Anda di halaman 1dari 6

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS BTA NEGATIF

DENGAN TES CEPAT MOLEKULER


1
Isti Sofia Insani, 2Arihta Br Karo, 3Neneng Tuti Sulistiawati
1, 2, 3
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih, Jalan Padasuka Atas No. 233 Bandung, Indonesia

Email : istisofiainsani@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang Penting di dunia.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Sebuah penelitian di San Fransisco menyatakan bahwa 17 % penderita TB paru memiliki hasil
sputum BTA (-). Oleh karena itu, apabila diagnosis TB paru ditegakkan hanya semata-mata berdasarkan
pemeriksaan sputum BTA (+), akan banyak penderita TB paru yang tidak terdiagnosis dan menambah
jumlah TB paru yang menular, karena TB paru dengan sputum BTA yang negatif bisa juga menjadi
sumber penularan, apalagi jika disertai gejala klinis batuk dan kavitas pada foto toraks. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
sampel sputum dari pasien terduga penderita TB dengan hasil BTA mikroskopis negatif, dari hasil
pemeriksaan 45 sampel dengan metode RT PCR GeneXpert, didapatkan positif sebanyak 2 orang, 1
ditemukan positif Resistantce Rifamfisin, serta negatif sebanyak 43 orang. Sedangkan pada hasil
pemeriksaan miroskopis dari 45 sampel sputum, tidak ditemukan sputum BTA positif. Berdasarkan
Penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil pada Pemeriksaan BTA dari sampel
sputum Negatif menggunakan uji Mikroskopis dan Tes Cepat Molekuler.

Kata kunci : TB Paru, BTA Negatif, Tes Cepat Molekuler

ABSTRACT
Lung Tuberculosis (Pulmonary TB) is an important public health problem in the world. In 1992 the World
Health Organization (WHO) launched tuberculosis as a Global Emergency. A San Francisco study stated
that 17% of pulmonary TB patients had BTA sputum results (-). Therefore, if the diagnosis of pulmonary TB
is enforced solely based on BTA (+) sputum examination, many pulmonary TB patients will not be diagnosed
and increase the number of infectious pulmonary TB, because pulmonary TB with negative BTA sputum can
also be a source of transmission , especially if accompanied by clinical symptoms of cough and cavity on
chest X-ray. This study was conducted using descriptive methods, and the sample used in this study was
sputum samples from unexpected patients with TB with negative microscopic smear results, from the results
of 45 samples examined by GeneXpert RT PCR method, obtained as positive as 2 people, 1 found positive
Resistantce Rifamfisin, and negative as many as 43 people. While the results of myroscopic examination of
45 sputum samples, no positive smear sputum was found. Based on the research conducted it can be
concluded that there are differences in the results of BTA Examination from Negative sputum samples using
Microscopic and Molecular Rapid Tests.

Keywords: Pulmonary TB, BTA Negative, Molecular Rapid Test

JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019 1


1. PENDAHULUAN Berdasarkan uraian diatas tentang resiko penularan yang
dapat terjadi melalui hasil BTA negatif mikroskopis,
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan maka dari itu peneliti bertujuan untuk melakukan
masalah kesehatan masyarakat yang Penting di dunia. Perbandingan Pemeriksaan BTA Negatif
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) Mikroskopis Dengan Tes Cepat Molekuler.
telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency, Berdasarkan laporan WHO 2017 2. METODE PENELITIAN
diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun
baru terlaporkan ke Kementerian Kesehatan sebanyak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
420.000 kasus. (Kemenkes RI, 2018), Mereka yang pendekatan cross sectional. dimana pengamatan atau
belum diperiksa dan diobati akan menjadi sumber pengukuran dilakukan secara bersamaan, yaitu
penularan bagi orang di sekitarnya. Hal ini yang pengukuran dilakukan dengan 1 kali pengamatan., Unit
menyebabkan seakan-akan masalah TBC tak kunjung Eksperimen untuk penelitian ditentukan menggunakan
selesai. Dunia ingin mencapai eliminasi TBC pada rumus untuk menaksir proporsi populasi dengan
tahun 2030 dan Indonesia turut berkomitmen menetapkan taraf kepercayaan 95% dan presisi 15%.
mencapainya. Indonesia menempati urutan kedua di Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini
dunia untuk jumlah kasus TB setelah India. (Kemenkes minimal sebanyak 45 sampel.
RI, 2018). Diagnosis TB ditegakkan atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan 2.1 Mikroskopis
penunjang, yaitu pemeriksaan bakteriologis dan
pemeriksaan radiologis. Untuk menemukan TB pada - Di siapkan kaca sediaan.
pemeriksaan bakteriologis adalah dengan cara - Diambil pot dahak dan kaca sediaan yang
pemeriksaan dahak pada sediaan langsung. Pemeriksaan beridentitas sama dengan pot dahak.
dilakukan dengan metode pengecatan Ziehl Neelsen. - Kemudian ambil dahak oleskan merata pada
Pengecatan ini disebut pengecatan tahan asam, karena permukaan kaca sediaan dengan lidi buat
sekali dapat terwarnai tidak mudah untuk dilunturkan lingkaran kecil-kecil dengan menggunakan lidi
meskipun dengan menggunakan zat peluntur lancip.
(decolorizing agent) asam. Untuk dapat melakukan - Kemudian di keringkan setelah kering,lalu di
pemeriksaan sputum BTA dibawah mikroskop, fiksasi di atas lampu bunsen
dibutuhkan bakteri baru yang jumlahnya paling sedikit - Sediaan yang sudah difiksasi diletakan pada
5000 kuman dalam satu mililiter dahak, (Kemenkes RI, rak pewarnaan dengan apusan sputum
2015), sedangkan pada pemeriksaan Tes Cepat menghadap keatas
Molekuler GeneXpert minimal 131 bakteri/ml sputum. - Diteteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada
(Wulandari Y, 2011) Sebuah penelitian di San Fransisco hapusaan dahak sampai menutupi seluruh
menyatakan bahwa 17 % penderita TB paru memiliki permukaan sediaan
hasil sputum BTA (-). Oleh karena itu, apabila diagnosis - Dipanaskan dengan api spiritus sampai keluar
TB paru ditegakkan hanya semata-mata berdasarkan uap selama 3-5 menit
pemeriksaan sputum BTA (+), akan banyak penderita - Dibilas dengan air mengalir sampai zat
TB paru yang tidak terdiagnosis dan menambah jumlah pewarna terbuang
TB paru yang menular, karena TB paru dengan - Diteteskan dengan asam alkohol (HCl - alkohol
sputum BTA yang negatif bisa juga menjadi sumber 3%) sampai warna merah fuchsin menghilang
penularan, apalagi jika disertai gejala klinis batuk dan - Dibilas dengan air mengalir
kavitas pada foto toraks. (Icksan A, 2008) - Diteteskan larutan methilen blue 0,3% pada
sediaan sampai menutupi seluruh permukaan
Maka dari itu saat ini untuk membantu mendiagnosis dan didiamkan 10-20 detik.
TB melalui pemeriksaan sputum telah hadir Teknologi - Dibilas dengan air mengalir pelan kemudian
pemeriksaan molekuler yang memiliki hasil lebih akurat keringkan sediaan diatas rakpengering.
dan sensitif. Yaitu pemeriksaan Tes Cepat Molekuler, - Kemudian baca di bawah mikrskop lensa10 x
pemeriksaan ini mampu mendeteksi DNA MTB dan 100x di tetesi emersi oil
kompleks secara kualitatif dari spesimen langsung, baik - Interpretasi hasil :
dari dahak maupun non dahak. Pemeriksaan GeneXpert Negatif (-) : tidak didapatkan adanya BTA
MTB/Rif dapat mendiagnosa TB dan resistensi Positif (+) : di dapatkan 1-9 BTA/100 LP
terhadap rifampisin secara cepat dan akurat, keakuratan Positif (+1) : didapatkan 10-90 BTA/100 LP
alat tersebut mencapai 99%, namun tidak dapat Positif (+2) : ditemukan 1-10 BTA/LP
dilakukan terhadap pemeriksaan lanjutan (monitoring) Positif (+3) : ditemukan lebih dari 10 BTA/LP
pada pasien yang mendapat terapi. (Kemenkes RI,
2015)

2 JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019


2.2 Tes Cepat Molekuler - Apabila pengujian selesai lampu hijau
akan padam.
Penyiapan Contoh Uji : - Tunggu sampai sistem membuka pintu
pada akhir pengujian, kemudian buka
pintu modul dan keluarkan catridge.
- Lakukan tindakan disinfektan pada area (Cepheid GeneXpert Rev. D, 2011)
kerja.
- Tandai catridge dengan identitas contoh
uji Jangan menempelkan label 3. HASIL PENELITIAN DAN
padapenutup catridge. PEMBAHASAN
- Tuliskan dentitas atau tempelkan label
pada dinding catridge. Masukkan contoh Hasil Penelitian mengenai Perbandingan Pemeriksaan
uji kedalam wadah sputum yang tidak BTA Negatif Mikroskopis Dengan Tes Cepat
bocor. Molekuler dari 45 sampel yang diperiksa didapatkan
- Bukalah penutup wadah sputum, hasil pada tabel 4.1 dibawah ini :
tambahkan reagen dengan perbandingan 1
bagian volume sampeldan 2 bagian
volume reagen. No.
Kode Hasil Hasil
- Kocok sampai homogen. Pasien BTA (-) Tes Cepat Molekuler
- Biarkan selama 5 menit pada suhu kamar.
- Kocok kembali. Biarkan sealama 10 menit MTB
1. 1.600 NEGATIF
Detected Very Low
pada suhu kamar.
MTB
2. 1.653 NEGATIF
Penyiapan Catridge Not Detected

MTB
3. 1.654 NEGATIF
Not Detected
- Hisap contoh uji dengan menggunakan
pipet steril sampai meniscus diatas tanda MTB
4. 1.662 NEGATIF
minumum (2ml). Not Detected
- Buka penutup catridge.
MTB
- Pindahkan contoh uji kedalam 5. 1.663 NEGATIF
Not Detected
ruang catridge Xpert MTB/RIF. (Cepheid
GeneXpert 6252 Rev. D, 2011). MTB
6. 1.665 NEGATIF
Uji dengan alat GeneXpert Not Detected

- Lihat tampilan GeneXpert Dx System, klik 7. 1.669 NEGATIF


MTB
“CREATE TEST”. Not Detected
- Pindai barcode pada catridge Xpret MTB
MTB/RIF. 8. 1.671 NEGATIF
Not Detected
- Akan tampil Create Test Window.
- Menggunakan informasi barcode, mesin 9. 1.672 NEGATIF
MTB
secara otomatis akan mengisi kotak-kotak Not Detected
pada: Select Assay, Reagent Lot ID, MTB
Catridge SN, and Expiration Date. 10. 1.674 NEGATIF
Not Detected
- Pindai atau ketik identitas contoh uji.
Pastikan identitas benar. Identitas contoh MTB
11. 1611 NEGATIF
Not Detected
uji berhubungan dengan hasil uji dan akan
ditampilkan “View Result” window dan 12. 1.675 NEGATIF
MTB
semua laporan. Not Detected
- Klik “Start Test”. MTB
- Ketik kata sandi. 13. 1.676 NEGATIF
Not Detected
- Bila lampu hijau berkedip, buka pintu
MTB
14. 1.677 NEGATIF
modul dan masukkan catridge. Not Detected

- Tutup pintu. MTB


15. 1.684 NEGATIF
Not Detected
- Selama pengujian lampu hijau tetap
MTB
16. 1.685 NEGATIF
menyala tanpa berkedip. Not Detected

JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019 3


MTB MTB
17. 1.686 NEGATIF 41. 1.760 NEGATIF
Not Detected Not Detected

MTB MTB
18. 1.688 NEGATIF 42. 1.762 NEGATIF
Not Detected Not Detected

MTB MTB
19. 1.690 NEGATIF Detected Very Low 43. 1.770 NEGATIF
Not Detected
RR
MTB
MTB 44. 1.771 NEGATIF
20. 1.691 NEGATIF Not Detected
Not Detected
MTB
MTB 45. 1.772 NEGATIF
21. 1.693 NEGATIF Not Detected
Not Detected

MTB
22. 1.694 NEGATIF
Not Detected Pembahasan

23. 1.695 NEGATIF


MTB Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
Not Detected sampel sputum dari pasien terduga penderita TB dengan
MTB hasil BTA mikroskopis negatif, dari hasil pemeriksaan
24. 1.697 NEGATIF
Not Detected 45 sampel dengan metode RT PCR GeneXpert,
didapatkan positif sebanyak 2 orang, 1 ditemukan
MTB
25 1.698 NEGATIF positif Resistantce Rifamfisin, serta negatif sebanyak 43
Not Detected
orang. Sedangkan pada hasil pemeriksaan miroskopis
MTB dari 45 sampel sputum, tidak ditemukan sputum BTA
26. 1.702 NEGATIF
Not Detected
positif. Hal itu dikarenakan pada metode Tes Cepat
MTB Molekuler jumlah minimal bakteri yang dibutuhkan
27. 1.710 NEGATIF
Not Detected lebih sedikit yaitu 131 bakteri/mililiter, (Wulandari Y,
2011) sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis
MTB
28. 1.709 NEGATIF dibutuhkan bakteri baru yang jumlahnya lebih banyak
Not Detected
yaitu paling sedikit 5000 bakteri dalam satu milliliter
MTB sputum.
29. 1.687 NEGATIF
Not Detected
Pada penelitian lain yang dilakukan di Rumah
MTB Sakit Umum dr. M. Djamil Padang didapatkan hasil uji
30. 1.708 NEGATIF
Not Detected diagnosis dengan mesin GeneXpert untuk mendiagnosis
TB paru dengan BTA negatif didapatkan sensitivitas
MTB
31. 1.749 NEGATIF 92,86%, spesifisitas 95,75%. Kelebihan lain yang
Not Detected
terdapat dalam Pemeriksaan Xpert MTB/RIF yaitu alat
MTB ini juga dapat mendeteksi MTB kompleks dan resistensi
32. 1.750 NEGATIF
Not Detected terhadap rifampisin secara simultan dengan
mengamplifikasi sekuen spesifik gen rpoB dari MTB
MTB
33. 1.754 NEGATIF
Not Detected
kompleks menggunakan lima probe molecular beacons
(probe A – E) untuk mendeteksi mutasi pada daerah gen
MTB rpoB.
34. 1.752 NEGATIF
Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan,
Not Detected
dimana adanya perbedaan dari hasil pemeriksaan BTA
MTB negatif mikroskopis dengan Tes Cepat Molekuler. yaitu
35. 1.753 NEGATIF
Not Detected
pada alat uji diagnostik yang terutama di pergunakan
MTB untuk menyingkirkan ada atau tidakadanya suatu
36. 1.755 NEGATIF
Not Detected penyakit, maka diharapkan mempunyai nilaisensitivitas,
spesifisitas, akurasi dan uji kappa yangtinggi sehingga
MTB akan lebih memastikan diagnosis pasien. Pemeriksaan
37. 1.756 NEGATIF
Not Detected
dengan metode RT-PCR GeneXpert ini memiliki nilai
MTB
sensitivitas yang tinggi, Sehingga dapat digunakan
38. 1.757 NEGATIF sebagai alat skrining untuk menjaring pasien yang
Not Detected
menderita TB paru, sedangkan nilai spesifisitas yang
MTB tinggi dapat menentukan seorang pasien betul-betul
39. 1.758 NEGATIF
Not Detected
menderita TB paru atau tidak menderita TB paru
MTB sehingga pemberian terapi dapat segera diberikan.
40. 1.759 NEGATIF
Not Detected

4 JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019


4. KESIMPULAN DAN SARAN 12. Irianto K. Pengecatan Bakteri. Dalam:
Nurhayati N, Mikrobiologi Menguak Dunia
Kesimpulan Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Mikroorganisme.. Bandung: Yrama Widya,
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil pada 2006.
Pemeriksaan BTA dari sampel sputum Negatif 13. Kementerian Kesehatan Republik
menggunakan uji Mikroskopis dan Tes Cepat Indonesia : Direktorat Jenderal Bina Upaya
Molekuler. Kesehatan Petunjuk Teknis Pemeriksaan
Tuberkulosis MengunakanAlat GeneXpert,
5. DAFTAR PUSTAKA Jakarta, 2015.
14. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia : Direktorat Jenderal
1. Aditama TY, Tuberkulosis, Masalah dan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Perkembangannya.. Semi jurnal Farmasi Lingkungan. Pedoman Nasional
dan Kedokteran Ethical Digest. Jakarta, Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. 2011
2008. 15. Kementerian Kesehatan Republik
2. Algoritma Tuberkulosis Pada Dewasa. Semi Indonesia: Peduli TBC, Indonesia Sehat.
jurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Jakarta. 2018. dari :
Digest. Jakarta, 2011. http://www.depkes.go.id/article/view/180321
3. Alsagaff H, Mukty A, Dasar-dasar Ilmu 00002/peduli-tbc-indonesia-sehat.html
Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga 16. Kumala W. Diagnosis Laboratorium
University Press, 2010. Mikrobiologi Klinik.. Jakarta: Universitas
4. Amin Zulkifli, Bahar A.Tuberkulosis Paru. Trisakti, 2006.
dalam: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, 17. Masdalena. Pengaruh Faktor Higiene dan
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian
: Interna Publishing, 2009. Penyakit Tuberkulosis Paru Pada Warga
5. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Binaan Pemasyarakatan di Blok D Rumah
Mikobakteria. Dalam : Mudihardi E, Tahanan Negara Klas I Medan, Skripsi
Kuntaman, Wasito EB, et al eds. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Sumatera Utara. Medan. 2012
Medika, 2005. 18. Misnadiarly. Pemeriksaan Laboratorium
6. Centers for Disease Control and Prevention Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik.
Division of Tuberculosis Elimination Jakarta: Dian Rakyat, 2006.
Laboratory Branch. Laboratory User Guide 19. PDPI. Pedoman diagnosis Dan
for U.S. Public Health Laboratories: Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia.
Molecular Detection of Drug Resistance Diakses 9 Maret 2017
(MDDR) in Mycobacterium tuberculosis dari:http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/t
Complex by DNA Sequencing (Version 2.0) . b.html
[Online] Juni 2012. Diakses 9 April 2017 20. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
dari: Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
https://www.cdc.gov/tb/topic/laboratory/md Penatalaksaan di Indonesia. Jakarta: Indah
drusersguide.pdf. Offset Citra Grafika, 2006.
7. Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis 21. Piatek, Amy S. Science and Practice.
Klinis. 2nd ed. Jakarta: Widya Medika, GeneXpert for TB diagnosis: planned and
2002. purposeful implementation. Global Health,
8. Ford, Christopher B. Use of whole genome 2013.
sequencing to estimate the mutation rate of 22. Radji M. Mycobacterium Tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis during latent Dalam: Manurung J. Buku Ajar
infection. 2011. Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi
9. Gomes M. Pulmonary Tuberculosis: dan Kedokteran. Jakarta: EGC, 2010.
Relationship Between Sputum 23. Sharma, Surendra Kl. Evaluating the
Bacilloscopy and Radiological Lesions. Rev. Diagnostic Accuracy of Xpert MTB/RIF
inst. Med. Trop. Sao Paulo: 2003. Assay in Pulmonary Tuberculosis. Jakarta
10. GBCHealth. drug-resistant tb: why it 2015.
matters. s.l. : GBCHealth, 2011. 24. Wulandari Y, Wiqoyah N, Mertaniasih NM.
11. Icksan A, Luhur R. Radiologi Toraks Nucleicacid amplification of the RPOB
TuberkulosisParu. Jakarta: Sagung Seto, region ofMycobacterium tuberculosis in
2008. pulmonary uberculosis diagnosis. Folia
Medica Indonesiana 2011.

JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019 5


25. Zumla, Alimuddin I dan Lawn, Stephen D.
Diagnosis of extra pulmonary tuberculosis
using the Xpert® MTB/RIF assay. 2012.

6 JAB – STABA | VOL.03 NO.01 | Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai