Anda di halaman 1dari 20

TRANSFORMATOR

Transformator atau yang lebih sering disebut sebagai trafo merupakan perangkat sistem
kelistrikan yang berfungsi sebagai pengubah tegangan listrik baik untuk dinaikkan atau
diturunkan. Trafo terdiri atas tiga bagian utama, yaitu bagian inti, kumparan sekunder, dan
kumparan primer.

Trafo hanya dapat digunakan untuk mengubah tegangan pada arus bolak-balik (AC) dan tidak
dapat digunakan pada arus searah (DC). Dalam sistem transmisi listrik, tegangan akan
dinaikkan dengan tujuan untuk mengurangi kerugian daya (efisiensi) akibat hambatan dalam
sistem transmisi. Sedangkan dalam sistem distribusi listrik dan elektronika, tegangan akan
diturunkan dengan tujuan untuk menyesuaikan besaran listrik yang akan digunakan oleh
konsumen, baik industri besar maupun rumah tangga.

Pada artikel kali ini akan dibahas secara mendasar mengenai :

Daftar Isi [tutup]
 1 Prinsip Kerja
 2 Jenis Transformator
o 2.1 Berdasarkan Cara Pendinginan
 2.1.1 Transformator tipe kering (Dry-Type)
 2.1.2 Transformator tipe minyak
o 2.2 Berdasarkan Kapasitas Daya
 2.2.1 Transformator Daya
 2.2.2 Transformator Distribusi
o 2.3 Berdasarkan Cara Pengamanan
 2.3.1 Transformator CSP
 2.3.2 Transformator Konvensional
o 2.4 Berdasarkan Cara Pemasangan
 2.4.1 Transformator Tiang
 2.4.2 Transformator Gardu
o 2.5 Berdasarkan Polaritas
 2.5.1 Polaritas Additif
 2.5.2 Polaritas Subtraktif
 3 Konstruksi Transformator
o 3.1 Inti Trafo
o 3.2 Kumparan Trafo
 4 Persamaan Dasar Transformator
 5 Contoh Soal

Prinsip Kerja
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Induksi ini diawali dengan
kumparan primer yang dialiri oleh arus listrik bolak-balik. Akibatnya, pada ruang di sekitar
kumparan primer akan timbul sebuah medan magnet atau fluks magnet.

Medan magnet ini kemudian akan menginduksi gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan
sekunder. Sehingga, terjadi perpindahan daya listrik dari kumparan primer menuju kumparan
sekunder. Ketika kumparan sekunder dihubungkan dengan beban listrik, maka akan timbul
arus bolak-balik dan daya akan disalurkan pada beban.

Prinsip induksi elektromagnetik ini mengikuti hukum fisika yang dijelaskan pada hukum
Lorentz dan Faraday.

Gaya listrik yang melalui garis lengkung tertutup berbanding lurus dengan perubahan arus induksi
per satuan waktu pada garis lengkung tersebut, sehingga apabila ada suatu arus yang melalui sebuah
kumparan maka akan timbul medan magnet pada kumparan tersebut.
– Hukum Faraday

Arus bolak-balik (AC) yang beredar mengelilingi inti besi mengakibatkan inti besi tersebut berubah
menjadi magnet, apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu lilitan maka lilitan tersebut akan
menjadi perbedaan tegangan pada kedua ujung lilitannya.
– Hukum Lorentz

Berdasarkan Hukum Lorentz, medan magnet yang dihasilkan kumparan primer akan diterima
pada bagian inti besi sehingga medan magnet dapat mengalir menuju kumparan sekunder.
Induksi elektromagnetik dengan media perantara inti besi memiliki medan magnet yang lebih
kuat jika dibandingkan dengan tanpa media perantara.

Pada gambar di atas terlihat bahwa kumparan sekunder memiliki jumlah lilitan kawat lebih
sedikit. Dengan ini maka kumparan sekunder menerima fluks magnet yang lebih sedikit dari
semua fluks magnet yang melewati inti besi. Sehingga tegangan listrik (Vs) di kumparan
sekunder lebih rendah dari kumparan primer (Vp). Trafo jenis ini dikenal sebagai trafo penurun
tegangan (Step Down).

Jenis Transformator
Jika melihat bagaimana fungsi dan tujuan penggunaannya, trafo dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis. Di antara jenis-jenis tersebut, trafo dapat dikategorikan sebagai berikut.

Berdasarkan Cara Pendinginan


Transformator tipe kering (Dry-Type)
Trafo dengan tipe ini memiliki sistem pendinginan berupa udara yang tersirkulasi. Udara yang
tersirkulasi dengan baik memiliki tingkat pendinginan lebih baik dibandingkan pendinginan
oleh minyak. Trafo tipe ini memiliki sistem isolasi kumparan berupa resin, sehingga terhindar
dari kelembapan yang dapat menyebabkan hubung singkat.

Keuntungan trafo jenis ini adalah tidak memerlukan perangkat tambahan seperti tangki
penampung luapan minyak, bocornya gas beracun dari minyak dan perawatan minyak.
Kelemahan trafo jenis ini adalah ketika suhu lingkungan naik maka sistem sirkulasi udara yang
masuk ke trafo juga akan naik dengan mudah.

Transformator tipe minyak


Trafo jenis ini memiliki sistem pendinginan berupa minyak yang tersusun atas senyawa
hidrokarbon parafinik dengan mendapat campuran dari senyawa silikon dan piranol. Kenaikan
suhu pada trafo dapat menyebabkan proses hidrokarbon pada trafo. Senyawa minyak yang
sudah jenuh dapat mempengaruhi tegangan tembus trafo, kerapatan arus konduksi dan variabel
lainnya.

Kelebihan trafo jenis ini adalah memiliki sistem pendinginan yang menyeluruh, hal ini
dikarenakan minyak menyentuh segala sudut ruang trafo. Kekurangan trafo minyak adalah
memerlukan perawatan minyak secara berkala.

Berdasarkan Kapasitas Daya


Transformator Daya
Trafo daya dimanfaatkan untuk menyalurkan daya listrik dari sumber listrik menuju jalur
transmisi. Trafo jenis ini merupakan trafo tipe step-up yang ditempatkan di gardu induk pusat
pembangkitan listrik. Daya yang telah dibangkitkan akan dinaikkan tegangannya untuk
ditransmisikan di jaringan listrik. Jenis trafo ini pada umumnya memiliki kapasitas daya lebih
dari 500 kVA.

Transformator Distribusi
Trafo distribusi dimanfaatkan untuk menyalurkan daya listrik dari jalur transmisi menuju jalur
distribusi atau penyulang. Trafo jenis ini merupakan trafo tipe step-down yang ditempatkan di
gardu distribusi di pusat kota. Daya dari jalur transmisi akan diturunkan tegangannya untuk
didistribusikan menuju konsumen di daerah-daerah. Tegangan listrik dari gardu distribusi
biasanya diturunkan oleh trafo secara bertahap menyesuaikan kebutuhan konsumen. Jenis trafo
ini pada umumnya memiliki kapasitas daya kurang dari 500 kVA.

Berdasarkan Cara Pengamanan


Transformator CSP
CSP atau Completely Self Protected adalah jenis transformator yang sudah memiliki sistem
proteksinya sendiri untuk menghindari terjadinya beban lebih atau kerusakan internal lainnya.
Beberapa perangkat pengaman yang sering terpasang adalah lightning arrestor dan circuit
breaker.
Lightning arrestor melindungi trafo dari lonjakan listrik yang disebabkan dari aktivitas switching,
sambaran petir, ataupun sumber tegangan tinggi lainnya. Lightning arrestor menyediakan jalur
menuju pentanahan untuk dilalui tegangan tinggi sehingga terhindar dari aliran listrik yang
menuju internal trafo.
Transformator Konvensional
Tidak seperti trafo CSP, trafo konvensional tidak memiliki sistem proteksinya sendiri. Artinya
dalam penggunaannya, trafo perlu untuk disambungkan terlebih dahulu menuju switch cut-
off untuk sistem proteksi.
Berdasarkan Cara Pemasangan
Transformator Tiang
Jenis trafo ini merupakan perangkat yang terpasang pada tiang listrik. Trafo tiang merupakan
bagian dari jaringan distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah (20 kV)
menjadi tegangan rendah (380/220 V). Selanjutnya tegangan tersebut disalurkan menuju
konsumen.

Transformator Gardu
Jenis trafo ini terpasang pada setiap gardu induk dan gardu distribusi yang tersedia. Trafo jenis
ini memiliki kapasitas daya cukup besar karena menerima listrik dari jaringan tegangan tinggi
hingga menengah.

Berdasarkan Polaritas
Penentuan polaritas trafo ini sangat dibutuhkan ketika pengguna akan melakukan pengukuran
pembebanan pada trafo, pemasangan CT, ataupun untuk keperluan lainnya.

Polaritas Additif
Jenis polaritas additif pada trafo menunjukan pola lilitan primer dan sekunder yang terbalik.
Sehingga jika salah satu sisi trafo dihubungkan paralel maka jumlah fluks yang dihasilkan akan
meningkat dan diperoleh beda potensial lebih besar.

Polaritas Subtraktif
Berbeda dengan polaritas additif, polaritas subtraktif akan menghasilkan fluks dan beda
potensial yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan pola lilitan primer dan sekunder yang diparalel
memiliki arah putaran yang berbeda sehingga fluks saling mengurangi.

Pahami lebih dalam hubungan hubungan trafo dengan bank kapasitor dalam artike : Simulasi
Optimal Capacitor Placement Dengan ETAP

Konstruksi Transformator
Prinsip dasar dari trafo adalah ketika kumparan primer memiliki beda potensial maka akan
menghasilkan fluks magnet, kemudian fluks dihantarkan oleh media inti besi. Sehingga di sisi
lain inti besi fluks akan diterima oleh kumparan sekunder dan dirubah menjadi beda potensial.

Sesuai dengan prinsip yang kita pahami, dapat kita ambil pemahaman bahwa konstruksi dasar
dari trafo adalah kumparan dan inti besi.
Inti Trafo

Bagian inti dari trafo dirancang untuk menyediakan jalur bagi medan magnet untuk bergerak
pada alirannya. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa gerakan medan magnet akan
membentuk garis-garis magnet yang bergerakan menuju arah yang sama.

Untuk menyediakan jalur pada tiap-tiap garis magnet tersebut, bagian inti sengaja dibuat dari
besi yang tersusun berlapis-lapis. Lapisan atau laminasi harus dibuat searah dengan arah
gerakan medan magnet hasil induksi dari kumparan primer.

Selain membuat inti trafo sebagai sebuah laminasi, bentuk inti trafo juga akan mempengaruhi
seberapa besar medan magnet yang dapat ditangkap oleh kumparan sekunder. Oleh karena itu,
dalam desain trafo dikenal dua model inti besi yang sering digunakan. Dua model ini adalah
bentuk laminasi cangkang / shell (E-I) dan bentuk laminasi core (U-I).
Berdasarkan cara menghantarkan medan magnet, kedua bentuk laminasi ini memiliki ciri khas
yang berbeda. Laminasi bentuk core akan melilitkan kumparan primer dan sekunder di dua sisi
yang terpisah. Dengan lilitan yang seperti ini, kumparan sekunder hanya akan menerima
setengah fluks magnet dari seluruh fluks magnet yang dikeluarkan oleh kumparan primer.
Sedangkan setengah dari sisanya akan terbuang. Peristiwa ini sering disebut sebagai kebocoran
fluks (leakage flux).
Sedangkan untuk laminasi bentuk cangkang, kumparan primer dan sekunder berada pada satu
sisi yang sama. Hal ini memungkinkan kumparan sekunder untuk menerima fluks magnet dari
sisi kiri maupun sisi kanan inti besi. Sehingga fluks yang ditangkap semakin banyak dan leakage
flux dapat dikurangi.
Kumparan Trafo

Bagian kumparan trafo memberikan pengaruh penting pada konstruksi transformator.


Kumparan primer akan terhubung dengan sumber tegangan, sedangkan kumparan sekunder
akan menghasilkan tegangan dari proses induksi elektromagnetik.

Jika tegangan output sekunder lebih rendah dari tegangan input primer maka dikenal sebagai
trafo step-down. Jika tegangan output lebih tinggi dari tegangan input primer maka dikenal
sebagai trafo step-up. Besaran tegangan yang dihasilkan ini bergantung dari perbandingan
jumlah lilitan yang terdapat baik pada kumparan primer maupun sekunder.
Selain jumlah lilitan, jenis bahan kawat lilitan juga berpengaruh terhadap proses induksi. Jenis
kawat yang umum digunakan sebagai kumparan adalah aluminium dan tembaga. Kawat
aluminium lebih ringan dan umumnya lebih murah daripada kawat tembaga. Pada sistem
transmisi daya umumnya membutuhkan konduktor yang cukup besar dan banyak untuk
menghantarkan listrik. Sehingga sistem transmisi dan distribusi daya listrik biasanya
menggunakan kawat aluminium.
Sedangkan untuk kawat jenis tembaga biasanya digunakan pada transformator dengan kVA
kecil dan sirkuit listrik tegangan rendah lainnya. Hal ini karena kawat tembaga cenderung
memiliki kekuatan mekanik yang tinggi dan ukuran konduktor lebih kecil dari aluminium.
Meskipun begitu, kelemahan kawat tembaga adalah memiliki massa yang lebih berat dari
aluminium.

Sifat Tembaga Aluminium

Konduktivitas Listrik pada suhu 20oC (%) 100 62

Konduktivitas Panas pada suhu 20oC (Cal/cm2) 0,941 0,57

Kepadatan Massa (g/cm3) 8,94 2,70

Titik Lebur (oC) 1083 660

Modulus Young (GPa) 110 – 128 70

Persamaan Dasar Transformator

Jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan AC, maka listrik akan mengalir pada
kumparan primer sebesar Ip. Arus listrik Ip akan membangkitkan fluks magnet bolak-balik
yang melewati inti trafo. Jika kumparan primer dan sekunder adalah induktif murni (L), maka
arus Ip akan tertinggal 90o dari VAC.
Dengan :

Vp = Tegangan input kumparan primer sesaat.

VM = Tegangan input maksimum kumparan primer

Dengan :

Ip = Arus kumparan primer sesaat.

IM = Arus input maksimum kumparan primer

Dengan :
φs = Fluks magnet sesaat.

φM = Fluks magnet maksimum

Dengan :

φM = Fluks magnet (Weber/Wb)

B = Kerapatan fluks magnet (Wb/m2 atau Tesla).

A = Luas penampang inti besi trafo (m2).

Berdasarkan hukum faraday, kumparan sekunder akan membangkitkan tegangan induksi E 2.


Dengan cara yang sama, pada kumparan primer juga akan menghasilkan tegangan induksi E 1.
Saat beban dipasang pada kumparan sekunder, maka arus akan mengalir pada kumparan
sekunder melewati beban.

Fluks yang berubah-ubah pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan induksi e 2.
Nilai efektif atau RMS dari e2 adalah

Denga :
n

e2 = Tegangan induksi kumparan sekunder (Volt)

E2 = Tegangan induksi efektif kumparan sekunder (Volt)

φM = Fluks magnet maksimum yang melewati kumparan sekunder. (Wb/Voltdetik)

N2 = Jumlah lilitan kumparan sekunder.

Fluks yang melewati kumparan sekunder secara ideal juga bergerak melewati kumparan primer.
Sehingga pada kumparan primer juga terbentuk tegangan induksi e1 dan E1 dengan cara yang
serupa.
Nilai efektif atau RMS dari e1 adalah

Dengan :

e1 = Tegangan induksi kumparan primer (Volt)

E1 = Tegangan induksi efektif kumparan primer (Volt)

φM = Fluks magnet maksimum yang melewati kumparan primer. (Wb/Voltdetik)

N1 = Jumlah lilitan kumparan primer.

Dari beberapa persamaan di atas, dapat dipahami bahwa nilai tegangan induksi berbanding
lurus dengan jumlah lilitan. Sehingga diperoleh perbandingan transformasi sebagai berikut.

Dengan :

k = Konstanta transformasi

Dalam pembelajaran secara teori, trafo ideal mampu mendistribusikan semua daya listrik dari
sisi primer menuju sisi sekunder. Sehingga, daya di sisi kumparan primer sama dengan daya di
sisi kumparan sekunder.

Contoh Soal

Sebuah trafo ideal tertulis 5000 V/ 250 V, dengan frekuensi 50 Hz. Kecepatan garis fluks
magnet, B = 1,2 Wb/m2. Jika tiap titik kumparan menghasilkan tegangan sebesar 7 Volt,
hitunglah :
Jumlah lilitan primer dan sekunder

Luas penampang inti trafo

Konstanta transformasi dan jenis trafo

Jawab :

Sahabat pustaka, pembelajaran tentang trafo belum selesai sampai di sini ya. Untuk bagian dua
dan selanjutnya akan saya bagikan di kesempatan yang lain. Jangan lupa berlangganan artikel
dari kami untuk mendapatkan pemberitahuan dari kami.

Bagaimana sistem proteksi jaringan listrik yang melibatkan trafo distribusi? Temukan
jawabannya dalam artikel : Simulasi Koordinasi Proteksi dengan ETAP

Referensi :
Transformator Bagian 2: Pengujian Tanpa Beban
Posted by Alif Permana | Apr 3, 2020 | Teknologi | 0  |     

Daftar Isi [tutup]
 1 Arus Primer (Io)
o 1.1 Arus Pemagnetan (Iφ)
o 1.2 Arus Rugi Besi (Ic)
 2 Pengukuran Arus Tanpa Beban

Pengujian transformator tanpa beban sering disebut sebagai Open Circuit Test (OCT).


Pengujian trafo tanpa beban sering digunakan untuk menentukan karakteristik
kumparan primer dan seberapa besar rugi-rugi inti transformator.
Jika anda masih belum memahami tentang dasar transformator, tidak ada salahnya untuk
mempelajari lagi dalam artikel Transformator Bagian 1: Pengertian dan Prinsip Kerja

Pada pengujian ini, bagian sisi primer akan disambungkan dengan sumber tegangan
AC. Sedangkan sisi sekunder trafo tidak akan disambungkan dengan beban. Dengan
jenis rangkaian seperti ini tidak dimungkinkan terjadinya perpindahan daya dari sisi
primer menuju sisi sekunder.

Arus Primer (I o)
Dalam pengujian ini akan muncul arus primer (I o) yang dikenal sebagai arus penguat
atau arus eksitasi. Pada dasarnya arus Io bukan hanya sekedar arus induksi dari
kumparan primer. Nilai arus ini terbentuk dari dua jenis arus, yaitu arus pemagnetan
(Iφ) dan arus rugi besi (Ic).

Arus Pemagnetan (I φ)
Pada trafo, arus pemagnetan dimanfaatkan untuk menghasilkan fluks magnet yang
sebagian besar mengalir pada inti besi. Karena konduktivitas bahan pada kumparan
tembaga, tidak semua fluks yang dilewatkan menghasilkan pola sinusoidal. Sehingga
arus pemagnetan dapat menghasilkan gelombang harmonik di dalam inti besi.

Arus Rugi Besi (I c)


Arus rugi besi juga sering disebut sebagai eddy current (Ic). Komponen ini
menyatakan bahwa medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan primer akan
menimbulkan arus yang arahnya berlawanan dengan arus primer. Sehingga, meskipun
tidak terdapat beban, arus eddy akan selalu mengeliminasi arus primer dan sumber
tegangan AC akan terus menyuplai arus primer.
Arus eddy (Ic) memiliki fasa yang sama dengan V1. Sehingga perkalian V1 dengan
Ic menandakan daya yang hilang dikonsumsi oleh kumparan trafo itu sendiri. Daya
yang hilang ini akan berubah menjadi panas di dalam inti transformator.

Dalam keadaan tanpa beban nilai I0 sangat kecil dibandingkan dengan keadaan beban
penuh. Karena nilai kecil tersebut, rugi-rugi bahan tembaga (I φ) akan diabaikan.
Sehingga secara praktis I0 hanya bergantung pada arus rugi inti besi (Ic).

Dengan :
I0 = Arus primer (Ampere).

Ic = Arus rugi besi (Ampere).

Iφ = Arus pemagnetan (Ampere).

Pelajari juga tentang Merancang Single Line Diagram Dengan ETAP

Pengukuran Arus Tanpa Beban


Kita dapat melakukan pengukuran untuk mengetahui seberapa besar arus primer (I 0).
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Voltmeter, Amperemeter, dan
Wattmeter. Dengan mengetahui parameter tersebut kita dapat mencari tahu sudut fasa
(θ). Berdasarkan sudut fasa tersebut dapat ditentukan nilai arus pemagnetan dan arus
rugi besi.

Berdasarkan nilai arus tersebut dapat kita tentukan besaran beban yang mempengaruhi
terjadinya konsumsi daya. Arus eddy muncul akibat adanya beban resistif sedangkan
arus pemagnetan muncul akibat adanya beban reaktif (pada trafo muncul sebagai
beban induktif).
Dengan :

R0 = Beban Resistif (Ohm).

X0 = Beban Reaktif atau Beban Induktif (Ohm).

Sekian untuk artikel kali ini, jika ada kurangnya silahkan disampaikan pada kolom
komentar. Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai