Anda di halaman 1dari 20

URGENSI BELA NEGARA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN NASIONAL

Hesti Eka Pratiwi


Politeknik Keuangan Negara STAN
hestiieka@gmail.com

Abstrak-Ketahanan nasional mengandung arti kemampuan untuk mengembangkan kekuatan atau kemampuan
nasionalnya dalam menghadapi tantangan ,baik secara eksternal maupun internal, langsung maupun tidak
langsung yang mampu membahayakan identitas dan eksistensi negara. Ketahanan nasional juga memiliki fungsi
untuk mencapai tujuan nasional atau cita-cita negara yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945
secara implisit. Hal tersebut mengingat peran ketahanan nasional sebagai alat dan pendekatan dalam
penyelenggaraan kehidupan dan pembangunan nasional. Bela negara digunakan sebagai benteng ancaman
Indonesia baik dari dalam atau dari luar dalam waktu dekat maupun jangka panjang yang dapat mengganggu
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dan menghambat program pemerintah . Maka program
pendidikan dan pengimplementasian bela negara perlu dibentuk dan disosialisasikan di kalangan masyarakat
dalam setiap tataran tingkat pendidikan . Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan perlunya kesadaran dan
langkah dan tindakan dengan cepat, serentak, lebih serius, terarah dalam mengusahakan ketahanan nasional
melalui bela negara.
Kata Kunci: Ketahanan nasional,bela negara,kesadaran.

Tujuan kita bernegara atau yang disebut tujuan nasional telah diamanatkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut,pemangku kekuasaan dan wakil

rakyat beserta masyarakatnya berusaha melaksanakan pembangunan nasional di segala

bidang, sekaligus meningkatkan ketahanan nasional kita terhadap ancaman, gangguan,

hasutan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri yang

dapat mengganggu tercapainya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut . Ketahanan Nasional merupakan


kondisi dinamis suatu bangsa yang mengandung keuletan, dan ketangguhan yang

mampu membangun, mengembangkan dan menumbuhkan ketahanan, kekuatan nasional

dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman yang datang

dari dalam negeri maupun luar negeri yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia.

Dalam mewujudkan Ketahanan Nasional tersebut, diperlukan adanya upaya pertahanan

yang disebut bela negara. Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga

negara Indoneisa. Hal ini dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat (3) tentang Warga

Negara dan Penduduk bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”. Pasal 27 ini menitikberatkan pada keikutsertaandalam menghadapi

ancaman dalam segala aspek kehidupan atau sering disebut dengan ancaman nonmiliter.

Dalam pasal 30 ayat (1) tentang Pertahanan Keamanan negara, dinyatakan bahwa Tiap-tiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Pasal ini menitikberatkan pada keikutsertaan bela negara dalam menghadapi ancaman militer,

khususnya dalam bidang integrasi bangsa dan negara.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan

Negara, pasal 9 dinyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam

upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Selanjutnya

keikutsertaan warga negara diselenggarakan melalui (1) pendidikan kewarganegaraan, (2)

pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (3) pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia

(TNI) secara sukarela atau wajib (4) pengabdian sesuai dengan profesi.
Kesadaran Bela Negara merupakan tekad, sikap, perilaku dan tindakan bela negara yang

juga menjadi bagian dari upaya penguatan karakter dan jati diri bangsa yang berkepribadian

dan berkebudayaan. Kesadaran Bela Negara ini penting untuk ditanamkan sebagai landasan

sikap dan perilaku bangsa Indonesia, sebagai bentuk revolusi mental sekaligus untuk

membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas dinamika ancaman

sekaligus untuk mewujudkan Ketahanan Nasional. Karena kesadaran setiap warga negara

yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power

bangsa bahkan akan memberikan detterence effect bagi negara lain yang ingin mencoba

mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Kekuatan jiwa

bangsa Indonesia yang dibangun melalui penanaman kesadaran bela negara ini akan menjadi

suatu kekuatan luar biasa karena semangat kesadaran bela negara ini dilandasi oleh

kebanggaan dan kecintaan yang tulus dan mendalam dari seluruh komponen terhadap bangsa

dan negaranya.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Sugiono, penelitian

kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif

(Sugiono. 2010 : 9).Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena penelitian ini

ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah,

bukan dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Selain itu, metode penelitian

kualitatif menurut Syaodih Nana, (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok.

Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan fenomena bela negara

dalam upaya penegakan ketahanan nasional. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan

berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan studi deskriptif analitis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pentingnya Bela Negara Dilihat dari Indeks Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional sangat bergantung pada kemampuan mengoptimasi fungsi aspek

atau gatra alamiah sebagai modal dasar untuk menciptakan aspek dinamis yang merupakan

kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Aspek alamiah terdiri dari tiga gatra

(tri gatra), yaitu gatra geografi, gatra demografi, dan gatra sumber kekayaan alam (SKA).

Sedangkan aspek dinamis terdiri dari lima gatra (panca gatra) yang mencakup gatra

ideologi, gatra politik, gatra ekonomi, gatra sosial budaya dan gatra pertahanan dan

keamanan. Gabungan trigatra dan pancagatra disebut sebagai astagatra atau delapan

aspek Ketahanan Nasional.

Untuk mengukur Ketahanan Nasional ini, maka diwujudkan dalam bentuk Indeks

Ketahanan Nasional yang menggambarkan hubungan antar gatra yang saling berhubungan

dan mempengaruhi satu sama lain. indeks ketahanan nasional dibagi dalam lima tingkatan.

Yaitu mulai paling bawah rawan, kurang tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat

tangguh. Indeks secara keseluruhan itu diperoleh berdasarkan empat dari lima gatra
ketahanan nasional Indonesia, yaitu indeks ketahanan politik, ekonomi, ideologi, dan sosial

budaya.

Lembaga yang bertugas mengukur Ketahanan Nasional adalah Lemhanas(Lembaga

Ketahanan Nasional) menggunakan pendekatan Astagrata dengan sub-gatranya masing-

masing yang kemudian ditentukan variabel penilaian serta indikator pencapaiannya dengan

bantuan teknologi informasi. Pengukuran Indeks Ketahanan Nasional dilakukan secara

tahunan atau annual untuk mengetahui sampai di tahap mana kondisi Ketahanan Nasional dan

Daerah-daerah Indonesia untuk kemudian dapat diperbandingkan secara runtutan waktu untuk

mengetahui dari tahun ke tahun. Pengukuran Labkurtannas bisa dibuat untuk menjelaskan

kepada pemerintah khususnya pemangku kebijakan saja yang bisa diperbaiki di kelembagaan,

prosedur, di dalam peraturan atau hubungan kerja.

Hasil analisis dari Lemhanas tersebut diwujudkan dalam Laboratorium Pengukuran

Ketahanan Nasional (Labkurtannas). Karena saat ini masih dalam tahun berjalan 2020, data

masih menggunakan Indeks Ketahanan Nasional Tahun 2019 mengingat Indeks ini diukur

pada akhir periode. Dari hasil pengukuran Indeks tersebut,Baik secara nasional maupun

daerah dari 2015-2019, ketahanan nasional berada di tingkat “cukup tangguh” yaitu diangka

2,69 berarti berbagai dinamika itu dapat diatasi dengan baik. Namun, ditemukan ketahanan

ideologi yang kurang tangguh. Hal tersebut karena isu-isu pengancam ideologi yang ada yang

mampu mengganggu stabilitas ketahanan nasional kita . Begitu pula aspek sosial budaya yang

masih dalam kategori lemah dengan amsih ditemukannya indikator konflik atas keberagaman,

kasus narkoba, dan permasalahan sosial budaya lain. Berikut ini hasil pengukuran Indeks

Gambar 1 Indeks Ketahanan Nasional Periode 2015-2019


Ketahanan Nasional dengan tahun2015-2019. Karena saat ini masih dalam tahun berjalan

2020, data masih menggunakan Indeks Ketahanan Nasional Tahun 2019 mengingat Indeks ini

diukur pada akhir periode.

Indeks Ketahanan Nasional dibagi dalam lima tingkatan, yaitu paling bawah rawan, kurang

tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat tangguh. Indeks secara keseluruhan itu

diperoleh berdasarkan empat dari lima gatra ketahanan nasional Indonesia, yaitu indeks

ketahanan politik, ekonomi, ideologi, dan sosial budaya. Hal tersebut menjadi landasan dan

penggugah kesadaran dari rakyat Indonesia itu sendiri melalui perannya sebagai warga

negrara yang baik melalui penguasaan kekuatan nasional yakni bela negara, baik secara soft

maupun hard. Bela negara seharusnya dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman

dalam penerapannya dengan program programnya melalui nilai-nilai yang adaptif dengan

kekinian agar menumbuhkan sikap bela negara sebagai upaya pertahanan nasional.

B. Konsepsi Bela Negara sebagai Implikasi Nyata Ketahanan Nasional


Arus globalisasi yang terjadi sekarang, seolah-olah membalut suatu negara

saling terhubung (interconeted), tanpa batas (borderless), dan saling tergantung

(interdependency), baik satu negara maupun lainnya di dunia ini. Hal tersebut membuat

dunia seakan akan berada dalam satu ruang dan waktu yang sama dan tidak ada lagi ruang

terbatas antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam konteks ini, Indonesia

mendapat ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari globalisasi itu sendiri.

Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru yang berasal dari luar, kemudian

masuk ke Indonesia, sehingga nilai-nilai baru tersebut belum tentu akan sesuai dengan

kepribadian dan karakter dari masyarakat (society) Indonesia. Pesatnya arus globalisasi

membuat nilai dan norma yang telah dipegang oleh bangsa Indonesia yang merupakan jati diri

bangsa akan luntur disebabkan oleh pergeseran secara masif modernitas dan pengaruh

pergerakan society dunia. Pada tataran mikro dari pola keseharian masyarakat (society)

Indonesia ini, yang telah diwarnai pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan yang bersifat

individualistik dan materialistik yang tentunya tidak sesuai dengan ajaran luhur para pendiri

bangsa. Sedangkan aspek makro dapat dilihat dengan adanya arus globalisasi itu sendiri,

yaitu dari kurang tangguhnya ketahanan nasional Indonesia, sebagaimana

dijelaskan di atas. Kondisi tersebut harus diperbaiki dan diselesaikan, karena

dikhawatirkan pada jangka panjang dapat mengganggu stabilitas nasional.

Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan

nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang

seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh,menyeluruh dan
terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain,

konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia merupakan pedoman untuk meningkatkan

keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional.

Akibat dari pesatnya globalisasi dan masifnya pengaruh modernisasi, hal hal yang

menganggu tersebut harus segera ada perbaikan dan penyelesaian, karena

dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat mengganggu stabilitas

nasional. Sebagai negara kepulauan terbesar dan dengan jumlah penduduk

urutan keempat di dunia. Ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari

globalisasi itu sendiri, akan berdampak luas pada masyarakat Indonesia.

Berhubungan dengan itu, geostrategi Indonesia diperlukan untuk mewujudkan dan

mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakat majemuk dan heterogen

berdasarkan Pembukaan UUD 1945, geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk

ketahanan nasional (Armawi, 2011:62). Sebagaimana yang dijelaskan Armawi

(2011:62) terkait dengan pengertian ketahanan nasional, yang berasal dari dua istilah,

yaitu ketahanan dan nasional. Ketahanan berasal dari kata tahan (kuat), yang berarti

kuat menderita, dapat menguasai diri, tetap pada keadaannya, keteguhan hati

dan kesabaran. Istilah nasional tersimpul pengertian penduduk dari suatu wilayah yang

telah mempunyai pemerintah serta menunjukkan makna sebagai kesatuan dan

persatuan dalam kepentingan bangsa yang telah bersatu membentuk kehidupan

berbangsa bernegara. Sebagai sebuah strategi landasan konsepsional agar


menjadikan mata pisau analisis guna memecahkan berbagai macam masalah

bangsa Indonesia, setidaknya dalam ketahanan nasional sendiri di analisis dengan

menggunakan delapan pendekatan astagatra atau aspek dari kehidupan nasional,

meliputi 3 aspek alamiah atau (trigatra), sifat trigatra sendiri bersifat statis,

sedangkan aspek lima lainnya dalam kehidupan (pancagatra) yang selalu bersifat

dinamis. Setiap bangsa di dunia ini, guna menjaga eksistensinya dapat

menjalankan dan mewujudkan cita-cita bahkan tujuan nasional dari bangsa itu sendiri,

diperlukan dan harus memiliki suatu ketahanan nasional. Oleh karena itu, pengkajian

ketahanan nasional sangat penting bagi suatu bangsa dan negara karena

berhubungan erat dengan kelestarian hidup negara dan menjamin kelangsungan

perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional

(Armawi, 2011:63). Dalam konteks tersebut, sesungguhnya setiap bangsa

dalam mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nasionalnya berbeda-beda, hal ini

disesuaikan dengan nilai, kepribadian,falsafah, kebudayaan,latar belakang,serta pada

sejarah pembentukan yang terjadi pada bangsa tersebut.

Ketahanan nasional diperlukan bukan hanya sebagai konsepsi politik

saja melainkan sebagai kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang

keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti: tegaknya hukum dan ketertiban ,

terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan

keamanan , terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (juridical justice and

social justice), serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri

(freedom of the people) (Wahyono, 1996). Dalam lima tahun terakhir, posisi Indonesia
dalam kondisi kurang tangguh, hal ini berdasarkan hasil yang dirilis oleh

Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional. Tantangan tersebut harus

segera dicarikan solusinya, salah satu yang harus ditingkatkan dan dioptimalkan yakni

bela negara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 30 dan Undang-Undang No. 3

tahun 2002, sudah diamanatkan terkait dengan bela negara ini. Sehingga sudah

menjadi barang tentu bagi seluruh rakyat Indonesia untuk senantiasa menjunjung semangat

bela negara ini.

Guna mendukung ketahanan nasional yang semakin kuat, maka ditemukanlah konsep bela

negara sebagai suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur,

menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,

kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian

Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan

setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang

membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan

bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 (Azhar, 2001:32). Pendapat lainnya sebagaimana yang dijelaskan oleh

Wiyono dan Isworo (2007:3) mendefinisikan bela negara sebagai suatu sikap dan perilaku

warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin

kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

C. Bela Negara dalam Menentukan Wujud Pertahanan dan Ketahanan Bangsa


Wujud pertahanan dan ketahanan di setiap negara direfleksikan pada spektrum bela

negara yang harus dipahami oleh semua warga negara. Melalui hal tersebut sesungguhnya

diingatkan, bahwa setiap warga negara Indonesia maupun bangsa lainnya untuk senantiasa

mempertahankan dan memperjuangkan ruang hidup serta kepentingan nasionalnya. Pada

dasarnya national resilience harus dibina dan dikondisikan dari berbagai aspek, aspek tersebut

akan menentukan kualitas dari pertahanan negara itu sendiri, sehingga pertahanan negara

(national defence) sangat terbalik lurus dengan ketahanan nasional Indonesia. Dengan

demikian, setiap transformasi maupun pergeseran yang terjadi pada ketahanan nasional

akan berpengaruh juga pada pertahanan negara sampai pada implementasinya.

Bela negara tidak selalu diartikan dalam arti militer atau angkat senjata melainkan saat ini

bela negara implementasinya jauh lebih luas terdapat bentuk paling lunak (soft) sampai pada

bentuk yang keras (hard). Bela negara dalam bentuk lunak masuk klasifikasi aspek psikologis

dan aspek fisik. Aspek psikologis ini yang tercermin dalam jiwa, karakter, sikap, bahkan jati diri

dari setiap warga negara. Dasar dari aspek psikologis ini pada prinsipnya akan dituangkan ke

dalam pola melalui pikiran, karakter, maupun sikap akan mencerminkan kesadaran dalam bela

negara. Adapun aspek fisik ini sendiri perwujudannya dalam bentuk tindakan nyata dalam

berbagai keseharian negara, yang menjunjung negara Indonesia dan pada setiap profesi yang

dilakukan. Bela negara pada konteks keras (hard) merupakan bentuk hak dan kewajiban warga

negara yang diwujudkan secara fisik untuk menghadapi ancaman militer negara lain.

Dalam konteks yang lebih luas, negara sebenarnya telah menyusun suatu doktrin dan

sistem pertahanan semesta, yang mekanismenya ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan terkait dengan peran, tugas, dan tanggung jawab pada berbagai Komponen seperti
Komponen Utama, Komponen Cadangan, dan Komponen Pendukung. Pemahaman yang

sangat komprehensif terhadap Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, jika

terselenggara dengan baik, maka dapat memperkuat dan memperbesar dari Komponen Utama

itu sendiri. Klasifikasi bela negara dari yang lunak sampai keras tidak boleh terputus dan harus

berkelanjutan. Bahkan sangat sulit dipungkiri saat ini memberikan pemahaman dan

meningkatkan peran bela negara lebih kompleks maupun komprehensif pada saat masa damai

menjadi kunci keberhasilan dari terselenggaranya peran bela negara agar dapat menentukan

kualitas dari pertahanan negara (national defence) Indonesia.

D. Tantangan yang Dihadapi Bangsa dalam Mencapai Ketahanan Nasional

Ancaman nasional dalam bentuk aksi kekerasan, terorisme dan pengaruh paham-paham

radikal di tengah masyarakat masih menjadi tantangan besar bangsa Indonesia hingga saat ini.

Secara tidak langsung, berbagai ancaman tersebut dapat mempengaruhi sendi-sendi vital

negara yang tengah giat dalam melakukan akselerasi di sektor pembangunan. Tantangan

yang dihadapi dalam mempertahankan ideologi di era globalisasi adalah merebaknya

perilaku masyarakat yang cenderung memilih liberalisasi sebagai nilai yang dianggap

positif, seraya mulai meninggalkan nilai-nilai Pancasila.

Di bidang Sosial dan Budaya, aspek sosial budaya diukur dari indikator antara lain, konflik

yang terjadi,narkoba, lamanya pendidkan. Dari beberapa indikator tersebut, bangsa Indonesia

masih menghadapi tantangan seperti belum meratanya pendidikan di Indonesia, masih

maraknya peredaran dan penggunaan narkoba, konflik SARA dan lemahnya toleransi. Serta

dekadensi moral telah melepaskan nilai Pancasila, juga nilai ketuhanan dengan

mengalirnya radikalisme dan konflik antarumat beragama, lunturnya nilai kemanusiaan dengan
perbuatan yang tidak beradab, dan sebagainya. Nilai-nilai yang dibangun kemudian dapat

mengancam nilai persatuan dan kesejahteraan manusia. Pelemahan penerapan penegakan

hukum sebagai kekuatan ketahanan nasional

Bidang ekonomi,ketahanan nasional dan ketahanan ekonomi memiliki keterkaitan.

Ketahanan dan stabilitas pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kuatnya ketahanan

nasional juga. Kesejahteraan atau welfare mengarahkan orang untuk menciptakan lingkungan

damai dan kondusif serta menekan adanya konflik serta kriminalitas. Belum tercapainya

pemerataan ekonomi menjadi salah satu tantangan di bidang ekonomi yang harus terus

diusahakan. Serta penguatan daya saing ekonomi dengan persaingan global masih menjadi

tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia agar tidak hanya sebagai negara konsumsi produk

luar negeri. Persaingan ekonomi dunia yang liberal menjadi ancaman dan tantangan bagi

Indonesia untuk bersaing dengan negara lain. Selain itu.kemiskinan juga merupakan tantangan

bagi terselenggaranya ketahanan nasional merupakan tatangan yang harus dapat diatasi

secepat mungkin untuk dapat mewujudkan Ketahanan Nasional yang tangguh.

Bidang Ideologi,Pengaruh ideologi dan globalisasi membuat arus informasi mudah masuk

dan diterima oleh orang di belahan dunia manapun. Hal ini menjadi ancaman dan tantangan

bagi ideologi bangsa karena maraknya pengaruh paham paham yang tidak sesuai dengan

identitas bangsa seperti ancaman radikalisme yang marak terjadi bagi bangsa dan sebagai

ancaman yang nyata bagi ketahanan nasional. Indeks ketahanan nasional di aspek ideologi

menunjukkan kategori lemah, artinya gangguan dapat menggoyahkan stabilitas.

Bidang politik, politik merupakan aspek penting dalam berjalannya negara atau tulang

punggung bagi terselenggaranya pemerintahan. Politik yang kuat berimplikasi pada ketahanan
nasional yang kuat pula. Politik Indonesia masih menjadi tantangan karena praktik praktik

penyelenggara negara yang masih menjadi PR tersendiri bagi pemerintah. Masih maraknya

praktik KKN menjadikan kurangnya public trust dan berkurangnya pengakuan legitimasi

pemerintah yang mengarah pada unstabilitas ketahanan nasional.

Bidang geografis, luasnya wilayah NKRI merupakan kekayaan dan tantangan tersendiri

bagi bangsa terutama wilayah perairan yang menjadi kekuatan kemaritiman bangsa yang di

dalamnya terdapat kekayaan baik hayati maupun non hayati. Hal tersebut menciptakan

kerentanan Luasnya wilayah negara membutuhkan kekuatan luar biasa untuk menjaga

kedaulatan negara baik dari daratan mauoun lautan. Kasus pelanggaran wilayah seperti

masuknya kapal asing ke wilayah perairan Indonesia untuk mengeksploitasi kekayaan laut,

mengancam ketahanan nasional itu sendiri. Selain itu, aspek geografis menyebabkan rentan

Indonesia mengalami bencana alam yang sifatnya tidak terduga.

E. Strategi Penguatan Ketahanan Nasional Melalui Bela Negara

Ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta

ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan dalam upaya

mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Dilihat dari geopolitik dan geostrateginya,

Indonesia termasuk negara yang rawan berkaitan dengan potensi yang dimiliki yang dapat

berujung kepada instabilitas nasional . Hal tersebut diakibatkan dari berbagai kepentingan

seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri. Hal itu sudah dipastikan akan memberikan dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa
dan negara Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu, strategi dalam

menguatkan ketahanan nasional menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan guna

menguatkan persatuan dan kesatuan di antara komponen bangsa. Dalam mewujudkannya,

diperlukan dukungan dari seluruh elemen yang ada di masyarakat. Strategi yang menjadi alat

penguatan ketahanan nasional salah satunya adalah bela negara.

Bela negara sendiri telah diamanatkan Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 30

dan Undang-Undang No. 3 tahun 2002. Melihat hal tersebut, seharusnya bela negara

dapat disesuaikan dalam penerapannya dengan program-programnya melalui nilai-

nilai yang adaptif dengan keadaan terkini tanpa kehilangan esensi dan nilai budaya

bangsa. Penyesuaian ini dilakukan supaya lebih menarik dan dapat menumbuhkan sikap

bela negara sebagai salah satu alat mewujudkan ketahanan nasional.

Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus senantiasa

diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik. Hal demikian itu, dimulai dari

lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dengan

modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkankekuatan nasional.

Proses berkelanjutan itu harus selalu didasari oleh pemikiran geopolitik dan geostrategi

sebagai sebuah konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi

yang ada disekitar Indonesia. Di sini keluarga memiliki peran yang primer dalam pembentukan

karakter nasionalisme dan menumbuhkan bela negara bagi setiap warga negara. Sehingga

strategi yang mendasar adalah penguatan karakter keluarga. Keluarga perlu dibekali nilai nilai

nasionalisme dan bela negara. Tentu untuk mendukung hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan

ekonomi yang baik.


Kedua adalah peran strategis dari penddikan yang memiliki fungsi sekunder bagi

pembentukan karakter manusia setelah keluarga. Untuk itu, agar dapat menciptakan karakter

bela negara yang terus melekat pada warga negara yang diharapkan menjadi kekuatan

pendukung dan utama dan besar tersebut, pengimplementasian karakter bela negara perlu

ditanamkan dalam setiap jenjang/lini pendidikan. Pendidikan bela negara harus selalu adaptif

dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar generasi pada era tersebut memiliki

kesadaran dan aksi nyata dalam pelaksanaan bela negara. Konsep penanaman nilai – nilai

Kesadaran Bela Negara ini perlu disosialisasikan sejak dini mulai dari pendidikan dasar hingga

ke perguruan Tinggi. Karena dunia pendidikan telah memiliki infrastruktur dan sudah terbukti

efektif dan ampuh didalam upaya untuk menumbuhkan rasa cinta Tanah Air. Melalui program

pendidikan yang berkelanjutan ini akan dihasilkan kualitas generasi penerus bangsa yang

memiliki keseimbangan antara Karakter dan Pengetahuan yang mengedepankan kepribadian

Merah Putih di dada yang kemudian diikuti pengetahuan dan ketrampilan (Dwi Warna Purwa,

Cendekia Wusana). Pendidikan penanaman kesadaran Bela Negara bukan hanya sebatas

pada saat seremonial mengisi kurikulum pendidikan.Artinya, para siswa yang diharapkan

menjadi tulang punggung guna menghadapi ancaman saat ini, ternyata mengenyam

pendidikan pendahuluan bela negara hanya pada tataran pengenalan tanpa memahami

substansinya. Diantara pendidikan bela negara yang paling mendasar adalah pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan yang memiliki substansi bagi pembentukan karakter manusia

yang bertanggung jawab, peduli terhadap negaranya,dan menciptakan manusia yang aktif

tidak apatis. Selain itu, penguatan ideologi Pancasila menjadi landasan bagi kesadaran bela

negara yang dapat memperkuat ketahanan nasional. Apabila dilaksanakan secara rutin
dan konsisten, pendidikan bela negara dapat menjadi suatu formasi kultural yang baru

bagi bangsa Indonesia, karena secara perlahan akan membuka sekat-sekat sosial,

membangun rasa kebersamaan yang meluas serta mentransformasi kehidupan generasi

muda untuk secara mandiri dan bergotong royong siap menghadapi perubahan di

sekelilingnya.

Penguatan kesadaran bela negara pada masyarakat perbatasan. Penguatan kesadaran

bela negara khususnya di wilayah perbatasan memiliki arti penting mengingat

masyarakat perbatasan merupakan benteng pertahanan utama dalam

melawan berbagai ancaman, berupa infiltrasi dan penetrasi asing yang masuk ke

wilayah Indonesia sehingga mengancam kedaulatan negara. Masyarakat

perbatasan harus terus mengembangkan dan menumbuh kembangkan semangat bela

negara agar tidak mudah goyah oleh provokasi, hasutan maupun iming-iming kekuatan dari

pihak asing yang ingin menjatuhkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Memfasilitasi dan mendukung organisasi dan kegiatan sosial yang menjadi wadah

perwujudan bela negara di masyarakat. Implementasi nilai-nilai bela negara berupa

kesadaran berbangsa dan bernegara lewat aktifnya masyarakat dalam

mengikuti organisasi dan kegiatan sosial, partisipasi dalam mengikuti pemilihan

umum dan partisipasi dalam menjaga kedaulatan negara pada akhirnya bermuara pada

loyalitas tinggi yang dimiliki oleh warga perbatasan tersebut kepada pemerintah

dan negaranya.

Mengadakan program bela negara yang bisa diikuti seluruh masyarakat sesuai usia.

Pengenalan dan sosialisasi kiranya perlu bagi penerapan bela negara. Program pengenalan
dapat diterapkan pada pendidikan jenjang dasar dan pertama. Kemudian dilaksanakannya aksi

bela negara yang nyata di tingkat lanjut. Program tersebut diharapakan menjadikan karakter

bela negara untuk kemudian agar terus berlanjut dan menjadi karakter dalam diri setiap warga

negara sebagai bekal ketahanan nasional. Program bela negara juga tidak hanya di lingkungan

formal, tetapi jenjang informal perlu diperhatikan.

Untuk itu,perlu strategi dan metode nyata,terukur,terarah,dan seksama dalam membangun

kesadaran bela negara sebagai alat ketahanan nasional. Melalui bela negara, warga negara

akan memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki andil besar dalam menentukan arah dan

menjadi kekuatan bagi pertahanan nasional. Tentunya hal tersebut membutuhkan kepedulian

dan langkah nyata baik dari pemerintah sebagai stakeholder maupun masyarakat sebagai

pelaksana kegiatan dan memiliki tanggung jawab pula demi keberlangsungan negeri.

KESIMPULAN

Bela negara menjadi pijakan dalam membangun kekuatan nasional yang akan

menjadi kekuatan pertahanan negara Indonesia yang tangguh dan kuat. Bela negara

tersebut menjadi salah satu komponen menjadi prasyarat dari sudut pandang (viewpoint)

harus selalu dibina dan dikembangkan secara terus menerus, terpadu, dan

berkelanjutan. Oleh karena itu, dan bela negara bukan hanya sebuah retorika

melainkan juga harus diwujudkan dan diimplementasikan secara nyata oleh seluruh

komponen bangsa, utamanya generasi penerus bangsa dalam menghadapi dan sadar

akan tantangan nyata yang dihadapi baik dari politiksosbud,geografi,ekonomi,politik,dan

ideologi sebagai kekuatan. Generasi penerus bangsa mempunyai tanggung jawab untuk

memahami dan mengerjakan terkait dengan pemenuhan hak dan kewajibannya


dalam bela negara dari perspektif ketahanan nasional. Penanaman kesadaran bela

negara menjadi strategi bagi penguatan masyarakat sipil sebagai salah satu penguatan

ketahanan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Djoharis. 2016. Ketahanan Nasional: Permasalahan dan Solusinya Dari Perspektif

Kependudukan. Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 26 .

Maharani ,Septiana Dwiputri . Surono. Sutarmanto,Hadi .Indeks Ketahanan Ideologi

Pancasila. Pusat Studi Pancasila, UGM, Yogyakarta, 25, No. 2, Agustus 2019 Halaman 277-

294.

Armawi ,Armaidy. Darto Wahidin. 2018. Ketahanan Nasional Dan Bela Negara. Program

Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta.6-11.

Soepandji ,Kris Wijoyo. Farid ,Muhammad .2018. Konsep Bela Negara Dalam Perspektif

Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum & Pembangunan ,48, No. 3.

Priyono,Juniawan. Herman. Yusgiantoro Purnomo. 2017. Uji Falsifikasi Konsepsi Ketahanan

Nasional Sebagai Geostrategi Indonesia. Universitas Pertahanan Indonesia. Jurnal

Pertahanan & Bela Negara,7,Nomor 2 .

BUKU

Putra, Teddy Minahasa. (2019). Pelayanan Publik Dan Ketahanan

Nasional.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

Damanhuri, Didin S. Yustika,Ahmad Erani.(2020). Pancasila dalam Pusaran Globalisasi.

Bogor:Percetakan IPB.
Daihani ,Dadan Umar. (2019). Sistem Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi

Kebijakan Publik Berbasis GIS.Lemhannas RI.

Armawi, Armaidy. (2011). Nasionalisme dalam Dinamika Ketahanan Nasional. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Pranowo, M.Bambang. (2010). Multidimensi Ketahanan Nasional. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Anda mungkin juga menyukai