Anda di halaman 1dari 4

3.

Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik dalam Kegawatdaruratan

Selain mengatasi hiperglikemia, penatalaksanaan KAD ditujukan untuk mengatasi


dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis (Eledrisi & Elzouki, 2020; Smeltzer,
2018 dalam (Handayani, 2022). Penatalaksanaan KAD memerlukan pengawasan
yang ketat, jika KU terlihat jelek maka dapat ditangani masuk ke ICU. Berikut
penatalaksaan KAD dalam kegawatdaruratan.

a) Fase I (Gawat)
1. Rehidrasi
Prioritas utama pada penatalaksanaan KAD adalah terapi cairan.
Studi menunjukkan bahwa selama empat jam pertama, lebih dari
80% penurunan kadar gula darah disebabkan oleh rehidrasi,
rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang
otak 24 – 48 jam).Oleh karena itu, hal penting pertama yang harus
dipahami adalah penentuan difisit cairan yang terjadi (Gotera &
Agung Budiyasa, 2010).
a. Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading
dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50
tpm selama 18 jam (4-6L/24jam). NS 0,9% yang
diinfuskan dalam kecepatan tinggi 0,5-1 L/jam selama 2-3
jam untuk menggantikan cairan yang hilang akibat
polyuria, hiperventilasi, diare, dan muntah. Sumber lain
menjelaskan bahwa cairan fisiologis (NaCl 0,9%)
diberikan dengan kecepatan 15 – 20 ml/kgBB/jam atau
lebih selama jam pertama (± 1 – 1,5 liter). Atau petunjuk
praktis pemberian cairan sebagai berikut : 1 liter pada jam
pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter
setiap 4 jam (Gotera & Agung Budiyasa, 2010)
b. Apabila kadar glukosa darah mencapai 300mg/dl (16,6
mmol/L) atau kurang, larutan IV dapat diganti menjadi
dekstrosa 5% dalam air (D5W) untuk mencegah
penurunan kadar glukosa darah secara drastic (Handayani,
2022)
c. Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam), bila syok teratasi
berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d. Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
e. Monitor keseimbangan cairan
2. Insulin
Kondisi asidosis KAD dibalikkan dengan insulin, yang
menghambat pemecahan lemak. Pemakaian insulin akan
menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga menekan produksi
benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan
lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan
utilisasi glukosa oleh jaringan.
a. Insulin (hanya insulin regular) diinfuskan dengan kecepatan
lambat secara kontinu (mis.5 unit per jam). Larutan cairan
IV dengan konsentrasi glukosa yang lebih tinggi, seperti
larutan NS (mis. D5NS, D5, 45NS), diberikan ketika kadar
glukosa darah mencapai 250-300 mg/dl (13,8- 16,6
mmol/L), agar kadar glukosa darah tidak anjlok terlalu
cepat. Insulin IV harus terus diinfuskan sampai kadar
bikarbonat serum meningkat dan pasien dapat makan.
b. Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc) dan
berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan
isotonic
c. Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 
mEq/L ³250mg%,Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
d. Infus K (tidak boleh bolus)
̶ Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
̶  Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
̶ Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
̶ Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
e. Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama,
selanjutnya tiap 4 jam sekali
3. Infus Bikarbonat
Bila pH 7,1 tidak diberikan. Pada pasien dengan pH 6,9 – 7,0, 50
mmol natrium bikarbonat dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis
dan diberikan dengan kecepatan 200 ml/jam. Natrium bikarbonat
tidak diperlukan jika pH > 7,0.
4. Kalium
Kalium adalah elektrolit utama dalam menangani KAD yaitu untuk
mengembalikan elektrolit Penggantian kalium yang dilakukan
dengan hati-hati namun pada waktu yang tepat sangat penting
untuk mencegah disritmia jantung yang menyertai hypokalemia.
Terapi kalium dimulai saat terapi cairan sudah dimulai, dan tidak
dilakukan jika tidak ada produksi urine, terdapat kelainan ginjal,
atau kadar kalium > 6 mEq/l
a. Untuk mencegah hipokalemia, penggantian kalium dimulai
setelah kadar kalium serum kurang dari 5,0, sumber lain
menyebutkan nilai 5,5 mEq/l. Umumnya, 20 – 30 mEq
kalium (2/3 KCl dan 1/3 KPO4) pada tiap liter cairan infus
cukup untuk memelihara kadar kalium serum dalam range
normal 4 – 5 mEq/l
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi.

b) Fase II/Maintenance
1. Cairan maintenance
a. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2. KaliumPerenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
3. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tid
ak nafsu makan,boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.
4. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA

Gotera, W., & Agung Budiyasa, D. (2010). Penatalaksanaan Ketoasidosis


Diabetik (KAD). Journal of Internal Medicine, 11(2), 126–138.

Handayani, E. (2022). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Tn. P dengan


Ketoasidosis Diabetikum. Professional Thesis Universitas Muhammadiyah
Malang, 9–10.

Anda mungkin juga menyukai