Anda di halaman 1dari 20

Pak Dani

1. Gravimetric
A. Prinsip
❑Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
tahap pengukurannya dengan penimbangan.
❑ Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin
diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel
kemudian dilakukan pengendapan.
❑ Menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis
menjadi senyawa lain yang murni dan stabil.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan,
banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat
sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif
dan berat endapan hasil reaksi.
Persyaratan pd analisa gravimetri:
1. Zat yg ditentukan hrs dpt diendapkan secara terhitung (99%)
2. Endapan yg terbentuk hrs cukup murni dan dapat diperoleh dlm bentuk
yg cocok untuk pengolahan selanjutnya.

B. Mekanisme pengendapan
➢ Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh
(super saturated solution).
➢ Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti
mikroskopik dari fasa padat, semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin
besar laju nukleasi. Pembentukan nukleasi dapat secara langsung atau
dengan induksi

C. Metode dalam gravimetric


- Metode pengendapan
Sambungan B
Agen pengendap :
 Spesifik : bereaksi hanya dengan satu spesi kimia (jarang)
 Selektif : bereaksi dengan spesi tertentu
Ukuran partikel endapan yang dapat disaring harus memiliki ukuran
partikel yang cukup besar
Ion-ion dalam larutan 10-5 cm  partikel koloid 10-7 – 10-4  endapan
kristalin 10-4

- Metode penguapan
❑ Metode ini digunakan untuk menetapkan komponenkomponen dari
suatu senyawa yang relatif mudah menguap.
❑ Cara yang dilakukan dalam metode ini dengan cara pemanasan dalam
gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga
komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan
suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak
mudah menguap.
❑ Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air
(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah.
❑ Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan
berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air
kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak
yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air
yang terikat sebagai air kristal.
❑ Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang
tidak ikut bereaksi
❑ Dengan memakai pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun
yang dikehendaki menjadi lebih mudah menguap
❑ Dengan memakai pereaksi kimia sehingga senyawa dapat diubah
menjadi penyusun yang sukar untuk menguap

- Metode elektrolisis
▪ Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam.
▪ Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus
listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi
reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
▪ Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel
cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan
pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar
seperti air limbah.
2. Argentometri
A. Metode untuk mengamati titik akhir titrasi argento
TAT dapat diamati dengan berbagai metode:
 MOHR: pembentukan endapan II yang berbeda warna dengan endapan
I.
 VOLHARD: pembentukan senyawa II yang berbeda warna
 FAYANS: penjerapan senyawa organik tertentu pada bagian endapan.
 Gay Lussac : equal turbidity method
 Liebig Deniges: Pembentukan kekeruhan.

B. Prinsip dan contoh metode mohr


- Titrat: Cl- atau Br –
- Titran: AgNO3
- Terbentuk: Endapan AgCl / AgBr
- Indikator: K2Cr2O4 : endapan coklat kemerahan.
Titrasi:
• Cl-/Br- + Ag+ -- AgCl / Ag Br
- putih putih kekuningan
- Indikator :
K2CrO4 + Ag+ ---- Ag2CrO4 + 2 K+
TA: timbulnya bintik-bintik coklat muda diantara gumpalan putih
Titrasi Blanko:
• Konsentrasi indikator sangat menentukan TAT.
• Warna larutan Ag2CrO4: kuning, semakin pekat semakin tua.
• Warna endapan Ag2CrO4: coklat kemerahan.
• Harus dicari konsentrasi Ag2CrO4 yg sesuai sehingga TAT dapat
ditentukan dengan mudah, kelebihan Ag+ tidak terlalu banyak.
• Solusi: titrasi blanko
Syarat metode Mohr
 pH harus netral/ sedikit alkalis.
• pH asam: kepekaan indikator ber(-) sebagian indikator berubah:
• CrO4= + 2 H+ --- Cr2O7= + H2O
•  endapan terlambat/tidak ada endapan.
• pH terlalu alkalis:
• 2 Ag+ + OH-  2 AgOH -> Ag2O + H2O
• Titran terlalu banyak:endapan lebih awal dari Ag2CrO4
 Indikator harus sensitif : memberikan perubahan warna yang tajam
dengan ada sedikit kelebihan Ag+.
Metode mohr
• Digunakan untuk PK Cl- /Br -.
• Kurang baik untuk CNS- dan I-, karena sifat adsorpsi dari endapan yang
terbentuk.
• Tidak dapat digunakan untuk campuran ion Cl/Br dengan ion lain yang
mengendap dengan Ag+ dalam suasana netral/sedikit alkalis, misalnya
S=, SO3-, CO3= oxalat, fosfat dan arsenat.
• Tidak bisa untuk kadar Cl- dalam HCl.
• Cl- dalam NH4Cl: pH diatur 6,5 – 7,2. Tll alkalis: NH3/NH4OH
memperbesar kelarutan AgCl dan Ag2CrO4: overtitration

3. Spektrokopi serapan atom


A. Prinsip dasar
- SSA didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral
dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet
- Interaksi antara sinar tampak atau ultraviolet dengan materi berupa
logam dalam bentuk atom dan gas
- Sinar pada panjang gelombang mempunyai energi yg cukup untuk
menyebabkan elektron tereksitasi dari atom
- Sumber energi cahaya dengan lampu Hollow Cathode
- Atom akan menyerap sinar uv pada panjang gelombang tertentu dan
karakteristik tergantung pada sifat unsurnya, missal Na = 589 nm, K =
766,5 nm
 Banyaknya sinar yg diserap sebanding dengan konsentrasi atom dalam
sampel
 Kesimpulannya prinsipnya sama saja dgn spektrofotometri sinar tampak
dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara
pengerjaan sampel dan peralatannya
 Jika suatu larutan yang mengandung logam diberi nyala, maka unsur-
unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala
mengandung unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa dari atom akan
tereksitasi secara termal oleh nyala (keadaan ini tidak diinginkan),
namun kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam
keasaan dasar (ground state).
 Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan.
- Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-
unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit
(ultratrace).
- Analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel
dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel
tersebut.
- Pelaksanaannya relative sederhana dan interferensinya sedikit.

B. Fungsi bagian2 instrumen


a. Sumber sinar

Sumber sinar lazimnya dipakai katoda berongga. Lampu ini terdiri dari
tabung kaca tertutup yg mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda
sendiri berbentuk silinder berongga yg terbuat dri logam atau dilapisi
dgn logam tertentu. Tabung ini diisi dgn gas mulia (neon atau argon)
Lampu katoda bisa unsur tunggal atau unsur kombinasi (banyak unsur)
Sumber sinar yang lain : EDL (Electrode Discharge Lamp)
Untuk analisis As dan Se

b. Tempat sampel
Sampel yg dianalisis harus diuraikan menjadi atom2 netral yg masih
dlm keadaan dasar. Sampel diubah menjadi uap atom-atom yaitu
dengan nyala (flame) atau tanpa nyala (gelombang listrik)
a. nyala / flame ionization (fuel & oxidant)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yg berupa padatan/cairan


menjadi bentuk uap atomnya atau atomisasi.
Pada spektro emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasi atom
dari tingkat dasar ke tingkat yg lebih tinggi.
Suhu yg dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yg digunakan,
dari 1800oC sd 3000oC
Bahan pembakar yg bnyk digunakan adalah dari gas asetilen nitro
oksida krena ia memiliki emisi yg kuat, efek nyala dpt dikurangi dgn
keeping pemotong radiasi (chopper)

b. tanpa nyala / elektrotermal atomization

c. Monokromator
Tungku grafit/tungku masmann
Dengan nyala dinilai kurang peka
karena atom gagal mencapai nyala dan
proses atomisasi kurang sempurna.
Maka munculla atomisasi tanpa nyala,
c. monokromator

Fungsi: untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang


digunakan dalam analisis
Catatan bapak : berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak
digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika
digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada
banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Dalam monokromator ada sistem optik, ada juga alat yg
digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yg disebut
dgn chopper

d. Detector

untuk mengukur intensitas cahaya yang


melalui tempat pengatoman.
Biasanya digunakan tabung
penggandaan foton (photomultiplier
tube).

