Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH

AUDIT DAN ASURANS

SA 530, SA 540 & SA 550

OLEH:

KELOMPOK 3

IDA BAGUS PRAMAYOGA (2007612005)

A.A. SG. INTAN PRATIVI SETIAWAN (2007612006)

PROGRAM PPAK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
1. Standar Audit (SA) 530 Sampling Audit
1.1 Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-Unsur Sampel untuk Diuji
a) Ketika merancang suatu sampel audit , auditor harus mempertimbangkan tujuan
prosedur audit da karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu sampel yang akan
diambil .
b) Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risiko
sampling sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima.
c) Auditor harus memilih unsur – unsur yang akan menjadi sampel sedemikian rupa
sehingga setiap unit sampling dalam populasi memiliki suatu peluang yang sama untuk
dipilih .
1.2 Pelaksanaan Prosedur Audit
a) Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang hendak
dicapai atas setiap unsur yang dipilih.
b) Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor harus
melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti.
c) Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai, terhadap
suatu unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal
pengujian pengendalian) atau suatu kesalahan penyajian (dalam hal pengujian rinci).
1.3 Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Kesalahan Penyajian
a) Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan
penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap
tujuan prosedur audit tersebut dan terhadap area audit lainnya.
b) Dalam kondisi tertentu yang sangat jarang, ketika auditor mempertimbangkan bahwa
suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang ditemukan dalam suatu sampel
adalah suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat kepastian semacam itu
bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan.
1.4 Memproyeksikan Kesalahan Penyajian
Untuk pengujian rinci, auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang
ditemukan dalam sampel ke populasi.
1.5 Ketentuan
Auditor harus menilai:
a) Hasil sampel; dan
b) Apakah penggunaan sampling audit telah menyediakan basis yang wajar untuk
penarikan kesimpulan tentang populasi yang telah diuji.
1.6 Metode Pemilihan Sampel
Ada banyak metode untuk memilih sampel. Metode-metode utama adalah sebagai berikut:
a) Pemilihan acak (diterapkan melalui pencipta angka acak atau random number
generators, sebagai contoh, tabel angka acak atau random number tables).
b) Pemilihan sistematik, yang di dalamnya jumlah unit sampling dalam populasi
dibagi dengan ukuran sampel untuk memperoleh suatu interval sampling, sebagai
contoh 50, dan setelah menetapkan suatu titik awal dalam 50 unit sampling yang
pertama, maka setelah itu setiap sampling unit yang ke 50 akan dipilih. Meskipun
titik awal dapat ditentukan secara sembarang, pemilihan sampel akan lebih acak
jika diambil dengan menggunakan pencipta angka cak dengan komputer
(computerized random number generator) atau tabel angka acak (random number
tables) Ketika menggunakan pemilihan sistematik, auditor perlu menentukan
bahwa unit sampling dalam populasi tidak tersusun sedemikian rupa sehingga
interval sampling sesuai dengan suatu pola tertentu dalam populasi.
c) Sampling Unit Moneter (monetary unit sampling) adalah suatu jenis pemilihan
nilai tertimbang (seperti dijelaskan dalam Lampiran 1) yang di dalamnya ukuran
sampel, pemilihan, dan mengevaluasi hasilnya dalam menarik kesimpulan jumlah
moneter.
d) Pemilihan sembarang, yang di dalamnya auditor melakukan pemilihan sampel
tanpa melalui suatu teknik yang terstruktur. Meskipun tidak menggunakan suatu
teknik yang terstruktur, auditor wajib menghindari keberpihakan yang disengaja
atau yang dapat diprediksi (sebagai contoh, menghindari kesulitan dalam
menemukan unsur, atau selalu memilih atau menghindari entri di awal atau di akhir
halaman) dan dengan demikian memastikan bahwa semua unsur yang terdapat
dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan sembarang
tidak tepat ketika menggunakan sampling statistik.
e) Pemilihan secara blok melibatkan pemilihan suatu blok yang tersusun atas unsur-
unsur yang letaknya berdekatan dalam populasi. Pemilihan secara blok biasanya
tidak dapat digunakan dalam sampling audit karena sebagian besar populasi
tersusun sedemikian rupa sehingga unsur-unsur dalam sebuah urutan dapat
diharapkan memiliki karakteristik yang sama di antara mereka, tetapi berbeda dari
unsur-unsur lain dalam populasi. Walaupun dalam beberapa kondisi mungkin
merupakan prosedur audit yang tepat untuk memeriksa suatu blok unsur, teknik
pemilihan sampel semacam ini akan sangat jarang digunakan jika auditor
bermaksud menarik kesimpulan yang valid tentang keseluruhan populasi
berdasarkan sampel tersebut.

2. Standar Audit (SA) 540 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi
Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
2.1 Pendahuluan
Standar Audit (”SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas estimasi
akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutan dalam suatu audit atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini
memperluas tentang bagaimana SA 315 dan SA 330 serta SA-SA lain yang relevan
diterapkan dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi. SA ini juga mencakup
ketentuan dan panduan atas kesalahan penyajian estimasi akuntansi secara individual,
dan indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen. SA 540 ini berlaku
efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.
Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan.
Tujuan pengukuran untuk beberapa estimasi akuntansi adalah untuk memprakirakan
hasil dari satu atau lebih transaksi, peristiwa, atau kondisi yang menimbulkan
kebutuhan untuk estimasi akuntansi. Untuk estimasi akuntansi lain, termasuk estimasi
akuntansi nilai wajar, tujuan pengukurannya berbeda dan dinyatakan dalam satuan nilai
transaksi kini atau unsur laporan keuangan berdasarkan pada kondisi yang umum pada
saat pengukuran. Sebagai contoh, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku mungkin
mensyaratkan pengukuran nilai wajar berdasarkan suatu asumsi transaksi hipotetis kini
antara pihak yang mau dan berpengetahuan (kadang-kadang disebut sebagai “peserta
pasar” atau yang setara) dalam suatu transaksi antarpihak yang independen, bukan
penyelesaian suatu transaksi pada waktu yang lalu atau di masa depan.
2.2 Ketentuan
1) Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang Berkaitan
Pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas sebagaimana yang diharuskan,
maka auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas hal-hal di bawah ini untuk
menyediakan suatu basis untuk mengidentifikasi dan menentukan estimasi
akuntansi:
a) Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap
estimasi akuntansi termasuk pengungkapannya
b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi tersebut
yang mungkin menimbulkan perlunya estimasi akuntansi diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan. Auditor harus meminta keterangan
kepada manajemen tentang perubahan dalam kondisi yang dapat menyebabkan
timbulnya estimasi akuntansi baru, atau perlunya untuk merevisi estimasi
akuntansi yang ada
2) Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
sebagaimana diharuskan oleh SA 315, auditor harus mengevaluasi derajat
ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi akuntansi. Auditor
harus menentukan apakah menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang
telah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat
menimbulkan risiko signifikan.
3) Respons Terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah Dinilai
Auditor Berdasarkan penilaian risiko salah material, auditor harus menentukan:
a) Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, yang relevan terhadap estimasi akuntansi
b) Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah
diterapkan secara konsisten, dan apakah perubahan, jika ada, dalam estimasi
akuntansi atau dalam metode untuk membuat estimasi tersebut dari periode lalu
sudah tepat dan sesuai dengan kondisi yang bersangkutan.
4) Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespons Risiko Signifikan
Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, sebagai tambahan
terhadap prosedur substantif yang dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan SA
330, auditor harus mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:
a) Bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi atau hasil alternatif, dan
alasan penolakan terhadap asumsi atau hasil alternatif tersebut
b) Apakah suatu asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen adalah wajar
c) Jika relevan terhadap kewajaran dari asumsi signifikan yang digunakan oleh
manajemen atau penerapan dengan tepat kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku
5) Pengevaluasian atas Kewajaran Estimasi Akuntansi dan Penentuan Kesalahan
Penyajian
Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, atau disajikan salah
6) Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
pengungkapan dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi
telah sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Untuk
estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
7) Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen
Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh
manajemen dalam membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada
indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen.
8) Representasi Tertulis
Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin
bahwa asumsi signifikan yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah
wajar.
9) Dokumentasi
Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:
a) Basis kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi akuntansi dan
pengungkapannya yang menimbulkan risiko signifikan; dan
b) Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada.
2.3 Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
1) Sifat Estimasi Akuntansi
Beberapa estimasi akuntansi melibatkan ketidakpastian estimasi yang secara
relatif rendah dan mungkin menimbulkan risiko kesalahan penyajian rendah, sebagai
contoh: Estimasi akuntansi yang timbul dalam entitas yang melakukan bisnis yang
tidak kompleks. Namun, untuk beberapa estimasi akuntansi, mungkin terdapat
ketidakpastian yang relatif tinggi, terutama jika estimasi tersebut didasarkan pada
asumsi signifikan, sebagai contoh: Estimasi akuntansi yang berkaitan dengan hasil
dari suatu tuntutan pengadilan.
2) Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang Berkaitan
Prosedur penilaian risiko membantu auditor dalam mengembangkan suatu
harapan tentang sifat dan jenis estimasi akuntansi yang kemungkinan dimiliki
oleh entitas. Pertimbangan utama auditor adalah apakah pemahaman yang
diperoleh cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi, dan untuk merencanakan
sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut. Kerangka pelaporan keuangan
mungkin menyediakan panduan bagi manajemen untuk menentukan estimasi tunggal
di mana terdapat alternatif. Sebagai contoh, beberapa kerangka pelaporan keuangan
mengharuskan estimasi tunggal yang dipilih merupakan alternatif yang
mencerminkan pertimbangan manajemen tentang hasil yang paling mungkin.
3) Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Tingkat ketidakpastian estimasi yang berhubungan dengan estimasi akuntansi
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a) Luasnya ketergantungan estimasi akuntansi terhadap pertimbangan
b) Sensitivitas estimasi akuntansi terhadap perubahan asumsi
c) Keberadaan teknik pengukuran yang diakui dapat memitigasi ketidakpastian
estimasi (meskipun subjektivitas asumsi yang digunakan sebagai masukan dapat
menimbulkan ketidakpastian estimasi)
d) Panjangnya periode prakiraan, dan data yang relevan yang ditarik dari peristiwa
masa lalu untuk memprakirakan peristiwa masa depan
e) Ketersediaan data andal dari sumber eksternal
f) Luasnya masukan yang dipakai sebagai basis estimasi akuntansi, apakah dapat
diobservasi atau tidak dapat diobservasi.
4) Repons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah Dinilai
Maupun dalam kombinasi untuk merespons risiko kesalahan penyajian material
dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Sifat estimasi akuntansi, termasuk apakah estimasi tersebut timbul dari transaksi
rutin atau nonrutin.
b) Apakah prosedur tersebut diharapkan secara efektif menyediakan bukti audit yang
cukup dan tepat bagi auditor.
c) Risiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan, termasuk apakah risiko
yang telah ditentukan tersebut merupakan suatu risiko signifikan.
5) Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespons Risiko Signifikan
Dalam audit atas estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan,
prosedur substantif lebih lanjut difokuskan pada evaluasi tentang:
a) Bagaimana manajemen telah menilai dampak ketidakpastian estimasi terhadap
estimasi akuntansi, dan dampak ketidakpastian tersebut terhadap ketepatan
pengakuan estimasi akuntansi tersebut dalam laporan keuangan; dan
b) Kecukupan pengungkapan yang bersangkutan.
6) Pengevaluasian atas Kewajaran Estimasi Akuntansi dan Penentuan Kesalahan
Penyajian
Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor dapat menyimpulkan bahwa
bukti estimasi akuntansi berbeda dari estimasi manajemen. Jika bukti audit mendukung
suatu estimasi manajemen, perbedaan antara estimasi auditor dan estimasi manajemen
merupakan suatu kesalahan penyajian. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan
estimasi kisaran menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat, estimasi yang berada
di luar estimasi kisaran akan tidak didukung oleh bukti audit. Dalam kasus ini
kesalahan penyajian tidak lebih rendah daripada perbedaan antara estimasi manajemen
dan angka terdekat dari estimasi kisaran.
7) Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi
Dalam kaitannya dengan estimasi akuntansi yang memiliki risiko signifikan,
bahkan ketika pengungkapannya sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengungkapan ketidakpastian estimasi
adalah tidak memadai dalam hubungannya dengan kondisi dan fakta yang
bersangkutan. Pentingnya evaluasi auditor atas kecukupan pengungkapan kebijakan
estimasi meningkat seiring dengan makin besarnya kisar hasil dari estimasi akuntansi
sehubungan dengan materialitas. Dalam beberapa kasus, auditor dapat
mempertimbangkan untuk mendorong manajemen untuk menjelaskan, dalam catatan
atas laporan keuangan, kondisi yang berkaitan dengan ketidakpastian estimasi. SA
70525 menyediakan panduan atas implikasi terhadap opini auditor jika auditor percaya
bahwa pengungkapan manajemen tentang ketidakpastian estimasi dalam laporan
keuangan tidak cukup atau menyesatkan.
8) Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen
Selama audit, auditor mungkin sadar atas pertimbangan dan keputusan yang
dibuat oleh manajemen yang menimbulkan indikator tentang kemungkinan
keberpihakan manajemen. Indikator tersebut dapat berdampak terhadap kesimpulan
auditor tentang apakah penilaian risiko auditor dan respons yang berkaitan masih tepat,
dan auditor mungkin perlu mempertimbangkan implikasi atas sisa auditnya. Lebih
lanjut, hal itu juga berdampak terhadap evaluasi auditor tentang apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, sebagaimana
dibahas dalam SA 700.
9) Representasi Tertulis
SA 580 membahas penggunaan representasi tertulis. Tergantung pada sifat,
materialitas, dan luas ketidakpastian estimasi, representasi tertulis tentang estimasi
akuntansi yang diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan dapat mencakup
representasi:
a) Tentang ketepatan proses pengukuran, termasuk asumsi dan model yang berkaitan,
yang digunakan oleh manajemen dalam menentukan estimasi akuntansi dalam
konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan konsistensi dalam
penerapan proses tersebut.
b) Bahwa asumsi secara tepat mencerminkan maksud dan kemampuan manajemen
untuk melaksanakan serangkaian kegiatan atas nama entitas, yang relevan dengan
estimasi akuntansi dan pengungkapan.
c) Pengungkapan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi adalah lengkap dan tepat
berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
d) Bahwa tidak ada peristiwa kemudian yang memerlukan penyesuaian atas estimasi
akuntansi dan pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
10) Dokumentasi
Dokumentasi atas indikator dari kemungkinan keberpihakan manajemen yang
teridentifikasi selama audit membantu auditor dalam menyimpulkan apakah penilaian
risiko yang dilakukan auditor dan respons yang bersangkutan masih tepat, dan dalam
mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material. Lihat paragraf A125 untuk contoh indikator atas kemungkinan
keberpihakan manajemen.
2.4 Pengukuran dan Pengungkapan Niali Wajar Berdasarkan Kerangka Pelaporan
Keuangan yang Berbeda
Tujuan lampiran ini adalah hanya untuk menyediakan suatu pembahasan tentang
pengukuran nilai wajar dan pengungkapannya berdasarkan kerangka pelaporan keuangan
yang berbeda, untuk latar belakang dan konteks.
a) Kerangka pelaporan keuangan yang berbeda mengharuskan atau mengizinkan suatu
variasi pengukuran nilai wajar dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Kerangka
tersebut juga bervariasi dalam tingkat panduan yang disediakan sebagai basis
pengukuran aset dan liabilitas atau pengungkapan yang bersangkutan. Beberapa
kerangka pelaporan keuangan memberikan panduan yang bersifat preskriptif,
sedangkan kerangka pelaporan keuangan lainnya memberikan panduan yang bersifat
umum, dan beberapa kerangka yang lain tidak memberikan panduan sama sekali.
b) Definisi nilai wajar dapat berbeda di antara kerangka pelaporan keuangan, atau untuk
aset, liabilitas, atau pengungkapan yang berbeda dalam suatu kerangka tertentu.
Sebagai contoh Standar Akuntansi Keuangan No. 5528 mendefinisikan nilai wajar
sebagai “jumlah untuk itu suatu aset dapat ditukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan,
di antara pihak yang berpengetahuan dan mau dalam suatu transaksi independen.”
Konsep nilai wajar biasanya mengasumsikan suatu transaksi kini, bukan penyelesaian
pada tanggal di masa lalu atau masa depan. Oleh karena itu, proses pengukuran nilai
wajar akan merupakan suatu pencarian untuk harga estimasian yang pada harga itu
transaksi tersebut akan terjadi.
2.5 Prelevansi Pengukuran Nilai Wajar
Pengukuran dan pengungkapan berdasarkan nilai wajar menjadi meningkat
prevalensinya dalam kerangka pelaporan keuangan. Nilai wajar dapat terjadi dalam, dan
berdampak terhadap penentuan, laporan keuangan dalam beberapa cara, termasuk
pengukuran pada nilai wajar sebagai berikut:
a) Aset atau liabilitas spesifik, seperti surat-surat berharga atau liabilitas untuk
menyelesaikan kewajiban berdasarkan suatu instrumen keuangan, atau di mark-to-
market secara rutin atau periodik.
b) Komponen ekuitas spesifik, sebagai contoh ketika akuntansi untuk pengakuan,
pengukuran, dan penyajian instrumen keuangan tertentu dengan fitur ekuitas, seperti
convertible bond oleh pemegang obligasi ke dalam saham biasa entitas penerbit.
c) Aset atau liabilitas spesifik yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis.

3. Standar Audit (SA) 550 Pihak Berelasi


3.1 Pendahuluan
Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan.
anyak transaksi pihak berelasi merupakan hal yang normal dalam bisnis. SA ini berlaku
efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten Dalam kondisi
seperti itu, transaksi tersebut kemungkinan tidak membawa risiko kesalahan
penyajian material yang lebih tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi sama
dengan pihak tidak-berelasi. Namun, sifat hubungan dan transaksi pihak berelasi,
dalam beberapa kondisi, menimbulkan risiko kesalahan penyajian material yang lebih
tinggi dalam laporan keuangan daripada transaksi dengan pihak tidak-berelasi. Sebagai
contoh: Pihak-pihak berelasi dapat beroperasi melalui suatu hubungan dan struktur
yang luas dan kompleks, dengan suatu peningkatan yang sejalan dalam kompleksitas
transaksi pihak berelasi.
3.2 Tujuan
Tujuan auditor adalah:
1) Terlepas apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan
ketentuan pihak berelasi, memperoleh suatu pemahaman tentang hubungan dan
transaksi pihak berelasi untuk dapat :
a) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang timbul dari
hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan dengan pengidentifikasian
dan penilaian risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan; dan
b) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah laporan
keuangan, sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi pihak berelasi
tersebut.
2) Di samping itu, jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak
berelasi, memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah hubungan dan
transaksi pihak berelasi telah dengan tepat diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut
3.3 Definisi
1) Transaksi wajar (arm’s length transaction): Suatu transaksi yang dilaksanakan
berdasarkan ketentuan dan kondisi antara seorang pembeli yang bersedia dan
seorang penjual yang bersedia yang tidak berhubungan dan yang bertindak secara
independen satu dengan lainnya serta berusaha untuk mewujudkan kepentingan terbaik
mereka masing-masing.
2) Pihak berelasi: Suatu pihak yang berupa :
a) Suatu pihak berelasi sebagaimana didefinisikan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku; atau
b) Bilamana kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan minimal
atau tidak ada ketentuan pihak berelasi
3.4 Ketentuan
1) Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait
Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait yang SA 315
dan SA 240 mengharuskan auditor untuk melaksanakannya selama audit,7 auditor harus
melaksanakan prosedur audit dan aktivitas terkait yang ditetapkan untuk memperoleh
informasi relevan guna mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang
berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
2) Pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material terkait dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi dan menentukan apakah di antara
risiko tersebut merupakan risiko signifikan. Dalam membuat penentuan ini, auditor harus
memperlakukan transaksi signifikan pihak berelasi di luar kegiatan normal bisnis
entitas menimbulkan risiko signifikan.
3) Respons terhadap risiko kesalahan penyajian material terkait dengan hubungan dan
transaksi pihak Berelasi
Auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit lanjutan untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
4) Pengevaluasian terhadap akuntansi dan pengungkapan tentang hubungan dan transaksi
pihak berelasi yang teridentifikasi Dalam merumuskan suatu opini atas laporan
keuangan auditor harus mengevaluasi:
a) Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah
dicatat dan diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
b) Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
(a) Mencegah laporan keuangan dari pencapaian penyajian wajar (untuk
kerangka penyajian wajar); atau
(b) Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan)
5) Representasi tertulis
Jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi, auditor
harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
6) Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
Auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama audit
yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola.
7) Dokumentasi
Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi auditnya nama pihak berelasi
yang teridentifikasi dan sifat hubungan pihak berelasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai