang isi sosialnya dicoba untuk dimasukkan
ke dalam suatu psikologi politik Marxis. Bgitu pula terhadap teori-teori neopositivisme. Banyak yang
ditulis tentang terhadap kedudukan filsafat,seni, dan kebudayaan, sedangkan bidang khusus kesibukan
Marx,yakni teori ekonomi-politik dilalaikan.

II. Beberapa Teori Neomarxisme

87
Disini kami akan memperkenalkan beberapa orang Marxis bukan komunis yang cukup terkenal.
Tentu saja, kami hanya dapat memilih beberapa tokoh saja.

1. George Lukacs (1885-1971)

Dalam bukunya yang terkenal, sejarah dan kesadaran kelas (Geschichte und klassenbewusstein,
1923) Lukacs,seorang Hongaria, membuka kembali dimensi dialektika dalam Marxisme. Marxisme pada
waktu itu dipandang melulu sebagai teiri ekonomis. Lukacs berusaha untuk menghidupkan kembali
warisan Hegel di dalamnya. Ia mau menujukkan,gerakan dialektis system hegel muncul kembali system
Marx. Yang dikatakan Hegel tentang Roh Alam Semesta, oleh Lukacs diterapkan pada kesadaran kelas
Poroletriat. Menurut Hegel, roh alam semesta adalah dasar dan pemaju sejarah, melalui sejarah umat
manusia ia semakin sampai pada kesadaran diri dan akhirnya mencapai kesatuan antara kenyataanya
dengan kesadarannya dalam filsafat. Begitu pula kontradiksi antara kenyataan dengan kesadaraan
masyarakat - - - tanda masyarakat borjuis - - - baru disadari dalam kesadaran kelas proletariat dan diatasi
oleh praksis proletariat yang revolusioner.

Lukacs kemudian tunduk terhadap kritik yang dilontarkan oleh partai komunis ortodoks dan
menyangkal posisinya yang dulu itu. Di bawah Stalinisme, ia menyibukkan diri dengan masalah-
masalah yang kurang “eksplosif”, seperti sejarah filsafat, sejarah sastra, dan estetika. Dalam hal ini ia
memakai metode untuk menerangkan pendapat-pendapat filsafat dan sastra dari keadaan –keadaan
kelas spesifik dalam suatu periode historis-ekonois. Metode itu,kemudian, juga dipakai oleh Leo Kofler
dan Lucien Goldmann.

2. Karl Korsch (1889-1961)

Tujuannya ialah penggalian kembali dari maksud-maksud Marx yang sebenarnya. Menurut Korsch
- - - dan pendapat ini kemudian sangat berpengaruh dalam interpretasi Noemarxis tentang teori-teori
Marx - - - maksud Marx adalah suatu tujuan ganda : suatu tujuan teoritis, yang sekaligus berakibat
praktis. Tujuan teoritis ialah kritik teoritis terhadap kategori-kategori ilmu-ilmu Borjuis - - dengan
memperlihatkan keterbatasannya dan ideologisnya, yaitu sifat mau mendukung kepentingan-
kepentingan Borjuis. Tetapi kritk terhadap teori-teori borjuasi sekaligus memecahkan pesona pikiran-
pikiran borjuis itu atas masyarakat dan membebaskan masyarakat kepada suatu kesadaran revolusioner
yang mau menentang bojuasi. Pembawa kesadaran itu ialah proletariat yang dibantu oleh “sosialisme
ilmiah dialektik-materialis”. Korsch terkenal karena ia mencoba untuk menerapkan teori Marxis pada
Marxisme sendiri : bahwa marxisme sesudah merosot sampai menjadi suatu revolusi sampai kesuatu
masa yang masih harus datang,diterangkannya dengan keadaan bukan revolusioner disekitar tahun-
tahun 1900. Dialektia,menurut Korsch, hanya terdapat dalam gerakan masyarakat, bukan dalam alam. Ia
pun,seperti Lukacs, diserang sekaligus oleh filsuf-filsuf ortodoks komunins dan social-demokrat.

3. Ernst Bloch (1885-1971)

Tema besar filsafat Bloch ialah masalah utopia,dan bergandngan dengan itu masalah harapan.
Menurut Bloch, manusia secara hakiki hidup dari utopia-utopia. Utopia adalah impian atau bayangan
manusia tentang dunia yang lebih baik,yang mungkin tidak terlaksana dalam kenyataannya.

Buat Bloch,adanay utopia itu bukan iseng-iseng saja. Di dalamnya terungkap harapan manusia akan
kerajaan kebebasan. Dan harapan itu adalah pendorong kuat bagi manusia untuk mngusahakan
penghapusan segala penindasan. Bloch, antara lain, membicarakan dua paham : paham “utopia-sosial”,

88
yang mengandung dinamika kearah penghapusan penghapusan penderitaan dan penciptaan
kebahagian, dan paham “hak kodrat” yang menunukkan bahwa martabat manusia tidak boleh dilanggar.
Kedua paham menunjuk pada bentuk-bentuk dasar sikap utopis.

Berlawanan dengan kebanyakan filsuf Neomarxis lain,Bloch tegas-tegas menekankan dialektika


alam : dialektika alam,baginya, sebagian bahkan dasar prinsip utopis dunia. Dikatakan bahwa Bloch
dipengaruhi oleh tradisi mistik dan pemikiran eskatc logis, dan bahwa filsafatnya memasuki bidang
spekulasi mistik alam sulit dikontrol. Dapat ditambahkan, Bloch - - seorang ateis - - bersikap positif
terhadap agama,karena agama diartikannya sebagai ungkapan pemikiran utopis.

4. Teori Kritis

“Teori Kritis” merupakan suatu aliran social-teoretis yang sangat luas pengaruhnya. Teori ini
dikembangkan dengan ole para ahli-ahli ilmu social dan filsafat yang berhubungan dengan “institute fur
sozialforschung” di Frankurt pada tahun 30-an. Diantara mereka terhadap Herbert Marcuse dan Erich
Froam. Tokoh-tokohnya ialah Marx Horkheimer (1895-1973) dan Thecdor Wiesengrund Adorno (1903-
1969). Kelompok itu juga disebut “sekolah Frankfurt” (Frakfurt Schule).

Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat modern merupakan suatu system tertutup dan
total. Tertutup Karena tidak megisinkan usaha-usaha untuk membuka dan mempersoalkannya,sebab
rang dala hal apapun juga mau tak mau mengikuti hokum dan aturan main system itu. Total karena
semua segi hidaup individual da masyarakat ditentukan olehnya. Dalam system itu masing-masing
individu - - - justru dalam mengikuti kepentingan-kepentingan mereka masing-masing - - - tergantung
satu sama lain dan ditindas. Hokum dasar system itu adalah : semuanya dipergunakan untuk menambah
modal. Unsure-unsur pokok system dimuat dalam kategori-kategori penambahan kerja, kerja
upahan,konsentrasi,birokratisasi.

Yang dimaksud adalah semua unsure dalam masyarakat sudah dikuasai untuk memproduksi nilai
tukar. Semuanya seakan-akan diindustrikan,bukan hanya produksi ekonomis saja, melainkan juga ada
industry kebudayaan, industry santai, industri seni, industry berfikir. Sampai-sampai kebutuhan orang
dimanipulasi sedemikian rupa hingga orang mau membeli apa saja yang diharapkan oleh industry.
Dalam system ini kaum buruh sudah tersangkut pula,mereka tidak lagi revolusioner.

