Askep Syok Kardiogenik
Askep Syok Kardiogenik
OLEH
KELOMPOK 10
II B KEPERAWATAN
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Syok Cardiogenik
2.1.1 Definisi Syok Cardiogenik...................................................................
2.1.2 Etiologi.................................................................................................
2.1.3 Ptofisiologi...........................................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................................
2.1.5 Komplikasi Syok Cardiogenik.............................................................
2.1.6 Penatalaksanaan................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................
2.2.3 Intervensi.............................................................................................
iii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................10
4.2 Saran ..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa definisi syok kardiogenik?
2. Bagaimanakah etiologi syok kardiogenik?
3. Bagimanakah patofisiologi syok kardiogenik?
4. Bagimanakah manifestasi klinis syok kardiogenik?
5. Bagimanakah komplikasi syok kardiogenik?
6. Bagimanakah penatalaksanaan syok kardiogenik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan syok kardiogenik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi syok kardiogenik
2. Mengetahui etiologi syok kardiogenik
3. Mengetahui patofisiologi syok kardiogenik
4. Mengetahui manifestasi klinis syok kardiogenik
5. Mengetahui komplikasi syok kardiogenik
6. Mengetahui penatalaksanaan syok kardiogenik
7. Mengetahui asuhan keperawatan syok kardiogenik
1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat lebih tahu dan paham tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan syok kardiogenik.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa lebih mengetahui tentang pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan syok kardiogenik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik
biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi
pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Brunner & Suddarth, 2001).
2.1.2 Etiologi
Terdapat beberapa penyebab dari terjadinya shock kardiogenik,
diantaranya:
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti
paru dan/atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary,
ruptur septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan
infark-infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya )
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung
4
6. takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
7. Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit
8. Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
9. Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat,
hidrosis, perspirasi)
10. Distensi vena jugularis
11. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.
13. Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut
b. Tanda Penting
1. Tensi turun < 80-90 mmHg
2. Takipneu dan dalam
3. Takikardi
4. Nadi cepat
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7. Sianosis
8. Diaforesis (mandi keringat)
9. Ekstremitas dingin
10. Perubahan mental
c. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai dengan:
1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
2. Produksi urin < 20 mL/jam.
5
3. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
4. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
2.1.4 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan
jantung pada fase terminal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya
ke aliran darah koroner berdampak pada supply O 2 kejaringan khususnya
pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan
iscemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan
menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok
kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal sudah
mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk
sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu timbulnya
nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai leher
dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari
penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin Menurunnya
kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan
untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume
mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali.
Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O 2 sangatlah menurun
kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan
akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan
meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan
darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas
ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang berdampak
pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini
pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah
retensi air dan natrium menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri <
30ml/ jam)
Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan
adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini
6
akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis
valvular .Hal tersebut dapat menyebabkan bendungan vena pulmonalis
oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya
memperberat kondisi edema paru.
2.1.5 Pathway
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik:
a. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya
dilakukan intubasi.
b. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker
untuk mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg.
c. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang
ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam
basa yang terjadi.
e. Bila mungkin pasang CVP.
f. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
2. Medikamentosa :
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
b. Ansietas, bila cemas
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
d. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
e. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila
perfusi jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
f. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
g. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
7
h. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi
supraventrikel.
2.1.8 Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
8
5. Tromboemboli
9
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang,
mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan
frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/
kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
5. Pernafasan
Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan
pernafasan oksigen atau medikasi,riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis
Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan
otot aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/
nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan / tanpa
pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/
berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar
dengan crakles dari basilar dan mengi peningkatan frekuensi
nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral
dingin.
2.2.2 DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan,
batuk-batuk.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
gangguan aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai
dengan nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung
ditandai dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley
oksigen dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung)
ditandai dengan kelelahan, kelemahan, pucat.
10
2.2.3 INTERVENSI
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Evaluasi 1. Respon pasien
efektif berhubungan asuhan frekuensi berfariasi.
dengan pertukaran keperawatan pernafasan dan Kecepatan
gas ditandai dengan selama 3x 24 jam kedalaman. dan upaya
sesak nafas, diharapkan pola Catat upaya mungkin
gangguan frekwensi nafas efektif pernafasan, meningkat
pernafasan, batuk- contoh adannya karena nyeri,
batuk dispnea, takut, demam,
kriteria hasil :
penggunaan penurunan
1. Klien tidak
obat bantu volume
sesak nafas.
nafas, sikulasi
2. Frekueensi
pelebaran (kehilangan
pernafasan
nasal. darah atau
normal.
cairan),
3. Tidak ada
akumulasi
batuk-batuk.
secret,
§
hipoksia atau
distensi
§
gaster.
Penekanan
§ pernapasan
(penurunan
kecepatan)
dapat terjadi
dari
pengunaan
analgesik
berlebihan.
Pengenalan
disini dan
11
pengobatan
ventilasi
abnormal
dapat
mencegah
komplikasi.
2. Auskultasi bunyi 2. Auskultasi
nafas. Catat bunyi napas
area yang ditujukan
menurun atau untuk
tidak adannya mengetahui
bunyi nafas dan adanya bunyi
adannya bunyi napas
nafas tambahan.
tambahan,
contoh krekels
atau ronchi.
3. Kalaborasi 3. Meningkatkan
dengan pengiriman
beriakan oksigen ke
tambahan paru-paru
oksigen dengan untuk
kanula atau kebutuhan
masker sesuai sirkulasi,
indikasi. khususnya
adanya
penurunan/
gangguan
ventilasi.
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Lihat pucat, 1. Vasokontriksi
perfusi jaringan askep 3x24 jam sianosis, sistemik
perifer berhubungan diharapkan perfusi belang, kulit diakibatkan
dengan gangguan jaringan perifer dingin, atau karena
12
aliran darah efektif dengan lembab. Catat penurunan
sekunder akibat Kriteria hasil : kekuatan nadi curah jantung
gangguan vaskuler perifer. mungkin
1. Klien tidak
ditandai dengan dibuktikan oleh
nyeri
nyeri, cardiac out penurunan
2. Cardiac output
put menurun, perfusi kulit
normal
sianosis, edema dan
3. Tidak terdapat
(vena) penurunan
sianosis
nadi.
4. Tidak ada
- Menurunkan
edema (vena)
- Dorong latihan statis vena,
§
kaki aktif atau meningkatkan
pasif, hindari aliran balik
latihan vena dan
isometrik. menurunkan
§
resiko
tromboflebis.
§
2. Kalaborasi
- Indikator
- Pantau data
perfusi
laboratorium,co
atau fungsi
ntoh : GBA,
organ
BUN, creatinin,
dan elektrolit
- Dosis rendah
- Beri obat
heparin
sesuai indikasi:
mungkin
heparin atau
diberika
natrium warfarin
secara
(coumadin).
profilaksis
pada pasien
resiko tinggi
13
dapat untuk
menurunkan
resiko
trombofleblitis
atau
pembentukan
trombusmural.
Coumadin
obat pilihan
untuk terapi
anti koangulan
jangka
panjang/pasca
pulang.
14
TD/frekwensi
jantung
berubah).
2. Bantu 2. Membantu
melakukan dalam
teknik relaksasi, menurunan
misalnya napas persepsi atau
dalam perlahan, respon nyeri.
perilaku Memberikan
diskraksi, kontrol situasi,
visualisasi, meningkatkan
bimbingan perilaku positif.
imajinasi.
3. Kalaborasi 3. Meskipun
- Berikan obat morfin IV
sesuai adalah pilihan,
indikasi, suntikan
contoh: narkotik lain
analgesik, dapat dipakai
misalnya fase akut atau
morfin, nyeri dada
meperidin beulang yang
(demerol). tidak hilang
dengan
nitrogliserin
untuk
menurunkan
nyeri hebat,
memberikan
sedasi, dan
mengurangi
kerja miokard.
15
Hindari
suntikan IM
dapat
menganggu
indikator
diagnostik dan
tidak diabsorsi
baik oleh
jaringan
kurang perfusi.
16
aktivitas, dapat
menyebabkan
peningkatan
segera pada
frekwensi
jantung dan
kebutuhan
oksigen, juga
meningkatkan
kelelahan dan
kelemahan.
3. Kaji presipitator 3. Kelemahan
atau penyebab adalah efek
kelemahan, samping dari
contoh beberapah
pengobatan, obat (beta
nyeri, obat. bloker,
Trakuiliser dan
sedatif). Nyeri
dan program
penuh stress
juga
memerlukan
energi dan
menyebabkan
kelemahan.
4. Evaluasi 4. Dapat
peningkatan menunjukkan
intoleran meningkatan
aktivitas. dekompensasi
jantung dari
pada
17
kelebihan
aktivitas.
5. Berikan bantuan 5. Pemenuhan
dalam aktivitas kebutuhan
perawatan diri perawatan diri
sesuai indikasi, pasien tanpa
selingi periode mempengaruhi
aktivitas dengan stress miokard
periode atau
istirahat. kebutuhan
oksigen
berlebihan.
6. Kalaborasi 6. Peningkatan
- Adakan bertahap pada
program aktivitas
rehabilitasi menghindari
jantung atau kerja jantung
aktivitas atau
komsumsi
oksigen
berlebihan.
Penguatan
dan perbaikan
fungsi jantung
dibawah
stress, bila
disfusi jantung
tidak dapat
membaik
kembali.
18
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.3 INTERVENSI
3.4 IMPLEMENTASI
3.5 EVALUASI
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekua, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi
yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. Etiologi syok
kardiogenik antara lain: Penyakit jantung iskemik, obat-obatan yang
mendepresi jantung, gangguan irama jantung.
Syok kardiogenik adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan
tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat
berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah,
termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal
jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau
dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi
alergi atau infeksi).
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab
syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit
pertama penderita mengalami syok.
4.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang
nantinya menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka
terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami
syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Dengan dibuatnya
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa shock cardiogenik,
mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.
21
DAFTAR PUSTAKA
22