Nim : 19.0.P.224
1. Hipofibrinogenemia
Pengertian : Hipofibrinogenemia adalah kekurangan fibrinogen yang
beredar, biasanya di bawah 100 mg persen. Hal ini mungkin terlihat dalam
kondisi seperti abrupsio plasenta, emboli cairan amnion, kematian janin, dll,
di mana fibrinogen dihabiskan oleh koagulasi diseminata intravascular
(kamus kesehatan). Keadaan ini sering kita jumpai dalam kehamilan dan
persalinan. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan hipo- dan a-
fibrinogenemia dalam obstetric adalah :
a. Solusio plasenta
b. Kematian janin dalam Rahim
c. Emboli air ketuban
d. Perdarahan yang banyak
e. Missed abortion
f. Abortus septic dan sepsis puerperalis
g. Eklamsia
Rata-rata Kisaran
Wanita normal 300 mg% 200-400 mg%
Wanita hamil 400 mg% 300-600 mg%
Hipofibrinogenemia Di bawah 100 mg%
Afibrinogenemia Fibrinogen kurang sekali
Terjadinya Hipofibrinogenemia
a. Fase 1 : pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venole)
terjadi pembekuan darah, disebut disseminated intravascular clotting.
Akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi)
terganggu. Jadi pada fase 1 turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena
pemakaian zat tersebut, maka fase 1 disebut juga koagulapathi
consumptive. Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan
trombhoplastin yang menyebabkan pembekuan intravascular tersebut.
Akibatnya gangguan microcirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-
alat yang penting karena hipoksia. Kerusakan ginjal menyebabkan
oliguri/anuri. Akibat gangguan microcirculasi ialah syok.
b. Fase 2 : fase ini sebetulnya fase regulasi reparative ialah usaha badan
untuk membuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha
ini di laksanakan dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang berlebihan, lebih
lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi peredaran patologis.
Penanganan Hipofibrinogenemia
a. Hipofibrinogenemia dalam keguguran dan persalinan akan menimbulkan
perdarahan yang banyak dan sulit dihentikan. Penanganan harus
memperhatikan keadaan yang menyebabkanya dalam obstetric yaitu:
Memperbaiki keadaan umum penderita : pemberian cairan, transfusi
segar, dan lain-lain.
Pemberian fibrinogen per-infus 4-6 gram atau pemberian darah segar
sebanyak1-2 liter. Darah yang sudah lama disimpan tidak berguna,
karena fibrinogennya telah rusak.
Untuk mencegah fibrinolisis yang berlebihan dapat diberikan transfuse
epsilon-aminokaproat, dan transiiol.
Penanganan khusus dari sudut indikasi obstetric bergantung pada
keadaan penderita dan penyebabnya. Misalnya, cara melakukan
penanganan perdarahan pasca persalinan tahap demi tahap: uterua
tonika, massage rahim, kompresi bimanual, tamponade, metode
Henkel, dan bila perlu demi untuk menyelamatkan jiwa ibu, sumber
perdarahan diangkat (histerektomi).
b. Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Atasi hipofibrinogenemia yaitu :
Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan
terjadinya koagulapati
Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi
pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen).
Caranya sebagai berikut :
- Ambil darah vena 2 ml, masukkan dalam tabung kemudian
diobservasi
- Genggam bagian tabung yang berisi darah.
- Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi
di permukaan.
- Lakukan hal yang sama setiap menit
- Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit,
maka di perkirakan titer fibrinogen dianggap di bawah nilai normal
(kritis)
- Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung
dimiringkan, keadaan ini juga menunjukkan kadar fibrinogen di
bawah ambang normal.
Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku
segar (15ml/kgBB)
Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipitat
fibrinogen
Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi
diseminata intravaskuler yang berlanjut dengan pengendapan fibrin,
pembendungan mikrosirkulkasi di dalam organ-organ vital, seperti
ginjal, glandula adrenalis, hipofisis dan otak.
Bila perdarahan masih berlangsung (koagulapati) dan trombosit di
bawah 20.000, berikan konsntrat trombosit.
2. Trombositopenia
a. Pengertian
Trombositopenia adalah kondisi kelainan trombosit yang terjadi akibat
kurangnya kadar trombosit atau disebut juga platelet di dalam tubuh.
Trombosit merupakan sel darah yang diproduksi di sel-sel besar yang
terletak di sumsum tulang belakang (megakariosit). Trombosit berperan
pada proses pembekuan darah sehingga tubuh terhindar dari perdarahan
berlebih.
Trombositopenia didefinisikan sebagai menurunnya nilai trombosit
kurang dari 150.000/mL. Nilai trombosit antara 100.000- 150.000/mL
dipertimbangkan sebagai trombositopenia ringan, 50.000-100.000/mL
trombositopenia sedang dan kurang dari 50.000/mL merupakan
trombositopenia berat. Trombositopenia merupakan abnormalitas
hematologi tersering kedua setelah anemia yang terjadi pada kehamilan.
b. Etiologi
Anemia aplastik
Kekurangan zat besi
Kekurangan folat
Kekurangan vitamin B-12
Infeksi virus, seperti HIV, cacar air, dan Epstein-Barr
Paparan kemoterapi, radiasi, atau bahan kimia beracun
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol
Leukemia
Myelodysplasia
Sirosis
2. Banyaknya trombosit yang dihancurkan
Dalam tubuh yang sehat, setiap trombosit hidup sekitar 10 hari. Kekurangan
trombosit juga dapat terjadi akibat banyaknya trombosit yang dihancurkan.
Hal ini bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan tertentu, seperti
diuretik dan obat anti-kejang. Selain itu, dapat pula dipicu oleh:
c. Gejala trombositopenia
Kasus-kasus trombositopenia ringan, seperti jumlah trombosit rendah yang
disebabkan oleh kehamilan, biasanya tak menimbulkan gejala apa pun. Akan
tetapi, kasus yang lebih parah bisa menunjukkan gejala-gejala tertentu. Berikut
gejala trombositopenia yang mungkin terjadi:
Infeksi virus
Keturunan
Wanita hamil
Transfusi trombosit
f. Pencegahan
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu
menaikkan kadar trombosit rendah di dalam darah:
Sel imunitas tubuh ‘bingung’ membedakan antara sel tubuh sendiri dan
patogen, seperti virus atau bakteri. ITP sering kali muncul setelah
seseorang menderita infeksi.
Tubuh menderita stres oksidatif akibat radikal bebas, yang memicu
terjadinya perubahan DNA sel imunitas, dan selanjutnya menyerang sel
tubuh sendiri.
Terjadi kerusakan sel imunitas tubuh.
Perubahan sistem kekebalan tubuh akibat gangguan sistem imunitas
tubuh di saluran pencernaan –misalnya karena perubahan kondisi
bakteri usus akibat perubahan pola makan, konsumsi antibiotik, atau
serangan patogen.
Bila terjadi ITP, akan ditemukan trombositopenia tanpa kelainan yang lain –
misalnya kulit pucat, limfadenopati, pembesaran hati dan limpa. Dokter
akan melakukan anamnesis atau menggali informasi dari pasien untuk
menanyakan berbagai gejala yang dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan purpura atau ptechiae. Sedang pada
pemeriksaan darah hanya akan ditemukan trombositopenia (jumlah dan
bentuk sel darah lainnya normal). Jika masih belum mendapatkan gambaran
yang jelas, bisa jadi akan dilakukan biopsi sumsum tulang belakang.
pemberian kortikosteroid.
pemberian immunoglobulin.
pemberian beberapa jenis kemoterapi.
transfusi trombosit.
metode splenektomi atau pembedahan limpa. Hal ini bisa
dipertimbangkan jika kadar trombosit tidak mencapai level aman (sekitar
30.000/µL) dengan terapi obat-obatan selama 6 bulan.
metode trombopoetin reseptor agonist, dipakai pada orang dewasa yang
tidak merespon terhadap pengobatan konvensional dan pembedahan.
a. Pengertian
Hemolisis berarti terjadi kerusakan pada sel darah merah. Eritrosit atau sel
darah merah menjadi terlalu cepat rusak atau mati. Hal ini dapat
mengakibatkan anemia, sehingga darah tidak membawa oksigen yang cukup
ke seluruh tubuh.
Peningkatan enzim hati menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi dengan
baik. Pasalnya, sel-sel hati yang meradang atau terluka mengeluarkan
sejumlah besar bahan kimia tertentu, termasuk enzim, ke dalam darah dan
enzim inilah yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah.
Trombosit adalah fragmen sel dalam aliran darah yang membantu dengan
pembekuan darah. Ketika kadar trombosit rendah, maka terjadilah
peningkatan risiko pendarahan yang berlebihan.
Gejala sindrom HELLP sangat mirip dengan gejala meriyang biasa. Gejala-
gejalanya mungkin tampak sebagai gejala kehamilan yang "normal". Namun,
penting untuk segera periksa jika mengalami gejala apapun selama kehamilan
dan memastikan bahwa gejala yang sedang dialami tidak menunjukkan masalah
kesehatan yang serius. Gejala HELLP syndrome dapat bervariasi dari orang-ke-
orang, tetapi yang paling umum diantaranya:
sakit perut
mual
muntah
sakit kepala
sakit perut
sakit bahu
Penyebab pasti dari Sindrom HELLP belum diketahui. Beberapa teori meyakini
Sindrom HELLP yang ditandai dengan anemia hemolitik (perusakan sel darah
merah yang menyebabkan anemia), trombositopenia (rendahnya jumlah
trombosit dalam darah), dan gangguan fungsi hati merupakan hasil dari cedera
endotel (sel-sel dinding pembuluh darah) plasenta yang menyebabkan
kurangnya suplai oksigen dalam plasenta (Hypoxic Placenta). Maka dari itu,
munculnya sindrom HELLP ini sering dikaitkan dengan preeklampsia atau
eklampsia.
d. Faktor resiko
menderita diabetes
riwayat preeklampsia
tes urin untuk memeriksa peningkatan enzim hati dan protein abnormal
f. Komplikasi
pembekuan darah
gagal ginjal
abrupsio plasenta, yang terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim sebelum
bayi lahir
stroke
kematian
b. Etiologi
Etiologi DIC
-Rhabdomyolysis
- Emboli lemak
- Luka bakar luas
Trauma dan cedera
jaringan - Venom ular
DIC akut lebih sering terjadi pada kondisi dengan onset cepat seperti trauma
mayor, sepsis, dan transfusi darah masif. DIC kronis lebih umum pada gangguan
seperti keganasan dan penyakit Raynaud.
Sepsis merupakan etiologi yang sering menyebabkan DIC. Pada sekitar 35%
kasus berat, kejadian sepsis diikuti oleh DIC. Selama sepsis, inflamasi sistemik
mengaktifkan sistem koagulas.
6. Dilutional coagulopathy
a. Koagulopati dilusional mengacu pada koagulopati yang terlihat selama
transfusi masif untuk trauma besar dan / atau perdarahan. Trauma mayor
dan perdarahan menyebabkan kelainan koagulasi akibat konsumsi faktor
koagulasi dan trombosit. Koagulopati dilusional terjadi karena pengenceran,
bersamaan dengan konsumsi platelet selama transfusi masif. Cairan
kristaloid dalam jumlah besar yang digunakan untuk resusitasi pada kasus ini
juga dapat menyebabkan trombositenia. Sel darah merah yang dikemas
mengandung sedikit trombosit bila disimpan selama lebih dari 24 jam, dan
trombosit yang dikandung sel darah merah biasanya rusak dan dikeluarkan
dari sirkulasi setelah transfusi. Trombositopenia dengan kadar trombosit
antara 50.000 dan 75.000 / mm3 selama transfusi masif harus diobati dengan
konsentrat trombosit.Jumlah unit sel darah merah yang ditransfusikan tidak
secara akurat memprediksi derajat trombositopenia atau kebutuhan transfusi
trombosit.
b. Hipofibrinogenemia juga menjadi masalah awal selama trauma besar dan
perdarahan. Kadar harus dijaga lebih dari 100 mg / dL dengan FFP atau
kriopresipitat. Rendahnya tingkat Faktor V dan Faktor VIII, dua faktor paling
labil dalam sel darah merah, diperkirakan tidak berperan penting dalam
perdarahan akibat transfusi masif. Hal ini diilustrasikan oleh fakta bahwa
hanya 5-20% Faktor V dan 30% Faktor VIII yang dibutuhkan untuk hemostasis
yang adekuat selama pembedahan. Selama 21 hari dalam darah yang
disimpan, Faktor V menurun menjadi 15% dan Faktor VIII menurun menjadi
50%. Yang terpenting selama transfusi masif adalah menghindari
hipotermia. Pasien hipotermia akan terus mengalami perdarahan meskipun
telah dilakukan transfusi sel darah merah, FFP / cryoprecipitate, dan
trombosit yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.openanesthesia.org/dilutional-coagulopathy/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3364035/
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/disseminated-intravascular-
coagulation
1. Wang H, Kaye A, Toh CH. 2017. Disseminated Intravascular Coagulation. BMJ [Online] Available at:
https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/184
2. Levi MM, Schmaier AH, Nagalla S. 2017. Disseminated Intravascular Coagulation. Medscape
[Internet] Available at: https://emedicine.medscape.com/article/199627-overview
3. Costello RA, Nehring SM. 2018. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Statspearl [Internet]
Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441834/
https://www.sehatq.com/penyakit/disseminated-intravascular-coagulation
https://hellosehat.com/kelainan-darah/trombosit/immune-thrombocytopenic-
purpura/
Endri limas. H (2010) Asuhan keperawatan pada klien dengan solusio plasenta
http://endribehepy.blogspot.com/2010/09/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html
di akses pada tanggal 1 juli 2014 pukul 00.30 WIB (DI GANTI)
prawirohardjo, sarwono,2009,ilmu kebidanan,edisi 1,Jakarta. PT Bina Pustaka
bagian obstetsi dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjadjaran bandung.obstetsi
patologi(1984).& bandung:Elstar off set
https://www.sehatq.com/obat/fibrinogen
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2132
https://www.academia.edu/12153171/Kelainan_Pembekuan_Darah
https://www.honestdocs.id/hellp-syndrome
https://www.pfizer.co.id/idiopathic-thrombocytopenic-purpura-itp-penderita-mudah-
mengalami-pendarahan
https://www.klikdokter.com/penyakit/idiopathic-thrombocytopenic-purpura