Horkheimer dan Adorno,dalam hubungan ini,mempergunakan istilah “akal budi instrumental” dan
“rasinalitas tujuan”. Dengan akal budi instrumental dimaksudkan bahwa akal budi hanyalah dipakai
sebagai alat saja untuk mempercepat dan merasionalisasikan proses produksi dari system tersebut.
Tetapi rasionalitas itu bukan rasionalitas sebenarnya. Rasionalitas yang sebenarnya ialah kritik akal budi
terhadap segala usaha yang membelenggu pikiran bebas, yang menindas dan memperkosa manusia,
sebagai usaha untuk hidup berdasarkan martabat manusia. Rasionalitas yang dilayani oleh akal budi
instrumental adalah “rasionalitas tujuan”. Rasionalitas tujuan adalah rasionalitas dalam melancarka
proses-proses did ala system,tetapi tidak pernah sampai mempersoalkan apakah seluruh system itu
betul. Dapat diibaratkan dengan orang yang amat pandai membuat mobilnya meluncur dengan
mulusnya,tanpa memikirkan kemanakah jalan mobil itu, apakah misalnya menjurus kea rah sebuah
jurang.

Menurut Teori Kritis, masyarakat modern diibaratkan tinggi rasionalitas tujuannya, tetapi justru
karena itu bersifat tidak rasional. Rasional dalam detail, irrasional dalam keseluruhan. System

89
memanipulsi orang, dan orang malah senag denga hal itu. Kemanusiaan, kebebasan otonomi, kesosialan,
yang sebenarnya tidak diberi kesempatan ; seluruhnya diperalat saja. Dalam hal ini system itu dibantu
oleh filsafat yang bersifat positivis,karena filsafat itu hanya mengakui yang ada, jadi melarang pemikiran
alternative yang negative.

Padahal yang perlu ada dalam pemikiran negative, yang menolak system itu, yang tidak mau
disesuaikan dengannya. Horkheimer dan Adorno berpendapat,system itu tidak dapat
direformasi,dibetulkan karena semua usaha untu mengoreksinya dihisap ke dalam dinamika system itu
sendiri dan malahan masih memperkuatnya.

Satu-satunya jalan adalah menolak seluruh system dan memberontak terhadapnya. Tapi bagaimana
orang yang hidup dalam system itu dapat memberontak melawannya ? bukankah pemberontakannya
sendiri sudah dipersyaratkan oleh system itu, sehingga hasilnya pun tetap hanya memperkuat system itu
saja ? itulah sebabnya Horkheimer dan Adorno bersifat sangat pesimis terhadap kemungkinan untuk
mendobrak system itu, dan itu pula sebebnya mengapa mahasiswa pemberontak terhadap system
menolak teori Kritis sebagai antipraksis.

5. Jurgen Habermas (lahir 1929)

Habermas melanjutkan maksud-maksud dasar teori kritis secara kreatif. Ia meninggalkan tingkat
pembicaraan Horkheimer dan Adorno yang amat abstrak, dan lebih mendekati masalah hidup bersama
orang dalam masyarakat industry.

Habermas mengkritik teori nilai kerja Marx. Menurut dia, kenaikan produktivitas tidak dapat
diternagkan dengan teori itu. Teknologi sendiri pun menciptakan nilai. Sekaligus Habermas meengkritik
bahwa Marx hanya melihat pekerjaan sebagai kegiatan dasar manusia dan melalaikan interaksi atau
komunikasi antar manusia.

Habermas berpendapat, segala tindak tanduk manusia berdasarkan iga kepentingan dasar :
kepentingan tehnis,yaitu untuk menguasai alam,kepentingan praktis, untuk berkomunikasi,dan
kepentingan emansipatoris, untuk menentang segala paksaan. Dalam masyarakat modern semua bidang
hidup dibawakan pada kepentingan teknis saja. Tetapi ada jalan untuk mendobraknya, yaitu dengan
jalan refleksi atas sejarah pengalaman penderitaan manusia. Dengan merefleksikan sejarah penderitaan
itu manusia dapat menadari bahwa ia hidup dibawah system yang penuh dengan paksaan, dan dengan
demikian membentuk kesadaran emansipatoris sebagai langkah pertama untuk membebaskan diri dari
segala paksaan itu.

Menurut Habermas, system itu tidak dapat berhasil sama sekali meniadakan kepentingan
emansipatoris itu, karena kepentigan itu hidup dan dijalankan dalam bahasa, dalam komunikasi. Saling
pengertian dan komunikasi itu sesuatu yang bagaimana pun juga mengandaikan kebebasan, dan tidak
mungkin dipaksakan. Bagaimana pun saya tidak pernah dapat dipaksakan untuk memahami sesuatu.
Maka selama masih ada komunikasi, suatu ruang kebebasan masih tetap ada. Oleh Karena itu, habermas
tidak mengikuti pesimisme Horkheimer dan Adorno mengenai kemungkinan parbaikan masyarakat.

Yang palsu justru membangun suatu masyarakat yang berdasarkan komunikasi yang bebas. Apa
yang disepakati di dalam dialog bebas antara orang-orang kompeten itulah yang benar.

90
6. Roger Garaudy ( lahir 1913)

Ahli teori gerakan komunis resmi Perancis yang terkenal adalah Roger Garaudy. Sampai pada
permulaan tahun 60-an Garudy sama sekali dibawah pengaruh ideology Soviet dan Marxisme Stalinis.
Kritiknya terhadap pendapat teoritis Stalin menjadi permusaan usaha untuk membebaskan diri dari
dogmatisme itu. Dengan terus terang ia mengakui kepicikannya sendiri dulu. Ditekankannya kembali
arti besar filsafat klasik Jerman (khususnya Fichte dan Hegel ) buat pengertian Marx dan Engels. Ia
menolak daya seni resmi di Negara komunis yang biasa disebut “realism-sosialis” dan menuntuk agar
kaum komunis mengakui pluralism dalam bidang seni.

Mengenai hubungan masyarakat dan moral, Garaudy menuntut agar Marxisme memecahkan
pertama-tama tiga masalah berikut : Marxisme harus lebih dulu menolak secara defenitif sifat
dogmatisme karena Marxisme itu suatu filsafat yang terbuka, selanjutnya Marxisme perlu lebih
memperdalam terorinya tentang subjektivitas manusia dan mengakui bahwa eksistensialisme telah
mengajukan suatu masalah yang sungguh-sunguh. Dan, akhirnya, perlu diciptakan suatu teori tentang
dialektika yang mengisinkan untuk memahami dan memberikan tempat kepada semua dimensi
manusia, termasuk dimensi kebatinannya dan nilai-nilai.

Garudy mempunyai pendapat yang menarik tentang masalah serta peranan sejarah agama dan
juga tentang hubungan antara Marxisme dengan agama. (……………) ia bertolak dari pikiran Marx
muda bahwa semua agama itu mempengaruhi penderitaan duniawi yang sunguh-sungguh, tetapi
sekaligus jga bersifat protes terhadapnya. Justru segi protes itu ditekankan oleh Garaudy. Dalam hal ini
Garudy melihat segi perjuangan yang dalam agama yahudi dan kristiani, dan ia memperlihatkan
bagaimana unsure itu suda menyatakan diri pada Augustinus hingga Pico de la Mirandola dan Thomas
Munger, dan sampai kepada kaum humanis Kristiani pada saman sekarang. Garaudy menarik
kesimpulan bahwa agama tidak bias dikembalikan hanya nkepada sikap pasif atau kepada peranan
institusionalisasi dari gereja. Dalam arti ini, perlu orang Kristen dan Marxis menyadari, apabila mereka
tetap tidak mau berkofrontasi secara mekanis saja, dan orang tidak bias saling mengenal tanpa saling
mengubah. Ini berarti, kedua belah pihak jangan menganggap diri sebagai pemilik defenitif dari
kebenaran-kebanaran yang pasti untuk selama-lamanya.

Karena Garudy membela Marxisme yang Pluralis, maka pada tahun 1970 ia dikeluarkan dari komite
sentral Partai Komunis Perancis.

7. Louis Althusser (lahir 1918)

Althusser bukan seorang Neomarxis. Ia tetap merupakan ahli teori terkemuka dalam Partai
Komunis Perancis. Tetapi posisinya patut diperhatikan, karena ia berusaha untuk menerapkan metode
strukturalisme (suatu metode pendekatan terhadap fenomena-fenomena hidup dan pikiran manusia
yang memperhatikan struktur formal unsure-unsur dan menolak hubungan-hubungan sejarah) kepada
Marxisme.

Althusser membedakan Marx Muda yang idologis dan Marx yang sungguh-sungguh ilmiah.
Potongan (coupuer) antara keduanya ditempatkan pada tahun 1945. Marx muda bersifat ideologis,karena
ia bersifat humanis dan mengitari masalah keterasingan. Tetapi sifat ilmiah tidak dapat disesuaikan sifat
ideologis itu. Maka, waktu Marx menemukan sifat ilmiah sosialismenya, ia,menurut Althusser,
memnuang humanismenya dan mengembangkan sosialisme ilmiahnya. Pemikiran Marx yang dewasa

91
bersifat antihumanis dan antihistoris. Ia tidak mau mengejar cita-cita,seperti humanism,melainkan
struktur kapitalisme yang unsure-unsurnya dapat bersifat politis,ekonomis,dan ideologis,dengan titik
beratnya pada unsure ekonomis.

Kebanyakan filsuf Neomarxis menolak pendapat Althusser. Menurut mereka, karya ekonomis
Marx pun mau melayani cita-cita emansipasi manusia. Tetapi dalam Partai Komunis Perancis pun tidak
semua senang dengan Marxisme a la Althusser, karena pendekatannya berdasarka suatu metode yang
ketemukan diluar lingkungan Marxisme sendiri.

8. Marxisme Kritis Dalam Negara-Negara Komunis

Tentu saja sangat menarik mengatahui apakah di dalam Negara-negara Komunis sendiri ada aliran-
aliran “Neomarxis”. Kita telah membicarakan kelompok praksis Jugoslavia, yaitu gerakan independen
Marxis yang paling berarti, tidak secara kualitatif maupun kuantitatif, di dalam Negara Komunis
apapun. Lukacs meninggal di Budapes, Bloch terpaksa meninggalkan RRD.

Kecuali itu, pemandangannya menyedihkan. Dari RRC kita tidak mengetahui usaha satu pun untuk
mempelajari tulisan-tulisan Karl Marx secara indefenden. Bahkan ada yang menyangsikan apakah
pembaca karya-karya Marx, kecuali sejauh diuraikan dalam pikiran-pikiran Mao Tse-Tung,di izinkan.
Hal yang sama berlaku buat Vietnam dan Korea Utara. Di Uni Soviet Marx dibaca, tetapi suatu
interpretasi atas Marx yang independen tidak kelihatan sama sekali. Ada beberapa uraian tentang
filsafat ajaran Marx muda, tetapi tak ada petunjuk bahwa dari kesibukan itu ada perangsangan-
perangsangan khusus terasa bagi hidup akademis di Uni Soviet, perkembangan-perkembangan baru
dalam filsafat terjadi tidak begitu dalam diskusi-diskusi ajaran Marx (Marx kelihatan sama sekali di
resapi Lenin), melainkan dalam mempersoalkan masalah-masalah sistematik saja (misalnya beberapa
permulaan pikiran yang baru dan positif di bidang agama yang pantas diperhatikan dan yang memuat
unsure-unsur kritis terhadap filsafat Soviet resmi). Itu pun berlaku bagi Jerman Timur, murid teladan
Moskow. Dari Rumania, Bulgaria, dan Albania (yang Pro-China) tidak diketahui apa pun juga.

Hanya di cekoslovakia, Hongaria, dan Polandia kita menyaksikan kesibukan dengan Marx yang
independen. Itupun khususnya mengenai Marx Muda (sedangkan Neomarxisme Barat sekarang lebih
mementingkan karya-karya ekonomi politik Marx yang dewasa). Kelihatanlah bahwa pengalaman-
pengalaman negative dalam rezim-erzim represif birokratis itu justru membuat lebih actual unsure-
unsur emansipatoris - - - yang secara ekplisit humanis - - - pada Marx muda. Justru dalam mempelajari
tulisan-tulisan Marx muda, filsuf ini menemukan bahwa maksud Marx yang sebenarnya merupakan
kebalikan dari apa yang dilakukan oleh rezim-rezim mereka sendiri atas nama Marxisme-Leninisme.
Sekaligus Marx muda membuka kemungkinan bagi mereka mengkritik rezim komunis tanpa sekaligus
memuaskan Marxisme atau kelihatan Anti-Marxis. Dengan mereka bias membedakan antara suatu
Marxisme yang sudah dibusukkan secara birokratis.

Diantara mereka yang agak terkenal sedikit adalah di Hongaria A. Heller, di Cekoslovakia Coa Sik
dan Karl Kosik, di Polandia Adam Schaff dan Leszek Kolakowsky - - - yang terakhir ini
sangandipengaruhi oleh kaum eksistensialis Perancis. Merak semua berkarya untuk mengembangkan
suatu humanism yang sesuai dengan keadaan zaman sekarang atas dasar Marxisme yang sejati. Hamper
tidak perlu dikatakan bahwa semua filsuf ini terus menerus mengalami gangguan dari pihak
estabilishment komunis mereka. Kelihatan bahwa rezim-rezim represif dari kanan dan kiri sama-sama
berkepentingan untuk menindasa potensi-potensi emansipatoris dimana pun dapat ditemukan. Rupa-

92
rupanya taraf kemungkinan untuk mempelajari Marx dengan bebas sebesar taraf kebebasan nyata yang
ada dalam masyarakat bersangkutan.

III. Herbert Marcuse

Salah seorang tokoh Neomarxisme yang paling terkenal adalah Herbert Marcuse (lahir 1898).
Pada permulaan tahun 60-an tulisan-tulisan Marcuse menyemangati gelombang-gelombang “the new
Left” di antara para mahasiswa Barat (dengan “the new left” dimaksudkan adalah munculnya suatu
gerakan kiri/Marxis baru dipanggung politik yang tidak berafiliasi dengan “the old left”, yaitu partai
komunis dan social democrat). Namun pe ngaruh Marcuse sangat dilebih-lebihkan. Pada pertengahan
tahun 60-an sudah menjadi jelas, Marcuse menolak aksi-aksi mahasisa sejauh sampai mennimbulkan
tindakan kekerasan dan kerusakan-kerusakan. Pada permulaan tahun 70-an, massa mahasiswa tidak lagi
tertarik pada protes-protes besar. Kelompok-kelompok radial yang tetap ada telah bergeser dari
Neomarxisme ke Marxisme Ortodoks. Akibanya,mereka menolak Marcuse, baik karena ia menentang
tindakan-tindakan kekerasan maupun karena ajarannya memang jauh dari ajaran Marx yang semula.

Sebelum perang, Herbert Marcuse termasuk lingkungan “sekolah Frankfurt”. Pada tahun 1933, ia
terpaksa meninggalkan Jerman dan pindah ke Amerika. Sekarang ia masih menjadi Professor di
Universitas Borkeley/California.

Kami akan membicarakan Mracuse dengan lebih panjang-lebar sebagai salah satu contoh kongkret
dari cara berfikir seorang Neomarxisme yang terkemuka.

1. Eros dan Kebudayaan

Melalui kritik terhadap Heidogger dan Hegel, Marcuse samoai kepada Marx. Cirri khas cara berfikir
Marcuse adalah usaha untuk memanfaatkan isi-isi filsafat social ajaran Freud bagi Marxisme.

Supaya kita dapat mengerti pertimbangan-pertimbangan Marcuse, kita sebentar harus


menyibukkan diri dengan Freud. Menurut Freud, dalam diri manusia ada dua dorongan dasar :
seksualitas dan naluri agresi. Dari kedua kecondongan itu manusia mengambil tenaga untuk
melaksanakan apa pun juga yang harus dilaksanakannya. Andai kata manusia hanya hidup demi
seksualitasny, ia tidak akan pernah sampai bekerja, ia tidak bias hidup. Tetapi manusia harus bekerja. Ia
harus membangun dunia dimana di dalamnya ia hidup. Energy untuk bekerja didapatkannya dari
pengurangan pemuasan seksualitas, atau, sebagaimana biasa disebut,dari refresi penindasan naluri seks.
Tenaga yang tidak dihabiskan dalam seksualitas, dapat diubah menjadi pekerjaan. Makan dari itu,
menurut Freud, seluruh kebudayaan manusia adalah akibat seksualitas yang ditindas. Freud
mengungkapkan hal itu juga sebagai berikut : prinsip kenikmatan diimbangi oleh prinsip realitas.

Marcuse bertitik tolak pada kerangka pikiran itu. Ia pun berpendapat, penindasan seksualitas itu
perlu untuk menciptakan kebudayaan. Tetapi supaya manusia itu dapat didesak agar ia bekerj
menciptakan kebudayaan, perlu ada paksaan dari masyarakat. Manusia tidak dengan sendirinya akan
mengurangi pemuasan seksualitas untuk dapat bekerja. Untuk itu ia harus dipaksa. Jadi harus ada yang
memaksa. Itulah asal usul adanya perbedaan antara kelas-kelas yang ditindas dan yang berkuasa. Dari

93
perlunya penindasan demi penciptaan kebudayaan itu,secara historis berkembang hubungan-hubungan
kekuasaan.

Oleh karena itu, Marcuse membedakan antara dua macam refresi : “the basic refression”
(penindasan dasar) dan “the surplus repression” (penindasan tambahan). Dengan penindasan dasar
dimaksudkan adalah pembatas naluri seks yang dianalisis Freud, yang perlu untuk menciptakan
kebudayaan. Sedangkan Marcuse berpendapat bahwa sebenarnya antara kebudayaan dan seksualitas
tidak ada pertentangan : tujuan sejaraha adalah kebahagian individu-individu, dan kebahagiaanitu
tercapai baik melalui seksualitas maupun melalui pekerjaan (kebudayaan). Pertentanga yang terdapat
pada zaman sekarang antara seksualitas dan kebudyaan, beradasarkan suatu penindasan tambahan :
yang dimaksud Marcuse adalah pembatasan-pemabatasan untuk mempertahankan hubungan-hubungan
kekauasaan tertentu yang perlu dalam rangka prinsip realitas,yaitu mendesak terlaksananya pendidikan
produktivitas - - yang menurut Marx, hanya tercapai melalui masyarakat berkelas dan masyarakat profit
- - untuk menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat.

Penindasan tambahan ini perlu selama umat manusia masih berada dalam keadaan kekurangan dan
hanya dapat dibenarkan sebagai alat yang perlu untuk menaikkan produktivitas. Namun menurut
Marcuse, pada zaman sekarang telah tercapailah titik perkembangan dimana produktivitas pekerjaan
begitu besar sehingga umat manusia sanggup untuk memproduksikan segala apa yang perlu untuk
memenuhi kebutuha-kebutuhan biasa umat manusia. Bukti empiris untuk pernyataan iri adalah “the
affluent society” (masyarakat yang berlimpah-limpah). Jadi, menurut Marcuse kita hidup dalam suatu
zaman dimana teknologi yang telah tersedia unttk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia,
memungkinkan semua kebutuhan dari semua individu sekaligus dapat terpenuhi. Sudah tersedialah
kemungkinan-kemungkinan teknologis untuk memenuhi kebutuhan semua ornag di dunia. Dulu, hal itu
belum mungkin, dan keran itu diperlukan represi tambahan : orang yang mau memenuhi semua
kebutuhan mereka sendiri, menindas yang lain-lain, yang terpaksa tidak memenuhi semua
kebutuhannya. Tetapi sekarang umat manusia cukup kaya. Dengan demikian penindasan tambahan
tidak perlu lagi. Jadi, untuk menjamin terlaksananya pekerjaan yang masih tetap perlu, tidak perlu suatu
represi khusus lagi, keran apa yang perlu akan diproduksikan oleh pekerjaan yang biasa, yang secara
kodrati sudah sesuai dengan kecondongan naluri kita, yaitu sebagai pelaksanaan diri kita sendiri
(menurut Marcuse : pekerjaan biasa itu sesuai dengan kecondongan manusia, sebagai mana juga menjadi
pendapat Marx). Untuk melaksanakan pekerjaan biasa - - yang tidak bermaksud untuk menaikkan
produktifitas, tetapi hanya untuk menjalankan produksi yang perlu - - tidak diperlukan lagi suatu
penindasan dasar sebagaimana menjadi anggapan Freud. Maka penindasan tambahan terhadap
seksualitas bias dihapus.

Dengan demikian umat manusia memasuki suatu tahap baru yang betul-betul manusiawi.
Penindasan-penindasan tambahan dengan sendirinya mebebaskan tenaga-tenaga seksualitas yang
raksasa. Segi erotis menjadi cirri dasar hubungan antar manusia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah
umat manusia, suatu kegiatan budaya tanpa represi menjadi mungkin. Akan tercapailah perdamaian
antara prinsip kenikmatan dan prinsip realitas.

Marcuse berusaha untuk member beberapa peunjuk bagaimana kiranya cirri-ciri dasar suatu
kebudayaan yang tidak represif melainkan erotis. Pertama-tama perlu diperhatikan, segi erotis-seksual,
menurut Marcuse, tidak bolah disamakan denga seksualitas genital sendiri merupakan akibat dari
represif sekarang. Menbentuk hubungan-hubungan antar manusia secara erotis akan berarti
mendasarkan hubungan-hubungan itu simpati dan penghargaan satu sama lain. Individu-individu tidak

94
lagi saling berhadapan sebagai saingan atau musuh potensial, melainkan akan senang untuk saling
menyenangkan. Berdasarkan produktivitas yang telah teracapai karena kemajuan-kemajuan teknologi,
waktu kerja dapat dibatasi pada suatu batas minimum. Tetapi tidak hanya kuantitas pekerjan akan
berkurang, pekerjaan sendiri secara kualitatif pun akan berubah. Marcuse berbicara tentang perubahan
dari pekerjaan menjadi permainan. Naluri represi akan terserap oleh eros. Tenaga-tenaga perusak
raksasa yang dalam masyakat sekarang diproduksikan berdasarkan identifikasi antara penindasan
tambahan dan prinsip prestasi, kedua-duanya sebagai ungkapan daya agresi, akan dilarutkan. Akan
terjadilah suatu tipe manusia baru yang cirinya adalah erotisasi seluruh kepribadiannya : tandanya ialah :
“kehalusan” (tenderness).

Tetapi mengap kita belum sampai menghapus penindasan tambahan itu ? mengapa penindasan
tambahan itu malah semakin memuncak menjadi system represi penuh agresi ? sebabnya, menurut
Marcuse, mekanisme masyarakat industry mencegah pembebasan naluri seks. Cirri masyarakat industry
adalah prinsip prestasi. Jadi, prinsip yang mengatur pekerjaan untuk mempertahankan masyarakat
secara langsung dilebur dalam penindasan tambahan : dalam nafsu untuk mempertinggi prestasi,
masyarakat telah menjadi berdimensi satu. Dengan demikian, kita sampai pada kritik Marcuse terhadap
masyarakat industry modern.

2. Masyarakat Yang Berdimensi Satu

Menurut Marcuse, masyarakat industry memperlihatkan tiga ciri khas. Ciri pertama adalah bahwa
masyarakat seluruhnya dibawahkan kepada penguasaan prinsip tekhnologi.

a. Kekuasaan Prinsip Teknologi

Prinsip teknologi adalah tuntutan untuk mengarahkan segala daya-upaya untuk memperlancar,
memperluas dan memperbesar proses produksi. Perluasan produksi itulah hokum masyarakat modern.
Kepada tujuan itu semua segi hidup masyarakat dibawahkan : semua kepentingan pribadi dan social,
semua keacakapan dan keinginan, dan bahkan kebahagiaan manusia. Akal budi dan hati manusia,
semua itu melayani produksi. Demi eningkatan produksi, perlu ada korban. Tehnik menuntutnya.
Kemajuan manusiawi disamakan dengan perluasan produksi.

Kekauasaan teknologi tidak hanya terutama dalam bidang ekonomi dan keuangan, melainkan juga
dalam bidang politik,kebudayaan,pendidikan,seni,usaha-usaha bersantai, liburan. Kekuasaan teknologi
memperlihatkan diri dalam hubungan antara majikan dan karyawan, antara penjual dan pembeli, antara
dokter dan pasien, antara pria dan wanita. Inti prinsip teknologi ialah penyamaan semua nilai manusiawi
dengan manfaat ekonomisnya.

b. Irasionalitas Keseluruhan

Ciri kedua masyarakat industry modern ialah kesatuan antara produktivitas dan destruktivitas.
Maksud Marcuse, kekuatan-kekuatan produksi yang rekayasa itu tidak dipergunakan untuk
menciptakan perdamaian dan persahabatan antar manusia, melainkan untuk menciptakan potensi-
potensi destruktif raksasa ditingkat individual,social,dan internasional. Tanda kenyataan ini adalah
pengeluaran-pengeluaran untuk persenjataan yang semakin besar. Semua pihak sama-sama setuju
bahwa pengeluaran gila itu, membuat kita tercegah dari dari perpecahan masalah-masalah lain yang

95
lebih penting, dan bahwa penambahan persenjatahan itu itu juga tidak masuk akal secara militer karena
hanya merangsang lawannya untuk mengimbanginya pula. Tetapi pengeluaran-pengeluaran itu tetap
bertambah. Destruktivitas menjadi hukum batin produktivitas. Tanda yang paling mencolok untuk itu,
bagi Marcuse, tentu saja pernag Vietnam, dimana tehnik, logistic, produktivitas, dan rasionalisasi
mencapai kemenangan-kemenangannya yang terbesar dengan hanya ada satu tujuan, yaitu untuk
merusak.

Tetapi detruktivitas itu kentara juga di bidang-bidang lain : dalam bertambahnya gangguan-
gangguan praksis manusia modern, dalam bertambahanya kejahatan dan tindakan-tindakan kekerasan,
pemakaian narkotika kebencian dan iri hati, dan dalam bertambahnya perbedaan antara tingkat hidup
Negara-negara industry dengan Negara-negara sedang berkembang. Kita mengalami pengkasaran
umum. Masyarakat industry berada dibawah hukum “rasionalisasi dalam detail, dan irasionalitas dalam
keseluruhan”.

c. Afirmativitas Atas Penghapusan Dimensi Negatif

Penggambaran masyarakat industry modern baru lengkap serta memperlihatkan betapa tak ada
jalan keluar dari situasi itu kalau kita meperhatikan ciri ketiga masyrakat industry berdimensi satu.
Itulah tanda yang membedakan masyrakat industry modern dari semua masyarakat lain secara
fundamental. Dengan masyarakat yang berdimensi satu, maksud Marcuse, bahwa didalamnya tidak ada
gerakan lawan lagi tidak ada golongan negative yang masih berkepentingan untuk menantangnya.

Dalam masyarakat-masyarakat lain pun ada banyak kekurangan. Ciri semua kekuaran itu ialah
adanya segolongan dalam masyarakat yang beruntung dar penghisapan yang lain. Golongan-golongan
lain itu merupakan unsure negative yang sendirinya berkepentingan untuk mengubah keadaan itu.
Masyarakat-masyarakat itu bias berubah dan bias diperbaiki, dan selalu ada golongan yang meras
dirugikan di dalamnya, dan oleh karena itu menentangnya. Golongan macam ini misalnya, para petani
dan borjuis kecil di Perancis dalam abad ke-18. Dalam abad ke-19, abad klasik kapitalisme, sebagaimana
diperlihatkan Marx (dan Lain orang) dengan terang.

Ciri istimewah masyarakat industry modern - - yang protetipnya dilihat Marcuse di Amerika
Serikat - - adalah kelas buruh tidak lagi merupakan kelas negative. Inilah perbedaan yang menentukan
antara Marcuse dan Marx. Marx berfikir dalam suatu masa dimana buruh-buruh mengeluh dibawah
pekerjaan yang membosankan dan berat, syarat-syarat kerja yang jelek, dan upah yang rendah. Bagi
Marcuse, perbedaab antara abad ke 19 dan abada ke-20 adalah bahwa abad ke-20 itu menghasilkan
masyarakat yang berlimpah, The Affluent Society, dan di dalam masyarakat itu semua bias memuaskan
kebutuhan-kebutuhan mereka. Jadi tidak ada lagi kelas yang menetang system. Ini khususnya berlaku
juga bagi kelas buruh yang, menurut Marcuse, sudah kehilangan corak revolusionernya den berubah
menjadi pembela system.

