2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam
mengatur keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan
keseimbangan asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan
meninggalkan ginjal menuju saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal
terletak di belakang peritoneum sehingga disebut organ retroperitoneal (Snell,
2006).
Menurut Baradero, dkk. (2005), ginjal adalah sepasang organ
retroperitoneal yang integral dengan homeostasis tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi
hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah,
serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan
menyesuaikan ekskresi air dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh,
asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal.
Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri
kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter
terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang
besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior, margo
lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior
b. Fisiologi
Ginjal memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya
dengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga
dengan menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol
tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi dari
elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potasium, serta keseimbangan asam-basa
dari tubuh. (Ganong, 2009).
Menurut Prabowo dan Pranata (2014), ginjal memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain: urea, asam
urat, amoniak, kreatinin, garam anorganik, bakteri dan juga obat-obatan. Jika
zat-zat ini tidak diekskresikan oleh ginjal, maka tubuh akan diracuni oleh
kotoran yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang berfungsi
untuk menyaring adalah nefron.
2. Mengekskresikan kelebihan gula dalam darah.
3. Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan
osmotik ekstraseluler.
4. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
5. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran
ion hidtronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat
asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
3. Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari gangguan kesehatan
hingga efek samping obat-obatan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar kalium dalam darah:
a. Gangguan fungsi ginjal
Segala penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal
dapat mengakibatkan hiperkalemia. Pasalnya, salah satu fungsi ginjal adalah
membuang kelebihan kalium dari dalam tubuh. Maka ketika fungsi ginjal
terganggu, kadar kalium di dalam tubuh akan meningkat.
Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal
adalah:
1) Gagal ginjal akut
2) Gagal ginjal kronis
3) Lupus nefritis
4) Penyakit saluran kemih, seperti batu saluran kemih (urolithiasis)
5) Reaksi penolakan dari transplantasi organ
b. Penyakit kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal adalah kelenjar kecil di atas ginjal yang berfungsi menghasilkan
hormon kortisol dan aldosteron. Hormon aldosteron membantu mengatur jumlah
natrium dan cairan di ginjal, serta mengeluarkan kalium melalui urine. Jika kadar
hormon aldosteron berkurang, maka jumlah kalium dalam darah akan meningkat.
Oleh sebab itu, penyakit kelenjar adrenal yang menyebabkan penurunan kadar
hormon aldosteron, seperti penyakit Addison, dapat menyebabkan kadar kalium
dalam darah meningkat.
c. Pelepasan kalium ke aliran darah
Normalnya, kalium lebih banyak berada di dalam sel-sel tubuh daripada di luar
sel-sel tubuh. Oleh karena itu, segala kondisi yang meningkatkan pelepasan
kalium ke luar sel-sel tubuh dapat menyebabkan hiperkalemia. Kondisi tersebut
antara lain:
1) Diabetes tipe 1
2) Anemia hemolitik
3) Ketoasidosis diabetik
4) Rhabdomyolysis
5) Sindrom tumor lisis
6) Cedera
7) Luka bakar
8) Tindakan operasi
9) Donor darah
d. Penggunaan obat-obatan
Sejumlah obat-obatan dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam mengeluarkan
kalium melalui urine. Akibatnya, kadar kalium dalam darah menjadi meningkat.
Obat-obatan tersebut antara lain:
1) Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone
2) Obat antiflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan aspirin
3) ACE inhibitors, seperti captopril
4) Obat penghambat reseptor angiotensin (ARBs), seperti candesartan
5) Penghambat BETA, seperti propanolol
6) Heparin
7) Suplemen kalium
4. Manifestasi Klinis
Gejala hiperkalemia tergantung pada tingginya kadar kalium dalam darah. Pada
beberapa kasus, penderita hiperkalemia tidak mengalami gejala apapun. Namun bila
kadar kalium di dalam darah naik cukup tinggi, dapat muncul keluhan berupa:
a. Lemas atau lemah otot
b. Mual dan muntah
c. Kesemutan dan mati rasa
d. Nyeri dada
e. Gangguan pernapasan
f. Jantung berdebar
g. Kelumpuhan
h. Henti jantung yang dapat menyebabkan kematian
6. Klasifikasi Hiperkalemia
Kadar kalium normal di dalam darah adalah 3,5ꟷ5,0 mEq/L. Seseorang baru
dikatakan menderita hiperkalemia apabila kadar kalium di dalam darah lebih dari 5,0
mEq/L.
Berdasarkan tingginya kadar kalium dalam darah, hiperkalemia terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a. Hiperkalemia ringan, yaitu kadar kalium dalam darah 5,1ꟷ6,0 mEq/L
b. Hiperkalemia sedang, yaitu kadar kalium dalam darah 6,1ꟷ7,0 mEq/L
c. Hiperkalemia berat, yaitu kadar kalium dalam darah di atas 7,0 mEq/L
8. Komplikasi
Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya ventrikel fibrilasi yang menyebabkan jantung bagian bawah
berdetak cepat namun tidak memompa darah.
Hiperkalemia yang tidak segera ditangani juga dapat menyebabkan henti jantung,
kelumpuhan, hingga kematian
3. Perencanaan Keperawatan :
a. Ketidak Efektifan Pola Nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi.
Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif
dengan kriteria hasil :
NOC Label >>> Respiratory Status : Breathing
1) pasien melaporkan sesak napas berkurang
2) pernafasan teratur
3) takipneu atau bradipneu tidak ada
4) pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri
5) tanda vital dalam batas normal
6) penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada
7) napas cuping hidung tidak ada
8) tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi :
NIC Label >>> Oxygen Therapy
1) Bersihkan secret yang ada di mulut, hidung, dan trakea yang sesuai
2) Mempertahankan jalan napas patency
3) Siapkan peralatan oksigenasi dan hidupkan panaskan humidifier
4) Mengelola oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
5) Monitor aliran oksigen
6) Monitor efektivitas terapi oksigen seperti nadi, ABGs yang benar
NIC Label >>> Respiratory Monitoring
1) Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas
2) Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu
pernafasan
3) Monitor pola nafas: bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi kussmaul,
respirasi cheyne-stokes dll
4) Palpasi kesamaan ekspansi paru
5) Monitor kelelahan otot diafragma
6) Auskultasi suara paru setelah pengobatan diberikan
7) Catat nilai SaO2, tidal CO2 dan ABG yang sesuai
b. Ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru penurunan
curah jantung, penurunan perifer yang menyebabkan asidosis laktat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Oksigenasi
dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg) dengan kriteria hasil:
1) Tidak sesak nafas
2) Tidak gelisah
3) GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan Ventilasi
2) Pasang mayo bila perlu
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
7) Monitor respirasi dan status O2
8) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostals
9) Monitor suara nafas, seperti dengkur
10) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
11) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
12) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
13) Observasi sianosis khususnya membrane mukosa
14) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
15) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
c. Ketidakefektian perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan
aliran darah keseluruh tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Perfusi
jaringan efektif dengan kriteria hasil :
1) TTV dalam batas normal
2) Warna kulit normal
3) Suhu kulit hangat
4) Kekuatan fungsi otot
5) Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji secara komprehensif terhadap sirkulasi perifer(misalnya nadi
perifer,edema)
2) Pantau status cairan ,termasuk asupan dan haluaran
3) Ajarkan pasien untuk pentingnya mematuhi program diet dan program
pengobatan.
4) Anjurkan pasien untuk memeriksa kulit setiap hari untuk mengetahui
perubahan integritas kulit.
5) Kolaborasi pemberian obat antitrombosit atau antikoagulan jika diperlukan
6) Kolaborasi pemberian obat nyeri
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dan
natrium.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan mengalami
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil :
1) Bebas dari edema
2) Tidak ada suara nafas tambahan
3) TTV dalam batas norma
4) Turgor kulit elastis
Intervensi :
1) Kaji komplikasi pulmonal yang diindikasikan dengan peningkatan tanda
gawat nafas, peningkatan TTV
2) Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi
dan integritas kulit
3) Manejemen Cairan :
- Timbang berat badan setiap hari
- Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
- Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
4) Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema
5) Anjurkan pasien untuk puasa sesuai dengan kebutuhan
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan
protein yang adekuat dan pembatasan natrium
7) Kolaborasi pemberian diuretic
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan (anoreksia mual muntah).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1) pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5) Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6) Monitor lingkungan selama makan
7) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
10) Monitor mual dan muntah
11) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
12) Monitor intake nuntrisi
13) Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
14) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
15) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
16) Kelola pemberan anti emetik
17) Anjurkan banyak minum
18) Pertahankan terapi IV line
19) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status
metabolik sekunder.
NOC Label >>> Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)Tidak ada luka/lesi pada kulit
2) Perfusi jaringan baik
3) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
4) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Intervensi :
NIC Label >>> Pressure Management
1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
4) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu
mentoleransi aktivitas dengan kriteria hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi, RR
2) Mampu melakukan ADL secara mandiri
3) Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Intervensi :
1) Observasi Keadaan umum klien
2) Tentukan keterbatasan gerak Klien
3) Lakukan ROM sesuai Kemampuan
4) Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan klien
5) Kolaborasi dengan terapis untuk melaksanakan latihan
DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC