Tugas Jurnal
Tugas Jurnal
Abstrak-Ketahanan nasional mengandung arti kemampuan untuk mengembangkan kekuatan atau kemampuan
nasionalnya dalam menghadapi tantangan ,baik secara eksternal maupun internal, langsung maupun tidak
langsung yang mampu membahayakan identitas dan eksistensi negara. Ketahanan nasional juga memiliki fungsi
untuk mencapai tujuan nasional atau cita-cita negara yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945
secara implisit. Hal tersebut mengingat peran ketahanan nasional sebagai alat dan pendekatan dalam
penyelenggaraan kehidupan dan pembangunan nasional. Bela negara digunakan sebagai benteng ancaman
Indonesia baik dari dalam atau dari luar dalam waktu dekat maupun jangka panjang yang dapat mengganggu
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dan menghambat program pemerintah . Maka program
pendidikan dan pengimplementasian bela negara perlu dibentuk dan disosialisasikan di kalangan masyarakat
dalam setiap tataran tingkat pendidikan . Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan perlunya kesadaran dan
langkah dan tindakan dengan cepat, serentak, lebih serius, terarah dalam mengusahakan ketahanan nasional
melalui bela negara.
Kata Kunci: Ketahanan nasional,bela negara,kesadaran.
Tujuan kita bernegara atau yang disebut tujuan nasional telah diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut,pemangku kekuasaan dan wakil
hasutan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dalam negeri yang
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman yang datang
dari dalam negeri maupun luar negeri yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia.
yang disebut bela negara. Bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga
negara Indoneisa. Hal ini dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat (3) tentang Warga
Negara dan Penduduk bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
ancaman dalam segala aspek kehidupan atau sering disebut dengan ancaman nonmiliter.
Dalam pasal 30 ayat (1) tentang Pertahanan Keamanan negara, dinyatakan bahwa Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal ini menitikberatkan pada keikutsertaan bela negara dalam menghadapi ancaman militer,
Negara, pasal 9 dinyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Selanjutnya
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (3) pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
(TNI) secara sukarela atau wajib (4) pengabdian sesuai dengan profesi.
Kesadaran Bela Negara merupakan tekad, sikap, perilaku dan tindakan bela negara yang
juga menjadi bagian dari upaya penguatan karakter dan jati diri bangsa yang berkepribadian
dan berkebudayaan. Kesadaran Bela Negara ini penting untuk ditanamkan sebagai landasan
sikap dan perilaku bangsa Indonesia, sebagai bentuk revolusi mental sekaligus untuk
sekaligus untuk mewujudkan Ketahanan Nasional. Karena kesadaran setiap warga negara
yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power
bangsa bahkan akan memberikan detterence effect bagi negara lain yang ingin mencoba
mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Kekuatan jiwa
bangsa Indonesia yang dibangun melalui penanaman kesadaran bela negara ini akan menjadi
suatu kekuatan luar biasa karena semangat kesadaran bela negara ini dilandasi oleh
kebanggaan dan kecintaan yang tulus dan mendalam dari seluruh komponen terhadap bangsa
dan negaranya.
METODE
kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif
(Sugiono. 2010 : 9).Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena penelitian ini
ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah,
bukan dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Selain itu, metode penelitian
kualitatif menurut Syaodih Nana, (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran
Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan fenomena bela negara
berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan
atau gatra alamiah sebagai modal dasar untuk menciptakan aspek dinamis yang merupakan
kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Aspek alamiah terdiri dari tiga gatra
(tri gatra), yaitu gatra geografi, gatra demografi, dan gatra sumber kekayaan alam (SKA).
Sedangkan aspek dinamis terdiri dari lima gatra (panca gatra) yang mencakup gatra
ideologi, gatra politik, gatra ekonomi, gatra sosial budaya dan gatra pertahanan dan
keamanan. Gabungan trigatra dan pancagatra disebut sebagai astagatra atau delapan
Untuk mengukur Ketahanan Nasional ini, maka diwujudkan dalam bentuk Indeks
Ketahanan Nasional yang menggambarkan hubungan antar gatra yang saling berhubungan
dan mempengaruhi satu sama lain. indeks ketahanan nasional dibagi dalam lima tingkatan.
Yaitu mulai paling bawah rawan, kurang tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat
tangguh. Indeks secara keseluruhan itu diperoleh berdasarkan empat dari lima gatra
ketahanan nasional Indonesia, yaitu indeks ketahanan politik, ekonomi, ideologi, dan sosial
budaya.
masing yang kemudian ditentukan variabel penilaian serta indikator pencapaiannya dengan
tahunan atau annual untuk mengetahui sampai di tahap mana kondisi Ketahanan Nasional dan
Daerah-daerah Indonesia untuk kemudian dapat diperbandingkan secara runtutan waktu untuk
mengetahui dari tahun ke tahun. Pengukuran Labkurtannas bisa dibuat untuk menjelaskan
kepada pemerintah khususnya pemangku kebijakan saja yang bisa diperbaiki di kelembagaan,
Ketahanan Nasional (Labkurtannas). Karena saat ini masih dalam tahun berjalan 2020, data
masih menggunakan Indeks Ketahanan Nasional Tahun 2019 mengingat Indeks ini diukur
pada akhir periode. Dari hasil pengukuran Indeks tersebut,Baik secara nasional maupun
daerah dari 2015-2019, ketahanan nasional berada di tingkat “cukup tangguh” yaitu diangka
2,69 berarti berbagai dinamika itu dapat diatasi dengan baik. Namun, ditemukan ketahanan
ideologi yang kurang tangguh. Hal tersebut karena isu-isu pengancam ideologi yang ada yang
mampu mengganggu stabilitas ketahanan nasional kita . Begitu pula aspek sosial budaya yang
masih dalam kategori lemah dengan amsih ditemukannya indikator konflik atas keberagaman,
kasus narkoba, dan permasalahan sosial budaya lain. Berikut ini hasil pengukuran Indeks
2020, data masih menggunakan Indeks Ketahanan Nasional Tahun 2019 mengingat Indeks ini
Indeks Ketahanan Nasional dibagi dalam lima tingkatan, yaitu paling bawah rawan, kurang
tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat tangguh. Indeks secara keseluruhan itu
diperoleh berdasarkan empat dari lima gatra ketahanan nasional Indonesia, yaitu indeks
ketahanan politik, ekonomi, ideologi, dan sosial budaya. Hal tersebut menjadi landasan dan
penggugah kesadaran dari rakyat Indonesia itu sendiri melalui perannya sebagai warga
negrara yang baik melalui penguasaan kekuatan nasional yakni bela negara, baik secara soft
maupun hard. Bela negara seharusnya dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman
dalam penerapannya dengan program programnya melalui nilai-nilai yang adaptif dengan
kekinian agar menumbuhkan sikap bela negara sebagai upaya pertahanan nasional.
(interdependency), baik satu negara maupun lainnya di dunia ini. Hal tersebut membuat
dunia seakan akan berada dalam satu ruang dan waktu yang sama dan tidak ada lagi ruang
terbatas antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam konteks ini, Indonesia
mendapat ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari globalisasi itu sendiri.
Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru yang berasal dari luar, kemudian
masuk ke Indonesia, sehingga nilai-nilai baru tersebut belum tentu akan sesuai dengan
kepribadian dan karakter dari masyarakat (society) Indonesia. Pesatnya arus globalisasi
membuat nilai dan norma yang telah dipegang oleh bangsa Indonesia yang merupakan jati diri
bangsa akan luntur disebabkan oleh pergeseran secara masif modernitas dan pengaruh
pergerakan society dunia. Pada tataran mikro dari pola keseharian masyarakat (society)
Indonesia ini, yang telah diwarnai pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan yang bersifat
individualistik dan materialistik yang tentunya tidak sesuai dengan ajaran luhur para pendiri
bangsa. Sedangkan aspek makro dapat dilihat dengan adanya arus globalisasi itu sendiri,
seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh,menyeluruh dan
terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain,
kekuatan nasional.
Akibat dari pesatnya globalisasi dan masifnya pengaruh modernisasi, hal hal yang
(2011:62) terkait dengan pengertian ketahanan nasional, yang berasal dari dua istilah,
yaitu ketahanan dan nasional. Ketahanan berasal dari kata tahan (kuat), yang berarti
kuat menderita, dapat menguasai diri, tetap pada keadaannya, keteguhan hati
dan kesabaran. Istilah nasional tersimpul pengertian penduduk dari suatu wilayah yang
meliputi 3 aspek alamiah atau (trigatra), sifat trigatra sendiri bersifat statis,
sedangkan aspek lima lainnya dalam kehidupan (pancagatra) yang selalu bersifat
menjalankan dan mewujudkan cita-cita bahkan tujuan nasional dari bangsa itu sendiri,
diperlukan dan harus memiliki suatu ketahanan nasional. Oleh karena itu, pengkajian
ketahanan nasional sangat penting bagi suatu bangsa dan negara karena
keamanan , terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (juridical justice and
(freedom of the people) (Wahyono, 1996). Dalam lima tahun terakhir, posisi Indonesia
dalam kondisi kurang tangguh, hal ini berdasarkan hasil yang dirilis oleh
segera dicarikan solusinya, salah satu yang harus ditingkatkan dan dioptimalkan yakni
bela negara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 30 dan Undang-Undang No. 3
tahun 2002, sudah diamanatkan terkait dengan bela negara ini. Sehingga sudah
menjadi barang tentu bagi seluruh rakyat Indonesia untuk senantiasa menjunjung semangat
Guna mendukung ketahanan nasional yang semakin kuat, maka ditemukanlah konsep bela
negara sebagai suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan
setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang
bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 (Azhar, 2001:32). Pendapat lainnya sebagaimana yang dijelaskan oleh
Wiyono dan Isworo (2007:3) mendefinisikan bela negara sebagai suatu sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
negara yang harus dipahami oleh semua warga negara. Melalui hal tersebut sesungguhnya
diingatkan, bahwa setiap warga negara Indonesia maupun bangsa lainnya untuk senantiasa
dasarnya national resilience harus dibina dan dikondisikan dari berbagai aspek, aspek tersebut
akan menentukan kualitas dari pertahanan negara itu sendiri, sehingga pertahanan negara
(national defence) sangat terbalik lurus dengan ketahanan nasional Indonesia. Dengan
demikian, setiap transformasi maupun pergeseran yang terjadi pada ketahanan nasional
Bela negara tidak selalu diartikan dalam arti militer atau angkat senjata melainkan saat ini
bela negara implementasinya jauh lebih luas terdapat bentuk paling lunak (soft) sampai pada
bentuk yang keras (hard). Bela negara dalam bentuk lunak masuk klasifikasi aspek psikologis
dan aspek fisik. Aspek psikologis ini yang tercermin dalam jiwa, karakter, sikap, bahkan jati diri
dari setiap warga negara. Dasar dari aspek psikologis ini pada prinsipnya akan dituangkan ke
dalam pola melalui pikiran, karakter, maupun sikap akan mencerminkan kesadaran dalam bela
negara. Adapun aspek fisik ini sendiri perwujudannya dalam bentuk tindakan nyata dalam
berbagai keseharian negara, yang menjunjung negara Indonesia dan pada setiap profesi yang
dilakukan. Bela negara pada konteks keras (hard) merupakan bentuk hak dan kewajiban warga
negara yang diwujudkan secara fisik untuk menghadapi ancaman militer negara lain.
Dalam konteks yang lebih luas, negara sebenarnya telah menyusun suatu doktrin dan
undangan terkait dengan peran, tugas, dan tanggung jawab pada berbagai Komponen seperti
Komponen Utama, Komponen Cadangan, dan Komponen Pendukung. Pemahaman yang
terselenggara dengan baik, maka dapat memperkuat dan memperbesar dari Komponen Utama
itu sendiri. Klasifikasi bela negara dari yang lunak sampai keras tidak boleh terputus dan harus
berkelanjutan. Bahkan sangat sulit dipungkiri saat ini memberikan pemahaman dan
meningkatkan peran bela negara lebih kompleks maupun komprehensif pada saat masa damai
menjadi kunci keberhasilan dari terselenggaranya peran bela negara agar dapat menentukan
Ancaman nasional dalam bentuk aksi kekerasan, terorisme dan pengaruh paham-paham
radikal di tengah masyarakat masih menjadi tantangan besar bangsa Indonesia hingga saat ini.
Secara tidak langsung, berbagai ancaman tersebut dapat mempengaruhi sendi-sendi vital
negara yang tengah giat dalam melakukan akselerasi di sektor pembangunan. Tantangan
perilaku masyarakat yang cenderung memilih liberalisasi sebagai nilai yang dianggap
Di bidang Sosial dan Budaya, aspek sosial budaya diukur dari indikator antara lain, konflik
yang terjadi,narkoba, lamanya pendidkan. Dari beberapa indikator tersebut, bangsa Indonesia
maraknya peredaran dan penggunaan narkoba, konflik SARA dan lemahnya toleransi. Serta
dekadensi moral telah melepaskan nilai Pancasila, juga nilai ketuhanan dengan
mengalirnya radikalisme dan konflik antarumat beragama, lunturnya nilai kemanusiaan dengan
perbuatan yang tidak beradab, dan sebagainya. Nilai-nilai yang dibangun kemudian dapat
nasional juga. Kesejahteraan atau welfare mengarahkan orang untuk menciptakan lingkungan
damai dan kondusif serta menekan adanya konflik serta kriminalitas. Belum tercapainya
pemerataan ekonomi menjadi salah satu tantangan di bidang ekonomi yang harus terus
diusahakan. Serta penguatan daya saing ekonomi dengan persaingan global masih menjadi
tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia agar tidak hanya sebagai negara konsumsi produk
luar negeri. Persaingan ekonomi dunia yang liberal menjadi ancaman dan tantangan bagi
Indonesia untuk bersaing dengan negara lain. Selain itu.kemiskinan juga merupakan tantangan
bagi terselenggaranya ketahanan nasional merupakan tatangan yang harus dapat diatasi
Bidang Ideologi,Pengaruh ideologi dan globalisasi membuat arus informasi mudah masuk
dan diterima oleh orang di belahan dunia manapun. Hal ini menjadi ancaman dan tantangan
bagi ideologi bangsa karena maraknya pengaruh paham paham yang tidak sesuai dengan
identitas bangsa seperti ancaman radikalisme yang marak terjadi bagi bangsa dan sebagai
ancaman yang nyata bagi ketahanan nasional. Indeks ketahanan nasional di aspek ideologi
Bidang politik, politik merupakan aspek penting dalam berjalannya negara atau tulang
punggung bagi terselenggaranya pemerintahan. Politik yang kuat berimplikasi pada ketahanan
nasional yang kuat pula. Politik Indonesia masih menjadi tantangan karena praktik praktik
penyelenggara negara yang masih menjadi PR tersendiri bagi pemerintah. Masih maraknya
praktik KKN menjadikan kurangnya public trust dan berkurangnya pengakuan legitimasi
Bidang geografis, luasnya wilayah NKRI merupakan kekayaan dan tantangan tersendiri
bagi bangsa terutama wilayah perairan yang menjadi kekuatan kemaritiman bangsa yang di
dalamnya terdapat kekayaan baik hayati maupun non hayati. Hal tersebut menciptakan
kerentanan Luasnya wilayah negara membutuhkan kekuatan luar biasa untuk menjaga
kedaulatan negara baik dari daratan mauoun lautan. Kasus pelanggaran wilayah seperti
masuknya kapal asing ke wilayah perairan Indonesia untuk mengeksploitasi kekayaan laut,
mengancam ketahanan nasional itu sendiri. Selain itu, aspek geografis menyebabkan rentan
mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Dilihat dari geopolitik dan geostrateginya,
Indonesia termasuk negara yang rawan berkaitan dengan potensi yang dimiliki yang dapat
berujung kepada instabilitas nasional . Hal tersebut diakibatkan dari berbagai kepentingan
seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Hal itu sudah dipastikan akan memberikan dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa
dan negara Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu, strategi dalam
menguatkan ketahanan nasional menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan guna
diperlukan dukungan dari seluruh elemen yang ada di masyarakat. Strategi yang menjadi alat
Bela negara sendiri telah diamanatkan Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 30
dan Undang-Undang No. 3 tahun 2002. Melihat hal tersebut, seharusnya bela negara
nilai yang adaptif dengan keadaan terkini tanpa kehilangan esensi dan nilai budaya
bangsa. Penyesuaian ini dilakukan supaya lebih menarik dan dapat menumbuhkan sikap
Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus senantiasa
diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik. Hal demikian itu, dimulai dari
lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dengan
Proses berkelanjutan itu harus selalu didasari oleh pemikiran geopolitik dan geostrategi
sebagai sebuah konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi
yang ada disekitar Indonesia. Di sini keluarga memiliki peran yang primer dalam pembentukan
karakter nasionalisme dan menumbuhkan bela negara bagi setiap warga negara. Sehingga
strategi yang mendasar adalah penguatan karakter keluarga. Keluarga perlu dibekali nilai nilai
nasionalisme dan bela negara. Tentu untuk mendukung hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan
pembentukan karakter manusia setelah keluarga. Untuk itu, agar dapat menciptakan karakter
bela negara yang terus melekat pada warga negara yang diharapkan menjadi kekuatan
pendukung dan utama dan besar tersebut, pengimplementasian karakter bela negara perlu
ditanamkan dalam setiap jenjang/lini pendidikan. Pendidikan bela negara harus selalu adaptif
dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar generasi pada era tersebut memiliki
kesadaran dan aksi nyata dalam pelaksanaan bela negara. Konsep penanaman nilai – nilai
Kesadaran Bela Negara ini perlu disosialisasikan sejak dini mulai dari pendidikan dasar hingga
ke perguruan Tinggi. Karena dunia pendidikan telah memiliki infrastruktur dan sudah terbukti
efektif dan ampuh didalam upaya untuk menumbuhkan rasa cinta Tanah Air. Melalui program
pendidikan yang berkelanjutan ini akan dihasilkan kualitas generasi penerus bangsa yang
Merah Putih di dada yang kemudian diikuti pengetahuan dan ketrampilan (Dwi Warna Purwa,
Cendekia Wusana). Pendidikan penanaman kesadaran Bela Negara bukan hanya sebatas
pada saat seremonial mengisi kurikulum pendidikan.Artinya, para siswa yang diharapkan
menjadi tulang punggung guna menghadapi ancaman saat ini, ternyata mengenyam
pendidikan pendahuluan bela negara hanya pada tataran pengenalan tanpa memahami
substansinya. Diantara pendidikan bela negara yang paling mendasar adalah pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang memiliki substansi bagi pembentukan karakter manusia
yang bertanggung jawab, peduli terhadap negaranya,dan menciptakan manusia yang aktif
tidak apatis. Selain itu, penguatan ideologi Pancasila menjadi landasan bagi kesadaran bela
negara yang dapat memperkuat ketahanan nasional. Apabila dilaksanakan secara rutin
dan konsisten, pendidikan bela negara dapat menjadi suatu formasi kultural yang baru
bagi bangsa Indonesia, karena secara perlahan akan membuka sekat-sekat sosial,
muda untuk secara mandiri dan bergotong royong siap menghadapi perubahan di
sekelilingnya.
melawan berbagai ancaman, berupa infiltrasi dan penetrasi asing yang masuk ke
negara agar tidak mudah goyah oleh provokasi, hasutan maupun iming-iming kekuatan dari
pihak asing yang ingin menjatuhkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Memfasilitasi dan mendukung organisasi dan kegiatan sosial yang menjadi wadah
umum dan partisipasi dalam menjaga kedaulatan negara pada akhirnya bermuara pada
loyalitas tinggi yang dimiliki oleh warga perbatasan tersebut kepada pemerintah
dan negaranya.
Mengadakan program bela negara yang bisa diikuti seluruh masyarakat sesuai usia.
Pengenalan dan sosialisasi kiranya perlu bagi penerapan bela negara. Program pengenalan
dapat diterapkan pada pendidikan jenjang dasar dan pertama. Kemudian dilaksanakannya aksi
bela negara yang nyata di tingkat lanjut. Program tersebut diharapakan menjadikan karakter
bela negara untuk kemudian agar terus berlanjut dan menjadi karakter dalam diri setiap warga
negara sebagai bekal ketahanan nasional. Program bela negara juga tidak hanya di lingkungan
kesadaran bela negara sebagai alat ketahanan nasional. Melalui bela negara, warga negara
akan memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki andil besar dalam menentukan arah dan
menjadi kekuatan bagi pertahanan nasional. Tentunya hal tersebut membutuhkan kepedulian
dan langkah nyata baik dari pemerintah sebagai stakeholder maupun masyarakat sebagai
pelaksana kegiatan dan memiliki tanggung jawab pula demi keberlangsungan negeri.
KESIMPULAN
Bela negara menjadi pijakan dalam membangun kekuatan nasional yang akan
menjadi kekuatan pertahanan negara Indonesia yang tangguh dan kuat. Bela negara
tersebut menjadi salah satu komponen menjadi prasyarat dari sudut pandang (viewpoint)
harus selalu dibina dan dikembangkan secara terus menerus, terpadu, dan
berkelanjutan. Oleh karena itu, dan bela negara bukan hanya sebuah retorika
melainkan juga harus diwujudkan dan diimplementasikan secara nyata oleh seluruh
komponen bangsa, utamanya generasi penerus bangsa dalam menghadapi dan sadar
ideologi sebagai kekuatan. Generasi penerus bangsa mempunyai tanggung jawab untuk
negara menjadi strategi bagi penguatan masyarakat sipil sebagai salah satu penguatan
ketahanan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Djoharis. 2016. Ketahanan Nasional: Permasalahan dan Solusinya Dari Perspektif
Pancasila. Pusat Studi Pancasila, UGM, Yogyakarta, 25, No. 2, Agustus 2019 Halaman 277-
294.
Armawi ,Armaidy. Darto Wahidin. 2018. Ketahanan Nasional Dan Bela Negara. Program
Soepandji ,Kris Wijoyo. Farid ,Muhammad .2018. Konsep Bela Negara Dalam Perspektif
BUKU
Bogor:Percetakan IPB.
Daihani ,Dadan Umar. (2019). Sistem Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi