1. Gravimetric
A. Prinsip
❑Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
tahap pengukurannya dengan penimbangan.
❑ Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin
diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel
kemudian dilakukan pengendapan.
❑ Menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis
menjadi senyawa lain yang murni dan stabil.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan,
banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat
sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif
dan berat endapan hasil reaksi.
Persyaratan pd analisa gravimetri:
1. Zat yg ditentukan hrs dpt diendapkan secara terhitung (99%)
2. Endapan yg terbentuk hrs cukup murni dan dapat diperoleh dlm bentuk
yg cocok untuk pengolahan selanjutnya.
B. Mekanisme pengendapan
➢ Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh
(super saturated solution).
➢ Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti
mikroskopik dari fasa padat, semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin
besar laju nukleasi. Pembentukan nukleasi dapat secara langsung atau
dengan induksi
- Metode penguapan
❑ Metode ini digunakan untuk menetapkan komponenkomponen dari
suatu senyawa yang relatif mudah menguap.
❑ Cara yang dilakukan dalam metode ini dengan cara pemanasan dalam
gas tertentu atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga
komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan
suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak
mudah menguap.
❑ Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air
(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah.
❑ Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan
berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air
kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak
yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air
yang terikat sebagai air kristal.
❑ Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang
tidak ikut bereaksi
❑ Dengan memakai pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun
yang dikehendaki menjadi lebih mudah menguap
❑ Dengan memakai pereaksi kimia sehingga senyawa dapat diubah
menjadi penyusun yang sukar untuk menguap
- Metode elektrolisis
▪ Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam
terlarut menjadi endapan logam.
▪ Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus
listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi
reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
▪ Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel
cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan
pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar
seperti air limbah.
2. Argentometri
A. Metode untuk mengamati titik akhir titrasi argento
TAT dapat diamati dengan berbagai metode:
MOHR: pembentukan endapan II yang berbeda warna dengan endapan
I.
VOLHARD: pembentukan senyawa II yang berbeda warna
FAYANS: penjerapan senyawa organik tertentu pada bagian endapan.
Gay Lussac : equal turbidity method
Liebig Deniges: Pembentukan kekeruhan.
Sumber sinar lazimnya dipakai katoda berongga. Lampu ini terdiri dari
tabung kaca tertutup yg mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda
sendiri berbentuk silinder berongga yg terbuat dri logam atau dilapisi
dgn logam tertentu. Tabung ini diisi dgn gas mulia (neon atau argon)
Lampu katoda bisa unsur tunggal atau unsur kombinasi (banyak unsur)
Sumber sinar yang lain : EDL (Electrode Discharge Lamp)
Untuk analisis As dan Se
b. Tempat sampel
Sampel yg dianalisis harus diuraikan menjadi atom2 netral yg masih
dlm keadaan dasar. Sampel diubah menjadi uap atom-atom yaitu
dengan nyala (flame) atau tanpa nyala (gelombang listrik)
a. nyala / flame ionization (fuel & oxidant)
c. Monokromator
Tungku grafit/tungku masmann
Dengan nyala dinilai kurang peka
karena atom gagal mencapai nyala dan
proses atomisasi kurang sempurna.
Maka munculla atomisasi tanpa nyala,
c. monokromator
d. Detector
e. Readout
- Sistem pencatatan hasil
- Pencatatan hasil dengan alat yg telah terkalibrasi untuk pembacaan
suatu transmisi atau absorbs
- Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu
recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi
C. Gangguan dalam ssa
- Gangguan Kimia : dapat terjadi jika logam yang dianalisa akan bereaksi
dengan kation/ anion yang ada dalam larutan membentuk senyawa yang
sukar diatomkan. Contoh: pada analisis Ca akan terganggu oleh adanya
pospat atau sulfat
Cara mengatasi :
Penggunaan nyala api dengan suhu lebih tinggi sehingga mampu
mengatomisasi garam yang terbentuk
Penambahan zat kimia (releasing agent) sehingga pembentukan
garam dapat dicegah.
Contoh: pada analisis Ca dengan adanya penggangggu fosfat,
maka ditambahkan zat releasing agent yakni La sehingga
pembentukan Ca(PO4)2 dapat dicegah.
4. Kompleksometri
A. Prinsip
Titrasi kompleksometri merupakan titrasi yang digunakan untuk
menentukan kandungan garam -garam logam.
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan.
B. Jenis indicator
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara
lain:
Hitam eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome
Black); mureksid; jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon;
karbonat; kalmagit; dan biru hidroksi naftol.
C. Macam2 metode
a. Titrasi langsung
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan
ion yang akan ditetapkan ditambah dengan bufer, misalnya bufer pH10
lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung
dengan larutan baku dinatrium edetat.
Untuk mencegah pengendapan logam hidroksida atau garam basa
dengan bufer, dilakukan dengan penambahan pembentuk kompleks
pembantu misalnya tartrat, sitrat atau trietanol amin.
Pada titik ekivalen, kadar ion logam yang ditetapkan berkurang dengan
sekonyongkonyong yang ditunjukkan oleh perubahan warna indikator
logam.
b. Titrasi kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada
pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut
misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk
kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk
kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.
Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium
edetat berlebihan kemudian larutan ditambah bufer pada ph yang
diinginkan dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan
larutan baku ion logam. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan
pertolongan indikator logam.
d. Titrasi substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali,
atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan
dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan
kalsium
Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan
indikator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
e. Titrasi alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan
oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali. Larutan logam
yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam
suasana netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir
menggunakan indikator asam -basa atau secara potensiometri.
B. Parameter
Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
kromatogram adalah Faktor Retensi (tR) Resolusi (Rs), Faktor Kapasitas
(k), Faktor selektifitas (α), Efisiensi kolom (N).
a. Factor retensi (tR)
- Waktu yang dibutuhkan senyawa bergerak melalui kolom menuju
detector
- Waktu diukur berdasarkan dimana sampel diinjeksikan sampai
sampel menunjukkan ketinggian puncak maksimum dari senyawa
b. Resolusi (Rs)
- Jarak antara dua puncak pita dibagi dengan luas rata-rata pita
- Nilai resolusi > 1,5 menunjukkan dua puncak terpisah sempurna
- Resolusi atau daya pemisahan dua pita yg berdekatan
C. Jenis-jenis
1. Kromatografi Adsorbsi
Pemisahan menggunakan fase normal dgn menggunakan fase diam
silika gel dan alumina
Silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yg akan berinteraksi
dengan solute
Pelarut yg digunakan non polar + pelarut polar (air atau alkohol)
Untuk pemisahan campuran isomer struktur dan untuk pemisahan
solute dgn gugus fungsional yg berbeda
Senyawa homolog tidak bisa dipisahkan dengan jenis ini
2. Kromatografi Partisi
Disebut juga kromatografi fase terikat
Pemisahan dengan fase terbalik
Fase diam adalah silika yg dimodifikasi secara kimiawi
(oktadesilsilan)
Fase gerak campuran methanol atau asetonitril dengan air atau
dengan larutan buffer
3. Kromatografi Penukar Ion
Menggunakan fase diam yg dapat menukar kation atau anion dengan
suatu fase gerak
Contoh penukar ion polistiren resin
Media yg digunakan adalah media air, karena sifat ionisasinya
Bisa juga pelarut campuran air-alcohol/ pelarut organic
Retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan
ionik dan pH fase gerak
Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solute.
Ini disebabkan kemampuan ion sampel bersaing dgn ion fase gerak
untuk gugus penukar ion pada resin
Jenis ion dlm fase gerak dpt berpengaruh secara nyata pada retensi
solute sebagai akibat perbedaan kemampuan ion fase gerak
berinteraksi dgn resin penukar ion
B. Perhitungan normalitas
ek A mek A
N¿ N¿
Liter larutan mL larutan
gram gramberat
N¿ N¿
BE ekuivalen x V
Contoh soal !
Hitung berapa gram Na2CO3 murni diperlukan untuk membuat 250 ml
larutan 0,150 N. Natrium karbonat itu dititrasi dengan HCl menurut
persamaan: CO3 2- + 2H+ H2CO3
Jawab : tiap Na2CO3 bereaksi dengan 2H+ , maka berat ekuivalennya
setengah BM-nya 106/2 = 53 g/ek
Jadi, banyaknya Na2CO3 yang diperlukan :
ek = g/BE
g = (0,15 ek/L) x (0,25 L) x (53 g/ek) = 1,99 g
C. Perhitungan formalitas
bobot rumus A gram
F¿ F¿
volume BR x V
Contoh soal !
Sebanyak 6,477 gram sampel (BR =128,94 ) dilarutkan dalam 500 ml
larutan
Jawab : F = 6,477 / 128,94 x 0,05 = 1,004
B. Indicator (kanji)
5. Nitrimetri
A. Pengertian nitrimetri / diazotasi
Menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Reaksi ini didasarkan
pada diazotasi Reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit
Dalam Nitri Metri, Berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekul (BE = BM ), karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam
nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium
Reaksi tidak stabil pada suhu kamar, karena hasil berupa garam
diazoniummudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Reasksi dilakukakan < 15 C. Sebanya dilakukan pada suhu rendah, lebih
kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit
dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium dengan
indikator luar
Reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan
secara perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan
penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalis
B. Indicator nitrimetri
1) Indicator luar
- Digunakan pasta / kertas Kanji – iodide (dilakukan selama 2 menit)
- Penambahan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium
dan dengan adanya kanji / amilum akan menghasilkan biru segera
- TAT tercapai apabila pada penggoresan larutan dititrasi akan
membentuk warna biru segera pada indikator selain itu warna biru
akan terbentuk beberapa saat apabila diudara
- Kelebihan indicator ini : indicator mudah didapat dan murah
- Kekurangannya : cara kerja tidak praktis, terlalu sering menotol
menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang, titrasi harus
dilakukan pada suhu dibawah 15oC
2) Indicator dalam
- campuran tropeolin OO dan metilen biru
- Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidari
oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna
- TAT terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau
tergantung senyawa yang dititrasi
- Kelebihannya : cara kerja cepat dan praktis & dapat dilakukan pada
suhu kamar
- Kekurangannya : harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang
diperlukan