PENGKAJIAN SPIRITUAL DAN KULTURAL PADA KLIEN HIV/AIDS
DENGAN LONG TERM CARE”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV-AIDS
Dengan Dosen Pengampu: Afrihal Afiif Ibaadillah, SST., M.Kes
Disusun Oleh :
DWI FEBRIYANTI
(1914314201040)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2021/2022 A. Penatalaksanaan Pengkajian Pada Aspek Spiritual
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan
melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan dengan memeriksa keyakinan spiritual dengan memfokuskan perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya, menghindari anggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual, memahami pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual pasien, merespon secara singkat, spesifik, dan aktual, mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati terhadap masalah pasien, membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama, serta memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. (Saharuddin. Safrullah Amir, 2018)
Dalam penatalaksanaan aspek spiritual pada pasien HIV/AIDS dengan
long term care adalah sebagai berikut :
1. Membantu menerima proses berduka pasien terminal HIV/AIDS
Proses pengobatan dengan menggunakan terapi antiretroviral (ARV) dan terapi infeksi sekunder atau infeksi oportunistik yang dijalani sampai mendekati akhir hidupnya dapat memberikan beban psikologis bagi pasien terminal HIV/AIDS hingga mengarahkan untuk mengalami suatu reaksi emosional atau respon berduka. Disini peran perawat sebagai pendamping atau konselor harus memberikan solusi setiap masalah yang dihadapi pasien saat pasien melewati proses berduka yaitu fase denial, anger, bargening, depression, dan acceptance.
2. Memberikan dukungan spiritual pada pasien terminal HIV/AIDS
Penatalaksanaan keperawatan aspek spiritual dapat dengan memberikan dukungan spiritual yang lebih kepada penguatan iman, memberikan harapan dan makna hidup sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien terminal HIV/AIDS. Sehingga tingkat keimanan pasien menjadi lebih baik dan dapat menurunkan rasa sakit yang dirasakn pasien terminal HIV/AIDS serta meningkatkan energi pada pasien. Perawat juga dapat memberikan dukungan spiritual kepada keluarga pasien teminal HIV/AIDS dengan menyarankan keluarga untuk membacakan doa keoada Tuhan sesuai keyakinan untuk mengharapkan kesembuhan. Secara tidak langsung doa dapat memberikan manfaat bagi manusia khususnya dalam penyembuhan. (Sugiyanto et al., 2018) 3. Mengajarkan cara mendekatkan diri pasien terminal HIV/AIDS kepada Tuhan Perawat dapat mengajarkan cara mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Cara yang dilakukan mendekatkan diri pada Sang Pencipta dapat dengan berdzikir jika dalam agam islam, bisa juga dengan meditasi untuk menurunkan stress pada pasien sehingga tidak memperburuk keadaan. Dengan mendekatkan diri dapat memberikan rasa tenang dan membuat pikiran selalu berfikir positif. Pikiran yang positif akan membuat orang untuk berusaha mencari makna positif dari peristiwa/penderitaan yang dialaminya sehingga akan meningkatkan pola koping. Meningkatnya pola koping akan membuat ODHA mampu untuk beradaptasi dengan tekanan dari peristiwa/penderitaan yang sedang dijalaninya. (Sugiyanto et al., 2018) 4. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terminal terhadap kesembuhan Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan spiritual pada pasien terminal. Dalam penatalaksanaannya perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk melanjutkan pengobatan. 5. Mengajarkan pasien berfikir positif Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit. (Pramestika et al., 2020) 6. Memberikan kekuatan pada pasien Perawat sebagai konselor dapat menguatkan diri pasien terminal HIV/AIDS dengan memberikan contoh nyata bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan kepada umatNya, melebihi kemampuannya . Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah yang sangat penting dalam kehidupannya.
B. Penalaksanaan Pengkajian Pada Aspek Kultural
Penatalakasanaan yang dilakuakan dalam tindakan keperawatan selama ini
adalah melaksanakan bimbingan sosial HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupannya.
Adapun penatalaksanaan lain untuk HIV/AIDS dalam konteks sosial-
budaya adalah dengan : (Pramestika et al., 2020)
1. Mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat, bersih dan teratur
sesuai dengan norma-norma dan budaya yang ada. 2. Mengubah persepsi dan kepercayaan yang salah tentang penyakit AIDS 3. Memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang bahaya AIDS dengan program penyuluhan yang intensif dan berkesinambungan dengan menyertakan peran aktif masyarakat 4. Memberikan dukungan sosial yang efektif dan efisien terhadap penderita, sehingga penderita bisa hidup wajar dan tidak terisolasi serta tidak berbuat yang merugikan orang lain, keluarganya, masyarakatnya dan dirinya sendiri. 5. Anggota keluarga dengan HIV/AIDS perlu peduli dan bekerja sama dengan relawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi, tata cara perawatan di rumah, dan pemulasaran jenazah 6. Upaya untuk mengurangi diskriminasi dan stigma negative dari keluarga dan masyarakat sekitar, menjaga kerahasiaan status klien dari keluarga dan masyarakat selama klien belum sanggup untuk membuka diri, serta mendampingi DAFTAR PUSTAKA
Pramestika, D., Janna, H. H. B., & Hanggarini, N. T. (2020). Pengkajian
Spiritual , Kultural Pada Pasien Dengan HIV AIDS Dan Long Term Care. Universitas MH Thamrin Jakarta, 1–18.
Saharuddin. Safrullah Amir, R. (2018). Penerapan Model Pelayanan Keperawatan
berbasis spiritual Ditinjau dari aspek Keperawatan Spiritual DI RS Islam Faisal Makasar. Hospital Majapahit, 10(1), 8–22.
Sugiyanto, S., Tarigan, E., & Kusumaningsih, I. (2018). Pengalaman Spiritualitas
Doa Pasien Hiv/Aids Di Rsud Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA, 1(2), 85. https://doi.org/10.32524/jksp.v1i2.386