Buku Informasi Melakukan (PT) C.24LAS01.034.01: Penetrant Test
Buku Informasi Melakukan (PT) C.24LAS01.034.01: Penetrant Test
DAFTAR ISI
c. Prosedur ------------------------------------------------------------------- 23
d. Teknik Temperatur Pengujian Standard ----------------------------- 24
e. Teknik Temperatur Pengujian Nonstandard ------------------------- 24
f. Batasan Teknik ----------------------------------------------------------- 25
g. Kalibrasi ------------------------------------------------------------------- 25
h. Pencahayaan ------------------------------------------------------------- 25
4. Membersihkan permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji
yang digunakan sesuai prosedur ------------------------------------------ 25
a. Surface Preparation ----------------------------------------------------- 25
5. Identifikasi dan evaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk cacat
permukaan -------------------------------------------------------------------- 26
6. Membersihkan penetrant sesuai prosedur ------------------------------- 27
a. Pembersihan Penetrant Sisa ------------------------------------------- 27
7. Pengaplikasian developer pada permukaan sesuai prosedur --------- 30
a. Developer Kering -------------------------------------------------------- 30
b. Developer Basah --------------------------------------------------------- 31
c. Water-Base Developer -------------------------------------------------- 31
8. Analisa hasil penetrant yang timbul sesuai dengan metode yang
digunakan --------------------------------------------------------------------- 32
a. Indikasi Palsu ------------------------------------------------------------- 32
b. Indikasi Nonrelevan ----------------------------------------------------- 33
c. Indikasi Relevan ---------------------------------------------------------- 33
d. Evaluasi ------------------------------------------------------------------- 33
e. Kriteria Keberterimaan Menurut Standard ASME ------------------- 34
9. Mendokumentasikan hasil analisis ---------------------------------------- 34
a. Standard ------------------------------------------------------------------ 34
b. Spesifikasi ----------------------------------------------------------------- 35
c. Written Practice ---------------------------------------------------------- 35
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam mengidentifikasi cacat
permukaan ------------------------------------------------------------------------- 36
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam mengidentifikasi cacat permukaan 36
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------- 37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Melakukan
Penetrant Test (PT).
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menyiapkan
Informasi dan Laporan Pelatihan ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan uji penetrant yang meliputi kegiatan mengidentifikasi jenis,
karakteristik, dan fungsi penetrant, mengidentifikasi karateristik bahan logam
dan non logam, mengidentifikasi prosedur penetrant test untuk bahan logam
dan non logam, mengidentifikasi dan menyiapkan tempat, alat, dan alat bantu
pelaksanaan penetrant test, melaksanakan K3 sesuai prosedur;
2. Mengidentifikasi cacat permukaan yang meliputi kegiatan mengidentifikasi
Permukaan dan jenis bahan/produk, menentukan jenis penetrant yang
diperlukan sesuai prosedur, memilih metode uji sesuai prosedur, membersihkan
permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji yang digunakan sesuai
prosedur, mengidentifikasi dan mengevaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk
cacat permukaan, membersihkan penetrant sesuai prosedur, mengaplikasikan
developer pada permukaan sesuai prosedur, menganalisis hasil penetrant yang
timbul sesuai dengan metode yang digunakan, mendokumentasikan hasil
analisis;
BAB II
MENYIAPKAN UJI PENETRANT
a. Jenis penetrant
Cairan penetrant yang dipakai di dalam NDT dapat dikagorikan berdasarkan
jenis zat pewarna yang ditambahkan yaitu sebagai berikut:
1) Visible dye penetrants mengandung zat pewarna merah
3) Discontinuitas Proses
Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi
tegangan, kelelahan, dan erosi.
berikut adalah jenis-jenis discontinuitas :
1) Cold shut
2) Retak fillet
3) Retak gerinda
4) Retak daerah pengaruh panas
5) Retak laku panas
6) Retak susut
7) Retak ulir
8) Hydrogen flake
9) Kurang penembusan
10)Laminasi
11)Lipatan dan lapisan
12)Susut mikro
13)Korosi tegangan
14)Sobek panas
15)Korosi batas butir
b. Pengkondisian Permukaan
Semua kotoran yang menghalang penetrant untuk memasuki discontinuitas
harus dibersihkan. Jenis kotoran yang harus dibersihkan meliputi debu,
gemuk, karat, kerak, asam, bahkan air. Solvent yang digunakan untuk
pembersih harus mudah menguap sehingga cepat keluar dari dalam
discontinuitas dan tidak mengencerkan penetrant.
Pembersihan permukaan secara mekanis seperti memakai sikat baja, abrasive
blasting, kertas gosok, dan alat sekrap umumnya tidak direkomendasikan,
namun ada kalanya cara-cara tersebut harus digunakan. Apabila digunakan
cara-cara diatas ,discontinuitas yang membuka ke permukaan dapat tertutupi
seperti gambar dibawah ini.
5. Prosedur K3
a. Prosedur Keselamatan
Sebelum melakukan kegiatan uji penetrant terlebih dahulu telah melangkapi
diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel
2) Safety shoes
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan percobaan
4) Sarung tangan pada saat mengetsa
5) Masker
terbuka memiliki titik nyala lebih dari 93o C. Semakin tinggi nyala suatu
material, semakin rendah bahaya kebakaran yang ditimbulkannya.
3) Iritasi Kulit
Iritasi kulit dapat dihindari dengan mencegah kontak yang tidak perlu dan
dengan pemakaian sarung tangan, baju pelindung, dan krim pelindung
tangan.
4) Polusi Udara
Serbuk developer tidak beracun, namun menghirupnya secara berlebihan
harus dihindari. Kipas penghisap udara sebaiknya dipasang pada daerah
tertutup dimana terdapat serbuk developer atau uap penetrant.
5) Pembuangan Material Penetrant
Buangan penetrant harus dikumpulkan dan diolah. Hal ini bias sangat
mahal, cara terbaik untuk menghemat biaya yaitu dengan mengendalikan
jumlah material penetrant yang dipakai.
C. Sikap kerja
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam Menyiapkan uji penetrant.
2. Taat asas dalam mengaplikasikan cara, langkah-langkah, panduan, dan pedoman
yang dilakukan.
3. Berpikir analitis serta evaluatif waktu melakukan analisis.
BAB III
MENGIDENTIFIKASI CACAT PERMUKAAN
c. Prosedur
Pengujian penetrant harus dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang
berisi persyaratan-persyaratan minimal seperti tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2 Persyaratan prosedur pengujian penetrant
f. Batasan Teknik
Pengujian fluorescent penetrant tidak boleh diikuti dengan pengujian
color contrast penetrant. Pencampuran material penetran dari jenis/famili
yang berbeda atau berbeda pabrikan tidak diijinkan.
g. Kalibrasi
Light meter baik visible maupun fluorescent (black light meter) harus
dikalibrasi minimal sekali dalam setahun atau setelah dilakukan perbaikan,
jika light meter tidak digunakan dalam jangka waktu setahun atau lebih,
kalibrasi harus dilakukan sebelum digunakan.
h. Pencahayaan
Intensitas cahaya pada permukaan benda uji atau lokasi yang diperiksa
harus minimal 100 fc (1000 lx) untuk visible penetrant dan minimal 1000
μW/cm2 untuk fluorescent penetrant.
2) Post-emulsifiable penetrant
Post-emulsifiable penetrant tidak mengandung zat pengemulsi. Penetrant
ini tidak larut dalam air. Post-emulsifiable penetrant memerlukan dua
langkah proses pembersihan. Sisa penetrant dibersihkan dengan aplikasi
emulsifier secara terpisah sehingga penetrant dapat dibilas dengan air.
Lamanya waktu diam untuk emulsifier adalah satu sampai empat menit
mengacu pada rekomendasi pabrik pembuat dan jenis diskontinuitas yang
Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 27 dari 41
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1
dari kaleng semprot bertekanan yang membuat sistem ini sangat portabel.
Setelah waktu diam terpenuhi, penetrant sisa pada mulanya diseka
dengan lap penyerap dan kemudian dibersihkan dengan lap yang dibasahi
dengan solvent. Jangan pernah menyemprotkan solvent secara langsung
ke permukaan benda karena akan menghilangkan penetrant dari dalam
diskontinuitas.
a. Developer Kering
Developer kering dijual dalam bentuk butiran halus, serbuk putih lembut.
Aplikasi dilakukan dengan dengan alat penyemprot bertekanan rendah. Dapat
juga menggunakan kuas halus atau karena bentuknya yang sangat halus,
benda uji dapat dibenamkan ke dalam tangki developer, diangkat, dan sisa
developer di permukaan dihilangkan dengan cara meniup, menggoyang-
goyang, atau mengetuk-ketuk benda uji. Permukaan benda uji harus
benarbenar kering sebelum serbuk developer diaplikasikan. Permukaan yang
basah menghasilkan lapisan yang tidak merata, bahkan bisa terjadi
peggumpalan serbuk. Indikasi diskontinuitas akan terhalangi. Developer
kering biasanya dipakai bersama dengan penetrant fluorescent.
b. Developer basah
Developer basah ada dua jenis yaitu non aqueous wet developer dan water
base wet developer. Non aqueous wet developer terikat dalam suatu
suspensi solvent dan dikemas dalam kaleng semprot bertekanan. Penguapan
solvent membantu menarik penetrant dari dalam diskontinuitas. Nonaqueous
wet developer paling sering digunakan bersama solvent removable penetrant
dan jarang dipakai bersama water washable atau post-emulsifiable
penetrants. Nonaqueous wet developer merupakan jenis developer yang
paling sensitive dalam mendeteksi diskontinuitas halus. Hasil terbaik
diperoleh apabila developer diaplikasikan dalam bentuk lapisan tipis dan rata.
Seperti halnya developer kering, nonaquous developer hanya diaplikasikan
pada permukaan yang benar-benar kering.
c. Water-base wet developer
Water-base wet developer Pada water-base wet developer, serbuk developer
dicampur dengan air. Developer ini terdiri dari dua jenis: water suspended
dan water soluble developers.
1) Water Suspended
Pada water suspended developer, partikel serbuk developer terikat
dalam suspensi dengan air dan perlu diaduk terus-menerus agar tidak
mengendap.
2) Water Soluble
Pada water soluble developer, serbuk developer larut dalam air dan
membentuk suatu larutan yang tidak perlu diaduk lagi. Water soluble
developer menghasilkan sensitivitas yang lebih baik untuk mendeteksi
diskontinuitas halus.
Water suspended dan water soluble developers umumnya digunakan dengan
water washable atau post emulsifiable penetrants, dan jarang dengan solvent
removable penetrant. Mereka diaplikasikan saat permukaan benda uji masih
dalam kondisi basah setelah pembilasan. Metoda aplikasi water base wet
developer adalah dengan cara pencelupan, penuangan,dan penyemprotan.
b. Indikasi nonrelevant
Indikasi nonrelevant disebabkan karena ketidakteraturan permukaan atau
konfigurasi benda yang pada kebanyakan kasus akibat disain. Indikasi
nonrelevant disebabkan karena adanya press fitted, alur, splined, atau
kelingan. Termasuk juga dalam indikasi nonrelevant adalah kerak lepas dan
pemukaan kasar pada benda tempa, benda cor dan pengelasan. Indikasi
nonrelevant dianggap tidak menggangu pemakaian komponen. Sama halnya
dengan indikasi palsu, inspektor harus memeriksa indikasi ini dengan hati-hati
untuk memastikan agar jangan sampai menutupi indikasi relevant.
c. Indikasi Relevant (indikasi sebenarnya)
Indikasi relevant (indikasi sebenarnya) disebabkankarena diskontinuitas
permukaan yang telah diinterpretasikan bukan sebagai indikasi palsu atau
nonrelevant. Indikasi sebenarnya harus dievaluasi penyebab sampai pada
pengaruh yang ditimbulkannya padausia pakai komponen. Penting dicatat
bahwa semua indikasi relevant adalah diskontinuitas, namun tidak semua
diskontinuitas adalah cacat.
d. Evaluasi
Interpretasi dan evaluasi akhir dilakukan antara 10 (sepuluh) hingga 30 (tiga
puluh) menit dihitung setelah developer yang disemprotkan ke permukaan
mulai mengering. Indikasi diskontinuitas bisa lebih besar dari diskontinuitas
yang menyebabkannya, namun ukuran indikasi yang dipakai sebagai dasar
untuk mengevaluasi keberterimaan. Indikasi relevan adalah indikasi yang
diakibatkan oleh diskontinuitasyang membuka ke permukaan yang ukuran
terbesarnya > 1.5 mm. Indikasi nonrelevan adalah indikasi yang diakibatkan
oleh kondisi-kondisi selain diskontinuitas seperti ketidakteraturan permukaan
b. Spesifikasi
Spesifikasi dibuat oleh perusahaan untuk proses tertentu. Spesifikasi
adalah alat yang digunakan oleh bagian teknik, manajemen, dan
pembelian untuk keperluan dokumen kontrak. Biasanya, spesifikasi akan
mencantumkan bagian-bagian berikut ini :
1) Dokumen referensi.
2) Material.
3) Perlengkapan.
4) Kualifikasi personil.
5) Pengendalian proses.
6) Persyaratan prosedur tertulis.
c. Written Practice
Written practice memberikan pedoman khusus terhadap pelaksanaan
pengujian penetrant. Detil yang tercantum dalam suatu written practice
adalah bervariasi.
Beberapa written practice bisa sangat khusus dan ditulis untuk satu
macam benda uji, sebaliknya yang lain bersifat umum dan mencakup
banyak benda uji yang berbeda. Seringkali, perusahaan mensyaratkan
subkontraktor menyediakan written practice untuk satu bagian khusus.
Dalam hal ini written practice akan ditulis mengacu pada dokumen
spesifikasi dari perusahaan tersebut.
Sebuah written practice sebaiknya memuat paling tidak hal-hal berikut :
1) Material penetrant yang dipakai.
2) Detil pembersihan awal benda uji.
3) Parameter pemrosesan secara lengkap.
4) Persyaratan inspeksi dan evaluasi.
5) Informasi khusus mengenai benda yang diperiksa.
6) Kriteria keberterimaan dan penolakan.
7) Prosedur pembersihan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. -
B. Buku Referensi
1. ASME Section V Article 6. Liquid Penetrant Examination, 2010 Edition.
2. ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 8 Methods for Liquid Penetrant
Examination (PT), 2010 Edition.
3. AWS Welding Handbook, Welding Science and Technology, 9th edition, American
Welding Society.,Miami, 2001
4. Mohammad Thoriq, ST.,MM ,Hendri Budi, S.ST.,MT ,Teori NDT, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, 2015.
5. M.M. Munir, Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,
PPNS, 2000.
D. Referensi Lainnya
1. Browsing Internet, Alat Pelindung Diri, Kemenkes 17 Desember 2018 pukul 13.31
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1