LP Acs Nstemi
LP Acs Nstemi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA NIM
Moh.Rian hidayat PO7120318082
Rai cristovel PO7120318007
Rahmadiani PO7120318012
Nismayanti sail PO7120318015
Graciano rian mesak molano PO7120318016
Gilang agustian bahmid PO7120318018
Putri PO7120318020
KATA PENGANTAR
Puji syukur tuhan yang maha esa yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas
tentang “Asuhan Keperawatan Klien Tn. N dengan Hernia di Ruang Matahari Rumah
klinik ruangan Matahari yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihakyang maha esa
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
A. KONSEP PENYAKIT....................................................................
1. Definisi......................................................................................
2. Anatomi dan fisiologi...............................................................
3. Etiologi......................................................................................
4. Manifestasi klinis......................................................................
5. Patofisiologi..............................................................................
6. Pathway.....................................................................................
7. Komplikasi................................................................................
8. Pemeriksaan diagnostic.............................................................
9. Penatalaksanaan medis..............................................................
A. Identitas.....................................................................................
B. Pengkajian.................................................................................
C. Analisa data...............................................................................
D. Diagnosis keperawatan.............................................................
E. Nursing planning.......................................................................
F. Implementasi.............................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Andra (2006) mengatakan Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian
SKA adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang
disertai Infark Miocard akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi
terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak
stabil.
Harun (2007) berpendapat istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk
coroner Akut merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit coroner
yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark
miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca
darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain
B. Etiologi
menerus.
C. Klasifikasi
1. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan
nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2 kali per
hari.
2. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1 bulan
Secara Klinis:
gagal napas.
2. Kelas B: Primer.
3. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan
D. Patofisiologi
serta aliran darah coroner yang mendadak berkurang. Hal ini terjadi pada pla
coroner yang kaya lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque). Ini
disebut fase plaque disruption ‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur
maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan bersama faktor VIIa
koroner. Ini disebut fase acute thrombosis ‘trombosi akut’. Proses inflamasi yang
menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis tersebut. Sel inflamasi tersebut
jaringan dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh karena itu,
pada kejadian coroner akut(IMA) dan mempunyai nilai prognostic. Pada 15%
endotel ini dapat disebabkan meningkatnya inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh
Nitric Oxide Synthase (eNOS). Oksigen reaktif ini dianggap dapat terjadi pada
jantung. Diduga masih ada beberapa enzim yang terlibat dalam produk radikal
disfungsi endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu. Pada keadaan
disfungsi endotel, faktor konstriktor lebih dominan (yakni endotelin-1,
tromboksan A2, dan prostaglandin H2) daripada faktor relaksator (yakni nitrit
oksid dan prostasiklin). Nitrit Oksid secara langsung menghambat proliferasi sel
otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke endotel, serta agregasi platelet dan
fibrilasi ventrikel, dan luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti secara
sampai dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal, yakni tipis
- tebalnya fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi pada kapsul,
akut, khususnya IMA, dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yakni aktivitas/ latihan
fisik yang berlebihan (tak terkondisikan), stress emosi, terkejut, udara dingin,
waktu dari suatu siklus harian (pagi hari), dan hari dari suatu mingguan (Senin).
keluhan nyeri ditengah dada, seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar
ke leher,lengan kiri dan kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas
dan keringat dingin, dan keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi
kanan atau kiri, bahu,serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina).
Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung
selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah,
leher, bahu dan lengan serta ke punggung. Nyeri dapat timbul pada waktu
istirahat. Nyeri ini dapat pula timbul pada penderita yang sebelumnya belum
pernah mengalami hal ini atau pada penderita yang pernah mengalami angina,
namun pada kali ini pola serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.
3. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya
terasa di ulu hati. Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sakit dada
gelombang Q patologik
3. Peningkatan enzim jantung (paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal),
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap
G. Penatalaksanaan
SKA adalah:
beratnya ST-elevasi. Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level
secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray. Jika sakit dada
tetap ada setelah 3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip intravena 5–
10 ug/menit (jangan lebih 200 ug/menit ) dan tekanan darah sistolik jangan
tekanan darah juga menurun, sehingga preload dan after load menurun, beban
4. Aspirin: harus diberikan kepada semua pasien Sindrom coroner akut jika tidak
A2. Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi platelet dan konstriksi arterial.
risiko tinggi dari 14% menjadi 10% dan nonfatal IMA sebesar 30%. Dosis
"chewable" dari pada tablet, terutama pada stadium awal 3,4. Aspirin
suppositoria (325 mg) dapat diberikan pada pasien yang mual atau muntah 4.
dan iskemia berulang pada pasien yang telah mengalami implantasi stent
tetapi dapat dicegah dengan pemberian Aspirin dosis rendah (100 mg/hari)
baik dengan menurunnya risiko trombosis tersebut dari 4,5% menjadi 1,3%,
dikombinasi dengan Aspirin, namun tidak ada korelasi dengan netropenia dan
lebih rendah komplikasi gastrointestinalnya bila dibanding Aspirin, meskipun
tidak terlepas dari adanya risiko perdarahan. Didapatkan setiap 1.000 pasien
sebagai antiplatelet agregasi dalam 2 jam setelah pemberian obat dan 40–60%
meliputi:
1. Heparin: Obat ini sudah mulai ditinggalkan karena ada preparat-preparat baru
yang lebih aman (tanpa efek samping trombositopenia) dan lebih mudah
platelet. Dosis UFH yang dianjurkan terakhir (1999) ialah 60 ug/kg bolus,
dan infus 1.000 ug/jam untuk pasien dengan berat badan < 70 kg.
dengan UFH, yaitu mempunyai waktu paruh lebih lama; high bioavailability;
menghambat alur faktor jaringan; dan lebih besar efek hambatan dalam
Tak ada perbedaan antara pemberian Warfarin plus Aspirin dengan Aspirin
agregasi platelet tersebut dan cukup kuat terhadap semua tipe stimulan seperti
Tirofiban, dan Eptifibatide yang diberikan secara intravena. Ada juga secara
meningkatkan mortalitas. Secara invitro, obat ini lebih kuat daripada Aspirin
dengan Aspirin, Heparin, maupun pada saat tindakan angioplasti dengan hasil
pada Abciximab tetapi tidak terjadi pada Eptifibatide atau Tirofiban dengan
asam amino polipeptida yang mengikat langsung trombin. GUSTO IIb telah
6. Trombolitik: dengan trombolitik pada STEMI dan left bundle branch block
(LBBB) baru, dapat menurunkan mortalitas dalam waktu pendek sebesar 18%
29, namun tidak menguntungkan bagi kasus APTS dan NSTEMI. Walaupun
penuh UFH adalah superior dari Streptokinase, hanya 54% pasien mencapai
dengan balon dan lalu dipasang alat yang disebut stent.Dengan demikian
aliran darah akan dengan segera dapat kembali mengalir menjadi normal.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Koroner Akut (SKA)
A. Pengkajian:
1. Identitas klien (umumnya jenis kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun)
2. Keluhan (nyeri dada, Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat , terasa panas,
di dada retro sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8
panas, di dada retro sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala
ginjal).
B. Pemeriksaan Penunjang:
gelombang Q patologik)
2. Enzim jantung (meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal,
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap
C. Pemeriksaan Fisik
2. B2: suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral dingin
4. B4: oliguri
IDENTITAS
PENGKAJIAN
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Kabelota Donggala pada hari Rabu 21
P : sakit disebabkan oleh nyeri ulu hati yang dirasakan saat terbangun
Klien mengatakn nyeri ulu hati,mual muntah dan sesak nafas sehingga
membuat kliaen susah beraktivitas dan terganggu pola tidur klien Nampak
kesakitan
O
1 Pola aktivitas dan Semua aktivitas dilakukan Sebagian aktivitas dibantu
metabolism
Porsi
Sering Jarang
-minum
Frekuensi
3
2x/hari 2x/hari
Pola eleminasi Lunak Lunak
-BAB Coklat Coklat
Frekuensi
Konsistasi 3 - 4x/hari 3 – 4x/hari
Warna
-BAK Kuning Kuning
4 Frekuensi
Warna
2x/hari Belum pernah
Pola kebersihan diri 2x/hari Belum pernah
Mandi 4 hari sekali Belum pernah
Sikat gigi
5
Cuci rambut
Klien tidak terlalu Klien sadar kalua kesehatan itu
mementingkan kesehatan sangat penting
dirinya
Persepsi kesehatan dan
6
penatalaksanaan
1 – 2 jam Pola tidur terganggu karena
22.00 – 07.00 wita sesak dan nyeri yang dirasakan
Pola istirahat tidur
7
Siang Klien mengatakan memiliki Klien mengatakan memiliki
Malam hubungan baik dengan keluarga hubungan baik dengan keluarga
9
Klien mengatakan beragama Klien mengatakan selama sakit
islam dan selalu menjalanka hanya berdoa ditempat tidur
sholat 5 waktu
Pola kepercayaan
spritual
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Bb : 56 kg
Tb : 165 cm
TTV
- TD : 170/100 mmHg
- N : 109 x/menit
- R : 29 x/menit
- S : 36,5 ⸰c
Skala nyeri : 5
Head to toe
Kepala
Mata
Muka
Hidung
Nampak lembab
Telinga
Rongga mulut
pernafasan 29 x/menit
Jantung
Perkusi : batas jantung dengan paru- paru pada ICS 3,4,5 dengan bunyi
memendek
Abdomen
Perkusi : bunyi tympani pada kwadran kiri atas bawah,sisi kanan atas bunyi
pekak
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan terdapat nyeri tekan pada abdomen kiri
bagian atas
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : lengkap kiri dan kanan tidak ada cacat terpasang IVFD NaCl 16 TPM
Genetalia
Pemeriksaan penunjang
N0 RM : 025815
Penatalaksanaan Medis
Klasifikasi Data
DS :
DO:
- Ku sedang
- Klien Nampak kesakitan
- Klien Nampak susah beraktivitas
- Kesadaran compos metis
- Pola tidur terganggu karena sesak nafas yang dirasakan
- Terpasang oksigen nasak kanul 4 lpm
- GCS E : 4, V : 5, M : 6 = 15
- TTV
- TD : 170/100 mmHg
- S : 36,5
- N : 109 x/menit
- R : 29 x/menit
- Skala nyeri 5
ANALISA DATA
MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Pola nafas tidak efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pendahulian dari BAB I,II, dan III penulis dapat
Adapun beberapa diagnose didapatkan pada klien dengan Hernia yang akan
digunakan untuk membuat rencana tindakan keperawatan bagi klien tersebut yaitu
nstemi.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini, yaitu :
1. Bagi institusi pendidikan
ilmiah kedepannya.
2. Bagi perawat
teliti dan terampil dan prinsip “Time saving is live saving” namun ketenagan
menerapkan asuhan keperawatan baik dari segi fasilitas maupun kerja sama
dengan tim medis (dokter, tim analis dll) segingga diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang optimal dan sbaik baiknya kepada pasien, untuk
lanjut
4. Bagi mahasiswa
telah didapat tentang hernia serta membagikannya kepada orang lain sehingga
Andra. (2006). Sindrom Koroner Akut. Pendekatan Invasif Dini atau Konservatif.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=197.
Carpenito. (1998). Diagnosa Keperawata: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi VI.
Jakarta: EGC
Rilantono, dkk. (1996). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Wasid (2007). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut.
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/05/tinjauan-pustaka-konsep-
baru penanganan.html.