Anda di halaman 1dari 20

HIPOKALEMIA DAN HIPERKALEMIA

KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN DAN METABOLIK


KELAS D

Dosen Pengampu :
Ns. Ani Widiastuti, SKep, SKM, M.Kep, Sp.Kep. MB

Disusun oleh :
Niasa Lora Rimar 1710711130 Indah Fitri Amelia 1710711140
Peren Dita Sanli 1710711131 Anna Fauziah 171071141
Sarah Nurul Izzah M 1710711132 Salma Nur Shohimah 171071142
Stephanie Ester R. S 1710711133 Rizka Yusriyah 171071143
Febby Fereza 1710711135 Tiyas Putri W. 171071144
Anggi Dwi Prasetyo 1710711136 Mugia Saida D. 171071145
Ayu Inda Puspitasari 1710711137 Refany Salsabila 171071146
Tri Andhika Dessy W 1710711138 Regita Cahyani 171071147
Firna Nahwa Firdausi 1710711139

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
Pemicu berfikir :

1. Jenis penyakit yang mungkin terjadi pada kasus adalah pasien yang
mengalami kadar gula darah di bawah kondisi normal (di bawah 70 mg/dL
atau 4 mmol/L). Kemudian kegawatan yang mungkin terjadi pada kasus jika
tidak segera diatasi adalah:
a) Hypoglikemia murni : adalah hipoglikemia apabila glukosa darah <
60mg/dl
b) Koma hipoglikemia : Koma akibat gula darah turun sampai dibawah
30mg/dl. Koma hipoglikemia cukup sering terjadi. Pada saat lapar tubuh
melepaskan 10 gram glukosa setiap jamnya, dimana 6 gram utk otak,
sedangkan 4 gram utk tubuh dan sel darah merah
c) Ketoasidosis diabetik
Kondisi ini merupakan salah satu jenis asidosis metabolik yang terjadi
ketika sel-sel tubuh yang kelaparan terpaksa memecah lemak sebagai sumber
energi. Sel bisa mengalami kelaparan karena tubuh kekurangan insulin atau
tidak dapat memakai insulin dengan baik untuk memasukkan glukosa ke
dalam sel sebagai sumber energi.
d) Penyakit ginjal, sehingga ginjal akan menyebabkan pembuangan obat
lewat urine menjadi lebih sedikit. Kadar obat dalam darah menjadi
bertambah, sehingga pada obat anti diabetes. Efeknya akan lebih besar,
sehingga glukosa darah akan banyak masuk ke dalam sel.
e) Anorexia nervosa, yaitu gangguan makan (yang menyebabkan kelaparan)
jangka panjang. Akibatnya, tubuh kekurangan nutrisi yang diperlukan
untuk memproduksi glukosa.

2. Apa tindakan awal yang tepat untuk dilakukan untuk menstabilkan pasien ini?
Pada kasus pasien datang dengan tidak sadar :
Tindakan awal untuk menstabilkan pasien hipoglikemia yaitu :
1.Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL) bolus
intravena

2. Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 8 jam kolf bila tanpa penyulit
lain.

3.Periksa Gula Darah Sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan


glukometer:
- Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV

- Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

4. Periksa GDs setiap 15 menit setelah pemberian Dekstrosa 40%:


- Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Desktrosa 40% mL IV

- Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

- Bila GDs 100-200 mg/dL → tanpa bolus Dekstrosa 40%

- Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan kecepatan drip

Dekstrosa 10%
Jika gula darah sudah di atas 100 mg/dl sebanyak 3 kali pemeriksaan, ganti
cairan dekstrosa dengan natrium klorida, dan protocol hipoglikemia dapat
dihentikan.

3. Pemeriksaan diagnostik

1) Kadar glukosa darah

2) Tes fungsi ginjal

3) Tes fungsi hati

4) Kadar C-Peptide

4. Intintervensi Terapeutik
1) Kaji keadaan umum dan TTV
2) Kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian terapi
3) Anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis
4) kolaborasi dalam pemberian terapi glukosa 5%, 10% atau 40% per-IV.
5. Perbedaan pengobatan kasus hipoglikemi berdasarkan kemampuan institusi,
dan implikasi peran perawat yaitu pada tingkat Rumah Sakit penanganan
Hipoglikemi dapat berbeda tergantung pada:
- Fasilitas Rumah sakit : Perbedaan fasilitas yang dimiliki mulai dari kapasitas
pasien dan juga peralatan dapat menjadi pembeda di tiap rumah sakit.
- Asuransi yang digunakan oleh pasien juga sangat berpengaruh terhadap
penanganan pasien karena ada beberapa obat dan prosedur yang dilakukan
dan tidak dilakukan untuk asuransi tertentu.
- Masalah dalam penatalaksanaan hipoglikemi pada perawatan lanjutan saat
keluar dari IGD di mana ini disebabkan oleh kamar di bangsal penuh.
- Kebijakan terhadap pasien dengan jaminan/ asuransi harus berpihak kepada
pasien.
- Pengambilan keputusan dalam penentuan pengobatan pasien seperti
penolakan pasien/ keluarga pasien untuk persetujuan dirawat dan dirujuk.

Implikasinya bagi peran perawat


Peran perawat dalam manajemen hipoglikemi sangat penting. Kondisi
hipoglikemi dapat terjadi di berbagai setting perawatan pasien meliputi UGD,
rawat inap dan bahkan di rawat jalan. Oleh karena itu kompetensi manajemen
hipoglikemi harus dikuasai bukan hanya oleh perawat UGD saja tetapi oleh
seluruh perawat RS yang kemungkinan kontak dengan pasien hipoglikemi
berisiko mengalami hipoglikemi. 

Peran perawat dalam manajemen hipoglikemi diantaranya deteksi tanda dan


gejala hipoglikemi, monitoring tanda vital, tingkat kesadaran, monitor GDS,
cek hbA1C, deteksi dan pencegahan perburukan, pencegahan dan deteksi
komplikasi pasca tindakan, edukasi klien dan keluarga, serta rehabilitasi pasca
tindakan

6. Indikasi dan rujukan pasien


● Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS

dilakukan setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200

mg/dL → pertimbangkan mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau

NaCl 0,9%.

● Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing

selang 2 jam, pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam, dengan protokol

sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan mengganti infus

dengan Dekstrosa 5% atau NaCI 0,9%.


● Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing selang 4
jam, pemeriksaan GDS dapat diperpanjang sesuai kebutuhan sampai efek obat
penyebab hipoglikemia diperkirakan sudah habis dan pasien sudah dapat
makan seperti biasa.
● Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis
insulin, seperti: glukagon 0,5-1 mg IV/IM atau kotison, adrenal
● Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah teratasi, maka
cari penyebab lain atau pertimbangkan sudah terjadi brain
damage akibat hipoglikemia berkepanjangan.

Rujuk pasien ke SpPD untuk mendapatkan tatalaksana komprehensif.


Diskusi :

1. Epidemiologi
Penelitian populasi pasien anak dan remaja dengan diabetes mellitus
tipe 1 melaporkan bahwa insidens hipoglikemia di Indonesia cukup tinggi,
yakni mencapai 76 kejadian per 100 pasien per tahun. Angka ini bahkan jauh
lebih tinggi daripada insidens hipoglikemia berat pada populasi dewasa di
negara maju. Tingginya kejadian hipoglikemia pada populasi anak dan remaja
dengan diabetes mellitus tipe 1 di Indonesia mungkin berkaitan dengan
rendahnya proporsi pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1C rutin (21%)
dan kurangnya praktik pemantauan glukosa darah mandiri (IDF,2013).
Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7%
pada penduduk perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut berbeda –
beda di berbagai provinsi dan prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Jawa
Tengah sebesar 7,8%.5 (Barnes, 2017).

2. PATOFISIOLOGY

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama


bergantung pada glukosauntuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperolehglukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit,
namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.Untuk melakukan kerja yang begitu
banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secaraterus menerus dari darah ke
dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-sarafdi dalam system
saraf tersebut.Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akanmempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus,
penurunan mental seseorang telah dapatdilihat ketika gula darahnya menurun hingga
di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosadarah menurun hingga di bawah 10
mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan koma.Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulinyang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, lemak,ada tiga gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis.

1. dehidrasi

2. kehilangan elektrolit

3. asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula,di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akanmenimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalamtubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dankalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akanmenyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang beratdapat kehilangan kira-kira 6,5
liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta kloridaselama periode
waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asamlemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, padaketon asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat darikekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkanasidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor,takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-


sel otak tidakmemperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi padasistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidakterkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang
tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala
ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat,sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang,sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2001). Pathway Hipoglikemi:
3. Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Gejala gula darah rendah atau hipoglikemia dapat muncul secara tiba-tiba dan
bervariasi pada tiap penderita. Gejala tersebut meliputi:

● Mudah lapar
● Mudah marah
● Sulit berkonsentrasi
● Kesemutan
● Lelah
● Pusing
● Gemetar atau tremor
● Pucat
● Keringat dingin
● Jantung berdebar

4. Komplikasi Potensial

Hipoglikemia dapat menimbulkan komplikasi berupa perubahan inflamasi,


kardiovaskuler, dan neurologis akut. Hipoglikemia pada individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 (T1DM) maupun individu sehat dapat menimbulkan peningkatan
adhesi platelet monosit, aktivasi platelet, dan sejumlah penanda inflamasi (CD-40, IL-
6, dan hsCRP). Namun, belum diketahui apakah perubahan penanda inflamasi
tersebut berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.

Walaupun komplikasi kardiovaskuler selama episode hipoglikemia jarang ditemukan,


iskemia dan aritmia dapat muncul dan mungkin berkaitan dengan peningkatan risiko
kematian. Hipoglikemia berhubungan erat dengan perubahan temporer pada
elektrokardiogram dan gejala iskemia kardiovaskuler, pemanjangan interval QT, dan
neuropati otonom kardiovaskuler.
Komplikasi neurologis akibat hipoglikemia dapat memiliki derajat keparahan
bervariasi, mulai dari iritabilitas, gangguan konsentrasi, defisit neurologis fokal,
kejang, hingga koma. Namun, komplikasi neurologis ini biasanya sementara karena
sumber energi cadangan bagi otak mulai tersedia pada saat episode hipoglikemia
terjadi. Data pada pasien hipoglikemia yang dirawat inap menunjukkan bahwa
konsekuensi neurologis permanen cukup jarang terjadi.

5. Pemeriksaan Diagnostik
● Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah
5 jam.
● Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
● Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin
dua kali negatif terhadap glukosa.
● EKG: Takikardia.

6. Manajemen Pemgobatan/ Tatalaksana Hipoglikemia

Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :

1. Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak tejadi kerusakan
irreversibel.
2. Tidak mengganggu regulasi DM.

Manajemen Pengobatan Hipoglikemi

1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10-   20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa
seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak
diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum
ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram
karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba. 
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan
dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan
kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila
pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian
glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40
gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang singkat
(awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit.
Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung
dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai
pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai


berikut :

1. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.


2. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV)  → satu flakon (25 cc) Dex

40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30

mg/dl.

Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004) ; Smeltzer


& Bare (2003) sebagai berikut:

a. Tergantung derajat hipoglikemi:


● Hipoglikemi ringan:
1) Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir
permen atau 2-3 sendok teh sirup atau madu
2) Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi
pemberiannya
3) Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
coklat, kue, donat, ice cream, cake
● Hipoglikemi berat:
1) Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
2) Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan
makanan atau minuman

Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :

1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian
dekstorsa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan
kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada
anak – anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan
yang berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subcutan atau
intramuskular.

7. Terapi Definitive Hipoglikemi

Terapi definitif adalah terapi menggunakan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya. Dalam kasus pasien
mengalami hipoglikemia yang dimana jika diberi terapi ini jika hipoglikemianya
disebebkan oleh tumor adalah reseksi.
ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT

PADA PASIEN HIPOGLIKEMI

PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 49 th
Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sukamaju
Tanggal/ Jam masuk RS : 08-10-2020/09.00 WIB
Tanggal/ Jam pengkajian : 08-10-2020/09.05 WIB
Diagnosa medis : Hipoglikemia
b. Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Age : 50 th
Kelamin : Laki-laki
Religion : Islam
Alamat : Jl. Sukamaju
Hub. Dengan pasien: Suami

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh tidak nafsu makan, lemas, pusing, dan ingin tidur saja

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tidak respon saat diajak bicara

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien diketahui menderita sakit kencing manis sejak ± 4 tahun yang lalu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
….……………………………………………………

4. Primary Survey
a. Airway
Jalan nafas pasien paten

b. Breathing
Tidak ada bunyi nafas, tidak ada usaha nafas tambahan, RR 18 x/mnt

c. Circulation
CRT >2 detik, TD 110/60 mmHg, Nadi 110 x/mnt, akral dingin, turgor
kulit tidak elastis, kulit pasien tampak pucat

d. Disability
Tingkat kesadaran apatis, GCS 12, pasien terbaring lemas

e. Exposure
Suhu 36,7℃, buka pakaian pasien dan berikan selimut

5. Secondary Survey
a. SAMPLE (MIVT)
S = pasien menderita sakit kencing manis sejak ± 4 tahun yang lalu
A = tidak ada alergi
M = obat antidiabetikum oral
P = tidak terkaji
L = pasien terakhir makan malam jam 19.00 WIB dan hari ini pasien
belum sarapan
E = pasien ditemukan tidak sadar didalam kamarnya oleh anak pasien
b. Head To Hoe Assessment
Head and ● Konjungtiva anemis
Face ● Mukosa bibir kering
● Tidak ada lesi
● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan
● Lidah pasien pucat
● Tidak ada nafas cuping hidung

Neck ● Tidak ada lesi


● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan
● Tidak ada distensi vena jugularis

Chest ● Ekspansi dada simetris


● Suara nafas vesikuler
● Tidak ada lesi
● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan

Abdomen ● Abdomen lunak


and Flanks ● Bising usus 5x/mnt
● Tidak ada lesi
● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan

Pelvis and ● Tidak ada lesi


Perineum ● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan

Extremitie ● Akral dingin


s ● Perfusi jaringan tidak adekuat
● Tidak ada lesi
● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan
● Kuku pucat

6. Examination Support
GD 42 mg/dl
(Laboratory test, X-Ray, BGA etc)

7. Therapy
Terapi cairan D 10% 20 tpm per IV, terapi D 40% 50 ml per IV
(Drug, Diet etc)
Analisa Data Diagnosa Keperawatan

DS: Gangguan perfusi jaringan serebral


b.d disfungsi system saraf pusat
- Keluarga mengatakan pasien akibat hipoglikemia
ditemukan tidak sadar didalam
kamarnya

D0 :

- Pasien menderita sakit kencing


manis sejak ± 4 tahun yang lalu
dan minum obat antidiabetikum
- TD 110/60 mmHg
Nadi 110 x/mnt
suhu 36.7 C,
RR 18 x/mnt.
- Tingakat kesadaran Apatis

DS : Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh yang b.d perubahan
- Keluarga mengatakan pasien metabolism, dan kurang asupan
mengeluh tidak nafsu makan, makanan
lemas, pusing dan ingin tidur saja

DO:

Hasil pemeriksaan laboratorium


GD 42 mg/dl

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan metabolism,
dan kurang asupan makanan
Intervensi Keperawatan

DX NOC NIC

Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Catat status neurologi


Perfusi keperawatan selama 1x24jam secara teratur,
Jaringan diharapkan masalah gangguan bandingkan dengan nilai
Serebral b.d perfusi jaringan serebral dapat standart
disfungsi teratasi : 2. Pantau TTV
system saraf 3. Tinggikan kepala 15-45
pusat akibat 1. Tingkat kesadaran derajat, posisi head up
hipoglikemia komposmentis 4. Kaji respon motorik
2. TTV normal terhadap perintah
3. Disorientasi waktu , sederhana
tempat, dan orang secara 5. Pantau suhu lingkungan
tepat 6. Beritahu klien untuk
menghindari/ membatasi
batuk,muntah
7. Perhatikan adanya
gelisah meningkat,
tingkah laku yang tidak
sesuai
8. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Perubahan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:
nutrisi keperawatan selama 1x24jam
kurang dari diharapkan masalah perubahan 1.Tentukan status gizi pasien
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan dan kemampuan untuk
tubuh yang tubuh daoat teratasi : memenuhi kebutuhan nutrisi
b.d 2.Bantu pasien dalam
perubahan Manajemen Nutrisi
menentukan pedoman yang
metabolism, -Intake nutrisi tercukupi cocok dalam memenuhi nutrisi
dan kurang dan preferensi
asupan -Asupan makanan dan cairan
makanan tercukupi Monitor Nutrisi 3.Tentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan.
-Asupan nutrisi terpenuhi
Nausea dan vomiting severity 4.Anjurkan pasien
mengkonsumsi makanan tinggi
-Penurunan intensitas terjadinya zat besi atau Fe seperti sayuran
mual muntah hijau
-Penurunan frekuensi terjadinya 5.Pastikan makanan disajikan
mual dan muntah Weight Body dengan cara yang menarik pada
Mass suhu yang cocok untuk
-Pasien mengalami peningkatan dikonsumsi.
berat badan 6.Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makanan.

NIC

Nausea Management

1.Kaji frekuensi mual, durasi,


tingkat keparahan, faktor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.

2.Anjurkan pasien makan


sedikit tapi sering

3.Anjurkan pasien makan selagi


hangat
4. Mengendalikan faktor
lingkungan yang
memungkinkan membangkitkan
mual seperti bau yang tidak
menyenangkan

5. Mengajari teknik non-


farmakologi untuk mengontrol
mual seperti dengan teknik
relaksasi tarik nafas dalam.

NIC

Weight Managemenet

1.Hitung berat badan klien

2.Diskusikan pada klien


mengenai hubungan anatara
asupan makanan dan penurunan
berat badan

Anda mungkin juga menyukai