A = εbc
Dimana:
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)
b = lebar celah (cm)
c = konsentrasi (M)
Cara Kerja Spektrofotometer serapan
atom
Cara kerja SSA
• sinar yang berasal dari lampu katoda dengan panjang gelombang yang sesuai
dengan unsur yang uji, akan dilewatkan kepada atom dalam nyala api sehingga
elektron pada kulit terluar dari atom naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi.
• Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom ground state
yang berada dalam nyala
• Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian
diubah menjadi sinyal yang terukur.
• Sinar yang diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut emisi.
• hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari hukum Lambert-Beer yang
menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara AAS.
Rekorder • Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan
secara otomatis kurva absorpsi.
• Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Tabung Gas Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± K.
merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau
sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
Ducting cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
Kompresor untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu
pembakaran atom
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian
Buangan pada AAS rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi
dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel,
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
METODE ANALISA
• dibuat seri larutan standard
dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan
tersebut diukur dengan SSA.
Selanjutnya membuat grafik
antara konsentrasi (C) dengan
• Metode ini sangat Absorbansi (A) yang akan • Metode ini dipakai secara
praktis karena hanya merupakan garis lurus luas karena mampu
menggunakan satu melewati titik nol dengan meminimalkan kesalahan
larutan standar yang slope = ε. B atau slope = a.b, yang disebabkan oleh
telah diketahui konsentrasi larutan sampel perbedaan kondisi
konsentrasinya (Cstd). diukur dan diintropolasi ke lingkungan (matriks)
dalam kurva kalibrasi atau di sampel dan standar.
Metode standar tunggal, masukkan ke dalam
persamaan regresi linear
pada kurva kalibrasi Metode adisi standart,
Preparasi Sampel
Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker dan ditambahkan sebanyak 5 mL HNO3(p) lalu
diaduk sampai tercampur. Kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga volume sampel menjadi 20 mL,
dimasukkan ke dalam vial 30 mL dengan menggunakan corong kaca melalui kertas saring.
Analisis Kualitatif Kandungan Logam Tembaga (Cu)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan sampel kemudian diteteskan larutan ammonia bila
ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga terbentuk endapan biru suatu garam basa.
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan sampel kemudian diteteskan natrium hidroksida, sehingga
terbentuk endapan biru.
Berdasarkan hasil tabel di atas, di dapatkan nilai RSD untuk logam tembaga (Cu) sebesar 2,30% dan untuk
logam timbal (Pb) sebesar 5,08%. Hal tersebut menunjukkan bahwa uji presisi metode untuk pengujian logam
tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dengan menggunakan metode AAS memenuhi syarat. Hal ini mengacu pada
Handbook of Pharmaceutical yang menyatakan nilai RSD ≤ 20,0%.
Hasil Uji Akurasi
Pada penelitian kali ini dilakukan Uji akurasi (ketepatan) dilakukan dengan pengukuran larutan standar 0,2;
0,4; 0,6 ppm untuk logam tembaga (Cu) dan untuk logam timbal (Pb). Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan. Sehingga diperoleh % recovery dari masing-masing pengukuran. Didapatkan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil Tabel 9 dan Tabel 10 di atas, didapatkan nilai % perolehan kembali untuk logam tembaga
(Cu) sebesar 95,25%-116,2% dan untuk logam timbal (Pb) sebesar 87,15%-106,97%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa uji akurasi metode untuk pengujian logam tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dengan
menggunakan metode SSA memenuhi syarat. Hal ini mengacu pada Handbook of Pharmaceutical yang
menyatakan nilai % perolehan kembali 80,0% - 120,0%.
Hasil Batas Deteksi (Limit Of Detection/LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit Of Quantification/LOQ)
Pada penelitian kali ini penentuan LOD dan LOQ dilakukan dengan mengukur deret standar sebanyak 7
serial standar yang diukur sebanyak 3 kali ulangan. Dari 7 serial standar tersebut, didapatkan intersep dan
slope pada masing-masing persamaan garis. Selanjutnya dilakukan pengukuran larutan standar 0,8 ppm
yang diukur sebanyak 20 kali ulangan, didapatkan standar deviasi. Didapatkan hasil nilai batas deteksi untuk
logam tembaga (Cu) sebesar 0,5430 dan batas kuantifikasi sebesar 1,6455 dengan nilai SD 0,0279 dan nilai
b 0,1699. Sedangkan nilai batas deteksi untuk logam timbal (Pb) sebesar 5,4807 dan batas kuantifikasi
16,6083 dengan nilai SD 0,0345 dan nilai b 0,0208.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Semua sampel air mengandung logam tembaga (Cu) dan hanya sampel nomor 310 saja yang
mengandung logam timbal (Pb).
b. Kadar logam tembaga (Cu) tertinggi pada sampel nomer 4. Kadar logam tersebut tidak melewati batas
maksimum yang diperbolehkan, sedangkan kadar logam timbal (Pb) tertinggi pada sampel nomer 7.
Kadar logam tersebut melewati batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
c. Hasil uji verifikasi metode yaitu linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ semua memenuhi syarat. Dengan
nilai % perolehan kembali berkisar 87,15%106,97% untuk logam timbal (Pb) dan 95,25%-116,2% untuk
logam tembaga (Cu). % RSD yang sebesar 5,0810% untuk logam timbal (Pb) dan 2,3053% untuk logam
tembaga (Cu). Limit deteksi dan limit kuantifikasi berturut-turut sebesar 5,4807 dan 16,6083 untuk logam
timbal (Pb) dan sebesar 0,5430 dan 1,6455 untuk logam tembaga (Cu).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang
ditunjukkan pada tabel 1.
Populasi dalam peneltian ini adalah sarden, kornet, susu, sari buah dan minuman berkarbonasi dalam
kemasan kaleng yang dijual di pasar modern dan pasar tradisional wilayah Mulyosari Surabaya. Sampel
dalam penelitian ini adalah makanan dan minuman kaleng yang diambil 3 macam makanan dan minuman
kaleng pada Setiap toko. Jadi besar sampel seluruhnya adalah 30 sampel. Pemeriksaan sampel dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Surabaya. Sampel merupakan makanan dan minuman kaleng dengan masa
simpan baru (< 1 tahun). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Spektrofotometri Serapan
Atom, peralatan gelas laboratorium, neraca analitik, hot plate stirer, kertas saring Whatman no 42. Bahan-
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan standar Pb(NO3)2 (Merk), larutan standar
CdCl2.2H20 (Merck), larutan standar ZnSO4 (Merk), larutan HNO3 65% (Merk), sarden, kornet, susu kental
manis, minuman sari buah dan minuman berkarbonasi, aquades.
Proses Destruksi (Aminah dkk, 2017)
Preparasi sampel yaitu dengan cara ditimbang 10 gram sampel makanan dan minuman kaleng, dimasukkan
ke dalam gelas kimia 100 mL ditambahkan 15 mL larutan HNO3 65% dan dipanaskan di atas hot plate pada
suhu 2500C selama 16 jam. Setelah itu sampel di tanur pada suhu 300OC selama 4 jam. Kemudian hasil
sampel yang sudah di tanur diencerkan dengan air suling hingga 50 mL ke dalam labu takar kemudian
disaring menggunakan kertas saring Whatman. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk analisis logam Pb,
Cd dan Zn.
Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar Cd
Larutan stok Cd 1000 ppm dipipet sebanyak 5 mL, diencerkan dengan HNO3 65% hingga 50 mL
didapatkan larutan standar Cd 100 ppm. Kemudian dipipet 10 mL larutan standar Cd 100 ppm,
diencerkan dengan HNO3 65% hingga 100 mL didapatkan larutan standar Cd 10 ppm. Kemudian
dibuat larutan standar logam Cd 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; dan 1,0 ppm dan 20 ppm yaitu dipipet masing
– masing 0,25; 0,5; 1; 2,5; dan 5 mL larutan standar 10 ppm, diencerkan dengan HNO3 65%
hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; dan 1,0 ppm setelah itu diukur
absorbansi larutan standar logam Cd pada panjang gelombang 228,8 nm menggunakan
Spektrofotometri Serapan Atom. Kemudian Dibuat kurva kalibrasi larutan standar Cd dan hitung
konsentrasi Cd pada larutan sampel.
Pengolahan Data Teknik yang digunakan dalam analisis ini adalah metode kurva kalibrasi. Kurva standar,
dimana terdapat hubungan Konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A). Maka nilai yang dapat di ketahui adalah
nilai Slope dan Intersep. Kemudian nilai konsentrasi sampel dapat diketahui dengan memasukkan ke dalam
persamaan regresi linear dengan menggunakan hukum LambertBeer yaitu: Y = ax + b Keterangan: Y =
Absorbansi Sampel x = Konsentrasi sampel a = Slope b = Intersep Dari perhitungan regresi linear, maka dapat
diketahui kadar dari sampel
KESIMPULAN
1. Tidak terdeteksi adanya cemaran Cd pada sampel makanan dan minuman kaleng, Terdeteksi adanya
cemaran PB dan Zn pada sampel makanan dan minuman kaleng. Semua sampel masih memenuhi
persyaratan SNI dan BPOM
2. Kadar logam Timbal (Pb) pada sampel makanan dan minuman kaleng adalah 0.01 mg/kg, 0.018 mg/kg,
0.026 mg/kg, 0.012 mg/kg, 0.027 mg/kg, 0.027 mg/kg, 0.018 mg/kg, 0.015 mg/kg, 0.024 mg/kg dan
0.019 mg/kg, sementara itu cemaran Zn adalah 0.188 mg/kg, 0.169 mg/kg, 0.193 mg/kg, 0.184 mg/kg,
0.129 mg/kg, 0.105 mg/kg, 0.107 mg/kg, 0.098 mg/kg, 0.176 mg/kg, 0.152 mg/kg. Semua sampel
makanan dan minuman kaleng masih layak untuk dikonsumsi
3. Kadar cemaran logam berat Pb dan Zn pada sampel makanan dan minuman kaleng dari pasar tradisional
lebih tinggi daripada sampel makanan dan minuman kaleng dari pasar modern.
https://www.youtube.com/watch?v=nahkF2t_FWU
Terima Kasih