e. Readout
- Sistem pencatatan hasil
- Pencatatan hasil dengan alat yg telah terkalibrasi untuk pembacaan
suatu transmisi atau absorbs
- Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu
recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi
C. Gangguan dalam ssa
- Gangguan Kimia : dapat terjadi jika logam yang dianalisa akan bereaksi
dengan kation/ anion yang ada dalam larutan membentuk senyawa yang
sukar diatomkan. Contoh: pada analisis Ca akan terganggu oleh adanya
pospat atau sulfat
Cara mengatasi :
 Penggunaan nyala api dengan suhu lebih tinggi sehingga mampu
mengatomisasi garam yang terbentuk
 Penambahan zat kimia (releasing agent) sehingga pembentukan
garam dapat dicegah.
 Contoh: pada analisis Ca dengan adanya penggangggu fosfat,
maka ditambahkan zat releasing agent yakni La sehingga
pembentukan Ca(PO4)2 dapat dicegah.

- Gangguan Ionisasi : terjadi saat analisis unsur-unsur yang mudah


menjadi ion (alkali, alkali tanah). Contoh: penambahan pottasium
dengan konsentrasi tinggi pada analisis Ba
Cara mengatasi :
Gangguan jenis ini adalah ditambah zat X yang mudah menjadi ion agar
elektron yang dihasilkan mampu menetralkan ion yang terbentuk karena
proses ionisasi.

- Gangguan Matriks : Larutan cuplikan mengandung unsur yang dianalisa


dan logam-logam (Ti, W, Zr) yang membentuk oksida logam.
Perbedaan sifat kimia (berat jenis, kerapatan, viskositas, tegangan
permukaan) antara larutan sampel dengan standar.
Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan mengencerkan larutan
sampel hingga sifat fisikanya sama dengan larutan standar, kalibrasi
menggunakan metode standar adisi sehingga matriks larutan sampel dan
standar sama.

- Gangguan Emisi : Pada konsentarsi analit yang tinggi, metode AAS


untuk unsur-unsur yang memiliki emisi tinggi terkadang menunjukkan
presisi yang lemah. Contoh: barium pada flame N2O-C2H2 (3200˚C)
Gangguan terjadi karena gangguan elektronik dari photomultiplier.
Cara menanggulangi gangguan ini yakni dengan memperkecil lebar
celah, serta meningkatkan arus pada lampu

- Gangguan Spektra : Terjadi pada analisis unsur dengan panjang


gelombang yang overlap (sangat dekat dengan spectra atom
pengganggu, hanya terpisah 0,001 nm) dengan daerah panjang
gelombang serapan atom unsur atom yang dianalisa.
Contoh: Va (λ=308,211 nm) dan Al (λ=308,215 nm) dapat diatasi
dengan menyeleksi garis resonansi Al yang lain misalnya pada
λ=309,27 nm.

4. Kompleksometri
A. Prinsip
Titrasi kompleksometri merupakan titrasi yang digunakan untuk
menentukan kandungan garam -garam logam.
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan.

B. Jenis indicator
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara
lain:
Hitam eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome
Black); mureksid; jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon;
karbonat; kalmagit; dan biru hidroksi naftol.

C. Macam2 metode
a. Titrasi langsung
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan
ion yang akan ditetapkan ditambah dengan bufer, misalnya bufer pH10
lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung
dengan larutan baku dinatrium edetat.
Untuk mencegah pengendapan logam hidroksida atau garam basa
dengan bufer, dilakukan dengan penambahan pembentuk kompleks
pembantu misalnya tartrat, sitrat atau trietanol amin.
Pada titik ekivalen, kadar ion logam yang ditetapkan berkurang dengan
sekonyongkonyong yang ditunjukkan oleh perubahan warna indikator
logam.
b. Titrasi kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada
pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut
misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk
kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk
kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.
Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium
edetat berlebihan kemudian larutan ditambah bufer pada ph yang
diinginkan dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan
larutan baku ion logam. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan
pertolongan indikator logam.

c. Titrasi tidak langsung


Cara titrasi tidak langsung (indirect titration) dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan
pengkelat. Sebagai contoh barbiturat tidak bereaksi dengan EDTA,
akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri
dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1
Setelah pengendapan dengan kelebihan Hg (II), kompleks dipindahkan
dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan baku
EDTA berlebihan. Larutan baku Zn (II) dapat digunakan untuk
menitrasi kelebihan EDTA ini menggunakan indikator yang sesuai
untuk mendeteksi titik akhir.
Pendekatan lain adalah pengendapan anion dengan kelebihan logam
yang sesuai dan kelebihan ion logam dalam fitrat ini dititrasi dengan
larutan baku EDTA. Sebagai contoh sulfat dapat diendapkan dengan Ba
(II) berlebihan, dan kelebihan Ba (II) dititrasi dengan larutan baku
EDTA.

d. Titrasi substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali,
atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan
dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan
kalsium
Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan
indikator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.

e. Titrasi alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan
oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali. Larutan logam
yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam
suasana netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir
menggunakan indikator asam -basa atau secara potensiometri.

5. Kromatografi cair kinerja tinggi KCKT


A. Prinsip
Merupakan Teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang
Dasar : Kromatografi merupakan Teknik yang mana solute atau zat-zat
terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini
melewati suatu kolom kromatografi.
Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak dan
fase diam.
Penggunaan kromatografi cair agar sukses terhadap suatu masalah yg
dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam
kondisi operasional seperrti, jenis kolom, fase gerak, Panjang dan diameter
kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel.

B. Parameter
Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
kromatogram adalah Faktor Retensi (tR) Resolusi (Rs), Faktor Kapasitas
(k), Faktor selektifitas (α), Efisiensi kolom (N).
a. Factor retensi (tR)
- Waktu yang dibutuhkan senyawa bergerak melalui kolom menuju
detector
- Waktu diukur berdasarkan dimana sampel diinjeksikan sampai
sampel menunjukkan ketinggian puncak maksimum dari senyawa

b. Resolusi (Rs)
- Jarak antara dua puncak pita dibagi dengan luas rata-rata pita
- Nilai resolusi > 1,5 menunjukkan dua puncak terpisah sempurna
- Resolusi atau daya pemisahan dua pita yg berdekatan

c. Factor kapasitas (k)


- Ukuran kemampuan kolom mempertahankan komponen sampel
- Merupakan waktu zat terlarut berada dalam fase diam relative
terhadap waktu dalam fase gerak
- Pemisahan dgn nilai k <10 meningkatkan deteksi puncak dan jangka
waktu pendek, lebih banyak sampel dpt di analisis. Nilai k < 1
resolusi kurang baik, terjadi tumpah tindih senyawa dan matriks.
Paling baik nilai k berada pada rentang 1-10 untuk semua puncak

d. Factor selektifitas (α)


- Kemampuan sistem KCKT untuk memisahkan senyawa yg berbeda
- Nilai selektivitas harus > 1 agar terjadi pemisahan yg sempurna
- Selektivitas bergantung pada sifat senyawa dan interaksi antara
senyawa dgn permukaan fase gerak dan fase diam

e. Efisiensi kolom (N)


Merefleksikan jumlah waktu senyawa berpartisi antara dua fase selama
melalui kolom dan menggambarkan efisiensi kolom

C. Jenis-jenis
1. Kromatografi Adsorbsi
 Pemisahan menggunakan fase normal dgn menggunakan fase diam
silika gel dan alumina
 Silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yg akan berinteraksi
dengan solute
 Pelarut yg digunakan non polar + pelarut polar (air atau alkohol)
 Untuk pemisahan campuran isomer struktur dan untuk pemisahan
solute dgn gugus fungsional yg berbeda
 Senyawa homolog tidak bisa dipisahkan dengan jenis ini

2. Kromatografi Partisi
 Disebut juga kromatografi fase terikat
 Pemisahan dengan fase terbalik
 Fase diam adalah silika yg dimodifikasi secara kimiawi
(oktadesilsilan)
 Fase gerak campuran methanol atau asetonitril dengan air atau
dengan larutan buffer
3. Kromatografi Penukar Ion
 Menggunakan fase diam yg dapat menukar kation atau anion dengan
suatu fase gerak
 Contoh penukar ion polistiren resin
 Media yg digunakan adalah media air, karena sifat ionisasinya
 Bisa juga pelarut campuran air-alcohol/ pelarut organic
 Retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan
ionik dan pH fase gerak
 Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solute.
Ini disebabkan kemampuan ion sampel bersaing dgn ion fase gerak
untuk gugus penukar ion pada resin
 Jenis ion dlm fase gerak dpt berpengaruh secara nyata pada retensi
solute sebagai akibat perbedaan kemampuan ion fase gerak
berinteraksi dgn resin penukar ion

4. Kromatografi Eksklusi Ukuran


 Disebut juga kromatografi permiasi gel
 Dapat digunakan untuk memisahkan/ menganalisis senyawa dgn
berat molekul > 2000 Dalton
 Fase diam berupa silika atau polimer yg bersifat porus (lewat
diantara partikel, sehingga solute dapat melewati porus atau
berdifusi lewat fase diam) Hal ini disebabkan solute dgn BM yg
besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat di antara partikel fase
diam. Dengan demikian, dlm pemisahan dgn eksklusi ukuran ini tdk
terjadi interaksi kimia antara solute dan fase diam seperti
kromatografi lain
 Molekul solute yg mempunyai BM yg jauh lebih besar akan terelusi
terlebih dahulu, kemudian yg medium dan kemudian lgi yg kecil

D. Bagian2 instrumen, kecepatan fase gerak, besar kekuatan pump, jenis


detector
- Kecepatan fase gerak : Daya tampung > 500 ml (1-2 liter) Dapat
digunakan selama kurang lebih 4 jam dgn kecepatan alir 1-2 ml/menit
- Besar kekuatan pump : Tekanan berkisar antara 500-6000 psi Mampu
mengalirkan fase gerak dgn kecepatan alir 3 ml/menit
- Jenis detector
(1) Detektor Universal (yg mampu mendeteksi zat secara umum, tidak
bersifat spesifik dan selektif)
Contoh: detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa
Detektor indeks bias : Bersifat universal, mampu memberikan respon
pada setiap zat terlarut. Merespon setiap perbedaan indeks bias antara
analit (zat terlarut) dgn pelarutnya (fase gerak). Untuk senyawa-
senyawa yg tidak mempunyai kromofor.

(2) Detektor Spesifik (mendeteksi analit secara spesifik dan selektif)


Contoh: UV-Vis, detektor fluoresensi dan elektrokimia
UV-Vis : Prinsip: penyerapan sebagian energi oleh molekul pada
panjang gelombang 190-800 nm → tereksitasi elektronik
Sel detektor berupa tabung dgn ukuran 1 mm dan panjang celah
optiknya 10 mm. Ini detector yg paling bnyk digunakan, krena
kbanyakan senyawa obat mempunyai struktur (kromofor) yg dapat
menyerap sinar UV-Vis

Detektor fluoresensi : Fenomena luminisensi yg terjadi ketika


senyawa menyerap sinar UV-Vis lalu mengemisikannya pda panjang
gelombang yg lebih besar. Tidak semua senyawa obat memiliki sifat
fluoresen. Lebih sensitive dibanding UV. Namun, linearitasnya sempit
10-100
Detektor elektrokimia : Proses secara oksidasi atau reduksi secara
elektrokimia pada elektroda yg cocok. Kepekaan detektor umumnya
tinggi. Paling banyak digunakan detektor konduktivitas dan detektor
amperometry. Fase gerak yg digunakan harus mengandung elektrolit
pendukung dan harus bersifat polar

E. Perbedaan jenis fase diam C18 dan C8


Bu Tuti
6. Titrasi Asam Basa
A. Pengertian
Titrasi : Proses penambahan larutan standart dari buret/ alat lain secara
perlahan lahan ke dalam larutan analat sampai terjadi reaksi antara
keduanya dengan sempurna.Volume reagent yg diperlukan untuk
kesempurnaan titrasi ditentukan dari selisih pembacaan awal dan akhir di
buret (volume titrasi).
Titik Ekivalent (TE) dalam titrasi : dicapai jika jumlah titrant yang
ditambahkan ekivalent secara kimia dengan sejumlah analat dalam sample.
Secara teoritis titik ekivalent tidak dapat ditentukan dari percobaan.
TitikAkhir (TA) dalam titrasi : kondisi dimana proses titrasi harus
dihentikan, karena sudah tercapai kondisi ekivalent antara titrant dan analat.
Titik akhir dapat ditentukan dari percobaan karena adanya perubahan sifat
fisik larutan dekat TE.

B. Soal asam basa


Langkah – langkah
1. Standarisasi baku primer :
gxn
N¿
BM x V
2. Standarisasi baku larutan / normalitas
N : V1.N1 = V2.N2
3. Penetapan kadar
Vtitran x Ntitran x BE
Kadar b/b%¿ x 100 %
Berat sampel(mg)
Vtitran x Ntitran x BE
Kadar b/v%¿ x 100 %
ml sampel x 1000

C. Indicator asam basa (biasanya methyl orange(asam) dan PP(basa))


4. Titrasi Bebas Air dan Perhitungan
A. Perhitungan dan pengertian molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap liter larutan
mol A
- M¿ untuk mencari gram zat terlarut : g = M x V x BM
liter larutan
mmol A gram
- M¿ M¿
mL larutan BM x V
M = Satuan Molaritas
G = banyaknya zat yang terlarut
BM = Berat Molekul
V = volume larutan
Contoh soal !
1. Hitunglah molaritas suatu larutan yang mengandung 6,0 g NaCl (BM =
58,44) dalam 200 ml larutan
Jawab : M = g/ BM x V =
6,0 / (58,44 x 0,20 ) = 0,513 M

2. Hitung molaritas suatu larutan H2SO4 yang mempunyai densitas 1,30


g/ml dan mengandung 32,6% bobot SO3 . BM SO3=80,06
Jawab : 1 liter larutan mengandung 1,30 g/ml x 1000ml/L x 0,326 =
424 g SO3

B. Perhitungan normalitas
ek A mek A
N¿ N¿
Liter larutan mL larutan

gram gramberat
N¿ N¿
BE ekuivalen x V

Ek = berat ekivalen Berat ekivalen


n = valensi
Berat Ekivalen setara dengan BM/ n
gxn
Sehingga di dapatkan : N¿
BM x V

Contoh soal !
Hitung berapa gram Na2CO3 murni diperlukan untuk membuat 250 ml
larutan 0,150 N. Natrium karbonat itu dititrasi dengan HCl menurut
persamaan: CO3 2- + 2H+  H2CO3
Jawab : tiap Na2CO3 bereaksi dengan 2H+ , maka berat ekuivalennya
setengah BM-nya 106/2 = 53 g/ek
Jadi, banyaknya Na2CO3 yang diperlukan :
ek = g/BE
g = (0,15 ek/L) x (0,25 L) x (53 g/ek) = 1,99 g

C. Perhitungan formalitas
bobot rumus A gram
F¿ F¿
volume BR x V

F = Satuan Formalitas BR = Bobot Rumus

Contoh soal !
Sebanyak 6,477 gram sampel (BR =128,94 ) dilarutkan dalam 500 ml
larutan
Jawab : F = 6,477 / 128,94 x 0,05 = 1,004

3. Iodimetri dan Iodometri


A. Pengertian dan prinsip metode iodi dan iodo
1. Iodimetri (cara langsung)
adalah titrasi yang dilakukan langsung dengan larutan standar iodium
sebagai pengoksid, dilakukan dalam suasana netral atau sedikit asam. 2 +
2e ⇌ 2I– Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium.
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk
menetapkan kadar: asam askorbat, natrium askorbat, metampiron
(antalgin) serta natrium tiosulfat. Selain itu juga bisa, arsenik(III),
antimon(III), sulfida, sulfit, timah(II) dan ferosianida.

2. Iodometri (cara tidak langsung)


Untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodide atau senyawa
yang bersifat reduktor seperti, CuSO4 dan 5H2O. Sampel yang bersifat
oksidator direduksi dengan KI berlebih dan menghasilkan iodium,
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. CI2 + 2I – →
2CI– + I2 yg terbebas dititrasi dgn natrium tiosulfat, reaksi: 2S 2O32– + I2
→ S4O62– + 2I –

B. Indicator (kanji)

C. Analisis dan perhitungan kadar senyawa menggunakan metode iodi dan


iodo
1) Pada penentuan kadar asam askorbat dengan berat sampel 500 mg
dengan bobot ekivalen 176,12 dititrasi dengan titran I2 dengan
konsentrasi 0,1 N. Diketahui volume yang dibutuhkan untuk mentitrasi
sebanyak 10 ml. hitung kadar asam askorbat tersebut !
Jawab :

2) Pada penentuan kadar Cu pada sampel 4 gram diperlukan volume titran


sebanyak 8 ml natrium tiosulfat dengan konsentrasi 0,1 N. bobot
ekivalen Cu sebesar 63,546. Hitung berapa kadar Cu!
Jawab :

4. Bromo dan Bromametri


A. Pengertian dan prinsip metode broma dan bromo
Bromometri : penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks dengan
titran brom
Prinsip penetapannya : zat uji direaksikan dengan brom berlebih dalam
suasana asam. Kelebihan brom direkasikan dengan KI Lalu iodium yang
terbentuk ditrasi dengan larutan na tiosulfat menggunakan indikator kanji
hingga warna biru tepat hilang Indikator bromometri adalah amilum dan
klorofm
Bromatometri : penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks
dengan titran Kalium Bromat
Kalium bromat adalah oksidator kuat dalam suasana asam yang oleh
reduktor akan diredukasi menjadi bromide
Metode bromatometri biasa digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom subtitusi.
B. Perhitungan metode bromo dan broma
Contoh soal !
Tentukan kadar INH dengan bobot 259 mg (Mr = 137,14 n = 2),bila
diketahui sebagai berikut : a. Normalitas Natrium Tiosulfat = 0,1 N b. V
Natrium Tiosulfat pada penetapan Blangko = 12,5 ml c. V Natrium
Tiosulfat pada penetapan Sampel = 10,5
Jawab :

C. Indicator broma dan bromo (biasanya kanji)

5. Nitrimetri
A. Pengertian nitrimetri / diazotasi
Menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Reaksi ini didasarkan
pada diazotasi Reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit
Dalam Nitri Metri, Berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekul (BE = BM ), karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam
nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium
Reaksi tidak stabil pada suhu kamar, karena hasil berupa garam
diazoniummudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Reasksi dilakukakan < 15 C. Sebanya dilakukan pada suhu rendah, lebih
kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit
dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium dengan
indikator luar
Reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan
secara perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan
penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalis

B. Indicator nitrimetri
1) Indicator luar
- Digunakan pasta / kertas Kanji – iodide (dilakukan selama 2 menit)
- Penambahan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium
dan dengan adanya kanji / amilum akan menghasilkan biru segera
- TAT tercapai apabila pada penggoresan larutan dititrasi akan
membentuk warna biru segera pada indikator  selain itu warna biru
akan terbentuk beberapa saat apabila diudara
- Kelebihan indicator ini : indicator mudah didapat dan murah
- Kekurangannya : cara kerja tidak praktis, terlalu sering menotol
menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang, titrasi harus
dilakukan pada suhu dibawah 15oC

2) Indicator dalam
- campuran tropeolin OO dan metilen biru
- Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidari
oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna
- TAT terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau
tergantung senyawa yang dititrasi
- Kelebihannya : cara kerja cepat dan praktis & dapat dilakukan pada
suhu kamar
- Kekurangannya : harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang
diperlukan

Anda mungkin juga menyukai