Anda di halaman 1dari 112

M0dul Bahan Ajar

METEOROLOGI LAUT

M. Arif Zainul Fuad


Abu Bakar Sambah
Daduk setyohadi

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Brawijaya
2012
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan RahmatNya Modul mata Kuliah
meteorology Laut ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku merupakan kumpulan
materi tentang meteorology laut yang bersumber dari beberapa buku acuan.
Penulis merasa perlu untuk membuat modul bahan ajar ini karena sampai saat ini
belum ada buku ataupun modul ajar yang secara spesifik mempelajari ilmu
meteorology dan hubungannya dengan bidang perikanan dan kelautan.

Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk dapat dengan mudah
memepelajari ilmu meteorologi laut. Modul ini disusun dalam bentuk modul per
bab yang terdiri dari 11 bab untuk diajarkan selama 14 x pertemuan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Brawijaya atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyusun modul ajar ini.

Penulis menyadari buku ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan modul ajar ini.

Malang, 21 Desember 2012

i
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

RPKPS
A. Mata Kuliah : Meteorologi laut

B. SKS : 3 (2-1)

C. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini mengajarkan pengetahuan tentang variasi iklim.
Komposisi dan lapisan atmosfer bumi, radiasi surya,intensitas dan lama
penyinaran dan pengaruhnya terhadap bidang perikanan kelautan.
Penentuan peta cuaca dan siklon serta bentuk bentuk cuaca yang
berbahaya terhadap aktifitas di laut.

D. Tujuan Instruksional Umum


Setelah menempuh mata kuliah Meteorology laut mahasiswa akan
mampu memahami variasi iklim. Komposisi dan lapisan atmosfer bumi,
radiasi surya,intensitas dan lama penyinaran dan pengaruhnya terhadap
bidang perikanan kelautan. Selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu
membuat dan mengintrepretasikan peta cuaca peta cuaca dan siklon
serta bentuk bentuk cuaca yang berbahaya terhadap aktifitas di laut.

E. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN


ESTI-
TATAP TUJUAN INSTRUKSIONAL POKOK SUB POKOK MASI
MODUL
MUKA KHUSUS BAHASAN BAHASAN WAKTU
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 1 1. Memahami definisi Meteorologi Definisi
meteorology Struktur dan meteorologi
2. Mengetahui perbedaan komposisi Perbedaan
antara meteorology atmosfer meteorologi 2 x 50
dengan klimatologi dengan
3. Memahami lapisan Lapisan Klimatologi
lapisan atmosfer serta Atmosfer penyusun
senyawa penyusunnya. Atmosfer
a. Troposfer
b. Stratosfer
c. Mesosfer
d. Termosfer

2 2 Memahami definisi tekanan • Distribusi • Tekanan

ii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

ESTI-
TATAP TUJUAN INSTRUKSIONAL POKOK SUB POKOK MASI
MODUL
MUKA KHUSUS BAHASAN BAHASAN WAKTU
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5)
atmosfer vertical udara pada
Mengetahui jenis jenis alat tekanan ketinggian
pengukur tekanan udara udara yang berbeda 2 x 50
dan cara kerjanya masing • ISOBAR • Jenis jenis
masing • Instrumen Barometer
Menjelaskan keterkaitan Pengukur • Variasi harian
antara suhu udara dengan tekanan tekanan
tekanan atmosfer Udara Udara
Memahami variasi harian
tekanan
3 3 1 Memahami variasi suhu Pendahuluan • Pengukuran /
di permukaan Bumi Pengamatan
2 Mengetahui alat dan Alat Pengukur Suhu 2 x 50
tatacara pengukuran Suhu Udara
suhu udara yang benar • Radiasi
3 Memahami proses Radiasi Matahari di
perpindahan energy matahari laut dan
matahari dan fluktuasi Daratan
perubahannya
berdasarkan letak • Energi
lintang dan ketinggian Matahari
4 Memahami proses Variasi dan
radiasi matahari dan Rentang Suhu
besaran energinya Harian
yang sampai ke
permukaan Bumi.

4 4 Memahami definisi Massa Udara • Berdasarkan


massa udara Asal 2 x 50
1 Mengidentifikasi massa Penggolongan
udara Massa Udara • Berdasarkan
2 Mengetahui Pemanasan
penggolongan massa Sifat Massa lapisan
udara berdasarkan Udara
beberapa parameter
pembeda • Berdasarkan
3 Memahami sifar sifat kestabilan
massa udara permukaan
berdasarkan parameter atas
yang didapatkan
• Sifat khusus
masing masing

iii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

ESTI-
TATAP TUJUAN INSTRUKSIONAL POKOK SUB POKOK MASI
MODUL
MUKA KHUSUS BAHASAN BAHASAN WAKTU
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5)
massa udara
5 5 dan 1 Memahami definisi Definisi • Stasionary
6 Front dan proses Fronts Fronts 4 x 50
pembentukannya • Cold Fronts
2 Memahami jenis jenis • warm Fronts
Jenis
Front dan simbolnya • Occluded
3 Mengidentifikasi front Fronts Fronts
berdasarkan parameter
cuaca yang dominan
4 Memahami pengaruh
Front terhadap Cuaca

UTS

6 7 1 Memahami definisi Angin • Definisi 2x 50


Angin Angin
2 Memahami tata cara Gaya Pengukur
pengukuran angin di an angin
Coriolis
darat di laut
3 Memahami pendugaan • Kecepatan
angin di laut Angin

7 8 1 Mengetahui klasifikasi Awan • Awan Tinggi 2x50


awan /High level
2 Membedakan jenis Clouds
awan yang ada di • Awan
langit menengah/
3 Mengetahui pengaruh Mid-level
jenis awan tertentu Cloud
terhadap cuaca • Awan
rendah/Low-
level Clouds
8 9 1 Memahami jenis jenis Presipitasi • Jenis 2 x 50
Presipitasi Presipitasi
2 Memahami prosen • Proses
terbentuknya hujan terbentuknya
hujan
9 10 dan 1 Memahami jenis jenis Stasiun • Jenis stasiun 4 x 50
11 Stasiun Meteorologi Meteorologi Meteorologi
2 Memahami jenis/tipe
observasi meteorology Tipe observasi • Observasi
3 Mengetahui berita sinop meteorology langsung dan
dan Kode cuaca
iv
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

ESTI-
TATAP TUJUAN INSTRUKSIONAL POKOK SUB POKOK MASI
MODUL
MUKA KHUSUS BAHASAN BAHASAN WAKTU
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5)
Kode Cuaca tidak langsung

• Kode cuaca
sinoptik
10 12 dan 1 Memahami dasar dasar Konsep Dasar • Dasar-dasar
13 elektromagnetik penginderaan energi
penginderaan jauh jauh satelit elektromagne
2 Mengetahui jenis jenis tik
satelit cuaca beserta Jenis satelit • Interaksi
fungsinya masing cuaca Energi
masing dengan
Kharakteristik Kenampakan
Muka Bumi
• Pengelompok
an Satelit
Berdasarkan
Cara
Mengorbitnya

11 14 1 Memahami simbol Simbol Cuaca • Simbol Cuaca
symbol cuaca Intrepretasi • Peta Cuaca
2 Merubah deskripsi symbol cuaca • Simbol Suhu
/data cuaca menjadi • Kelembapan
suatu simbol cuaca • Wind Barb
yang mudah • Tekanan
dimengerti atmosfer

UAS

v
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

F. PENILAIAN
Komponen Penilaian Persentase

Tugas 10

Quiz 5

UTS 30

UAS 30

Praktikum 25

TOTAL 100

G. REFERENSI

Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.


http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Anonim.2006.Meteorology.Wikipedia The Free
Ensiklopedia.http://www.wikipedia.org/atmosfer.
Bayong Tj.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya.
Bandung. 231 hal.
Bayong Tj.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Burgess,C.R.1988.Meteorology For Seafarers.Brown,Sons and
FergussonPublisher.Glasgow.137p.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The
Effect of Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Ritter,Michael.2006. Atmospheric Structure and Composistion.
http://www.uwsp.edu/geO/faculty/ritter/geog101/Default.htm

Sanderson, Ray.1982. Meteorology At Sea.Stanford Maritime.


London.227p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92
637 533 532). The Weather Map.htm. access on december
2006.

vi
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

JetStream - An Online School for Weather Synoptic Meteorology - Present


Weather Symbols.htm. www.srh.weather.gov. accsess on
december 2006
Lillesand, T.M, dan Keifer, R.W., 1993. Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra. Universitas Gajahmada Press. Jogjakarta.
Observed Sea Level Pressure station reporting symbol.htm. WW2010.
Department of Atmospheric Sciences (DAS) at the University of
Illinois at Urbana-Champaign. Accses on december 2006
Purbowaseso B. dan Susanto, 1996. Penginderaan Jauh Terapan.
Univertas Indonesia Press. Jakarta
Synoptic chart. Weather Synoptic Chart Isobars Depressions
Meteorology.htm. accsess on december 2006
Short, N.M, Meteorology - Weather And Climate: A Condensed Primer.
The Water Planet-Meteorology, Oceanographic and Hydrololic
Applications of Remote Sensing. Section 14 of Remote Sensing
Tutorial.

vii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

Daftar Isi
Kata Pengantar ...............................................................................................i
RPKPS ............................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Gambar ............................................................................................. xii
1. Atmosfer ....................................................................................................1
1.1 Definisi Meteorologi dan Atmosfer......................................................................... 1
1.2 Struktur dan Komposisi Atmosfer. .......................................................................... 2
1.2.1 Gas-gas penyusun atmosfer ............................................................................. 2
1.2.2 Lapisan Penyusun Atmosfer ............................................................................. 3
1.3 Kompleksitas atmosfer Indonesia ........................................................................... 4
Referensi........................................................................................................................ 6
Propagasi ...................................................................................................................... 6
2 Tekanan Atmosfer .......................................................................................8
2.1 Definisi Tekanan Atmosfer ...................................................................................... 8
2.2 Sebaran Vertikal Tekanan Atmosfer ....................................................................... 8
2.3 Isobar....................................................................................................................... 9
2.4 Hubungan antara Suhu dan Tekanan Udara ......................................................... 10
2.5 Instrumen Pengukur Tekanan Udara .................................................................... 12
2.6 Barograph.............................................................................................................. 13
2.7 Variasi Harian Tekanan Udara ......................................................................... 14
2.8 Diurnal Range ........................................................................................................ 14
Referensi ..................................................................................................................... 15
Propagasi ..................................................................................................................... 15
3 Suhu Udara ............................................................................................... 17
3.1 Pengukuran / Pengamatan Suhu Udara .......................................................... 17
3.2 Radiasi Matahari dan Daratan ........................................................................ 17
3.2.1 Energi Matahari.............................................................................................. 18
3.3 Perpindahan Energi ............................................................................................... 21
a. Konduksi .................................................................................................. 21
b. Konveksi .................................................................................................. 21
c. Evaporasi ................................................................................................. 22
3.4 Variasi dan Rentang Suhu Harian .................................................................... 22
Referensi ..................................................................................................................... 24
Propagasi ..................................................................................................................... 24
4 Massa Udara ............................................................................................. 26
4.1 Definisi Massa Udara............................................................................................. 26
4.2 Pengidentifikasian Massa Udara........................................................................... 26
4.3 Penggolongan massa udara .................................................................................. 27
4.3.1 Berdasarkan asal Geografis ............................................................................ 27
4.3.1 Berdasarkan alih panas udara dengan permukaan dibawahnya ................... 28
4.3.3 Berdasarkan kestabilan udara bagian atas .................................................... 28
Referensi ..................................................................................................................... 30
Propagasi ..................................................................................................................... 30
viii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

5 Fronts ....................................................................................................... 32
5.1 Definisi Fronts ....................................................................................................... 32
5.2 Jenis fronts ............................................................................................................ 32
5.2.1 Stasionary Fronts ........................................................................................... 32
5.2.2 Cold Fronts ..................................................................................................... 33
5.2.3 Warm Fronts .................................................................................................. 37
5.2.4 Occluded Fronts ............................................................................................. 41
Referensi ..................................................................................................................... 42
Propagasi ..................................................................................................................... 42
6 Angin ........................................................................................................ 44
6.1 Definisi Angin .................................................................................................. 44
6.2 Gaya Coriolis.......................................................................................................... 44
6.2 Pengukuran Kecepatan angin ............................................................................... 45
6.2.1 Pengukuran kecepatan dan arah angin di daratan ........................................ 45
6.2.2 Pengukuran kecepatan dan arah angin di laut .............................................. 45
Referensi ..................................................................................................................... 49
Propagasi ..................................................................................................................... 49
7 Awan ........................................................................................................ 51
7.1 High Level Clouds .................................................................................................. 52
7.2. Mid-Level Clouds .................................................................................................. 53
7.3 Low level Clouds ................................................................................................... 53
7.5 Jenis awan lainnya................................................................................................. 56
Referensi ..................................................................................................................... 58
Propagasi ..................................................................................................................... 59
8. Presipitasi / Hujan .................................................................................... 61
8.1 Hujan dan Hujan Es ......................................................................................... 61
8.2 Hujan Beku ............................................................................................................ 62
8.3 Sleet....................................................................................................................... 63
Referensi ..................................................................................................................... 64
Propagasi ..................................................................................................................... 64
9 Metode Observasi Cuaca ........................................................................... 66
9.1 Stasiun Meteorologi .............................................................................................. 66
9.2 Observasi Meteorologi .......................................................................................... 66
9.3 Berita Sinop dan Kode Cuaca ................................................................................ 69
Referensi ..................................................................................................................... 71
Propagasi ..................................................................................................................... 71
10 Penginderaan Jauh Satelit untuk Lingkungan Atmosfer ............................ 73
10.1 Dasar-dasar energi elektromagnetik .................................................................. 73
10. 2 Interaksi Energi dengan Kenampakan Muka Bumi .......................................... 74
10.3 Pengelompokan Satelit Berdasarkan Cara Mengorbitnya ................................. 74
10.4 Beberapa contoh satelit cuaca ............................................................................ 75
10.4. 1 Satelit TIROS ................................................................................................ 75
10.4.2 Satelit GOES (Geostationary Operational Environmental Satellite) ........... 75
10.4.3 Satelit NOAA/AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration)77
10.4.4 Satelit NIMBUS ............................................................................................ 78
10.4. 5 Satelit Terra/Aqua-MODIS (Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer) 79
10.4.6 Satelit Cuaca HCMM; (The Heat Capacity Mapping Mission) ...................... 81
ix
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

10.4.7 Program Satelit Cuaca Pertahanan atau DMSP (Defense Meteorological Satellite
Program) 81
10.4.8 Next Generation Radar (NEXRAD)................................................................ 82
Referensi ..................................................................................................................... 83
Propagasi ..................................................................................................................... 83
11 Peta dan Simbol Cuaca ............................................................................ 85
11.1 Suhu ................................................................................................................ 86
11.2 Tipe cuaca ....................................................................................................... 87
11.3 Dew Point Temperature ...................................................................................... 87
11.4 Cloud Cover ......................................................................................................... 88
11.5 Sea Level Pressure ............................................................................................... 88
11.6 Wind Barb........................................................................................................... 89
Referensi ..................................................................................................................... 91
Propagasi ..................................................................................................................... 91

x
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

Daftar Tabel
Tabel 1 Tinggi dan suhu rata-rata tropopause di atas Jakarta ....................... 5
Tabel 2 Tekanan udara berdasarkan ketinggian secara umum .................... 11
Tabel 3 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts ............................. 36
Tabel 4 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts ............................. 39
Tabel 5 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts............................ 41
Tabel 6 Skala Beaufort untuk memperkirakan kecepatan angin di laut ....... 46
Tabel 7 Sebutan bahasa latin bagi awan ............................................................... 51
Tabel 8 Karakteristik sensor GOES-11.................................................................... 76
Tabel 9 Karakteristik sensor AVHRR ........................................................................ 77
Tabel 10 Karakteristik spektrum AVHRR................................................................ 78
Tabel 11 Karakteristik satelit MODIS ...................................................................... 79
Tabel 12 Karakteristik sensor MODIS ..................................................................... 80

xi
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

Daftar Gambar
Gambar 1 Komposisi Atmosfer .................................................................................... 2
Gambar 2 Struktur Vertikal Atmosfer ...................................................................... 3
Gambar 3 Distribusi Bulanan Tinggi Isoterm dan Tinggi Tropopause di
atas Jakarta ......................................................................................................................... 5
Gambar 4 Tekanan Udara .............................................................................................. 8
Gambar 5 Hubungan antara Tekanan udara dengan Ketinggian ................... 9
Gambar 6 Contoh Isobar. .............................................................................................. 9
Gambar 7 Tekanan udara pada ketinggian dan suhu yang sama ................ 10
Gambar 8 Tekanan udara pada daerah yang memiliki suhu yang berbeda
................................................................................................................................................ 11
Gambar 9 Barometer Aneroid .................................................................................... 13
Gambar 10 Barograph ................................................................................................... 13
Gambar 11 Barogram .................................................................................................... 14
Gambar 12 Kesetimbangan radiasi Matahari-Atmosfer –Bumi ..................... 19
Gambar 13 Variasi dan Rentang suhu harian ...................................................... 22
Gambar 14 Diagram dasar instatasi radar cuaca .................................................. 26
Gambar 15 Bagan penggolongan massa udara .................................................. 29
Gambar 16 Simbol Stasionary Fronts ..................................................................... 32
Gambar 17 Perubahan gejala angin pada Stasionary front ............................ 33
Gambar 18 Simbol Cold fronts ................................................................................... 33
Gambar 19 Cold fronts pada peta cuaca................................................................ 34
Gambar 20 Hujan pada Cold fronts.......................................................................... 34
Gambar 21 Identifikasi cold fronts berdasarkan data angin .......................... 35
Gambar 22 perubahan arah angin yang mendadak dalam Cold front ....... 36
Gambar 23 Simbol Warm fronts ................................................................................ 37
Gambar 24 Simbol warm fronts pada peta cuaca .............................................. 37
Gambar 25 Perbedaan suhu yang drastic pada Warm fronts ........................ 38
Gambar 26 identifikas warm fronts berdasarkan data angin ......................... 38
Gambar 27 Perubahan gejala angin pada warm fronts.................................... 39
Gambar 28 Presipitasi sepanjang warm fronts.................................................... 40
Gambar 29 Simbol Occluded fronts ......................................................................... 41
Gambar 30 Pressure gradient force ......................................................................... 44
Gambar 31 Arah gerakan angin ................................................................................ 44
Gambar 32 Pembelokan angin oleh Gaya Coriolis ............................................. 45
Gambar 33 Segitiga Vektor Angin pada pengukuran di kapal ......................... 45
Gambar 34 Skala Beaufort .......................................................................................... 48
Gambar 35 Awan Cirrus................................................................................................ 52
Gambar 36 Awan Cirrostratus .................................................................................... 53
Gambar 37 Awan Altocumulus ................................................................................... 53
Gambar 38 Awan rendah Nimbostratus ................................................................. 54
Gambar 39 Awan Stratocumulus .............................................................................. 54
Gambar 40 Contoh Vertically Developed Clouds ................................................ 55
xii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2

Gambar 41 Awan Fair Weather Cumulus ............................................................... 55


Gambar 42 Awan Cumulonimbus .............................................................................. 56
Gambar 43 Contrails ...................................................................................................... 57
Gambar 44 Billow Clouds ............................................................................................. 57
Gambar 45 Awan Mamatus ......................................................................................... 58
Gambar 46 Awan Orografis ......................................................................................... 58
Gambar 47 Hujan Es ...................................................................................................... 61
Gambar 48 Freezing rain pada sisi warm front yang dingin.......................... 62
Gambar 49 Profil suhu pada Freezing Rain .......................................................... 63
Gambar 50 Lokasi Sleet pada warm front ............................................................ 63
Gambar 51 Profil suhu pada Sleet............................................................................ 64
Gambar 52 Model sederhana proses pembentukan sleet ............................... 64
Gambar 53 perambatan gelombang elektromagnetik ...................................... 73
Gambar 54 Kisaran panjang gelombang elektromagnetik .............................. 74
Gambar 55 Satelit TIROS-1 ........................................................................................ 75
Gambar 56 Ilustrasi orbit satelit GOES .................................................................. 76
Gambar 57 Citra satelit GOES-11 ( single band)................................................ 76
Gambar 58 Satelit NOAA dan hasil Perekamannya (single band)................ 77
Gambar 59 Satelit Aqua Modis dan Citra yang terekam (true color
composite) ......................................................................................................................... 79
Gambar 60 Awan stratokumulus yang direkam oleh satelit cuaca HCMM 81
Gambar 61 Hasil perekaman NEXRAD diatas 48 negara bagian Amerika
Serikat ................................................................................................................................. 82
Gambar 62 Simbol meteorologi ................................................................................. 85
Gambar 63 Isobar pada peta sinoptik..................................................................... 86

xiii
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Atmosfer
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
Fuad_maz

1.1 Definisi meteorologi dan Atmosfer


- Perbedaan meteorologi dengan
1.3 Lapisan Atmosfer
e. Troposfer
MODUL
Klimatologi f. Stratosfer
1.2 Struktur dan Komposisi Atmosfer
Gas/senyawa penyusun Atmosfer
g.
h.
Mesosfer
Termosfer
01

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


A. Nama Pokok Bahasan : Atmosfer

B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


muka

Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang definisi meteorologi


dan perbedaannya dengan klimatologi. Selain itu juga akan
dijelaskan tentang struktur atmosfer kita dan lapisan lapisannya
serta senyawa / gas penyusunnya

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami definisi meteorologi
• Mengetahui perbedaan antara meteorology dengan klimatologi
• Memahami lapisan lapisan atmosfer serta senyawa
penyusunnya.

14
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

1. Atmosfer
1.1 Definisi Meteorologi dan Atmosfer
Meteorologi berasal dari bahasa Yunani yaitu meteoros yang artinya benda yang
ada dalam udara dan logos yang artinya ilmu atau kajian. Jadi meteorology
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari proses fisika dan gejala cuaca yang
terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan yang paling bawah, yaitu troposfer
(Tjasyono,2004). Kajian tentang meteorology diperlukan dalam pembangunan
obyek pariwisata, pelayaran, industri, penerbangan dan lain sebagainya.
Meteorologi berkaitan erat dengan klimatologi. Klimatologi berasal dari bahasa
Yunani klima yang diartikan sebagai kemiringan (slope) yang mengarah pada
pengertian lintang tempat dan logos yang diartikan dengan ilmu. Jadi klimatologi
yaitu ilmu yang mempelajari gambaran dan penjelasan sifat-sifat iklim yang ada di
muka bumi dan faktor-faktor penyebabnya. Meskipun sangat erat hubungannya
dengan klimatologi, meteorologi memiliki perbedaan yaitu jika meteorologi menitik
beratkan pada proses atmosfer, maka klimatologi membahas tentang hasil dari
proses-proses meteorologi. Selain itu meteorologi hanya mempelajari cakupan
wilayah yang kecil dan waktu yang pendek, sedangkan klimatologi meliputi cakupan
wilayah yang luas dan berlaku dalam jangka waktu yang lama.
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat
dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari
atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai
menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang
satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula
dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari
saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang.
Atmosfer berasal dari bahasa yunani yaitu atmos yang berarti uap dan sphaira
yang artinya bulatan. Jadi atmosfer dapat diartikan sebagai lapisan gas yang
menyelimuti permukaan Bumi. Keadaan atmosfer pada suatu waktu disebut cuaca,
sedangkan rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang disebut iklim.

Berbagai petimbangan yang menyebabkan atmosfer sanngat menarik untuk dikaji


dan diteliti antara lain adalah ( Tjasyono,2004):
- Atmosfer melindungi Bumi dari radiasi gelombang pendek Matahari yang
sangat kuat.
- Atmosfer sebagai sumberdaya alam yang perlu dieksplorasi dan di
eksploitasi, misalnya teknologi hujan buatan, memanfaatkan energi
angina, dan sebagainya.
- Atmosfer sebagai media transportasi udara yang peka cuaca.
- Atmosfer sebagai tempat pembuangan zat pencemar.
- Banyak gejala atmosfer yang menarik perlu dikaji, antara lain hujan,
awan, badai,perubahan iklim, badai tropis dll.
1
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

1.2 Struktur dan Komposisi Atmosfer.


Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan
sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan
gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar
ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam.
75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet. Atmosfer tidak
mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan menambah
ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.

1.2.1 Gas-gas
gas penyusun atmosfer
Atmosfer tersusun oleh:

• Nitrogen (N2 78%)


• Oksigen (02 21%)
• Argon (Ar 1%)
• Air (H2 O 0- 7%)
• Ozon (O, 0-0,01%)
0,01%)
• Karbon dioksida (CO2 0,01 – 0,1%)

Gambar 1 Komposisi Atmosfer

2
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 2 Struktur Vertikal Atmosfer

1.2.2 Lapisan Penyusun Atmosfer

a. Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang paling rendah, di mana campuran gas-gasnya
adalah yang paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Di lapisan ini
kehidupan juga terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-
benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini
adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Di
dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak,
angin tekanan dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari terjadi. Ketinggian
yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena
permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan
panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, maka suhu udara akan
berkurang secara bertahap dan terus menerus (steady), dari sekitar 17oC sampai
- 52oC. Namun topografi di permukaan bumi, seperti pegunungan dan plato
(dataran tinggi) dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.

b. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian
sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan
sangat dingin yaitu - 70oF atau sekitar - 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat
kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Awan tinggi jenis cirrus
kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang
signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Dari bagian tengah stratosfer keatas,
pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah semakin naik, karena
3
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon
ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai
sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.

c. Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi
menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian
bertambah, sampai menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini,
yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini
memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es.

d. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km.
Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada
lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi
sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk
lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat
memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini
berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Fenomena
aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi disini.
Pada atmosfer atas di ketinggian sekitar 60 km sampai di atas 500 km, beberapa
molekul udara terionisasi oleh radiasi ultraviolet (UV) dari matahari yang
menghasilkan gas terionisasi. Sebuah gas terionisasi juga disebut plasma, dan daerah
ini disebut ionosfer

1.3 Kompleksitas atmosfer Indonesia

Kekompleksan atmosfer ditandai oleh bertemunya sirkulasi Hadley, sirkulasi


Walker dan sirkulasi konveksi di atas benua maritim Indonesia dalam periode
normal. Tetapi dalam tahun El Nino terjadi subsidensi sirkulasi Walker (sirkulasi
zonal) yang kemudian divergen di permukaan sehingga sistem perawanan dan
distribusi curah hujannya berkurang di benua maritim Indonesia. Beberapa
tempat di Indonesia mendapat curah hujan di bawah normal dalam tahun El Nino,
dan di atas normal dalam tahun La Nina. Di Indonesia sirkulasi Hadley (sirkulasi
meridional) atau sirkulasi angin pasat dapat berubah menjadi monsun barat laut
pada waktu belahan bumi utara (BBU) musim dingin dan mejadi monsun tenggara
pada waktu belahan bumi selatan (BBS) musim dingin.

Atmosfer di atas benua maritim Indonesia memainkan peranan penting dan unik
dalam perubahan atmosfer global. Di benua maritim Indonesia dimana 70%
adalah perairan, maka jumlah uap air yang dapat diendapkan sangat besar,
sehingga berfluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun. Daerah
ekuator adalah daerah pembangkit gerak atmosfer skala kecil dan besar yang
berpengaruh pada perubahan lingkungan global. Namun demikian mekanisme
4
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
pembangkit gerak atmosfer masih miskin dipahami, hal ini disebabkan kurangnya
observasi atmosfer ekuator dan kurangnya riset cuaca ekutor. Kerumitan
dinamika atmosfer ekuator dan keunikan atmosfer benua maritim Indonesia
menyebabkan kesulitan prediksi cuaca deng atingkat ketelitian yang tinggi. Untuk
itu perlu dikembangkan metode prediksi cuaca secara sinoptik, statistik, numerik
maupun dengan jaringan neural artifisial (JNA) dan logika samar atau kombinasi
di antara metode – metode tersebut.

Ketebalan troposfer di atas daerah ekuator lebih besar daripada di daerah subtropis dan
daerah kutub. Di ekuator puncak troposfer (tropopause) terletak pada ketinggian 18 km
dengan suhu -85oC, sedangkan di kutub tropopause hanya karena tropopause lebih tinggi di
ekuator maka lapisan stratosfer lebih tipis di ekuator daripada di daerah subtropis dan
kutub

Tabel 1 Tinggi dan suhu rata-rata tropopause di atas Jakarta

Bulan Waktu (WIB) Tinggi (km) Suhu (oC)

Januari 07.00 17,2 -83,4

Januari 19.00 17,3 -85,1

Juli 19.00 16,4 -80,4

Gambar 3 Distribusi Bulanan Tinggi Isoterm dan Tinggi Tropopause di atas Jakarta

Gambar 3 menunjukkan distribusi bulanan lapisan isoterm 00C dan tinggi


tropopause pada pukul 7.00 dan 19.00 WIB di atas Jakarta. Tinggi lapisan
isoterm 00C terletak antara 4.500 – 5.000 m, sedangkan tinggi tropopause
terletak antara 16.000 dan 17.500 m dari paras laut. Makin tinggi tropopause
makin rendah suhunya. Suhu udara permukaan rata – rata sekitar 240C tetapi
5
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
0
suhu puncak atmosfer dapat mencapai -85 C, dengan penurunan suhu terhadap
ketinggian (lapse rate) mendekati 0,650C/100m.

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Anonim.2006.Meteorology.Wikipedia The Free Ensiklopedia.
http://www.wikipedia.org/atmosfer.
Bayong Tj.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya. Bandung.
231 hal.
Bayong Tj.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Ritter,Michael.2006. Atmospheric Structure and Composistion.
http://www.uwsp.edu/geO/faculty/ritter/geog101/Default.htm
Sanderson, Ray.1982. Meteorology At Sea.Stanford Maritime. London.227p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm. access on december 2006.
Synoptic chart. Weather Synoptic Chart Isobars Depressions Meteorology.htm.
accsess on december 2006
Short, N.M, Meteorology - Weather And Climate: A Condensed Primer. The Water
Planet-Meteorology, Oceanographic and Hydrololic Applications of Remote
Sensing. Section 14 of Remote Sensing Tutorial.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
1. Jelaskan Perbedaan antara Meteorologi dengan Klimatologi
2. Diskusikan mengapa ketebalan atmosfer pada ekuator dan sub tropis
maupun kutub berbeda?

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


1. Definisi Meteorologi adalah ?
2. Sebutkan dan jelaskan Senyawa/gas yang mendominasi atmosfer ?
3. Sebutkan Lapisan atmosfer yang menjadi tempat utama kejadian
cuaca!

6
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Tekanan Atmosfer
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
@ub.ac.id

2.1 Definisi tekanan Atmosfer


2.2 Distribusi vertical tekanan 2.3 Hubungan antara Suhu dan Tekanan MODUL
Atmosfer Udara
2.3 Isobar 2.4 Instrumen Pengukur Tekanan Udara

A. Nama Pokok Bahasan : Tekanan Atmosfer


2.5 Variasi Harian Tekanan Udara

02

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


muka

Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang definisi tekanan


atmosfer, distribusi vertikalnya, beserta alat pengukur tekanan
atmosfer.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami definisi tekanan atmosfer
• Mengetahui jenis jenis alat pengukur tekanan udara dan cara
kerjanya masing masing
• Menjelaskan keterkaitan antara suhu udara dengan tekanan
atmosfer
• Memahami variasi harian tekanan

7
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

2 Tekanan Atmosfer
2.1 Definisi Tekanan Atmosfer

Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang menekan suatu permukaan setiap unit area
tertentu. Jadi tekanan udara adalah gaya yang menekan ke bawah dari suatu unit udara
yang biasanya satuan kolom udara tersebut dalam m3.

Tekanan udara adalah faktor meteorologi yang sangat penting. Data tekanan yang
diperoleh dari suatu daerah dapat dijadikan panduan tentang kondisi atmosfer pada
saat itu. Peta cuaca atau biasa disebut dengan surface sypnotic chart merupakan salah
satu hasil dari data tekanan udara. Peta yang diperoleh di beberapa tempat di dunia
secara internasional dalam satuan waktu disebut dengan istilah Sypnotic Hours. Satuan
waktu Sypnotic Hours yang utama adalah 0000,0600, 1200, 1800 GMT.

Gambar 4 Tekanan Udara

P = ρ.g.h

dimana : P = tekanan udara dalam N/kg.Ms2


ρ = densitas udara
g = gaya gravitasi
h = tinggi kolom udara.

2.2 Sebaran Vertikal Tekanan Atmosfer


Tekanan udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian, Ini terjadi karena
dengan adanya pertambahan ketinggian maka jumlah molekul udara (densitas) akan
mengalami penurunan. Sehingga kemampuan menekan kebawahnya juga berkurang.
Hampir seluruh molekul molekul di atmosfer tertahan dekat dengan permukaan Bumi
karena adanya gaya gravitasi Bumi.Oleh karena itu tekanan udara pertama-tama
menurun dengan cepat, kemudian menurun dengan bertahap sesuai dengan
bertambahnya ketinggian.

8
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Tekanan udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian karena dengan
naiknya ketinggian maka jumlah molekul udara (densitas) akan mengalami
penurunan

Gambar 5 Hubungan antara Tekanan udara dengan Ketinggian

Lebih dari separuh molekul-molekul Atmosfer berada pada ketinggian dibawah 5,5
Kilometer,oleh karena itu tekanan udara akan berkurang dengan cepat sampai pada
nilai sekitar 500mb. Baru setelah ketinggian tersebut tekanan akan mengalami
penurunan yang lambat dan bertahap.

2.3 Isobar
Hasil pengukuran tekanan udara pada suatu lokasi biasanya akan diplotkan dan
dihubungkan dengan hasil pengukuran di daerah sekitarnya dalam bentuk peta.
Kemudian dalam mengeplotkan dalam peta, titik-titik yang memiliki tekanan yang sama
dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis maya. Garis maya yang menghubungkan
nilai tekanan udara yang sama disebut ISOBAR. Interval antara Isobar haruslah
konstan, biasanya digunakan 4h.Pa atau 5h.Pa. Pembuatan peta Isobar menggunakan
metode interpolasi untuk mencari nila-nilai yang sama yang akan dihubungkan satu
dengan yang lainnya.

Gambar 6 Contoh Isobar.

Peta Isobar ini sangat penting untuk mengetahui daerah yang bertekanan tinggi

9
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
maupun yang rendah, yang akan berguna bagi perkiraan lokai siklon dan
antisiklon.Selain itu, peta isobar juga berguna untuk mengetahui lokasi gradient
tekanan yang kuat. Tekanan udara dapat berubah-ubah pada periode tertentu.
Perubahan ini disebut Pressure Tendency. Karakteristik perubahan ini dapat digolongkan
menjadi 4 kelompok yakni naik, turun, tetap dan kombinasi ketiganya. Perubahan ini
diukur setiap tiga jam sekali. Hasil dari pengukuran ini, seperti halnya pada peta Isobar.
Garis maya yang menghubungkan nilai Pressure Tendency yang sama disebut dengan
istilah ISSALLOBAR. Kegunaan dari peta Issalobar adalah untuk mempermudah analisis
apakah disuatu daerah terjadi kenaikan, penurunan tekanan udara. Selain itu, data ini
juga dapat dimanfaatkan untuk membuat perkiraan tendensi tekanan pada daerah yang
sama untuk beberapa waktu kedepan.

Garis maya yang menghubungkan nilai tekanan udara yang sama disebut ISOBAR
Garis maya yang menghubungkan nilai Pressure Tendency yang sama disebut dengan istilah
ISSALLOBAR

2.4 Hubungan antara Suhu dan Tekanan Udara


Tekanan udara sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada ketinggian yang sama, antara
satu lokasi dengan lokasi lainnya belum tentu memiliki tekanan yang sama. Perhatikan
gambar 7. Di dua wilayah (A dan B) diukur tekanan udaranya pada ketinggian yang
sama, selain mengukur ketinggian juga dikur suhunya yang ternyata juga relatif sama.
Ternyata pada kedua lokasi tersebut memiliki tekanan udara yang sama pula.

Gambar 7 Tekanan udara pada ketinggian dan suhu yang sama

Kemudian suatu ketika, pengamat mengukur lagi pada lokasi yang sama dan pada
ketinggian yang sama ternyata setelah diukur ternyata kedua lokasi tersebut memiliki
tekanan udara yang berbeda. Kemudian pengamat mengukur juga suhu udara kedua
lokasi tersebut, dan didapatkan hasil bahwa lokasi A memiliki suhu yang lebih rendah
dari lokasi B.(Gambar 8)

10
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 8 Tekanan udara pada daerah yang memiliki suhu yang berbeda

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa tekanan udara sangat
berhubungan erat dengan suhu, apabila suhu menurun maka tekanan udara pada
ketinggian yang sama akan mengalami kenaikan. Sebagai gambaran, jika sebelumnya
tekanan 500 mb diperoleh pada ketinggian 5000 meter, maka saat suhu lokasi tersebut
turun, tekanan 500 mb kemungkinan akan diperoleh pada ketinggian kurang dari 5000
meter. Meskipun tekanan udara sangat dipengaruhi beberapa faktor lain, namun
tekanan udara pada ketinggian tertentu secara normal dapat diketahui, seperti pada
tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Tekanan udara berdasarkan ketinggian secara umum

Approximate Approximate
Pressure
Height Temperature

Sea Level 0 m 0 ft 15 C 59 F
1000mb 100 m 300 ft 15 C 59 F
850 mb 1500 m 5000 ft 05 C 41 F
700 mb 3000 m 10000 ft -05 C 23 F
500 mb 5000 m 18000 ft -20 C -04 F
300 mb 9000 m 30000 ft -45 C -49 F
200 mb 12000 m 40000 ft -55 C -67 F
100 mb 16000 m 53000 ft -56 C -69F

apabila suhu menurun maka tekanan udara pada ketinggian yang sama akan mengalami
kenaikan

11
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

2.5 Instrumen Pengukur Tekanan Udara


Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara. Ada 2 jenis
barometer, yaiotu Aneroid Barometer, dan Merkuri Barometer. Dari keduanya tersebut
yang sering dipakai adalah type Aneroid Barometer. Type ini digolongkan menjadi 2,
yaitu :
a. Simple Aneroid Barometer
Prinsip kerja utama alat ini adalah berdasar pada sifat elastisitas dari logam
untuk mendeteksi adanya perubahan tekana udara. Saat terjadi kenaikan
tekanan, logam yang berwujud seperti kumparan kapsul akan mengecil, dan
sebaliknya apabila terjadi penurunan tekanan udara logam ini akan membesar.
Kapsul ini dihubungkan dengan jarum penunjuk dan dengan sistem yang dibuat
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada kapsul, maka posisi
jarum penunjuk yang akan berubah. Selain bisa digunakan untuk mengukur
tekanan udara pada suatu daerah tertentu, alat ini juga bisa digunakan untuk
mengukur perubahan tekanan udara pada suatu periode tertentu. Yaitu dengan
menggunakan knurled knob yang berfungsi sebagai pengatur penunjuk jarum
pada pengamatan awal, kemudian pada interval tertentu yang telah ditentukan
dapat dilihat perubahan yang terjadi selama rentang waktu yang telah di set
tersebut.

b. Precision Aneroid Barometer


Precision Aneroid Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan udara yang mendekati kondisi sebenarnya untuk menghasilkan peta
Isobar yang akurat. Keakuratan dalam mengukur tekanan udara ini dihasilkan
keterpaduan 3 aneroid capsule, sistem pembedaran bacaan yang akurat, dan
metode pengecekan ulang/registrasi tekanan udara. Pengamat dapat mengontrol
perbedaan dan melakukan registrasi tekanan udara dengan menggunakan
external knop (A) untuk mengatur posisi dari baut micro (B). Keunggulan utama
alat ini adalah dapat mengukur tekanan udara yang mendekati dengan keadaan
sebenarnya, dan juga mampu mendeketeksi variasi/perubahan tekanan udara
pada waktu tertentu yang relatif pendek. Tidak seperti pada simple aneroid
barometer yang hanya bisa mendeteksi adanya perubahan tekan udara dalam
interval yang relatif lama.

Koreksi dan Kalibrasi


Setiap nilai tekanan hasil pengukuran dengan menggunakan barometer harus
dikoreksi dan dikalibrasi dengan Datum Standart. Koreksi ini diperlukan untuk
menghasilkan nilai yang dapat diterima sesuai dengan standart internasional. Kalibrasi
yang dilakukan adalah dengan melakukan koreksi ketinggian alat dari permukaan air
laut, dan mengetahui indeks error. Koreksi ketinggian diperoleh dari nilai datum, posisi
ketinggian alat dari mean sea level, serta suhu udara diperoleh dr Marine Screen.
Sedangkan eror index adalah berhubngan dengan spesifikasi dan kemampuan alat.
Petunjuk khusus tentang eror index biasanya disertakan dalam petunjuk penggunaan
alat yang disediakan oleh produsen alat tersebut.

12
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 9 Barometer Aneroid

2.6 Barograph
Barograph didesain khusus untuk merekam data tekanan udara yang terukur dengan
barometer. Data dari barograph digunakan untuk mendeteksi adanya kecenderungan
perubahan tekanan udara. Instrumen ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan
barometer type aneroid, yaitu memiliki beberapa kapsul yang saling berhubungan dan
disambungkan dengan ballpoint. Saat kapsul merespon adanya perubahan tekanan
udara, lengan yang memiliki pendi ujungnya akan naik turun sesuai dengan perubahan
yang terjadi. Pen ini menggambar secara secara otomatis pada kertas skala khusus
yang dapat berputar sendiri sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
arah jarum jam. Rekaman data tekanan udara yang tergambar dalam kertas skala
khusus yang diukur selama periode waktu tertentu disebut dengan Barogram.

Gambar 10 Barograph

(sumber : Tjasyono,2004)

Barometer : alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara


Barograph : alat yang didesain khusus untuk merekam data tekanan udara yang terukur dengan
barometer
Barogram : Rekaman data tekanan udara yang tergambar dalam kertas skala khusus yang diukur
selama periode waktu tertentu.

13
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

2.7 Variasi Harian Tekanan Udara


Ketika membandingkan beberapa barogram dari daerah sub tropis kita dapat
menyimpulkan bahwa tidak terdapat bentuk keteraturan yang pasti baik dari pola
barograms maupun nilai rata-rata
rata tekanan
ekanan udaranya. Meskipun demikian, di beberapa
wilayah tropis ditemuai lebih banyak pola dari barograms, yang disebut variasi harian
tekanan udara. Selama kurun waktu 24 jam terdapat masing-masing-masing 2 kali nilai
maksimal dan minimal.

2.8 Diurnal Range


Diurnal
nal range adalah perbedaan antara nilai tekanan udara maksimal dan minimal
dalam suatu rentang waktu pengamatan.meskipun biasanya
biasanya rentang ini sangat kecil,
tetapi dapat jelas terlhat pada daerah lintang rendah. Perhatikan gambar 11.1-4,pada
gambar tersebut jelas terjadi adanya rentang harian yang dapat terlihat pada hari ke 1
dan ke 2 yang nilainya yaitu antara 3,5 sampai 4,0 hPa.
Semakin tinggi lintang suatu daerah, maka semakin kecil nilai diurnal range-nya.
range
Pada daerah lintang rendah, variasi harian bisa ditandai dengan perubahan tekanan
yang mencolok yang disebabkan oleh siklon tropis. Penurunan tekanan udara yang
drastis merupakan cirri-ciri
ciri dari variasi diurnal khusus. Kecenderungan tekanan
atmosfer yang mencolok pada daerah tropis kadang bisa digunakan
digunakan sebagai tanda
bahwa akan terjadi angin siklon tropis yang bergerak mendekat.

Gambar 11 Barogram
1,2,3 Barogram daerah Lintang sedang ; 4 Barogram daerah Lintang rendah
(sumber : Tjasyono,2004)

14
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Diurnal range adalah perbedaan antara nilai tekanan udara maksimal dan minimal dalam
suatu rentang waktu pengamatan
Semakin tinggi lintang suatu daerah, maka semakin kecil nilai diurnal range-nya

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Anonim.2006.Meteorology.Wikipedia The Free Ensiklopedia.
http://www.wikipedia.org/atmosfer.
Bayong Tj.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya. Bandung.
231 hal.
Bayong Tjasyono.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Ritter,Michael.2006. Atmospheric Structure and Composistion.
http://www.uwsp.edu/geO/faculty/ritter/geog101/Default.htm
Sanderson, Ray.1982. Meteorology At Sea.Stanford Maritime. London.227p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm. access on december 2006.
Synoptic chart. Weather Synoptic Chart Isobars Depressions Meteorology.htm.
accsess on december 2006
Short, N.M, Meteorology - Weather And Climate: A Condensed Primer. The Water
Planet-Meteorology, Oceanographic and Hydrololic Applications of Remote
Sensing. Section 14 of Remote Sensing Tutorial.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
3. Diskusikan tentang berapa kemungkinan tekanan udara pada wilayah
dekat pantai?
4. Diskusikan mengapa pada daerah dengan ketinggian yang sama
tekanan atmosfernya bisa tidak sama?

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


4. Apakah perbedaan antara Isobar denga issalobar ?
5. Sebutkan jenis jenis alat pengukur tekanan atmosfer ?
6. Apakah yang dimaksud dengan Barogram ?

15
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Suhu Udara
Dr. Ir. Daduk Setyohadi, M.P
Program Studi Pemanfaatan Sbdy Perikanan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : D_setyohadi@ub.ac.id
@ub.ac.id

3 Pendahuluan 3.3 Perpindahan Energi


3.1 Pengukuran / Pengamatan Suhu 3.4 Variasi dan Rentang Suhu Harian MODUL
3.2 Radiasi Matahari dan Daratan
3.2.1 Energi Matahari

A. Nama Pokok Bahasan : Suhu Udara 03

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


muka

Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang suhu udara yang
berkaitan dengan jumlah radiasi matahari yang diterima oleh daratan
maupun lautan yang dipengaruhi oleh kompleksitas atmosfer dan
variasi lintang dan ketinggian. Juga akan di gambarkan proses proses
perpindahan energi matahari dan perambatannya sampai di
permukaan Bumi.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami variasi suhu di permukaan Bumi
• Mengetahui alat dan tatacara pengukuran suhu udara yang benar
• Memahami proses perpindahan energy matahari dan fluktuasi
perubahannya berdasarkan letak lintang dan ketinggian
• Memahami proses radiasi matahari dan besaran energinya yang
sampai ke permukaan Bumi.

16
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

3 Suhu Udara
Suhu udara dapat diukur pada ketinggian yang bervariasi di atas permukaan tanah,
tetapi khusus untuk suhu udara permukaan disarankan untuk diukur pada
ketinggian 1,2 meter dari permukaan tanah. Suhu udara permukaan yang diukur
dari permukaan daratan dan stasiun pengamatan mungkin bisa mengalami distorsi.
Sedangkan untuk mengukur suhu di atas permukaan laut terbuka diukur dengan
bantuan kapal atau bisa juga dengan pelampung.

3.1 Pengukuran / Pengamatan Suhu Udara


Alat standar yang digunakan untuk mengamati suhu udara adalah termometer
raksa, atau bisa disebut dengan dry bulb thermometer. Termometer ini ditempatkan
pada Stevenson screen yang dirancang secara khusus sedemikian rupa sehingga
aliran udara dapat masuk dan melewati termometer. Selain itu juga untuk
menghindari efek pemanasan langsung dari matahari dan radiasi panas dari
permukaan tanah. Suhu udara secara umum diukut dengan menggunakan skala
derajad celcius (oC).

3.2 Radiasi Matahari dan Daratan


Sumber energi utama yang masuk kedalam atmosfer adalah energi dari matahari.
Energi yang dipancarkan oleh matahari adalah melalui proses radiasi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik yang memiliki cirri khas pada panjang gelombangnya.
Rata-rata suhu permukaan matahari mencapai 6000oK, memancarkan radiasi
dengan panjang gelombang 0,2 – 4 µm dengan energi maksimal pada panjang
gelombang 0,5 µm. Radiasi spectrum radiasi matahari antara lain terdiri dari sinar
ultraviolet, cahaya tampak dan sinar inframerah.

Permukaan bumi dengan rata-rata suhunya yang hanya 288 oK (15oC)


memancarkan energi dalam wujud spectrum infra merah dengan panjang
gelombang antara 4 – 100 mikron; pancaran maksimal tercapai pada panjang
gelombang 10 mikron. Jika dibandingkan antara panjang gelombang radiasi
matahari dengan panjang gelombang radiasi permukaan bumi, maka keduanya bisa
disebut masing-masing dengan shorwave radiation dan longwave radiation.

Atmosfer juga memancarkan energi untuk kondisi troposfer yang normal, radiasi
yang dipancarkan akan memiliki cakupan panjang gelombang yang sama dengan
permukaan bumi, sehingga bisa disebut juga sebagai longwave radiatin. Radiasi
antara dua sumber ini (Bumi dan Atmosfer) secara bersama-sama disebut sebagai
terrestrial radiation.

17
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

3.2.1 Energi Matahari


Energi diciptakan pada bagian dalam matahari, kemudian dijalarkan ke
permukaan dan diradiasikan ke dalam ruang angkasa. Sekitar 99% radiasi
elektromagnetik yang diemisikan oleh matahari terletak pada daerah 0,15 dan 4,0
µm. Distribusi spektral energi ini adalah 9 % ultra violet, 45% radiasi tampak dan
46% infra merah, energi ini dijalarkan ke permukaan bumi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik.

Jumlah energi radiasi yang diterima oleh permukaan bumi selalu berubah, sesuai
dengan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain yaitu:
1. Pancaran Energi Matahari
Perbedaan ini khususnya adalah jumlah radiasi gelombang ultraviolet yang
meningkat selama pemanasan maksimal.

2. Jarak antara bumi dan matahari


Saat matahari dalam jarak yang terdekat dengan bumi (Perihelion) radiasi
matahari yang diterima bada sudut optimal adalah sejumlah 7% lebih besar
daripada intensitas yang diterima pada saat bumi berada pada jarak yang terjauh
dari matahari (Aphelion). Sedangkan pada jarak rata-rata bumi dengan matahari,
radiasi matahari yang diterima bumi mencapai 1,396 kw/m2 (solarconstan).

3. Posisi lintang matahari


Faktor ini berpengaruh pada latilute, musim, jumlah jam pemanasan dalam
sehari. Scrumum dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi posisi matahari, maka
jumlah radiasi matahari juga akan naik

4. Lama penyinaran matahari terhadap bumi


Lam penyinaran dipengaruhi oleh posisi lintang suatu daerah

5. Kecerahan atmosfer
Faktor ini, bersama-sama dengan faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap
jumlah radiasi matahari yang diterima per unit daerah dalam periode tertentu
disebut insolasi.

Pengaruh kecerahan atmosfer terhadap jumlah radiasi yang diterima permukaan


bumi dapat digambarkan seperti pada gambar (12)

18
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 12 Kesetimbangan radiasi Matahari-Atmosfer –Bumi


(Tjasyono, 2004)

Keterangan:
a. Radiasi sinar matahari yang diterima atmosfer terluar ............ 0
b. Absorbsi radiasi ultraviolet oleh statosfer, terutama oleh lapisan ozone -3
c. Absorbsi dalam troposfer oleh gas-gas, uap air, dan partikel debu -
143
d. Pemantauan kembali keluar angkasa oleh awan. Perlu diketahui bahwa
proses ini tidak mempengaruhi panjang gelombang radiasi matahari -24
e. Hamburan bebas radiasi ke angkasa luar ..... -6

Catatan:
Penyebaran ini terutama pada perbandingan ukuran partikel penyusun yang
menghamburkannya. Panjang gelombang yang dihamburkan oleh atmosfer
adalah spectrum dari panjang gelombang cahaya biru. Oleh karena itulah
langit jika dilihat berwarna biru .........................................
................................................................................ -------
Jumlah radiasi matahari yang diterima permukaan bumi .... +53

19
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Dari sejumlah 53 unit yang mengenai permukaan bumi, 6 (F) diantaranya dipantulkan
langsung oleh permukaan bumi, dan sisanya 47 unit diserap oleh bumi. Jumlah total
radiasi matahari yang mengenai permukaan bumi dapat dideskripsikan baik secara
difusi maupun secara langsung yang menandakan bahwa radiasi tersebut yang melalui
atmosfer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya pada saat yang
bersamaan.

Jumlah total radiasi matahari yang dipantulkan ke angkasa (D, E, F) disebut sebagai
Planetary albedo. Pada bahasan dalam buku ini, nilai Planetary albedo adalah 36% yang
dapat bervariasi dari waktu ke waktu, sebagai contoh jika langit cerah dan tidak
terdapat awan, nilai 24 LD) akan langsung menuju permukaan bumi, begitupun
sebaliknya apabila langit dipenuhi dengan awan maka radiasi ys ejumlah 24 tersebut
akan seluruhnya dipantulkan kembali. Nilai albedo dipengaruhi oleh bentuk dan
penutupan muka bumi serta vegetasi di atasnya. Hutan 5 – 10%, pasir 20 – 30%, salju
80 – 90%, laut 7 – 9%). Selain faktor tersebut di atas, faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap besarnya nilai albedo adalah sudut datang matahari terhadap permukaan
bumi. Pada saatmatahari terbit dan akan tenggelam, nilai albedo mencapai maksimum,
sedangkan pada tengah hari akan mencapai minimal.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hanya 14% radiasi


matahari yang diserap oleh tropopause, sehingga energi yang diserap oleh per unit
volume udara (m3) adalah sangat kecil. Berbeda dengan radiasi yang diserap oleh
permukaan bumi yang jauh lebih besar.

Ketika atmosfer dalam kondisi cerah tanpa adanya awan maka sejumlah radiasi yang
diterima oleh atmosfer hanya bersumber dari 2 kejadian, yaitu radiasi dari permukaan
bumi, dan penyerapan radiasi matahari secara langsung. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses penyerapan radiasi oleh atmosfer adalah vapair, CO2, lap.
ozon dan awan . Jika diasumsikan suhu permukaan bumi mencapai 288oK, maka :

H : Radiasi yang dipancarkan permukaan bumi + 113


I : Bagian dari H yang langsung memancar bebas ke angkasa - 006
K : Bagian dari H yang diserap oleh atmosfer - 107
L : Radiasi yang dipancarkan oleh atmosfer dan diserap kembali oleh permukaan
bumi- 95

Keseluruhan energi yang hilang (H-L) dari permukaan bumi dalam bentuk
gelombang panjang adalah sejumlah 18 unit. Jika ia bandingkan antara kehilangan
energi dan penyerapan energi yang sejumlah 47 unit (G),permukaan bumi telah
20
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
mendapat 29 unit radiasi. Meskipun demikian, energi ini dipindahkan ke atmosfer dalam
bentuk yang dapat dirasakan dan dalam bentuk panas laten sebagai hasil dari konduksi
dan evaporasi (M). 58 unit energi yang didapatkan atmosfer melalui proses konduksi,
evaporasi, dan absorbsi dari radiasi matahari dan daratah di radiasikan kembali ke
angkasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa atmosfer menyerap radiasi dari daratan
secara efektif, tetapi atmosfer juga memancarkan radiasi secara terus-menerus.
Sebagian besar energi radiasi yang dipancarkan oleh permukaan bumi akan
dikembalikan ke permukaan bumi lagi.

Dari 100% energi matahari yang dipancarkan, hanya sekitar 53 % energi yang sampai ke
permukaan Bumi. Dan yang diserap ke Bumi hanya 47% yang dirupakan dalam panas laten
, sedangkan 6% kembali dipantulkan ke atmosfer.

3.3 Perpindahan Energi


Proses perpindahan energi yang terjadi antara atmosfer yang daratan dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu konduksi, konveksi, dan evaporasi.

a. Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan energi antara dua massa yang
keduanya saling berhubungan, arahnya adalah dari massa yang memiliki suhu
tinggi menuju massa yang memiliki suhu yang lebih rendah. Rata-rata energi
yang dipindahkan tergantung pada besarnya perbedaan suhu yang terjadi antara
2 masa tersebut, yang biasanya disebut Gradien Temperatur, dan konduktivitas
termal massa tersebut. Udara merupakan konduktor yang kurang baik, sehingga
perpindahan energi melalui proses konduksi kurang berpengaruh nyata terhadap
kondisi Atmosfer. Meskipun demikian, saat udara berhubungan langsung
permukaan bumi, proses konduksi adalah merupakan proses yang penting dalam
transfer energi antar atmosfer dengan permukaan bumi, tergantung besarnya
gradient temperature dan arah perpindahannya.

b. Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan energi sebagian hasil dari gerakan
bagian-bagian dari fluida. konveksi bebas terbentuk ketika bagian dari atmosfer
bersentuhan dengan permukaan bumi, kemudian dipanaskan melalui proses
konduksi, sehingga menjadi turun dentistasnya daripada usaha di sekitarnya.
Massa udara ini kemudian naik ke atas dan menyebar sekaligus memindahkan
energi yang diperoleh konduksi sebelumnya. konveksi terjadi pada daerah yang
bervariasi setiap hari selama proses penyinaran matahari, dan bahkan ketika
udara mengalami pemanasan relatif dari permukaan lautan maupun daratan.

21
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Forced convection yang biasa diistilahkan sebagai putaran terbentuk ketika
udara bergerak melewati permukaan yang tidak lazim. Besarnya putaran dan
ketinggiannya berbanding lurus dengan kecepatan angin dan kekasaran
permukaan bumi atau bentuk topografi permukaan bumi. Perpindahan energi
secara vertical terjadi dalam lapisan putaran melalui paket-paket kecil udara yang
bergerak tidak menentu. Baik konveksi beban maupun forced convection dapat
terjadi dan bekerja secara bersamaan.

c. Evaporasi
Evaporasi adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap. Proses ini
terjadi pada permukaan bumi saat air berubah menjadi uap air. Proses
perpindahan energi dari daratan ke atmosfer melalui proses evaporasi ini
merupakan peristiwa yang berdampak cukup berarti bagi atmosfer, terutama saat
terjadi kondensi yang melepaskan energi ke atmosfer.

3.4 Variasi dan Rentang Suhu Harian


Selama periode waktu 24 jam, suhu atmosfer dan permukaan bumi mengalami
perubahan yang sistematis yang disebut sebagai Variasi Harian suhu (Gambar 13). Baik
pada atmosfer maupun permukaan bumi suhu tertinggi dicapai saat tengah hari,
sedangkan suhu terendah terjadi pada pagi hari sebelum matahari terbit. Rentang
variasi suhu harian (A – B) pada daratan maupun permukaan laut lebih beasr daripada
variasi yang terjadi pada udara (C – D). Meskipun demikian, rentang suhu harian antara
permukaan laut dan darat adalah lebih tinggi pada daratan.

Gambar 13 Variasi dan Rentang suhu harian


(Tjasyono, 2004)

Pada beberapa permukaan daratan, rentang variasi suhu dapat mencapai 10oC,
sedangkan pada laut dalam hanya kurang dari 1oC. Rentang suhu harian yang ada pada
masing-masing permukaan tersebut juga sangat berbeda jauh. Siklus harian suhu
masing-masing permukaan dapat dianalisis berdasarkan energi yang diterima dengan
energi yang dilepaskan sebagai berikut :

22
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
a. Saat matahari terbit hingga tengah hari
Ketika suhu permukaan meningkat, penerimaan radiasi matahari meningkat
secara bertahap menuju maksimal pada siang hari. Secara bersamaan pancaran
energi radiasi gelombang panjang dari permukaan juga meningkat. Meskipun
permukaan daratan menyerap radiasi gelombang panjang dari matahari.
Pemasukan bersih radiasi matahari mewakili jumlah energi yang hilang oleh
permukaan. Meskipun demikian radiasi matahari diserap pada kurun waktu ini
melebihi jumlah radiasi yang hilang.

b. Tengah hari sampai matahari tenggelam


Ketika suhu permukaan menurun, baik energi matahari yang diteima maupun
energi bersih yang hilang yang mengalami penurunan secara bertahap.

c. Matahari tenggelam sampai terbit lagi


Suhu permukaan terus mengalami penurunan yang cepat. Radiasi yang
dipancarkan oleh permukaan bumi juga terus menurun. Perlu diingat yang
menurun adalah jumlah energinya bukan intensirtas radiasinya. Serta
keseluruhan faktor yang berpegnaruh pada lapisan yang menyusun permukaan.

Perubahan suhu udara selama siklus harian tergantung pada proses konduksi,
konveksi, dan turbulasi, perbedaan rentang nilai suhu hrian yang signifikan antara
permukaan laut dan daratan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. Panas jenis massa/zat
Energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oK per satu unit massa udara
dinamakan kapasitas panas spesifik. Untuk air murni adalah 4.18 J/kgoK.
Sedangkan untuk tanah tentunya lebih kecil, nilai ini tergantung pada jenis dan
type rumah.
2. Kecerahan
Pada air laut, intensitas cahaya yang masuk (penetrasi) tergantung pada
kejernihan air yang dipegnaruhi oleh adanya material-material yang terkandung
dalam air dalam bentuk muatan padatan tersuspensi (MPT). Sedangkan pada
permukaan tanah, radiasi matahari hanya mampu menembus lapisan tanah
beberapa millimeter saja. Meskipun jumlah radiasi matahari lebih banyak diserap
oleh air daripada tanah, tetapi kenaikan suhu air lebih kecil daripada tanah.
3. Evaporasi
Enerrgi yang diserap oleh permukaan tanah air dalam bentuk radiasi sinar
matahari akan digunakan untuk proses evaporasi. Pada permukaan laut, jumlah
energi yang diterima sangatlah tinggi. Selanjutnya energi yang tersedia akan
digunakan menaikkan suhu air. Kondisi ini sedikit berbeda dengan apa yang
terjadi di daratan.
4. Turbulensi

23
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Faktor lain yang berpengaruh terhadp penyebaran energi ke laut yang lebih
dalam adalah turbulasi. Kenaikan yang kecil dari suhu permukaan laut
merupakan hasil dari kapasitas panas spesifik dari air laut tersebut. Kecerahan
realtif atmosfer dan perairan, serta proses evaporasi dan turbulasi.

Perbedaan rentang nilai suhu harian yang signifikan antara permukaan laut dan daratan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah Panas jenis massa/zat, Kecerahan,
Evaporasi, Turbulensi.

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Bayong Tj.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya. Bandung.
231 hal.
Bayong Tjasyono.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm. access on december 2006.
Short, N.M, Meteorology - Weather And Climate: A Condensed Primer. The Water
Planet-Meteorology, Oceanographic and Hydrololic Applications of Remote
Sensing. Section 14 of Remote Sensing Tutorial.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
5. Diskusikan pengaruh jarak Matahari terhadap Bumi dan kaitannya
dengan dinamika suhu bulanan ?
6. Diskusikan mengapa pada pada siang hari pada saat langit cerah
maka warnanya Biru, dan sebaliknya pada sorehari warna langit
menjadi kemerahan.

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


7. Sebutkan dan Jelaskan faktor yang mempengaruhi fluktuasi energy
matahari yang diterima oleh Bumi?
8. Sebutkan jenis jenis perpindahan energy panas ?
9. Sebutkan factor factor yang mempengaruhi fluktuasi suhu harian di
permukaan laut ?

24
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Massa Udara
M.Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
Fuad_maz

4.1 Definisi Massa Udara 4.3.1 Berdasarkan alih panas udara


4.2 Identifikasi Massa Udara
4.3 Penggolongan Massa Udara
4.3.1 Berdasarkan Asal geografisnya

A. Nama Pokok Bahasan : Massa Udara


dengan permukaan dibawahnya
4.3.3 Berdasarkan kestabilan udara bagian atas
04

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


muka

Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang definisi massa udara,
kemudian tata cara pengidentifikasian massa udara serta
penggolongan massa udara berdasarkan beberapa parameter dan
sifat sifatnya.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa


m diharapkan dapat :
• Memahami definisi massa udara
• Mengidentifikasi massa udara
• Mengetahui penggolongan massa udara berdasarkan beberapa
parameter pembeda
• Memahami sifar sifat massa udara berdasarkan parameter yang
didapatkan

25
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

4 Massa Udara
Bab ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang massa udara yang
meliputi asal- muasalnya dan bagaimana identifikasi jenis massa udara.

4.1 Definisi Massa Udara


Massa udara ialah bagian atmosfer yang tebalnya mencapai ribuan meter dari
permukaan tanah
nah dan meluas sampai ribuan kilometer persegi. Suhu dan
kelembapannya serba sama dalam arah mendatar.

Karakteristik cuaca dalam massa udara bergantung pada dua sifat dasar, yaitu
sebaran suhu ke arah tegak dan kadar airnya.

4.2 Pengidentifikasian Massa Udara


Pengamatan udara atas dapat dilakukan dengan bantuan balon
on pilot, roket, satelit,
radar, atau radiosonde.

Balon pilot ialah sebuah balon


ba yang diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara
sehingga dapat bergerak ke atas dengan kecepatan yang dapat dianggap tetap. Kecepatan
gerak horisontal dari baton dianggap sama dengan kecepatan angin.

Pengamatan dengan memakai wahana roket dapat mencapai ketinggian sekitar 60 km.
Pada saattertentu setelah diluncurkan, roket dalam perjalanannya melemparkan dan
meledakkan sejumlah granat. Dengan mendeteksi saat tibanya gelombang bunyi, yang
bergantung pada suhu, maka dapat diturunkan besarnya suhu pada lapisan atmosfer atas.

Radar cuaca telah beroperasi sejak perang dunia kedua berakhir.


berakhir Radar berfungsi
menentukan arah dan jarak serta mengenal karakter objek. Dalam meteorologi istilah objek
diartikan sebagai sesuatu yang berada di atmosfer yang dapat mengembalikan sejumlah
daya ke penerima radar. Jadi harus ditinjau pemantulan yang disebabkan oleh tetes awan,
tetes hujan, keping salju, dan sebagainya. Komponen utama dari radar cuaca terdiri atas
pemancar, antena, penerima, dan indikator,
indik lihat gambar 14

Gambar 14 Diagram dasar instatasi radar cuaca


(Tjasyono,2004)

26
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Radiosonde terdiri atas kotak yang dilengkapi dengan pemancar radio dan alat
pengindera (sensor) untuk tekanan, suhu, dan kelembapan nisbi. Hasil pengamatan
dikirim ke stasion di permukaan dalam bentuk sinyal radio. Radiosonde dinaikkan
dengan bantuan sebuah talon yang diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara.
Sampai pada ketinggian tertentu talon ini pecah, kemudian radiosonde akan turun
dengan memakai parasut yang tersedia pada talon. Selain data tekanan, suhu,
dan kelembapan udara, diperoleh juga informasi tambahan data kecepatan dan
arah angin dengan memakai radar yang mengikuti lintasan talon.

Pengindera tekanan adalah dari jenis aneroid, ketelitiannya diperkirakan beberapa


milibar. Pengindera suhu adalah dari jenis bimetal, dan untuk mengurangi kesalahan
akibat radiasi maka pengindera diperlengkapi dengan pelindung radiasi. Kesalahan
radiasi beberapa derajat mungkin terjadi pada paras yang tinggi.

Sebagai pengindera kelembapan dipakai sejenis kulit yang panjangnya peka terhadan
kelembapan nisbi. Pengidentifikasian massa udara didasarkan pada tiga jenis informasi

1. Sejarah perubahan udara pada waktu meninggalkan daerah sumbernya.


2. Karakteristik horisontal pada paras tertentu lapisan udara atas.
3. Sebaran suhu, angin, dan kelembapan udara ke arah tegak.

Karena jumlah pengamatan dengan radiosonde terbatas dan dimungkinkan terjadi


banyak perubahan dalam massa udara, maka pendekatan sejarah saja kurang memadai.
Nilai suhu, kelembapan udara, dan angin yang dirajah pada peta cuaca amok sate paras
atas atau lebih, menunjukkan pengaruh kondisi perrnukaan lokal, dan menunjukkan
komponen uap air serta energi massa udara bagian atas. Dalam meteorologi Bering
dipakai peta cuaca dengan paras tekanan tetap misalnya paras 850; 700; 500; dan 300
hPa.
Peta cuaca menunjukkan sebaran horisontal dari unsur cuaca pada atmosfer atas.
Peta ini mengidentifikasikan massa udara dan dipakai untuk menganalisis arah dan
kecepatan angin yang berguna dalam menentukan gerak massa udara dan dalam
perencanaan penerbangan. Analisis suhu dan kelembapan udara dari pengukuran
radiosonde merupakan dasar peramalan cuaca terutama awan, hujan, dan badai
guruh.

4.3 Penggolongan massa udara

4.3.1 Berdasarkan asal Geografis


Kebanyakan penggolongan didasarkan pada lokasi geografis sumber massa udara. Ada 4
jenis daerah sumber utama, yaitu Polar kontinental (cP), Polar maritim (mP), Tropis
kontinental (cT), dan Tropis maritim (mT). Kadang-kadang dipakai tanda (A) yang
menunjukkan laut Artik, (AA) yang menunjukkan Antartik, dan (E) yang menunjukkan
daerah di sekitar ekuator.

27
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Massa udara disebut polar (kutub) kontinental, jika berasal dari permukaan darat
atau daerah es pada lintang tinggi, seperti daerah Greenland, Kanada bagian utara,
Eurasia, dan Antartik. Massa udara ini . bersifat dingin dan kering. Massa udara
disebut polar maritim, jika berasal dari lautan pada lintang tinggi, seperti Atlantik dan
Pasifik bagian utara, dan perairan sekitar Antartik. Massa udara dari sumber ini
bersifat dingin dan lembap.

Kata Kunci :
C : Continent (laratan) Sifat : Kering
M : Maritime (lautan) Sifat : Basah/ Lembab
P : Polar (kutub) Sifat : Dingin
T : Tropical (tropis) Sifat : Hangat

Massa udara disebut tropis kontinental jika berasal dari tropis Kanser (23,5° LU)
dantropis Kaprikorn (23,5° LS), seperti Afrika bagian udara dan Australia bagian
utara. Massa udara ini bersifat panas dan kering. Massa udara disebut tropis maritim
jika terbentuk di daerah lautan tropis, seperti lautan Atlantik, Pasifik, dan Hindia. Massa
udara yang berasal dari sumber ini bersifat panas dan lembap.

4.3.1 Berdasarkan alih panas udara dengan permukaan dibawahnya


Alih panas antara udara dan permukaan di bawahnya merupakan salah satu proses
penting yang menyebabkan modifikasi sifat massa udara. Jika atmosfer dipanasi dari
bawah, maka udara akan menjadi lebih labil dan jika atrnosfer didinginkan dari bawah,
maka udara akan menjadi lebih stabil. Untuk memperhatikan modifikasi ini, maka
diperkenalkan penggolongan termodinamika sebagai berikut:

K : massa udara lebih dingin daripada permukaan di bawahnya.

W : massa udara lebih panas daripada permukaan di bawahnya.

4.3.3 Berdasarkan kestabilan udara bagian atas


Perubahan kestabilan tidak hanya bergantung pada alih panas antara udara dan
permukaan di bawahnya, tetapi dipengaruhi juga oleh kenaikan dan penurunan anus
udara. Di atas permukaan bumi, konvergensi dan divergensi horisontal menyebabkan
arus udara naik dan turun, yang pada gilirannya mempengaruhi stratifikasi massa
udara. Udara yang turun menjadi lebih stabil, sedangkan udara yang naik disertai
dengan kecuraman penurunan suhu udara akan cenderung labil.

Untuk meninjau kestabilan udara paras atas, maka dipakai penunjuk:

u, yang menunjukkan udara atas labil,

28
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
s, yang menunjukkan udara atas stabil,

u menunjukkan kelabilan paras atas dan terjadi pada daerah di bawah kendali siklonik
yang kuat atau pada daerah tempat terjadinya adveksi udara atas yang dingin.
Sebaliknya s menunjukkan kestabilan paras atas yang disebabkan oleh subsidensi di
dalam sirkulasi antisiklonik atau oleh adveksi udara atas yang panas. Karena itu,
penunjuk u dikaitkan dengan sirkulasi siklonik dan penunjuk s dengan sirkulasi
antisiklonik.

Dengan dasar pertimbangan di atas, maka dapat disusun bagan penggolongan massa
udara seperti pada gambar 15.

Gambar 15 Bagan penggolongan massa udara


(Tjasyono,2004)
Keterangan :

P : Polar (kutub) T : Tropis


m : maritim c : kontinental
K : dipanasi dari bawah W : dipanasi dari atas
s : stabil di atas u : labil di atas

Sifat massa udara di atas dapat dirangkum secara ringkas sebagai berikut:

cPWs : massa udara polar kontinental dingin dan kering yang stabil dalam lapisan
bawah melalui pendinginan dari bawah dan stabil di atas melalui subsidensi.

cPKs : massa udara polar kontinental dingin dan keying yang labil dalam lapisan
bawah melalui pemanasan dari bawah dan stabil di atas melalui subsidensi.

cPKu :massa udara polar kontinental kering, dingin dan labil. Kelabilan timbal
sebagian dari pemanasan permukaan dan sebagian dari kenaikan udara yang
disertai dengan aliran siklonik kuat.
cPWu : massa udara polar kontinental dingin dan keying yang didinginkan dari bawah,
tetapi mempunyai penurunan suhu secara cepat pada bagian atas yang
disebabkan oleh kurangnya subsidensi.

29
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Anonim.2006.Meteorology.Wikipedia The Free Ensiklopedia.
http://www.wikipedia.org/atmosfer.
Tjasyono, B.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya. Bandung.
231 hal.
Bayong Tjasyono.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Ritter,Michael.2006. Atmospheric Structure and Composistion.
http://www.uwsp.edu/geO/faculty/ritter/geog101/Default.htm
Sanderson, Ray.1982. Meteorology At Sea.Stanford Maritime. London.227p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm. access on december 2006.
Synoptic chart. Weather Synoptic Chart Isobars Depressions Meteorology.htm.
accsess on december 2006
Short, N.M, Meteorology - Weather And Climate: A Condensed Primer. The Water
Planet-Meteorology, Oceanographic and Hydrololic Applications of Remote
Sensing. Section 14 of Remote Sensing Tutorial.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
7. Diskusikan jenis massa udara yang ada di atas khatulistiwa Indonesia
8. Diskusikan mengapa P Sumbawa, P. Flores, dan Timor memiliki iklim
yang berbeda dengan P Jawa, Sumatera dan Kalimantan berdasarkan
kharakteristik massa udaranya.

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


10.Sebutkan parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi massa
udara
11.Sebutkan jenis jenis massa udara berdasarkan perpindahan energy
panas ?
12.Jelaskan sifat dan cirri massa udara yang ada di daerah P. Sulawesi
?

30
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Fronts
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
Fuad_maz

5.1 Definisi Fronts 5.2.2 Cold Fronts


5.2 Jenis Fronts
5.2.1 Stasionary Front

A. Nama Pokok Bahasan : Fronts


5.2.3 warm Fronts
5.2.4 Occluded Fronts
05

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 2 (dua) kali tatap muka.

Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang definisi fronts, proses
terbentuknya Fronts , jenis jenis fronts dan pengaruhnya
terhadap cuaca

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami definisi Front dan proses pembentukannya
• Memahami jenis jenis Front dan simbolnya
• Mengidentifikasi front berdasarkan parameter cuaca yang
dominan
• Memahami pengaruh Front terhadap Cuaca

31
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

5 Fronts
5.1 Definisi Fronts
Fronts didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara dua massa udara yang
memiliki densitas yang berebeda. Front berkembang tidak hanya dalam arah datar
menyamping (Horizontal) tetapi juga kearah atas (vertical). Oleh karena itu jika
disebutkan daerah front maka itu artinya sekaligus meliputi komponen vertical dan
horizontal dari front tersebut.

5.2 Jenis fronts


Jenis-jenis front yang dibahas dalam bab ini adalah :

a. Stasionary Fronts
b. Cold Fronts
c. Warm Fronts
d. Occluded Fronts

5.2.1 Stasionary Fronts


Ketika Cold Front atau warm Front berhenti bergerak, maka front tersebut akan
berubah menjadi Stasionary front, dan suatu ketika bila front ini bergerak lagi maka akan
terjadi perubahan lagi dan akan kembali menjadi Cold front ataupun warm front.
Stasionary front. Dalam peta cuaca yang berwarna di lambangkan dengan warna biru dan
garis meah dengan segitiga berwarna biru yang ada sepanjang garis yang menunjuk
kearah udara yang lebih hangat, dan lingkaran berwarna merah menunjuk kearah udara
yang lebih dingin.

Gambar 16 Simbol Stasionary Fronts

Perubahan suhu dan atau arah angin yang tidak wajar biasanya dapat di rasakan ketika
melewati dan menembus fron dari sisi satu ke sisi lainnya.

32
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 17 Perubahan gejala angin pada Stasionary front

Pada gambar 17 diatas, suhu bagian selatan front adalah 50 dan 60 K, dengan arah angin
menuju tenggara. Siklon yang terjadi pada daerah Stasionary front biasanya
menyebabkan hujan yang sangat lebat yang memungkinkan terjadinya banjir di wilayah
sekitar front.

5.2.2 Cold Fronts

Cold front didefinisikan sebagai wilayah peralihan ketika massa udara yang dingin
menggantikan massa udara yang lebih hangat. Cold front secara umum bergerak dari
timur laut menuju tenggara. Massa udara di daerah front bagian belakang dapat dirasakan
lebih dingin dan lebih kering daripada udara di depan wilayah front. Ketika Cold front
melewati suatu wilayah dapat menyebabkan suhu wilayah tersebut turun drastic lebih dari
15 dalam waktu satu jam pertama.

Secara simbolis Cold front di lambangkan dengan garis tebal dengan segitiga
sepanjang garis dan menunjuk kearah massa udara yang lebih hangat sesuai dengan arah
gerakan front ini. Pada peta cuaca yang berwarna, Cold front digambarkan dengan garis
tebal berwarna biru.

Gambar 18 Simbol Cold fronts

33
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 19 Cold fronts pada peta cuaca

Suhu disekitar cold front dapat berbeda mencolok antara sisi front satu dg sisi
lainnya, seperti pada
da gambar berikut ini. Stasiun pengamatan yang terletak di bagian
utara front melaporkan bahwa suhu udara di wilayah tersebut adalah 55 F, nilai ini
berbeda jauh dengan suhu di wilayah belakang fronts yang turun drastic menjadi 38 F
padahal kedua lokasi tersebut
ersebut berdekatan. Perubahan suhu yang mendadak dan dalam
rentang yang lebar dapat dijadikan pertanda bahwa disekitar daerah antara
anta tersebut
terjadi Cold front.

5.2.2.1 Hujan Pada Cold Fronts


Gambar berikut ini merupakan rangkaian kejadian dari hujan yang terjadi yang mengikuti
Cold front apabila dilihat secara sayatan melintang. Massa air yang berwarna biru di
sebelah kiri mewakili massa udara yang dingin dibelakang cold front (garis biru tebal)
sedangkan disebelah kannannya yang bewarna kuning adalah massa air yang lebih hangat
.

Gambar 20 Hujan pada Cold fronts

Saat front ini berkembang, massa audara yang lebih dingin mengangkat massa udara
yang lebih hangat (panah keatas). Udara yang mendingin dan naik ke atas serta
mengalami kondensasii untuk menghasikan awan dan hujan di sepanjang daerah di depan
Cold front. Berbeda dengan engangkatan pada kejadian warm front , gerakan ke atas dan
ke depan sepanjang Cold front secara khusus lebih dasyat, menghasilkan awan yang lebih
tebat dan dengan intensitas kejadian siraman yang lebih sering serta terjadinya
Tunderstorm. Meskipun demikian, kejadian ini biasanya bergerak dengan cepat di wilayah
sekitar front bagian depan

34
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

5.2.2.2 Mencari Cold Fronts menggunakan data arah angin

Cold front tidak bisa selalu hanya diidentifikasi dengan cara menganalisis suhu
saja, factor lain perlu juga diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Sebagai
contoh, berikut ini adalah peta cuaca permukaan dengan menganalisis Pusat
tekanan rendah(low pressure center)” Red L” dan assosiasinya dengan Cold front
(garis biru) dan juga warm front (garis merah). Angka yang terdapat dalam peta
yang dimaksud adalah merupakan hasil pengukuran suhu permukaan dan symbol
yanga ada adalah Simbol angina, yang ngandung informasi arah dan kecepatan
angin.

Gambar 21 Identifikasi cold fronts berdasarkan data angin

Pada saat peta ini dibuat, suhu di bagian depan Cold front adalah sekitar 50,
sedagkan di belakang front suhu sedikit lebih hangat yaitu sekitar 50. Meskipun
demikian, perhatikan perubahan arah angina yang terjadi( yang terlihat melalui
symbol angin) dari satu sisi front ke sisi yang lain. Angin yang berada di depan
Warm front arahnya secara umum dari selatan sampai barat daya, tetapi ketika di
belakang front angin telah mengalami pembelokan dan berubah bertiup dari barat.
Perubahan arah angin yang mendadak merupakan indikator kunci bawa saat itu
terjadi Cold front.
Perubahan arah angin yang mendadak secara umum diamati sebagai
lintasan dari Cold front . Sebelum fronr tiba, angin yang berada di bagian depan
front (pada massa air yang lebih dingin) secara khas bertiup dari barat daya,
tetapi ketika melewati front maka angina berubah arahnya bertium dari selatan ke
barat sampai barat laut..

35
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 22 perubahan arah angin yang mendadak dalam Cold front

Karakteristik atau sifat sifat yang berkaitan dengan Cold front terangkum dalam Tabel
berikut ini :

Tabel 3 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts

Before passing While Passing After Passing

Winds south-southwest gusty; shifting west-northwest

Temperature warm sudden drop steadily dropping


Pressure falling steadily minimum, then sharp rising steadily
rise
Clouds increasing: Ci, Cs Cb Cu
and Cb
Precipitation short period of heavy rains, showers then
showers sometimes with hail, clearing
thunder and lightning
Visibility fair to poor in haze poor, followed by good, except in
improving showers
Dew Point high; remains sharp drop lowering
steady
Sumber : Ahrens, (1994)

36
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

5.2.3 Warm Fronts


Warm front didefinisikan sebagai zona peralihan dimana massa udara yang hangat
menggantikan massa udara yang lebih dingin. Warm front secara umum bergerak dari
barat laut kearah timur laut. Massa udara yang berada di belakang warm front lebih
hangat dan lebih lembab dari pada massa udara yang terdapat di depan warm front.
Ketika warm front melewati suatu massa udara, udara dapat dirasakan menjadi lebih
hangat dan lebih lembab daripada sebelumnya.

Gambar 23 Simbol Warm fronts

Secara simbolis, warm front di gambarkan sebagai garis tebal dengan bangun
semilingkaran disepanjang garis tersebut yang menunjuk kearah massa uadar yang lebih
dingin dan sesuai dengan arahpergerakan front ini. Pada peta cuaca yang berwarana,
warm front digambarkan berupa garis tebal yang berwarna merah.

Gambar 24 Simbol warm fronts pada peta cuaca

Terdapat ciri khusus yaitu perubahan suhu udara yang khas antar sisi front ini. Pada peta
suhu permukaan berikut ini, stasiun pengamatan di sebelah utara front melaporkan
bahwa suhu di daerah tersebut adalah 53 F, tetapi dapat dilihat bahwa di daeah yang
jaraknya dekat dengan lokasi ini suhu berupah naik drastic menjadi 71 F. Perbedaan suhu
yang drastic pad daerah yang dekat merupakan pertanda bagus yang menandakan

37
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
adanya warm front disuatu wilayah diantara daerah tersebut.

Gambar 25 Perbedaan suhu yang drastic pada Warm fronts

5.2.3.1 Mencari Warm Front menggunakan arah angin


Warm front tidak selalu hanya bisa diidentifikasi dengan cara menganalisis
suhu saja, factor lain perlu juga diperhatikan sebagai bahan pertimbangan.
Sebagai contoh, berikut ini adalah peta cuaca permukaan dengan menganalisis
Pusat tekanan rendah(low pressure center)” Red L” dan assosiasinya dengan Cold
front (garis biru) dan juga warm front (garis merah). Angka yang terdapat dalam
peta yang dimaksud adalah merupakan hasil pengukuran suhu permukaan dan
symbol yanga ada adalah Simbol angina, yang ngandung informasi arah dan
kecepatan angin.

Gambar 26 identifikas warm fronts berdasarkan data angin

Pada saat peta ini dibuat, suhu di bagian depan warm front adalah sekitar
40, sedagkan di belakang front suhu sedikit lebih hangat yaitu sekitar 50.
38
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Meskipun demikian, perhatikan perubahan arah angina yang terjadi( yang terlihat
melalui symbol angin) dari satu sisi front ke sisi yang lain. Angin yang berada di
depan Warm front arahnya secara umum dari timur, tetapi ketika di belakang front
angin telah mengalami pembelokan dan berubah bertiup dari selatan. Perubahan
arah angin yang mendadak merupakan indikator kunci bawa saat itu terjadi Warm
front.
Perubahan arah angin yang mendadak secara umum diamati sebagai
lintasan dari warm front . Sebelum fronr tiba, angin yang berada di bagian depan
front (pada massa air yang lebih dingin) secara khas bertiup dari timur, tetapi
ketika melewati front maka angina berubah arahnya bertium dari selatan ke utara.

Gambar 27 Perubahan gejala angin pada warm fronts

Karakteristik atau sifat sifat yang berkaitan dengan Cold front terangkum dalam Tabel 4
berikut ini :

Tabel 4 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts


Before Passing While Passing After Passing
Winds south-southeast variable south-southwest
Temperature cool-cold, slow steady rise warmer, then steady
warming
Pressure usually falling leveling off slight rise, followed
by fall
Clouds in this order: Ci, Cs, As, stratus-type clearing with
Ns, St, and fog; scattered Sc;
occasionally Cb in occasionally Cb in
summer summer
Precipitation light-to-moderate rain, drizzle or none usually none,
snow, sleet, or drizzle sometimes light rain
or showers
Visibility poor poor, but fair in haze
improving
Dew Point steady rise steady rise, then steady
Sumber : Ahrens, (1994)
39
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

5.2.3.2 Presipitasi
ipitasi sepanjang warm front
Gambar dibawah ini adalah gambaran proses teradinya hujan sebagai akibat
dari warm front jika dilihat secara melintang. Wilayah sebelah kanan yang
berwarna biru mewakili massa air yang lebih dingin, sedangkan yang disebelah kiri
yaitu yang berwarna kuning mewakili willayah yang memilii massa udara yang
lebih hangat.

Gambar 28 Presipitasi sepanjang warm fronts

Massa udara yang panas naik keatas setelah berhadapan dengan massa
udara yang lebih dingin, proses naiknya massa udar ini mengakibatkan
trbentuknya awan karena proses pendinginan dari massa udara yang naik
tersebut. Kemudian juga akan terbentuk hujan atau salju. Hujan dan salju ini
biasanya sangat kecil/ tidak lebat karena proses pengangkatan massa air yang
berada di depan warm front terjadi secara lambat dan bertahap.

40
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

5.2.4 Occluded Fronts


Siklon yang berkembang biasanya secara khas didahului dengan terjadinya warm front
dan pergerakan Cold front yang cepat. Bagian utara dari warm front adalah massa udara
dingin yang berada di wilayah tersebut sebelum badai datang ke daerah itu.

Saat badai terjadi intensif, Cold front berputar di sekeliling badai dan menangkap
warm front . Front yeng terbentuk melalui proses ini disebut occluded front. Secara
simbolis occluded front di gambarkan oleh garis tebal dengan disertai lingkaran dan
segitiga yang menunjuk kearah pergerakan front. Dalam peta cuaca yang berwarna,
occluded front digambarkan dengan garis tebal berwarna ungu.

Gambar 29 Simbol Occluded fronts

Kharakterisitik beberapa kaejadian yang berkaitan dengan Oclluded front terdapat


pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Karakteristik atau kondisi cuaca pada Cold fronts

Before Passing While Passing After Passing

Winds southeast-south variable west to northwest


Temperature
Cold-Type cold-cool dropping colder
Warm-Type cold rising milder
Pressure usually falling low point usually rising

Clouds in order: Ci, Cs, As, Ns, sometimes Tcu Ns, As or scattered Cu
Ns and Cb
Precipitation light, moderate or light, moderate or light-to-moderate
heavy precipitation heavy continuous precipitation followed
precipitation or by general clearing
showers
Visibility poor in precipitation poor in precipitation improving

Dew Point steady usually slight drop, slight drop, although


especially if cold- may rise a bit if warm-
occluded occluded
41
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Bayong Tjasyono.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi +
9. Diskusikan pengaruh fronts terhadap Kondisi cuaca di laut
10. Diskusikan jenis jenis front yang kemungkinan paling banyak di
indonesia.

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


13.Sebutkan pengertian Front
14.Sebutkan jenis jenis Front ?
15.Bagaimanakah mengidentifikasi front berdasarkan data suhu, angin,
dan kelembapan?
16.Jelaskan Pengaruh cold front terhadap cuaca/presipitasi ?

42
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Angin
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
@ub.ac.id

6.1 Definisi Angin 6.3.1 Pengukuran angin di darat


6.2 Gaya Coriolis 6.3.2 Pengukuran angin di Laut MODUL
6.3. Pengukuran Kecepatan Angin

A. Nama Pokok Bahasan : Angin

B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


muka
06

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang gaya penggerak angin
dan pengukuran angin baik di darat maupun di laut
C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami definisi Angin
• Memahami tata cara pengukuran angin di darat
• Memahami pendugaan angin di laut

43
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

6 Angin
6.1 Definisi Angin
Angin didefinisan sebagai gerakan mendatar (Horizontal) massa udara melintasi
permukaan Bumi. Angin terbentuk karena adanya perbedaan tekanan udara ((Pressure
gradient force, gambar 30).

Gambar 30 Pressure gradient force

Gradien tekanan merupakan gaya yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.sehingga angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Gambar 6.2

Gambar 31 Arah gerakan angin

6.2 Gaya Coriolis


Saat udara bergerak sebagai akibat adanya Grradien tekanan, maka arahnya tidak selalu
terus menerus sama tetapi di belokkak oleh adanya gaya coriolis yang dibangkitkan oleh
rotasi bumi. Udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah di belahan bumi
utara dibelokkan oleh gaya coriolis ke arah kanan, sedangkan di belahan bumi bagian
selatan dibelokkan ke arah kiri (gambar 32).

Besarnya pembelokan arah angin dipengaruhi oleh kecepatan angin bergerak dan posisi
lintangnya. Sehingga angin yang bergerak
bergerak lambat akan dibelokkan dalam arah yang
kecil,sedangakn angin yang bergerak cepat akan dibelokkan lebih besar. Demikian juga
angin yang berada di lintang tinggi (dekat kutub) pembelokannya akan lebih besar daripada
angin yang berada di dekat khatulistiwa.
khatulistiwa. Sedangkan pada kathulistiwa gaya coriolis adalah
nol atau tidak ada gaya coriolis.

44
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 32 Pembelokan angin oleh Gaya Coriolis

6.2 Pengukuran Kecepatan angin

6.2.1 Pengukuran kecepatan dan arah angin di daratan


Pengamatan kecepatan dan arah angin di daratan secara standart dilakukan pada
ketinggian 10 meter dari permukaan tanah. Arah angin diamati dengan menggunakan Wind
vane sedangkan kecepatannya diukur dengan menggunakan anemometer. Data hasil
pengukuran kecepatan angin pada ketinggian 10 dari permukaan tanah ini sering digunakan
sebagai data awal untuk memprediksikan tinggi gelombang laut.

Kecepan angin di darat selain di dapatkan dari hasil pengukuran dengan anemometer juga dapat
ditentukan dengan menggunakan perkiraan yang didasarkan pada kondisi angin yaitu dengan
menggunakan skala Beaufort.

6.2.2 Pengukuran kecepatan dan arah angin di laut


Di laut angin di amati dari kapal, oleh karena itu untuk menentukan arah dan kecepatannya
lebih rumit daripada mengukur di darat karena kapal yang digunakan tentunya juga bergerak.
Angin yang sebenrnya diturunkan menggunakan segitiga vektor (gambar 33)

Gambar 33 Segitiga Vektor Angin pada pengukuran di kapal

45
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Pada gambar 33 diatas panjang garis masing-masing sisi segitiga menggambarkan
kecepatanya. Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa angin yang diukur oleh kapal terdiri
dari tiga komponen, yaitu angin akibat kapal bergerak, angin nisbi, dan angin sebenarnya.

Selain menggunakan anemoter yang dipasang di kapal, kecepatan angin juga juga bisa
diperkirakan dengan cara melihat kondisi lautan di sekitar kapal. Yaitu dengan menggunakan
skala yang disebut dengan Skala Beaufort.(Tabel 6) Skala ini terdiri atas angka 0-12 yang
mewakili kondisi lautan.

Tabel 6 Skala Beaufort untuk memperkirakan kecepatan angin di laut

BEAUFORT SCALE
DEGREE mts/sec Knots Km/h DEFINITION
0 0 - 0,2 >0 - 1 0-2 Calm.
1 0,3 - 1,5 1-3 2-6 Light air.
2 1,6 - 1,3 4-6 7 - 11 Light breeze.
3 3,4 - 5,4 7 - 10 12- 29 Gentle breeze.
4 5,5 -7,9 11 -16 20 - 29 Moderate breeze.
5 8,0 - 10,7 17 - 21 30 - 39 Fresh breeze.
6 10,8 - 13,8 22 - 27 40 - 50 Strong breeze.
7 13,9 - 17,1 28 - 33 51 - 61 Near gale.
8 17,2 - 20,7 34 - 40 62 - 74 Gale.
9 20,8 - 24,4 41 - 47 75 - 87 Strong gale.
10 24,5 - 28,4 48 - 55 88 - 101 Storm.
11 28,5 - 32,6 56 - 63 102 - 117 Violent storm.
12 >32,7 >64 >118 Hurricane.

46
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 34a Force 0 Gambar 34b Force 1

Gambar 34c Force 2 Gambar 34d Force 3

Gambar 34e Force 4 Gambar 34f Force 5

47
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 34g Force 6 Gambar 34h Force 7

Gambar 6.13 Force 8


Gambar 34i Force 9

Gambar 34j Force 10 Gambar 34k Force 11

Gambar 34 Skala Beaufort

48
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Bayong Tjasyono.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.
Laevastu, Taivo.1993. Marine Climate, Weather and Fisheries : The Effect of
Weather and Climatic Changes On Fisheries and Ocean
Recources.Blackwell Publisher. Berlin.204p.
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
11. Deskripsikan tata cara pengukuran angin di laut

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


17.Jelaskan pengaruh gaya coriolis terhadap angin
18.Sebutkan dan jelaskan Skala Beaufort yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi angin dan gelombang laut pada saat anda
praktikum di laut nanti.

49
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Awan
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
@ub.ac.id

7 Klasifikasi Awan
7.1 Awan Tinggi /High level Clouds
7.4 Vertical developed Clouds
7.5 Tipe awan lainnya
MODUL
7.2 Awan menengah/ Mid-level Clouds
7.3. Awan rendah/Low-level Clouds

A. Nama Pokok Bahasan : Awan

B. Deskripsi Singkat
07
Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.
muka

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


Pada sub bahasan ini akan dipelajari tentang jenis jenis awan dan
sifat sifatnya serta pengaruhnya terhadap cuaca.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Mengetahui klasifikasi awan
• Membedakan jenis awan yang ada di langit
• Mengetahui pengaruh jenis awan tertentu terhadap cuaca

50
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

7 Awan
Awan diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi yang menggunakan bahasa latin untuk
mendeskripsikan tampilan awan di langit yang dilihat oleh pengamat. Tabel berikut ini
menyimpulkan 4 komponen pokok dalam sistem klasifikasi (ahrens,1994)

Tabel 7 Sebutan bahasa latin bagi awan

Bhs Latin Terjemahan Contoh

Cumulus Tumpukan Fair weather cumulus

Stratus Lapisan Altostratus

Cirrus Keriting seperti rambut Cirrus

Nimbus Hujan Cumolonimbus

Klasifikasi yang lebih modern menggunakan ketinggian dasar awan untuk


mengklasifikasikannya.Sebagai contoh, nama awan yang memiliki awalan ”Cirr” seperti
pada awan Cirrus, adalah awan yg terletek pada lapisan langit yang tinggi. Sedangkan
awan yang namanya memiliki awalan ”Alto”, seperti pada Altostratus, meru[akan awan
yang terletak pada level ketinggian yang sedang. Bab ini akan membahas beberapa
kelompok type awan. Kelompok ke 1 sampai 3 dikelompokkan berdasarkan ketinggian
dasarnya terhadap permukaan tanah. Kelompok yang ke empat di bedakan berdasarkan
proses pembentukannya yaitu terjadi akibat naikknya massa udara, sedangkan
kelompok terakhir merupakan kelompok sendiri yang tidak termasuk keduanya.

Pengelompokanya adalah sebagai berikut :

1. High-Level Clouds (awan Tinggi)


Cirrus. Cirostratus

2. Mid-Level Clouds (awan menengah)


Altocumulus,Altostratus

3. Low-Level Clouds (awan rendah)


Nimbostratus, Stratucumulus

4. Cloud with Vertical Development (awan akibat massa udara naik)


Fair weather cumulus. Cumulonimbus

5. Type awan lainnya


Contrails, Billow clouds, Mammatus, Orographic clouds, dan awan Pileus.

51
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

7.1 High Level Clouds


Awan tingkat tinggi terbentuk pada ketingiian diatas 6000 meter (20.000 Feet). Pada
ketinggian ini suhu udara sangatlah dingin, oleh karena itu awan jenis ini tersusun atas
kristal-kristal es. Awan tinggi biasanya nampak sanagt kecil dan berwarna putih,
meskipun demikian awan ini dapat terlihat sangat indah dengan warna-warna yang
menakjubkan ketika disinari matahari saat matahari berada pada posisi rendah di
horizon.

a.Cirrus

Bentuk umum awan tingkat tinggi adalah kecil dan selalu tampak seperti seutas tali
atau rambut yang melambai. Terdapat hanya pada ketinggian lebih dari 6000 meter.
Awan Cirrus tersusun dari Kristal-kristal es yang bersumber dari pembekuan dari titik-
titik air yang sangat dingin. Cirrus umumnya terbentuk pada cuaca yang bagus dan
menunjuk atau mengarah pada arah angin pada ketinggian tersebut.

Gambar 35 Awan Cirrus

b. Cirrostratus

Cirrostratus nampak seperti lembaran,tersusun atas kristal-kristal es.Meskipun


cirrostratus dapat menutupi seluruh langit dan dapat membentang ribuan meter,mereka
tidak membuat sinar matahari atau bulan tertutup karena awan ini relatif transparan.
Awan tingkat tinggi ini secara khusus terbentuk ketika lapisan udaya yang luas
terangkat oleh convergensi yang skala besar.

52
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Gambar 36 Awan Cirrostratus

7.2. Mid-Level Clouds


Awan menengah terbentuk pada ketinggian 2000 -6000 meter. Awan jenis ini
tersusun dengan komposisi utama i titik-titik air ,meskipun demikian awan ini kadang
juga tersusun dari kristal-kristal es , terutama saat suhunya cukup dingin.

a. Altocumulus

Altocumulus bias terlihat seperti pita yang sejajar atau seperti massa yang bulat-
bulat. Bagian khusus dari awan ini adalah adanya bayangan, cirri khas yang membuat
awan ini berbeda dari awan tinggi cirrocumulus. Altocumulus biasanya terbentuk melalui
Convection pada lapisan udara yang tidak stabil, yang bias terjadi sebagai akibat dari
pengangkatan massa udara yang bertahap pada Cold Front tingkat lanjut. Keberadaan
altocumulus pada pagi yang hangat dan lembab biasanya diikuti kemudian oleh hujan
angina rebut yang disertai oleh petir (Thunderstorm).