Dengan pernyataan bahwa kelas buruh tidak lagi revolusioner, Marcuse secara langsung
berlawanan dengan teori klasik Marxisme, dan itu memperlihatkan bahwa ia termasuk Marxis yang
berani - - sebagaimana Marx pun, seratus tahun sebelumnya, untuk menyelidiki keadaan-keadaan
masyarakat secara baru, tidak begitu saja mengambil oper skema-skema Marxisme Klasik, dan berani
menarik kesimpulan-kesimpulan teoretis darinya. Marcuse dengan demikian menarik konsekuensi-
konsekuensi teoretis dari kenyataan tak adanya Negara Barat satu pun dimana terjadi suatu revolusi
kaum buruh, malah sebaliknya, pada saat-saat yang menentukan, Negara-negara yang secara potensial

96
revolusioner seperti Jerman pada tahun 20-an dan 60-an, Perancis pada tahun 1968, dan Italia sejak
perang dunia II, buruh-buruh tidak bersedia mempergunakan kemungkinan-kemungkinan mereka
secara habis-habisan untuk menghapus system itu. Secara umum diketahui, buruh-buruh di Amerika
Serikat teralalu merupakan pendukung paling setia dari pemerintahan konservatif Nixon. Apakah
kesimpulan Marcuse tidak juga telalu pagi, masih harus dilihat. Ada tanda-tanda, kesulitan-kesulitan
baru yang pada tahun 70-an ini dihadapi oleh Negara-negara industry, akan membuka kembali masalah
kesamaan social.

Kita bisa merumuskan tesis pokok Marcuse sebagai berikut : berkat pembangunan teknologi,
masyarakat-masyarakat industry yang maju dapat mencegah timbulnya konflik-konflik denga cara
menyerap semua kekuatan yang, dalam masyarakat-masyarakat dulu, merupakan unsur-unsur yang
menentangnya. Masyarakat industry modern menhintegrasikan golongan-golongan yang secara
potensial negative, karena berhasil menjamin kepada mereka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
konservatif mereka. Dengan menghilangkan protes, sekaligus kemungkinan emansipasi dihilangkan.
Masyarakat menjadi Affirmativ (mengiyakan) melulu.

d. Manipulasi Kebutuhan-Kebutuhan

Tetapi, kita dapat bertanya, mengapa Marcuse keberatan dengan perkembangan itu ?apabila
masyarakat berhasil mengintegrasikan kekuatan-kekuatan negative dengan cara pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan mereka, mengapa masih mau mengemansipasikan diri dari masyarakat itu ? bukankah
dengan demikian masyarakat itu harus dinilai telah berhasil memberikan kepada semua kelas sebagian
yang wajar dari kebahagiaan social ? bukankah kita harus menerimah analisis Marcuse dengan
berterimah kasih,tetapi kemudian jangan bertanya : jadi bagaimana kita tetap dapat menjungkirbalikkan
system masyarakat itu ? melainkan, sebaliknya menarik kesimpulan : mari kita berbuat segala-galanya
untuk mempertahankan masyarakat yang baru ini melawan segala serangan ?

Memang itulah pertanyaan yang menetukan, yang harus diajukan kepada Marcuse, dan dalam
menjawabnya masing-masing pihak terpisah. Kami disini hanya ingin tahu, manakah jawaban yang
diberikan Marcuse. Menurut Marcuse, masyarakat yang harus ditiadakan walaupun di dalamnya tidak
ada lagi kelas yang menderita, karena kebutuhan-kebutuhan yang dipenuhinya adalah palsu dan
kebahagiaan yang di tawarkannya adalah tidak benar.

Sebelumnya kita bertanya apakah yang dimaksud Marcuse dengan kebutuhan-kebutuhan dan
kebahagian palsu, perlu kita tunjuk pada suatu unsur structural. Marx dulu dapat beragumentasi begitu
saja berdasarka furstrasi-frustrasi yang dalam kaum buruh : karena buruh-buruh tidak puas, maka
mereka akan menetang masyarakat yang ada. Argumentasi itu tidak memerlukan pengandaian-
pengandaian moral : siapa yang tidak pusa dengan sendirinya akan berusah untuk menghilangkan alas
an ketidak puasan itu. Tetapi Marcuse berhadapan dengan kesulitan : buruh-buruh itu tidak merasa
puas. Oleh karena itu ia berargumentasi secara moral. Ia harus mengatakan kepada mereka : anggapan
kalian bahwa kalian sudah puas dan bahagia itu tidak betul, kebahagiaan kalian tidak sesuai dengan
martabat manusia, jadi kalian merasa puas ! argumentasi Marcuse berbeda secara fundamental dari
argumentasi Karl Marx, karena bersifat Moral.

97
Jadi, mengapa kebahagia yang ditawarkan oleh masyarakat yang berdimensi satu itu jadi palsu ?
karena, begitulah jawaban Marcuse, masyarakat tetap menindas rasionalitas dan kebebasan individu,
dan dengan demikian menetang martabat manusia. Manusia tetap tidak dapat bertindak sebagai mahluk
yang rasional (rasional disini berarti : bertindak karena mengerti sendiri kebenaran suatu keputusan) dan
bebas, ia juga tidak bahagia sungguh-sungguh. Dengan kata lain, kebahagiaan dalam masyarakat
nerdimensi satu itu dimanipulasikan.

Untuk mengerti jalan pikiran Marcuse, kita dapat mengatakan : masyarakat industry menyogok
kaum buruh (dan lain kelompok yang sebenranya masih ditindasnya) sehingga tidak lagi menuntut
kebahagiaannya yang sebenarnya. Masyarakat berdimensi satu menawarkan jalan yang enak kepadanya.
Alat penyogokannya adalah apa yang disebut pekerjaan untuk berkonsumsi. Paksaan ini diadakan
melalui manipulasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Tanda masyarakat industry modern adalah bahwa semua bidang hidup kemasyarakatannya
disusun demi konsumsinya. Industry harus mendapat profit. Untuk it uterus menerus perlu diperluas
produksinya. Tetapi itu hanya mungkin apabila produk-produk itu dibeli. Tetapi juga dibeli hanyalah
apa yang menjadi kebutuhan. Maka industry terus menerus menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru
dalam masyarakat melalui reklame, propaganda, dengan mempergunakan hasil-hasil ilmu psikologi dan
sosialogi yang termodern : sepeda motor, mobil, televisi hitam putih, televise berwarna, almari es, peti
pendingin, mobil yang lebih besar, perjalanan liburan ke luar negeri di Eropa, perjalan liburan keluar
Eropa, dan seterusnya.

a. Toleransi

Menurut Marcuse, kita menipu diri kalau dari toleransi itu kita menarik kesimpulan bahwa
masyarakat industry modern betul-betul toleran. Minoritas-minoritas hanya diizinkan menyuarakan
pendapat-pendapat mereka, karena mereka toh tidak dapat mengubah apa-apa. Tetapi andaikata suatu
gerakan betul-betul kelihatan membahayakan system - - - beberapa kelompok mahasiswa di Jerman,
misalnya, berusaha untuk melumpuhkan sama sekali kehidupan universitas; pertimbagan mereka :
universitas itu mutlak perlu demi kemajuan masyarakat industry tetapi sekaligus sudah dimacetkan,
maka universitas merupakan salah satu titik sentral dalam system, dimana system itu harus diserang - - -
system itu memukul kembali denga segala kekerasan dan, bahkan tidak malu-malu, menumpahkan
darah atau meghapus beberapa prinsip Negara hukum (misalnya, penangkapan secara sewenang-
sewenang, manipulasi dalam bidang pengadilan) - - - begitu, sekurang-kurangnya, tuduhan Marcuse
harus di Akui, jarang dikemukakan suau bukti atas tuduhan itu yang menyamai represi-represi dalam
Negara-negara komunis.

Marcuse menyebut keadaan itu sebagai “toleransi represif”: mayoritas dalam masyarakat sudah
sudah dimanipulasikan sedemikina rupa oleh system, sehingga mereka tidak akan pernah mengkriti
system itu sendiri. Kritik yang diarahkan pada kekuarangan-kekuarangan dalam system itu yang dapat
dihapus melalui reformasi-reformasi dalam system, dan oleh karena itu bahkan lebih memantapkan
system tersebut. Tetapi minoritas pun secara prinsipil boleh mengajukan kritik selama pasti bahwa kritik
itu tidak bertentangan dengan struktur-struktur masyarakat yang ada.

b. Lingkaran Setan Kebutuhan

98
Lantas dimanakah kemungkinan emansipasi masyarakat industry dari mekanisme-mekanisme
represif yang menguasainya ? tragisnya Marcuse, ia melihat sifat anti human masyarakat yang ada begitu
tajam, sehingga ia sendiri sebetulnya tidak melihat adanya jalan keluar lagi : toeransi represif itu telah
meniadakan semua unsure penentang system itu (pesimisme yang mendalam itu terdapat juga pada
Horkheimer dan Adorno).

Dilemanya sebagai berikut : manusia selalu bertindak menurut kebutuhan-kebutuhannya. Apabila,


misalnya, suatu gerakan revolusioner melalui aksi-aksinya mengahancurkan intitusi-institusi yang ada
mereka akan mempunyai kemungkinan untuk membangun suatu masyarakat baru. Tetapi masyarakta
baru itu akan disesuaikan dengan cita-cita yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kaum revolusioner
itu. Namun keutuhan-kebutuhan mereka pun telah ditentukan masyarakat yang ada sekarang
sedemikian rupa sehingga terarah ke kelanjutan dari masyarakta yang sekarang ini. Karena masyarakat
baru dibangun oleh orang-orang yang kebutuhan-kebutuhannya masih merupakan kebutuhan
masyarakat yang lama, masyarakat yang baru itu hanya bias mempunyai struktur yang lama pula, dan
krisis dimulai sekali lagi. Justru karena Marcuse melihat bahwa mahasiswa-mahasiswa revolusioner di
dalam kebutuhan-kebutuhan mereka masih seperti semua borjuis lain - - - ditentukan oleh masyarakat
yang ada - - - ia juga melihat masyarakat yang mereka cari itu tetap bersifat represif seperti yang ada
sekarang. Oleh keran itu, Marcuse menolak aksi-aksi mereka (penolakan itu tidak pernah mereka ampuni
: zaman kini diantara mahasiswa-mahasiswa kiri, Marcuse dianggap orang “Gila” dan “Pengkhianat
pada Marxisme”).

Untuk membangun masyarakat baru, diperluak individu-individu dengan struktur kebutuhan yang
baru. Marx berbicara tentang suatu perubahan kualitatif kebutuhan-kebutuhan yang kiranya
memerlukan sesuatu “dasar biologis” baru. Denga kata lain, masyarakat baru hanya dapat dibangun oleh
manusia baru. Tetapi keran susunan kebutuhann baru tidak tumbuh dalam susunan masyarakat lama,
maka dilemanya adalah sebagai berikut : individu-individu masyarakat lama tidak dapat membanguan
suatu masyarakat tanpa repersif, karena akan membangunn suatu masyarakat yang baru sesuai denga
kebutuhan-kebutuhan mereka yang lama, yang masih sesuai dengan kepentingan masyarakat represif.
Hanya individu-individu yang sudah mempunyai struktur kebutuhan baru dapat yang dapat
membangun suatu masyarakat yangbaru. Tetapi terbentuknya struktur kebutuhan yang baru sudah
mengandaikan adanya masyarakat baru yang idak represif yang justru masih baru dibangun.

c. The Great Refusal

Tidak mengherankan, perspektif-perspektif yang suram ini hanya membuka satu kemungkinan
bagi Marcuse : penolakan beberapa induvidu Herois telah memahami sifat represif masyarakat konsumsi
modern, untuk tunduk terhadap paksaan konsumsi : the great refusal, penolakan besar. Mungkin,
begitulah harapan Marcuse, gerakan ini akan menjadi titik kristalisasi suatu pemikiran moral baru yang
lama kelamaan meluas pengaruhnya.

Tetapi Marcuse sendiri mengetahui betap kosong harapannya itu. Karena the great refusal, kalau
tidak mau tingal jadi omongan saja, hanya bias berrti bahwa orang menolak mobilnya, TV-nya,dan
kenikmatan-kenikmatan modern lainnya. Tetapi penolakan-penolakan semacam itu mempunyai
batasnya; kalau keterlaluan,manusia sendiri akan dipukul dalam bentuk ketegangan, kebolongan,

99
gangguan-gangguan jiwa. Rupa-rupanya Karl Marx memang betul dalam pendapatnya bahwa kehendak
baik individu tak dapat mempertahankan diri terhadap desakan-desakan golongannya.

d. Golongan-Golongan Marjinal

Pada akhir tahun 60-an - - waktu gelombagn protes, yang antara lain mulai digerakkan oleh
Marcuse sendiri, mulai mengalu - - Marcuse sendiri menjadi lebih optimistis. Ia menemukan bahwa
kelas-kelas pokok dalam masyarakat industry modern memang sama sekali diintegrasikan ke dalam
system, dan dengan demikian tidak bisa dipergunakan sebagai pembawa-pembawa emansipasi. Tetapi
siamping mereka, Marcuse melihat masih banyak golongan pingiran lagi yang tida diintegrasikan ke
dalam system. Golongan-golongan pinggiran ini, kalau bergerak bersama-bersama, sekurang-kurangnya
menggoncangkan system, dan goncangan itu barangkali dapat merenggut sebagian dari kelas-kelas yang
telah diintegarsikan dai dalamnya keluar lagi. Pelbagai keonaran dan gerakan protes di Amerika Serikat
dan Eropa Barat memperkuat harapan Marcuse.

Sebagai kekuatan-kekuatan yang diharapkan Marcuse dapat menyalakan inisiatif-inisiatif


revolusioner baru, disebutnya : kaum mahasiswa, kaum Negro, dan orang-orang Peurtorico di Amerika
Serikat, unsure-unsur social, dan ditingkat internasional, perjuangan-perjuangan pembebasan yang telah
menggoncangkan stabilitas di Negara-negara industry yang terlibat di dalamnya, seperti khususnya
Vietnam, begitu efek mercusuar moral dari eksperimen manusia baru di RRC. Mercuse mengharapkan,
agar efek yang berasal dari golongan-golongan itu terhadap seluruh masyarakat akan menyadarkan
kepadanya sifat represifnya.

Melawan Marcuse, disini perlu dicatat secara kritis bahwa menurut pengandaian-pengandaian
Marcuse sendiri, harapan ini sebetulnya tidak dapat dibenarkan. Soalnya, menurut Marcuse sendiri,
mayoritas terbesar dari Negara-negara industry sudah bergitu ketat terikat pada system yang ada,
sehingga mereka mengidentifikasikan diri dengannya. Maka, apabila minoritas-minoritas - - yang
dengan sendirinya dibenci oleh mayoritas - - mulai mengancam system itu, mayoritas tidak akan
mengkuti mereka melainkan membela system, dalam rangka toleransi represif. Jadi yang dapat
diharapkan justru kebalikan dari harapan Marcuse : mayoritas akan mengalami golongan marjinal itu
sebagai ancaman kedudukannya dan akan menindasnya; dengan demikian malahan hanya memperkuat
system seara keseluruhannya. Kecondongan kea rah kanan yang hampi dimana-mana kentara sejak
permulaan tahun 70-an dalam Negara-negara industry, kelihatan membenarkan anggapan ini.

4. Marcuse Seorang Pemikir yang Orisinil

Ia seorang Neomarxis yang paling jauh dari Marx. Analisanya terhadap masyarakat industry Barat
yang berdimensi satu itu mengesankan. Namun, apakah analisanya juga meyakinkan ? teori-teori
Marcuse seluruhnya berdasarkan pengandaian bahwa system di Negara-negara industry sama sekali
tertutup. Pengandaian itu menyebabkan Marcuse menolak kemungkinan reformasi di dalam system,
mengapa tak ada jalan keluar kecuali pengahncuran dari seluruh system lama, tetapi mengapa di pihak
lain ia melepaskan segala harapan bahwa dari penghancuran itu dapat dibangun suatu masyarakat yang
bebas dari penindasan.

100
Tetapi pengandaian Marcuse tentang ketertutupan total dari system itu sangat meragukan. Kalau
betul-betul tertutup seratus prosen, mengapa ia sendiri yang juga termasuk system ini dapat melihat
kejelekannya ? bahwa daya manipulasi system itu sangat luas jangkauannya, kiranya tidak dapat
disangkal. Tetapi, bersama Habermas, kiranya perlu ditekankan bahwa suatu kebutuhan emansipatoris
tetap masih ada dan tidak seratus prosen tersumbat. Barangkali kekuatan dari system NeoKapitalisme
justru system itu tidak sama sekali tertutup, melainkan secara prinsipil juga terbuka bagi perubahan-
perubahan yang lebih gundamental. Bahwa system itu dapat mempertahankan diri sejak 100 tahun,
berhadapan dengan perkembangan-perkembangan dan kegoncangan-kegoncangan luar biasa, dengan
menjalani peyesuaian-penyesuaian yang amat besar, dan itu semua tanpa represi-represi kasar, kiranya
hanya dapat diterangkan apabila diterimah bahwa kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sungguh-
sungguh fundamental sekurang-kurangnya sebagian memang terpenuhi di dalamnya.

Kalau itu betul, maka masalah pokok pemanusiaan masyarakat bukan untuk mencari suau
golongan dalam masyarakat yang mau menjadi pembawa revolusi - - seperti Diogenes dulu, yang
dengan lampunya berjalan-jalan diantara orang-orang dipasar untuk mencari seorang manusia (dan
tidak menemukannya). Masalah pokok adalah bagaimana ruang-ruang kebebasan yang masih ada dapat
dijamin secara kongkret dan diperluas. Jalan yang perlu ditempuh dengan berani ialah jalan reformasi
penuh tanggung jawab dan, kalau perlu, secara radikal.

Kiranya juga menjadi jelas, analisis Marcuse tidak bisa diterapkan pada suatu Negara seperti
Indonesia. Marcuse hanya bicara tentang Negara-negara industry Barat yang cirinya ialah : keberadaan
umum yang juga disadari oleh umum. Semua Negara lain di dunia, dilihat dari persferktif : Marcuse,
harus dikualifikasikan sebagai mesyarakat yang berdimensi dua, karena di dalam masyarakat-masyarak
itu sebagian besar dari anggotanya masih menderita frutasi-frustasi kebutuhan yang langsung. Jadi
Marcuse berbicara tentang masyarakat-masyarakat meras puas karena tidak merasakan suatu
penderitaan dan menikmati kesenangan-kesenangan teknologi modern, sedang cirri khas Negara-negara
yang sedang berkembang justru sebagian besar masyarakatnya mendrita dan kecewa.

Dengan Marcuse kami menutup uraian tentang Neomarxisme. Kelihatanlah, “Neomarxisme”


adalah suatu istilah yang agak dianggap masih ada hubungan apapun juga denga ajaran Karl Marx dulu.
Menyabut seorang atau kelompok Noemarxisme, praktis, belum mangatakan apa-apa tentang orang atau
keolmpok itu. Neomarxis itu belum memuat ideology-ideologi partai resmi denga cara berfikir yang
orisinal. (seperti L Althusser), filsuf-filsuf yang bernada eksistensialis (seperti Bloch dan Garaudy),
memuat juga pengikut dari teori kelas Marx yang tradisional (seperti Lukacs), dan pengkritik-pengkritik
masyarakat industry modern yang menganggap perjuangan kelas itu sudah kehilangan artinya (seperti
Marcuse).

Pada dasarnya setiap pihak bisa disebut Neomarxis yang berusaha mempelajari Marx biar pun
denga kritis, yang mengakui kelemahan dan bahaya-bahaya dalam ajaran itu, tetapi yang juga berusaha
untuk belajar dari Marx, seperti adri semua pemikir penting umat manusia lain, apa saja yang bisa
mendekatkan masalah-masalah masyarakat kea rah pemecahan. Perbedaan yang mentukan bukan
apakah seseorang itu bisa disebut NeoMarxis atau tidak, melainkan Neomarxis macam apa yang
dianutnya.

Pernyataan yang, menurut hemat kami, harus diajukan : dimanakah kedudukan individu-individu
kongkret dalam sistemmu, tetapi individu-individu bukan secara ideologis, menurut salah satu teori
(seperti misalnya dalam Marxisme-Leninisme), melainkan individu-individu menurut kebutuhan mereka

101
masing-masing akan kebahagian kongkret ? pendek kata : apakah engkau mau menyesuaikan manusia-
manusia kongkret dengan sistemmu, atau segala pikiranmu mau membantu orang-orang yang hidup
sekarang supaya dapat lebih bahagia ? setiap teori masyarakat, yang atas nama kolektif, suatu filsafat,
ideoogi, harapan yang lebih baik akan masyarakat yang lebih baik, tetapi juga atas nama “realitas”
menomorduakan kebahagiaan empiris dari individu-individu kongkret yang hidup pada saat ini, begitu
pula semua yang atas nama apa pun juga menganggap kebebasan nyata dari beberapa golongan saja
dalam masyarakat sebagai sekedar, harus di tolak. Tetapi setiap system teori yang menyatakan mau
melayani kebahagiaan dan kebebasan individu-individu masing-masing, entah manganggap diri Marxis
atau tidak, pantas dipegang pada pernyataannya itu : teori itu harus dengan senjata-senjata kritik
rasional diperiksa tentang kesejatiannya. Setiap bentuk penindasan administrative melalui larangan-
larangan dan pengejaran-pengejaran terhadap teori-teori semacam ini membuka ara pelaku tindakan-
tindakan itu terhadap prasangka bahwa mereka dibawah topeng keprihatinan terhadap keamanan
umum hanya mengejar kepentingan mereka sendiri saja.

* * *

BAGIAN KEEMPAT : KOMUNISME SEBAGAI KEKUATAN DUNIA

1. Marxisme

2. Komunuisme

102

Anda mungkin juga menyukai