Anda di halaman 1dari 1

Kapabilitas dan Kapasitas Da’i

Silfia Karima – KPI Non Reg C


2200100042
Da’i merupakan penentu baik buruknya dakwah. Materi, metode, dan media tidak ada
artinya jika tanpa keberhasilan da’i. bagi da’i akhlak, penampilan, kepribadian, dan
kompetensi mutlak diperlukan.seorang da’i yang akan bertugas menyebarkan nila-nilai
keislaman niscaya harus membangun kredibilitas diri yang terdiri dari kapabilitas dan
kapasitas.
Seorang da’i senantiasa harus membekali diri dengan keilmuan, keahlian, integritas
kepribadian, dan sikap-sikap mental lainnya. Ia akan dihadapkan pada bermacam situasi
sosial, serta macam-macam pribadi yang sudah tentu membutuhkan cara-cara tersendiri
untuk menghadapinya. Untuk itu, diperlukan da’i yang kreatif dan tercerahkan dalam segi
akhlak dan keilmuan.
Wacana utama bagi setiap da’i dalam rangka mengoptimalkan kredibilitas dan
membangun citra positif melingkupi tiga dimensi: kebersihan hati, kecerdasan pikiran,
dan keberanian mental. Setidaknya ada tiga gambaran seorang da’i dalam mencerminkan
kapabilitas dan kapasitas dirinya.
Pertama, ada da’I yang memperoleh pencerahan intelektual, pengetahuanm dan ilmunya
mumpuni, aksesnya besar dan luas sebagai pelaku birokrasi sejarah kehidupan modern,
akan tetapi efektivitas fungsinya bisa mandul karena kecerahan intelektualnya tidak
diirimgi dengan kecerahan spiritual.
Kedua. Ada seorang da’i yang mentalnya bagus, teguh pendirian dan memiliki keberanian
kejuangan, kalau bicara tidak bohong, janji ditepati. Namun, ia tidak mampu berbuat
apap-apauntuk menyembuhkan keadaan, ternyata sebab pengetahuannya terlalu
elementer untuk meladeni kompleksitas keadaan. Maka ia juga tidak bisa berbuat banyak
menolong perbaikan bangsa
Ketiga, ada da’i yang bisa dijamin kejujuran pribadinya, bisa diandalkan kesalehannya,
kekhusuan hidupnya, intensitas ibadahnya. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak untuk
pertarungan pertarungan sejarah yang luas. Ia seperti seorang eskpais yang duduk bersila
dan berdzikir di gua. Sebab ia tidak memiliki banyak kecerahan intelektual untuk
memahami persoalan dunia yang dihadapinya. Hasilnya ia mandul terhadap perjuangan
moral sosial di masyarakat.
Terakhir ialah figur dari sosok Rasulullah Muhammad Saw, sosok yang paling ideal
dijadikan suri tauladan. Beliau memiliki citra positif di masyarakat bagik secara
kapabilitas maupun kapasitas. Sejak masa belia beliau sudah dikenal oleh masyarakatnya
sebagai seorang al-amin, Ketika diangkat menjadi rasul beliau menjadi suri tauladan
dalam berbagai aspek: aqidah, ibadaha, akhlak, dan muamalah. Dan yang lebih penting
lagi dengan segala kesempuranaan yang dimilkinya beliau mampu menjadi pemimpin
agama sekaligus negara. Kurang dari 23 tahun beliau mampu melakuan perubahan dari
kejahiliahan kepada peradaban dunia yang tinggi.
Referesnsi :
Enjang As, dan Aliyudin Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Widya Padjajaran Mien Az.
Bandung. 2009. Hal. 123

Anda mungkin juga menyukai