Anda di halaman 1dari 10

SKALA ORIENTASI NILAI: VALIDASI

SKALA PANCASILA *

Christiany Suwartono 1 Eko A. Meinarno 2


Universitas Katolik Indonesia Universitas Indonesia
Atma Jaya meinarno@ui.ac.id
christiany.suwartono@atmajaya.ac.id

Abstrak
Pada penelitian sebelumnya (Meinarno & Suwartono, 2011), kami mengembangkan 32 item dari lima nilai Pancasila, namun sifat psikometri
skala tersebut belum dieksplorasi. Dalam penelitian ini kami mengidentifikasi lima dimensi skala, yaitu spiritualitas, kemanusiaan, kebangsaan,
demokrasi, dan keadilan sosial. Dengan menggunakan convenience sampling, dengan software survei Webropol untuk mengumpulkan data,
dari 234 partisipan, 59% berjenis kelamin perempuan, dengan rentang usia 15 35 tahun (M = 18.42, SD = 1.74). Dalam penelitian ini, kami
fokus pada validasi konstruk model pengukuran menggunakan analisis faktor konfirmatori. Skala Pancasila terdiri dari 25 butir. Koefisien alpha
Cronbach untuk masing-masing dimensi adalah 0,78, 0,70, 0,79, 0,70, dan 0,77 masing-masing. Kemudian, kami menjelajahi struktur faktor
yang mendasari dan menemukan lima faktor nilai laten dan ini adalah spiritualitas, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial.
Kelima faktor tersebut, masing-masing membentuk skala satu dimensi. Namun kelima faktor laten tersebut tidak dapat dijelaskan oleh tingkat
tinggi faktor laten yaitu Pancasila. Struktur faktorial orde dua yang menggunakan analisis faktor konfirmatori tidak sesuai. Indeks kesesuaian
menunjukkan bahwa model tidak sesuai dengan data dengan baik. Hasil CFA tidak mengkonfirmasi adanya struktur faktorial orde dua
Pancasila. Struktur faktorial orde dua yang menggunakan analisis faktor konfirmatori tidak sesuai. Indeks kesesuaian menunjukkan bahwa
model tidak sesuai dengan data dengan baik. Hasil CFA tidak mengkonfirmasi adanya struktur faktorial orde dua Pancasila. Struktur faktorial
orde dua yang menggunakan analisis faktor konfirmatori tidak sesuai. Indeks kesesuaian menunjukkan bahwa model tidak sesuai dengan data
dengan baik. Hasil CFA tidak mengkonfirmasi adanya struktur faktorial orde dua Pancasila.

Kata kunci: Nilai pancasila, validasi, orientasi nilai, indonesia, nilai

pengantar oleh para pendiri, yaitu Mohd. Yamin,


Soekarno, Soepomo
saya ndonesia sebagai negara memiliki dan Hatta sendiri (Arinanto, 1997). Itu
ideologi unik. Ideologi ini melayani ideologi telah disetujui dalam persiapan sebagai filosofi dasar

Indonesia. Ideologi itu diajukan pertemuan sebelum kemerdekaan dan kemudian


diterima sebagai negara

Christiany Suwartono adalah dosen dan peneliti yang fokus pada pengembangan dan analisis psikometri pengukuran psikologis. Ia
menyelesaikan pendidikan di Psikologi kemudian melanjutkan di Psikometri di Universitas Indonesia. Sekarang, dia adalah staf
akademik di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Indonesia.

Eko A. Meinarno adalah staf pengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Ia memiliki latar belakang sarjana psikologi
dan master dalam antropologi. Saat ini, ia tengah meneliti tentang Pancasila sebagai pedoman hidup dan nilai-nilai masyarakat
Indonesia.
*

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Peter R. Woods, PhD yang telah membaca dan memberikan wawasan yang berharga untuk
menyempurnakan artikel ini. Versi sebelumnya dari makalah ini telah dipresentasikan pada Konferensi Internasional “Eksplorasi Perspektif Pribumi Asia:
Komunitas dan Perbedaan”, 21-24 Juli 2011.

175
Christiany Suwartono & Eko A. Meinarno

dasar. Dari saat kemerdekaan, Pancasila telah dibingkai sebagai makhluk

Pancasila berakar dalam sejarah Indonesia. Itu


identik dengan cara pandang Pancasila di Indonesia ditemukan di
hidup dan dengan kewarganegaraan Indonesia. Sutasoma (buku pedoman perilaku tentang
Dengan pemikiran tersebut, bisa jadi kewarganegaraan itu) dibuat oleh Mpu Tantular. Pancasila
terdiri dari universal yang terdiri dari lima karma. Karma
nilai-nilai. Universalitas ini memerintahkan seseorang untuk tidak melakukan kekerasan,
penulis penasaran tentang cara yang tidak mencuri, tidak memiliki jiwa yang licik,
nilai-nilai tersebut diimplementasikan dengan cara tidak berbohong, dan tidak menjadi mabuk keseharian warga
negara Indonesia. (Daroeso, 1989). Pancasila dikenal kembali
Nilai-nilai Pancasila diidentifikasi saat Indonesia mendeklarasikan
dengan lahirnya Indonesia, dan bisa dibilang kemerdekaannya. Sejarah modern Pancasila
terdiri dari nilai-nilai universal. Jika nilai-nilai dimulai saat Indonesia dijajah oleh Jepang
tersebut memang universal, maka wajar jika (1942-1945). Orang Jepang
nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi bagian dari pemerintah terbuat Sebuah

sistem nilai internal bangsa Indonesia. Bahkan, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia,
terutama ketika posisi mereka sebagai
Bisa dibilang personifikasi itu penjajah terancam dalam perang Pasifik.
dari pribumi Panitia kemerdekaan ini membahas tentang
Kepercayaan lokal Indonesia, sehingga penelitian persiapan kemerdekaan dan bertanggung
ini dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan jawab pula untuk menumbuhkan ideologi /
dari indige filosofi bangsa
akal
psikologi. Pancasila secara eksplisit merupakan persiapan lahirnya yang tertuang dalam
pembukaan kemerdekaan Indonesia bangsa. Yamin dan
UUD 1945 Dasar; dan Soekarno ini termasuk di antara para pemimpin
Konstitusi menjadi dasar pembentukan panitia hukum. Lima Yayasan itu
pelaksanaan untuk itu republik yang diusulkan oleh Muhammad Yamin, yang
(Prawiranegara, 1984; Notonagoro, menyebutkan hal tersebut dalam pidatonya pada bulan Mei
1987). Pancasila sudah dianggap 29 tahun 1945. Yamin membingkai lima fou
sebagai “obat mujarab” atau obat untuk ndationsas: Nasionalisme,
masalah yang terkait dengan Humanisme yang sesungguhnya, Believe in God (“Peri
kondisi Indonesia, termasuk Ketuhanan ”), Kewarganegaraan ("Peri
berbagai suku, agama, dan Kerakyatan ”), dan Kesejahteraan Rakyat. berbeda
daerah (Prawiranegara, Yamin mengatakan, ada lima yayasan
1984). Apalagi Pancasila telah berakar pada sejarah, peradaban,
dianggap sebagai dasar pemersatu agama, dan kehidupan desa (“hidup
Warga negara Indonesia. ketatanegaraan ”) dikembangkan di
Pancasila penting di Indonesia. Soekarno mendeklarasikan Panca-
kehidupan nasional Indonesia karena

176 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012
Skala Orientasi Nilai: Validasi Skala Pancasila

sila pada 1 Juni 1945. Ia mendeklarasikan Saat ini, Pancasila adalah filosofi yang
yayasanconsistedo f: terdefinisi dengan baik. Pancasila sebagai ideologi
Nasionalisme; Internasionalisme; nasional Indonesia terdiri dari lima prinsip. Yaitu:

Representatif D emo keyakinan pada Yang Maha Kuasa


cracy Tuhan (di Bahasa Indonesia:

(“Mufakat, dasar perwakilan, dasar Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan yang adil
permusyawaratan ”); Kemakmuran; dan dan beradab (dalam bahasa Indonesian: K
Tuhan (“Ketuhanan”). Soekarno emanusiaan Ya ng A dildan Beradab), the unity of
secara khusus menyebutkan istilah tersebut Indonesia (bahasa Indonesianya:
“Panca Sila” dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni, Persatuan Indonesia),
1 9 4 5 (P rawiranegara, 1 9 demokrasi dipandu oleh kebijaksanaan batin
8 4; Poesponegoro, Notosusanto, dalam harmoni yang muncul pada 1993; Arinanto,
1997). diskusi antar perwakilan (dalam bahasa
Menariknya, para pendiri Indonesia Indonesia: Kerakyatan yang Dipimpin oleh
modern ini tidak mengklaim sebagai pencipta Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
konsep tersebut. Mereka lebih suka melihat / Perwakilan), dan
konsep yang bersumber dari nilai-nilai yang ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(dalam bahasa Indonesia: Keadilan Sosial Bagi
Orang Indonesia dirumuskan sebagai Pancasila. Seluruh Rakyat Indonesia).
Secara logika, Pancasila sudah terserap
dalam keseharian masyarakat Indonesia Bagi Indonesia, Pancasila adalah
orang-orang. Oleh karena itu, filosofi pribumi bisa dibilang sebagai
Pancasila tidak bermula sebagai puncak itu digali dari nilai-nilai itu
aturan bawah atau sebagai cita-cita yang dipaksakan ada dalam masyarakat dan budaya rakyat.
Indonesia. Jadi, penting untuk
Usulan Sukarno Panca Sila lebih memahami filosofi ini
akhirnya diterima oleh berbagai kalangan terutama dalam ranah masyarakat Indonesia
khususnya psikologi. Dalam kajian ini, kami ingin
mereka yang berasal dari aliran politik mengetahui apakah Pancasila dan
(baik di dalam maupun di luar negeri), landasannya (“sila-sila”), serta dimensinya
berbagai suku, dan kelompok agama dapat dipertimbangkan secara utuh. Dari
utama. Namun perlu dicatat bahwa paham literatur, lima landasan Pancasila (“sila-sila”)
luhur Pancasila berakar dari kesepakatan dianggap sebagai satu kesatuan
rakyat Indonesia untuk menyatakan diri (Poespowardojo, 1991). Dalam penelitian ini,
sendiri, saling menghormati satu sama lain kami mendekati pertanyaan ini
dan keinginan untuk maju bersama. menggunakan metode analisis faktor
konfirmatori (CFA).

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012 177
Christiany Suwartono & Eko A. Meinarno

Tabel 1. Definisi Nilai Pancasila (Markum, Meinarno & Juneman, 2011)


Nilai Definisi Detail
Kerohanian, Ketuhanan Percaya pada Tuhan dan melakukan perintah-Nya sesuai kesetiaan, toleransi kepada

Yang Maha Esa keyakinannya sendiri dan tidak memaksakan kepercayaan pada keyakinan orang lain, spiritualitas

orang lain. dan agama


Kemanusiaan, Kemanusiaan Mengakui persamaan hak dan kewajiban, memperhatikan hormat, adil, keberanian

yang adil dan beradab orang lain; membina hubungan dengan negara lain

berdasarkan rasa saling menghormati.

Kebangsaan, Persatuan Mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan Loyalitas, kewarganegaraan (memiliki

Indonesia kelompok atau diri sendiri, patriotisme dan nasionalisme, serta sikap yang kuat untuk memiliki

menumbuhkan rasa persatuan pada bangsa. kewajiban, solidaritas)

Demokrasi, Kerakyatan Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk Tanggung jawab dan
yang dipimpin oleh hikmat kebaikan bersama dengan tidak memaksakan pada orang lain, harmoni.
dalam dapat dipertanggungjawabkan dan melaksanakan keputusan
permusyawaratan yang diambil.
perwakilan
Keadilan sosial, Keadilan Menyeimbangkan hak dengan tugas sosial dan Persahabatan, keadilan,

sosial bagi seluruh rakyat pengembangan diri secara sadar, bertujuan untuk rendah hati, dan prososial.

Indonesia memajukan kehidupan sosial yang sejahtera.

Dengan studi ini, kami melanjutkan metode


penelitian untuk mencoba membuat Berbasis di itu sebelumnya
konsep dari P anc Pengertian Pancasila, Pancasila dapat diartikan
asila ke Sebuah sebagai falsafah dan sebagai kontrak sosial
secara ilmiah terukur dan nasional. Bangsa Indonesia diharapkan mampu
konsep yang bermakna. Dalam penelitian menjunjung tinggi filosofi dan mewujudkan
sebelumnya, penulis mengembangkan Pancasila perilaku yang baik dan benar berdasarkan

Skala (Meinarno & Pancasila. Oleh karena itu, kami bertujuan untuk
mengukur apresiasi peserta terhadap Pancasila.
Suwartono, 2011). Penelitian ini dilakukan
sebagai tindak lanjut dari Meinarno dan
Suwartono (2011). Penelitian ini merupakan
Berdasarkan kelima prinsip dalam Pancasila dan
penelitian pertama yang mencoba menguji
item-itemnya, penulis dalam penelitian
validasi konstruk Pancasila. Sampai saat ini
sebelumnya (Meinarno & Suwartono, 2011)
Pancasila sudah ada
menghasilkan 32 pernyataan yang kemudian
terutama di
dipertimbangkan
diukur dengan menggunakan skala likert 6 poin.
istilah sejarah, filosofis, dan hukum. Kajian Kami mengembangkan item dalam kuesioner
terkini mencoba memfasilitasi penelitian dengan menggunakan indikator masing-masing
Pancasila, dengan memberikan ukuran prinsip dalam Pancasila.
untuk mengukur kontribusi konstruksi
sosial lainnya, sehingga perdebatan atau Dalam penelitian ini, kami mengumpulkan data baru
review Pancasila tidak lagi terbatas pada dengan menggunakan metode convenience sampling.
ranah ideologis semata. Kami mengumpulkan data dengan

178 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012
Skala Orientasi Nilai: Validasi Skala Pancasila

Webropol, perangkat lunak survei online. menyumbang 32,34% dari varian Kami
menghubungi peserta yang mungkin dijelaskan oleh nilai keempat, kelas universitas, dan
menanyakan mereka yaitu “Demokrasi”. Yang kedua pergi ke lab komputer, untuk mengisi
komponen, yang diperhitungkan
Survei. Metode lain dari 10,87% varian dijelaskan
undangan adalah untuk memberikan siswa nilai pertama, yaitu
dengan link survei dan menanyakan "Spiritualitas". Komponen ketiga,
Mereka mengisi. Selain Pancasila yang menyumbang 5,91% dari Skala, kami meminta data
deskriptif seperti varians yang dijelaskan menurut umur ketiga, jenis kelamin, suku, dan agama.
nilai, yaitu "Kebangsaan". Komponen keempat
yang menyumbang 5,12% varians dijelaskan
oleh nilai kelima, yaitu “Keadilan Sosial”.
Hasil
Komponen kelima yang menyumbang 4,90%
Kami memiliki 234 peserta yang
varians dijelaskan oleh nilai kelima, yaitu
datanya dapat dianalisis. Sebagian besar
“Humanity”. Kemudian kami melakukan faktor
adalah perempuan (59%). Usia partisipan
konfirmatori
bervariasi antara 15 35 tahun (M = 18,42,
SD = 1,74).
Lima etnis teratas yang mengisi analisis (CFA). Tabel berikut
Survei adalah etnis Jawa (47,9%),
mewakili hasil.
Tionghoa (etnis Tionghoa) (12%), Batak
Koefisien Goodness of Fit Index (GFI) yang
(8,5%), Sunda (7,3%), Minang (12%), dan
lebih dari 0,95 menunjukkan data fit dengan model
etnis lain (19,2%). Untuk
(Hu & Bentler, 1999). Root Mean Square Error of
agama, Islam (67,9%),
Approximation (RMSEA) adalah statistik goodness of
Protestan (13,2%), Katolik (11,5%), Budha
fit yang didasarkan pada analisis residual. Koefisien
(6,2%), Hindu (0,4%), dan tidak menjawab
RMSEA yang lebih kecil menunjukkan kecocokan
(0,4%).
yang lebih baik dengan data (Kelloway, 1998). Jika
Pada langkah pertama, kami melakukan
koefisien RMSEA lebih besar dari .1, ini menunjukkan
analisis item dan memilih titik potong yang dapat diterima
kecocokan yang buruk, sedangkan koefisien dari .08
dikoreksi barang total
hingga .10 menunjukkan kecocokan yang biasa-biasa
korelasi 0,3 (Crocker & Algina,
saja, dan koefisien dari .06 hingga .08 menunjukkan
1986), kemudian dilakukan analisis faktor
kecocokan yang wajar, dan koefisien kurang dari 0,06
eksplorasi (EFA). Dari analisis item, 32 item
menunjukkan kecocokan yang baik (Byrne, 2001).
dikurangi menjadi 25 item. Dari metode EFA
Data menunjukkan Goodness of Fit Index (GFI)>
dengan ekstraksi komponen utama dan
varimaxrotation, kita mendapatkan 5
komponen berdasarkan 25 item.
0,95 dan Root Mean Square Error of Approximation
Dari hasil EFA, kami temukan (RMSEA) <0,10, yang membuat kita menyimpulkan
bahwa komponen pertama, yaitu bahwa semua

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012 179
Christiany Suwartono & Eko A. Meinarno

Tabel 2. 25 Item Skala Pancasila yang Diterima

Barang Faktor Memuat di Komponen:


Tidak. 1 2 3 4 5

1-1 0.23
1-2 0.74
1-3 0.74
1-4 0.86
1-5 0.75
2-1 0.81
2-2 0.81
2-3 0.35
2-8 0.23
3-1 0.79
3-2 0.79
3-3 0.45
3-4 0.41
3-5 0.45
4-1 0.68
4-2 0.46
4-3 0.68
4-4 0.31
4-5 0.72
5-1 0.32
5-2 0.67
5-3 0.49
5-4 0.72
5-6 0.69
5-7 0,51

Tabel 3. Hasil Statistik Goodness of Fit untuk setiap Dimensi

Chi
Pengukuran dari Kotak df nilai p RMSEA GFI
Kerohanian 4.41 4 0.35 0,02 0,99

Kemanusiaan 0,07 1 0.79 0,00 1.00

Kebangsaan 3.39 3 0.33 0,02 0,99

Demokrasi 4.30 3 0.23 0,04 0,99

Keadilan sosial 14.96 6 0,02 0,08 0.98

Pesanan pertama 235.33 193 0,02 0,03 0.93

Pesanan kedua 1343.93 270 0,00 ** 0.13 0.68

* *. Tingkat Signifikansi adalah 0,01

180 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012
Skala Orientasi Nilai: Validasi Skala Pancasila

item dalam setiap dimensi skala pancasila mendukung unidimensi setiap dimensi
sesuai dengan data yang kami kumpulkan. dalam Skala Pancasila. Item berikut
Selain itu, semua koefisien pemuatan faktor mendapat loading tertinggi dari setiap
signifikan di setiap dimensi. Nilai GFI untuk dimensi.
setiap aspek adalah 0,99. Hasil ini

Tabel 4. Korelasi Antar Dimensi Skala Pancasila (N = 234)


Tidak. Pernyataan Item
1-4 Saya tidak menghalangi ketika ada penganut agama lain yang ingin menjalankan
ibadah Saya tidak keberatan jika ada agama lain yang ingin berlatih 2-2 Saya yakin bahwa pada acara
derajat setiap manusia adalah sama tidak peduli suku,
agama, ras atau pun golongannya.
Saya yakin bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki derajat yang sama tanpa memandang etnis,
agama, ras atau faksi. 3-4 Namun saya bangga menjadi bagian dari warga
negara
Indonesia Bagaimanapun saya bangga menjadi bagian dari warga negara Indonesia.

4-3 Selama masih bisa dilakukan saya mengutamakan musyawarah dalam pengambilan
keputusan Selama ini masih bisa dilakukan saya mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan 5-2 Sebelum

meminta hak saya berusaha menjalankan kewajiban saya dengan sebaik-

Lancar Sebelum menanyakan hak saya mencoba menjalankan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya

Hasil CFA orde dua menghasilkan χ 2 faktor orde kedua, Pancasila. Hal ini menandakan bahwa
(270) = mungkin saja masih ada aspek lain yang belum tercakup
1343.93, p = 0.00, dan Root Mean Square dalam butir-butir yang dapat memberikan kontribusi lebih
Kesalahan dari Perkiraan dalam menjelaskan Pancasila. Namun demikian, kami
(RMSEA) = 0,13. Melihat nilai p dan RMSEA, berhasil membuktikan bahwa masing-masing dimensi
kami menyimpulkan bahwa model tidak sesuai dalam Skala Pancasila memiliki keterkaitan, berdasarkan
dengan data. Kami tidak menemukan bahwa analisis urutan pertama pada tabel 3. Tabel 5 memberikan
persamaan struktural menunjukkan kekuatan rincian korelasi masing-masing dimensi dalam Skala
hubungan antara faktor orde pertama dan Pancasila.

Tabel 5. Korelasi Antar Dimensi Skala Pancasila (N = 234)


Sosial
Pengukuran dari Spiritualitas Kemanusiaan Kebangsaan Demokrasi
keadilan

Kerohanian 1

Kemanusiaan . 55 ** 1

Kebangsaan . 42 ** . 34 ** 1

Demokrasi . 58 ** . 53 ** . 49 ** 1

Keadilan sosial . 33 ** . 27 ** . 62 ** . 44 ** 1

* *. Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (dua sisi).

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012 181
Christiany Suwartono & Eko A. Meinarno

Dari tabel 5 didapatkan bahwa semua Seseorang mengalami keadilan sosial, maka
dimensi berhubungan satu sama lain secara semakin melekat perasaan orang tersebut untuk
signifikan dengan LoS 0,01 (twotailed). melayani Indonesia.
Koefisien korelasi tertinggi Kita dihitung ulang itu
adalah itu hubungan keandalan masing-masing dimensi untuk 25
antara dimensi keadilan sosial dan kebangsaan. item. Kami meringkasnya dalam tabel berikut.
Artinya semakin banyak a

Tabel 6. Reliabilitas Dimensi Skala Pancasila (N = 234)

Cronbach N dari

Pengukuran dari Alfa Item Berarti SD

Kerohanian 0.78 5 27.63 2.80

Kemanusiaan 0.70 4 21.50 2.80

Kebangsaan 0.79 5 22.44 4.08

Demokrasi 0.70 5 25.79 3.25

Keadilan sosial 0.77 6 26.71 4.31

Keandalan setiap dimensi adalah ≥ 0,7. Berdasarkan Kaplan dan Saccuzzo (2009), semua
dimensi Skala Pancasila reliabel

Kesimpulan harus dimiliki dan diterapkan dalam kehidupan

Dalam penelitian ini digunakan analisis faktor sehari-hari. Oleh karena itu penulis mengembangkan

untuk mengidentifikasi kemudian memvalidasi struktur skala ini. Skala ini dapat digunakan sebagai alat bantu

faktorial Pancasila. Kami menggunakan EFA dan CFA, bagi para peneliti, khususnya dalam ilmu psikologi

pertama untuk mengeksplorasi kemudian sosial dan politik di Indonesia. Skala ini juga dapat

mengkonfirmasi dimensi P ancasila. memberikan kontribusi untuk menilai nilai-nilai yang

Itu ukuran dari terkait dengan Pancasila di masyarakat dan dapat

Pancasila dipastikan unidimensi. Namun, kami menjadi acuan para pengambil keputusan publik

tidak dapat membuktikan konstruk yang khususnya dalam mengembangkan jati diri bangsa.

mendasari di antara dimensi-dimensi itu adalah


Pancasila.
Itu pengembangan dari ini
pengukuran berdasarkan nilai-nilai yang
Diskusi
terkandung dalam lima prinsip dan pasal yang
Pancasila merupakan sudut pandang
dianut dalam Pancasila. Kami menyarankan agar
kebangsaan bagi kehidupan berbangsa dan
penelitian selanjutnya dapat memberikan perhatian
bernegara bangsa Indonesia. Sebagai cara hidup, ini
yang lebih untuk memperhatikan revisi butir nilai
sangat asli. Namun saat ini, Pancasila sering
kedua Pancasila yaitu “Kemanusiaan”. Hasil
dipelajari sebagai konstruksi politik dan
validasi konstruk kurang memuaskan untuk
kewarganegaraan. Penulis beranggapan bahwa
membuktikan validasi konstruk.
Pancasila mengandung nilai-nilai Indonesia, yaitu
keindonesiaan

182 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012
Skala Orientasi Nilai: Validasi Skala Pancasila

Referensi Kelloway, EK (1998). Menggunakan


LISREL untuk pemodelan persamaan
Arinanto, S. (1997). Proses dari struktural: Panduan peneliti. Thousand
Rumusan Dasar Negara Pancasila: Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Kajian atas Kedudukan Pancasila
sebagai Landasan Negara dan Polemik Markum, ME, Meinarno, EA, &
Lahirnya Pancasila dan Penggali dalam Juneman. (2011). Hubungan I
Perspektif Sejarah Penyelenggaraan dentitas Et nis, P ancasila terhadap
Negara; Identitas Nasional.
Laporan Penelitian Akhir DRPM UI. Naskah
w. Tesis pascasarjana Program tidak diterbitkan.
Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum Meinarno, EA & Suwartono, C.
U niversitas I ndonesia. Naskah tidak (2011). Ukuran Pancasila: Upaya
diterbitkan. melakukan pengukuran psikologis
Byrne, BM (2001). Pemodelan
persamaan struktural dengan AMOS: Nilai Pancasila. Pola pikir, 2, 2, 104-110.
Konsep dasar, aplikasi dan
pemrograman. Mahwah, NJ:
Lawrence Erlbaum Associates, Notonagoro. (1987). Pancasila: The Inc.
ilmiah populer. Jakarta: Bumi
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Aksara.
Pengantar Klasik dan Prawiranegara, S. (1984). Pancasila sebagai
Teori Uji Modern. New York: Penjaga Yayasan Tunggal. Indonesia, Vol. 38
Horcourt Jovanovich. (Oktober 1984), hlm.74-83.
Daroeso, B. (1989). Pancasila philo Poesponegoro, MD, & Notosusanto,
sophy. F ilsafat N. (1993). Sejarah kebangsaan Indonesia
Pancasila.Yogyakarta: Liberty. VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Hu, L., & Bentler, PM (1999).
Kriteria cutoff untuk indeks kesesuaian
dalam analisis struktur kovarian:
Kriteria konvensional versus alternatif
baru. Persamaan Struktural
Pemodelan, 6, 155.
Kaplan, RM, & Saccuzzo, DP (
2009). Pengujian Psikologis:
Prinsip, Aplikasi, dan
Masalah (Edisi ke-7). California:
Wadsworth, Cengage Learning.

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 3, Juli 2012 183

Anda mungkin juga menyukai