0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan2 halaman
Gerakan perlawanan rakyat terhadap penjajah terjadi di beberapa desa di Indramayu antara tahun 1942-1947. Di Desa Kaplongan, perlawanan melawan Jepang dipicu oleh penangkapan Haji Aksan yang menolak serahkan hasil panen padinya. Di Desa Cidempet, perlawanan terjadi karena Jepang memaksa rakyat serahkan hasil panen. Setelah kemerdekaan, perlawanan terus terjadi melawan Sekutu yang m
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Artikel Perlawanan Rakyat Indramayu_Made Dananjaya Dwi Putra
Gerakan perlawanan rakyat terhadap penjajah terjadi di beberapa desa di Indramayu antara tahun 1942-1947. Di Desa Kaplongan, perlawanan melawan Jepang dipicu oleh penangkapan Haji Aksan yang menolak serahkan hasil panen padinya. Di Desa Cidempet, perlawanan terjadi karena Jepang memaksa rakyat serahkan hasil panen. Setelah kemerdekaan, perlawanan terus terjadi melawan Sekutu yang m
Gerakan perlawanan rakyat terhadap penjajah terjadi di beberapa desa di Indramayu antara tahun 1942-1947. Di Desa Kaplongan, perlawanan melawan Jepang dipicu oleh penangkapan Haji Aksan yang menolak serahkan hasil panen padinya. Di Desa Cidempet, perlawanan terjadi karena Jepang memaksa rakyat serahkan hasil panen. Setelah kemerdekaan, perlawanan terus terjadi melawan Sekutu yang m
Kelas : XI MIPA 3 No. Absen : 19 Tugas Sejarah Indonesia
PERLAWANAN RAKYAT INDRAMAYU
Sewaktu Belanda, Jepang, dan Sekutu melakukan pendudukan di Indonesia,
beberapa daerah di Jawa Barat melakukan gerakan perlawanan yang dilakukan rakyat untuk melawan penjajah. Gerakan perlawanan rakyat di Indramayu terjadi sekitar tahun 1942-1947. Antara tahun 1942-1945 rakyat Indramayu melakukan perlawanan melawan Jepang yaitu di Desa Kaplongan. Gerakan perlawanan tersebut dipicu oleh Camat Karangampel yang bernama Misnasastra mengumpulkan padi milik Haji Aksan, namun Haji Aksan menolak. Dengan minta bantuan kepada polisi, Haji Aksan ditangkap untuk dibawa ke Balai Desa. Dengan ditangkapnya Haji Aksan maka rakyat Desa Kaplongan berbondong-bondong menyerbu Balai Desa dan menyerang polisi. Selain itu, Desa Kaplongan memiliki banyak tokoh agama yang memimpin gerakan perlawanan rakyat sehingga Jepang mencatat bahwa tokoh-tokoh tersebut telah masuk daftar hitam dan termasuk orang yang dicari Jepang. Untuk menangkap tokoh-tokoh tersebut, Jepang melakukan siasat yang sangat licik sehingga satu persatu tokoh-tokoh tersebut dapat tertangkap. Selain di Desa Kaplongan, gerakan perlawanan juga terjadi di Desa Cidempet. Gerakan tersebut dipicu adanya bala tentara Jepang melakukan perampasan padi hasil panen rakyat dengan cara hasil panenan rakyat harus diserahkan ke Balai desa dan rakyat mengambil sebagian dari hasil panenan tersebut. Namun, tawaran Jepang tersebut ditentang oleh rakyat sehingga timbullah gerakan perlawanan melawan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, gerakan perlawanan rakyat Indramayu masih
juga terjadi yaitu gerakan perlawanan dalam melawan Sekutu. Gerakan tersebut terjadi antara tahun 1946-1947. Sekutu yang diboncengi Belanda berkeinginan untuk kembali menjajah Indonesia. Namun kedatangan Belanda yang memboncengi NICA tersebut dihadang rakyat dalam bentuk perlawanan. Kejadian tersebut terjadi di Kecamatan Kertasemaya. Kontak senjata melawan Belanda juga terjadi di Desa Larangan. Namun diantara gerakan perlawanan rakyat di Indramayu dalam melawan Belanda, yang paling dahsyat terjadi di Kampung Siwatu, yaitu pembumihangusan Kampung Siwatu karena kampung tersebut dijadikan tempat pengungsian para pejuang Indramayu. Ayib Maknun, warga Indramayu yang menjadi mata-mata Belanda memberitahukan kepada tentara Belanda, kalau Kampung Siwatu dijadikan tempat persembunyian sehingga oleh Belanda kampung tersebut dibumihanguskan.