Gambar 37 Awan Altocumulus

7.3 Low level Clouds


Awan tingkat rendah hamper seluruhnya tersusun dari titik-titik air yang secara
umum terbentuk pada ketinggian dibawah 2000meter.Meskipun begitu, ketika
temperature berubah menjadi cukup dingin, awan ini juga berisi partikel es dan salju.

a. Nimbostratus

Nimbostratus dapat dikenali dengan mudah karena terlihat gelap. Awan rendah ini
disuspenyusun utamanya adalah titik-titik air. ketinggian terendah dasar awan ini
kurang dari 2000meter. Awan ini biasanya mangakibatkan hujan yang lebat.

53
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 38 Awan rendah Nimbostratus

b. Stratocumulus

Stratocumulus secara umum terlihat pada ketinggian yang rendah,nampak seperti


lapisan yang kasar yang kadang-kadang diikuti oleh hujan yang tidak begitu lebat.
Stratocumulus warnanya sangat beragam dari abu-abu gelap samapi abu-abu cerah dan
kadang-kadang nampak seperti massa udara yang bulat,dan berguling-guling yang
dipisahkan oleh langit yang cerah diantara kedua awan stratocumulus.

Gambar 39 Awan Stratocumulus

7.4. Vertically Developed Clouds

Salah satu jenis wawan ini yang paling terkenal adalah awan cumulus. Terbentuk
secara umum dalam Konveksi termal atau Pengangkatan Frontal(frontal Lifting), awan
jenis ini dapat berkembang mencapai ketinggian lebih dari 12.000meter. Pada proses ini
awan melepaskan energi yang sangat besar melalui proses kondensai dari uap air dalam
massa awan tersebut.

54
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 40 Contoh Vertically Developed Clouds

a. Fair Weather Cumulus

Fair Weather Cumulus nampak seperti kapas yang mengambang di langit dan akan
terlihat selama 5-40 menit. Awan ini terkenal dengan dasarnya yang datar dan
tepiluarnya yang sangat berbeda.Fair Weather Cumulus hanya nampak berkembang
kecil ke atas, dengan puncaknya yang dapat membedakan dengan langit sekitar.

Awan ini dapat dijadikan informasi bahwa cuaca dalam keadaan bagus, namun
demikian kadang karena proses pembentukannya yang terlambat, Fair Weather
cumulus dapat berkembang menjadi awan Cumolonimbus yang seringkali dikaitkan
dengan Hujan lebat yang disertai dengan angina dan kilat yang sangat dasyat.

Gambar 41 Awan Fair Weather Cumulus

Fair weather cumulus dipenuhi oleh gelembung udara yang terapung-apung yang
naik dari permukaan bumu. Saat gelembung ini naik, uap air yang dingin dan
terkondensai membentuk tetes-tetes awan. Awan fair weather cumulus yang masih
muda memiliki tepi yang sangat tajam, sedangkan dasar awan ini memiliki umur yang
lebih tua terlihat lebih kasar, sebagai bukti bahwa awan mengalami erosi.
Penguapan(evaporasi) sepanjang tepian awan ini mendinginkan udara di sekelilingnya,
membuatnya lebih ringan dan mengakibatkan gerakan menurun (sinking) di sisi luar
awan ini.

55
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

b. Cumolonimbus

Awan Cumolonimbus (Cb) nampak lebih besar dan lebih berkembang keatas
daripada Fair weather cumulus. Awan ini dapat bertahan menjulang tinggi keatas
sendirian atau membentuk garis sepertti menara yang disebut squall line.
Cumulonimbus dapat mudah mencapai ketinggian 12.000 meter atau lebih karena
memiliki kecepatan naik yang luarbiasa yang kadang-kadang melebihi 50 knots.

Gambar 42 Awan Cumulonimbus

Tingkatan terendah awan cumulonimbus hamper seluruhnya tersusun atas tetes-


tetes air. Sedangkan jika terbentuk pada elevasi yang tinggi sehingga suhunya turun
menjadi dibawah 0 C, maka awan ini didominasi oleh kristal-kristak es. Dalam kondisi
yang menguntungkan awan ini dapat dengan cepat berkembang menjadi
Cumuloniimbus yang sangat besar.dan sangat memungkinkan akan terjadi Hujan deras
disertai dengan badai yang sangat kuat (powerfull Thunderstorm)yang terkenal dg
istilah Supercell.

7.5 Jenis awan lainnya


a. Contrails.

Contrail , yang juga terkenal sebagai Condensation Trail . Nampak bagai awan
Cirrus-seperti uap air yang terkondensasi yang biasanya terlihat seperti ekor layang-
layang. Contrail dihasilkan pada lokasi yang sangat tinggi ketika suhu dingin yang
sanngat ekstrim membekukan tetesan air sesaat sebelum tetesan air itu menguap.

56
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 43 Contrails

Contrail terbentuk melalui suntikan uap air ke dalam atmosfer oleh system
pembuangan mesin jet pesawat terbang. Jika udara disekelilingnya merupakan udara
yang cukup dingin maka akan tercapai kondisi jenuh sehingga kristal-kristal es
terbentuk dan menghasilkan contrail.

b.Billow Clouds

Awan jenis Billow terbentuk dari ketidakstabilan yang berhubungan dengan aliran
udara yang ditandai dengan pemotongan vertical stratifikasi suhu yang lemah. Istilah
lazim untuk ketidakstabilan ini adalah Kelvin-Helmhotz instability. Ketidakstabilan ini
selalu terlihat berupa barisan pusaran awan yang mendatar yang lurus dengan lapisan
pemotong vertical.

Gambar 44 Billow Clouds

c. Mammatus

Mammatus merupakan struktur awan yang terlihat seperti kantong-kantong dan


sesekali terlihat sangat tidak menyenangkan.Awan jenis ini sebenarnya tidak berbahaya
dan jangan menganggapnya seperti tornado yang akan terbentuk. Kenyataanya
mammatus biasanya terlihat setelah hujan badai tlah berlalu.

57
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 45 Awan Mamatus

d. Awan Orografis

Awan orografis adalah awan yang terbentuk sebagai respon terhadap gaya yang
mengangkat udara keatas sebagai akibat dari bentuk permukaan buami, seperti pada
Gunung.

Gambar 46 Awan Orografis

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.

58
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
12. Sebutkan jenis awan yang ada pada saat kuliah berlangsung!
13. Jelaskan sifat sifat dan gejala cuaca yang kemungkinan akan terjadi
sebagai akibat adanya awan tersebut?

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


19. Sebutkan klasifikasi awan!
20. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis awan yang berpotensi menjadi
hujan yang disertai dengan petir dan Guntur!

59
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Presipitasi / Hujan
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
Fuad_maz

8. Bentuk Presipitasi 8.3. Sleet


8.1 Hujan dan Hujan Es MODUL
8.2 Hujan Beku

A. Nama Pokok Bahasan : Presipitasi/Hujan

B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 1 kali tatap muka.


08

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tentang bentuk bentuk
presipitasi/ hujan yang kemungkinan terjadi berdasarkan kondisi
atmosfer dan awan.
C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami jenis jenis Presipitasi
• Memahami proses terbentuknya hujan

60
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

8. Presipitasi / Hujan
Saat partikel-partikel awan menjadi terlalu berat sehingga tidak mampu untuk
bertahan di atmosfer,maka akan jatuh ke bumi sebagai hujan. Hujan dapat terjadi
dalam berbagai bentuk yang bervariasi antara lain;
- Gerimis (Drizzle),diameter tetesnya 200 – 500 mikron
- Hujan air (Rain,atau kita sebut hujan saja),dengan diameter tetes
>500mikron.
- Hujan es (hail),
- Hujan bercapur es dan salju(sleet),
- Hujan air beku (freezing rain), dan
- Salju(snow).

8.1 Hujan dan Hujan Es


Hujan terbentuk ketika titik titik awan yang sedang berkembang menjadi semakin
berat dan tidak mampu untuk terus bertahan di dalamnya,sehingga akibatnya akan
jatuh ke bumi sebagai hujan.Hujan dapat bermula dari kristal es yang saling
berhubungan dengan yang lainnya. Kemudian saat jatuh menuju permukaan Bumi,
kristal es tadi akan mencair karena pengaruh naiknya suhu lapisan atmosfer yang
dilewatinya sehingga menjadi tetesan air hujan.

Hujan es terbentuk oleh badai angin yang disertai oleh kilat (thunder storm),
dimana hujan dan hujan es dapat bersama-sama berada dalam pusat angin yang
bergerak keatas. Saat kepingan es/salju jatuh, air yang awalnya mencair menjadi
membeku dan membentuk butiran-butiran kecil es yang akan terus membesar dan
semakin banyak jumlahnya. Ketika butiran es tadi mencapi dasar awan, tidak
semuanya jatuh ke permukaan Bumi tetapi ada yang terangkat kembali keatas oleh
angin yang membawanya kembali ke pusat badai.

Gambar 47 Hujan Es

61
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Sedangkan butiran es yang jatuh ke bawahi, akan melewati beberapa lapisan yang
akan menambah butiran es tersebut semakin besar. Bongkahan kecil es akan sampai
ke permukaan Bumi dalam wujud es selama dalam perjalanan jatuh ke bumi tidak
melewati lapisan yang lebih hangat di bawahnya yang memnyebabkan es tersebut
akan mencair.

8.2 Hujan Beku


Badai es merupakan salah satu fenomena alam yang mengakibatkan banyak
kerugian. Badai es adalah hasil dari akumulasi hujan beku, dimana air akan menjadi
sangat dingin sekali dan membeku karena bertumbukan dengan permukaan yang
dingin. Hujan beku biasanya terjadi di bagian sisi yang dingin dari warm front (Gambar
48) dimana suhu permukaan dibawah titik nol.

Gambar 48 Freezing rain pada sisi warm front yang dingin

Diagram 49 berikut memperlihatkan profil suhu yang khas, garis kurva naik adalah
suhu udara pada ketinggian tertentu, sedangkan garis lurus vertikal yang berada
ditengah diagram adalah garis titik beku.Suhu kearah kiri menuju arah beku,
sedangkan suhu yang kerah kanan adalah diatas titik beku.

62
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Gambar 49 Profil suhu pada Freezing Rain

8.3 Sleet
Sleet merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari freezing rain. Sleet di
definisikan sebagai tetes hujan yang beku yang jatuh terpental saat menghantam
permukaaan tanah maupun permukaan lainnya.. Sleet terletak pada sisi yang dingin
dari jalur freezing rain.(Gambar 50) Pada sisi depan Warm front suhu terus menerus
bertambah dingin dan Freezing rain secara bertahap berubah menjadi sleet.

Gambar 50 Lokasi Sleet pada warm front

Sleet lebih umum terjadi daripada hujan beku. Gambar 51 berikut memperlihatkan
profil suhu yang khas, garis kurva naik adalah suhu udara pada ketinggian tertentu,
sedangkan garis lurus vertikal yang berada ditengah diagram adalah garis titik
beku.Suhu kearah kiri menuju arah beku, sedangkan suhu yang kerah kanan adalah
diatas titik beku.

63
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Gambar 51 Profil suhu pada Sleet

Sleet lebih sulit di perkirakan daripada Freezing Rain karena terbentuk pada kondisi
atmosfer tertentu. Meskipun akibat dari Sleet hampir sama dengan freezin rain, yaitu
menyebabkan permukaan menjadi sangat licin, namun keduanya berbeda karena sleet
mudah dilihat dan dikenali keberadaannya.

Gambar 52 Model sederhana proses pembentukan sleet

Referensi
Anonim.1999. Meteorology ,The On Line Guides. University Of Ilinois.USA.
http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/home.rxml
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
14. Diskusikan mengapa di Indonesia jarang terjadi hujan ES

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


21. Jelaskan proses terbentuknya hujan
22. Sebutkan perbedaan antara hujan gerimis dan Hujan!
64
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT:
Metode Observasi Cuaca
M. Arif Zainul Fuad, M.Sc.
Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : Fuad_maz@ub.ac.id
Fuad_maz

9. Metode Observasi Cuaca


9.1 Jenis Stasiun Meteorologi
8.3. Berita Sinop dan Kode Cuaca
MODUL
9.2 Observasi meteorologi

A. Nama Pokok Bahasan : Metode Observasi Cuaca

B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 2 (dua) kali tatap muka.


09
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION
Pada sub bahasan ini akan dijelaskan tata cara dalam rangka metode
observasi cuaca dan penyusunan kode cuaca sinoptik.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami jenis jenis Stasiun Meteorologi
• Memahami jenis/tipe observasi meteorology
• Mengetahui berita sinop dan Kode cuaca

65
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

9 Metode Observasi Cuaca


9.1 Stasiun Meteorologi
Stasiun meteorologi dibangun untuk pengukuran satu atau beberapa elemen
meteorologi. Stasiun observasi meteorologi dapat diklasifikasikan menjadi :

a) Stasiun optik darat dan laut yang dapat dibagi lagi menjadi stasiun observasi
permukaan dan stasiun observasi udara atas, misalnya pilot balon, radio-sonde,
radio-wind atau rawinsonde. Stasiun sinoptik mempunyai fungsi utama
menyediakan data untuk servis peramalan serta untuk tujuan penerbangan.

b) Stasiun klimatologi terdiri dari stasiun hujan atau stasiun untuk tujuan khusus.
Stasiun ini dilakukan oleh observer volunter yang observasinya dilakukan harian.

c) Stasiun agrometeorologi yang diperlukan untuk penelitian operasional pada kerja


alapng, terutama oleh instansi pertanian, perikanan dan pangan. Stasiun ini dapat
melakukan observasi klimatologi.

d) Stasiun meteorologi aeronautik yang dilakukan dalam dunia penerbangan untuk


lepas landas serta malandas pesawat dan untuk keselamatan selama penerbagan.

e) Stasiun meteorologi khusus didirikan untuk observasi gejala cuaca khusus, misalnya
deteksi awan dan hidrometeor dengan radar meteorologi, pengukuran radiasi,
mikroklimatologi, kimia atmosfer, dan kistrik atmosfer (stasiun ionosfer) dan
sebagainya.

Jaringan stasiun observasi meteorologi disesuaikan dengan ketentuan OMD


(Organisasi Meteorologi Dunia) yaitu untuk stasiun sinoptik atau klimatologi di darat
sebaiknya berjarak satu sama lainnya 150 km atau kurang dan untuk stasiun udara
atas di darat berjarak maksimum 300 km. Diharapkan jaringan observasi dilengkapi
dengan stasiun otomatik jika memungkinkan.

9.2 Observasi Meteorologi


Data meteorologi diperoleh dengan melakukan observasi unsur-unsur meteorologi.
Dalam meteorologi ada dua macam observasi :

1. Observasi visual (sensory observation) yaitu observasi tanpa memakai alat


pengukur melainkan berdasarkan pengalaman saja. Observasi ini dilakukan secara
langsung dengan panca indera terutama dengan mata, misalnya observasi jumlah
dan jenis awan.

2. Observasi instrumental (instrumental observation) yaitu observasi yang dilakukan


dengan bantuan alat pengukur yang harus dipasang menurut aturan baku, misalnya
observasi temperatur udara dengan termometer, tekanan udara dengan barometer,
observasi udara atas dengan radiosonde, dan sebagainya.

66
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Hasil sebuah observasi meteorologi adalah nilai numerik parameter meteorologi (hasil
kuantitatif) atau deskriptif dan klasifikasi suatu gejala cuaca (hasil kualitatif).

Beberapa jenis observasi, diantaranya :

a) Observasi sinoptik

Unsur-unsur meteorologi yang diamati pada jaringan stasiun sinoptik adalah :

 Cuaca pada waktu observasi dan waktu sebelumnya


 Arah dan kecepatan angin
 Jumlah, jenis dan ketinggian dasar awan
 Visibilitas
 Temperatur udara
 Kelembapan udara
 Tekanan atmosfer

Untuk stasiun sinoptik di darat, unsur-unsur meteorologi yang sering diamati antara
lain :

 Karakteristik dan tendensi tekanan


 Temperatur udara maksimum dan minimum (temperatur ekstrim)
 Jumlah presipitasi
 Arah gerak awan
 Gejala cuaca khusus

Untuk stasiunsinoptik di laut, tambahan onservasi yang sering diamati antara lain :

 Arah dan kecepatan kapal


 Temperatur air laut
 Arah penjalaran gelombang, periode dan tinggi gelombang
 Gejala khusus

b) Observasi meteorologi pertanian


Program observasi pada stasiun agrometeorologi termasuk observasi lingkungan
fisis, seperti :

 Temperatur dan kelembapan udara pada level yang berbeda


 Temperatur tanah
 Kadar air tanah pada berbagai kedalaman
 Hidrometer dan faktor-faktor neraca air (kebasahan)
 Durasi sinar matahari dan radiasi

c) Observasi meteorologi Aeronautik


 Observasi pada stasiun meteorologi penerbangan, selain nsur-unsur
meteorologi seperti pada stasiun sinoptik, juga menyampaikanberita cuaca
khususnya untuk keperluan penerbangan

d) Observasi khusus
Progran observasi pada stasiun khusus bergantung pada tujuan khusus untuk apa

67
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
stasiun tersebut didirikan. Jenis observasi utama pada stasiun khusus adalah :

 Deteksi awan dan hidrometeor dengan menggunakan satelit meteorologi


(radar)
 Mengukur radiasi atau ozon
 Kimia atmosfer
 Listrik atmosfer
 Mikroklimatologi

Dalam hal stasiun khusus untuk pengukuran radiasi, maka program observasi
sebaiknya meliputi :

 Perekaman kontinu radiasi matahari secara global dengan menggunakan


pyranometermaupun satelit meteorologi
 Perekaman reguler radiasi matahari langsung
 Perekaman durasi sinar matahari

e) Observasi dalam penelitian temporer


Observasi situasi meteorologi yang menarik perlu melakukan observasi gejala
cuaca yang sifatnya temporer dengan bantuan radiosone, pesawat pengintai
meteorologi, pengukuran dengan roket, pengukuran dengan radar cuaca, dan
menggunakan citra satelit meteorologi.

Observasi sinoptik permukaan harus dilakukan dalam tempo yang singkat.


Perhitungan yang rinci sebaiknya dilakukan sesudah atau sebelum observasi,
sehingga tidak mengganggu kelancaran observasi. Definisi waktu observasi aktual
adalah :

 Dalam hal observasi sinoptik permukaan, maka waktu observasi aktual


didefinisikan sebagai waktu dimana barometer dibaca,
 Dalam hal observasi udara atas, maka waktu observasi aktual adalah waktu
dimana balon, roket sebenarnya diluncurkan atau waktu dimana pesawat
terbang sebenarnya lepas landas dari permukaan tanah.

Waktu observasi standar adalah waktu universal yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan (resolusi) OMD, sebagai berikut :

1) Waktu observasi permukaan


Waktu observasi sinoptik seharusnya dilakukan pada jam-jam 00.00, 06.00,
12.00 dan 18.00 GMT dengan waktu standar penting (intermediate
observation) pada jam-jam 03.00, 09.00, 15.00 dan 21.00 GMT. Observasi
tekanan atmosfer harus dilakukan tepat pada waktu baku untuk obsevasi
sinoptik permukaan, sedangkanobservasi unsur-unsur meteorologi selain
ekanan atmosfer dapat dilakukan dalam 10 menit lebih awal dari pada waktu
baku.

2) Waktu observasi udara atas


Waktu baku observasi sinoptik udara ats sama dengan waktu sinoptik utama,
yaitu jam 00.00, 06.00, 12.00 dan 18.00 GMT. Jika observasi hanya dilakukan
dua kali sehari maka dapat dilakukan pada jam 00.00 dan 12.00 GMT. Untuk
observasi sinoptik udara atas selain observasi balon pandu (pilot ballon) maka
waktu aktual pelepasan balon harus dilakukan dalam jangka waktu (H-30)
sampai H, dimana H adalah waktu baku. Waktu aktual observasi balon pandu
68
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
dapat bervariasi dan dikaitkan dengan kondisi awan atau sinar matahari agar
diperoleh data angin pada level yang lebih tinggi.

3) Waktu observasi resmi


Waktu observasi resmi adalah waktu-waktu observasi yang ditentukan oleh
kantor atau badan meteorologi suatu negara. Jika suatu negara menentukan
waktu observasi resmi, maka waktu tersebut harus sedekat mungkin dengan
waktu-waktu observasi standar dan harus diberitahukan kepada OMD/WMO
(World Meteorological Organization). Waktu observasi resmi untuk Indonesia
adalah waktu observasi baku sesuai dengan ketentuan OMD. Dalam
meteorologi waktu tengah malam dinyatakan jam 00.00 bukan jam 24.00.

Keterangan :

GMT yaitu waktu buju 00 yang melaui kota Greenwich. GMT merupakan waktu
universal yang ditetapkan oleh WMO. Observasi meteorologi dilakukan pada jam-jam
baku GMT bukan waktu lokal suatu wilayah.

9.3 Berita Sinop dan Kode Cuaca


Hasil observasi meteorologi yang telah diperoleh selanjutnya dikodekan dengan kode
internasional untuk dikirim ke biro meteorologi pusat yang kemudian disebarkan
kembali keseluruh badan meteorologi di dunia. Observasi unsur-unsur meteorologi
dilakukan secara reguler oleh lebih dari 7000 stasiun cuaca dipermukaan bumi dan
beberapa ratus observasi yang dilakukan oleh kapal-kapal angkatan laut serta kapal
penumpang. Bentuk transmisi dan berita sinop berbeda-beda menurut wilayahnya.
Indonesia yang masuk dalam wilayah V mempunyai berita sinop sebagai berikut :

Iiiii Nddff VVwwW PPPTT NhCLhCMCH TdTd9RR (8NsChshs)

Lima digit terakhir yang terletak dalam tanda kurung biasanya tidak penting dan
dapat diabaikan. Sandi cuaca internasional dapat dibaca pada setiap stasiun
meteorologi sinoptik di Indonesia.

Arti dari simbol yang terdapat dalam berita sinop yang terdiri dari lima digit diatas
adalah :

a) Kelompok Iiiii
II : nomor blok. Tipa negara mempunyai satu nomor blok atau lebih. Indonesia
mempunyai dua nomor blok, yaitu Indonesia bagian barat = 96 dan
Indonesia bagian tmur = 97.
iii : nomor stasiun, contoh : 96743 = stasiun meteorologi Jakarta dan 97180 =
stasiun meteorologi Makassar.

b) Kelompok Nddff
N : perawanan atau jumlah awan yang menutupi langit di atas stasiun observasi,
dinyatakan dalam okta (perdelapan)
Contoh : N = 5, berarti 5/8 langit tertutup awan
N = 4, berarti separuh langit tertutup awan
dd : arah angin, contoh : dd = 18 angin selatan
dd = 36 angin utara
69
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
dd = 00 angin tenang
dan seterusnya
ff : kecepatan angin dalam knot
contoh : ff = 22 berarti kecepatan angin 22 knot
ff = 05 berarti kecepatan angin 5 knot
jika kecepatan angin >100 knot, maka ff diberi sandi sebagai kecepatan
angin yang dikurangi 100 knot dan sebaliknya dd ditambah 50

c) Kelompok VVwwW
VV : visibilitas
contoh : VV = 93 berarti visibilitas antara 500 m sampai 1000 m
ww : keadaan cuaca saat observasi
contoh : ww = 90 berarti cuaca buruk
W : cuaca yang lalu (past weather)
contoh : W = 0 berart cerah
W = 4 berarti kabut

d) Kelompok PPPTT
PPP : tekanan udara dalam milibar
contoh : PPP = 201 berarti 1020,1 mb
PPP = 247 berarti 1024,7 mb
TT : temperatur dalam 0F atau 0C yang dibulatkan
contoh : TT = 30 berarti 30 0C
Jika temperatur negatif maka dikodekan sebagai berikut :
Nilai mutlak temperatur ditambah 50
Contoh : TT = -3 0C dikodekan sebagai 53

e) Kelompok Nh CL C M CH
Nh : jumlah awan yang tingginya dinyatakan dengan h dan dinyatakan dalam
perdelapan
Contoh : Nh = 8, berarti 8/8 atau seluruh langit tertutup awan
Nh = 2, berarti seperempat langit tertutup awan
CL : macam awan rendah
Contoh : CL = 5 berarti stratus
CL = x berarti awan tidak dikenal
h : tinggi awan
contoh: h = 3 berarti dasar awan antara 200 – 300 m
CM : macam awan menengah
Contoh : CM = 2 berarti awan nimbrostratus (NS) atau altostratus (As)
tebal
CH : macam awan tinggi
Contoh : CH = 1 berarti awan cirrus

f) Kelompok TdTd9RR
Kelompok ini hanya berlaku di daerah tropis saja, termasuk Indonesia.
TdTd : temperatur titik embun dalam 0F ata 0C
9 : angka pengenal
RR : jumlah hujan dalam 12 jam yang lalu
Contoh : RR = 00 berarti tidak ada hujan (0 mm)
RR = 01 berarti hujan 1 mm
RR = 02 berart hujan 2 mm

70
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

g) Kelompok 8NsChshs
Kelompok ini dipakai untuk memberi kode sifat-sifat khusus pada observasi awan.
8 : angka pengenal
Ns : jumlah perawanan dari awan C
C : jenis awan
hshs : tinggi dasar lapisan awan C
contoh : hshs = 00 berarti tinggi dasar awan dibawah 30 m
hshs = 01 berarti tinggi dasar awan 30 m
hshs = 02 berarti tinggi dasar awan 60 m

Referensi
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.
Bayong Tj.HK,2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosdakarya. Bandung.
231 hal.
Bayong Tj.HK.2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.348 ha.

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
15. Sebutkan jenis jenis stasiun meteorology yang ada di Indonesia
16. Diskusikan fungsi dari stasiun meteorology maritime

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


23.Buatlah kode cuaca sinoptik sesuai dengan standart internasional
24.Sebutkan waktu Waktu pengamatan meteorology di Indonesia

71
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT
Penginderaan Jauh Satelit untuk Lingkungan Atmosfer

Abu Bakar Sambah, M.T.


Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : absambah@ub.ac.id
@ub.ac.id

10 Konsep Dasar penginderaan jauh satelit 10.4Beberapa contoh satelit cuaca


10.1 Dasar-dasar
dasar energi elektromagnetik 10.4.1 TIROS MODUL
10.2 Interaksi Energi dengan 10.4.2 GOES

10
Kenampakan Muka Bumi 10.4.3 NOAA/AVHRR
10.3 Pengelompokan
ngelompokan Satelit Berdasarkan 10.4.4 NIMBUS
Cara Mengorbitnya 10.4.5 MODIS
10.4.6 HCMM
10.4.7 DMSP

A. Nama Pokok Bahasan :


Penginderaan Jauh Satelit untuk Lingkungan Atmosfer

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 2 (dua) kali tatap muka.

Pada sub bahasan ini dijelaskan tentang dasar dasar elektromagnetik


untuk penginderaan jauh, jenis jenis satelit untuk cuaca, dan
fungsinya masing masing.

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami dasar dasar elektromagnetik penginderaan jauh
• Mengetahui jenis jenis satelit cuaca beserta fungsinya
masing masing

72
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

10 Penginderaan Jauh Satelit untuk Lingkungan


Atmosfer
Aplikasi prnginderaan jauh untuk lingkunganatmosfer telah dicirikan oleh arah orientasi
analisis dari volume data satelit meteorologi dalam jumlah yang besar. Skala observasinya
mencakup skala global maupun regional. Skala global mengenai sirkulasi umum didalam
sistem atmosfer bumi, sedangkan skala regional menekankan pada fenomena yang terjadi
pada wilayah yang kecill di bumi dengan jarak 10-100
10 100 km, seperti observasi badai tornado.
Selain pertimbangan skala, ketersediaan data satelit dalam bentuk citra dan bukan citra
didapatkan pada interval waktu pendek, memberikan tiga pendekatan :

1) interpretasi visual atau dengan bantuan komputer terhadap pola spasial citra dua
dimensi
2) analisis matematis dengan pengukuran radiasi bukan citra satu dimensi, untuk
memperoleh parameter-parameter
parameter meteorologi yang diperlukan
3) detiksi pola perubahan fenomena
fenomena iklim dengan jalan membandingkan data
meteorologi satu dimensi atau dua dimensi dengan faktor skala yang menuju pada
aplikasi penginderaan jauh untuk;

a. penerapan makro-klimatologi
klimatologi dengan penekanan khusus pada budget radiasisistem
atmosfer bumi
b. analisis skala menengah dan sinoptik tentang fenomena iklim untuk tujuan
prakiraan

10.1 Dasar-dasar
dasar energi elektromagnetik

Gambar 53 perambatan gelombang elektromagnetik

Keterangan;

λ : panjang gelombang
yaitu Jarak antar satu puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya

f : (frekuensi) jumlah putaran perdetik yang melalui titik tertentu

c : kecepatan cahaya

73
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Kisaran panjang gelombang elektromagnetik digambarkan pada gambar berikut :

Gambar 54 Kisaran panjang gelombang elektromagnetik

10. 2 Interaksi Energi dengan Kenampakan Muka Bumi


Konsep yang melandasi interaksi energi dengan kenampakan muka bumi adalah teori
partikel yang menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik terdiri atas beberapa bagian
terpisah yang disebut foton atau quanta, diterangkan dengan persamaan sebagai
berikut;

hc
E=
λ
Tenaga 1 quanta diterangkan dengan persamaan E = h f, sehingga Sehingga model
teori gelombang dengan teori quantum dapat dituliskan ;

Dimana, E : 1 quanta (joule)

h : Tetapan Planck; 6,626 x 10-34 joule/detik

f : frekuensi

c : kecepatan cahaya

λ : panjang gelombang

Semakin panjang λ, semakin rendah kandungan tenaganya

10.3 Pengelompokan Satelit Berdasarkan Cara Mengorbitnya

1. Satelit Geostasioner (geostationer satellite)


yaitu satelit-satelit yang tetap tinggal pada posisi yang tetap diatas equator dan
memiliki orbit pada ketinggian ± 36.000 km di atas bumi, pada posisi diam. Pada
ketinggian ini pengaruh gaya gravitasi dan sentrifugal bumi kurang lebih sebanding.

Satelit geostasioner hanya mampu merekam wilayah yang sama terus menerus
sepanjang hari dengan area liputan yang sangat luas

74
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Contohnya satelit-satelit cuaca, seperti GOES dan GMS

2. Satelit Sinkron Matahari (sun-synchronuos satellite)


yaitu satelit-satelit yang mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub dan memotong
arah rotasi bumi. Hampir semua satelit observasi sumberdaya bumi termasuk dalam
sun-synchronuos satellite.

Sun-synchronuos satellite akan selalu berada di atas wilayah yang sama di permukaan
bumi, pada waktu lokal yang sama pula dengan ketinggian edar satelit adalah 600 –
1000 km.

Yang termasuk jenis satelit ini adalah; Landsat, SPOT, NOAA, JERS, MODIS, dll

10.4 Beberapa contoh satelit cuaca

10.4. 1 Satelit TIROS


Satelit Amerika Serikat yang pertama mengorbit dan didesain khusus untuk memotret
dan memonitor kondisi di permukaan dan di atas bumi adalah satelit meteorologi yang
dinamakan TIROS-1, diluncurkan pada 1April 1 1960. Berikut gambar satelit TIROS-1.

(a) (b)

Gambar 55 Satelit TIROS-1

Keterangan ;

(a) Satelit TIROS-1 dalam orbitnya


(b) Gambar hasil pemotretan pertama satelit TIROS-1 tanggal 1 April 1960

10.4.2 Satelit GOES (Geostationary Operational Environmental Satellite)


Merupakan jaringan global satelit cuaca yang ditempatkan dengan jarak ± 70° bujur dan
mengorbit pada ketinggian ± 36.000 km. GOES meng-indera seluruh belahan bumi,
sehingga frekuensi ulangnya hanya dibatasi oleh waktu yang diperlukan untuk
‘memotret’ dan mengirimkan gambar. Sensor yang digunakan oleh satelit ini adalah
IFOV, yang menyiam bumi sejajar terhadap ekuator. Citra GOES dibuat 2x tiap jam,
pada;

75
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
1) Saluran tampak (0,55-0,7 µm); bekerja selama siang hari
2) Saluran infrared thermal (0,55-0,7 µm); bekerja pada siang dan malam hari

Sampai saat ini GOES telah memiliki seri sampai sebelas. Satelit GOES-11diluncurkan
pada Juni 2000, memiliki empat kanal dan mengobservasi wilayah belahan bumi bagian
barat dari Amerika Utara.

Tabel 8 Karakteristik sensor GOES-11


No Kanal Panjang gelombang (µm) Kegunaan
1 0.58 – 0.68 Deteksi distribusi awan
(wilayah spektrum sinar tampak) secara global
2 3.9 Deteksi kebakaran hutan
3 6.7 Deteksin penguapan air
4 12 Deteksi gumpalan awan

Gambar 56 Ilustrasi orbit satelit GOES

(a) Perekaman dengan kanal 1 (b) Perekaman dengan kanal 2

(c) Perekaman dengan kanal 3 (d) Perekaman dengan kanal 4


Gambar 57 Citra satelit GOES-11 ( single band)
76
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
10.4.3 Satelit NOAA/AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration)
NOAA/AVHRR merupakan pengembangan dari satelit cuaca TIROS. Melintas bumi
melewati kutub utara dan kutub selatan bumi (Polar Orbital Satellite) dan memantau
setengah luas wilayah Indonesia (P= 2997 km, L= 5106 km).
Dua arah lintasan NOAA :

1) Ascending : bergerak dari Selatan ke Utara pada orbitnya disatu sisi bumi (sore)
2) Descending : bergerak dari Utara ke Selatan pada sisi bumi yang lain (pagi)
Data observasi dari satelit NOAA menyajikan liputan harian (spektrum tampak) dan 2x
sehari (infrared thermal)

Seri-seri dari satelit NOAA dioperasikan oleh negara Amerika Serikat, dimana
masing-masingnya membawa sensor AVHRR (the Advanced Very High Resolution
Radiometer). Sensor ini dapat mengoleksi data global secara harian untuk aplikasi di
daratan, laut dan atmosfer. Aplikasi yang umum menggunakan satelit ini adalah deteksi
kebakaran hutan, analisa vegetasi, analisa dan peramalan cuaca, penelitian dan prediksi
klimatologi, pengukuran suhu permukaan laut global, penelitian dinamika lautan dan
kegunaan dalam SAR (search and rescue).

Satelit NOAA pertama yang dioperasikan adalah NOAA-6 yang diluncurkan pada
1979. Setelah itu diikuti dengan seri-seri NOAA selanjutnya sampai pada seri NOAA
terakhir yaitu NOAA-18 yang diluncurkan pada bulan Mei 2005. Sensor AVHRR dari
satelit NOAA ini memiliki 5-6 kanal. Meng-indera pada sinar tampak, inframerah dekat
dan thermal infra merah. Sensor ini mengorbit bumi 14 kali tiap hari pada ketinggian
833 km.

Tabel 9 Karakteristik sensor AVHRR


Swath width 2399 km
Resolution at nadir 1.1km approx.
Altitude 833 km
Quantisation 10 bit
Orbit type Sun synchronous
Number of orbits per day 14.1 (approx.)

a. Ilustrasi satelit NOAA b. Citra badai hasil foto satelit NOAA dengan sensor
AVHRR(oleh: Nicholas M. Short)

Gambar 58 Satelit NOAA dan hasil Perekamannya (single band)

77
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Tabel 10 Karakteristik spektrum AVHRR
Panjang Gelombang
No
NOAA NOAA Kegunaan
kanal
12 15, 16, 17, 18
mendeteksi permukaan darat dan laut
pemetaan awan disiang hari
1 0.58 – 0.68 0.58 - 0.68
pemetaan salju dan lapisan es
mendeteksi jenis awan
menentukan batas perairan
2 0.725 - 1.00 0.725 - 1.00
pemantauan salju dan es
penentuan awan dimalan hari
membedaan daratan dan laut
3 3.55 – 3.93 N/Agroforestri
memantau aktivitas vulkanik
memonitor kebakaran hutan

3A N/Agroforestri 1.58 - 1.64 Pemantauan salju dan es

3B N/Agroforestri 3.55 - 3.93 Pemetaan awan malam hari


pengukuran suhu permukaan laut

4 10.30 - 11.30 10.30 - 11.30 pemetaan awan siang malam


mengukur kelembaban tanah

5 11.50 - 12.50 11.50 - 12.50 pengukuran suhu permukaan laut

10.4.4 Satelit NIMBUS


Sensor dari satelit ini terdiri dari berbagai radiometer termal multi saluran dan
radiometer gelombang mikro. Kebanyakan saluran yang digunakan dengan spektrum
yang sangat sempit untuk mempertajam deteksi beda pantulan air.

Satelit ini biasanya digunakan dalam pemetaan es di laut, suhu vertikal, distribusi global
CO, sifat khas spektral timbunan es, konsentrasi aerosol, O3, H2O, NO2 dan HNO3.

Nimbus 5 dan 6 membawa sensor yang dinamakan the Electrically Scanning Microwave
Radiometer (ESMR) dan Nimbus 7 membawa the Scanning Multichannel Microwave
Radiometer (SMMR). Sensor yang dibawa NIMBUS 7 ini merupakan berbagai radiometer
termal multisaluran dan radiometer gelombang mikro. Penyiam warna mintakat pantai
(Coastal Zone Color Scanner/CZCS) termasuk didalam beban gunasensor tersebut yang
secara khusus mengukur warna dan suhu mintakat pantai lautan. MSS dengan 6
saluran ini bersandar pada spektrum tampak, infra merah pantulan dan infra merah
termal. Kebanyakan saluran yang digunakan dengan spektrum yang sangat sempit
untuk mempertajam deteksi beda pantulan air yang sangat kecil yang mengkin
menunjukkan adanya variasi kualitas air. Resolusi spasial CZCS adalah sebesar 800 m.
Sistem ini digunakan untuk meneliti suhu, klorofil, sedimen dan larutan kuning

78
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
(gelbostoffe) diseluruh mintakat pantai.

10.4. 5 Satelit Terra/Aqua-MODIS (Moderate Resolution Imaging


Spectroradiometer)

Merupakan instrumen penting dalam satelit Terra (EOS AM-1), yang diluncurkan
pada 18 Desember 1999, dan Aqua (EOS PM-1) (pictured right), yang diluncurkan pada
4 Mai 2002. MODIS meng-observasi hampir semua permukaan bumi setip harinya. Data
diperoleh melalui spektrum kanal sejumlah 36 kanal dengan daerah sapuan mencapai
2330 km. Data MODIS menyajikan dinamika global yang terjadi didaratan, lautan dan
dibawah atmosfer.

Tabel 11 Karakteristik satelit MODIS


Orbit: 705 km, 10:30 a.m. descending node (Terra) or 1:30 p.m.
ascending node (Aqua), sun-synchronous, near-polar,
circular
Scan Rate: 20.3 rpm, cross track
Swath 2330 km (cross track) by 10 degrees of latitude (along
Dimensions: track at nadir)
Telescope: 17.78 cm diam. off-axis, afocal (collimated), with
intermediate field stop
Size: 1.0 × 1.6 × 1.0 m
Power: 162.5 W (single orbit average)
Data Rate: 10.6 Mbps (peak daytime); 6.1 Mbps (orbital average)
Quantization: 12 bits
Spatial 250 m (bands 1-2)
Resolution: 500 m (bands 3-7)
1000 m (bands 8-36)

b. Pembentukan awan spiral yang dideteksi dengan


a. Sateli Aqua-MODIS satelit MODIS dengan covered area 700 km

Gambar 59 Satelit Aqua Modis dan Citra yang terekam (true color composite)

79
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Tabel 12 Karakteristik sensor MODIS


Primary Use Band Bandwidth¹ Spectral
Radiance²
Land/Cloud/Aerosols 1 620 – 670 21.8
Boundaries 2 841 – 876 24.7
Land/Cloud/Aerosols 3 459 – 479 35.3
Properties 4 545 – 565 29
5 1230 - 1250 5.4
6 1628 - 1652 7.3
7 2105 - 2155 1
Ocean Color 8 405 – 420 44.9
Phytoplankton 9 438 – 448 41.9
Biogeochemistry 10 483 – 493 32.1
11 526 – 536 27.9
12 546 – 556 21
13 662 – 672 9.5
14 673 – 683 8.7
15 743 – 753 10.2
16 862 - 877 6.2
Atmospheric 17 890 - 920 10
Water Vapor 18 931 - 941 3.6
19 915 - 965 15
Surface/Cloud 20 3.660 - 3.840 0.45 (300K)
Temperature 21 3.929 - 3.989 2.38 (335K)
22 3.929 - 3.989 0.67 (300K)
23 4.020 - 4.080 0.79 (300K)
Atmospheric 24 4.433 - 4.498 0.17 (250K)
Temperature 25 4.482 - 4.549 0.59 (275K)
Cirrus Clouds 26 1.360 - 1.390 6
Water Vapor 27 6.535 - 6.895 1.16 (240K)
28 7.175 - 7.475 2.18 (250K)
Cloud Properties 29 8.400 - 8.700 9.58 (300K)
Ozone 30 9.580 - 9.880 3.69 (250K)
Surface/Cloud 31 10.780 - 11.280 9.55 (300K)
Temperature 32 11.770 - 12.270 8.94 (300K)
Cloud Top 33 13.185 - 13.485 4.52 (260K)
Altitude 34 13.485 - 13.785 3.76 (250K)
35 13.785 - 14.085 3.11 (240K)
36 14.085 - 14.385 2.08 (220K)

80
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

10.4.6 Satelit Cuaca HCMM; (The Heat Capacity Mapping Mission)


Pada 26 April 1978, NASA meluncurkan sistem sensor yang mampu mengukur suhu dan
albedo, dimana dengan itu ATI (the apparent thermal inertia) dari permukaan bumi
maupun laut dapat diperkirakan. HCMM menggunakan dua kanal radiomater;

1) deteksi sinar tampak sampai infra mereh dekat (0.5 - 1.1 µm),
2) deteksi pancaran infra merah (10.5-12.5 µm)

Satelit ini merupakan jenis satelit Sun-synchronous, dengan ketinggian mencapai 620
km (385 mil) dan luas area sapuan adalah 715 km (445 mil) dengan resolusi spasial
adalah 500 m untuk kanal tampak dan 600 m untuk infra merah, satelit ini melewati
selatan dan utara mendekati siang hari (sekitar jam 2:00 P.M. pada ekuator) sepanjang
inklinasi 7.86° terhadap garis bujur. Sedangkan malam hari juga sepanjang inklinasi
7.86° tapi berlawanan terhadap garis bujur

Saat malam hari satelit melewati utara ke salatan dan merekam area bumi antara jam
1:30 and 2:30 A.M. waktu setempat. HCMM akan merekam daerah yang sama selama
12 jam pada lintang 0° sampai 20° dan 35° sampai 78°, dan akan merekam lagi pada
36 jam selanjutnya (satu setengah putaran) antara lintang 20° dan 35°, sehingga
pemantauan terhadap pembentukan awan jelas terekam.

Gambar 60 Awan stratokumulus yang direkam oleh satelit cuaca HCMM

10.4.7 Program Satelit Cuaca Pertahanan atau DMSP (Defense Meteorological


Satellite Program)
Satelit ini merupakan satelit cuaca milik angkatan udara Amerika Serikat. Sensor yang
dibawa oleh satelit ini adalah The Special Sensor Microwave Imager (SSM/I ).
Penyiaman yang dimuat di satelit ini menghasilkan citra pada saluran tampak dan
inframerah pantulan (0,4 – 1,1 µm) dan saluran inframerah termal (8 – 13 µm).
Resolusi sistem ini sekitar 3 km dan orbit polar selaras matahari memungkinkan
penginderaan pada siang maupun malam hari. Kemampuan khusus penyiam DMSP ialah
penginderaan saluran tampak di malam hari. Hal ini dapat terjadi melalui kemampuan
“menyesuaikan” amplifier sistem tersebut untuk memperoleh citra pada kondisi
penyinaran yang rendah. Sistem tersebut menghasilkan citra berona cerah. Tayangan
warna kutub, gunung api, ladang minyak dan gas dan kebakaran hutan dapat dideteksi
dengan sensor bercahaya rendah tersebut. Baik citra termal maupun citra tampak DMSP
81
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
siang hari telah digunakan untuk berbagai terapan dibidang sipil seperti halnya
pemetaan bentangan salju.

10.4.8 Next Generation Radar (NEXRAD)


Baru-baru ini departemen NOAA Amerika Serikat bidang Pelayanan Cuaca Nasional
mengoperasikan radar cuaca terbesar. Jaringan NEXRAD terdiri dari radar S-band pada
164 stasiun yang melewati beberapa negara. Sistem ini khusus mendeteksi dan
membuat peringatan dini terhadap badai, tornado, dan banjir akibat hujan yang sangat
deras.

(a)

(b)

Gambar 61 Hasil perekaman NEXRAD diatas 48 negara bagian Amerika Serikat

Keterangan :

(a) citra pola awan


(b) citra presipitas

82
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Referensi
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.
Lillesand, T.M, dan Keifer, R.W., 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Universitas Gajahmada Press. Jogjakarta.

Purbowaseso B. dan Susanto, 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Univertas


Indonesia Press. Jakarta

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
17. Diskusikan perambatan energy elektromagnetik dan hubungannya
dengan fenomena atmosfer
18. Diskusikan kharakteristik satelit NOAA untuk tinjauan cuaca laut

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


25.Jelaskan jenis jenis satelit berdasar cara mengorbitnya
26.Sebutkan 3 jenis satelit cuaca yang sering digunakan dalam bidang
perikanan kelautan

83
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

METEOROLOGI LAUT
Peta dan Simbol Cuaca

Abu Bakar Sambah, M.T.


Program Studi Ilmu Kelautan FPIK, Universitas Brawijaya
Email : absambah@ub.ac.id
absambah

11 Peta dan Simbol Cuaca 11.4 Kondisi Per-awanan


11.1 Simbol Suhu 11.5 Sea level Pressure MODUL
11.2 Simbol Tipe Cuaca 11.6 Wind Barb

11
11.3 Simbol Dew Point temperature

A. Nama Pokok Bahasan : Peta dan Simbol Cuaca

B. Deskripsi Singkat

Pokok bahasan ini diberikan 2 (dua) kali tatap muka.


Pada sub bahasan ini dijelaskan tentang penggunaan simbul cuaca

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


dalam bidang meteorologi laut

C. Tujuan Intruksional Khusus

Dengan mempelajari bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat :


• Memahami simbol symbol cuaca
• Merubah deskripsi /data cuaca menjadi suatu simbol cuaca yang
mudah dimengerti

84
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

11 Peta dan Simbol Cuaca


Dengan mengetahui pergerakan angin, bagaimana awan dan hujan terbentuk, maka
dapat dilakukan prakiraan terhadap cuaca melalui pengamatan sederhana kearah langit,
pengamatan terhadap arah angin, temperatur dan kelembapan udara. Akan tetapi untuk
dapat memprediksi
ediksi dan menduga cuaca sangat penting untuk mengetahui pola isobarik
yang berhubungan dengan front dan depression, antisiklon dan daerah tekanan tinggi
maupun rendah. Untuk itu para ahli meteorologi mem-plot
mem plot pola isobarik pada sebuah
peta sinoptik. Tahapan an pertama dalam mempersiapkan peta sinoptik adalah
menentukan posisi dari masing-masing
masing masing stasiun meteorologi, biasanya ditandai dengan
lingkaran kecil. Laporan cuaca dari masing-masing
masing masing stasiun kemudian di-plot
di didalam
maupun disekitar lingkaran.

Unsur-unsurr seperti temperatur dan tekanan digambarkan dengan tanda yang jelas.
Lainnya seperti hujan, salju, awan maupun kabut digambarkan dengan simbol cuaca
internasional. Sebagai contoh tutupan awan ditandai dengan warna yang menutupi
bagian lingkaran. Semakin besar
esar warna yang menutupinya maka semakin luas tutupan
awannya. Arah angin ditunjukkan oleh anak panah dari arah datangnya angin.
Kecepatan angin ditunjukkan oleh “duri/bulu” diujung panah angin, yang pendek
menunjukkan kecepatan 5 knot, dan yang panjang adalah adalah 10 knot. Lihat gambar
dibawah.

Gambar 62 Simbol meteorologi

Setelah observasi meteorologi telah selesai di-plot,


di plot, peramal mulai melakukan
penaksiran dan analisa terhadap peta. Langkah pertama adalah melukis garis isobar
(garis-garis
garis yang menghubungkan tekanan yang sama). Sama seperti kontur pada peta
rupa bumi. Biasanya isobar ini dilukis dengan interval 2 atau 4 millibar.

85
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Gambar 63 Isobar pada peta sinoptik

Berikut beberapa penjelasan tentang simbol cuaca yang biasanya dilukiskan pada peta
sinoptik.

11.1 Suhu
Angka dengan warna kuning yang terletak pada pojok kiri atas menunjukkan nilai
suhu dalam derajat fahrenheit

Contoh; suhu 64° F

Contoh konversi nilai suhu

dari Fahrenheit ke Celsius

: (F° - 32) ÷1.8 = C°

dari Celsius ke Fahrenheit

: (C° × 1.8) + 32 = F°

86
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

11.2 Tipe cuaca


Simbol cuaca yang digambarkan dengan garis warna kuning (tanda =)pada gambar
dibawah ini menunjukkan tipe cuaca saat pengamatan.

Contoh; fog

Beberapa contoh simbol tipe cuaca

11.3 Dew Point Temperature


Nilai yang berwarna kuning, terletak di pojok kiri bawah menunjukkan nilai suhu titik
embun dam derajat Fahrenheit.

Contoh diatas; dew point temperature adalah 58 °F.

87
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

11.4 Cloud Cover


Simbol dengan warna kuning (dalam lingkaran) dibawah ini menunjukkan jumlah
liputan awan yang meng
meng-cover
cover suatu daerah saat dilakukan pengamatan
(observasi).

Contoh diatas; broken clouds

11.5 Sea Level Pressure


 Nilai berwarna kuning pada pojok kanan atas gambar dibawah
dibawah ini menunjukkan
nilai sea level pressure
 Ditulis 3 digit terakhir dalam millibars (mb).

88
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

Penafsiran Pressure Reports:

a) Jika nilai yang dilaporkan lebih dari 500:

Angka awal 9 dihilangkan. Letakkan dikiri, lalu bagi dengan 10.


contoh: 827 menjadi 982.7 mb.
mb

b) Jika nilai yang dilaporkan kurang dari 500:

Angka awal 10 dihilangkan. Letakkan dikiri, lalu bagi dengan 10.


contoh (seperti gambar): 027 menjadi 1002.7 mb.

11.6 Wind Barb

 Simbol garis berwarna kuning pada gambar menunjukkan wind barb.


barb
 wind barb menunjukkan arah angin dan kecepatan

89
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

‘mawar’ pedoman

Sama hal nya dengan arah mata angin pada kompas, ‘barb” kuning pada gambar
diatas juga menunjukkan arah angin.

Tipe-tipe
tipe ‘barb’ yang menunjukkan kecepatan angin

Contoh ;

SW 20 kt SW 2 kt

90
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Referensi
Australian Goverment. The Weather Map. Bureau of Meteorology (ABN 92 637 533
532). The Weather Map.htm.
Lillesand, T.M, dan Keifer, R.W., 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Universitas Gajahmada Press. Jogjakarta.

Purbowaseso B. dan Susanto, 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Univertas


Indonesia Press. Jakarta

Propagasi
D. Latihan dan Diskusi
19. Buatlah simbol cuaca pada saat perkuliahan berlangsung
20. Diskusikan manfaat penggunaan simbol cuaca

E. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


27.Deskripsikan cuaca pada waktu tertentu dengan menggunakan
simbol cuaca. (Data cuaca terdapat pada bahan praktikum)

91
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FPIK-UB

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : MOCHAMAD ARIF ZAINUL FUAD
2. Gelar : S.Kel, MSc
3. NIDN : 0005108002
4. Tempat dan Tanggal Lahir : Nganjuk/05-10 1980
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Agama : Islam
7. Pangkat/Gol. Terakhir : Penata Muda/IIIa
8. Jabatan akademik/fungsional : Asisten Ahli
Pada program studi : Ilmu Kelautan
Jurusan : PSPK
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
9. Jabatan Struktural saat ini : Ketua Laboratorium Pemetaan dan
Perancangan Teknologi kelautan
10. Alamat Kantor : Jl. Veteran Malang
Telepon : 0341 553512
11. Alamat Rumah : Ds. Biru Gunungrejo Rt 4 RW I Singosari Malang.
Telepon :-
12. Email : Fuad_maz@ub.ac.id

B. DATA AKADEMIK

1. Pendidikan
- S1
Program Studi : Ilmu Kelautan
Bidang Ilmu : Marine GIS and Remote Sensing
PT/Kota/Negara : Univ. Diponegoro/Semarang/Indonesia
Tahun Lulus : 2004

- S2
Program Studi : Geo Information Science and Earth Observation for Natural Resources
Management
Bidang Ilmu : Coral reef Mapping
PT/Kota/Negara : Universiteit Twente/Enschede/Belanda
Tahun Lulus : 2010

2. Bidang Keahlian : Dinamika Oseanografi

Penginderaan jauh dan SIG kelautan

92
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
3. Mata Kuliah yang diasuh :

Jumlah SKS/semester
Prog. Nama Mata Kuliah Pada PS Pada
Pada PS
lain dalam PS di
IK
PT sendiri PT lain
S1
1 Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut 3 3
2 Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan 3 3
3 Oseanografi 3 3
4 Penginderaan Jauh Kelautan 3 3
5 Penerapan Komputer pada IK 3
6 Ilmu dan Pengelolaan Terumbu Karang 4
7 Meteorologi laut 1 1
8 Dinamika Ekosistem Laut 3
9 Instrumentasi Kelautan 3

C. KEGIATAN DALAM SEMINAR ILMIAH/LOKAKARYA/ PENATARAN/WORKSHOP/PAGELARAN/PAMERAN/PERAGAAN


(selama 3 tahun terakhir)

Tempat Jenis Partisipasi*)


Jenis kegiatan kegiatan
No Judul kegiatan Waktu
(institusi dan Penyaji Peserta
kota)
1 Shortcourse Master class Programme University of 18-20
on 'Water Research and Twente, Novem
Management' Enschede, ber 
The 2009
Netherlands
2 Seminar Bali Scientific Meeting Seacorm, Bali, (18/03/
Nasional 2008; Peran Indonesia 2008 –
Penginderaan Jauh dan 19/03/
GIS dalam Perubahan 2008) 
Iklim Global, Perikanan,
Kelautan dan Sektor
Pariwisata

D. PENGALAMAN SEBAGAI PAKAR/KONSULTAN/STAF AHLI/NARASUMBER PADA LEMBAGA LAIN (selama 3 tahun


terakhir)

Tingkat*)
No Jenis kegiatan Nama lembaga Waktu
Lokal Nasional Internasional
1 - - - - - -
2 - - - - - -

E. KEIKUTSERTAAN DALAM ORGANISASI/ASOSIASI KEILMUAN ATAU ORGANISASI PROFESI


(selama 3 tahun terakhir)

Nama organisasi keilmuan atau Kurun Cakupan Kawasan*)


No
organisasi profesi waktu lokal Nasional Internasional
93
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
1. POSSI 2000 –
 
sekarang
2. Masyarakat Penginderaan Jauh 2008 –

Indonesia (MAPIN) sekarang

F. PENGALAMAN SEBAGAI GURU BESAR TAMU (VISITING PROFESSOR)


(selama 3 tahun terakhir)

Tingkat*)
No Nama Perguruan Tinggi Kurun Waktu
Nasional Internasional
1. - - - -

G. PRESTASI/REPUTASI YANG DICAPAI DALAM PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (BERUPA
HADIAH DAN PENGHARGAAN) (selama 3 tahun terakhir)
Tingkat*)
No Prestasi yang Dicapai Kurun waktu
lokal Nasional Internasional
1. - - - - -

H. AGENDA DAN JUDUL PENELITIAN (selama 3 tahun terakhir)

Agenda Instansi yang Tingkat*)


No Judul
Penelitian Terkait lokal Nasional Internasional
1 DPP/SPP FPIK Pemodelan dan Kajian `UB
UB Tahun Perubahan Garis
2010 Pantai Di Kabupaten 
Situbondo

2 Indonesian Coral Reef rugosity ITC/U.


Coral Reef and Coral Biodiversity. Twente
Mapping Bunaken National LIPI 
Project 2009- Park.North Sulawesi
2010
3 Penyusunan Identifikasi Potensi Dinas
Rencana Calon Kawasan Perikanan dan
Kawasan Konservasi Laut Kelautan

Konservasi Daerah Kabupaten Propinsi
laut Daerah Seram Bagian Timur, Maluku
2010-2011 Maluku
4 Survey Inventarisai Ekosistem Dinas
inventarisai Terumbu Karang Perikanan dan
sumberdaya Berbasis Citra Satelit Kelautan
hayati di Kab. Landsat 7 Propinsi
Seram bagian Dikecamatan Pulau Maluku 
Timur 2010- Pulau Gorom
2011 Kabupaten Seram
Bagian Timur Propinsi
Maluku
5 Dinamika Kajian dan pemodelan Balai Riset
Oseanografi Dinamika Arus laut dan Observasi 
Pantai dan Pasang Surut di Kelautan
94
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
Selatan Jawa Pantai Selatan Jawa (BROK) KKP
Timur 2011 - Timur Universitas
2013 Brawijaya
6 DPP/SPP FPIK Inventarisasi Universitas
UB 2011 Ekosistem mangrove Brawijaya

di Wilayah Pantai
utara Jawa Timur

I. JUMLAH JUDUL PENELITIAN SESUAI DENGAN BIDANG KEILMUAN PS IK (selama 3 tahun terakhir)

Jumlah Penelitian
No Sumber Dana
2008 2009 2010 2011
1. DPP/SPP FPIK UB 1 1
2 Indonesian Coral reef Mapping 1
Project/ ITC- NL-Naturalis
3 Dinas Perikanan dan Kelautan 1 1
Maluku
4 BROK/KKP –FPIK -UB 1
5

J. KEGIATAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN (selama 3 tahun terakhir)

No Nama Jabatan Kurun Waktu Nama Lembaga

1 Koordinator pengelola UPT. Lab 2006 – 2008


Komputer FPIK
Ketua Laboratorium Pemetaan
Fakultas Perikanan dan Ilmu
2 dan Perancangan Teknologi 2011 - sekarang
Kelautan, Univ. Brawijaya
Kelautan,

95
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012
K. ARTIKEL ILMIAH/KARYA ILMIAH/KARYA SENI/BUKU YANG DIHASILKAN (selama 3 tahun terakhir)
Nama Nama Tahun Lembaga Tingkat Lembaga
Penulis Seminar/ Sitasi Sitasi*)
No Judul (penulis Jurnal
pertama, lokal nas Int
kedua, dst)
1. Penyusunan MAZ Fuad, PROCEEDIN 18/03/ SEACORM 
Rencana Muh. Musa G ISBN 978- 2008 – BALI,
Kawasan Edy Susilo 979-15873- 19/03/
Konservasi 3-4, 19 2008
Laut Daerah March 2008
Kabupaten MAPIN/ISRS
Gorontalo -
2. Buku ajar: Daduk 2010 
Meteorologi Setyohadi
laut M. Arif
Zainul Fuad
Abu Bakar
Sambah

L. KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM PENELITIAN DOSEN (selama 3 tahun terakhir)

Nama Mahasiswa Tahun*)


No Topik Penelitian yang Terlibat
2008 2009 2010 2011

Kajian dan Pemodelan • Ilham Sangaji


1. Dinamika Oseanografi di • Wisnu Uzma Al 
Pantai Selatan Jawa Timur Jauza

2.

96
Meteorologi Laut /PIP 4202 Brawijaya University 2012

97

Anda mungkin juga menyukai