Anda di halaman 1dari 26

JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Print), ISSN 2615-6563 (Online)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

PENGALAMAN SPIRITUALITAS DOA PASIEN HIV/AIDS DI RSUD


SAWERIGADING PALOPO DENGAN PENDEKATAN TEORI CALISTA ROY

Praying Spirituality Experience to HIV/AIDS patient at Public Hospital of


Sawerigading, Palopo City with the approach of the Theory of Calista Roy

Sugiyanto1, Emiliana Tarigan2, Indriati Kusumaningsih2


1 STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo
2 STIK Sint Carolus Jakarta
Email: sugiyantodarman@gmail.com

Submisi: 20 Juli 2018 ; Penerimaan: 10 Agustus 2018 ; Publikasi 31 Agustus 2018

ABSTRAK
Ketika seseorang telah didiagnosa menderita HIV/AIDS, maka dia akan mengalami perubahan dalam
hidupnya seperti perubahan perilaku, perubahan sosial, dan perubahan psikologis. Perubahan-
perubahan tersebut dapat menjadi beban atau tekanan mental yang disebut dengan stresor psikologis
bagi penderita HIV/AIDS. Pada kondisi seperti ini penderita HIV/AIDS memerlukan banyak
dukungan, salah satunya adalah dukungan spiritualitas. Aspek spiritualitas dan doa tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan setiap orang, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit. Aspek ini
berhubungan erat dengan proses penyembuhan khususnya pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini
bertujuan menggali pengalaman spiritualitas doa pada pasien HIV/AIDS dengan pendekatan teori
Calista Roy. Desain penelitian mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Sebanyak empat partisipan bersedia menandatangani informed consent dan berpatisipasi dalam
penelitian ini dengan menceritakan pengalaman spiritualitas doa mereka. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan menggunakan alat bantu pengumpul data berupa
pedoman wawancara, catatan lapangan dan telaah dokumen. Data dianalisis menggunakan metode
Collaizi (1978) dan menggunakan bantuan software QSR Nvivo versi 10,0. Hasil penelitian ini
mengungkap tujuh tema yaitu: (1) proses berduka pada penderita HIV/AIDS, (2) dukungan keluarga
pada penderita HIV/AIDS, (3) nilai HIV/AIDS bagi penderitanya, (4) cara mendekatkan diri pada
Tuhan, (5) hakikat doa bagi penderita HIV/AIDS, (6) harapan terhadap kehidupan, dan (7) harapan
terhadap pelayanan keperawatan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lebih lanjut
tentang pengalaman spiritualitas doa pada pasien HIV/AIDS terkait dengan perbedaan jenis kelamin
dan agama, perlunya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan secara holistik terlebih pada
aspek spiritual dan perlunya menumbuhkan sikap caring dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
Kata kunci: Spiritualitas, Doa, HIV/AIDS, Teori Calista Roy

ABSTRACT
When a person has been diagnosed with HIV/AIDS, he will experience changes in his life such as
changes in behavior, social change, and psychological changes. These changes can be a mental
pressure or psychological stressors for people with HIV/AIDS. Conditions like this, people with HIV /
AIDS need a lot of support, one of which is the support of spirituality. Spirituality and praying
aspects may not be separated from human life, either in health or unhealthy/ill condition. Closely, it
is correlated with treatment process for patient with HIV/AIDS. The aim of research is to discovering
spirituality and praying experience to patient with HIV/AIDS with the approach of the Calista Roy
Nursing Theory. This research design is qualitative with phenomenology approach. Four participants
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di RSUD
Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy
85
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
had participated in this research by telling his/her related with spirituality and praying experience.
Data collection conducted using of indeepth interview and using aid tool of interview guide, field
research/notes, and document study. The data analyze using both Collaizi (1978) and software of
QSR Nvivo. This research result reveals seven (7) themes those are: (1) sorrow process of HIV/AIDS
patient; (2) family support to HIV/AIDS patient; (3) HIV/AIDS value against sufferer; (4) method of
approaching God (5) essence of praying for HIV/AIDS sufferer; (6) life wishing/acceptance, and (7)
nursery service wish. This research recommend for further research related with gender variance,
increasing of service quality of nursery holistically and spiritual aspect more specifically as well as to
grow caring attitude to implement nursery to patient.
Keyword: Spiritual, Praying, HIV/AIDS, Calista Roy Nursing Theory

PENDAHULUAN penyesuaian diri untuk


Penyakit HIV/AIDS merupakan menanggulangi permasalahan
masalah kesehatan global termasuk tersebut. Proses kontrol untuk
Indonesia, dimana HIV/AIDS beradaptasi inilah menurut Calista
merupakan penyakit yang belum ada Roy yang disebut dengan mekanisme
obatnya dan belum bisa disembuhkan koping.
(Nasronurdin, 2012). Situasi ini Untuk meningkatkan
diperberat dengan fenomena yang mekanisme koping maka seseorang
terjadi dimasyarakat, kurangnya perlu mendapatkan dukungan sosial,
kesadaran masyarakat akan perilaku dan dukungan spiritual (Nursalam,
hidup sehat menjadi salah satu 2009). Dukungan sosial meliputi rasa
penyebabnya. Masyarakat pada empati, penghargaan, memberikan
umumnya juga sering enggan nasehat dan saran. Sedangkan
berbicara tentang perilaku beresiko, dukungan spiritual lebih kepada
karena berhubungan dengan nilai- penguatan iman, memberikan harapan
nilai masyarakat yang dianggap tabu dan makna hidup sehingga dapat
dan sering bertentangan dengan meningkatkan kualitas hidup.
norma-norma yang ada dimasyarakat. Hasil studi pendahuluan
Hal ini pula yang menyebabkan menemukan fenomena bahwa, di
penyakit HIV/AIDS bersifat kronik RSUD Sawerigading Kota Palopo
dan sangat sulit untuk disembuhkan belum menyediakan pelayanan
sehingga jumlah kejadiannya pun spiritualitas (rohaniawan) bagi pasien
mengalami peningkatan dari tahun ke terminal/kronik termasuk pasien
tahun (Nursalam, 2009). HIV/AIDS. Selain itu perawat sebagai
Ketika seseorang telah tenaga kesehatan belum memberikan
didiagnosa menderita HIV/AIDS, pelayanan untuk memenuhi
maka dia akan mengalami perubahan kebutuhan aspek spiritual. Pasien
dalam hidupnya seperti perubahan hanya mendapatkan dukungan
perilaku, perubahan sosial, dan spiritual dari keluarga, teman dan
perubahan psikologis.Perubahan- tokoh agama yang datang
perubahan tersebut dapat menjadi menjenguknya. Dengan kata lain
beban atau tekanan mental yang kebutuhan spiritualitas pasien tidak
disebut dengan stresor psikologis bagi terpenuhi secara maksimal. Padahal
penderita HIV/AIDS. Stresor pemenuhan kebutuhan spiritual sangat
psikologis adalah setiap keadaan atau diperlukan oleh pasien HIV/AIDS
peristiwa yang menyebabkan untuk dapat menerima kondisinya dan
perubahan dalam kehidupan mendekatkan diri pada Tuhan.
seseorang, sehingga orang itu Ada beberapa cara yang dapat
terpaksa mengadakan adaptasi atau dilakukan untuk mendekatkan diri
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di RSUD
Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy
86
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

pada Tuhan salah satunya dengan kehidupan yang dialami oleh


berdoa. Doa berpengaruh dalam partisipan dan menjelaskan perspektif
proses penyembuhan. Benson filosofi yang mendasari fenomena
menyimpulkan bahwa ketika tersebut.
seseorang terlibat secara mendalam Partisipan yang terlibat dalam
dengan doa yang diulang-ulang penelitian ini sebanyak empat orang,
(repetitive prayer), ternyata akan semua berjenis kelamin laki-laki dan
membawa berbagai perubahan beragama Islam. Pemilihan partisipan
fisiologis, antara lain berkurangnya berdasarkan metode purposive
kecepatan detak jantung, menurunnya sampling berdasarkan pada kriteria
kecepatan napas, menurunnya yang telah ditetapkan oleh peneliti,
tekanan darah, melambatnya yaitu: bersedia ikut serta dalam
gelombang otak dan pengurangan penelitian dan bersedia menceritakan
menyeluruh kecepatan metabolisme. kembali pengalamannya dinyatakan
Perry & Potter (2013) mengatakan dengan informed consent, pasien telah
spiritualitas doa bagi pasien mengetahui/didiagnosa positif
HIV/AIDS merupakan pengalaman menderita HIV/AIDS, usia antara 20-
pribadi yang unik pada setiap pasien, 45 tahun, tidak sedang dalam
yang dapat memberikan makna yang gangguan neurologis (kesadaran
berbeda karena dipengaruhi oleh iman menurun), pasien pernah dan sedang
dari setiap individu untuk bisa dirawat di RSUD Sawerigading Kota
memelihara hidup dan menerima Palopo, dan mampu berkomunikasi
pemberian Tuhan. menggunakan bahasa Indonesia
Berdasarkan fenomena diatas dengan baik. Penelitian ini dilakukan
maka peneliti tertarik untuk di RSUD Sawerigading Kota Palopo.
melakukan penelitian yang berjudul Kegiatan indeepth interview
“Pengalaman spiritualitas doa pada dilakukan diruang perawatan pasien,
pasien HIV/AIDS di RSUD diruang konseling (VCT) RSUD
Sawerigading Kota Palopo” dengan Sawerigading Kota Palopo dan
pertanyaan penelitian adalah dirumah partisipan.
"bagaimanakah pengalaman Sumber data utama dalam
spiritualitas doa pasien HIV/AIDS di penelitian ini adalah partisipan yang
RSUD Sawerigading Kota Palopo?". menderita HIV/AIDS. Sedangkan
Penelitian ini bertujuan untuk instrumen penelitian adalah peneliti
mengeksplorasi pengalaman sendiri (Ardianto Elvinaro, 2011).
spiritualitas doa pada pasien Prosedur pengumpulan data dilakukan
HIV/AIDS di RSUD Sawerigading dengan wawancara mendalam
Kota Palopo dengan pendekatan Teori (indeepth interview). Guna
Calista Roy. melengkapi dan membantu peneliti
dalam mendapatkan data, maka
METODE PENELITIAN peneliti menggunakan lembar
Rancangan penelitian yang pedoman wawancara, catatan
digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan dan telaah dokumen (Bungi
metode kualitatif dengan model Burhan, 2012).
pendekatan fenomenologi. Tujuan Analisa data dilakukan dengan
penelitian fenomenologi adalah menggunakan metode Collaizi (1978)
memahami makna dari pengalaman dalam Speziale & Carpenter (2011)
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

87
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

yaitu: mendeskripsikan fenomena jika mendapatkan data baru yang


yang diteliti, mengumpulan deskripsi penting dari hasil validasi, maka data
tentang fenomena dari partisipan, tersebut digabungkan kedalam
membaca semua deskripsi fenomena deskripsi yang mendalam dan
yang telah dikumpulkan dari lengkap.
partisipan, kembali pada transkrip asli
dan mensarikan pernyataan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
bermakna, mencoba menguraikan arti Partisipan yang terlibat dalam
dari setiap pernyataan yang penelitian ini sebanyak empat orang
bermakna, mengorganisasi dan semua berjenis kelamin laki-laki
pemaknaan yang diformulasi kedalam dan beragama Islam. Partisipan
kelompok tema, menulis sebuah dipilih berdasarkan kriteria partisipan
deskripsi yang mendalam dan yang telah ditetapkan oleh peneliti
lengkap, kembali pada partisipan dan berikut data diri partisipan yang
untuk validasi deskripsi tersebut, dan berkontribusi dalam penelitian ini:
Analisa Tematik
Tema yang terbentuk adalah : dalam kehidupan pasien
A. Analisa tematik berdasarkan HIV/AIDS
Pengalaman spiritual yang terjadi

Kode Partisipan Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Status perkawinan Lama menderita
P1 Pria 27th Buruh Belum 2 minggu
P2 Pria 35th Pelayaran Kawin 5 bulan
P3 Pria 20th Karyawan Belum 1 minggu
P4 Pria 35th Tkg. Ojek Kawin 2 tahun
Gambar. Analisa tematik pengalaman spiritual pasien HIV/AIDS

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

88
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

1) Proses berduka penderita Pernyataan ini disampaikan


HIV/AIDS ketika pertama kali oleh partisipan tiga:
didiagnosa HIV/AIDS (P3)“Kenapa bisa na kena
Subtema yang terbentuk: ka’ penyakit ini
a) Menyangkal padahalkan tidak
Pernyataan ini disampaikan pernah ka’ pake… apa
oleh semua partisipan : itu namanya sabu-sabu,
(P1)“Pengalamanku waktu tidak pernah ka’
ku tau penyakit ku bergaul sama beke-beke
kemarin dulu itu ya, atau apalah, tapi
kaya’ tidak percaya kenapa bisa na kena ka’
ka’, kenapa bisa penyakit ini kasian.”
seperti ini ka’.” d) Menerima
(P2)“Pengalaman ya, waktu Pernyataan ini disampaikan
petama ku tau penyakit oleh semua partisipan:
ku ya, tidak ku (P1)“Berusaha ka’ terima
percaya…” penyakit ku, walau
(P3) “Tidak ku percaya kalo dalam hati biasa masih
na kena’ kak’ penyakit kaya’tidak percaya ka’,
ini, bisanya ka’ na tapi mau diapa mi
kena’ penyakit ini, begini mi kondisi ku
pokoknya tidak ku jadi mau tidak mau
percaya.” harus ka’ terimai…..
(P4)“Wuu.. pokoknya tidak Ya, mau ka’ apa lagi
ku percaya. kasian kalo sudah
b) Marah terlanjur begini, pasrah
Pernyataan ini disampaikan mami ka’ sekarang…”
oleh partisipan satu, dua dan (P2)“Sekarang bisa mi ka’
empat: terima kondisiku,
(P1)“Tambah marah ka’ juga mungkin karena
sama Tuhan, mungkin kelakuan ku dulu
benci sekali mi Tuhan sehingga begini
sama saya sampai na ka’……”
kasi’ begini ka’.” (P3)“Mau ka’ bagaimana, ya
begini mi pasrah ka’,
(P2)“Pokoknya marah ka’ tidak mungkin ka mau
sama Tuhan. Sa bilang marah-marah lagi,
Tuhan jahat, malas ka’ cuman tambah stress
berdoa lagi, pokoknya ka’ nanti...”
marah ka’…..jengkel (P4)“Ya, pasrah saja sama
ka’ sama Tuhan” yang diatas, terus
(P4)“Alhamdulilah tidak berusahan ka selalu
sampai marah ka’ sama dekat dengan Allah,
Tuhan, cuman marah selalu sholat, dzikir,
ka’ sama diri pokoknya rajin-rajin
sendiri…” lah ber ibadah.”
c) Tawar-menawar

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

89
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

2) Dukungan keluarga pada b) Spiritual


penderita HIV/AIDS Pernyataan ini disampaikan
Subtema yang terbentuk: oleh semua partisipan:
a) Emosional (P1)“Ada.., tante ku sama om
Pernyataan ini disampaikan ku, biasa juga kakak ku
oleh partisipan satu, dua dan kalo datang juga na
empat: doakan ka’ biar cepat
(P1)“Yaa.. sekarang na kasi’ sembuh..…tapi biasa
ingat ji ka’ biasa sama ada juga tante ku atau
om ku untuk sholat,….. kakakku na bacakan ka’
Na suru ka’ banyak ayat-ayal Al’quran, na
istifar, nyebut suru ka’ banyak
Allahhuakbar.. istifar.”
Allahuakbar…” (P2)“Senang ka’ juga karena
(P2)“Waktu dirawat ka’ dulu ada ji keluargaku selalu
tidak bisa sekali ka’ doakan ka’ juga, jadi
sholat, jadi cuman tambah kaya’ kuat sa
ditemani kluarga saja.” rasa untuk menjalani
(P4)“Malah biasa tambah na semua ini”
perhatikan ka’,…, ya (P3)“tapi biasa ji na doakan
kaya’ perhatian begitu, ka’ keluarga ku, Mace
biasa ka’ nasuru cek- ku, dia biasa doakan ka'
cek terus ka’ kedokter, ..”
terus na perhatikan (P4)“yang sering mendukung
juga makan ku, nasuru dalam doa ya keluarga,
ka’ juga jangan terlalu terutama istriku, dia
cape’ ka’. Pokoknya na yang selalu doakan
perhatikan betul ka’.” ka’.”

B. Analisa tematik berdasarkan makna pendekatan diri kepada Tuhan melalui doa
pada pasien HIV/AIDS
Gambar. Analisa tematik makna pendekatan diri pada Tuhan

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

90
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
1) Nilai HIV/AIDS bagi partisipan Pernyataan ini disampaikan
Subtema yang terbentuk: oleh partisipan dua:
a) Pertobatan (P2)“…jadi pasrah mami
Pernyataan ini disampaikan ka’sa terima kondisiku
oleh partisipan satu, dua dan sekarang, mau ka’
tiga: bagaimana lagi na
(P1)“Kalo kaya kemarin katanya dokter susah
(sebelum sakit) le’, saya sembuh penyakit ku,
kan tidak pernah sholat jadi berusaha ka’ untuk
tidak pernah jalani ini semua terus
sembahyang pokoknya selalu sholat sekarang
tidak pernah begitu. walaupun dalam hati.”
Sekalinya saya sakit
kaya’ sekarang ya.. 2) Cara mendekatkan diri pasien
paling tidak sedikit-dikit HIV/AIDS pada Tuhan
jadi ingat ka’ sama Subtema yang terbentuk:
Allah.....tapi sekarang a) Melalui sholat
mulai sholat ka’, sapa Pernyataan ini disampaikan
tau na ampuni ka’ oleh semua partisipan:
Tuhan.” (P1)“Ya, sedikit-sedikit
(P2)“sedikit-sedikit mulai sa sholat ka’ dalam
sadari semua hati,...tapi sekarang
kesalahanku,istilahnya mulai sa coba sholat-
mohon ampun ka sama sholat, sapa tau na
Allah, ya mudah- ampuni ka’ Tuhan.”
mudahan nanti bisa ka’ (P2)“pokoknya mulai sholat
jadi orang baek ka’, kalo kemarin-
kasian,terus biasa ka’ kemarin jarang ka’
juga minta ampun sama sholat ya sekarang
Allah.” sediki-sekit sholatlah”
(P3)“Mau mi ka’ tobat atas (P3)“Ya..kalo sekarang
dosa-dosaku kemarin, mulai sholat ka’... Jadi
karna banyak sekali mi mau ka’ sholat supaya
kaya’nya salahanku dikasi’ kesembuhan
sama Tuhan…” ka’.”
b) Cobaan/ujian (P4)“Ya kalo sekarang sudah
Pernyataan ini disampaikan bisa mi ka’ sholat 5
oleh partisipan satu dan waktu setiap hari,…”
empat: b) Melalui zikir
(P1)“mulai sadar ka’ Pernyataan ini disampaikan
mungkin ini cobaan oleh partisipan empat:
buat saya atas (P4)“biasa juga ka’ dzikir
kelakuanku yang tengah malam
kemarin.” istilahnya minta’
(P4)“pokoknya rajin-rajin ridhonya Allah supaya
lah beribadah, karna ini na kasi’ kesembuhan
cobaan buat saya.” ka’ begitu, pokoknya
c) Kenyataan hidup ikhtiar terus ka’.”
c) Membaca ayat suci
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

91
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
Pernyataan ini disampaikan ka’, terus kalo sudah
oleh partisipan dua dan tiga: dzikir kaya’ hilang
(P2)“baca yasin, kalo ada semua bebanku…”
pap-apa mengadu ki’ b) Membawa kekuatan
sama Allah, pokoknya Pernyataan ini disampaikan
begitulah…” oleh partisipan satu:
(P3)“Sa coba untuk baca- (P1)“Kalo saya doa itu bisa
baca alkuran mau ka’ memberi kekuatan, jadi
sekarang dekat dengan kaya kuat sa rasa untuk
Allah.” menghadapi penyakitku
d) Mencari amal baik ini.”
Pernyataan ini disampaikan c) Mengharapkan peyembuhan
oleh partisipan empat: Pernyataan ini disampaikan
(P4)“Kalo ada kesempatan oleh semua partisipan:
bantu-bantu ki’ juga (P1)“Mohon diberi
sodara yang susah, cari kesembuhan,…..
amal baik istilahnya, mudah-mudahan diberi
karna klo islam itu ya ka’ kesembuhan.”
semakin banyak (P2)“Bisa ka sembuh, diberi
amalnya semakin di kekuatan mudah-
sayang Allah, ya… mudahan masuk sorga
pokoknya baik dunia begitu
akhiratlah.” (P3)“Mudah-mudahan dikasi
kesembuh, kesehatan
3) Hakikat doa bagi penderita begitu.”
HIV/AIDS (P4)“ya insyaallah diberi
a) Membawa ketenangan kesembuhan, sehat, bisa
Pernyataan ini disampaikan kerja lagi..”
oleh semua partisipan: d) Mengharapkan pengampunan
(P1)“Terus kalo habis sholat Pernyataan ini disampaikan
dalam hati ka’ biasa oleh partisipan satu, dua dan
kaya’ tenang ku tiga:
rasa….” (P1)“..diampuni dosa-
(P2)“kaya’ tenang ku rasa dosaku, pokoknya
kalo sudah sholat, berharap lebih baik.”
tentram kurasa biasa sa (P2)“Ya..mudah-mudahan na
rasa kalo sudah ka ampuni
sholat kaya tidak sa dosaku…,mudah-
pikir mi lagi mudahan masuk
penyakitku.” sorga.”
(P3)“ya, kaya’ tenanglah sa (P3)“Makanya sekarang
rasa kalo sudah sholat, berusaha ka’ mohon
walaupun kemarin- ampun sama Allah,
kemarin jarang ka’ mudah-mudahan na
sholat. Ya..tenanglah ampuni dosa ku,
sekarang sa rasa, mungkin dengan begitu
begitu kira-kira… ” dikasi’ kesembuhan
(P4)“Intinya kalo sudah ka’ ka’…”
sholat merasa tenang
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

92
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
e) Makin mendekatkan diri pada sholat, sa coba untuk
Tuhan baca-baca alkuran mau
Pernyataan ini disampaikan ka’ sekarang dekat
oleh partisipan dua, tiga dan dengan Allah.”
empat: (P4)“emm… intinya
(P2)“Kalo spiritualitas itu kaya’lebih dekat ka’
bisa membuat ka’ dengan Allah, kalo
merasa dekat dengan orang islam bilang
Tuhan,…. istilahnya tambah khusu’ ki’kalo
sholat itu bisa bikin kita sholat, soalnya lebih
dekat dengan Allah.” tenang, lebih dekat
(P3)“tapi mau mi ka’ begitu”
sekarang mulai rajin

C. Analisa tematik berdasarkan harapan pasien HIV/AIDS terhadap kehidupan


setelah terdiagnosa HIV/AIDS

Gambar. Analisa tematik Harapan pasien HIV/AIDS

1) Harapan terhadap kehidupan sembuh ka’, karna


Subtema yang terbentuk: Allah tidak akan ngasi’
a) Keyakinan untuk sembuh cobaan yang berat
Pernyataan ini disampaikan untuk hambanya.”
oleh partisipan satu, dua dan (P3)“yakinlah, pasti sembuh
tiga: ka’,…, karena setau ku,
(P1)“Yaa… pasrah mami kalo kita minta sama
ka’, mau ka’ apa lagi kasian, Allah pasti nanti kita
kalo di kasi’ sembuh ka’ akan dikasi’.”
Allah ya sembuh, tapi kalo b) Sosialitas
tidak ya...terserah mi Allah.” Pernyataan ini disampaikan
(P2)“Insyaallah, kalo Allah oleh semua partisipan:
mengabulkan pasti

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

93
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

(P1)“Ya…hidup normal na tidak adapi orang


kumpul sama teman dari RS yang datang
lagi.” kasi’ ingat untuk sholat,
(P2)“Sebenarnya tidak mau lebih-lebih kalo na
ka’ berharap banyak doakan ka’…”
cuman pengen ka’ (P3)“Kaya’nya tidak ada…
hidup normal seperti Perawat saja datang
dulu lagi bah… kumpul hanya sesekali saja,
lagi sama keluarga,..” tidak pernah ki’, na
(P3)“Kumpul-kumpul sama ajak-ajak bicara,
teman-teman kerja lagi, pokoknya kaya’ cuek
kangen mi ka’ sama begitu. ”
mereka…” (P4)“Tidak adai….”
(P4)“Bisa ka’ kumpul- b) Perlunya pelayanan spiritual
kumpul lagi dengan Pernyataan ini disampaikan
keluarga…” oleh semua partisipan:
c) Produktivitas (P1)“Ya, kalo bisa ada yang
Pernyataan ini disampaikan mendoakan kita kalo
oleh partisipan satu, tiga dan sakit, kaya’ begini,
empat: kaya’ ustad ga, apa ga,
(P1)“Bekerja lagi, pokoknya yang bisa mendoakan
tidak kaya’ sekarang kita kalo sakit begitu.”
ini…” (P2)“Ya, mungkin bagus
(P3)“Ya..normal, bisa kerja kapang kalo ada yang
lagi, cari duit lagi datang mendoakan ki’,
begitu.” apalagi kalo sakit
(P4)“Ya..pasti mau ka’ juga begini. Pasti senang
hidup normal kaya’ juga orang-orang disini
dulu lagi, bisa kerja kalo ada yang
lagi.” mendoakan ki’ kalo
sakit, kaya’ ustad apa
D. Harapan terhadap pelayanan ga, begitu”
keperawatan. (P3)“Ya, mungkin bagus
Subtema yang terbentuk: kapang kalo ada
a) Belum adanya pelayanan perawat atau apalah
spiritualitas yang datang
Pernyataan ini disampaikan mendoakan orang
oleh semua partisipan: sakit…”
(P1)“Tidak ada. cuman (P4)“Kalo bisa ada
perawat ji datang ganti pelayanan seperti itu
cairan, kasi’ masuk yang datang
obat begitu ji, tidak ada mendoakan orang-
yang datang orang sakit disitu.
mendoakan.” Karena na suka ji itu
(P2)“Tidak ada pi, hampir
ka’ satu bulan dirawat

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

94
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

orang-orang sakit kalo di orang dari rumah sakit


doakan juga supaya yang datang kasih ingat
cepat sembuh.” untuk sholat lebih-lebih
c) Sikap perawat kalau na doakan ka’.”
Pernyataan ini disampaikan (P3)“terus kalo bisa juga ya..
oleh partisipan satu, dua dan perawatnyalah harus
tiga: ramah, mau bicarai ki’
(P1)“tapi kalo di RS sini kaya’ kita begitu,
lumayan ji, perawatnya pokoknya kalo bisa
tidak terlalu cuek pelayanannya lebih
begitu. Tapi kalo bisa baguslah lagi dari pada
lebih ramah lagi,…” sekarang.”
(P2)“hampir ka’ satu bulan
dirawat na tidak ada pi

Pembahasan/Diskusi self-concept, seperti merasa


1) Proses berduka penderita harga diri rendah dan gangguan
HIV/AIDS ketika pertama kali citra diri serta respon berduka.
didiagnosa HIV/AIDS Peran perawat dalam hal ini
Masalah yang ditimbulkan adalah dengan meningkatkan
oleh penyakit HIV/AIDS (berat mekanisme koping dan
badan menurun, mudah terserang psikologis pasien agar mampu
infeksi dan stigma dimasyarakat) menerima kenyataan pada
tidak hanya berdampak pada dirinya.
keadaan fisiologis saja, tetapi Akibat lain dari proses
juga psikologis, sosial dan kehilangan adalah timbulnya
spiritual. Proses pengobatan respon berduka bagi individu
dengan menggunakan terapi yang mengalaminya. Hasil
antiretroviral (ARV) dan terapi penelitian ini menunjukkan
infeksi sekunder atau infeksi bahwa diagnosa HIV/AIDS dapat
oportunistik yang dijalaninya pun menyebabkan terjadinya respon
memberikan beban psikologis berduka pada penderitanya.
bagi pasien hingga Partisipan yang didiagnosa
mengarahkannya untuk menderita HIV/AIDS dalam
mengalami suatu reaksi penelitian ini mengalami reaksi
emosional atau respon berduka. emosional dalam kaitannya
Nasronurdin (2012) dengan respon berduka, seperti
mengatakan bahwa ketika ketidakpercayaan/menyangkal,
individu dinyatakan menderita marah, dan tawar-menawar. Hal
HIV/AIDS maka ia akan ini merupakan bentuk dari
mengalami beberapa proses ketidaksiapan penderita
kehilangan seperti kehilangan HIV/AIDS atas kehilangan
fisik, kehilangan emosional atau kehidupan yang akan dialaminya.
spiritual dan kehilangan sosial Bentuk lain dari respon berduka
yang tidak jarang akan membuat partisipan dalam penelitian ini
pasien HIV/AIDS mengalami adalah mengalami kepasrahan
gangguan dalam konsep diri atau dan pada akhirnya menerima
dalam teori Calista Roy disebut kondisinya yang ditunjukkan
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

95
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

dengan mengintegrasikan dipengaruhi oleh status gender


stressor yang dialami terhadap atau jenis kelamin seseorang.
kenyataan hidup yang harus Asumsi peneliti ini diperkuat
dijalani. oleh Aphroditi, (2011) yang
Respon yang terjadi dalam mengungkapkan bahwa gender
penelitian ini sejalan dengan dapat menentukan eksposur yang
hasil penelitian yang dilakukan berbeda untuk resiko tertentu
oleh Lina (2012) yang termasuk resiko depresi pada
mengungkapkan bahwa respon seseorang. Fase depresi pada
yang muncul ketika pertama kali laki-laki juga dikaitkan dengan
dinyatakan HIV positif adalah pengaruh hormon. Hormon
menolak, sedih dan marah. Hal gonadal pada laki-laki
ini sebagai respon dari rasa berkontribusi dalam
berduka ketika individu pembentukan kepribadian dan
mengalami kehilangan kemampuan dalam mengatasi
(kesehatan). Sangat penting tanggapan terhadap stress. Real
untuk diingat dan diketahui T, (1997); dalam Aphroditi,
bahwa seseorang yang (2011) juga mengungkapkan
didiagnosa mengidap penyakit bahwa laki-laki lebih sulit untuk
kronis memperlihatkan respon didiagnosa dengan depresi karena
berduka. Berduka merupakan sifatnya yang berani (agresif)
respon emosional yang dialami terhadap rasa takut dan perasaan
manusia terhadap kehilangan malu yang lebih rendah jika
objek yang dicintai. dibandingkan dengan wanita. Hal
Menurut Kubler-Ross‟s itulah yang membuat partisipan
dalam Sarafino, (2006) ada lima dalam penelitian ini tidak
fase dalam proses berduka yaitu mengalami fase depresi.
denial, anger, bargening, 2) Dukungan keluarga pada
depression, dan acceptance. penderita HIV/AIDS
Namun dalam penelitian ini fase Motivasi untuk bertahan
depression tidak terungkap. Dari hidup dan menjalani semua
keempat partisipan tidak satupun kenyataan yang terjadi dalam diri
mengungkapkan bahwa dirinya penderita HIV/AIDS merupakan
mengalami fase depresi atau suatu bentuk respon dari
yang biasa dimanifestasikan dukungan dan interaksi yang
dengan perasaan sedih, ataupun telah diberikan oleh orang-orang
menangis. Tidak terungkapnya yang ada disekelilingnya. Dalam
fase depresi dalam penelitian ini penelitian ini dukungan dan
menimbulkan sebuah pertanyaan interaksi sebagian besar berasal
bagi peneliti. Sehingga peneliti dari keluarga dalam hal ini
berusaha mengkaitkannya pasangan hidup (suami atau istri),
dengan karakteristik dari saudara, orang tua dan anak.
partisipan. Hubungan dengan orang lain
Dalam penelitian ini semua dalam hal ini adalah keluarga
partisipan adalah berjenis sangat penting sebagai support
kelamin laki-laki, sehingga system bagi partisipan atau dalam
dalam hal ini peneliti berasumsi teori Roy sering disebut sebagai
bahwa fase depresi mungkin interdependence mode (Tomey &
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

96
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Alligood, 2010). Fokus dari dan kesetiaan dianggap sebagai


interdependence mode adalah dukungan yang terbesar bagi
hubungan saling memberi dan penderita HIV/AIDS.
menerima cinta/kasih sayang, Kunjungan, penyampaian rasa
perhatian dan saling menghargai. simpati, membacakan ayat-ayat
Interdependensi yaitu suci dan doa dari kerabat
keseimbangan antara diinterpretasikan sebagai bentuk
ketergantungan dan kemandirian perhatian yang dapat memacu
dalam menerima sesuatu untuk semangat untuk mempertahankan
dirinya. Ketergantungan kehidupan mereka. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan sesuai dengan pendapat Lin dan
untuk berafiliasi dengan orang Bauer bahwa salah satu faktor
lain. Kemandirian ditunjukkan penentu pencapaian
oleh kemampuan berinisiatif kesejahteraan psikososial adalah
untuk melakukan tindakan bagi dukungan keluarga dan dukungan
dirinya. sosial.
Interdependensi dapat Dukungan dari keluarga
dilihat dari keseimbangan antara baik dalam penelitian ini maupun
nilai memberi dan menerima, dalam penelitiannya Lin dan
dimana dalam penelitian ini Bauer sangat besar manfaatnya
keluarga berusaha untuk dirasakan oleh setiap subjek
memberi perhatian kepada ketika mengalami suatu peristiwa
partisipan dan partisipan dengan guna meningkatkan motivasi dan
senang hati menerimanya. Dalam rasa percaya diri untuk kembali
interdependensi perawat juga bangkit dari keterpurukan akibat
memegang peranan penting penderitaan yang dialami. House,
dalam memberikan support Sheridan & Radmachr (1992),
system dan pembelajaran bagi Sarafino (1998) dan Taylor
partisipan. Support system dan (1999); dalam Nursalam (2009)
pembelajaran tersebut dapat menambahkan bahwa ada empat
berupa penjelasa informasi jenis dukungan yaitu; dukungan
terkait dengan proses penyakit, emosional, dukungan
dan pengobatan, termasuk penghargaan, dukungan
bagaimana cara menjaga instrumenal, dan dukungan
integritas fisik dengan informasi. Namun dalam
pemeliharaan dan pencegahan penelitian ini terungkap satu
terhadap resiko kompilkasi. dukungan lagi yang dirasakan
Perhatian dari orang-orang sangat membantu bagi partisipan
terdekat dapat menjadi sumber baik secara psikologis maupun
dukungan bagi para penderita mental dalam menghadapi
HIV/AIDS. Dukungan dari penderitaan ini, yaitu dukungan
keluarga tersebut dapat spiritual.
meningkatkan semangat untuk Dukungan spiritual dapat
terus bertahan hidup. Dukungan berupa membacakan ayat-ayat
dari keluarga dapat berupa suci maupun doa yang
dukungan emosional yang dimunajabkan kehadirat Allah
diberikan oleh suami dan anak SWT untuk mengharapkan
dalam bentuk motivasi, perhatian kesembuhan. Secara tidak
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

97
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

langsung doa dan membaca ayat- derita saat ini (Nanda, 2012).
ayat suci dapat memberikan Penderitaan dapat menjadi
manfaat bagi manusia khususnya pelajaran yang berharga bagi
dalam penyembuhan. Young & seseorang yang mengalaminya.
Koopsen (2007) mengungkapkan Penderitaan tersebut
bahwa praktik keagamaan seperti memampukan individu untuk
membaca ayat suci dan berdoa dapat bersikap dan mengambil
dapat menyokong kesehatan fisik keputusan yang tepat akan
dan emosional. Dukungan dirinya melalui proses informasi,
spiritual lebih kepada penguatan penilaian dan emosi (cognator).
iman, memberikan harapan dan Menurut Roy dalam Tomey &,
makna hidup sehingga dapat (2010) menjelaskan bahwa
meningkatkan kualitas hidup cognator adalah subsitem dari
pasien HIV/AIDS. Tingkat mekanisme koping dengan
keimanan yang baik pada respon melalui proses yang
seseorang dapat menurunkan rasa kompleks dari persepsi
sakit dan meningkatkan energi informasi, mengambil keputusan
pada orang tersebut, menurunkan dan belajar. Individu yang
tekanan psikologis, mengurangi memiliki mekanisme koping
rasa depresi, menguatkan mental, yang efektif akan memandang
meningkatkan kesejahteraan dan peristiwa/ penderitaan yang
fungsi sosial serta mengurangi dialaminya memberikan makna
gejala HIV (Utley & Wachholtz, baru bagi dirinya dan menjadi
2011). nilai dasar untuk berubah dan
3) Nilai HIV/AIDS bagi partisipan berbuat yang lebih baik lagi atau
Makna hidup dapat dengan kata lain mencoba untuk
ditemukan dalam kondisi apapun. belajar dari kesalahan.
Penderitaan atau peristiwa hidup Partisipan pada penelitian
yang dialami seseorang akan ini telah memiliki mekanisme
dimaknai secara berbeda oleh koping yang efektif, hal ini
setiap orang. Pemaknaan tersebut terlihat dari ungkapan yang
tergantung dari tingkat spiritual mengatakan bahwa penderitaan
dan keyakinan seseorang yang dialaminya saat ini
terhadap suatu penderitaan. dimaknai sebagai momen untuk
Tingkat spiritual dan keyakinan bertobat atas segala kesalahan-
terhadap suatu peristiwa akan kesalahan yang pernah dilakukan
membawa orang tersebut untuk dimasa lalu. Secara umum
menghayati akan nilai-nilai pertobatan adalah perubahan
kebenaran, kebajikan, keindahan, pikiran atau perbuatan atas
keimanan, dan keagamaan serta kesalahan, pelanggaran,
cinta kasih. Menghayati dan kejahatan ataupun dosa yang
meyakini suatu nilai dapat telah diperbuatnya dan berbalik
menjadikan seseorang berarti kepada ajaran agama atau
hidupnya. Dengan menghayati kepercayaan yang diyakininya
nilai kebenaran akan membuat sebagai suatu kebenaran yang
seseorang menyadari menghasilkan perubahan tingkah
kesalahannya dimasa lalu yang laku (Senduk, 2012). Partisipan
menyebabkan keadaan yang ia dalam penelitian ini juga
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

98
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

mengungkapkan sedikit demi merupakan pertobatan yang tidak


sedikit setelah mengalami berkenan bagi Allah. Tuhan
penderitaan ini mereka mulai memberikan penyakit pada
mau kembali membuka diri hambanya bertujuan agar supaya
untuk lebih dekat kepada Sang dengan pengalaman penyakit itu
Pencipta, partisipan juga kita akan mendapatkan pelajaran
mengungkapkan bahwa dirinya yang baik dari Tuhan (Senduk,
telah bertobat dan menyadari 2012).
semua dosa-dosanya dan Pemaknaan lain yang
sekarang dirinya mulai rajin terungkap dalam penelitian ini
sholat. adalah bahwa penyakit yang
Pertobatan yang dilakukan partisipan derita merupakan ujian
oleh partisipan bertujuan atau cobaan dari Allah yang
mengharapkan pengampunan harus dilalui. Ujian/cobaan
dari Allah, dengan pengampunan merupakan suatu proses yang
tersebut partisipan berharap juga harus dilewati oleh seseorang
diberi kesembuhan. Pertobatan sebagai indikator kemampuan
tersebut tidak semata-mata atau kekuatan untuk melalui
muncul secara utuh dari dalam suatu peristiwa. Indikator
diri partisipan. Keinginan untuk kemampuan atau kekuatan dalam
bertobat didasarkan pada harapan hal ini adalah iman seseorang.
untuk dapat sembuh. Partisipan Tuhan memberikan penderitaan
berpandangan bahwa ketika pada manusia untuk mengetahui
mereka telah bertobat maka sejauh mana iman percaya
Allah akan mengampuni dosa mereka kepada-Nya. Ujian dari
mereka dan kesembuhan akan Allah sejatinya adalah untuk
terjadi pada dirinya. Pandangan menempa, membentuk dan
ini menurut peneliti merupakan menyempurnakan manusia.
pandangan yang kurang tepat Semakin berat ujian yang
terhadap makna pertobatan. diberikan Tuhan pada kita maka
Pertobatan yang sejati adalah akan semakin tebal pula iman
pertobatan secara tulus, ikhlas, kita kepada-Nya dan semakin
sungguh dan keluar dari dalam sempurna hidup kita. Orang yang
lubuk hati untuk menyadari dan memelihara hidup spiritual secara
berpaling dari dosa-dosa yang sehat mampu menyelami hidup
pernah dilakukan serta yang kaya makna dan bertujuan
mengakuinya kepada Allah. jelas daripada sesamanya yang
Pertobatan tidak sama tidak memelihara hidup spiritual
dengan melakukan sesuatu untuk (Young & Koopsen, 2007).
menebus dosa. Pertobatan Partisipan dalam penelitian
berhubungan erat dengan iman ini telah mengakui bahwa
seseorang kepada Allah, penyakitnya ini merupakan
sedangkan dalam melakukan penyakit yang mematikan dan
sesuatu untuk menebus dosa susah untuk disembuhkan, dan
terdapat juga pengertian untuk memandang hal ini sebagai suatu
berbuat jasa di hadapan Allah. kenyataan yang telah Tuhan
Jadi pertobatan yang berikan kepadanya. Seperti studi
mengharapkan balasan yang telah dilakukan oleh Ashing
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

99
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

et.al, (2003) dalam Sadler & Lee Ada beberapa cara yang dapat
(2007) menunjukkan bahwa dilakukan untuk mendekatkan
perempuan Asia yang menderita diri kepada Tuhan Yang Maha
penyakit kronik mengungkapkan Esa salah satunya adalah dengan
bahwa penyakit yang dideritanya doa. Menurut Hawari doa adalah
adalah keinginan Tuhan dan permohonan yang di munajadkan
Tuhan juga yang mempunyai kehadirat Tuhan Yang Maha
kuasa untuk menentukan hasil Kuasa, Maha Pengasih, Maha
akhir dari penyakit tersebut. Penyayang dan Maha
Hasil penelitian kualitatif dengan Pengampun. Melalui doa
pendekatan grounded theory ini manusia dapat memohon
mengungkapkan bahwa penyakit pengampunan, pengasihan dan
yang dideritanya dikendalikan penyembuhan. Oleh sebab itu
oleh Tuhan. seluruh partisipan dalam
4) Cara mendekatkan diri pasien penelitian ini berusaha untuk
HIV/AIDS pada Tuhan berdoa kepada Allah dengan
Penderitaan yang dirasakan harapan diberikan kesembuhan.
oleh individu, selain memberikan Cara berikutnya yang
nilai, juga memberikan makna dilakukan oleh partisipan untuk
baru dalam kehidupnya. Makna mendekatkan diri pada Sang
baru muncul melalui kognator Pencipta adalah dengan dzikir
ketika mekanisme koping tengah malam. Dzikir tengah
individu telah merespon dengan malam dilakukan partisipan
baik melalui proses yang dengan harapan lebih khusyu‟,
kompleks dari persepsi lebih tenang dan fokus dalam
informasi, belajar, mengambil menghadap hadirat Allah SWT,
keputusan dan emosi (Tomey & dengan begitu ridho‟ Allah akan
Alligood, 2010). Calista Roy tercurah atasnya. Menurut
mengungkapkan bahwa untuk Nunung (2009) dzikir merupakan
dapat meningkatkan kognator suatu perbuatan mengingat,
pada pasien khususnya menyebut, mengerti, menjaga
HIV/AIDS maka perawat harus dalam bentuk ucapan-ucapan
mampu memberikan informasi lisan, gerakan hati atau gerakan
yang akurat terkait kondisinya anggota badan yang mengandung
kepada pasien, mengajarkan arti pujian, rasa syukur dan doa
untuk selalu berprilaku hidup dengan cara-cara yang diajarkan
sehat supaya terhindar dari resiko oleh Allah dan Rasul-Nya, untuk
komplikasi dan memberikan memperoleh ketentraman batin,
solusi kepada pasien untuk dapat atau mendekatkan diri (taqarrub)
mengambil keputusan yang kepada Allah, dan agar
terbaik bagi dirinya. memperoleh keselamatan serta
Penelitian ini terhindar dari siksa Allah.
mengungkapkan makna baru Dengan kata lain bahwa dzikir
yang dirasakan oleh semua akan membuat kita semakin
partisipan yang terdiagnosa dekat dengan Allah sang
menderita HIV/AIDS, makna Pencipta.
baru tersebut adalah cara Hasil penelitian yang
mendekatkan diri pada Tuhan. dilakukan oleh Masluchah dan
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

100
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Sutrisno (2010) tentang pengaruh Doa, dzikir dan membaca


bimbingan Doa dan Dzikir ayat-ayat suci dapat memberikan
terhadap kecemasan rasa tenang dan membuat pikiran
membuktikan ada perbedaan selalu berfikir positif. Pikiran
yang signifikan pada kecemasan yang positif akan membuat orang
pasien pre-operasi antara pasien untuk berusaha mencari makna
yang diberi bimbingan doa dan positif dari peristiwa/penderitaan
dzikir dengan yang tidak (t=- yang dialaminya sehingga akan
3,344 dan p=0,002). Penelitian meningkatkan pola koping.
terkait dengan dzikir juga Meningkatnya pola koping akan
dilakukan oleh Sitepu, Nunung membuat ODHA mampu untuk
(2009), dimana hasilnya beradaptasi dengan tekanan dari
menunjukkan bahwa efek dari peristiwa/penderitaan yang
dzikir dapat menurunkan tingkat sedang dijalaninya. Lazarus &
kecemasan secara signifikan pada Folkam (1984) dalam
pasien yang menjalani operasi Paputangan, (2013) juga
bedah pada bagian perut. mengungkapkan bahwa strategi
Banyak cara yang dapat koping yang biasa digunakan
dilakukan untuk mendekatkan oleh individu adalah emotional
diri pada Tuhan, selain dengan focused coping yang didalamnya
doa dan dzikir cara lain yang termasuk positive reappraisal,
dilakukan oleh partisipan adalah yaitu usaha mencari makna
dengan melakukan kegiatan positif dari permasalahan dengan
keagamaan seperti membaca berfokus pada pengembangan
ayat-ayat kitab suci dan mencari diri, juga melibatkan hal-hal yang
amal baik. Secara tidak langsung bersifat religius.
membaca ayat-ayat suci dapat Berdoa, dzikir dan
memberikan manfaat bagi membaca ayat suci juga akan
manusia khususnya dalam membuat tubuh menjadi rileks.
penyembuhan. Seperti yang Ketika tubuh menjadi rileks dan
diungkapkan oleh Young & tenang maka partisipan akan
Koopsen (2007) bahwa praktik dapat beristirahat/tidur dengan
keagamaan seperti membaca ayat nyeyak dan dapat mengkonsumsi
suci atau ritual keagamaan lain makanan dengan baik. Dengan
dapat menyokong kesehatan fisik terpenuhinya kebutuhan nutrisi
dan emosional serta dan istirahat tersebut maka akan
menentramkan hati. Sedangkan berdampak positif pada
amal shaleh adalah melakukan pembentukan sel-sel baru yang
pekerjaan baik yang bermanfaat berguna bagi peningkatan sistem
bagi diri sendiri dan bagi orang imun. Peningkatan sistem imun
lain berdasarkan keikhlasan akan menjaga kondisi tubuh
karena Allah semata. Dengan partisipan agar terhindar dari
kata lain semakin banyak amal infeksi oportunistik yang dapat
shaleh yang dikumpulkan oleh mengakibatkan komplikasi lebih
partisipan maka partisipan akan lanjut.
semakin dekat dan dicintai Allah 5) Hakikat doa bagi penderita
serta dosa-dosa mereka HIV/AIDS
terampuni.
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

101
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Doa berkaitan erat dengan secara fisiologis, antara lain


kepercayaan adanya Tuhan yang berkurangnya detak jantung,
dapat memberikan kekuatan dan menurunnya kecepatan napas,
menolongnya untuk melepaskan menurunnya tekanan darah dan
diri dari segala penderitaan yang melambatnya gelombang otak.
dialaminya. Menurut Sedangkan pengaruh
Syihabuddin, (2013) doa psikologisnya yaitu
merupakan permohonan kepada berkurangnya kecemasan,
Tuhan, secara langsung untuk menurunnya tingkat emosi dan
memperoleh karunia dan segala menghidari depresi.
yang dikehendaki-Nya dan untuk Kecemasan yang dialami
menjauhkan diri dari kejahatan, oleh partisipan dalam penelitian
bencana, atau penderitaan yang ini diakibatkan rasa taku akan
tidak dikehendakinya. Berdoa kematian. Menurut Price &
dapat memberikan ketenangan Wilson (2012), rasa cemas yang
kepada orang yang berat akan mempengaruhi
melakukannya. Doa dapat hipotalamus dan menimbulkan
mengalihkan hiruk-pikuk dua mekanisme yang berbeda.
kehidupan dunia. Dengan berdoa, Impuls pertama didukung oleh
manusia akan mampu kembali sistem saraf simpatis yang akan
kejalan yang lurus dan mengingat mempengaruhi medula adrenal
Tuhan. Mereka akan teralihkan dalam memproduksi epinephrin
dari godaan kebahagiaan dunia dan norepinephrin. Dalam
yang semu menuju ketenangan keadaan normal, kedua substansi
hati dan ketentraman. Hal inilah ini akan mempertahankan
yang dirasakan oleh partisipan sirkulasi darah yang adekuat
dalam penelitian ini. Partisipan sehingga keseimbangan cairan
merasa tenang dan tentram ketika dan elektrolit terjaga, suhu tubuh
mereka melakukan sholat atau stabil sehingga energy terpenuhi.
berdoa pada Tuhan. Secara tidak Tetapi jika produksinya patologis
langsung penderitaan yang akan meningkatkan rate dan
dialami oleh partisipan akan kontraksi jantung, dilatasi pupil,
teralihkan dengan keagungan penurunan motilitas GI tract
Tuhan, nikmat dan anugerah hingga terjadi glikogenolisis dan
yang telah diberikan Tuhan gluko-neogenesis di hepar.
padanya serta merasa tidak ada Sedangkan mekanisme kedua
satupun anugerah yang bisa akan mempengaruhi kelenjar
diberikan oleh siapapun kecuali hipofise anterior sehingga
oleh Tuhan Yang Maha kuasa. merangsang produksi hormon
Saat partisipan berdoa, adrenokortikosteroid yaitu
semua perasaan cemas, takut dan aldosteron dan glukokortikoid.
keputusasaan perlahan-lahan Aldosteron berperan dalam
hilang. Sementara menurut mempertahankan keseimbangan
Hebert Benson ketika seseorang cairan dan elektrolit, reabsorbsi
terlibat secara mendalam dengan air dan natrium. Glukokortikoid
doa yang diulang-ulang menyediakan energi pada kondisi
(repetitive prayer), ternyata akan emergensi dan penyembuhan
membawa berbagai perubahan jaringan.
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

102
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Ketika seseorang telah dijalani (Roy dalam Tomey


berdoa/berdzikir, maka akan & Alligood, 2010). Peran
timbul rasa percaya diri, perasaan perawat dalam hal ini adalah
optimis (harapan akan dengan menjadi pendamping
kesembuhan), mendatangkan pasien dalam memenuhi
ketenangan, kedamaian, dan kebutuhan spiritual seperti
merasakan kehadiran Tuhan berdoa, menjaga privasi pasien
Yang Maha Esa sehingga selama melakukan ritual
mengakibatkan rangsangan ke keagamaan, memberikan
hipotalamus untuk melepaskan informasi yang jelas terkait
produksi CRF (Corticotropin dengan penyakitnya, memberikan
Releasing Factor). CRF ini motivasi dan harapan kepada
selanjutnya akan merangsang pasien, dan memberikan asuhan
kelenjar hipofise anterior untuk keperawatan secara holistik dan
memproduksi ACTH (Adreno komprehensif terhadap segala
Corticotropin Hormone). kebutuhan pasien, serta
Hormon ini yang akan memberikan discharge planing
merangsang kortek adrenal untuk pada pasien terkait proses
mensekresi kortisol. Kortisol pengobatan, nutrisi dan prilaku
dapat mengubah eksitasi neuron hidup sehat.
dan menginduksi apoptosis Kedekatan dengan Tuhan
khususnya pada sel jaringan merupakan salah satu indikasi
hipokampus. Hal ini dapat adanya kualitas spiritual yang
mempengaruhi perilaku dan tinggi pada pasien HIV/AIDS.
aspek psikologis individu Kesadaran akan adanya kekuatan
termasuk reaksi cemas/stres. tertinggi yang bersumber dari
Perasaan cemas yang Tuhan menyebabkan penderita
dirasakan oleh partisipan, baik HIV/AIDS lebih mendekatkan
dalam penelitian ini maupun diri kepadaNya. Kedekatan
dalam penelitian yang terkait tersebut diakui setelah partisipan
lainnya adalah suatu respon menderita penyakit HIV/AIDS
alami yang muncul sebagai ini. Beberapa partisipan
reaksi dari rasa ketidaksiapan dan mengakui bahwa frekuensi
mekanisme koping yang tidak melakukan ibadahnya terhambat
efektif dalam menghadapi karena kondisi fisik yang tidak
kenyataan bahwa ia akan memungkinkan, namun
mengalami suatu peristiwa yang partisipan mengatakan selalu
membuatnya menderita. berdoa kepada Tuhan walaupun
Mekanisme koping dan kesiapan hanya dalam hati. Kondisi
dalam menghadapi suatu kelemahan fisik tersebut tidak
peristiwa dapat ditingkatkan menyurutkan niat partisipan
melalui doa. Doa dapat untuk selalu berdoa pada Allah.
memberikan kekuatan dan Partisipan mengungkapkan
ketenangan pada seseorang untuk bahwa penderitaan yang mereka
dapat menerima dan beradaptasi alami saat ini membuat mereka
dengan peristiwa yang semakin dekat dengan Tuhan.
dialaminya tersebut sebagai suatu Hal ini sesuai dengan penelitian
output dari proses control yang oleh Sian et.al. (2006) yang
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

103
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

berjudul Spirituality and Religion Allah. Secara sadar atau tidak


in Patients with HIV/AIDS. Dari sadar, partisipan dalam penelitian
450 pasien yang di wawancarai, ini merasa bahwa penyakit yang
339 (75%) mengatakan bahwa mereka derita saat ini telah
penyakit mereka telah membuat mereka menjadi sadar
memperkuat iman mereka dan kalau Tuhan adalah pemilik
mereka lebih mendekatkan diri hidup ini. Derita tersebut
kepada Tuhan. Dengan membuat mereka berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih memahami spiritualitas
maka diharapkan ODHA mampu mereka dan diri mereka sendiri
untuk membingkai kehidupan melalui doa dan dzikir. Chicoki
mereka dan untuk memberikan (2007) mengatakan bahwa sakit
arti dan tujuan hidup mereka yang mereka derita membuat
dalam menghadapi situasi yang para ODHA menjadi pribadi
begitu sulit. yang baru.
Partisipan mengekspresikan Keinginan untuk
harapan dengan berdoa kepada memahami spiritual secara lebih
Tuhan yang memiliki kehidupan. dalam akan membuat partisipan
Doa yang dipanjatkan oleh semakin merasa ingin mengenal
partisipan adalah untuk dan dekat dengan Allah. Oleh
memohon ampun atas kesalahan karena itu, maka partisipan dalam
yang telah dilakukan, untuk penelitian ini memilih untuk
diberikan kelancaran selama selalu sholat setiap saat dan
terapi dan untuk diberikan membaca ayat-ayat suci Alquran,
kesembuhan. Partisipan percaya dengan begitu partisipan
bahwa ketika mereka berdoa berharap agar dirinya semakin
menghadap hadirat Tuhan Yang mengenal Allah. Seperti yang
Maha Kuasa dan meminta diungkapkan oleh Leonardo
kepada-Nya dengan ketulusan bahwa pengenalan akan Tuhan
hati dan berserah maka Tuhan dapat dicapai dengan: membaca
akan mengabulkanya. firman Tuhan, menyembah
Doa memang tidak bisa Tuhan, dan berdoa. Beliau juga
dipisahkan dari spiritualitas. menambahkan bahwa dengan
Begitu banyak manfaat yang semakin kita mengenal Tuhan,
dirasakan oleh seseorang ketika maka kita akan semakin
mereka berdoa. Secara tidak menyembah Tuhan dan berdoa
langsung doa juga akan kepada-Nya dengan semakin
membawa kita untuk semakin banyak kita melakukan hal
mengenal Allah dan semakin tersebut maka akan terjalin
mendekatkan kita kepada-Nya. hubungan yang akrab dengan
Hal inilah yang dirasakan oleh Tuhan.
partisipan dalam penelitian ini, 6) Harapan terhadap kehidupan
mereka merasa bahwa ketika Setiap orang yang
mereka terbiasa dengan kegiatan mengalami penderitaan akan
doa/sholat maka secara pelan- mengembangkan satu strategi
pelan terjalin kedekatan yang yang dapat mengurangi
lebih dalam dengan sumber penderitaan tersebut. Strategi
kekuatan dari luar dirinya yaitu yang dimaksud adalah harapan.
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

104
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Harapan dalam penelitian ini sembuh dan ketidakyakinan


adalah bentuk dasar dari rasa untuk sembuh.
percaya partisipan terhadap Harapan merupakan salah
sesuatu yang diinginkan akan satu domain spiritual dari
didapatkan atau suatu pemahaman individu terhadap
penderitaan akan berbuah manis kehidupan sehingga harapan
di waktu yang akan datang. Pada merupakan dasar dari aspek
praktiknya banyak orang spiritual. Penelitian ini
mencoba menjadikan harapannya menemukan bahwa harapan
menjadi nyata dengan cara untuk sembuh merupakan
berdoa atau berusaha, seperti harapan dari para partisipan.
yang tergambar dari partisipan Harapan adalah inti dari sebuah
dalam penelitian ini. Semua makna. Berdasarkan studi yang
partisipan mengharapkan dilakukan oleh O‟Connor, 1990;
kesembuhan yang datangnya dari Fryback, 1993 dalam Perry &
Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk Potter, (2013) diketahui bahwa
mewujudkan harapan tersebut harapan dapat membantu
maka partisian melakukan usaha individu dalam menemukan arti
yaitu dengan berdoa, dzikir dan dari sakit yang dideritanya yaitu
memohon ampun pada Allah atas ketika individu dengan
segala kesalahan yang pernah HIV/AIDS merasa tidak nyaman
diperbuat. Dengan kata lain dengan gejala penyakit yang
bahwa orang yang memiliki dirasakannya, meningkatnya
tingkat spiritual yang baik maka ketidakmampuan dan takut
akan memiliki pengharapan yang menghadapi kematian. Harapan
tinggi. Seperti yang diungkapkan dapat membantu individu untuk
oleh Mahony & Graci (1999); menghadapi ketidaknyamanan,
dalam Young & Koopsen (2007) menjalani kehidupannya dengan
bahwa orang yang penyakit yang diderita serta
memperhatikan spiritual melangsungkan kehidupan
cenderung memiliki pengharapan dengan penuh kekuatan. Dalam
lebih tinggi daripada sesamanya penelitian ini selain berharap
yang kurang memperhatikan untuk sembuh, partisipan juga
hidup spiritualnya. berharap ingin hidup normal
Harapan yang digambarkan sehingga dapat kembali bekerja
oleh partisipan terbatas kepada dan berkumpul bersama orang-
situasi yang diinginkannya yakni orang terdekat khususnya
keinginan untuk sembuh dan keluarga. Harapan tersebut
keinginan untuk hidup normal merupakan keinginan yang
kembali. Secara konseptual, timbul dari dalam hati partisipan.
harapan merupakan pengalaman Menurut Nasronurdin (2012)
yang holistik, pengalaman bahwa ketika individu
multidimensional (Neikolaichuk, dinyatakan menderita HIV/AIDS
Jevne & Maguire, 1999; dalam maka ia akan mengalami
Young & Koopsen, 2007). beberapa proses kehilangan
Dalam penelitian ini harapan diantaranya adalah kehilangan
untuk sembuh terbagi menjadi fisik, kehilangan emosional, dan
dua yaitu rasa optimis untuk kehilangan hubungan sosial.
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

105
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

Proses kehilangan ini akan memberikan asuhan keperawatan


mempengaruhi fungsi peran (role yang mencakup semua kebutuhan
function) didalam kehidupan pasien. Perawat lebih
individu tersebut. Dalam teori mengutamakan kegiatan yang
Calista Roy fungsi peran yaitu bersifat rutinitas tanpa
mengenal pola-pola interaksi memperhatikan setiap aspek
sosial seseorang dalam pemenuhan kebutuhan dari
hubungannya dengan orang lain, pasien. Beberapa partisipan
yang mencerminkan dalam peran dalam penelitian ini
primer, sekunder dan tersier mengungkapkan bahwa perawat
(Tomey & Alligood, 2010). masih kurang dalam memberikan
Peran perawat dalam hal ini pelayanan asuhan keperawatan.
adalah berusaha mengarahkan Perawat kurang ramah, kurang
bagaimana seseorang dapat dan perhatian serta jarang
mampu memerankan dirinya berkomunikasi dengan pasien
kembali dimasyarakat sesuai terlebih pada pasien HIV/AIDS
dengan kedudukannya. merupakan beberapa keluhan
7) Harapan terhadap pelayanan yang disampaikan oleh partisipan
keperawatan. terkait dengan harapan terhadap
Nursing Intervention pelayanan keperawatan. Perawat
Classification (NIC) menyatakan sebenarnya berada pada posisi
bahwa perawat bertanggung yang terbaik untuk memberikan
jawab untuk melakukan hope asuhan keperawatan khususnya
instillation yaitu suatu cara untuk dari aspek spiritual dengan
memfasilitasi pengembangan menjadi pendengar yang baik,
hasil positif dari suatu situasi. membantu klien mengungkapkan
Aktivitas tersebut ditujukan perasaan mereka dan
untuk membantu klien dalam mendampingi klien selama masa
menunjukkan proses penerimaan, perawatan serta menyediakan
menghadapi situasi secara positif, perawatan spiritual untuk pasien
percaya, meningkatkan hubungan HIV/AIDS. Namun pada
klien dengan keluarga, kenyataannya perawat kurang
memfasilitasi perawatan diri, mempunyai waktu untuk
menyediakan informasi yang mendengarkan keluhan dari
akurat, memberikan pendidikan pasien, selain itu perawat juga
kesehatan dan menyediakan dianggap kurang aktif dan kreatif
lingkungan yang menunjang pada karena hanya melakukan asuhan
proses penyembuhan dan semua keperawatan yang standar saja
itu harus dilakukan oleh perawat sesuai prosedur (Wensley, 1995:
dengan tekun dan sabar. dalam Purdie et.al., 2008). Hal
Hasil penelitian ini, ini disebabkan fokus pelayanan
menunjukkan bahwa selama ini keperawatan hanya untuk
perawat yang sejatinya pemenuhan kebutuhan fisik
memberikan asuhan keperawatan pasien dan pencatatan serta
yang holitik namun pada pelaporan klien serta kompetensi
kenyataannya di rumah sakit untuk melakukan asuhan
Sawerigading Palopo ternyata keperawatan pada aspek spiritual
perawat belum sepenuhnya kurang optimal. Kopetensi
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

106
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

perawat yang kurang optimal ini keagamaan seperti berdoa/sholat,


dikarenakan pada beberapa mau membantu klien untuk
institusi pendidikan keperawatan memenuhi kebutuhan
belum mengaplikasikan secara spiritualitasnya, dan dapat
penuh kurikulum yang berbasis berkolaborasi dengan tokoh
aspek spiritualitas dalam asuhan agama untuk memenuhi
keperawatan, terutama di institusi kebutuhan spiritual pasien.
pendidikan yang berada didaerah. Asuhan keperawatan yang
Padahal asuhan keperawatan menyentuh aspek spiritual klien
yang holistik dan komprehensif dapat menimbulkan spirit yang
merupakan salah satu faktor yang tinggi baginya, sehingga klien
mempengaruhi spiritualitas selalu tetap optimis untuk
individu. menjalani kehidupannya. Peran
Menurut Grandstrom perawat dalam memberikan
(1985) dalam Craven & Hirnle, asuhan keperawatan yang holistik
(2012) beberapa alasan mencakup bio-spiko-sosio-
dikemukakan perawat berkaitan spiritual terhadap perubahan-
dengan tidak dilakukannya perubahan yang terjadi pada
perawatan spiritual pada klien pasien HIV/AIDS, akan
adalah perawat merasa tidak membuat pasien menjadi mampu
nyaman dengan kehidupan untuk menyesuaikan diri dengan
spiritualnya. Mereka penyakitnya. Jika seseorang telah
menganggap bahwa kebutuhan mampu menyesuaikan diri
spiritual sebagai hal yang tidak dengan penyakit dan perubahan
penting, selain itu mereka juga yang terjadi dalam dirinya maka
beranggapan bahwa mereka tidak orang tersebut mempunyai
memiliki kemampuan dan kemampuan untuk menghadapi
pengetahuan yang cukup terkait rangsangan yang datang baik dari
dengan pemenuhuan kebutuhan dalam maupun dari luar dirinya,
spiritual dan mereka beranggapan situasi inilah yang disebut
bahwa aspek spiritual bukan sebagai proses adaptasi dalan
kompetensi perawat tetapi tugas teori Roy (Tomey & Alligood,
tokoh keagamaan. Namun bila 2010).
kita melihat kembali definisi dari Perubahan yang terjadi
keperawatan professional yang pada diri pasien HIV/AIDS
bersifat humanism, holism, dan seringkali akan membuat pasien
care ini berarti seorang perawat sulit dalam memenuhi segala
dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhannya, termasuk
dan respek terhadap segala kebutuhan akan spiritual. Seperti
kebutuhan pasien termasuk yang terungkap dalam penelitian
kebutuhan spiritual. Sehingga ini bahwa kelemahan tubuh atau
diharapkan seorang perawat kondisi fisik yang tidak
harus mampu menjadi pendengar memungkinkan membuat
yang baik, mau mengingatkan partisipan terhambat dalam
pasien untuk selalu mendekatkan melakukan ritual keagamaan
diri pada Tuhan, respek terhadap seperti sholat/dzikir, berpuasa
kebutuhan dan privasi pasien (bulan ramadhan) dan lain
selama melakukan kegiatan sebagainya. Kondisi seperti ini
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

107
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018

bila tidak segera diatasi akan dengan posisi duduk, berbaring


membuat partisipan mengalami atau sholat didalam hati ketika
defisiensi spiritual yang pada mengalami kondisi yang tidak
akhirnya akan menurunkan memungkinkan. Dalam hal,
harapan dan semangat partisipan secara tidak langsung peneliti
untuk tetap hidup. Hal sederhana telah memanipulasi situasi dan
yang dapat dilakukan oleh kondisi untuk membantu
perawat untuk membantu pasien partisipan beradaptasi akan
dalam kondisi seperti ini adalah kondisinya yang tidak
dengan membangun hubungan memungkinkan untuk melakukan
saling percaya, mendampingi ritual keagamaan (sholat) secara
pasien dalam melakukan ritual normal. Seperti yang
keagamaan, membacakan ayat- diungkapkan oleh Tolson (1999)
ayat suci sesuai keyakinan dan dalam Tomey & Alligood (2010)
mengingatkan pasien untuk bahwa perawat dapat
selalu berdoa/sholat. Seperti yang memberikan asuhan keperawatan
telah peneliti lakukan dalam pada pasien dengan
penelitian ini setelah proses memanipulasi stimulus yang
wawancara berakhir, ketika datang dari lingkungan (dampak
partisipan mengalami hambatan bio-psiko-sosio-spiritual) yang
dalam melakukan sholat secara akhirnya akan menimbulkan
normal, peneliti berusaha untuk koping yang positif sebagai hasil
meyakinkan partisipan bahwa dari proses adaptasi.
sholat/doa juga dapat dilakukan

SIMPULAN kenyataan hidup yang harus dijalani.


1. Pengalaman spiritual yang terjadi dalam Bagi partisipan, penyakit HIV/AIDS ini
kehidupan pasien HIV/AIDS adalah membuat dirinya semakin dekat dengan
mengalami proses berduka, dan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan dapat
mendapatkan dukungan dari keluarga. dilakukan dengan beberapa cara, salah
Proses berduka yang terjadi pada pasien satunya adalah dengan berdoa. Secara
HIV/AIDS membuat pasien tidak langsung doa dirasakan sangat
membutuhkan dukungan dari berbagai bermanfaat oleh partisipan karena dapat
pihak, salah satunya adalah dukungan memberikan ketenangan, kekuatan,
keluarga. Dukungan keluarga sangat harapan, kesembuhan dan
diharapkan oleh partisipan untuk pengampunan atas dosa-dosa pada
memotivasi dirinya agar tetap bertahan dirinya.
hidup. Dukungan dari keluarga dapat 3. Harapan pasien HIV/AIDS setelah
berupa perhatian maupun dalam bentuk terdiagnosa HIV/AIDS adalah harapan
doa. terhadap kehidupan, dan harapan
2. Makna setelah mendekatkan diri kepada terhadap pelayanan keperawatan.
Tuhan melalui doa bagi pasien Kedekatan dengan Tuhan akan
HIV/AIDS adalah penyakit tersebut membawa harapan baru bagi partisipan.
dipandang sbagai sebuah nilai, hakikat Harapan pasien HIV/AIDS dalam
doa bagi pasien itu sendiri dan cara penelitian ini adalah ingin sembuh,
mendekatkan diri pada Tuhan. Penyakit hidup normal, kembali bekerja dan
HIV/AIDS bagi partisipan merupakan berkumpul kembali dengan orang
sebuah nilai yang terdiri dari ujian dan terdekat. Selain itu partisipan juga
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di
RSUD Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy

108
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
berharap agar pelayanan dirumah sakit Bungi Burhan, 2012. Penelitian Kualitatif;
lebih ditingkatkan lagi terutama dalam komunikasi, ekonomi, kebijakan
pelayanan spiritual. public, dan ilmu sosial lainnya.
Kencana. Jakarta
SARAN Chicoki, 2007. The role of religion and
1. Perawat perlu memfasilitasi klien spirituality in HIV. Health
dalam mengembangkan harapan yang About.com AIDS/HIV
positif seperti membantu klien dalam Cotton Sian et.al., 2006. Changes in
proses penerimaan terhadap penyakit religiousnesss and spirituality
HIV/AIDS yang dialaminya, dalam attribute to HIV/AIDS: are there
proses adaptasi sex and race differences .J GEN
2. Perawat perlu menyediakan waktu INTER MED.
untuk mendengarkan keluhan dan Craven dan Hirnle, 2012. Fundamental of
harapan klien terkait dengan Nursing: Human Health and
kehidupannya, memberikan sentuhan, Function. Seventh edition.
bersikap jujur dan empati pada klien Lippincott Williams & Wilkins.
dan mengingatkan klien untuk selalu Washington
beroa pada Tuhan karena hal tesebut Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno, 2010.
dapat memberikan berkontribusi besar Pengaruh Bimbingan Doa dan
dalam meningkatkan aspek spiritual Dzikir Terhadap Kecemasan
pada klien yang mengalami Pasien Pre Operasi di RSUD
HIV/AIDS. Swadana Pare Kediri. Jurnal
3. Perlu peningkatan pengetahuan dan Penelitian Psikologi 2010, Vol. 01,
keterampilan dalam mengeksplorasi No. 01 Fakultas Psikologi
pengalaman spiritual sebagai dasar Universitas Darul „Ulum Jombang.
melakukan pengkajian aspek spiritual. Mirzawati Nanda, 2012. Kebermaknaan
4. Perlu dilakukan penelitian yang lebih Hidup Pada ODHA (Orang Dengan
lanjut terkait respon spiritual ketika Hiv Aids) Wanita Di Kota
pertamakali didiagnosa menderita Bukittinggi. Publikasi e-jurnal.
HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin ejournal.unp.ac.id/students/index.p
dan dilihat dari sudut pandang agama hp/psi/article/download/603/362.
yang berbeda. Penelitian dengan Nasronurdin, 2012, HIV & AIDS;
menggunakan metode pendekatan Pendekatan Biologi Molekuler,
grounded theory perlu dilakukan untuk Klinis, dan Sosial. Airlangga
menghasilkan konsep dan teori University Perss. Surabaya.
pelayanan keperawatan spiritual pada Nursalam, 2009. Model Holistik Berdasar
pasien dengan HIV/AIDS. Teori Adaptasi (Roy dan PNI)
Sebagai Upaya Modulasi Respons
DAFTAR USTAKA Imun (Aplikasi Pada Pasien Hiv &
Ahmad Syihabuddin, 2013. The Miracle of Aids. Seminar Nasional
Doa; berdoalah dengan sungguh- Keperawatan Pada Hari Sabtu,
sunguh niscahya hidup akan Tanggal 16 Mei 2009.
menjadi mudah. Al-Maghifroh. Paputuangan K, 2013. Dinamika
Jakarta Psikologis Pada Orang Dengan
Ardianto Elvinaro, 2011. Metodologi HIV dan AIDS
Penelitian untuk Public Relations; (ODHA).Yokyakarta
Kuantitatif dan Kualitatif. Potter dan Perry, 2013. Fundamentals of
Simbiosa Rekatama Media, Nursing Eighth Edition. Elsevier
Bandung
Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di RSUD
Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy
109
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31 Agustus 2018
Price dan Wilson, 2012. Patofisiologi among Muslim patients undergoing
Konsep Klinis Proses-proses abdominal surgery in Medan-
Penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta Indonesia. Published Master Thesis
in Public Health and Medical
Purdie et.al., 2008. Nurse Education in Technology Academic Intitutes
Practice: Student nurse placements Network (PHMT Net) Ministry of
take a new direction. ELSEVIER Public Health, Thailand.
Sadler dan Lee, 2007. Korean American Speziale dan Carpenter, 2011. Qualitative
Women's Beliefs About Breast and research in nursing: advancing the
Cervical Cancer and Associated humanistic imperative. Lippincott
Symbolic Meanings. ONS: William & Wilkins. Philadelphia
Oncology Nursing Society. Tomey dan Alligood, 2010. Nursing
Oncology Nursing Forum. Theoriests and Their Work, seventh
Safarina Lina, 2012. Pengalaman Hidup edition. St.Louis: Mosby Elsevier
Perempuan Dengan Hiv/Aids Di Utley J.L. dan Wachholtz A, 2011.
Kota Cimahi (Study Spirituality in HIV+ Patient Care.
Fenomenologi). Publikasi e-jurnal Mental Health Services Research.
STIKES Jenderal Achmad Yani Vol. 8, Issue 3. UMASS.
Cimahi http://escholarship.umassmed.edu.
http://stikesayani.ac.id/publikasi/e- Young dan Koopsen, 2007. Spiritualitas,
jurnal/files/pdf. Kesehatan dan Penyembuhan. Bina
Sarafino, 2006. Health Psychology: Media Perintis. Indonesia.
Biopsychososial Interaction. Fifth Zartaloudi Aphroditi, 2011. What Is Men‟s
Edition. John Wiley & Sons Inc. Experience Of Depression?
New York. HEALTH SCIENCE
Senduk, 2012. Kesembuhan Mujizat; JOURNAL/VOLUME 5, ISSUE 3
membongkar rahasia meraih (2011) Sismanoglio General
kesembuhan mujizat. Yayasan Hospital, Athens, Department Of
Bethel. Jakarta. Psychiatry.
Sitepu Nunung, 2009. The effect of Zikir Http://Www.Hsj.Gr/Volume5/Issue
meditation on the post operative 3/534.Pdf.
pain and physiological responses

Sugiyanto, Emiliana Tarigan, Indriati Kusumaningsih: Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien Hiv/Aids Di RSUD
Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista Roy
119

Anda mungkin juga menyukai