Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH
“UJI VIGOR BENIH”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknologi Benih

Disusun oleh :
Nama : Alexander Sihombing
Nim : 4442180066
Kelas : 3B
Kelompok : 5 (Lima)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih-Nya, atas anugrah hidup dan kesehatan yang telah
penulis terima, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi penulis dalan penyusunan laporan ini.
Dalam pembuatan laporan ini, penyusun sangat berterima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Benih Ibu Eltis Panca Ningsih, S.P.,
M.Si. dan juga kepada asisten laboratorium saudari Wulan Azni Subah dan Juniah
Mega. Laporan praktikum ini memberikan banyak tambahan wawasan
pengetahuan kepada mahasiswa/i universitas sultan ageng tirtayasa. Di dalam
laporan ini hanya sebatas ilmu yang dapat penyusun sajikan, sebagai tuntutan
tugas.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Harapan penulis, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita
semua. Penyusun juga berharap laporan ini memberikan kesan positif bagi
pembaca.

Serang, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Vigor...................................................................................................... 2
2.2 Viabilitas dan Vigor Benih.................................................................... 3
2.3 Uji Vigor................................................................................................ 4
2.4 Pengujian Cepat Viabilitas dan Vigor Benih......................................... 5
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM......................................................... 7
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja.............................................................................................. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................8
4.1 Hasil.......................................................................................................8
4.2 Pembahasan............................................................................................9
BAB V PENUTUP...............................................................................................11
5.1 Kesimpulan............................................................................................11
5.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
LAMPIRAN ........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,
artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat
ditunjukan oleh metabolisme atau pertumbuhan benih. Secara umum pengujian
viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan
pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dan vigor benih
adalah bila informasi daya berkecambah ditetukan oleh kecambah yang tumbuh
normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh
kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang suboptimum atau bibit
yang tumbuh di lapangan.
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan
dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah
pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau
kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan
terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan
dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan
dengan beberapa aspek penampilan kecambah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu,
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengujian vigor pada benih.
2. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam vigor.
3. Mahasiswa mampu mengetahui komponen yang diamatii dalam pengujian
vigor benih.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Benih
Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah
tinggi. Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan
berkembangnya bagian–bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang
menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang
sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan
sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau
mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).
Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena
mempunyai daya hidup yang disebut viabilitas. Namun, semua insane benih,
apapun fungsi yang disandangnya, senantiasa mendambakan benih vigor, tidak
sekedar benih yang hidup (viable). Sekedar benih yang mempunyai potensi hidup
normal pun tidak cukup. Mengenai benih yang hidup, kalau dibatasi secara negatif
menjadi gampang. Indikasi bahwa benih itu mati. Kalaupun benih itu
menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang ditunjukkan oleh tingkat
pernapasannya, bahkan oleh sel-sel embrio yang tidak mati. Benih dapat
dikategorikan mempunyai daya hidup sekalipun benih itu tidak menunjukkan
pertumbuhan. Kalau benih itu menumbuhkan akar embrionalnya, benih itu hidup
(Sjamsoe’oed Sadjad, 1999).
Mutu benih mencakup tiga aspek, yaitu :
a.      Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas
yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh
tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman.
b.    Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh viabilitas benih
meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih.
c.      Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau
gulma, dan kadar air.

2
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah
sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi :
a.      Benih segar tidak tumbuh, yaitu selain benih keras yang gagal berkecambah
namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih
tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan
tumbuh normal.
b.    Benih keras, yaitu benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih
tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak
mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran
benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermiabel
terhadap gas dan air.
c.     Benih mati, adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak
segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang
telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena
adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat
kultur teknis dilapangan tanaman yang menjadi induk telah terserang hama dan
penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari
induknya.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah
sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak
tumbuh, benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan
mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat
menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak
ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu
penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. Benih keras adalah benih
yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu
menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika
dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil.
Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeable terhadap gas dan air.
Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak

3
segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang
telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena
adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat
kultur teknis dilapangan tanaman yang menjadi induk telah terserang hama dan
penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari
induknya (Ryoo and Cho, 2002).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana
benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara
umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA
2007).

2.2. Vigor Benih


Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal
pada kondisi suboptimum di lapang sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Tanaman dengan
tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari fenotipe kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahananya terhadap berbagai kondisi  yang menimpanya (Bewley and Black
2005).
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuktumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor
genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yangsama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari
indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah

4
pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang
didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak
menguntungkan di lapangan dapatmenambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
2006).
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –
masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2011).

2.3. Viabilitas dan Vigor benih


Menurut Sadjad (1999) viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang
dapat ditunjukkan melalui metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Tujuan
analisis viabilitas benih adalah untuk memperoleh informasi mutu fisiologi benih.
Klasifikasi metode analisis viabilitas 5 benih meliputi metode langsung dan tidak
langsung. Metode langsung apabila apabila menilai dari gejala pertumbuhannya.
Metode tidak langsung dilakukan dalam pengujian viabilitas benih apabila deteksi
viabilitas didasarkan pada aktivitas pernafasan pada sejumlah benih atau aktivitas
suatu enzim yang ada kaitannya dengan pertumbuhan (Sadjad 1993).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan

5
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang dapat menunjukan
bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan
gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih yang
diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis
biokimia (ISTA, 2007).
Benih yang ditanam memberikan dua kemungkinan hasil. Pertama, benih
tersebut menghasilkan tanaman normal sekiranya kondisi alam tempat tumbuhnya
optimum. Kedua, tanaman yang tumbuh abnormal atau mati. Benih mempunyai
daya hidup potensial atau Viabilitas Potensial (Vp), karena hanya akan tumbuh
menjadi tanaman normal apabila kondisi alamnya optimum. Benih yang masih
mampu menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alam tidak optimum atau
suboptimum disebut benih yang memiliki Vigor (Vg). Benih yang vigor akan
menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum
(Sadjad , et. al., 1999).
Benih vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam
suboptimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh. Vigor Kekuatan Tumbuh
(VKT) mengindikasikan vigor benih menghadapi lahan pertanian yang kondisinya
dapat suboptimum. Bila benih yang memiliki VKT tinggi ditanam di lahan
produksi, akan menumbuhkan tanaman yang tegar, tanaman yang pada akhirnya
akan membuahkan produksi yang normal walaupun kondisi alamnya tidak
optimum (Sadjad , et. al., 1999).

2.4. Uji Vigor


Penentuan kemurnian dilakukan untuk mengetahui komposisi contoh benih
yang diuji, yang mencerminkan komposisi kelompok benih yang diwakilinya.
Contoh kerja dipisahkan kedalam komponen benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran fisik lainnya. Kemurnian ditentukan berdasarkna presentase berat masing-
masing komponen terhadap berat awal contoh kerja. Pemurnian bertujuan untuk
membuang benih spesies lain yang berbeda dengan spesies yang diproduksi dan
bahan pengotor, tujuan yang lain yaitu memilioh benih murni dari benih-benih
yang kecil, berwarna tidak normal,benih-benih yang tidak sehat. (Marwanto 2010)

6
Pada prinsipnya Analisis kemurnian dilaboratorium merupakan memisahkan
contoh benih dalam tiga bagian yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain,
dan kotoran benih. Analisis kemurnian ini dilakukan dengan cara manual
menggunakan pinset. Benih yang akan diuji dihamparkan diatas meja analisis
kemudian benih dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu benih murni, benih lain, dan
kotoran. Hasil pengujian kemurnian ditulis dalam presentase dengan 1 desimal (1
angka dibelakang komna), jumlah presentae berat dari semua komponen harus
100%. Komponen yang beratnya kurang dari 0,05% supaya dilaporkan trace yang
berate ada tetapi jumlahnya sedikit dan dicantumkan macam komponennya.
Apabila ditemukan hasil nihil dari suatu komponen harus ditulis angka 0,0% pada
kolom yang disediakan (kolom-kolom pada kartu analisa tidak boleh dibiarkan
kosong). (Dwi sucipto. 2009)
2.5.    Uji Kekuatan Kecambah
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya
bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai.
Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah
pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut
yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan
(Eko Pramono, 2009).
 Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi
nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seedlot
(kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi
apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku
(Siregar dan Utami, 2004).
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan
salah satu komponen dari mutu benih (selain kemurnian dan kadar air). Viabilitas
benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi
benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi
lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih
yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada
produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan

7
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata
tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor
tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang
normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal).
Vigor dapat dibedakan atas:
1. Vigor benih
2. Vigor kecambah
3. Vigor bibit
4. Vigor tanaman
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang sebenarnya
sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang optimum.
Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sajad, 1993).
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari
performance fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat
berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai kondisi
yang menimpanya (Bewley and Black, 2005).
Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih
menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah
disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi
lapang yang optimum. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya hidup
benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala
metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas
potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada
kondisi lapang yang optitum (Harringto, 1972).

8
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena di ketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya
vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)

2.5. Pengujian Cepat Viabilitas dan Vigor Benih


Metode pengujian yang ideal berdasarkan ISTA (2007) memiliki beberapa
karakteristik, yaitu: murah, pelaksanaannya cepat, mudah dilakukan, objektif
(dapat distandarisasi dengan mudah dan terhindar dari interpretasi subjektif),
reproducible (dapat diulang). Pengujian cepat diantaranya dengan menggunakan
larutan Tetrazolium, metode daya hantar listrik, kebocoran membran, kandungan
klorofil, respirasi benih, dan lain-lain.
Pengujian cepat untuk menduga viabilitas atau vigor benih yang diteliti
adalah pengujian dengan menggunakan daya hantar listrik. Ismattullah (2003)
menyatakan bahwa penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap daya hantar listrik benih.
Arief (2009) melakukan penelitian tentang bocoran kalium sebagai indikator
vigor benih jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa bocoran kalium berkorelasi
negatif dengan bobot kering kecambah, daya berkecambah, keserempakan
tumbuh, dan kecepatan tumbuh. Bocoran kalium berkorelasi positif dengan daya
hantar listrik air rendaman benih dan gula pereduksi. Disamping itu, bocoran
kalium berkorelasi dengan beberapa variabel pertumbuhan vegetatif awal tanaman
di lapang.

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan hari Kamis, 26 September 2019 pukul 07:00-09:00
WIB, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah plastik, paku, label.
Serta bahan yang digunakan adalah benih Jagung, pasir, tanah, dan pecahan batu
bata.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja dalam pengamatan kali ini adalah :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum disiapkan.
2. Bagian bawah plastic ploybag dilubangi sekitar 3 sampai 5 lubang
menggunakan paku.
3. Wadah diisi dengan 3 buah ulangan
Ulangan pertama diisi dengan pasir, ulangan kedua diisi dengan pecahan
batu bata, sedangkan ulangan ketiga diisi dengan tanah liat.
4. Benih jagung dimasukkan ke dalam media tanam kurang lebih 5 buah
benih.
5. Amati tinggi kecambah dan panjang akarnya pada hari ke-4.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Vigor
Kelompok U1 (Tanah) U2 (Pasir) U3 (Pecahan Batu Bata )
TK PA TK PA TK PA
1 15,2 4,1 23,1 6 21,6 7,6
2 6,4 4,26 0,56 0,74 6,98 6,3
3 8,56 9,56 7,1 9,84 6,56 9,38
4 7,8 8,9 0,92 1,1 0,52 3,2
5 16,5 12 14,2 11 15,5 4,5
6 11,12 7,6 3,62 1,88 12,02 7,8
7 19,5 3,5 19 6 15,5 5

TK : Tinggi Kecambah
PA : Panjang Akar

11
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan mengenai pengujian uji vigor
benih yang mana nantinya diharapkan berbagai kemungkinan untuk mendapatkan
hasil pengujian benih yang bagus dengan asumsi benih itu benar-benar bermutu
dan berkualitas tinggi. Dalam melakukan pengujian mutu benih dengan
melakukan pengujian daya kecambah, sangat menentukan apakah benih tersebut
baik atau tidak. Uji viabilitas terhadap benih yang akan ditanam sangat perlu
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa tolak ukur dari benih
tersebut serta mengetahui perbedaan atau ciri-ciri dari kecambah normal atau
tidak normal. Pengujian viabilitas benih dapat mencakup pengujian daya
berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih.
Vigor Benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada
lingkungan yang kurang memadai (suboptimum), dan mampu disimpan pada
kondisi simpan yang sub optimum. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang
mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Juga dalam memanfaatkan unsur
sinar matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan biji. Cakupan
vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan
perkembangan kecambah.
Dalam praktikum ini bisa kita lihat hasil uji vigor terhadap benih kacang
hijau dengan tiga metode perlakuan menggunakan metode media tanah, media
pasir dan media batu bata. Pengamatan yang dilakukan kelompok 7, Benih mulai
mengalami pertumbuhan perkecambahan pada hari keempat dengan jumlah yang
cukup banyak namun tidak semua benih tumbuh kemudian dilanjutkan pada hari
berikutnya hingga hari ketujuh yaitu tinggi kecambah 19,5 cm dan panjang akar
3,5 cm pada media tanah, pada media pasir tinggi kecambah 19 cm dan panjang
akar 6 cm, sedangkan pada media batu bata tinggi kecambaha 15,5 cm dan
panjang akar 5 cm, hasil tersebut bisa dilihat pada data tabel hasil pengamatan uji
vigor diatas. Dapat dikatakan bahwa kemampuan vigor benih (kekuatan untuk
tumbuh) vigor benih kacang hijau ini cukup tinggi, karena dari ketiga
perlakuan(media tanah, pasir, dan batu bata) benih yang ditanam tumbuh dengan
tinggi kecambah dan panjang akar yang cukup bagus.

9
Dari hasil data pengamatan selama satu minggu untuk mengetahui hasil
perbandingan kecepatan vigor dari tiga metode dapat disimpulkan bahwa vigor
benih kacang hijau mampu tumbuh lebih cepat dan banyak pada metode
menggunakan media pasir hal ini disebabkan oleh sifat fisik pasir yang berbentuk
pori makro sehingga terbentuk rongga pori yang cukup besar untuk menunjang
perpanjangan akar tanaman namun masih mampu menyimpan kadar air yang
cukup bagi tanaman sehingga ketersediaan air masih terjaga untuk pertumbuhan
tanaman.
Berbeda dengan batu bata yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pada
pasir, meskipun ruang/pori yang dihasilkan besar untuk pemanjangan akar tetapi
tidak mampu menyimpan air dalam jumlah besar, sehingga ketersediaan air
kurang dan menghambat perrtumbuhan tanaman. Sedangkan media tanah, karena
tanah termasuk berpori mikro sehingga dapat menyimpan air lebih besar
dibandingkan dengan pasir ataupun batu bata, sehingga pertumbuhan tanaman
pada media tanah lebih cepat dibandingkan media pasir maupun batu bata, tetapi
karena sifat tanah yang berpori mikro, menyebabkan tidak ada ruang yang cukup
untuk pemanjangan akar, sehingga dari ketiga media panjang akar pada media
tanah adalah yang paling pendek.
Dari hasil penelitian tersebut bahwa untuk benih kacang hiaju yang kami uji
ternyata daya kecambahnya adalah 100% serta mampu tumbuh dengan baik di
tiga media yaitu media tanah, pasir, dan batu bata. Jadi kita asumsikan bahwa
benih kacang hijau ini layak digunakan untuk ditanam.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum uji Vigor yang telah kami lakukan, kesimpulan yang kami
dapatkan adalah bahwa Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang
mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi
aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan
kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi
merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang
berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain Kecepatan dan
keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah, Kemampuan
munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai
untuk pertumbuhan, Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat
produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi
yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan, Tahan disimpan lama, Tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, Cepat dan pertumbuhannya merata,
Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
lingkungan tumbuh yang sub optimal

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah

11
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. 2009. Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung.. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.29: 313-319.
Bagod 2006. Biologi: Sains Kehidupan. Surabaya: Penerbit Yudhistira.
Bewley and Black 2005. Physiology and Biochemistry of Seed in Relation to
Germination. New York: Heidelberg.
Danuarti 2005. Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman.  Jurnal Ilmu Pertanian.
11 (1) : 22-31.
Harringto. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed
Ismatullah. 2003. Studi penciri mutu benih kedelai (Glycine max L.
(Merr))varietas Wilis selama masa penyimpanan. Skripsi. Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hal 39.
ISTA  2007. International Rule for Seed Testing Edition 2007. Swizerland:
International Seed Testing Association.
Murwanto. 2010. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang.
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandar lampung.
Universitas Lampung.
Ryoo, M.I. and Cho H.Q 2002. Feeding and oviposition preference and
demography of rice weevil. Entomol. 21 : 549-555.
Sadjad, Syamsoeoed. 1994. Kualifikasi metabolism benih. Press Grasindo:
Jakarta.
Sadjad, Syamsoeoed.1993. dari benih kepada benih. Press Grasindo: Jakarta.
Sadjad, Syamsoe’oed. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo. Jakarta.
Siregar, H. dan N.W. Utami. 2004. Perkecambahan biji Kenari Babi (Canarium
decumanum Gaertn). Jurnal Kebun Raya Indonesia. (8)1 : 25-29,
Sucipto, Dwi. 2009. Biologi. Erlangga; Jakarta.
Sutopo, Lita. 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sutopo, Lita. 1984. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai