Dosen Pengampu :
Ns. Ani Widiastuti, SKep, SKM, M.Kep, Sp.Kep. MB
Disusun oleh :
Niasa Lora Rimar 1710711130 Indah Fitri Amelia 1710711140
Peren Dita Sanli 1710711131 Anna Fauziah 171071141
Sarah Nurul Izzah M 1710711132 Salma Nur Shohimah 171071142
Stephanie Ester R. S 1710711133 Rizka Yusriyah 171071143
Febby Fereza 1710711135 Tiyas Putri W. 171071144
Anggi Dwi Prasetyo 1710711136 Mugia Saida D. 171071145
Ayu Inda Puspitasari 1710711137 Refany Salsabila 171071146
Tri Andhika Dessy W 1710711138 Regita Cahyani 171071147
Firna Nahwa Firdausi 1710711139
1. Jenis penyakit yang mungkin terjadi pada kasus adalah pasien yang
mengalami kadar gula darah di bawah kondisi normal (di bawah 70 mg/dL
atau 4 mmol/L). Kemudian kegawatan yang mungkin terjadi pada kasus jika
tidak segera diatasi adalah:
a) Hypoglikemia murni : adalah hipoglikemia apabila glukosa darah <
60mg/dl
b) Koma hipoglikemia : Koma akibat gula darah turun sampai dibawah
30mg/dl. Koma hipoglikemia cukup sering terjadi. Pada saat lapar tubuh
melepaskan 10 gram glukosa setiap jamnya, dimana 6 gram utk otak,
sedangkan 4 gram utk tubuh dan sel darah merah
c) Ketoasidosis diabetik
Kondisi ini merupakan salah satu jenis asidosis metabolik yang terjadi
ketika sel-sel tubuh yang kelaparan terpaksa memecah lemak sebagai sumber
energi. Sel bisa mengalami kelaparan karena tubuh kekurangan insulin atau
tidak dapat memakai insulin dengan baik untuk memasukkan glukosa ke
dalam sel sebagai sumber energi.
d) Penyakit ginjal, sehingga ginjal akan menyebabkan pembuangan obat
lewat urine menjadi lebih sedikit. Kadar obat dalam darah menjadi
bertambah, sehingga pada obat anti diabetes. Efeknya akan lebih besar,
sehingga glukosa darah akan banyak masuk ke dalam sel.
e) Anorexia nervosa, yaitu gangguan makan (yang menyebabkan kelaparan)
jangka panjang. Akibatnya, tubuh kekurangan nutrisi yang diperlukan
untuk memproduksi glukosa.
2. Apa tindakan awal yang tepat untuk dilakukan untuk menstabilkan pasien ini?
Pada kasus pasien datang dengan tidak sadar :
Tindakan awal untuk menstabilkan pasien hipoglikemia yaitu :
1.Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL) bolus
intravena
2. Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 8 jam kolf bila tanpa penyulit
lain.
Dekstrosa 10%
Jika gula darah sudah di atas 100 mg/dl sebanyak 3 kali pemeriksaan, ganti
cairan dekstrosa dengan natrium klorida, dan protocol hipoglikemia dapat
dihentikan.
3. Pemeriksaan diagnostik
4) Kadar C-Peptide
4. Intintervensi Terapeutik
1) Kaji keadaan umum dan TTV
2) Kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian terapi
3) Anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis
4) kolaborasi dalam pemberian terapi glukosa 5%, 10% atau 40% per-IV.
5. Perbedaan pengobatan kasus hipoglikemi berdasarkan kemampuan institusi,
dan implikasi peran perawat yaitu pada tingkat Rumah Sakit penanganan
Hipoglikemi dapat berbeda tergantung pada:
- Fasilitas Rumah sakit : Perbedaan fasilitas yang dimiliki mulai dari kapasitas
pasien dan juga peralatan dapat menjadi pembeda di tiap rumah sakit.
- Asuransi yang digunakan oleh pasien juga sangat berpengaruh terhadap
penanganan pasien karena ada beberapa obat dan prosedur yang dilakukan
dan tidak dilakukan untuk asuransi tertentu.
- Masalah dalam penatalaksanaan hipoglikemi pada perawatan lanjutan saat
keluar dari IGD di mana ini disebabkan oleh kamar di bangsal penuh.
- Kebijakan terhadap pasien dengan jaminan/ asuransi harus berpihak kepada
pasien.
- Pengambilan keputusan dalam penentuan pengobatan pasien seperti
penolakan pasien/ keluarga pasien untuk persetujuan dirawat dan dirujuk.
dilakukan setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200
NaCl 0,9%.
1. Epidemiologi
Penelitian populasi pasien anak dan remaja dengan diabetes mellitus
tipe 1 melaporkan bahwa insidens hipoglikemia di Indonesia cukup tinggi,
yakni mencapai 76 kejadian per 100 pasien per tahun. Angka ini bahkan jauh
lebih tinggi daripada insidens hipoglikemia berat pada populasi dewasa di
negara maju. Tingginya kejadian hipoglikemia pada populasi anak dan remaja
dengan diabetes mellitus tipe 1 di Indonesia mungkin berkaitan dengan
rendahnya proporsi pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1C rutin (21%)
dan kurangnya praktik pemantauan glukosa darah mandiri (IDF,2013).
Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7%
pada penduduk perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut berbeda –
beda di berbagai provinsi dan prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Jawa
Tengah sebesar 7,8%.5 (Barnes, 2017).
2. PATOFISIOLOGY
1. dehidrasi
2. kehilangan elektrolit
3. asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula,di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akanmenimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalamtubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dankalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akanmenyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang beratdapat kehilangan kira-kira 6,5
liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta kloridaselama periode
waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asamlemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, padaketon asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat darikekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkanasidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor,takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat,sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang,sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2001). Pathway Hipoglikemi:
3. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Gejala gula darah rendah atau hipoglikemia dapat muncul secara tiba-tiba dan
bervariasi pada tiap penderita. Gejala tersebut meliputi:
● Mudah lapar
● Mudah marah
● Sulit berkonsentrasi
● Kesemutan
● Lelah
● Pusing
● Gemetar atau tremor
● Pucat
● Keringat dingin
● Jantung berdebar
4. Komplikasi Potensial
5. Pemeriksaan Diagnostik
● Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah
5 jam.
● Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
● Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin
dua kali negatif terhadap glukosa.
● EKG: Takikardia.
1. Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak tejadi kerusakan
irreversibel.
2. Tidak mengganggu regulasi DM.
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa
seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak
diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum
ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram
karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan
dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan
kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila
pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian
glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40
gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat
(awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit.
Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung
dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai
pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30
mg/dl.
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian
dekstorsa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan
kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada
anak – anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan
yang berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subcutan atau
intramuskular.
Terapi definitif adalah terapi menggunakan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya. Dalam kasus pasien
mengalami hipoglikemia yang dimana jika diberi terapi ini jika hipoglikemianya
disebebkan oleh tumor adalah reseksi.
ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 49 th
Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sukamaju
Tanggal/ Jam masuk RS : 08-10-2020/09.00 WIB
Tanggal/ Jam pengkajian : 08-10-2020/09.05 WIB
Diagnosa medis : Hipoglikemia
b. Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Age : 50 th
Kelamin : Laki-laki
Religion : Islam
Alamat : Jl. Sukamaju
Hub. Dengan pasien: Suami
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh tidak nafsu makan, lemas, pusing, dan ingin tidur saja
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien tidak respon saat diajak bicara
4. Primary Survey
a. Airway
Jalan nafas pasien paten
b. Breathing
Tidak ada bunyi nafas, tidak ada usaha nafas tambahan, RR 18 x/mnt
c. Circulation
CRT >2 detik, TD 110/60 mmHg, Nadi 110 x/mnt, akral dingin, turgor
kulit tidak elastis, kulit pasien tampak pucat
d. Disability
Tingkat kesadaran apatis, GCS 12, pasien terbaring lemas
e. Exposure
Suhu 36,7℃, buka pakaian pasien dan berikan selimut
5. Secondary Survey
a. SAMPLE (MIVT)
S = pasien menderita sakit kencing manis sejak ± 4 tahun yang lalu
A = tidak ada alergi
M = obat antidiabetikum oral
P = tidak terkaji
L = pasien terakhir makan malam jam 19.00 WIB dan hari ini pasien
belum sarapan
E = pasien ditemukan tidak sadar didalam kamarnya oleh anak pasien
b. Head To Hoe Assessment
Head and ● Konjungtiva anemis
Face ● Mukosa bibir kering
● Tidak ada lesi
● Tidak ada pembengkakan
● Tidak ada kemerahan
● Lidah pasien pucat
● Tidak ada nafas cuping hidung
6. Examination Support
GD 42 mg/dl
(Laboratory test, X-Ray, BGA etc)
7. Therapy
Terapi cairan D 10% 20 tpm per IV, terapi D 40% 50 ml per IV
(Drug, Diet etc)
Analisa Data Diagnosa Keperawatan
D0 :
DO:
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan metabolism,
dan kurang asupan makanan
Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
NIC
Nausea Management
NIC
Weight Managemenet