Anda di halaman 1dari 16

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Klinik


1. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja ialah memberikan upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai resiko terkena bahan kimia maupun bahan
yang bersifat infeksius. Sehingga dapat beresiko terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
Kecelekaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
a. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien.
b. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Sehingga laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadap
setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam
laboratorium yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan seseorang dapat
bekeraja dengan produktif dan efisien. Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja
memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu
terhadap perautran juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja
Adapun faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya kecelakan keja yaitu :
a. Faktor Manusia
Kelalaian manusia yang kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja sehingga dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Kelalaian manusia juga dapat terjadi karena belum
memahami panduan keselamatan kerja dengan benar. Perilaku baik akan terbawa setiap saat
jika telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan seseorang. Begitu pula budaya keselamatan
kerja akan terbangun apabila selalu ada pembiasaan dalam setiap aktivitas di laboratorium.
b. Bahan Kimia
Penanganan bahan kimia yang tidak sesuai menjadi salah satu faktor terjadinya
kecelakaan kerja. Penyimpanan bahan kimia harus mempertimbangkan kualifikasi dan sifat
bahan. Bahan kimia tidak harus disimpan sesuai dengan urutan abjad. Penyimpanan bahan
cair dan padat harus terpisah dan harus disesuaikan dengan sifatnya. Tempat penyimpanan
harus diberi label bahan kimia minimal menyertakan nama, konsentrasi, dan tanggal
pembuatan jika bahan kimia yang tidak mempunyai label harus disingkirkan dan tidak
diperbolehkan untuk digunakan, jika perlu ditelusur identitasnya.
Mereaksikan bahan kimia harus sesuai dengan prosedur kerja dengan memperhatikan
sifat bahan kimia yang digunakan. Sebelum mereaksikan atau mencampurkan bahan kimia,
paling tidak jumlah yang digunakan telah diketahui dengan pasti dan tersedia petunjuk teknik
mereaksikan atau pencampurannya. Mengenal sifat bahan kimia menjadi suatu keharusan
sebelum berinteraksi dengan bahan kimia.
Pemindahan atau pengambilan bahan kimia dilakukan sesuai dengan prosedur yang
benar. Penanganan tumpahan atau percikan bahan kimia perlu diketahui sebelum bekerja di
laboratorium. Tumpahan atau percikan bahan yang mengenai meja atau lantai perlu ditangani
secara tepat. Apabila mengenai kulit atau mata harus mengetahui tindakan atau pertolongan
pertama yang dapat dilakukan.
c. Alat Dan Instrumentasi
Penggunaan alat-alat gelas laboratorium yang tidak sesuai dengan fungsi dan cara
pemakaian yang benar dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja.
d. Sarana Dan Prasarana Penunjang
Saluran air bersih di laboratorium harus tersedia dengan baik untuk keperluan
kebersihan, penanganan kecelakaan, sebagai pendingin proses distilasi, ekstraksi, atau refluks
serta berbagai keperluan lainnya. Saluran listrik yang digunakan selalu diperiksa secara rutin
dan harus dilengkapi pengontrol otomatis apabila terjadi hubungan arus pendek.
3. Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Serta Pencegahannya
a. Kecelakaan Akibat Kertja Serta Pencegahannya
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1) Terpeleset , biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di
laboratorium. Akibat Ringan yaitu memar dan akibat berat yaitu fraktura, dislokasi, memar
otak, dll.
Pencegahan yang dapat dilakukan :
a) Pakai sepatu anti slip
b) Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
c) Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
d) Pemeliharaan lantai dan tangga
2) Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah
ergonomi. Akibatnya cedera pada punggung
Pencegahan :
a) Beban jangan terlalu berat
b) Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
c) Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok
d) Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3) Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya
Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium, misalnya tertusuk jarum suntik dapat
menyebabkan tertular virus AIDS, Hepatitis B.
Pencegahan :
a) Gunakan alat suntik sekali pakai
b) Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung dibuang
ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip).
c) Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4) Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama
yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya timbulnya kebakaran dengan
akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian serta timbul keracunan akibat kurang
hati-hati.
Pencegahan :
a) Konstruksi bangunan yang tahan api
b) Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
c) Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
d) Sistem tanda kebakaran manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera
e) Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
f) Jalan untuk menyelamatkan diri
g) Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
h) Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
b. Penyakit Akibat Kerja Di Laboratorium Kesehatan
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan ;
1) Faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien)
Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain
kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar
melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja
hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.

Pencegahan :
a) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
b) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat
badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
c) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory Practice).
d) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
e) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara
benar.
f) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
g) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h) Kebersihan diri dari petugas.
2) Faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada
kulit seperti dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar, zat kimia/solvent
yang menyebabkan kerusakan hati.
Pencegahan :
a) ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.
b) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
c) Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium)
dengan benar.
d) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
e) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3) Faktor Ergonomic
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain).
4) Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalahkesehatan kerja meliputi:
a) Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress danketulian.
b) Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium,ruang perawatan dan kantor
administrasi dapat menyebabkangangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
c) Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
d) Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
e) Terkena radiasi khusus untuk radiasi dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.
Pencegahan :
a) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium
b) Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c) Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
d) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e) Pelindung mata untuk sinar laser
f) Filter untuk mikroskop

4) Faktor psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapatmenyebabkan stress :
a) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkuthidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan
cepat disertaidengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
b) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahanatau sesama teman kerja.
d) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun informal.

B. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang
pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris
dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal"
pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si
pemakainya. Secara teknis APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi akan
dapat meminimaliasi tingkat keparahan kecelakaan atau keluhan / penyakit yang terjadi. Dengan
kata lain, meskipun telah menggunakan APD upaya pencegahan kecelakaan kerja secara teknis,
teknologis yang paling utama. APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap,
seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan
alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala menangani tumpahan bahan kimia yang sangat
berbahaya. Dalam penggunaan APD masih memiliki beberapa kelemahan seperti:
1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna.
2. Tenaga kerja tidak merasa aman.
3. Komunikasi terganggu.

Adapun APD yang yang harus dipakai di laboratorium yaitu :


1. Perlindungan Mata dan Wajah
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata
dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.
Secara umum perlindungan mata terdiri dari:
a) Kacamata pelindung
b) Goggle
c) Pelindung wajah
d) Pelindung mata spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan
wajah dari radiasi dan bahaya laser).
2. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan,
atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai
didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring
udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat
menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan
kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang
ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan
bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan
bahan kimia.

3. Perlindungan Badan
Jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum
memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak
boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan
ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi, celemek iini biasanya terbuat dari karet dan plastik.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai
pada kondisi beresiko tinggi (misalnya, ketika menangani bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang
dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap
lembab, dan radiasi.
4. Pelindungan Tangan
Perlindungan tangan yaitu menggunakan sarung tangan juga dapat memberi
perlindungan dari peralatan gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau
tajam, dan material yang panas atau dingin.
kriteria sarung tangan yang harus di pilih harus memperhitungkan bahan, ketebalan dan
rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke sarung tangan. Sarung tangan harus secara
periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang
ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari
bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau
alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih
berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.

5. Pelindung Kaki
Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar karena
logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk. Namun demikian APD memiliki syarat – syarat
sebagai berikut :
a. Enak dipakai
b. Tidak mengganggu
c. Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat kerja.

......................

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan
termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah
Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi
pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena
itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau
aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor
keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada
gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja
yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam
kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban
dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja
dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan formula obat yang akan dibuat.
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:
1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang berbahaya yang dipakai.
3. Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
4. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar,
korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya kebakaran
5. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh mungkin.
6. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh
bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
8. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas yang terbuka
untuk menghindari bahaya kebakaran.
9. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman dari
bahaya kebakaran dapat disediakan bendung bendung talam.

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KESEHATAN


DAN PENCEGAHANNYA

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:


a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibatnya :
• Ringan: memar
• Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahannya :
• Pakai sepatu anti slip
• Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
• Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya.
• Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah
ergonomi.
Akibatnya:
• cedera pada punggung.
Pencegahannya :
• Beban jangan terlalu berat
• Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
• Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil
berjongkok
• Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya.


Akibatnya :
• Tertusuk jarum suntik
• Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahannya :
• Gunakan alat suntik sekali pakai
• Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung dibuang ke
tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip).
• Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

4. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah
menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu:
oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
• Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
• Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
• Konstruksi bangunan yang tahan api
• Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
• Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
• Sistem tanda kebakaran
Ø Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera
Ø Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
• Jalan untuk menyelamatkan diri
• Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
• Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar


f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas.

PEDOMAN UMUM (GOOD LABORATORY PRACTICE)

· Tidak boleh makan minum, merokok di lab

· Dilarang memasukkan jari ke dalam mulut

· Dilarang bekerja sendiri di lab

· Semua bahan yang ada di lab harus dianggap infeksius atau toksis

· Gunakan APD, gunakan lemari kabinet keamanan lab

· Cuci tangan sebelum dan sesudah

· Dilarang membuang sampah infeksius disembarang tempat

· Tidak dibenarkan memipet dengan mulut dan menghirup

· Gunakan jarum semprit dengan hati-hati

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat
dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat,
produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan
kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi
pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di laboratorium kesehatan serta
menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola laboratorium
kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak
petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi
secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.

A. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan
kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu
kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan
tetapi seluruh masyarakat.

................................

PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA DI LABORATORIUM


KESEHATAN

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atauasosiasi yang
kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab,harus ada hubungan sebab
akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja.Faktor Lingkungan kerja sangat
berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnyaPenyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh
antara lain debu silika dan Silikosis, uap timahdan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya
akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangatluas ruang
lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat HubunganKerja adalah penyakit
dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan
kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebutmemperberat, mempercepat terjadinya serta
menyebabkan kekambuhan penyakit.Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya
berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparandalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solventyang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkatpasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada
kulit,tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien,gawat
darurat, karantina dll.)

1. Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan Favorable bagi berkembang biaknya strainkuman yang
resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci,yang bersumber dari
pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yangmenyebar melalui kontak dengan
darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapatmenginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergoresatau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.Angka
kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secarateoritis kemungkinan
kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter diRS mempunyai risiko terkena infeksi
2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yangpraktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas
Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracunmempunyai peluang terkena infeksi.

Pencegahan :

1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogidan desinfeksi.

2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalamkeadaan sehat


badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahaninfeksius, dan dilakukan imunisasi.

3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good LaboratoryPractice)

4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.5. Sterilisasi dan
desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius danspesimen secara benar 6.
Pengelolaan limbah infeksius dengan benar 7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang
sesuai.8. Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan
seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalamkomponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semuabahan cepat atau lambat
ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling
sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang padaumumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karenaalergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, trhirupatau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit
akut atau kronik, bahkankematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yangirreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.

2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegahtertelannyabahan kimia
dan terhirupnya aerosol.

3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jaslaboratorium)
dengan benar.

4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.

5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.


3. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses danlingkungan
kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapaiefisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,secara populer kedua pendekatan tersebut
dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job.

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi
yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal inidisebabkan peralatan yang
digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien dan dalam jangkapanjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yangpaling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi :

1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian

2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruangperawatan dan


kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dankecelakaan kerja.

3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologipemeriksaan,


penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontroldapat membahayakan petugas yang
menangani.

Pencegahan :

1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.

2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi


4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

5. Pelindung mata untuk sinar laser

6. Filter untuk mikroskop

5 Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatanyang dapat


menyebabkan stress :

•Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup matiseseorang. Untuk
itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat
disertai dengan kewibawaan dankeramahan-tamahan

•Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

•Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesamateman kerja.

•Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupuninformal.

Anda mungkin juga menyukai