Makna Sabar
Makna Sabar
Menjaga aqidah akhlak meruakan hal yang penting bagi kita. Hal-hal yang dapat
kita lakukan antara lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah akhlak,
hal-hal yang dapat merusak aqidah akhlak, menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat
merusak aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
Mengingat begitu pentingnya aqidah akhlak ini, maka sebagian sekolah mulai
memasukkan aqidah akhlak ini ke dalam mata pelajaran di sekolah. Karena usia anak-anak
sekolah merupakan usia yang labil, di mana perlu ditanamkan sejak dini agar mereka
mempunyai aqidah yang baik dan akhlak yang terpuji. Akhlak terpuji yaitu tingkah laku
yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak
yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula.
Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam,
kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas akhlak-
akhlak terpuji kepada diri sendiri. Adapun sifat-sifat yang terpuji kepada diri sendiri
diantaranya:
1. Tawakkal
2. Ikhtiar
3. Sabar
4. Syukur
5. Qana’ah
A. Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya pasrah dan menyaerah.
Secara istilah, tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu
pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada Allah SWT setelah semua
proses pekerjaan atau amalan lain sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus
dilakukan setelah ada usaha dan kerja keras dengan menerahkan segala
kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi, ketika seseorang belum berusaha secara
optimal untuk mencapai suatu angan atau cita-citanya, kemudian ia pasrah atau
berserah diri, maka orang tersebut belum dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT, jangan menggantungkan
sesuatu kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan
atas segala sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras tidak akan berarti apa-apa, jika
Allah tidak menghendaki keberhasilan ats usaha itu. Manusia boleh berharap dan
harus terus berusaha dengan seganap daya upaya, namun jangan lupa bahwa
manusia tidak dapat menentukan suatau usaha itu berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan aturan yang benar, sehinga
tidak ada penyimpangan akidah dan keyakinan dari perbuatan tawakkal yang
salah.
2. Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah
berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 159, yang artinya “ Maka disebabkan rahmat
Allah-lah kamu berlaku lemah membut terhadap mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu , kaena itu maafkanlah mereka dan bermusawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang
bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23 yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya
kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.
3. Bentuk-bentuk BertawakaL
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku tawakkal, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai
berikut :
a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT.
b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah SWT.
c. Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapa pun dan pihan
mana pun.
e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun
kegagalan.
Contoh :
1) Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan
kemudahan dalam mengerjakan soal.
2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad
kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat
beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah semoga
keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang
berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang
berusaha berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan
yang ada untuk meraih suatu harapan dan keingina yang dicita-citakan, ikhtiyar
juga juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
C. Sabar
1. Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji.
Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah
hati, dan tidak lekas putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang mampu
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini
mengandung arti sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan
sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar adalah orang yang mampu
mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan
kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo",
ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya
memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam
jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu
yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru
ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan
tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi
buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan
dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur,
kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara
berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat
pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
2. Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan
ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima
cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak
menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam
maksiat.
D. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Menurut istilah,
bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan
kepada dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah
yang telah kita terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya
sehingga kita tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya pada
tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah
menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan
berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat
Allah. Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang
telah berjasa menjadi perantara kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua sebagai isyarat bersyukur kepada
mereka yang berjasa dan menjadi perantara nikmat Alloh. Orang yang tidak
mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia tidak mampu pula bersyukur
kepada Alloh swt.
Manfaat syukur akan menguntungkan pelakunya. Allah tidak akan
memperoleh keuntungan dengan syukur hamba-Nya dan tidak akan rugi atau
berkurang keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
E. Qana’ah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka menerima yang
dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah adalah sikap menerima
semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat pula dikatakan
bahwa qana’ah ialah sikap perilaku menerima dan menggunakan suatu pemberian
Allah sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang haqiqi)
bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah
kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah. Dalam bahasa jawa sering
diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah
diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh manusia menurut ukuran
materi jumlahnya sedikit, tetapi sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah
tidak bisa terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda “Sungguh sangat beruntung
orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR.
Muslim). Islam memberikan jaminan rezeki bagi penganutnya selama mereka taat
terhadap perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah terhadap apa-
apa yang diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan menjadikan hati menjadi
Qona’ah. Dan orang-orang yang bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur
pada Allah. Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat lebih banyak lagi
karena kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak pernah mempunyai sifat
Qona’ah dalam dirinya. Karena mereka merasa kekurangan terus menerus dalam
hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang kaya, Ia selalu merasa
puas terhadap apa yang didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu menggoda
manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya manusia selalu merasa
kurang terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu tidak
jatuh dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi harus diasah dan
dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar
untuk selalu berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah
baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah
dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri tetapi ia bagikan
kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak
hanya pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi pada waktu rizki melimpah
pun kita harus tetap qana’ah.