Anda di halaman 1dari 22

KORUPSI SEBAGAI RUNTUHNYA IDENTITAS NASIONAL

DI ERA GLOBALISASI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN

Prof. Dr. Cecep Darmawan, S.IP., MH

Alda Rizqy, SH., MH

OLEH KELOMPOK III

Sasqia Aulianisa Ma’ruf : 194301080


Sapta Nugraha : 194301039
Siti Nurhasanah : 194301218
Faza Hanifah : 194301188
Khairul Fadly : 194301162
Iqbal Karnova Alfarizhi : 194301246
Adil Kurniawan Ndruru : 194301072
Fernando Malvin A P : 194301295

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan tepat
waktu.

Ucapan terima kasih kami kepada Prof. Dr. Cecep Darmawan, S.IP.,MH dan Alda
Rizqi, SH.,MH selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di STHB, dan semua
yang telah berperan serta membantu dari awal hingga akhir.

Tugas ini berisikan makalah tentang Korupsi Sebagai Runtuhnya Identitas Nasional,
yang akan membahas keterkaitannya Identitas Nasinal dengan Korupsi. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah di semester I

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
berharap kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun makalah ini untuk lebih
baik.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian


            

                                                                         Bandung, November 2019

                                                                                                   Kelompok III
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korupsi ................................................................................................

2.1.1 Definisi ..................................................................................


2.1.2 Faktor Penyebab Korupsi ......................................................
2.1.3 Dampak korupsi ....................................................................

2.2 Pengertian Identitas Nasional ...............................................................

2.3 Globalisasi…………………………………………………….............

2.3.1 Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional ...............

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hubungan antara Korupsi, Identitas Nasional, dan Globalisasi ...........................

3.2 Analisa Kasus Turun Temurun Korupsi Gubernur Riau ......................

3.3 Turun Temurun Korupsi Gubernur Riau ...............................................

3.4 Alternative Solusi Mengatasi Kasus Korupsi .......................................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................

4.2 Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus
yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena generasi
muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih
mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana
korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya.

Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain.Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas
maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa
atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa (Khalis purwanto, 2009).

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai


persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu kesatuan nasional (Khalis purwanto, 2009).

Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan
dapat membantu mengatasi masalah korupsi yang akan menyebabkan runtuhnya identitas
nasional dalam era globalisasi.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah

1. Apa Pengertian Korupsi ?


2. Faktor apa saja yang menyebabkan korupsi ?
3. Apa pengertian identitas nasional ?
4. Bagaimana dampak korupsi di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Korupsi


2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi
3. Untuk mengetahui pengertian identitas nasional
4. Untuk mengetahui dampak korupsi di Indonesia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korupsi

2.1.1 Pengertian

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) atau
“corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio”
berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut
kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.

Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik demi keuntungan


pribadi (abuse of public official for private profit) (Eigen, 1997; Bardhan, 1997 dalam Mills,
1997). Definisi ini lebih tertuju pada korupsi yang terjadi di kalangan birokrasi pemerintah
atau jabatan-jabatan publik. Terdapat juga definisi yang mencoba membidik sektor swasta,
yaitu penyalahgunaan tanggung jawab yang diterima demi keuntungan pribadi (abuse of
entrusted power for private profit) (Eigen, 1997). Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat
dilihat bahwa tanggung jawab sebagai salah satu esensi dari terbangunnya masyarakat yang
sehat telah dilecehkan. Korupsi adalah suatu penghianatan terhadap masyarakat, kelompok
sosial, atau orang lain.

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999


yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 merupakan tindakan melawan
hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi, yang
secara langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan atau pendapatan negara, yang
dari segi materil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-
nilai keadilan masyarakat.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan”
materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah :
2009) “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian `terpaksa`
korupsi kalau sudah menjabat”. Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan
yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan
sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah
seseorang akan melakukan korupsi.

Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini,
maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang
terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses
kekayaan.

2.1.2 Faktor Penyebab Korupsi

1. Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat
dirinci menjadi:

a. Aspek Perilaku Individu

• Sifat tamak/rakus manusia.

Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi


adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah.
Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras
tanpa kompromi, wajib hukumnya.

• Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang
lain yang memberi kesempatan untuk itu.

• Gaya hidup yang konsumtif.

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif.


Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka
peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

b. Aspek Sosial

Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris


mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi
orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan
hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

2. Faktor Eksternal, Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri
pelaku, yang dapat dirinci menjadi:

a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan
oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru
terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi
menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:

• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa


ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena
kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada
kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.

• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat


sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling dirugikan
adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat
juga, karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan
korupsi.

• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi
pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan
seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-
cara terbuka namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya
masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut
melakukannya.

b. Aspek ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan


seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang
bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

c. Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat.
Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan
penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik,
melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik,
kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan
perilaku korupsi.

d. Aspek Organisasi

• Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh
penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan
mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
• Tidak adanya kultur organisasi yang benar

Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif
mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi
memiliki peluang untuk terjadi.

• Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi pemerintahan

Umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi dan misi yang
diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode
tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan
penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut
adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan
ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

• Kelemahan sistim pengendalian manajemen Pengendalian manajemen merupakan


salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin
longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan
tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.

• Lemahnya pengawasan Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu


pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan
pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini
kurang bisa efektif karena beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan
pada berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas serta kurangnya kepatuhan pada
etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawas sendiri.

2.1.3 Dampak Korupsi

1. Finansial Negara

Finansial berasal dari bahasa inggris “finance” yang mengandung arti keuangan.
Finansial merupakan keuangan yang meliputi keluar masuknya dana bagi perorangan maupun
perusahaan bahkan dalam tingkat daerah. Korupsi menyebabkan finansial suatu negara
menjadi tidak seimbang.
Hal ini dikarenakan koruptor (koruptor adalah sebutan pelaku tindak pidana korupsi)
mengambil uang yang sejatinya adalah milik masyarakat, untuk negara, dan nantinya akan
dipergunakan untuk keuangan suatu negara. Apabila keuangan negara berkurang tanpa
transparansi yang jelas, maka sudah dapat dipastikan pengurangan keuangan negara tersebut
disebabkan karena ulah koruptor.

2. Pertumbuhan Ekonomi Terhambat

Korupsi dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan ekonomi dan tahap


perencanaannya. Contoh pada kasus tersebut adalah dapat kita lihat pada robohnya jembatan
penghubung dari daerah A ke daerah B. Dalam kasus ini, anggaran yang disediakan negara
untuk membangun jembatan tersebut ibarat kata sebesar 20 milyar rupiah. Penyediaan
anggaran tersebut difungsikan agar jembatan mampu berdiri kokoh hingga 100 tahun.

Namun, oknum pembangun jembatan tersebut memangkas dana pengeluaran produksi


hingga setengahnya menjadi 10 milyar rupiah. Maka yang terjadi adalah bahan-bahan yang
digunakan dalam pembangunan jembatan tersebut pun berkurang kualitasnya. Akhirnya
jembatan tersebut hanya mampu bertahan selama kurang lebih 50 tahun.

Padahal jembatan dalam studi kasus tersebut digunakan masyarakat sebagai jalur
utama dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Agar kerusakan jembatan tidak menyebabkan
kerobohan maka pemerintah mengeluarkan anggaran dana perbaikan jembatan tersebut yang
dikurangi dari dana APBD yang sebenarnya dana tersebut untuk keperluan yang lain.

Pembelokan alokasi dana APBD tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi


terhambat. Karena dana yang harusnya dialokasikan untuk membangun suatu hal yang baru
digunakan untuk merenovasi pembangunan jembatan yang dananya telah diambil oleh
beberapa oknum koruptor.

3. Mengganggu Stabilitas Umum

Stabilitas umum dapat terganggu karena dampak korupsi. Dapat kita jumpai bahwa
sekelompok massa melakukan demonstrasi agar pelaku tindak pidana korupsi dihukum
dengan hukuman yang paling berat. Disini stabilitas umum sudah dapat dikatakan terganggu.

4. Mencoreng Nama Baik Pelaku Tindak Pidana Korupsi


Tercorengnya nama baik tindak pidana pelaku korupsi adalah hal yang utama terjadi
pada dampak korupsi di masyarakat. Contoh dalam kasus ini adalah pada tahun 2009, pada
saat pilkada calon kepala daerah Provinsi X memberikan janji-janji yang meyakinkan
masyarakat daerah tersebut mencoblos dirinya di pemilu mendatang. Masyarakat yakin untuk
memilih calon pemimpin tersebut karena sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Dan akhirnya calon tersebut terpilih dan menjadi gubernur Provinsi X. pada suatu
ketika, pemimpin tersebut melakukan korupsi dan tertangkap oleh KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Lalu yang terjadi adalah peristiwa tersebut membuat gubernur
provinsi tersebut tercoreng nama baiknya dan mendapatkan hukuman yang setimpal.

5. Ancaman Inflasi

Inflasi adalah penurunan nilai mata uang suatu negara. Inflasi disebabkan karena
peredaran uang di masyarakat semakin banyak dan tidak terkendali hingga uang akan
berkurang nilai tukarnya. Korupsi dapat menyebabkan inflasi. Sejumlah anggaran yang
dikorupsi beberapa oknum tindak pidana korupsi dibelanjakan di masyarakat. Karena
jumlahnya sangat banyak maka nilai uang dapat berkurang pada kasus tersebut.

6. Penurunan Kualitas Barang dan Jasa

Penurunan kualitas barang dan jasa adalah salah satu contoh dampak korupsi di
masyarakat. Contoh penurunan barang dan jasa dapat kita simak pada penjelasan kasus
jembatan diatas. Dalam kasus lain dicontohkan bahwa penurunan kualitas barang dan jasa
sebagai dampak dari terjadinya korupsi adalah menurunnya kualitas beras di pasaran dan
menurunnya pelayanan transportasi.

7. Penghasilan Pajak Negara Berkurang

Pajak merupakan devisa tertinggi negara. Pajak paling rentang terkena pengurangan
dana atau korupsi bagi beberapa oknum pajak. Pajak nantinya dipergunakan untuk kemajuan
pertumbuhan negara. Jika pajak negara berkurang maka yang terjadi adalah pertumbuhan
pembangunan dapat terhambat.

8. Meningkatnya Utang Negara

Korupsi dapat mengakibatkan meningkatnya utang suatu negara. Utang negara terjadi
karena negara tidak dapat mengeluarkan sejumlah sanggaran untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat umum. Maka negara harus mau tidak mau melakukan pinjaman ke negara lain
hingga terjadilah gali lubang tutup lubang.

Pinjaman kepada negara lain menggunakan mata uang internasional yaitu dollar
Amerika. Hukum ekonomi adalah dimana permintaan bertambah maka harga akan naik.
Semakin sering negara melakukan pinjaman ke negara lain maka semakin naik nilai tukar
dollar Amerika terhadap rupiah.

Kenaikan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang Indonesia yaitu rupiah dapat
mengakibatkan kenaikan harga sejumlah barang impor. Maka, korupsi harus ditekan suapaya
kenaikan harga barang tidak semakin terjadi.

9. Kemiskinan Bertambah

Korupsi dapat menyebabkan kemiskinan di masyarakat. Korupsi memicu terjadinya


inflasi, kenaikan harga barang, dan penurunan kualitas barang dan jasa. Ketiga indikator
tersebut menjadi faktor pendorong kemiskinan yang terjadi di masyarakat Indonesia.

10. Terbatasnya Akses

Terbatasnya akses yang dimaksud dalam hal ini adalah dampak korupsi bagi
masyarakat adalah membatasi akses pelaku tindak pidana korupsi. Selain tersangka kasus
tindak pidana korupsi mendapatkan pencorengan nama baik, pelaku oknum tindak pidana
korupsi juga mendapatkan terbatasnya akses seperti tidak dapat mencalonkan sebagai
pemimpin lagi, ditolak oleh masyarakat, dan lain sebagainya.

2.2 Pengertian Identitas Nasional

Identity: ciri-ciri, tanda atau jati diri. Istilah “identitas nasional” secara terminologis
adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secarafilosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di
dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakterdari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat
dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan
sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja
berdasarkan profesi (Ismaun, 1981: 6).

Identitas Nasional merupakan karakter dari sebuah bangsa. Karakter itulah yang
membuat bangsa tersebut berbeda dengan bangsa yang lainnya. Bangsa Jepang dikenal
sebagai bangsa yang berteknologi tinggi serta memiliki semangat bushidonya yang tinggi.
Indonesia telah dikenal dunia sebagai negara Gotong royong serta ramah. Selain itu, identitas
bangsa Indonesia sudah tertuang dalam dasar negara Indonesia dan pembukaan UUD 1945,
sebagai negara yang menggunakan bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia, Bendera Merah
Putih, Lagu kebangsaan Indonesia Raya, Serta negara yang memiliki banyak budaya daerah.
Namun, belakangan ini identitas bangsa Indonesia perlahan mulai luntur. Penyebab
Lunturnya Identitas Nasional Bangsa Indonesia, salah satunya adalah dengan adanya era
globalisasi.

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada intinya
sampai pada satu titik simpul yang bermuara pada sebuah revolusi teknologi komunikasi dan
teknologi informasi. Di Era globalisasi tentunya dengan media digital pergaulan antar bangsa
semakin ketat. Pergaulan Antar bangsa yang semakin kental ini yang menyebabkan hal
negatif penyebab lunturnya identitas nasional bangsa indonesia. Hal negatif yang
menyebabkan lunturnya identitas nasional Indonesia menurut Antara lain.

1. Terjadi proses akulturasi, saling meniru serta saling mempengaruhi antar budaya
masing masing akulturasi dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Oleh 2 Faktor yaitu semakin menonjolnya sikap individualistis dan sikap
materialistik.

2. Nilai barat yang negatif dan tidak sesuai dengan budaya timur diadopsi mentah
mentah oleh para pemuda

3. Arus Informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai
nilai asing yang negatif semakin besar

4. Melemahkan dan menurunkan sensivitas. Sehingga membuat tingkat simpati dan


mempertahankan eksistis dan mencapai hal hal yang menjadi cita cita dan tujuan hidup
bersama.
2.3 Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses dibentuknya suatu tatanan, aturan, dan system yang
belaku bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia. Globalisasi tidak mengenal adanya batas-batas
wilayah, bahkan aturan lokal, regional, kebijakan Negara yang dapat mengurangi ruang gerak
masuknya nilai, ide, pikiran atau gagasan yang dianggap sudah marupakan kemauan
masyarakat dunia harus dihilangkan.

Globalisasi bisa berlaku di semua bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, social,
budaya dan sebagainya. Globalisasi begitu cepat masuk ke berbagai belahan dunia, hal ini
terjadi karena canggihnya alat teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini. Maka dari
itu, Negara yang pintar bisa menyaring dan mengambil mana budaya globalisasi yang positif
dan membuang budaya globalisasi yang negatif.

Faktor Pendorong Globalisasi

Ada tiga faktor penyebab meningkatnya globalisasi, yaitu:

1. Adanya perubahan politik dunia,

2. Aliran informasi yang cepat dan luas,

3. dan berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan internasional/transnasional.

2.3.1 Keterkaitan Identitas Nasional dengan Globalisasi

Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan,
sedangkan Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
memperkenalkan sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi,
identitas sebuah bangsa dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga
identitas tersebut mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain.
Dengan demikian, agar identitas nasional dapat dipahami sama oleh masyarakat
sebagai penerus tradisi, pemberdayaan nilai-nilai ajarannya harus bermakna, dalam arti
relevan dan fungsional bagi kondisi aktual yang sedang berkembang dalam masyarakat. Dan
untuk membentuk jati diri, nilai-nilai yang ada harus digali terlebih dahulu, misalnya nilai-
nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai yang lain seperti gotong royong, persatuan
kesatuan, saling menghargai dan menghormati. Dengan saling mengerti, secara langsung
akan memperlihatkan jati diri bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.
Dan untuk mengembangkan jati diri bangsa, dimulai dari nilai-nilai yang harus
dikembangkan seperti nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil resiko, bertanggung
jawab, adanya kesepakatan dan berbagi kepada sesama.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Antara Korupsi, Identitas Sosial, dan Globalisasi

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan
negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya
kejahatan yang bersifat transnasional menjadi semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan
tersebut antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money laundering),
peredaran dokumen keimigrasian palsu dan terorisme. Masalah-masalah tersebut berpengaruh
terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika sehingga
sangat merusak kepribadian dan moral bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa. Jika
hal tersebut tidak dapat dibendung maka akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di
segala aspek kehidupan bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai identitas nasional.

Setiap bangsa pastilah memiliki latar belakang sejarah, bahasa, world view
(pandangan dunia), dan keanekaragaman ciri khas yang membedakannya dari bangsa lain.
Ciri-ciri tersebut selanjutnya menjadi perlambang bagi kekhususan identitas suatu bangsa.
Jika korupsi semakin marak dan semakin mendarah daging di Indonesia, maka lama-
kelamaan bisa menjadi identitas bangsa Indonesia, karena pandangan dunia telah
menstigmatisasi Indonesia dengan kata korupsi dan koruptor.
Dampak yang muncul dari globalisasi adalah seseorang lebih mudah melakukan
korupsi. Dengan meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi pelaku korupsi dengan
mudah menghubungi seseorang rekannya yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri
dengan mendapat informasi tentang keuangannya dengan mudah. Dan juga dapat
mengkamuflase jumlah uang yang ada di dalam jurnal pembayaran atau neraca pembayaran
yang ada. Juga dengan meningkatnya transportasi, pelaku korupsi dapat mendapatkan
uangnya atau barang yang diinginkan dengan mudah. Di Indonesia sendiri terdapat kasus
korupsi yang mengakibatkan kerugian besar dan bertempat di daerah Riau.

3.2 Turun Temurun Korupsi Gubernur Riau

Sungguh memalukan. Sama sekali bukan prestasi yang patut dibanggakan.


Bayangkan, peringkat pertama negara terkorup di asia pasifik, peringkat keempatdi asia, dan
peringkat kelima di dunia. Lagi-lagi yang merampas identitas nasional bangsa adalah anak
bangsa sendiri. Dan yang lebih parah, yang paling banyak melakukan korupsi adalah pejabat
negara. Mereka tidak hanya mengambil hak rakyat tetapi mereka juga telah merampas
identitas bangsa. Dan lagi- lagi identitas nasional yang dirampas adalah identitas
nasionalIndonesia sebagai negara yang beradab dan bermoral. Contoh kasus yang terjadisaat
ini adalah tertangkapnya lagi gubernur Riau Annas Maamun setelah dua gubernur
sebelumnya yaitu Saleh Djasit dan Rusli Zainal terimpit masalah yang sama.

Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkan Annas Maamun sebagai tersangka


penerima suap senilai Rp 2 miliar terkait dengan proses alih fungsi 140 hektare lahan kebun
sawit di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. KPK juga mengenakan status tersangka terhadap
pengusaha bernama Gulat Medali Emas Manurung, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Riau sebagai pemberi suap.

Gubernur Riau Annas Maamun tertangkap KPK saat sedang melakukan transaksi
suap bersama seorang pengusaha. Uang miliaran rupiah juga ikut diamankan dalam operasi
tangkap tangan itu. Annas Maamun di tangkap di sebuah perumahan elite yang berada di
Cibubur, Jakarta Timur. Selain Annas, KPK juga menangkap 8 orang lainnya. Ada 7
mobilyang membawa Gubernur Riau dan 8 orang lain memasuki gedung KPK.Selain itu,
KPK juga mengamankan sebuah mobil yang disebut milik Gubernur Riau. Mobil itu adalah
Toyota Innova warna putih bernopol BM 1445 TP.
Adapun kasus sebelumnya yaitu Saleh Djasit yang dijadikan tersangka karena korupsi
pengadaan 20 mobil pemadam kebakaran di Provinsi Riau pada2003. Pada 2008 dia dihukum
empat tahun penjara dengan denda Rp 200 juta. Namun, pada 2010 Saleh keluar penjara
dengan status bebas bersyarat, beritalainnya datang dari Gubernur Riau selanjutnya yang
bermasalah adalah Rusli Zainal yang terjerat kasus korupsi pelaksanaan PON Riau dan
penerbitan izinusaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman (IUPHHK-HT). Pada 2014
dia dihukum 14 tahun penjara, namun oleh pengadilan tinggi malah dikorting menjadi
sepuluh tahun.

3.3 Analisa Kasus Turun Temurun Korupsi Gubernur Riau

Korupsi bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang
dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai
menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan administrasinya.
Gubernur Riau yang menjadi tersangka kasus korupsi yaitu Annas Maamun penerima suap
senilai Rp 2 miliar terkait dengan proses alih fungsi 140 hektare lahan kebun sawit di
Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Saleh Djasit yang dijadikan tersangka karena korupsi
pengadaan 20 mobil pemadam kebakaran diProvinsi Riau pada 2003 dan Rusli Zainal yang
terjerat kasus korupsi pelaksanaan PON Riau dan penerbitan izin usaha pemanfaatan hasil
hutan kayu hutan tanaman (IUPHHK-HT).

Penetapan Annas Maamun sebagai tersangka ini bermula dari operasi tangkaptangan
yang dilakukan tim penyelidik dan penyidik KPK di rumah Annas, KompleksCitra Grand RC
Blok 3 Nomor 2, Cibubur, Jakarta Timur, pada 25 September 2014.Para petugas KPK
menggeruduk rumah itu pukul 17.00 WIB.

Hal ini selalu terjadi berulang bisa jadi karena kurangnya ketegasan pemerintah dalam
menghukum para koruptor yang terbukti bersalah. Seperti padakasus Saleh Djasit, Pada 2008
dia dihukum empat tahun penjara dengan denda Rp200 juta. Namun, pada 2010 Saleh keluar
penjara dengan status bebas bersyarat.

Dan terjadi juga pada Rusli Zainal. Dia dihukum 14 tahun penjara, namun oleh
pengadilan tinggi malah dikorting menjadi sepuluh tahun. Dari infomasi tadi jelas
menggambarkan bahwa hukum di negara ini masih sangat lemah, terkhusus mengenai
masalah korupsi.
Tak hentinya pemberitaan mengenai korupsi yang ada di Indonesiamenggambarkan
hilangnya kebudayaan bangsa Indonesia yang jujur, beradab, serta berintegritas. KPK sebagai
sebuah badan yang memberantas korupsi telah bekerja keras dalam menangani masalah
korupsi ini. Namun tidak cukup dengan mengandalkan KPK saja, hukum yang mengatur
masalah korupsi pun semestinya harus dipertegas sehingga dapat menghilangkan para
koruptor dan tidak akan memumculkan koruptor - koruptor yang baru.

Dengan masalah ini jelas identitas bangsa Indonesia sangat tercoreng dan bahkan bisa
menghilangkan image-image bangsa Indonesia yang dulunya sebagai bangsa yang dipuji puji
bangsa lain.

3.4 Alternatif Solusi Mengenai Kasus Korupsi

Dari sisi niat, memang negara ada kemauan untuk memberantas korupsi.Bahkan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah membuat ketetapan (Tap) khusus tentang
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sayangnya, implementasinya tidak
sungguh-sungguh dan komprehensif.

Adapun beberapa solusi untuk kasus korupsi:

1. Sistem penggajian yang layak. Aparat negara akan bekerja dengan baik jika gaji dan
tunjangan mereka mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
2. Larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan seseorang
kepada aparat pemerintah pasti mengandung maksud tertentu, karena buat apa
memberi sesuatu bila tanpa maksud di belakangnya.
3. Perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi, jumlah kekayaannya akan
bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya pasti karena
korupsi.
4. Teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila para pemimpin,
terlebih pemimpin tertinggi, dalam sebuah negara bersih darikorupsi. Dengan
taqwanya, seorang pemimpin melaksanakan tugasnya dengan penuh amanah dan takut
kepada Tuhan.
5. Hukuman setimpal. Hukuman berfungsi sebagai pencegah (zawajir),sehingga
membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi. Dalam Islam, koruptor dikenai
hukuman ta'zir berupa tasyhir atau pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota,
sekarang mungkin bisa ditayangkan ditelevisi seperti yang pernah dilakukan),
penyitaan harta dan hukuman kurungan, bahkan sampai hukuman mati.
6. Pengawasan masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau
menghilangkan korupsi. Masyarakat yang bermental instan akan cenderung
menempuh jalan pintas dalam berurusan dengan aparat dengan tidak segan memberi
suap dan hadiah. Sementara masyarakat yang mulia akan turut mengawasi jalannya
pemerin-tahan dan menolak aparat yang mengajaknya berbuat menyimpang.

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Tanggungjawab usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya
menjadi tangungjawab penegak hukum saja tapi juga menjadi tanggung
jawab setiap elemen masyarakat khususnya kaum muda yang merupakan generasi
penerus bangsa dan Negara.
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
terkandung unsur-unsur pembentuk seperti suku bangsa, agama, kebudayaan, dan
bahasa. Dalam era globalisasi tatantangan kita dalam mempertahankan identitas kita
sangat berat karena mulai berkurangnya nilai-nilai yang berada di dalam masyarakat.
Di era Globalisasi seperti sekarang ini Identitas Nasional merupakan hal yang
harus diperhatikan, karena Identitas Nasional merupaka hal yang membuat bertahan
atau tidaknya ciri khas dan karakteristik suatu bangsa yang seharusnya menjadi
kebanggan bangsa itu sendiri karena, Identitas Nasional merupakan salah satu senjata
untuk bersaing kearah yang lebih positif di era Globalisasi ini.

1.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca mengatahui tentang dampak dari
korupsi yang akan menjadi faktor runtuhnya identitas nasional bagi bangsa dan negara
Indonesia dan pembaca bisa mengetahui pentingnya identitas nasional pada era
globalisasi dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Dharma Kesuma, Cecep Darmawan, dan Johar Permana 2009. Korupsi dan
Pendidikan Anti Korupsi.
 Buku Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Buku-Pendidikan-
Antikorupsi-di-Perguruan-Tinggi.pdf
 Kaelan dan Zubaidi 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta;
Paradigma, Edisi pertama.
 M. Khalis Purwanto, MM. 2009. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

 KPK Periksa Gubernur Riau Annas Maamun


http://www.antaranews.com/berita/456137/kpk-periksa-gubernur-riau-
annas-maamun
 Gubernur Riau Ditangkap KPK
http://www.jpnn.com/read/2014/09/26/260313/Sudah-3-Gubernur-Riau-
Ditangkap-KPK
 Herdiawanto, Heri dan Jumanta Hamdayama.Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
Penerbit Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai