Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHANNYA PADA

PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN JARINGAN IPAL PAKET B2A


KOTA PALEMBANG

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Oleh :

FERLI BUDI IRAWAN


NPM 2020012003

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ABSTRAK

Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari adanya masalah
yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Merujuk pada data BPJS
Ketenagakerjaan tahun 2019 terdapat 114.000 kasus kecelakaan kerja, tahun 2020 terjadi
peningkatan pada rentang Januari hingga Oktober 2020 BPJS ketenagakerjaan mencatat terdapat
177.000 kasus kecelakaan kerja. Sehingga, berdasarkan data tersebut, semua dituntut untuk lebih
serius dalam menerapkan budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) di Indonesia
belum berjalan dengan baik. Masalah K3 tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi
tanggung jawab dari semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Pelaksanaan
SMK3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari PAK dan KAK, pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kata kunci: penyakit akibat kerja , kesehatan, keselamatan kerja, pencegahan


BAB 1 PENDAHULUAN

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja ( faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor fisiologis atau
ergonomi, faktor psikologis ), oleh karena itu penyakit akibat kerja merupakan penyakit artefisial
atau sering disebut manmade diseases.1,2 Upaya dalam mencegah timbul PAK yang disebabkan
oleh pekerjaan maka perlu adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa disebut
K3 agar para pekerja merasa nyaman saat sedang bekerja dan dapat terhindar dari PAK.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk)
terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin akan
terjadi.4 Kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkan bekerja secara optimal.5 Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang-Undang
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa
upaya kesehatan kerja pada setiap tempat kerja khususnya tempat kerja yang berisiko terjadinya
suatu bahaya kesehatan yang cukup besar bagi para tenaga kerja supaya dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri atau orang yang ada di sekelilingnya.
Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat
kerja seperti di proyek yang menghasilkan limbah yang berisiko mengganggu kesehatan
manusia, dan seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor risiko
bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja, maka dari itulah perlu dipelajari dan
dipahami tentang upaya kesehatan kerja.
Proyek Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan bentuk
pelayanan sanitasi yang sedang digalakkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai upaya mengembangkan sistem pengelolaan air limbah
untuk skala perkotaan yang ada di Indonesia. Kota Palembang, Sumatera Selatan menjadi
salah satu kota yang dinilai mampu untuk mendukung program pemerintah dalam hal
pelayanan sanitasi tersebut sebagai bagian dari kegiatan Palembang City Sewerage Project
(PCSP).
BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Pemeriksaan Tenaga Kerja

 Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja) adalah Rikes yang dilakukan oleh dokter
sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
 Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik) adalah rikes pada waktu-waktu tertentu thd. TK
yang dilakukan oleh dokter.
 Pemeriksaan kesehatan khusus adalah rikes yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu.
 Pemeriksaan kesehatan purna bakti adalah rikes yang dilakukan oleh dokter pada 3 (tiga)
sebelum TK memasuki masa pensiun.

Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

 Menilai kemampuan TK melaksanakan pekerjaan tertentu, ditinjau dari segi kesehatan;


 Mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin berkait dengan pekerjaan dan lingkungan
kerja;
 Identifikasi penyakit akibat kerja.

Jenis Pemeriksaan Tenaga Kerja

UU no 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Pasal 8 :


(1) Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepadanya. Mengenai jenis pemeriksaan kesehatan kerja tertuang
dalam Permenakertrans No.: Per-02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja, dimana jenis-jenis pemeriksaan kesehatan kerja
terdiri dari :
1. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja
diterima untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1)
Adapun tujuannya adalah agar tenaga keria yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi- tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja
lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya juga dapat dijamin.
(Pasal 2) Periode : Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.
2. Pemeriksaan kesehatan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan
oleh dokter (Pasal 1)
Tujuannya adalah untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga keria sesudah berada dalam
pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh – pengaruh dari pekerjaan seawal
mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.( Pasal 3)
Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali
ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja. (Pasal 3).
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja
tertentu. (Pasal 1)
Tujuannya adalah untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. (Pasal 5)
Periode : apabila terdapat keluhan- keluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan
pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes
dan Keselamatan dan Balai- balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. (Pasal 5)
Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap:
a) tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
yang lebih dari 2 (dua) minggu.
b) tenaga kerja yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
c) tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
BAB III PEMBAHASAN

Penyakit dan Gangguan Kesehatan

Bekerja terlalu keras dan sering lembur bisa meningkatkan peluang terkena gangguan kesehatan.
Umumnya pekerja yang di lapangan yang paling membutuhkan Alat pelindung diri (APD), namun
juga pekerja di dalam ruangan bisa terkena penyakit apabila tidak me-manage pola istirahat dan
makan dengan baik. Penyakit dan gangguan kesehatan yang sering ditemui pada pekerja proyek,
khususnya proyek pembangunan jaringan IPAL Kota Palembang antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit dan Gangguan Pernafasan
Gangguan ini disebabkan oleh pencemaran partikel halus di udara yang dapat berupa debu, serbuk
potongan besi, debu potongan gerinda beton/aspal dan asap alat berat serta kendaraan proyek.
Penyakitnya dapat berupa asbestosis, beriliosis, bisinosis, antrakosis dan sesak nafas.
b. Penyakit Kulit
Kulit merupakan bagian pemisah antara bagian dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit manusia
sangat rentan terkontaminasi kuman dari luar. Di dalam proyek ada banyak partikel yang dapat
menyebabkan penyakit kulit, salah satunya yaitu penyakit dermatis. Dermatis adalah peradangan
pada kulit yang ditandai dengan adanya rasa gatal, dapat berupa penebalan/ bintil kemerahan,
multiple mengelompok maupun tersebar, kadang bersisik, berair dan sebagainya. Gejala dermatis
dapat dipengaruhi faktor luar (eksogen) dan dapat pula dipengaruhi faktor kerentanan kulit
seseorang itu sendiri (endogen). Meskipun penyakit kulit tidak terlalu mengancam keselamatan
seseorang namun penyakit kulit mampu menurunkan produktivitas pekerja proyek.
c. Kerusakan Pendengaran
Bagi pekerja di tempat bising akan sangat rentan terkena gangguan pendengaran atau bahkan bisa
menyebabkan ketulian, sehingga perlu disiapkan alat pelindung telinga (ear plug). Penggunaan
mesin dan alat berat pada pekerjaan proyek juga berpotensi mempengaruhi gangguan pendengaran,
gangguan pelaksanaan tugas dan gangguan fatal pada tubuh pekerja.
d. Gejala Punggung dan Sendi
Bagi pekerja yang tidak banyak bergerak, atau banyak duduk didepan computer biasanya akan
terasa pegal dan akan menyebabkan gangguan punggung dan sendi. Pada pekerja lapangan bisa
menjumpai yang profesinya sebagai operator alat berat.
Pencegahan

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention
disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan
perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan
periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear
plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Deteksi dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan mengobati
tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan
kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan empekerjakan kemali para
pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan
karyawan cacat di jabatan yang sesuai.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan kimia
yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin dan pekerja selalu menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja) adalah Rikes yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Yang bertujuan untuk Menilai
kemampuan TK melaksanakan pekerjaan tertentu, ditinjau dari segi kesehatan;Mendeteksi
gangguan kesehatan yang mungkin berkait dengan pekerjaan dan lingkungan kerja; dan
Identifikasi penyakit akibat kerja.
2. Mengenai jenis pemeriksaan kesehatan kerja tertuang dalam Permenakertrans No.: Per-
02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja, dimana jenis-jenis pemeriksaan kesehatan kerja terdiri dari : Pemeriksaan
Kesehatan sebelum kerja, Pemeriksaan kesehatan Berkala dan Pemeriksaan Kesehatan Khusus.

3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari bahaya,
penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja.
4. Penegakan diagnosis spesifik dan sistem pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Saran

1. Agar lebih digiatkan pengecekan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja proyek
pembangunan jaringan IPAL B2A Kota Palembang dan juga pengecekan kesehatan pada
penduduk di sekitar proyek.
2. Agar tiap-tiap satuan pekerja terutama pekerja di lapangan diberikan pelatihan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Dosnita.(2012).Upaya Pencegahan Penyakit yang Sering Diderita Tenaga Kerja Melalui Program
Pelayanan Kesehatan Kerja di PT.Inka Persero Madiun. Skripsi FK Universitas Sebelas Maret.

Hasugian, A R. (2017). Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga Kerja Indonesia di
Kansashi, Zambia: Analisis Kualitatif. Jurnal Media Litbangkes, 27(2),Hal. 111-124.

http://jdih.depnakertaskertrans.go.id/data_puu/peraturan_file_267.pdf

Indragiri, S. (2018). Manajemen Risilo K3 Menggunakan Hazard Identification Risk Assessment


And Risk Control (HIRARC). Jurnal Kesehatan, 9(1),Hal. 39-52.

Sudarmo.,dkk.(2016).Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat


Pelindung Diri(APD)Untuk Mencegah Penyakit akibat Kerja. Jurnal Berkala Kesehatan, Vol.
1(2).Hal: 88-95.

Anda mungkin juga menyukai