1. Pengecilan ukuran butiran matriks ferit (melalui mekqanisme penguatan grain-boundary strengthening)
yang diperoleh dari struktur matriks ferit yang sehalus mungkin.
2. Penguatan larutan padat, (solid solution strengthening), seperti misalnya Mo, Si dan Mn yang larut
didalam ferit atau ɑ-Fe.
3. Penguatan partikel endapan (precipitation strengthening) yang terdispersi dalam butiran matriks ferit
(partikel2 penguatnya berasal dari berbagai jenis karbida, karbonitrida dan fasa intermetalik yang
mengendap selama proses TMCP.
4. Penguatan transformasi (transformation strengthening), yaitu penguatan baja oleh pembentukan
struktur hasil transformasi dari austenit yaitu apakah accicular ferite, bainit, martensit atau campuran
ketiganya.
5. Penguatan regangan (strain hardening) yang diperoleh dari deformasi plastis saat rolling yang dilakukan
di bawah temperatur rekristalisasi (Trek).
KURVA PENDINGINAN
ANNEALING
1. TUJUAN ANNEALING
Tujuan annealing melunakkan paduan logam dari keadaan pengerasan regangan, karena jika langsung
dibentuk dari kondisi strain hardened maka perlu energi yang sangat besar, ada kemungkinan adanya
retak atau patah. Atau juga bisa mengembalikan sifat awal logam (Trek<T<A1)
2. PARAMETER ANNEALING
Temperatur = Trek<T<A1, agar terjadi rekristalisasi, tapi tidak mengalami transformasi fasa
Holding time jangan terlalu lama karena bisa terjadi abnormal grain growth yang merugikan
3. BATCH VS CONTINUOUS ANNEALING
Continuous memiliki shorter annealing time, selain itu memiliki smikrostruktur yang lebih halus dibanding
BA, higher consistency of physical properties, rapid heating vs slow heating The mechanical properties are
better in Continuous Annealing with a higher consistency of physical properties which makes Continuous
Annealing suitable in high speed automated lines. However the temper (hardness) is usually on the higher
side of the ordered temper tolerance parameters as compared to Batch Annealed.
The lower softness of Batch Annealing gives it better drawing capability
T operasi antara T1-T3 = sekitar 710 C (BA) untuk continuous antara T4 dan T5 sekitar 850C
PARAMETER OPERASI :
Dapat berlangsung deformasi austenite => menghasilkan pancaked yg mengandung dislokasi dan
defband, deformasi berlangsung hingga pass terakhir (ke 6) pada T = 820 dlm daerah ferit austenite
COOLING
Perhatikan untuk pendinginan 6C/s maka perlu komposisi kimia C yang lebih tinggi kira2 0,097%,
ditambah 0,03% Cr, 0,06% Ni, 0,057% Nb tanpa Ti dan V, biaya lebih murah jika komosisi mengacu
pada HIPERC (diatas), jika tidak sebaiknya dilakukan pada kecepatan pendinginan >10C/s
COILING (T=600 C)
Ketentuan T pada coiling dinyatakan dalam program sesuai dgn ketebalan akhir yg diinginkan,
hal in tentu menentukan reduksi ukuran pada roughing mill maupun finishing mill. T coiling
makin rendah, kekuatan bertambah.
STRUKTUR MIKRO
X60 (NORMALIZED) = Ferrite+ pearlite(30%) ( kurang kuat dengan adanya pearlite didalam,
menginisiasi bauschinger effect,
X80 (ACC) = Ferrite + Bainite ( paling tangguh + kuat, high deformability, higher charpy
impact energy))
Dalam menghasilkan linepipe X75, komposisi dapat berbeda-beda, tergantung pada beberapa hal
seperti cooling rate, dimana apabila cooling rate lebih cepat tentu dapat dikurangi dari segi unsur
pemadu, hal ini tentu cukup beralasan dalam rangka menghemat pembiayaan.
Dalam segi ekonomi, komposisi juga dapat berbeda-beda tergantung pada manfaat unsur pemadu yang
dapat disubstitusi dengan unsur pemadu lainnya yang lebih murah. Contoh : Mo, V memiliki harga yang
cukup mahal dan dapat digantikan Nb dengan fungsi yang sama dalam dispersed strengthening.
Faktor terakhir yang mempengaruhi perbedaan komposisi tentunya adalah berkaitan dengan struktur
mikro yang akan dihasilkan, karena efek alloying mempengaruhi pergeseran kurva CCT.
REKRISTALISASI
Rekristalisasi sering dihubungkan dengan reorientasi sub butiran yang memiliki batas butiran sudut kecil
(low angle grain boundary) hasil poligonisasi, menjadi butiran yang lebih besar dengan batas butiran
sudut tinggi (high angle grain boundary). Butiran ini merupakan butiran baru yang bebas dislokasi. Inti-
inti kristal ini terbentuk melalui penggabungan (coalescence) beberapa subbutiran (subgrains) pada
bagian kristal yang terdeformasi cukup kuat yang ditandai oleh tingginya kerapatan dislokasi di daerah
ini.