PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian
kuku yang terbenam di dalam kulit disebut akar kuku (nail root), bagian yang terbuka di atas
dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nail plate) dan paling ujung adalah
bagian kuku yang bebas. Dasar kuku (nail bed) bagian kulit yang ditutupi kuku, dinding kuku
(nail wall atau nail groove) adalah lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas
kuku, akar kuku (nail root) merupakan bagian proksimal dari kuku, lempeng kuku (nail plate)
merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. Terdapat juga lapisan kulit ari
yang menutupi bagian proksimal (eponikium) dan pada bagian distal dibawah kuku yang bebas
(hiponikium).
Sekitar seperempat bagian dari kuku ditutupi oleh lipatan kuku proksimal, dan garis tepi
yang sempit pada tepi badan kuku tertutupi dengan lipatan kuku lateral. Bagian bawah dari
proksimal kuku adalah berupa lanula putih (half-moon). Bagian ini merupakan bagian yang
paling distal dari matrix. Bentuk umum dari garis tepi kuku biasanya sama dengan bentuk dari
batas distal lunula. Badan kuku bagian distal sampai ke lunula biasanya berwarna merah muda,
yang mana kemerahan dari vaskular dasar kuku dapat terlihat. Lipatan kuku bagian proksimal
mempunyai 2 jaringan epitel pada bagian dorsal dan ventral. Diantara kedua epitel tersebut
dihubungkan dengan kutikel diatas jaringan kuku. Bagian lipatan kuku lateral berlanjut menjadi
kulit bagian lateral dari kulit jari, dan yang medial bergabung dengan dasar kuku. 3
3
Vaskularisasi dan inervasi kuku
Terdapat suplai darah arteri yang kaya pada dasar dan matriks kuku yang didapatkan dari
arteri digiti, arteri palmar, dan arteri dorsal digiti yang berada disekitar kuku.
Untuk inervasi kuku didapatkan dari nervus sensori kutaneus, yang mana merupakan
percabangan bagian dorsal dari nervus digiti, berjalan paralel menuju ke vessel digiti. 3
2.2 Definisi Ingrown Nails
Ingrown nail dikenal juga sebagai onychocryptosis atau unguis incarnatus merupakan
penyakit kuku yang paling sering ditemui. Penyakit ini dikarakteristikkan oleh rasa nyeri yang
timbul akibat pertumbuhan lempeng kuku ke dalam bantalan kuku atau tertanamnya lempeng
kuku yang tidak normal ke dalam alur kuku (nail groove), hingga menyebabkan rasa tidak
nyaman sampai pembatasan aktivitas sehari-hari. 1
2.3 Epidemiologi Ingrown Nails
Angka kejadian unguis incarnatus tidak diketahui dengan pasti, karena banyak instansi
tidak memberikan perhatian lebih terhadap kepentingan medis untuk keadaan ini. Jari yang
paling sering mengalami unguis incarnatus adalah ibu jari kaki, dengan prevalensi terbanyak
pada daerah lateral daripada daerah medial. Unguis incarnatus jarang ditemui pada anak-anak
namun banyak terjadi pada remaja, dan kejadiannya meningkat seiring bertambahnya usia.
Prevalensi unguis incarnatus lebih tinggi pada pria dibanding wanita.4
2.4 Patofisiologi Ingrown Nails
Kuku kaki yang tumbuh ke dalam sering terjadi pada bagian hallux, timbul karena
tekanan lokal, kebersihan lipatan kuku dan kulit yang buruk, serta iritasi akibat etiologi yang
4
mendasarinya. Ingrown Nails menyebabkan nekrosis jaringan lunak pada bagian yang tertekan,
disertai ulserasi, inflamasi, bahkan infeksi. Posisi kulit bagian tepi kuku terdorong ke dalam, dan
membentuk lipatan antara kulit dan kuku. Ketika kuku tumbuh, kuku mendesak dan tumbuh ke
dalam lipatan tersebut. Kuku dianggap sebagai benda asing sehingga respon inflamasi terjadi di
area penetrasi, menyebabkan eritema, edema, purulensi, dan perkembangan jaringan granulasi.
Adanya jaringan granulasi akibat proses inflamasi dan kuku yang tumbuh ke dalam kulit
menyebabkan kulit terdorong ke atas dan terlihat lebih menonjol. 5
5
6. Hipermobilitas sendi: Hipermobilitas sendi melalui perubahan biomekanik kaki
meningkatkan tekanan dan beban medial midfoot selama berjalan, dan, karena sendi
metatarsophalangeal pertama menanggung tekanan tertinggi, ingrown nail pada jempol
kaki dapat berkembang.
7. Onikomikosis: Infeksi ini dapat menyebabkan kuku menjadi rapuh, yang dapat
membentuk spikula kuku dan menembus lipatan kuku yang berdekatan.
8. Keturunan: Beberapa orang secara genetik cenderung memiliki kuku yang melengkung
ke dalam, dengan distorsi salah satu atau kedua tepi kuku.
9. Paronikia yang disertai pembentukan sporangium: Hal ini dilaporkan menyebabkan
ingrown nail.
10. Konsistensi kuku: Konsistensi kuku yang keras diketahui memiliki insiden ingrown nails
yang lebih tinggi.
11. Diabetes: Prevalensi ingrown nail ditemukan lebih tinggi pada pasien diabetes,
menunjukkan peran vaskulopati diabetik dalam perkembangan dan evolusi ingrown nail.
2.6 Manifestasi Klinis
Berdasarkan pemeriksaan, ingrown nails ditemukan berupa :
1. Edema atau inflamasi jaringan sekitar dasar kuku
2. Eritem jaringan
3. Jaringan granulasi yang rapuh
4. Pengerasan kulit
5. Hipertrofi tepi kuku
6. Hipertrofi jaringan epidermis sekitar
Ingrown nails terbagi menjadi tiga staging:
Stage 1: Edema eritema ringan dan nyeri dengan penekanan
Stage 2: Eritema yang signifikan, edema, infeksi lokal, dan sekret
Stage 3: Pembentukan jaringan granulasi dan hipertrofi dinding lateral selain eritema
yang signifikan, edema, dan sekret
6
Tabel 2.1: Stages of ingrown toenails
Dua Peningkatan
(moderat eritema, edema dan
e) nyeri yang
mungkin terkait
dengan nanah
berwarna putih atau
kuning atau
drainase dari
daerah. Lateral
kuku-kali lipat
hipertrofi menjadi
jelas
7
Tiga peningkatan lebih
(severe) lanjut dalam
eritema, edema dan
nyeri dengan
pembentukan
jaringan granulasi
yang dapat
menambah
pembentukan
nanah dan infeksi
yang lebih
signifikan.
8
lipat kulit lateral menjauhi lempeng kuku dengan selotip elastis, serta menggunakan beberapa
jenis penahan kuku. Perawatan konservatif biasanya menunjukkan perbaikan gejala dalam 4
minggu atau lebih.6
Tindakan Operatif8
Tidak terdapat definisi yang jelas dalam indikasi pemilihan perawatan bedah daripada
perawatan konservatif. Namun, pada tahap lanjutan, perawatan non-bedah lebih memakan waktu
dan tidak nyaman serta kurang efektif. Terbentuknya jaringan granulasi disertai nyeri saat
berjalan, pembentukan abses berlanjut, membuat jaringan yang meradang tidak dapat lagi
diangkat dari tepi kuku, sehingga tidak dapat dilakukan penatalaksanaan non-bedah.8
Sebelum dilakukan prosedur bedah, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa anestesi yang
diberikan memadai karena prosedur ini dapat membuat pasien tidak nyaman karena merupakan
tindakan yang menyakitkan.
PERALATAN
Handscone nonsteril
Alcohol swab
Spuit 5 – 10 cc
Nald 27 G
Lidocaine (1%) tanpa epinefrin
Larutan Fenol
Kasa steril
Nail splitter
Forsep lurus
Scalpel
9
Iris scissors
Doek Steril
Bak instrumen
Plester
Anestesia
Mengingat jumlah ruang subkutan yang terbatas di dalam jari kaki dan area yang relatif
luas yang membutuhkan anestesi, anestesi infiltrasi lokal tidak dapat memberikan efek analgesik
yang memadai.
Blok digital dapat dilakukan dengan lidokain 1% tanpa epinefrin. Penambahan
bupivakain memberikan durasi anestesi yang lebih lama. Permukaan kulit jari proksimal harus
dibersihkan secara menyeluruh dan diseka dengan kapas alkohol. Anestesi dilakukan dengan
blok dari semua 4 saraf. 2 saraf dorsal dan 2 volar berada pada posisi jam 2, 4-, 8, dan 10, di
dekat tulang.
Dengan menggunakan spuit (5-10 mL), jarum ukuran 27 dimasukkan pada punggung
kaki tepat di proksimal pangkal jari kaki pada sela jari, tepat di antara kulit dan tulang. Jarum
tersebut kemudian dimajukan di sepanjang sisi tulang ke lokasi tepat volar ke tulang. Kira-kira 1
mL anestesi disuntikkan di tempat tersebut; 0,5-1 mL tambahan disuntikkan saat jarum ditarik.
Prosedur yang sama kemudian dapat diulangi di sisi lain dari digit tersebut.
10
Hingga saat ini belum ada pilihan tatalaksana operatif yang menjadi technique of choice.
Pembedahan dapat dilakukan berdasarkan lokasi anatominya yaitu di lempeng kuku, matriks
kuku, bantalan kuku, serta lekukan kuku proksimal dan distal.
Tindakan avulsi kuku adalah salah satu tindakan pada lempeng kuku yang paling umum
dilakukan. Avulsi kuku dapat dilakukan total maupun parsial.
11
Gambar 2.5 Avulsi Kuku Total
Prosedur avulsi kuku melalui bagian proksimal kuku pada prinsipnya sama
dengan melalui distal kuku, dimulai dengan membebaskan area lekukan kuku proksimal
seperti pada distal approach. Kemudian elevator septum tetap di area proksimal kuku dan
didorong hati-hati hingga berada di bawah dasar lempeng kuku. Instrumen diposisikan
mengikuti lekukan natural lempeng kuku, hingga seluruh bagian subungual terkena.
Setelah semua bagian lempeng kuku terbebas dari bantalan kuku, lempeng kuku akan
mudah terlepas. Pendekatan ini disarankan pada kuku dengan area subungual melekat erat
12
dengan lempeng kuku, atau saat
dilakukan pemisahan
subungual dengan spatula pada daerah
hiponikium terjadi trauma, sehingga
tindakan harus dimulai dari bagian
proksimal kuku.
Berbagai komplikasi yang timbul akibat avulsi kuku total dapat dikurangi dengan
melakukan avulsi kuku parsial. Pada tindakan ini hanya sebagian lempeng kuku yang
akan dibebaskan dari bantalan kuku. Instrumen yang digunakan adalah English anvil nail
splitter atau dapat juga digunakan double-action bone rongeur. Pada onikomikosis
subungual distolateral, segmen lateral dan atau medial lempeng kuku dilakukan avulsi
parsial. Tindakan avulsi parsial pada ibu jari kaki memungkinkan lempeng kuku normal
tetap ditinggalkan sehingga berguna sebagai tekanan balik terhadap jaringan lunak kuku
saat berjalan, sehingga dinding kuku bagian distal akan tetap kokoh.
Pada lekukan kuku lateral sering terjadi ingrown nail terutama pada ibu jari.
Lempeng kuku distal mengalami pertumbuhan menusuk ke arah distolateral lekukan
kuku. Kejadian ingrown nail sangat tinggi terutama pada dewasa muda, menimbulkan
rasa nyeri hebat dan infeksi kuku. Prosedur dimulai dengan membuat inisisi oblik 5 mm
13
dari sudut proksimal lekukan kuku lateral, hati-hati untuk tidak melukai matriks.
Lanjutkan insisi dengan bentuk seperti panah hingga ujung jari meliputi seluruh jaringan
granulasi yang terbentuk dan meliputi seluruh lekukan kuku lateral. Lempeng kuku
dilakukan avulsi parsial atau total, lalu jahit pada ujung proksimal dan distal kuku.
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan ingrown nails, dapat dilakukan prosedur untuk
merusak matriks kuku atau disebut matriksektomi. Tindakan ini dapat dilakukan secara bedah,
dengan agen kimia, dengan bedah listrik, atau dengan ablasi radiofrequency. Namun tindakan
yang ini paling sering dilakukan dengan menggunakan agen kimia, karena paling mudah untuk
dilakukan. Larutan kimia yang digunakan dalam matriksektomi kimia adalah Fenol,
trichloroacetic acid (TCA) dan larutan natrium hidroksida (NaOH).
14
Pasien diedukasi bahwa luka mungkin mengeluarkan cairan serosa pada awalnya tetapi
harus diarahkan untuk kembali jika terdapat cairan purulen, nyeri atau bengkak yang
memburuk, atau lambatnya penyembuhan luka setelah 2-3 minggu.
Paronikia adalah komplikasi yang paling umum terjadi. Jika paronikia tidak diobati,
kondisi tersebut dapat berkembang menjadi selulitis, osteomielitis, atau infeksi sistemik.
Granuloma piogenik dapat terjadi pada ingrown nails yang terinfeksi dalam jangka waktu lama.
Jika tidak diobati, peradangan kronis dapat menyebabkan skin bridging sekunder akibat
epitelisasi jaringan lunak yang hipertrofi dan meradang di sekitarnya.
Pembentukan keloid dapat terjadi akibat peradangan kronis, terutama pada kasus
berulang.
Meskipun jarang, infeksi pascaoperasi dapat terjadi pada sebagian kecil pasien. Tindakan
yang tepat harus diberikan untuk mencegah tanda-tanda infeksi atau demam.
2.10 PROGNOSIS
Prognosis sangat baik. Dapat terjadi kesembuhan total. Morbiditas terutama disebabkan
oleh infeksi jaringan. Jika diabaikan, pembentukan abses (paronikia) dapat terjadi atau menyebar
dan menyebabkan osteomielitis, infeksi sistemik, sepsis, atau amputasi.
15