Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KESALAHAN KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA

KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2


SEMARANG
Dimas Nanda Kurnia
Universitas Pekalongan
Dimasnk17@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk
kesalahan konstruksi sintaksis dalam karangan argumentasi siswa kelas
XI SMK 2 Semarang. Bentuk kesalahan konstruksi sintaksis meliputi
kesalahan konstruksi frase dan kesalahan konstruksi kalimat dalam
karangan argumentasi.
Subjek penelitian ini adalah karangan argumentasi siswa kelas XI
SMK 2 Semarang. Objek penelitian ini adalah kesalahan konstruksi
sintaksis dalam karangan argumentasi siswa kelas XI SMK 2 Semarang.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif,
yaitu mendeskripsikan tentang kesalahan konstruksi sintaksis pada
karangan argumentasi siswa kelas XI SMK 2 Semarang. Untuk
mengumpulkan data kesalahan konstruksi sintaksis, digunakan teknik
simak dan catat. Metode analisis yang digunakan adalah metode teknik
lesap dan teknik balik dan metode agih. Instrumen dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri dengan kriteria kesalahan penggunaan
konstruksi frase dan kalimat.
Hasil penelitian kesalahan konstruksi sintaksis. Pertama,
kesalahan konstruksi sintaksis ada 2, yaitu kesalahan konstruksi frase
dan kalimat. Kesalahan konstruksi frase terdidiri dari 1 buah kesalahan
sementara kontruksi kalimat terdiri dari 8 jenis kesalahan.

Kata kunci: kesalahan konstruksi sintaksis, frasa kalimat

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam hal menulis juga menjadi sorotan


yang penting dalam dunia pendidikan. Siswa dituntut mampu menulis
dengan baik sesuai tata cara yang telah ditetapkan. Dengan demikian, berbagai
penyimpangan penggunaan dan tata cara berbahasa perlu dihindari. Hal ini akan
menjadikan siswa sebagai orang yang terampil dalam menulis.
Kecanggihan dalam menulis siswa yang menarik dapat terlihat dari bagaimana
ia menuangkan isi tulisan dengan baik. Di samping itu, pemilihan bahasa
dan pola kalimat menjadi pengaruh yang kuat dalam tulisannya. Pola kalimat
yang acak-acakan dengan bahasa yang kurang benar dapat mempengaruhi makna
tulisannya. Akibatnya, pembaca akan bingung dalam memahami tulisan tersebut
dan akhirnya akan mengacuhkannya. Hal seperti inilah yang ditakutkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Menurut (wulan:2013) Salah satu bidang linguistik yaitu sintaksis
akan sangat mempengaruhi siswa dalam menulis. Bidang sintaksis mengarah
pada kata yang menjadi objek terkecil dan kalimat yang menjadi objek
terbesar. Sintaksis merupakan bidang ilmu linguistik yang mempelajari tentang
kata, frase, kalimat, tata letak, dan pola kalimat. Dengan kata lain, jenis-jenis
frase dan jenis kalimat dapat dipelajari dengan menggunakan sintaksis. Di
samping itu, struktur kalimat yang menjadi dasar dalam pengembangan
paragraf pun dapat dipelajari dalam bidang ini. Dengan bantuan bidang
tersebut, siswa dapat membuat tulisan dengan jenis kalimat tunggal dan
kalimat majemuk serta dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Sejauh pengamatan penulis, pengajaran struktur bahasa di SMK masih
menekankan teori dan masih terpisah-pisah dari pengajaran keterampilan
khususnya menulis. Tugas mengarang yang merupakan salah satu keterampilan
menulis diberikan sebagian besar hanya dijadikan sebagai tugas pokok sesuai
dengan KD, dan penilaian hasil karangan masih terbatas secara keseluruhan
(global). Untuk analisis struktur belum mendapatkan porsi yang banyak
yang salah satunya adalah analisis kesalahan konstruksi sintaksis, yaitu
menyelidiki dan membicarakan kesalahan penyusunan frase dan kalimat yang
tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengkaji tentang bagaimana
penulisan argumentasi siswa kelas XI SMK 2 Semarang. berkaitan dengan
penggunaan struktur sintaksisnya. Hal ini menarik untuk dibahas karena peneliti
merasa bahwa sebagian besar tulisan siswa menyimpang dari kaidah penulisan
yang benar berkaitan dengan bidang sintaksisnya. Di samping itu, hasil
karangan siswa yang bermacam-macam memungkinkan bervariasinya pola
kalimat yang digunakan. Penulis berharap dengan kajian seperti ini mampu
membenahi tulisan- tulisan siswa berikutnya agar lebih baik dari segi
sintaksisnya.

METODE PENELITIAN
Instrumen penelitian ini adalah human instrument. Human instrument
adalah peneliti sendiri yang didasarkan pada pengetahuan tentang teori-teori
mengenai kesalahan konstruksi sintaksis melakukan seluruh aktifitas mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, analisis, dan penafsiran data, sampai
dengan melaporkan hasil penelitian .
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat
(Sudaryanto,1993: 133-136). Adapun yang dapat ditempuh dalam teknik simak
adalah peneliti membaca dan mengamati secara keseluruhan karangan
argumentasi siswa. Setelah membaca dan mengamati karangan-karangan siswa,
langkah berikutnya adalah mencatat. Langkah dalam mencatat adalah
mengidentifikasi kesalahan konstruksi kalimat yang digunakan dalam
karangan argumentasi siswa
Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hal
ini dikarenakan objek yang diteliti berupa data-data yang bersifat kualitatif
memerlukan penjelasan secara deskriptif. Metode analisis yang digunakan
adalah metode agih. Metode agih atau metode distribusional adalah metode
analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa
yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15)
Metode agih diterapkan melalui beberapa teknik lanjutan. Teknik analisis
lanjutan dalam penelitian ini adalah teknik lesap dan balik. Teknik lesap
ini berguna untuk mengetahui kadar kesalahan unsur yang dilesapkan dalam
konstruksi sintaksis. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal, unsur yang
bersangkutan memiliki kadar keintian yang tinggi dan sebaliknya
(Sudaryanto,1993: 42). Teknik balik berguna untuk mengetahui kadar ketegaran
letak suatu unsur dalam konstruksi sintaksis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Kesalahan Konstruksi Frasa
Kesalahan kontruksi frasa di temukan terjadi karna makna yang
redundan pada frasa. Redunddan merupakan penggunaan unsur yang
berlebihan pada makna sebuah konstruksi frase. Makna yang redundan
ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kesalahan frase. Makna
yang redundan pada karangan argumentasi siswa SMK 2 Semarang ini
berjumlah 2 kalimat. Berikut disajikan hasil analisis.
1. Jika biaya pendidikan mahal, banyak orang-orang yang kurang
mampu
tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
2. Akan tetapi sampai saat ini, banyak para generasi muda terancam
masa depannya, akibatnya mereka mudah terpengaruh dengan
pergaulan bebas di sekitar mereka dan mudah dibodohi orang.
Data (1) terdapat kesalahan frase yang disebabkan oleh adanya
makna yang redundan. Hal tersebut ditunjukkan dengan frase banyak
orang-orang yang kurang mampu yang mempunyai makna berlebihan
dan mengakibatkan ketidaksejajaran makna. Kata banyak dan frase
orang-orang yang kurang mampu sama-sama mempunyai makna yang
menyatakan lebih dari satu. Agar makna frase tersebut tidak
redundan, dapat diperbaiki menjadi frase banyak orang yang tidak
mampu.
Data (2) juga terdapat kesalahan frase yang disebabkan oleh makna
yang redundan. Kesalahan tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
frase banyak para generasi muda yang mempunyai makna berlebihan
dan mengakibatkan ketidak sejajaran makna. Kata banyak dan frase
