Anda di halaman 1dari 18

Nama : Abigail Shekinah Glory

NPM : 1806199285

TUGAS KIMIA ANALITIK DAN INSTRUMENTAL

Soal :
1. Sebutkan jenis atau kriteria sampel untuk masing-masing alat analisis yang anda ketahui!
2. Sebutkan tahapan-tahapan penting dalam proses analisis dalam menggunakan AAS,
Spektroskopi UV-VIS, Spektroskopi IR, dan GC-MS!
3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel!
4. Sebutkan contoh penentuan konsentrasi dengan menggunakan masing-masing metode
analisis tersebut!
Jawaban :
1. Jenis/kriteria dari sampel untuk masing-masing analisis yang telah diketahui :
A. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
➢ Sampel harus berupa larutan jernih dan homogen (boleh berupa larutan berwarna).
Jika tidak jernih, sebagian cahaya akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid,
sehingga kekuatan cahaya yang diabsorbsi berkurang dari yang seharusnya.
➢ Konsentrasi sampel harus encer.
➢ Pelarut tidak boleh mengganggu nyala api.
➢ Sampel berupa cairan yang mengandung unsur logam atau metaloid.
➢ Unsur yang dianalisis dapat diubah menjadi atom-atom bebas dengan nyala yang
digunakan.
B. Spektrofotometri UV-Vis
➢ Sampel mengandung senyawa berupa unsur-unsur logam transisi.
➢ Sampel/zat yang diukur berwarna
➢ Sampel mengandung senyawa organik yang mampu menyerap cahaya pada
daerah UV dan tampak.
C. Spektrofotometri IR
➢ Sampel dapat dilewati oleh sinar inframerah.
➢ Sampel merupakan senyawa organik yang mengandung gugus fungsi dan dapat
berfasa gas, cair, maupun padat.
D. Gas Chromatography – Mass Spectrometry
➢ Sampel harus dalam konsentrasi rendah.
➢ Sampel mudah menguap, mudah diuapkan, dan tidak terdekomposisi pada suhu
tinggi.

2. Tahapan-tahapan penting dari analisis sampel dari AAS, Spektrofotometri UV-Vis,


Spektrofotometri IR, dan GCMS.
A. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
1. Pengubahan analit menjadi bentuk volatilnya
2. Pengumpulan atau pemekatan (jika diperlukan) dan pemindahan ke atomizer
3. Pendekomposisian komponen volatile untuk menghasilkan atom bebas analit yang
selanjutnya akan terukur sebagai sinyal serapan atom

B. Spektrofotomeri UV-Vis
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah Uv-Vis. Cara yang digunakan adalah dengan mengubah menjadi senyawa
yang dapat melakukan penyerapan pada daerah yang dimaksud atau direaksikan
dengan pereaksi tertentu. Misalnya mengubah menjadi berwarna atau tidak
berwarna.
Pereaksi yang digunakan harus memiliki reaksi yang selektif dan sensitif;
reaksi cepat, kuantitatif dan reprodusibel; reaksi stabil dalam jangka waktu yang
lama.

2. Waktu operasional (operating time)


Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.

3. Pemilihan panjang gelombang


Kadang-kadang dijumpai keadaan yang mana pemakaian panjang
gelombang maksimal kurang baik. Hal ini karena misalnya, selain zat yang akan
dianalisis, juga terdapat zat lain yang mempunyai absorbansi pada panjang
gelombang tersebut. Ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi absorbansi
yaitu jenis pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi dan zat-zat pengganggu.

C. Spektrofotometri IR
1. Pemilihan bilangan gelombang
Tidak semua bilangan gelombang dalam spektrum inframerah dapat
digunakan dalam analisis kuantitatif. Pita regangan karbonil (regangan C=O) pada
bilangan gelombang sekitar 1.700 cm-1 paling sering digunakan karena
mempunyai pita resapan yang kuat serta relatif bebas dari pengaruh pita resapan
gugus fungsi lain. Untuk proses analisis, dapat dilakukan sesuai dengan spektrum
resapan awal atau dapat pula melalui spektrum turunan.
2. Nilai resapan optimum dan batas konsentrasi
Nilai resapan yang sering digunakan adalah 0,3 – 0,6 karena pada harga
tersebut diperoleh linearitas yang baik (sesuai dengan rumus Lambert-Beer) dan
besarnya konsentrasi zat harus disesuaikan dengan batas tersebut.
D. GC-MS
1. Pengambilan sampel
2. Derivatisasi
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi
senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis.
3. Injeksi
Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port.GC-
MS kurang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena akan
terdekomposisi pada awal pemisahan.
4. GC separation
Campuran dibawa gas pembawa (biasanya helium) dengan laju alir tertentu
melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki cairan
pelapis (fasa diam) yang inert.
5. MS detector
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak
diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang
diketahui dapat diperoleh kuantitas senyawa yang tidak
diketahui
6. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5 – 1 detik selama pemisahan
GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis.
Spektra massa berupa fingerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel :


A. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Sampel berfasa solid dan cairan kental dipecah dalam asam pekat contohnya HNO3,
HCl, atau H2SO4. Setelah dilakukan pengenceran, sampel dapat langsung diuji dengan
flame AAS atau graphite furnace AAS.
● Flame AAS (atomisasi dengan nyala)
Suatu senyawa logam akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC. Sampel
yang berbentuk cairan akan diatomisasi dengan cara memasukkan cairan tersebut
ke dalam nyala campuran gas bakar melalui spray chamber. Pelarut organik yang
digunakan harus tidak mudah meledak, mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL,
mempunyai titik didih > 100 ºC, mempunyai titik nyala yang tinggi, dan tidak
menggunakan pelarut hidrokarbon.
● Graphite Furnace AAS (atomisasi tanpa nyala)
Sampel berupa cairan dimasukkan langsung ke dalam kuvet grafit. Kuvet
dipanaskan dengan menggunakan listrik untuk mengeringkan sampel dan
menghilangkan matriks karena atomisasi.
B. Spektrofotometri UV-VIS
Metode spektrofotometri UV-Vis hanya dapat diterapkan pada sampel larutan
dengan konsentrasi rendah sehingga perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu.
Pelarut yang digunakan harus transparan dan tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya, tidak terjadi interaksi dengan molekul
senyawa yang dianalisis, dan kemurniannya harus tinggi.

C. Spektrofotometri IR
● Untuk sampel yang berfasa cair:
Sampel ditempatkan di antara dua plat garam transparan (umumnya NaCl, KBr,
atau CaF2) dan pastikan agar tidak terdapat gelembung udara di dalamnya. Plat
ditempatkan ke dalam tempat sampel alat spektroskopi inframerah untuk
dianalisis.
● Untuk sampel yang berfasa padat:
Terdapat dua metode untuk preparasi sampel padat yaitu dengan menggunakan
Nujol mull atau pelet KBr.
a. Nujol mull
Sampel digerus dengan mortar dan alu sampai halus. Bubuk tersebut
dicampurkan dengan minyak Nujol sehingga berbentuk pasta, lalu
ditempatkan di antara dua plat NaCl. Plat tersebut kemudian ditempatkan ke
dalam tempat sampel alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.
b. Pelet KBr
Sejumlah sampel padatan digerus bersama garam murni (biasanya KBr), dan
diaduk hingga rata. Bubuk tersebut lalu ditempatkan ke dalam cetakan dan
ditekan dengan menggunakan alat penekan mekanis untuk membentuk pelet
yang tembus cahaya sehingga dapat dilewati sinar spektrometer.
● Untuk sampel yang berfasa gas:
Sampel berupa gas membutuhkan sel sampel dengan jalur yang panjang untuk
mengimbangi keadaan cairnya. Untuk menghasilkan sebuah spektrum inframerah
pada gas, dibutuhkan sebuah sel silinder dengan jendela transparan-inframerah
pada kedua ujungnya.

D. Gas Chromatography – Mass Spectrometry


Sampel yang digunakan harus mudah menguap, mudah diuapkan, dan tidak
rusak karena panas. Sampel yang tidak memenuhi syarat tersebut masih mungkin
dianalisis dengan kromatografi gas melalui perlakuan tertentu seperti
derivatisasi. Derivatisasi dilakukan untuk meningkatkan stabilitas termal dan
volatilitas suatu senyawa. Selain itu, ketika sampel diambil dengan syringe
dalam jumlah yang sedikit, syringe tidak boleh mengandung gelembung udara
yang dapat mengganggu analisis.

4. Contoh penentuan konsentrasi sampel dari masing-masing analisis :


A. Spektrofotometri Absorpsi Atom (AAS)
Untuk mengetahui konsentrasi cuplikan/sampel anda menggunakan suatu
metode yang dikenal sebagai metode adisi standar. Anda memipet 10 mL
larutan limbah yang mengandung ion Pb ke dalam lima buah labu ukur 50 mL.
Larutan standar Pb yang memiliki konsentrasi 12,5 ppm ditambahkan masing-
masing ke dalam labu ukur tersebut dalam berbagai variasi volume. Campuran
tersebut kemudian diencerkan sesuai volume labu ukur.

Data yang diperoleh sebagai berikut:

Volume sampel Pb, Volume standar Absorbansi


mL Pb, mL

10,0 0,0 0,210

10,0 10,0 0,292

10,0 20,0 0,378

10,0 30,0 0,467

10,0 40,0 0,554

Hukum Lambert Beer terdapat hubungan antara absorbansi dan konsentrasi


spesi dalam sampel. Dengan metode adisi standar ini, volume standar dan
volume sampel disebut sebagai Vs dan Vx, sedangkan konsentrasi larutan
standar dan larutan sampel disebut sebagai Cs dan Cx. Volume larutan total
dibuat tetap yaitu VT.

Jawab:
Hukum Lambert-Beer menyatakan, “Jumlah radiasi cahaya tampak
(Ultraviolet, inframerah, dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh
suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”. Hukum ini menyatakan hubungan linier antara absorbansi dan
konsentrasi suatu spesies yang menyerap cahaya dimana hukum ini umumnya
digunakan untuk analisis kimia.
Penurunan persamaan pada adisi standar dalam hukum Lambert-Beer yaitu:
A = 𝜀𝑏𝑐 (1)
A = Astandar + Asampel (2)
A =𝜀1 𝑏1 𝑐1 + 𝜀2 𝑏2 𝑐2 +. . . . + 𝜀3 𝑏3 𝑐3 (3)
Dalam teknik adisi standar, maka terdapat variabel volume yang diperhitungkan,
maka:
𝜀 𝑏𝑉𝑠 𝐶𝑠 𝜀 𝑏𝑉𝑥 𝐶𝑥
A= + (4)
𝑉𝑡 𝑉𝑡
𝜀 𝑏
Jika k = , maka
𝑉𝑡
A = 𝑘𝑉𝑠 𝐶𝑠 + 𝑘𝑉𝑥 𝐶𝑥 (5)
dengan:
A = absorbansi
ɛ = absorbsivitas molar (L/mol.cm)
Vs = volume larutan standar (L)
Cs = konsentrasi larutan standar
Vx = volume larutan sampel (L)
Cx = konsentrasi larutan sampel
VT = volume total (L)
k = konstanta

Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada
no. 1 di atas bernilai b, bagaimana anda mendapatkan persamaan untuk
menentukan konsentrasi sampel:
Cx = (a.Cs)/(b.Vx)

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, besar absorbansi berbanding lurus


dengan besar konsentrasi yang berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi begitupun sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi maka absorbansi yang dihasilkan semakin rendah juga. Pernyataan ini
menandakan bahwa hubungan antara konsentrasi terhadap absorbansi akan
menghasilkan garis linear apabila diplotkan ke dalam grafik.

A = 𝑘𝑉𝑠 𝐶𝑠 + 𝑘𝑉𝑥 𝐶𝑥 (5)

Plot As sebagai fungsi dari Vs (y = mx + b), sehingga persamaannya menjadi:


A = b𝑉𝑠 + 𝑎 (6)
dengan b adalah slope dan a adalah intersep, maka:
b = k𝐶𝑠 (7)
dan
a = k𝐶𝑥 𝑉𝑥 (8)
dengan analisa least square dapat diperoleh a dan b, kemudian perbandingan dari
nilai cs, Vx, dan Vs, maka:
𝑏 𝑘𝐶𝑠
= (9)
𝑎 𝑘𝑉𝑥 𝐶𝑥

maka penentuan Konsentrasi larutan sampel dapat ditentukan melalui 2 cara,


yaitu:

a. Rumus perhitungan Cx

Tabel Hubungan antara Volume Standar dengan Nilai Absorbansi

Volume standar (x) Absorbansi (y)

0,0 0,210

10,0 0,292

20,0 0,378

30,0 0,467

40,0 0,554

Jika data tersebut dituangkan dalam bentuk grafik, maka:


Gambar 1. Grafik Hubungan antara Absorbansi dengan Volume Standar

Berdasarkan grafik didapatkan persamaan garis yaitu y = 0,0086x + 0,2076; dengan


a = 0,2076; b = 0,008; Cs = 12,5 ppm; Vx = 10 mL.

𝑎𝐶𝑠
𝐶𝑥 = (10)
𝑏𝑉𝑥

0,2076 × 12,5 𝑝𝑝𝑚


𝐶𝑥 =
0,0086 × 10

𝐶𝑥 = 30,1744 𝑝𝑝𝑚

b. Ekstrapolasi

1) Menghitung konsentrasi larutan standar Pb 12,5 ppm dengan volume


setelah pengenceran sebesar 50 mL

● Larutan Standar Pb 0 mL

𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2

0 mL. 12,5 ppm = 50 mL. 𝑀2

𝑀2 = 0 ppm

● Larutan Standar Pb 10 mL

𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2
10 mL. 12,5 ppm = 50 mL. 𝑀2

𝑀2 = 2,5 ppm

● Larutan Standar Pb 20 mL

𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2

20 mL. 12,5 ppm = 50 mL. 𝑀2

𝑀2 = 5 ppm

● Larutan Standar Pb 30 mL

𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2

30 mL. 12,5 ppm = 50 mL. 𝑀2

𝑀2 = 7,5 ppm

● Larutan Standar Pb 40 mL

𝑉1 . 𝑀1 = 𝑉2 . 𝑀2

40 mL. 12,5 ppm = 50 mL. 𝑀2

𝑀2 = 10 ppm

2) Membuat kurva hubungan antara variasi konsentrasi larutan standar Pb setelah


pengenceran dengan nilai absorbansi dan melakukan regresi linear.
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Larutan Standar Pb dengan Nilai
Absorbansi.

3) Mengekstrapolasi persamaan garis linear ke y = 0, sehingga memotong sumbu


x.

y = 0.0345x + 0.2076

0 = 0.0345x + 0.2076

maka x = -6,0174 ppm

Pada kurva adisi standar: −𝐶𝑠 = 𝐶𝑥

Diperoleh konsentrasi 𝐶𝑠 = 6,0174 𝑝𝑝𝑚 yang merupakan konsentrasi hasil


ekstrapolasi persamaan garis linear ke y = 0. Konsentrasi Pb dalam sampel 𝐶𝑠 =
6,0174 𝑝𝑝𝑚 adalah konsentrasi hasil ekstrapolasi dikalikan dengan faktor
pengenceran, maka:

Kadar Pb dalam sampel = 𝐶𝑠 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

50 𝑚𝐿
= 6,0174 𝑝𝑝𝑚 × 10 𝑚𝐿

= 30,087 ppm

B. Spektrofotometer UV-Vis
Dik : nilai absorbansi = 0,575
𝑦 = 0,0483𝑥 + 0,1897
x = konsentrasi sampel ; y = nilai absorbansi sampel
Dit : %kadar?
Jawab :
0,575 = 0,0483𝑥 + 0,1897
𝑥 = 7,9772 𝑝𝑝𝑚

Jika pengenceran sebanyak 200 dikalikan dengan konsentrasi sampel merupakan


konsentrasi sampel sebenarnya (p), maka :
𝑝 = 200 × 7,9772 = 1595,445

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
400 𝑚𝑔
=
0,05 𝐿
= 8000 𝑝𝑝𝑚
Maka, kadar sampel sebenarnya adalah
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
= × 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1595,445 𝑝𝑝𝑚
= × 100%
8000 𝑝𝑝𝑚

= 19,915%

Jadi, kadar sampel sebenarnya adalah sebanyak 19,915%

C. Spektrofotometer IR
Analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel.
Tinggi puncak atau luas puncak spektrum IR berhubungan dengan konsentrasi
larutan. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas (absorbansi) puncak
IR berhubungan dengan konsentrasi larutannya. (Kristianingrum, 2013)
Kita dapat mencari konsentrasi analit dengan membuat plot hubungan konsentrasi
analit dengan absorbansinya. Analisis kuantitatif dapat digunakan untuk mencari
kadar komponen tunggal maupun multi komponen (satu sampel menganalisis lebih
dari satu komponen analit). Hukum Lambert-Beer juga menyatakan bahwa jika
seberkas sinar melewati suatu larutan, sebagian dari sinar akan diserap oleh larutan
dan sebagian lagi akan diteruskan. (Dachriyanus, 2004). Untuk melakukan analisis
kuantitatif, kita perlu melakukan beberapa tahap:
1. Mencari atau melakukan analisis kuantitatif spektra IR standar.
2. Mencari atau melakukan analisis kuantitatif spektra IR analit (larutan sampel
yang dicari konsentrasinya).
3. Mengkalibrasi absorbansi frekuensi tertentu terhadap konsentrasi, dengan:
a. mengukur A pada λ tertentu dari larutan yang konsentrasinya diketahui
b. mengukur A pada λ tertentu dari larutan sampel (analit) pada kondisi
sama
c. mengintrapolasikan A pada λ larutan standard analit pada kurva kalibrasi
4. Melakukan regresi linear untuk mendapatkan persamaan garis
5. Menghitung konsentrasi larutan analit melalui persamaan garis, dimana gradien
/ kemiringan (slope) merupakan ελ × b, A sebagai y, C sebagai x, dan a didapat dari
metode regresi linear menghasilkan persamaan garis y = mx + a. Hukum Lambert-
Beer menyatakan bahwa setiap unit panjang zat menyerap sinar yang melewatinya.
dP = -k.P. dP . . . (1)
dimana P merupakan intensitas sinar yang diteruskan dan Po merupakan intensitas
sinar datang. Hasil modifikasi oleh Beer menghasilkan Hukum Lambert Beer:
𝑃
log 𝑃𝑜= ελ ∙ b ∙ C . . . . (2)

dimana C merupakan konsentrasi larutan [mol/lt], ελ merupakan absorbtivitas


molar pada panjang gelombang λ, b merupakan tebal kuvet. Absorbtivitas molar
(ελ) bergantung panjang gelombang yang digunakan.
𝑃 𝑃
log berbanding langsung dengan konsentrasi. log dapat diplot terhadap C
𝑃𝑜 𝑃𝑜
menurut Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh garis lurus dengan slope atau
kemiringan (ελ × b). Karena analisis dilakukan melalui alat optic, maka dikenal
𝑃 𝑃
besaran transmisi, T =𝑃𝑜 dan absorbansi A =𝑃𝑜. Sehingga, kita akan mendapat
persamaan Lambert Beer:

A = ελ∙b ∙ C . . . . (3)
D. GCMS
Berikan contoh perhitungan dengan metode GC yang melibatkan parameter
penting; resolusi kolom, jumlah piringan rata-rata, tinggi piringan, penentuan
konsentrasi sampel, perubahan panjang kolom, dan waktu elusi pada resolusi (Rs)
= 1,5.
Jawab :
Contoh soal:

Terdapat suatu campuran yang mengandung metil propionat dan metil n-butirat.
Campuran tersebut dianalisis dengan metode GC. Data pengamatan yang diperoleh,
yaitu :
● Dari 5 𝜇L larutan standar metil propionat dan metil n-butirat masing-masing
menunjukkan puncak pada 3,4 dan 8,2 menit.
● Sebanyak 5 𝜇L dari campuran sampel standar menghasilkan data sebagai
berikut:

Data volume sampel (mL) dan tinggi puncak (mm)

No Metil-Propionat (mL) Metil Butirat (mL) Tinggi puncak (mm)

1 0.1 1.9 3.75

2 0.2 1.8 7.50

3 0.3 1.7 11.25

4 0.4 1.6 15

5 0.5 1.5 18.75

• Hasil injeksi 5 μL sampel yang tidak diketahui diamati dengan cara yang
sama dengan stampel standar. Hasil pemgamatan yang diperoleh yaitu
adanya puncak pada 3,4 menit dengan tinggi senilai 12,5 mm.
▪ Pada salah satu campuran standar yang digunakan dapat diperoleh data
lebar dasar puncak pada metil propionat dan metil n-butirat, yaitu 1,45
menit dan 3,65 menit.

Cara menentukan:
d.1) Kandungan senyawa metil propionat dalam sampel tersebut
Pada data diatas, kromatogram dari larutan standar dapat diplot menjadi sebuah
grafik. Persamaan ini berupa persamaan garis lurus yaitu: y = m x + b
dengan y = Tinggi puncak dan x = persen metil propionat

Senyawa yang bertindak sebagai analit adalah senyawa etanol, dan konsentrasi
dinyatakan dalam persen volume (%V). Dari data %V dan tinggi puncak dapat
dibuat suatu kurva kalibrasi, dengan data :

Gambar 3. Kurva Kalibrasi antara tinggi puncak dan persentase volume metil
propanoat

Melalui perhitungan, persamaan garis lurus menjadi:

𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎

𝑦 = 0,75𝑥
Pada saat waktu retensi sebesar 3,4 menit diperoleh tinggi puncak 12,5 mm.
Sehingga, nilai ini dapat dimasukkan ke dalam persamaan. Tinggi puncak
digunakan sebagai y.
12,5 = 0,75𝑥

𝑥 = 16,67%

Didapatkan nilai x atau nilai konsentrasi metil propionat dalam larutan standar
sebesar 16,67%. Diketahui bahwa larutan standar memiliki volume 5𝜇𝐿. Sehingga,
volume metil butirat dalam sampel ialah:

𝑉 = 16,67% × 5𝜇𝐿

= 0,8335 𝜇𝐿

Jadi, konsentrasi senyawa metil propionat dalam sampel adalah sebesar 16,67%
dengan volume 0,833 5 μL metil propionat dari 5 μL larutan sampel.

d.2) Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]


2 [(𝑡𝑅)𝐵 − (𝑡𝑅)𝐴]
𝑅=
𝑊𝐵 + 𝑊𝐴

Pada kasus diatas, diketahui data sebagai berikut:

➢ Waktu retensi larutan standar metil propionat (trA) = 3,4 menit


➢ Waktu retensi larutan standar metil butirat (trB) = 8,2 menit
➢ Lebar dasar puncak metil propionat, (WA) = 1,45 menit
➢ Lebar dasar puncak metil butirat, (WB) = 3,65 menit

Menggunakan persamaan (5) maka nilai resolusi dapat diketahui sebagai berikut:
2 [(𝑡𝑅)𝐵 − (𝑡𝑅)𝐴]
𝑅=
𝑊𝐵 + 𝑊𝐴
2 (8,2−3,4) 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
(1,45 + 3,65) 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

9,6
=
5,1

= 1,88

Jadi, resolusi kolomnya adalah sebesar 1,88.

d.3) Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)


Diketahui :

➢ trA = 3,4 menit


➢ trB = 8,2 menit
➢ WA = 1,45 menit
➢ WB = 3,65 menit

Dari data-data tersebut, nilai jumlah piringan rata-rata (N) dapat dicari dengan
melakukan 3 tahap, yaitu dengan mencari data :

(1) Jumlah piringan rata-rata (N) Metil Propionat

2
(𝑡𝑅 )𝐴
𝑁𝐴 = 16 ( )
𝑊𝐴
3,4 2
= 16 ( )
1,45

= 16 × 5,49
= 87,97 ≈ 88
(2) Jumlah piringan yang dibutuhkan metil butirat (NB)
2
(𝑡𝑅 )𝐵
𝑁𝐵 = 16 ( )
𝑊𝐵
8,2 2
= 16 ( )
3,65

= 16 × 5,05
= 80,75 ≈ 81
(3) Jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan ialah:

88 + 81
𝑁 =
2
= 84,5
Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 84,5 atau sekitar 85
piringan.
d.4) Tinggi Piringan
Asumsi panjang kolom (L) yang digunakan adalah 25 m dengan N = 84,5 piringan,
tinggi piringannya adalah
𝐿
𝐻=
𝑁
25 𝑚
𝐻=
84,5 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

𝐻 = 0.296 𝑚
Jadi, tinggi piringannya adalah 0,296 m.

d.5) Panjang kolom jika resolusi 1.5


Pada persamaan resolusi :

√𝑁 𝛼 − 1 𝑘𝐵
𝑅𝑠 = ( )( )
4 𝛼 1 + 𝑘𝐵
k dan α tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N, sehingga
kita bisa anggap k dan α akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah, maka yang
mempengaruhi adalah akar dari jumlah piringannya, sehingga didapat persamaan

( 𝑅𝑠 ) 1 √𝑁1
( 𝑅𝑠 ) 2
=
√𝑁2

Dengan (𝑅𝑆)1 = 1,88, (𝑅𝑆)2 = 1,5 , N1 = 88 piringan, dan N2 adalah jumlah


piringan yang akan dicari. Apabila kita substitusikan akan diperoleh:

1,88
= √84,5
1,5 √𝑁2

2
√84,5 × 1,5
𝑁2 = ( )
1,88

𝑁2 = 53,8 ∼ 54 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Dengan diketahuinya jumlah piringan, kita bisa menentukan berapa panjang
kolomnya bila resolusi menjadi 1,5 dengan tinggi piringan tetap (H = 0.296 m)

𝐿2
𝑁2 =
𝐻
𝐿2 = 𝑁2. 𝐻
𝐿2 = 54 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 × 0,296 𝑚
𝐿2 =15,984 m
Sehingga, panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapkan 1,5 adalah
15,984m.
d.6) Waktu elusi senyawa metil propionat yang diperlukan pada panjang
kolom tersebut
Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu elusi setelah kolom
diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi kolomnya. Dari
penurunan persamaan resolusi, diperoleh hubungan antara waktu retensi dengan
resolusi sebagai

16𝑅𝑠2 𝐻 𝛼 2 (1 + 𝑘 )3
𝐵
(𝑡𝑅 )𝐵 = ( )
𝑢 𝛼−1 (𝑘 )2 𝐵
2
(𝑅𝑠 ) 2
(𝑡𝑅 )2 = 2
(𝑡𝑅 )1
(𝑅𝑠 ) 1
2
(1,5)
(𝑡𝑅 )2 = 2 3,4 menit
(1,88)

(𝑡𝑅 )2 = 2,16 menit


Sehingga, pada kolom yang telah diperpanjang, waktu elusinya adalah 2,16 menit.

Anda mungkin juga menyukai