Anda di halaman 1dari 2

Tatalaksana

1. Pemberian cairan/ rehidrasi


Merupakan langkah awal dalam tatalaksana Ketoacidosis Diabetik.
Ditujukan untuk ekspansi cairan intraselular, intravaskular, interstisial, dan
restorasi perfusi ginjal. diberikan dengan cairan salin isotonik (NaCI 0,9%) dosis
15-20 cc/kg BB/jam pertama atau satu sampai satu setengah liter pada jam
pertama. indak lanjut cairan pada jam-jam berikutnya tergantung pada keadaan
hemodinamik, status hidrasi, elektrolit, dan produksi urin. Penggantian cairan
dapat dilakukan sampai dengan 24 jam, dan penggantian cairan sangat
mempengaruhi pencapaian target gula darah, hilangnya benda keton, dan
perbaikan asidosis.

2. Pemberian insulin
Terapi kausatif utama pada Ketoacidosis Diabetik. Pemberian insulin regular
dosis rendah intravena merupakan cara yang efektif dan palin banyak dipilih.
Dengan pemberian dosis 0,1-1,15 unit/jam. Pemberian dosis yang rendah. terjadi
penurunan glukosa plasma dengan kecepatan 50-100 mg/dl setiapjam sampai
glukosa turun ke sekitar 200 mg/dl, lalu kecepatan insulin diturunkan menjadi
0,02-0,05 unit/kgBB/jam. Jika glukosa sudah berada di sekitar 150-200 mg/dl
maka pemberian infus dekstrose dianjurkan untuk mencegah hipoglikemia

3. Transisi ke insulin subkutan


Setelah krisis hiperglikemia teratasi dengan pemberian insulin intravena dosis
rendah, maka langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa KAD sudah
memasuki fase resolusi dengan kriteria gula darah kurang dari 200 mg/ dl dan dua
dari keadaan berikut: serum bikarbonat lebih atau sama dengan 15 mEq/l, pH
vena >7,3, dan anion gap hitung kurang atau sama dengan 12 mEq/l.

Agar tidak terjadi hiperglikemia atau KAD berulang maka sebaiknya penghentian
insulin intravena dilakukan 2 jam setelah suntikan subkutan pertama. Asupan
nutrisi merupakan pertimbangan penting saat transisi ke subkutan, jika pasien
masih puasa karena sesuatu hal atau asupan masih sangat kurang maka lebih baik
insulin intravena diteruskan.

4. Kalium
Sejatinya pasien KAD akan mengalami hiperkalemia melalui mekanisme
asidemia, defisiensi insulin, dan hipertonisitas. Jika saat masuk kalium pasien
normal atau rendah, maka terdapat defisiensi kalium yang berat di tubuh pasien
sehingga butuh pemberian kalium yang adekuat karena terapi insulin akan
menurunkan kalium.
Monitor jantung perlu dilakukan pada keadaan tersebut agar jangan terjadi
aritmia. Untuk mencegah hipokalemia maka pemberian kalium sudah dimulai
manakala kadar kalium di sekitar batas atas nilai normal.
5. Bikarbonat
Jika asidosis memang murni karena KAD, maka koreksi bikarbonat tidak
direkomendasikan diberikan rutin, kecuali jika pH darah kurang dari 6,9. Hanya
saja pada keadaan dengan gangguan fungsi ginjal yang signifikan, seringkali sulit
membedakan apakah asidosisnya karena KAD atau karena gagal ginjalnya. Efek
buruk dari koreksi bikarbonat yang tidak pada tempatnya adalah meningkatnya
risiko hipokalemia, menurunnya asupan oksigen jaringan, edema serebri, dan
asidosis susunan saraf pusat paradoksal.

Anda mungkin juga menyukai