para generasi muda sama-sama mempunyai makna yang menyatakan
lebih dari satu. Agar frase tersebut tidak redundan, frase banyak para
generasi muda dapat diperbaiki menjadi frase para generasi muda.
B. Kesalahan Kontruksi Kalimat
1. Ketidakhadiran Fungsi Subjek
Sebuah konstruksi kalimat akan menjadi rancu jika unsur fungtor
subjek tidak hadir. Ketidakhadiran unsur fungtor subjek dalam
karangan argumentasi siswa kelas XI SMK 2 Semarang berjumlah 1
kalimat. Berikut disajikan beberapa data kesalahan kalimat yang
disebabkan oleh unsur subjek:
“Di sisi lain, Mahalnya biyaya pendidikan juga akan
berdampak pada administrasi seperti SPP, pembayaran
buku, dan lain-lain.”
kalimat tersebut terdapat subjek untuk memperjelas makna kalimat.
Untuk melengkapi unsur fungsi subjek pada kalimat tersebut,
preposisi “Di” harus di hilangkang agar melengkapi fungsi subjek.
Sehingga kalimat menjadi : Mahalnya biyaya pendidikan juga akan
berdampak pada administrasi seperti SPP, pembayaran buku,
dan lain-lain
2. Kalimat Tidak Baku
Kalimat tak baku adalah kalimat yang susunanya tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang di tentukan. Kalimat yang di temukan
dalam karangan argumentasi siswa kelas IX SMK 2 Semarang hanya
(1) analisisnya sebagai berikut:
“ jika dana sekolah tiap bulan naik dimana tahun ke tahun berubah
sekitar 10.000.00 pertahun tidak ada cara lain pemerintah harus
memberikan bantuan beasiswa”
Kalimat diatas tidak baku karna kesalahan penulisan angka dan
lambing bilangan yaitu 10.000.00 seharusnya ditulis dengan huruf
yaitu sepuluh ribu, dalam peubi jelas di katakana aturan penulisan
angka lebih dari dua digit harus menggunakan huruf bukan angka.
Kalimat perbaikanya sebagai berikut: “jika dana sekolah tiap bulan
naik dimana tahun ke tahun berubah sekitar sepuluh ribu pertahun
tidak ada cara lain pemerintah harus memberikan bantuan beasiswa”
3. Kalimat Ambigu
Adalah kalimat yang bermakna ganda.karna ganda maka bisa
membingungkan pembaca karna dapat menimbulkan penafsiran makna
yang tidak seharusnya. Kalimat ambigu yang di temukan di Teks
argumentasi ini hanya 1. Berikut ini sajian hasil analisisnya:
“sekolah sekolah pasti menginginkan sekolahnya semakin maju.”
Kalimat di atas mengandung kata yang bermakna ganda yaitu
maju. Kata maju di atas bisa di definisikan semakin maju lokasinya
atau semakain baik. Sebaiknya kalimat di atas di ganti menjadi
“Sekolah-sekolah pasti menginginkan sekolahnya semakin baik”
4. Diksi Yang Tidak Tepat
Menurut Widyamartaya (1990: 45)Diksi atau pilihan kata adalah
kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya dan
kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau
pembaca. Dalam penulisan beberapa teks argumentasi kelas IX SMK 2
Semarang hanya ada 1 kalimat yang mengandung diksi tidak tepat
sebagai berikut kalimatnya:
“Hal tersebut sangat ditentangkan karena tidak ada kewajiban
sebuah orang sukses bersekolah di sekolah yang berkualitas baik.”
Kata sebuah di atas menyatakan jumlah atau numeralia jadi
mengakibatkan kalimat di atas menjadi tidak baku. Berikut ini adalah
perbaikan kalimat: Hal tersebut sangat ditentangkan karena tidak
ada kewajiban orang sukses bersekolah di sekolah yang berkualitas
baik.”

5. Koherensi
Pertalian makna antar kalimat pada paragraf dapat dikaitkan
dengan lebih mudah dari pada kohesi. Pada kalimat pertama
membicarakan tentang pendidikan, begitu juga kalimat yang kedua.
Sedangkan pada paragraf kedua membicarakan tentang pendidikan
smk hingga kalimat terkahir masih membahas tentang pendidikan smk.
Berikut ini di temukan kesalahan koherensi pada teks argumentasi
Kelas IX SMK 2 Semarang.
“Kalau dana sekolah di turunkan hingga 10% pastinya pertumbuhan
dan perkembangan sekolah akan semakin meningkat dan menjadi
baik. Pemerintah menyatakan wajib belajar 9 tahun tetapi
kenyataanya banyak masih banyak anak yang tidak sekolah”
Kalimat diatas Kalau dana sekolah di turunkan hingga 10% pastinya
pertumbuhan dan perkembangan sekolah akan semakin meningkat dan
menjadi baik pada saat yang bersamaan pemerintah menyatakan wajib
belajar 9 tahun. Dengan demikian agar kalimat tersebut koherensi
maka di tambahkan kata hubung “Sementara” sehingga kalimatnya
menjadi “Kalau dana sekolah di turunkan hingga 10% pastinya
pertumbuhan dan perkembangan sekolah akan semakin meningkat dan
menjadi baik. Sementara itu Pemerintah menyatakan wajib belajar 9
tahun tetapi kenyataanya banyak masih banyak anak yang tidak
sekolah”
6. Penggunaan Kata Mubadzir
Penggunaan kata kata yang tidak tepat atau terlalu berbelit belit
dalam suatu kalimat. Maka jika kata itu di hilangkan maka tidak akan
merubah makna kalimat tersebut. Berikut analisis yang di temukan
dalam teks argumentasi siswa kelas IX SMK 12 Semarng
“Oleh karna itu pemerintah harus berupaya untuk memberikan
bantuan beasiswa untuk orang orang yang kurang mampu.”
Kata”oleh karna itu” terlalu berbelit belit dan maknanya sama tiap
katanya maka agar kalimat tersebut efektif harus di hilangkan
kemudian penghilangan kata” yang “ di anggap terlalu boros kata jika
di hilangkan tidak akan merubah makna sesungguhnya. Maka kalimat
yang benar adalah “pemerintah harus berupaya untuk memberikan
bantuan beasiswa untuk orang orang kurang mampu.”
7. Kata Serapan Dalam Kalimat
Adalah penggunaan kata dalam Bahasa asingyang sudah diintregasikan
ke dalam suatu Bahasa dan di terima pemakai secara umum.
“Jika biaya pendidikan di turunkan dengan memberikan BOS
(Bantuan Oprasional Sekolah), tentunya System pendidikan akan
semakin lebih baik dan tidak ada anak yang putus sekolah.”
Dari kalimat di atas ada kata serapan dari Bahasa inggris yaitu
“system” tetapi belum di intregasikan ke dalam Bahasa Indonesia .
maka seharusnya di serap menjadi “sistem” berikut klimat benarnya
Jika biaya pendidikan di turunkan dengan memberikan BOS (Bantuan
Oprasional Sekolah), tentunya System pendidikan akan semakin lebih
baik dan tidak ada anak yang putus sekolah.”
8. Logika Kalimat
merupakan hubungan yang logis antara satu kalimat (proposisi)
dengan kalimat lain. Suatu kalimat memenuhi logika kalimat jika
makna kalimat itu dapat diterima oleh akal sehat.
”sangat di sayangkan bila mereka putus sekolah di karnakan biaya
yang cukup mahal”
Kata putus di dalam kalimat di atas tidak logis karna dapat
menimbulkan makna kalau mereka itu memutus sekolah karna biaya
yang mahal.
Kata putus bisa di ganti dengan kata berhenti. Kalimat yang telah di
perbaiki sebagai berikut. sangat di sayangkan bila mereka berhenti
bersekolah di karnakan biaya yang cukup mahal
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulsan bahwa:
Kesalahan konstruksi sintaksis pada karangan argumentasi siswa
kelas XI SMK 2 Semaarang terdiri dari kesalahan konstruksi frase
dan kesalahan konstruksi kalimat. Kesalahan konstruksi frase
meliputi makna yang redundan.Kesalahan konstruksi kalimat
terbagi menjadi 8 bagian yaitu ketidak hadiran fungsi subjek
(2kategori) kalimat tidak baku (1 kategori) kalimat ambigu (1
kategori) diksi yang tidak tepat (1 kategori) koherensi (1kategori) kata
mubadzir (1 kategori) kata serapan (1 kategori) dan logika kalimat (1
kategori).

DAFTAR PUSTAKA
Sari,emidar,dkk 2012 .Hubungan kompetensi dan kemampuan menulis kalimat
efektif dalam karangan argumentasi .Lengayang
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/11784
6-ID-hubungan-kompetensi-sintaksis-dan-kemamp.pdf&ved=2ahUKEwie-
_rl_KnqAhU34HMBHQhOA3IQFjACegQIBhAB&usg=AOvVaw2KF-
JAISlcYCLOFugc6iVO (Diakses pada 30 juni 2020 Pukul 23.13 wib)

Apriliani 2017.kajian struktur. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi.

(Diakses pada 28 juni 2020 pukul 07.28 wib)

Anda mungkin juga menyukai