Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.

2 111
PERBEDAAN HASIL DETEKSI PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM
DAN RAPID ANTIGEN PADA PASIEN DIAGNOSA TUBERKULOSIS PARU

Farida Ariyani 1,2, Maulin Inggriani1, Noor Andryan Ilsan1*


1
Program Studi Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mitra Keluarga, Bekasi 17113, Indonesia
2
Laboratorium Diagnostik, Rumah Sakit Mitra Meluarga Depok, Indonesia
* Corresponding author e-mail: Noor Andryan Ilsan, Program Studi Analis Kesehatan,, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mitra Keluarga, E-mail: noorandryanilsan@gmail.com, Phone: (021)88345797, Fax:
(021)88345897

Abstrak
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit infeksi kronis yang sering dikaitkan dengan daerah urban, populasi yang
padat dan ventilasi bangunan yang buruk. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacteriun
tuberculosis. World Health Organization (WHO) melaporkan 9 juta kasus dan 1,4 juta kematian disebabkan oleh TB.
Berdasarkan data pengendalian TB tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai penyumbang kasus
terbanyak di dunia. Diagnosa utama TB ditegakkan bedasarkan keberadaan Bakteri Tahan Asam (BTA) pada
pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis memiliki kelemahan yaitu memiliki spesifisitas dan sensitivitas
yang relatif rendah. Pemeriksaan terkini M.Tb Ag rapid test merupakan uji serologi yang mendeteksi antigen protein
yang disekresi Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pewarnaan BTA
metode Ziehl Neelsen secara mikroskopis dengan M.Tb Ag rapid test pada pasien yang didiagnosa klinis TB paru.
Penelitian ini menggunakan observasi cross sectional. Sampel penelitian berupa sputum dari pasien dengan klinis TB
paru sebanyak 40 sampel dengan populasi pasien dengan klinis TB. Analisis data menggunakan uji hipotesis chi- square.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan chi-square dari hasil perhitungan didapatkan hasil yang signifikan yaitu sig
0,001 (sig <0,05). Pada penelitian ini diketahui bahwa kasus positif TB pada pasien perempuan lebih tinggi (55%)
dibandingkan dengan laki-laki (45%) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pewarnaan BTA mikroskopis
dengan pemeriksaan M.Tb Ag rapid test pada pasien diagnosa klinis TB paru.

Kata Kunci : TB paru, M.Tb Ag rapid, pewarnaan BTA, kejadian TB paru, Ziehl Neelsen

Pendahuluan pasien dengan BTA positif. Tujuan


pemeriksaan sputum TB secara mikroskopis
Tuberkulosis atau TB paru merupakan untuk mendiagnosis TB dan monitoring
penyakit infeksi kronis yang sering dikaitkan pemberian terapi. Penegakkan diagnosis TB
dengan daerah urban, populasi yang padat dan diperlukan pemeriksaan sputum tiga kali yaitu
ventilasi bangunan yang buruk. TB adalah sewaktu, pagi, sewaktu dan untuk membantu
penyakit yang disebabkan oleh terapi TB diperlukan dua kali pemeriksaan
Mycobacteriun tuberculosis. Bakteri ini yaitu pagi dan sewaktu (PBPK, 2009).
mempunyai sifat tahan terhadap pewarna TB merupakan salah satu masalah
asam sehingga dinamai bakteri tahan asam global yang utama. WHO melaporkan 9 juta
(BTA). Peran tenaga Teknologi Laboratorium kasus dan 1,4 juta kematian disebabkan oleh
Medik diharapkan mampu memeriksa sediaan tuberkulosis (WHO, 2012). Berdasarkan data
yang sesuai dengan standar WHO. pengendalian TB tahun 2010, prevalensi TB
Pemeriksaan pewarnaan BTA secara di Indonesia adalah 285 per 100.000
mikroskopis pada sputum dalam diagnosis TB penduduk. Indonesia menduduki peringkat
termasuk pemeriksaan sederhana, mudah kelima sebagai penyumbang kasus terbanyak
dikerjakan, tidak mahal dan tidak memerlukan di dunia. Hal ini membaik dari tahun-tahun
teknologi yang canggih. Pemeriksaan yang sebelumnya dimana Indonesia menduduki
lain untuk diagnosis TB seperti kultur dan peringkat ketiga dunia (Kemenkes, 2012).
PCR tidak umum dilakukan di laboratorium Deteksi dengan pewarnaan BTA dipilih
karena memerlukan fasilitas dan kelengkapan karena hal ekonomis, namun keterbatasan
alat yang canggih. Prioritas utama dari metode ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
program pengobatan TB dilakukan pada faktor luar seperti kualitas pewarnaan dan
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 112
keahlian pemeriksa mengakibatkan ketidak dalam pot yang berulir pada bagian leher pot.
akuratan pemeriksaan. Standar terbaik dalam Penyimpanan spesimen sputum kurang dari
pemeriksaan TB adalah kultur bakteri, namun satu jam. Pewarnaan BTA menggunakan
tahapan ini memiliki kelemahan karena dinilai pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN). Bakteri
terlalu lama dalam memberikan hasil Tahan Asam terlihat berwarna merah dengan
(Nazarudin et al., 2012). Akibat dari beberapa latar belakang berwarna biru setelah
kelemahan pemeriksaan BTA secara dilakukan pewarnaan ZN.
mikroskopis dan kultur, beberapa produsen Langkah awal dalam pewarnaan ZN
mengembangkan alat pemeriksaan deteksi M. adalah pembuatan preparat. Satu ose sputum
tuberculosis yang dinilai dapat mempermudah diambil kemudian diratakan pada permukaan
prosedur pemeriksaan, memberikan hasil kaca objek dengan cara sinculer (memutar
yang cepat namun tetap berkualitas. dari dalam keluar) lalu dibiarkan kering di
Saat ini tes cepat yang berkembang di udara. Preparat tersebut difiksasi diatas api
Indonesia diantaranya adalah Mycobacterium bunsen. Larutan carbol fuchsin 1% dituang
tuberculosis Antigen rapid (M.Tb Ag Rapid pada seluruh permukaan sediaan, kemudian
Tes). Pemeriksaan ini merupakan uji serologi dipanaskan diatas nyala api sampai keluar
untuk mendeteksi antigen M. tuberculosis. Tb asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering
antibodi monoclonal terhadap antigen yang selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan
dikode gen RD1, RD2 dan RD3 digunakan dingin selama 5-7 menit. Larutan asam
untuk mendeteksi antigen ESAT-6, CFP-10 alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol)
dan MPb64. Tiga genomic RD (Regions Of dituang pada sediaan dan biarkan 2-4 menit,
Different) yaitu RD1, RD2 dan RD3 dan dapat kemudian dicuci dengan air mengalir selama
dilakukan cepat praktis dan mudah 1-3 menit. Larutan methylene blue 0,1%
(Nazarudin et al., 2012). Gen yang menjadi dituang sampai menutup semua seluruh
ESAT6, CFP10 dan MPb64 terdapat pada permukaan kemudia diamkan selama 1 menit
region RD yang terdeteksi ini sehingga RD1- lalu. Preparat yang telah diwarnai kemudian
RD3 diduga kuat sebagai gen virulensi yang diamati menggunakan mikroskop perbesaran
dimiliki oleh M. tuberculosis (Gustiani et al., 1000X. Sediaan dibaca sebanyak 100 lapang
2014). Tujuan Penelitian ini adalah untuk pandang selam kira-kira 10 menit (Manual
mengetahui perbedaan hasil pewarnaan BTA prosedul AIM Ziehl Neelsen 2016).
metode Ziehl Neelsen dan M.Tb rapid antigen
pada sputum pasien TB paru juga distribusi Penilaian pelaporan yang digunakan adalah
sampel berdasarkan jenis kelamin dan sebagai berikut:
kelompok umur. 1. Negatif : Tidak ditemukan BTA/100
lapang pandang.
Metode 2. Scienty : 1-9 BTA/100 lapang pandang.
3. Positif 1 : 10-99 BTA/100 lapang
Penelitian menggunakan desain pandang
observasi analitik dengan pendekatan cross 4. Positif 2 : 1-10 BTA/1 lapang pandang
sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 5. Positif 3 : >10 BTA/1 lapang pandang
40 sampel merupakan data rawat inap maupun (PBPK, 2009)
rawat jalan yang melakukan pemeriksaan Pemeriksaan TB menggunakan M.Tb Ag
pewarnaan BTA dan MTb Ag rapid test. Data rapid tes (JD Daniel Biotech)
dianalisis menggunakan uji statistik Chi- Metode yang digunakan pada kit ini
Square. adalah Lateral Flow Cromatography. Sampel
Pemeriksaan TB menggunakan Pewarnaan buffer sebanyak 1,5 mL dimasukkan ke dalam
Ziehl Neelsen spesimen sputum tabung bead, kemudian sputum sebanyak 500
Sampel yang digunakan adalah ul diekstraksikan. Sampel dihomogenkan
sputum sewaktu, yaitu sputum pertama yang menggunakan pipet droper selama 10-20
dikumpulkan pada saat pasien datang detik, setelah itu dihomogenkan
berkunjung pertama kali dan pada saat pulang. menggunakan vortex mixer selama 30-60
Sputum yang sudah diperoleh dimasukkan ke detik. Sampel diinkubasi pada 37°C selama 60
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 113
menit didalam inkubator. Sampel 35% dari total sampel. Sedangkan hasil
disentrifugasi pada 3000 rpm selama 5 menit pemeriksaan menunjukkan tidak ada sampel
(sampai terlihat larutan partikel yang besar BTA positif tetapi M.Tb Ag negatif.
berada didasar tabung). 100 uL supernatan
yang sudah disentrifugasi dimasukkan Tabel 1. Hasil Pewarnaan BTA
kedalam tabung plastik dan ditambahkan 100
metode Ziehl Neelsen
uL sampel buffer kemudian dihomogenkan.
Campuran dibaca selama 30 menit. Pewarnaan Frekuensi Persentase
Interpretasi hasil positif akan terlihat dua garis BTA (%)
di area kontrol dan tes. Hasil menunjukkan Negatif 25 62,5
negatif apabila hanya terlihat satu garis pada Positif 15 37,5
area kontrol saja (Manual Prosedur JD Daniel Total 40 100
2016).
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan M.Tb Ag rapid
Hasil
test
Pengamatan gambaran pewarnaan M.Tb Ag Frekuensi Persentase
BTA dan deteksi menggunakan MTb antigen rapid test (%)
rapid pada penderida TB paru didapatkan Negatif 12 30
hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 1 Positif 28 70
dan 2. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak Total 40 100
40 sampel yang diujikan didapatkan hasil
pewarnaan BTA negatif sebanyak 25 sampel
atau 62,5% dan pewarnaan BTA positif Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis
sebanyak 15 sampel atau 37,5%. Tabel 2 kelamin
menunjukkan bahwa sebanyak 40 sampel
yang diujikan didapatkan hasil M.Tb Ag rapid Jenis Frekuensi Persentase
tes negatif sebanyak 12 sampel atau 30%, kelamin (%)
M.Tb Ag rapid tes positif sebanyak 28 sampel Laki laki 18 45
atau 70%. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa Perempuan 22 55
distribusi sampel berjenis kelamin laki-laki Total 40 100
sebanyak 18 sampel atau 45%, sedangkan
pasien perempuan berjumlah 22 sampel atau
55%. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan
distribusi sampel berusia < 40 tahun sebanyak kelompok usia
13 sampel atau 32,5%, sampel berusia 40-60
tahun berjumlah 13 sampel atau 32,5% dan Usia Frekuensi Persentase (%)
sampel berusia > 60 tahun berjumlah 14 <40 tahun 13 32,5
sampel atau 35%. Pada tabel 5 menunjukkan 40-60 tahun 13 32,5
bahwa hasil pemeriksaan sampel BTA negatif >60 tahun 14 35,0
tetapi M.Tb Ag positif memiliki persentase

Tabel 5. Hasil pemeriksaan Pewarnaan BTA dan M.Tb Ag rapid test


M.Tb Ag
Kategori Total (%)
Positif (%) Negatif (%)
BTA Positif 37,5 0.0 37,5
BTA Negatif 35,0 27,5 62,5
Total 72,5 27,5 100
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 114
Pembahasan merah muda pada garis kontrol menunjukkan
kit bekerja dengan baik (Manual Prosedur JD
Pada penelitian ini dilakukan pewarnaan Daniel 2016).
BTA dengan teknik pemanasan menggunakan Tahapan penambahan sampel bufer
reagen Ziehl Nelseen (ZN). Prinsip dari berfungsi sebagai pencuci untuk menstabilkan
pemeriksaan pewarnaan ini adalah Bakteri protein, sebagai agen pelarut membran protein
tahan asam (BTA) mempunyai dinding sel dan melisiskan sel mamalia. Tujuan ekstraksi
dengan pori-pori yang sangat rapat dan sulit dengan sampel bufer adalah untuk
ditembus zat warna. Pemberian zat warna memisahkan/mengekstrasi protein-protein
pertama (carbol fuchsin) dilakukan yang spesifik dari spesimen (specific secreted
pemanasan dengan tujuan memperbesar pori- protein from sputum). Proses homogenisasi
pori sehingga zat warna karbol fuchsin dapat bertujuan untuk memecah sampel sehingga
masuk ke dalam sel bakteri melalui menjadi lebih halus pada sampel-sampel yang
dindingnya. Pori-pori dinding sel akan bersifat lekat dan kental. Inkubasi bertujuan
merapat kembali setelah dingin, sehingga untuk mengendapkan partikel-partikel
pada saat pencucian dengan asam alkohol, zat berukuran besar ke dasar tabung. Fungsi
warna yang ada di dalam tubuh bakteri tidak sentrifugasi yaitu untuk memisahkan partikel-
terlepas, sedangkan bakteri tidak tahan asam partikel hasil ekstraksi yang berukuran lebih
akan melepas zat warna pertama. Setelah besar menuju kebagian dasar tabung.
penambahan zat warna kedua (methylene Supernatan yang mengandung protein TB
blue) bakteri tidak tahan asam akan antigen spesifik akan terdeteksi sehingga
mengambil zat warna tersebut (Gupte, 1990). memunculkan hasil positif (Manual Prosedur
Pada pengamatan di bawah mikroskop bakteri JD Daniel 2016).
yang tergolong BTA berbentuk batang, Sampel yang diuji pada penelitian ini
seperti tumpukkan kayu berwarna merah yaitu 40 sampel dari pasien terduga
dengan latar belakang berwarna biru, tuberkulosis baik pasien rawat inap maupun
sedangkan untuk bakteri bukan BTA akan rawat jalan. Berdasarkan jenis kelamin,
tampak berwarna biru. jumlah pasien perempuan lebih tinggi (22
Sekarang ini terdapat kit deteksi sampel atau 55%) dibandingkan dengan laki
Mycobacterium tuberculosis dengan cara laki (18 sampel atau 45%). Hal tersebut
cepat yaitu pemeriksaan Mycobacterium sejalan dengan penelitian yang dilakukan
tuberculosis antigen rapid (M.Tb Ag rapid). Wijayanto et al. (2013) yaitu jumlah sampel
Tes ini merupakan uji serologi untuk perempuan (59%) lebih tinggi dibandingkan
mendeteksi antigen M. tuberculosis. Antibodi dengan laki laki (40,8%). Penelitian yang
TB monoklonal dikode oleh gen Region of dilakukan oleh Jaya et al. pada tahun 2015
Different (RD) yang digunakan untuk menunjukkan bahwa kasus TB justru lebih
mendeteksi antigen ESAT-6, CFP-10. Prinsip banyak dialami oleh pasien laki-laki (58,2%)
metode ini adalah reaksi antara antigen dan dibandingkan dengan perempuan (41,8%)
antibodi untuk mendeteksi antigen M.Tb. (Jaya et al., 2015). Data yang diperoleh WHO
Spesimen sputum yang mengandung antigen menunjukkan bahwa laki-laki lebih beresiko
M.Tb diekstrasikan dengan sampel buffer dan terinfeksi TB dibanding perempuan. Pada
didiamkan. Supernatan diteteskan ke dalam tahun 2015, sebanyak 6 juta laki-laki dewasa
lubang sampel, cairan akan bermigrasi terinfeksi TB dan 5 juta diantaranya
melalui daerah penyerapan membran menuju mengalami kematian, sedangkan perempuan
lapisan dye-antibody conjugate kemudaian ada 3,5 juta terinfeksi TB diantaranya
ikatan komplek antibodi-antigen bergerak ke mengalami kematian 0.5 juta (WHO, 2012).
area tes dan berikatan dengan antibodi yang Perez-Guzman et al. (2003) menyatakan
terdapat di area tes. Hasil positif akan bahwa laki-laki memiliki frekuensi lebih
menunjukkan garis warna merah muda pada tinggi menderita TB karena laki-laki lebih
area tes (T), selanjutnya ikatan komplek terkena pajanan yang lebih sering dan pada
bergerak menuju lapisan antibodi pada area perempuan TB lebih sering tidak terdiagnosis.
kontrol (C). Jika muncul garis berwarna Laki-laki lebih cenderung perokok
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 115
dibandingkan perempuan sehingga perilaku Kesimpulan
ini membuat perubahan dalam saluran napas
yang berakibat pertahanan alami saluran Sputum pasien yang terdiagnosis TB
napas melemah. Selanjutnya terdapat pada penelitian ini berjumlah 40 pasien. Usia
perbedaan tingkat kesadaran berobat lebih pasien tertinggi yaitu usia >60 tahun sebanyak
pada perempuan karena memiliki kesadaran 35%, usia <40 tahun, dan 40-60 tahun yang
yang baik untuk berobat daripada laki-laki. masing masing sebanyak 32,5%. Pasien yang
Hal yang tak kalah pentingnya adalah terdiagnosis TB berdasarkan jenis kelamin
terdapatnya perbedaan jenis pekerjaan karena yaitu 55% perempuan dan 18% laki laki.
memang laki-laki yang lebih banyak bekerja Terdapat perbedaan yang signifikan antara
(Amin et al., 2011). hasil pemeriksaan BTA dengan pemeriksaan
Usia pasien tertinggi pada usia >60 Rapid antigen M.Tb (p=0,001) pada pasien
tahun (14 sampel atau 35%) kemudian diikuti diagnosis TB.
oleh usia <40 tahun dan 40-60 tahun yang
masing masing 13 sampel (32,5%). Hasil ini Referensi
sejalan dengan penelitian Wijayanto et al.
(2013) yang menunjukkan bahwa pasien Alisjahbana, B., Sahiratmadja, E., Nelwan,
terbanyak pada usia >60 (49%). Usia E.J., Purwa, A.M., Ahmad, Y.,
termasuk variabel yang penting dalam Ottenhoff, T.H., Nelwan, R.H., Parwati,
mempelajari suatu masalah kesehatan karena I., van der Meer, J.W., & van Crevel R.
ada kaitannya dengan daya tahan tubuh (2007). The effect of type 2 diabetes
seseorang. Sedangkan daya tahan tubuh mellitus on the presentation and
terhadap TB paru ditentukan oleh kemampuan treatment response of pulmonary
sistem imunitas seluler dan setiap ada faktor tuberculosis. Clincal Infectious Disease.
yang mempengaruhinya secara negatif akan 45,428–435.
meningkatkan kerentanan terhadap TB paru Amin, S., Khattak, M.I., Shabbier, G., &
(Alisjahbana et al., 2007). Wazir MN. (2011). Frequency of
Hasil pemeriksaan TB dengan pulmonary tuberculosis in patient with
pewarnaan BTA dan uji rapid antigen M.Tb, diabetes mellitus. Gomal Journal of
menunjukkan bahwa sebanyak 35% hasil Medical Sciences. 9,163-165.
menunjukkan BTA negatif sedangkan uji Gupte, S. (1990). The Short Texbook of
M.Tb positif. Analisis statistik menunjukkan Medical Microbiology. Jaypee Brothers:
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara India.
hasil pemeriksaan BTA dengan pemeriksaan Gustiani, Nenny., Ida parwati., Anna
Rapid antigen M.Tb (p=0,001) pada pasien Tjandrawati.,& Leni Lismayanti, 2014.
diagnosis TB. Hasil tersebut sejalan dengan Validitas pemeriksaan Complex
penelitian yang dilakukan oleh Imawan 2013. Spesipic Antigen Mycobacterium
Hal tersebut dapat terjadi karena dalam tuberculosis Region of Different 1-3
pemeriksaan sputum BTA dibawah metode Rapid. Majalah Kedokteran
mikroskop dibutuhkan bakteri M. tuberculosis Bandung. 46(4),241-246.
dengan jumlah paling sedikit 5000 bakteri Icksan, A.G. & Reny, L. (2008). Radiologi
dalam satu milliliter spesimen sputum. Toraks Tuberculosis Paru. Sagung seto:
Sedangkan pada hasil M.Tb ag rapid tes hasil Jakarta.
menunjukkan positif karena pada kit ini Imawan. 2013. Perbedaan hasil pemeriksaan
mampu mendeteksi adanya antigen dan BTA dengan Rapid Test Ag TB pada
protein yang disekresi oleh M. tuberculosis, pasien diagnosis klinis TB paru. Karya
sehingga bila spesimen sputum dengan jumlah Tulis Ilmiah: Fakultas Kedokteran dan
bakteri dibawah 5000/mL sampel masih dapat Ilmu Kesehatan. Universitas
dideteksi (Icksan & Reny, 2008). Muhammadiyah Yogyakarta.
Jaya, S.S.K., Burhan, E., Rochsismandoko, &
Cahyarini. (2015). Uji banding
pemeriksaan mikroskopis sputum basil
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 116
tahan asam dengan Xpert MTB/RIF pada Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran
pasien diabetes mellitus yang diduga Universitas Indonesia: Jakarta.
tuberkulosis paru. Journal of Perez-Guzman, C., Vargas, M.H., & Torres-
Respiratory Indonesia. 35(3),144-157. Cruz, A. (2003). Diabetes modifies the
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia male: female ratio in pulmonary
(Kemenkes). (2012). Pedoman Nasional tuberculosis. International Journal of
Pengendalian Tuberculosis. Jakarta. Tuberculosis Lung Disease. 7,354-358.
Manual Prosedur Kit AIM Ziehl Neelsen WHO. (2012). Global tuberculosis
pewarnaan BTA. (2016). control.The burden of disease caused by
Manual Prosedur Kit JD Daniel Biotech. TB. WHO report. 9-12.
Mycobacterium tuberculosis. (2016). Wijayanto, A., Burhan E, Nawas A, &
Nazarudin, M., Nugraha, J., & Aryati. (2012). Rochsismandoko. (2013). Faktor yang
Jurnal Nilai diagnostic Rapid test TbAg Berhubungan dengan Terjadinya
dan MPT64 dengan kultur sebagai gold Tuberkulosis Paru Pada Pasien Diabetes
standar. Thesis Universitas Airlangga. Melitus Tipe 2 di RSUP Persahabatan.
Pendidikan Berkesinambungan Patologi Tesis Departemen Pulmonologi dan
Klinik (PBPK). (2009). Lokarya Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI:
pembuatan, pewarnaan dan penilaian Jakarta.
sediaan Mikrobiologi. Departemen

Anda mungkin juga menyukai