Anda di halaman 1dari 6

Peran Filsafat Ilmu dalam Pengembangan

Metode Ilmiah
Muhamad Maulana Azimatun Nur, Irsan Adhiatama, Rif`an Fathoni
Magister Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl.Prof Soedarto Tembalang Semarang. Phone: (024) 7460058,

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian


Pengampu: Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, MS dan Dr. Ir. Budiyono, MSi

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang peran filsafat ilmu dalam pengembangan metode ilmiah.Filsafat ilmu menjelaskan
tentang ilmu atau science, apa saja yang menjadi asumsinya,seperti apa cara berfikirnya, apa saja hasil empirik
yang dicapainya, serta batasannya.Sedangkan metodologi ilmiah menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu
masa kini, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu abduktif deduktif maupun induktif.Demikian pula tentang hasil-hasil
yang dicapai, yang disebut pengetahuan.Filsafat ilmu maupun metodologi ilmiahdalam hal ini saling mengisi dan
memperluas tentang apa yang disebut ilmu. Diharapkan setelah membaca artikel iniakan menimbulkan pengertian
untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus meningkatkan motivasi sebagai peneliti untuk melaksanakan
penelitiannya dengan metode ilmiah yang baik.
Kata Kunci: Filsafat Ilmu, Pengembangan, Metode Ilmiah,

Abstract
This article describes the role of philosophy of science in the development of the scientific method. Philosophy of
science to explain the science or science, what are the assumptions, such as what berfikirnya way, what empirical
results achieved, as well as limitations. While the scientific methodology describes efforts to develop science based
on its traditions, which consists of two parts,abductive, deductive and inductive. Similarly, on the results achieved, ,
both descriptive (qualitative and quantitative) and that was the relationship. Philosophy of science and scientific
methodology in this case complement and expand on what is called science. Expected that after reading this article
will cause to be disciplined in terms of scientific work, while increasing motivation as researchers to carry out
research with a good scientific method.
Keywords: Scientific Phylosophy, Development, Scientific Method

1. Pendahuluan Dalam perkembangannya, metode ilmiah


Upaya manusia manusia untuk tidak lepas dari filsafat ilmu.Berfilsafat
mengetahui tentang apa saja yang terjadi di berarti berfikir.Metode dalam berfikir yakni
dunia ini biasanya dilakukan dalam tiga secara deduktif, induktif maupun abduktif
bentuk metode, yakni baik secara abduktif, dapat memberikan suatu metodologi ilmiah
deduktif maupun induktif (Damang, 2011). sehingga format penulisannya dapat
Kemampuan untuk mengetahui inilah dibakukan.
yang menjadikan manusia memiliki nilai
yang lebih tinggi dari makhluk lain. 2. Peran Filsafat Ilmu
Kemampuan ini menurut Soetriono dan Filsafat Ilmu menurut Beerling (1988)
SRDm Rita Hanafie (2007) terletak pada adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
kreativitas, karena itu langsung berhubungan mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara
dengan Pencipta.Kreativitas inilah yang untuk memperoleh pengetahuan.Filsafat
merupakan pemula di segala bidang, nalar, ilmuberkaitan dengan filsafat pengetahuan
ilmu, etika, dan estetika. atau epistemologi, yakni secara umum

1
menyelidiki syarat-syarat serta bentuk- seorang ilmuwan dapat terlibat dengan etika
bentuk pengalaman manusia, juga mengenai dan moral.
logika dan metodologi. Ketiga dengan adanya implikasi yang
M Zainudin (2006) menyatakan bahwa begitu luas terhadap kehidupan umat
Cony membagi dasar pemahaman tentang manusia, timbul pula permasalahan
filsafat ilmu menjadi empat titik pandang: akanmakna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu
(1) filsafat ilmu adalah perumusan yang yang membawa kemajuan atau malah
konsisten dengan teori-teori ilmiah yang sebaliknya.
penting. Menurut pandangan ini, adalah Filsafat ilmu pengetahuan (theory of
merupakan tugas filsuf ilmu untuk knowledge) di mana logika, bahasa,
mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari matematika termasuk menjadi bagiannya
ilmu; (2) filsafat ilmu adalah eksposisi dari lahir pada abad ke-18. (Komara, 2011)
presupposition dan pre-disposition dari para Dalam filsafat ilmu pengetahuan diselidiki
ilmuwan; (3) filsafat ilmu adalah suatu apa yang menjadi sumber pengetahuan,
disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat seperti pengalaman (indera), akal (verstand),
konsep dan teori tentang ilmu yang budi (vernunft) dan intuisi. Diselidiki pula
dianalisis dan diklasifikasikan; (4) filsafat arti evidensi serta syarat-syarat untuk
ilmu merupakan suatu patokan tingkat mencapai pengetahuan ilmiah, batas
kedua, filsafat ilmu menuntut jawaban validitasnya dalam menjangkau apa yang
terhadap pertanyaan sebagai berikut: (a) disebut sebagai kenyataan atau kebenaran
karakteristik apa yang membedakan itu.
penyelidikan ilmiah dari tipe penyelidikan Filsafat ilmu menurut Roento Wibisono
lain?; (b) kondisi yang bagaimana yang (1988) sebagai kelanjutan dari
patut dituruti oleh para ilmuwan dalam perkembangan filsafat pengetahuan, adalah
penyelidikan alam?; (c) kondisi yang juga merupakan cabang filsafat.Ilmu yang
bagaimana yang harus dicapai bagi suatu objek sasarannya adalah ilmu, atau secara
penjelasan ilmiah agar menjadi benar?; dan populer disebut dengan ilmu tentang ilmu.
(d) status kognitif yang bagaimana dari Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga
prinsip dan hukum ilmiah? komponen yang merupakan tiang penyangga
Pada masa puncak kejayaan islam, tubuh pengetahuan yang
renaissance dan aufklarung, ilmu telah disusunnya.Komponen tersebut adalah
memperoleh kemandiriannya. Sejak itu pula ontologi, epistemologi dan aksiologi
manusia merasa bebas Pada masa ini (Komara, 2011).
perombakan secara fundamental di dalam Ontologi menjelaskan mengenai
cara pandang tentang apa hakikat ilmu dan pertanyaan apa, epistemologi menjelaskan
bagaimana cara perolehannya telah terjadi pertanyaan bagaimana dan aksiologi
secara signifikan. menjelaskan pertanyaan untuk apa.
Menurut Koento (1988), ada tiga hal Menurut Jujun (1986), ontologi meliputi
yang mempengaruhi manusia cara pandang permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa
manusia terhadap ilmu. Pertama, ilmu yang hakekat kebenaran dan kenyataan yang
satu sangat terkait dengan yang lain, inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak
sehingga sulit ditarik batas antara ilmu dasar terlepas dari pandangan tentang apa dan
dan ilmu terapan, antara teori dan praktik. bagaimana bagian yang ingin dikaji itu.
Kedua, semakin tidak terlihatnya batas Paham idealism atau spiritualisme,
antara satu ilmu dengan ilmu yang lain materialism, pluralism dan seterusnya
sehingga timbul permasalahan sejauhmana merupakan paham ontologis yang akan

2
menentukan pendapat dan bahkan keyakinan untuk kemaslahatan manusia.Untuk
masing-masing tentang apa dan bagaimana kepentingan manusia tersebut maka
kebenaran dan kenyataan yang hendak pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan
dicapai oleh ilmu itu. disusun dipergunakan secara universal
Epistemologi adalah cabang filsafat yang (Komara, 2011).
menyelidiki asal muasal, metode-metode
dan hakikatnya dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan. Menurut Harold Titus et al., 3. Metode Ilmiah
(1984) terdapat tiga persoalan pokok dalam Ilmu merupakan pengetahuan yang
bidang epistemologi antara lain: (1) apakah didapatkan melalui metode ilmiah. Metode
sumber pengetahuan itu? Dari manakah adalah suatu prosedur atau cara untuk
datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
bagaimana cara mengetahuinya?; (2) yang sistematis.
Apakah sifat dasar pengetahuan itu? (3) Metode ilmiah merupakan prosedur atau
apakah pengetahuan itu benar (valid)? langkah-langkah sistematis dalam
Pada dasarnya metode ilmiah merupakan mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
cara ilmu memperoleh dan menyusun isi (Komara, 2011). Garis besar langkah-
pengetahuannya berdasarkan: pertama, langkah sistematis keilmuan menurut
kerangka pemikiran yang bersifat logis Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007)
menggunakan argumentasi yang bersifat sebagai berikut:
konsisten yakni dengan pengetahuan 1.Mencari, merumuskan, dan
sebelumnya yang telah berhasil disusun; mengidentifikasi masalah.
kedua, menjabarkan hipotesis yang 2.Menyusun kerangka pemikiran (logical
merupakan deduksi dari kerangka pemikiran construct).
tersebut, dan ketiga melakukan pengujian 3.Merumuskan hipotesis (jawaban rasional
terhadap hipotesis tersebut untuk terhadap masalah).
mengetahui kebenaran pernyataannya. 4. Menguji hipotesis secara empirik.
Pertanyaan mengenai aksiologi menurut 5. Melakukan pembahasan.
Kattsoff (1987) dapat dijawab melalui tiga 6. Menarik kesimpulan.
cara. Pertama, nilai sepenuhnya berhakikat Tiga langkah pertama merupakan
subjektif.Ditinjau dari sudut pandang ini, metode penelitian, sedangkan langkah-
nilai-nilai itu merupakan reaksi yang langkah selanjutnya bersifat teknis
diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan penelitian.Dengan demikian maka dapat
keberadaannya tergantung kepada diartikan juga bahwa pelaksanaan penelitian
pengalaman masing-masing individu.Kedua, menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan
nilai-nilai merupakan kenyataan ditinjau dari hal teknis penelitian.
segi ontologis namun tidak terdapat dalam Mengidentifikasi atau menyatakan
ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut masalah yang spesifik dilakukan dengan
merupakan esensi logis dan diketahui mengajukan pertanyaan penelitian (research
melalui akal.Ketiga, nilai-nilai merupakan question), yaitu pertanyaan yang belum
unsur-unsur objektif yang menyusun dapat memberikan penjelasan (explanation)
kenyataan, yang demikian ini disebut yang memuaskan berdasarkan teori (hukum
objektivisme metafisik. atau dalil) yang ada.
Dalam pendekatan aksiologis, Jujun Misalnya menurut teori dalam teknik
(1986) menyebutkan, bahwa pada dasarnya kimia dinyatakan bahwa jika suhu semakin
ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan naik, maka kelarutan semakin naik.Hal ini

3
bisa saja menjadi global dan diterima dalam kemungkinan serta tingkat-tingkat
skala yang lebih luas.Namun kenyataannya kebenarannya.Bentuk-bentuk proposisi
hal ini terdapat pengecualian untuk beberapa menurut tingkat keeratan hubungannya
senyawa tertentu. (linkage) serta nilai-nilai informasinya
Oleh karena itu pertanyaan (informative value).
penelitiannya dapat diidentifikasikan pada Hasil pembahasan disajikan dalam
situasi mana atau pada kondisi mana Dengan bentuk kesimpulan. Kesimpulan penelitian
mengidentifikasi situasi atau kondisi yang adalah penemuan-penemuan dari hasil
memungkinkan atau tidak memungkinkan interpretasi dan pembahasan yang disajikan
secara lebih lanjut berarti telah merumuskan dalam kalimat yang tidak menimbulkan
masalah penelitian. tafsiran lain.Penemuan dari interpretasi dan
Cara yang paling sederhana untuk pembahasan harus merupakan jawaban
menemukan pertanyaan penelitian (research terhadap pertanyaan penelitian sebagai
question) adalah melalui data sekunder. masalah, atau sebagai bukti dari penerimaan
Wujudnya berupa beberapa kemungkinan terhadap hipotesis yang diajukan.(Komara,
misalnya: 2011).
a. Melihat suatu proses dari perwujudan Dalam hal inilah digunakan metode
teori. induktif yakni dari pembahasan secara
b. Melihat linkage dari proposisi suatu teori, khusus menjadi umum sehingga aplikasinya
kemudian bermaksud memperbaikinya. dapat dipakai dalam skala yang lebih luas.
c. Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau
model di tempat tertentu atau pada waktu 4. Kesimpulan
tertentu. Berdasarkan beberapa uraian dan
d. Melihat tingkat informative value dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
teori yang telah ada. Kemudian bermaksud hal-hal sebagai berikut:
meningkatkannya. 1. Peran Filsafat ilmu erat kaitannya
e. Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dalam perkembangan metodologi ilmiah.
dengan teori yang telah ada atau belum 2. Struktur prosesial mencakup tiga
dapat dijelaskan secara sempurna. langkah sistematik yaitu: Tahap Pra
(Komara, 2011). Penelitian, tahap Proses Penelitian dan tahap
Cara berpikir ke arah memperoleh Epistemologis.
jawaban terhadap masalah yang 3. Metode ilmiah merupakan prosedur
diidentifikasi ialah dengan penalaran atau langkah-langkah teratur yang sistematis
deduktif. Cara penalaran deduktif ialah cara dalam menghimpun pengetahuan untuk
penalaran yang berangkat dari hal yang dijadikan ilmu dengan bagian penyusun
umum kepada hal-hal yang khusus. Hal-hal berupa: masalah, kerangka pemikiran,
yang umum ialah teori/dalil/hukum, hipotesis, uji hipotesis, pembahasan dan
sedangkan hal yang bersifat khusus kesimpulan.
(spesifik) tida lain adalah masalah yang 4. Metode Ilmiah terdiri dari tiga sistem
diidentifikasi. berfikir yakni deduktif, induktif, dan
Bagian berikutnya adalah abduktif abduktif.
atau merumuskan hipotesis.Hipotesis adalah
kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan Daftar Pustaka
kerangka pemikiran, berupa proposisi Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al
deduksi.Merumuskan berarti membentuk Ghazali: Dimensi Ontologi dan Aksiologi.
proposisi yang sesuai dengan kemungkinan- Bandung: Pustaka Setia.

4
Beerling. 1988. Filsafat Dewasa Ini. Terj.
Hasan Amin. Jakarta: Balai Pustaka.
Kattsof, Louis. 1987. Element of
Pholosophy. Terj.Soemargono.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Damang, 2011.Diakses tanggal 1 September
2012.http://www.negarahukum.com/huku
m/filsafat-hukum-diantara-hukum-
penalaran-dan-penalaran-hukum.html
Komara, E. 2011.Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian. Penerbit PT.
Refika Aditama, Bandung
Suriasumantri, Jujun S. 1986. Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie.2007.
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Andi
Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu:
Perspektif Pemikiran Islam. Jakarta: Lintas
Pustaka

5
6

Anda mungkin juga menyukai