BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Kode Etik PPAT dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah
s e l u r u h k a i d a h m o r a l y a n g d i t e n t u k a n o l e h p e r k u m p u l a n berdasarkan
keputusan Kongres dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta
wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan IPPAT dan semua orang
yang menjalankan tugas jabatan sebagai PPAT, termasuk di dalamnya para PPAT
Pengganti.
11. Sanksi adalah suatu hukuman sebagai sarana, upaya dan alat
pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan dalam
menegakkan Kode Etik ini, dalam bentuk atau berupa antara lain:
teguran lisan ma u p u n t e r tu l is , p e r in g a t a n , schorsing ( p e me c a t a n
s e me n t a r a ) s e r ta p e me c a t a n dari k e a n g g o ta a n (ontzetting) atau
p e mb erhen tia n d ar i k eanggo taan secara tidak hor ma t.
BAB II
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA KODE ETIK
Pasal 2
Kode Etik ini berlaku bagi seluruh PPAT dan bagi para PPAT Pengganti,
balk dalam rangka melaksanakan tugas jabatan (khusus bagi yang
me lak s anakan tug as j abatan PPA T) ataupun dalam k eh idupan seh ar i-h ar i.
BAB III
KEWAJIBAN, LARANGAN DAN HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN
Pasal 3
Balk dalam rangka melaksanakan tugas jabatan (bagi para PPAT serta
PPAT Pengganti) ataupun dalam kehidupan sehari-hari, setiap PPAT
diwajibkan untuk :
a. berkepribadian balk dan menjunjung tinggi martabat
d a n k ehorma ta n P PAT;
b. sen an tia sa men junjung tingg i dasar n eg ara d an hukum yan g
b er laku serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan, kode
etik dan b erb ahasa Indon esia secara b alk d an b en ar ;
c. mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat
d a n negara;
d. memiliki perilaku profesional dan ikut berpartisipasi
d a l a m p e mb a n g u n a n n a s io n a l, k h us u s n y a d i b id a n g h u k u m;
e. bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab, mandiri, jujur, dan
tidak berpihak;
f. me mb e r i p e l a ya n a n d e n g a n s e b a i k - b a ik n y a k e p a d a ma s y a r a k a t
y a n g memerlukan jasanya;
g. memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat
yang memerlukan jasanya dengan maksud agar masyarakat
me n y ad ar i dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga
n e g a r a d a n a nggo ta masyarak a t;
h. memberikan jasanya kepada anggota masyarakat yang tidak
a t a u k u r a n g ma m p u s e c a r a c u m a - c u m a ;
i. bersikap saling me n g h o r ma t i , me n g h a r g a i serta me mp e r c a ya i
d a l a m s u a s a n a k e k e l u a r g a a n d e n g a n s e s a m a r e k a n s e j a w a t;
j. me n j a g a d a n me m b e l a k e h o r m a t a n s e r t a n a ma b a i k k o r p P P A T
a t a s d a s a r r a s a s o l id a r i ta s d a n s i k a p to lo n g me n o lo n g s e c a r a
k o n s tr u k t if ;
k. bersikap ramah terhadap setiap pejabat dan mereka yang ada
h u b u n g a n n ya d e n g a n p e l a k s a n a a n tu g a s j a b a t a n n y a ;
l. me n e t a p k a n suatu kantor, dan kantor tersebut merupakan
satu-satunya kantor bagi PPAT yang bersangkutan dalam
m e l a k s a n a k a n tugas jabatan sehari-hari;
m. melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum
d i s e b u t s eba ga i kew aj ib an un tuk d itaa ti d an d ilaks anak an an tara
lain namun tidak te rbatas pad a keten tuan-keten tu an yang
tercan tu m dalam :
1). Peraturan Perundangan yang mengatur Jabatan PPAT;
2). isi Sumpah Jabatan;
3). A n g g a r a n D a s a r , A n g g a r a n R u ma h T a n g g a a t a u p u n k e p u t u s a n -
k epu tus an la in yang te la h d ite tapk an o leh Perku mpu lan I PPA T,
misalnya :
- membayar iuran, membayar uang duka manakala ada
seor ang PPAT atau man tan PPAT men ingg al dun ia,
- m e n t a a t i k e t e n t u a n t e n t a n g t a r i f s e r t a k e s e p a k a t a n y a n g dibuat
o leh d an meng ik a t setiap anggo ta perku mpu lan.
Pasal 4
e. me m a s a n g p a p a n n a ma d e n g a n c a r a d a n / a t a u b e n t u k d i l u a r b a t a s - b a t a s
k e w a j a r a n d a n / a t a u m e m a s a n g p a p a n n a m a d i b e b e r a p a te mp a t d i
lu ar lingkung an k an tor PPAT yang b ersangku tan ;
f. baik langsung maupun tidak langsung, mengadakan usaha-usaha
yang menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat
dengan sesama rekan PPAT, termasuk namun tidak terbatas pada
p en e t ap an j u mla h b i a ya p e mb u a t an a k ta ;
g. melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama
r ekan PPAT, b alk mo ral maupun mater ia l ataupun melakukan u sah aus a h a
u n tu k me n c a r i k e u n tu n g a n b a g i d ir i n y a s e ma t a - ma t a ;
h. mengajukan permohonan, baik lisan maupun tertulis kepada
instansi-instansi, p eru sa h a an - p er u sa h a an, lemb a g a- le mb a g a ataupun
perseorangan untuk ditetapkan sebagai PPAT dari instansi, p e r u s a h a a n
atau lembaga tersebut, baik tanpa apalagi disertai pemberian
insentif tertentu, termasuk namun tidak terbatas pada p enurun an tarif
yang jumlahnya/besarnya lebih rendah dari tarif y a n g d i b a y a r o l e h
instansi, perusahaan, lembaga ataupun pe rs eora ngan ter se bu t
k epad a PPAT te rs ebu t;
i. - menerima/memenuhi permintaan dari seseorang
u n t u k membuat akta yang rancangannya telah disiapkan oleh
P P A T lain;
- dalam hal demikian, anggota yang bersangkutan wajib menolak
permintaan itu, kecuali untuk keperluan tersebut telah
me n d apat izin d ari PPAT pemb uat rancang an ;
j. dengan jalan apapun berusaha atau berupaya agar seseorang
berpindah dari PPAT lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan
Iangsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui
perantaraan orang lain;
k. menempatkan pegawai atau pegawai-pegawai/asisten PPAT di satu
atau beberapa tempat di luar kantor PPAT yang bersangkutan, baik di
k a n t o r c a b a n g y a n g s e n g a j a d a n k h u s u s d i b u k a u n t u k k e p e r l u a n itu
ma u pun di dalam k an tor instansi a tau lemb ag a/k lien PPAT yang
bersangkutan, dimana pegawai/asisten tersebut bertugas untuk
menerima klien-klien yang akan membuat akta, balk klien itu dari
dalam dan/atau dari luar instansi/lembaga itu, kemudian
pegawai/asisten tersebut membuat akta-akta itu, membacakannya atau
tidak membacakannya kepada klien dan menyuruh klien yang
bersangkutan menandatanganinya di tempat pegawai/asisten itu
berkantor di instansi atau lembaga tersebut. Selanjutnya, akta-akta
t e r s e b u t d ik u mp u lk a n un tu k d i ta n d a t a n g a n i P P A T y a n g b e r s a n g k u tan d i
k an tor a tau d i ru ma hn ya;
l. mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani
oleh klien atau klien-klien tersebut;
m. me n j e le k - j e l e k k a n d a n / a t a u me mp er s a l a h k a n r e k a n P P A T a ta u a k ta yang
dibuat olehnya;
n. dalam hal seorang PPAT menghadapi dan/atau menemukan suatu akta
y a n g d i b u a t o l e h r e k a n s e j a w a t y a n g t e r n y a t a d i d a l a m n y a te r d a p a t
k e s a la h a n - ke s a l a h a n ya n g s e r iu s d a n / a t a u me mb a h a ya k a n klien, maka
PPAT tersebut wajib :
q. membujuk dan/atau memaksa klien dengan cara atau dalam bentuk apapun untuk
membuat akta padanya ataupun untuk pindah dari PPAT lain;
r. membentuk kelompok di dalam tubuh IPPAT (jadi tidak merupakan salah satu
seksi dari Perkumpulan IPPAT) dengan tujuan untuk m e l a y a n i k e p e n t i n g a n
s u a t u i n s t a n s i a t a u l e m b a g a s e c a r a khusus/eksklusif, apalagi menutup
kemungkinan bagi PPAT lain untuk berpartisipasi;
s. melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai
pelanggaran terhadap Kode Etik PPAT, antara lain namun tidak terbatas pada
pelanggaran-pelanggaran terhadap :
1). ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Jabatan PPAT;
Pasal 5
Selain kewajiban dan larangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 dan Pasal 4, maka hal-
hal tersebut di bawah ini merupakan pengecualian yang tidak termasuk pelanggaran :
a. pengiriman kartu pribadi dari anggota yang berisi ucapan selamat pada
kesempatan-kesempatan ulang tahun, kelahiran anak, keagamaan, adat atau
ucapan ikut berduka cita dan lain sebagainya yang bersifat pribadi;
b. pemuatan nama anggota oleh Perum Telkom atau Badan yang ditugasinya
dalam lembaran kuning dari buku telepon yang disusun menurut kelompok-kelompok
jenis usaha, tanpa pemuatan nama anggota dalam box-box iklan lembaran kuning
buku telepon itu;
BAB IV
SANKSI-SANKSI
Pasal 6
1 . S a n k s i y a n g d i k e n a k a n t e r h a d a p a n g g o t a y a n g m e l a k u k a n pelanggaran
Kode Etik dapat berupa :
a. teguran;
b. peringatan;
c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan IPPAT;
d . onzetting (pemecatan) dari keanggotaan IPPAT;
e. pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan IPPAT.
Bagian Pertama
Pengawasan
Pasal 7
Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah IPPAT dan Majelis Kehormatan
Daerah bersama-sama dengan Pengurus Cabang dan seluruh Anggota;
b. pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat IPPAT dan Majelis Kehormatan
Pusat.
Bagian Kedua
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi
Majelis Kehormatan Daerah dan Majelis Kehormatan Pusat merupakan alat perlengkapan
organisasi yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap Kode Etik
dan menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.
1. Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik
dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Majelis Kehormatan Daerah sendiri maupun
karena laporan dari Pengurus Cabang ataupun pihak lain kepada Majelis
Kehormatan Daerah, maka selambat-lambatnya dalam waktu tujuh (7) hari
Majelis Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan
m e n g a d a k a n s i d a n g M a j e l i s K e h o r m a t a n D a e r a h u n t u k membicarakan
dugaan terhadap pelanggaran tersebut.
2. Apabila menurut hasil pembicaraan dalam sidang
M a j e l i s Kehormatan Daerah sebagaimana yang tercantum dalam ayat
(1), ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran Kode Etik, maka
dalam waktu tujuh (7) hari setelah tanggal sidang tersebut, Majelis
K e h o r ma t a n Daerah berkewajiban me m a n g g i l anggota yang diduga
melanggar tersebut dengan surat tercatat untuk didengar
k e t e r a n g a n n y a d a n d ib e r i k e s e mp a ta n u n tu k me mb e l a d ir i.
3. Majelis Kehormatan Daerah baru akan menentukan putusannya
mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran Kode Etik serta
penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya (apabila terbukti) setelah
mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang
bersangkutan dalam sidang Majelis Kehormatan Daerah yang
d i a d a k a n u n t u k k e p e r l u a n i t u , d e n g a n p e r k e c u a l i a n s e b a g a i m a n a yang
diatur dalam ayat (6) dan ayat (7) pasal ini.
4. P e n e n tu a n p u tu s a n t e r s e b u t d a la m a ya t ( 3 ) d i a ta s d a p a t d il a k u ka n o l e h
Majelis Kehormatan Daerah baik dalam sidang itu, maupun dalam
sidang lainnya dari Majelis Kehormatan Daerah, asal saja penentuan
keputusan melanggar atau tidak, dilakukan selambat lambatnya dalam
waktu lima belas (15) hari setelah tanggal dari s id ang Maje lis
K ehor ma tan D a erah itu, d ima n a PPAT te rs ebu t te lah didengar.
6. D a l a m h a l a n g g o t a y a n g d i p a n g g i l t i d a k d a t a n g a t a u t i d a k me mb e r k a b a r
apapun d al a m w a k tu tu j u h (7) hari setelah d ip a n g g i l Ma j e l is
Kehormatan Daerah, maka Majelis Kehormatan Daerah akan
mengulangi panggilannya sebanyak dua (2) kali lagi dengan jarak
waktu tujuh (7) hari untuk setiap panggilan.
7. - Dalam waktu tujuh (7) hari setelah panggilan ke tiga
( 3 ) ternyata masih juga tidak datang atau tidak memberi kabar, maka
Majelis Kehormatan Daerah akan tetap bersidang untuk
me mbicarakan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh anggota yang
d ip angg il itu d an men en tuk an pu tusann ya.
- S e l a n j u t n y a m u t a t i s m u t a n d i s b e r l a k u a p a y a n g d i t e t a p k a n d a la m
ayat (5) d an a yat (6) d i atas ser ta ayat (9) .
Hal tersebut berlaku pula apabila Majelis Kehormatan Daerah tidak sanggup
menyelesaikan atau memutuskan permasalahan yang dihadapinya.
3. - Permohonan naik banding dikirim dengan surat tercatat oleh anggota yang
bersangkutan kepada Majelis Kehormatan Pusat dan tembusannya kepada Majelis
Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang.
- Majelis Kehormatan Daerah dalam waktu tujuh (7) hari setelah menerima surat
tembusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan/foto copy berkas
pemeriksaan kepada Majelis Kehormatan Pusat.
4 . - -S e t e l a h m e n e r i m a p e r m o h o n a n b a n d i n g , m a k a M a j e l i s Kehormatan
Pusat wajib memanggil anggota yang naik banding s e l a m b a t - l a m b a tn y a
d a l a m w a k t u t u j u h ( 7 ) h a r i s e t e l a h menerima permohonan naik banding
dengan surat tercatat.
- A n g g o t a y a n g m e n g a j u k a n b a n d i n g d i p a n g g i l , d i d e n g a r keterangannya
dan diberi kesempatan untukmennbela diri dalam sidang Majelis Kehormatan Pusat.
6. Apabila anggota yang dipanggil tidak datang dan tidak member kabar dengan
surat tercatat, maka sidang Majelis Kehormatan Pusat tetap akan memberi
putusannya dalam waktu yang ditentukan dalam ayat (5) di atas.
7. Majelis Kehormatan Pusat wajib mengirim putusannya kepada PPAT yang minta
banding dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi dan tembusannya kepada
Majelis Kehormatan Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus
Pusat IPPAT, semuanya itu dalam waktu tujuh (7) hari setelah sidang Majelis
Kehormatan Pusat menjatuhkan keputusannya atas banding tersebut.
Bagian Ketiga
Eksekusi atas Sanksi-sanksi dalam Pelanggaran Kode Etik
Pasal 11
2. - Pengurus Daerah wajib mencatat dalam buku anggota IPPAT yang ada pada
Pengurus Daerah atas setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh Majelis
Kehormatan Daerah dan/atau oleh Majelis Kehormatan Pusat mengenai kasus
Kode Etik berikut nama anggota yang bersangkutan.
Pasal 12
Tanpa mengurangi ketentuan yang mengatur tentang prosedur atau tata cara maupun
penjatuhan sanksi-sanksi secara bertingkat yang berupa peringatan dan teguran,
maka pelanggaran-pelanggaran yang oleh P en g u r u s P u s a t s e c a r a mu t la k h a r u s
d ik e n a k a n s a n k s i p e me c a ta n sementara sebagai anggota IPPAT disertai usul Pengurus
Pusat kepada Kongres untuk memecat anggota yang bersangkutan sebagai anggota IPPAT
ialah pelanggaran-pelanggaran yang disebut dalam;
BAB VII
KEWAJIBAN PENGURUS PUSAT
Pasal 13
Pasal 14
2. Hanya Pengurus Pusat dan/atau Majelis Kehormatan Pusat atau alat perlengkapan yang
lain dari Perkumpulan IPPAT atau anggota yang ditunjuk olehnya dengan cara yang
dipandang balk oleh kedua lembaga tersebut berhak dan berwenang untuk
memberikan penerangan seperlunya kepada masyarakat tentang seluk-beluk dan hal-
ikhwal Kode Etik PPAT dan/atau Majelis Kehormatan IPPAT dengan maksud dan
tujuan agar dengan penerangan itu masyarakat memperoleh perlindungan hukum yang
diakibatkan oleh anggota IPPAT yang melakukan pelanggaran Kode Etik.